HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI POSYANDU LANSIA DENGAN KEAKTIFAN POSYANDU LANSIA DI DESA CANDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DUREN BANDUNGAN Suharti1), Kartika Sari 2), Risma Aliviani Putri 3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI POSYANDU LANSIA DENGAN KEAKTIFAN POSYANDU LANSIA DI DESA CANDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DUREN BANDUNGAN.Upaya untuk mempertahankan kesehatan pada lansia salah satunya dapat dilakukan dengan aktif melakukan kunjungan posyandu lansia. Keaktifan melakukan kunjungan posyandu lansia ini tidak akan berkembang jika tidak didukung dengan pengetahuan lansia tentang posyandu lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan lansia mengenai posyandu lansia dengan keaktifan posyandu lansia di desa Candi Bandungan. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain analitik yang bertujuan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek. Jenis penelitian ini adalah dengan pendekatan cross sectional. Adalah Teknik pengambilan sampel total sampling dengan jumlah 83 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan lansia dalam kategori baik (13,3%), cukup (60,2%), dan kurang (26,5%). Berdasarkan uji chi-square terdapat kekuatan hubungan pengetahuan sedang antara keaktifan mengikuti posyandu lansia. Nilai signifikansi p=0,000 (P=<0,05). Berdasarkan hasil penelitian diatas diharapkan dengan semakin baiknya pengetahuan, lansia semakin aktif dalam mengikuti posyandu lansia sehingga lansia tetap sehat dan harapan hidup lansia semakin tinggi. Kata kunci : pengetahuan, lansia, keaktifan, posyandu lansia ABSTRACT THE RELATIONSHIPS BETWEEN ELDERLY KNOWLEDGE ABOUT ELDERLY POSYANDU AND PARTICIPATION IN ELDERLY POSYANDU IN CANDI VILLAGE OF DUREN PUBLIV HEALTH CENTRE REGION, BANDUNGAN. The of efforts to maintain the health of the elderly is to participate actively. Participation in elderly posyandu will not increase if it is not supported with knowledge about elderly posyandu. The purpose of this study was to determine the relationship between elderly’s knowledge about elderly posyandu and participation in elderly posyandu in Candi Bandungan. Research design used in this study is the analytic design that aims to study the dynamics of the correlation between risk factors ith effect.This research was the cross-sectional approach. Sampling technique used was total sampling with 83 respondents. The results showed that the level of knowledge of the elderly in good. categories was (13,3%), sufficient knowledge was (60,2%), and less knowledge was (26,5%). Based on chi-square test there was significant relationship between participation and knowledge of elderly posyandu. Significant to value of p = 0.000 (P = <0,05). Based on the above results, it is expected to improve the knowledge, the elderly more active in participating in posyandu so that the elderly stay healthy and life expectancy is increasing. Keywords : knowledge, elderly, participation, posyandu elderly Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Indonesia bahkan telah dua kali mencanangkan program Indonesia Sehat. Yang pertama pada 2010, dimana indikator untuk menuju ke arah Indonesia sehat masih belum terpenuhi dan kemudian diperbaharui menjadi Indonesia Sehat 2015 (Notoadmodjo, 2012). Salah satu pelayanan kesehatan di masyarakat adalah Posyandu Lansia. Posyandu Lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut, yang dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usila yang menitik beratkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. Kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala, peningkatan olahraga, pengembangan ketrampilan, bimbingan pendalaman agama, dan pengelolaan dana sehat (Notoatmodjo, 2007 : 290). Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tibatiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Lilik Ma’rifatul Azizah, 2011 : 1) Negara Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk terpadat ke 4 di dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 jiwa pada tahun 2010, 7,5% atau 15 juta jiwa adalah penduduk lansia. Berdasarkan Biro Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2005-2010 jumlah penduduk lanjut usia akan sama dengan jumlah balita, yaitu 8,5% dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta jiwa. Menurut Supas (2005) secara umum,tingkat kesehatan masyarakat Indonesia terkait erat dengan meningkatnya usia harapan hidup (UHH). Pada tahun 2004, UHH penduduk Indonesia adalah 66,2%, kemudian meningkat menjadi 69,4% pada tahun 2006. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia akan mencapai 29 juta orang atau 11% dari total populasi (Depkes RI, 2008 dalam Notoatmodjo, 2007 : 276). Provinsi Jawa Tengah menempati urutan terbesar kedua setelah Provinsi Yogyakarta. Provinsi Jawa Tengah prosentase jumlah Lansia 7,76 % (Depkes RI, 2008). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2007, prosentase jumlah Lansia di pedesaan lebih tinggi dibandingkan prosentase jumlah Lansia di perkotaan, yaitu sebesar 8,42 % di pedesaan dan 6,86 % di perkotaan. Statistik penduduk lanjut usia (2011), tingginya persentase penduduk lansia yang mengalami keluhan kesehatan (sekitar separuh dari populasi lansia) ditemukan hampir di semua provinsi. Persentase tertinggi berada di provinsi aceh (65,73 persen) dan terendah berada di provinsi kepulauan riau (42,75 persen). Bila dilihat perkembangannya, derajat kesehatan penduduk lansia mengalami peningkatan. Angka kesakitan penduduk lansia pada tahun 2007 sebesar 31,11 persen turun pada tahun 2009 menjadi 30,46 persen, dan angkanya menurun lagi pada tahun 2011 menjadi 27,80 persen (Wirakartakusuma, 2003). Berdasarkan dari data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang menyebutkan bahwa Posyandu Lansia di Kabupaten Semarang terdapat sebanyak 759 posyandu lansia. Dan yang aktif terdapat sebanyak 735 posyandu lansia. Berdasarkan data yang diperoleh dari posyandu lansia di desa Candi pada bulan November 2012, data kehadiran 3 bulan terakhir pada bulan agustus 24,1%, September 30,1 %, oktober 26,5%, menunjukkan bahwa kehadiran lansia ke posyandu lansia masih kurang dari yang diharapkan. Target dari pelayanan posyandu lansia adalah minimal 70% dari jumlah sasaran posyandu lansia (Depkes RI, 2007). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di desa Candi Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan 2 Bandungan pada bulan november 2012 didapatkan hasil wawancara dimana dari 10 lansia, 6 orang lansia mayoritas berlatar belakang tidak mengenyam pendidikan, 4 orang lansia pendidikan lulusan SD. Dan 7 orang lansia mengatakan mengetahui manfaat posyandu lansia tetapi untuk pengetahuan mereka tentang pentingnya kesehatan masih kurang dan sering mengabaikan masalah kesehatan. Dari 7 orang lansia tersebut mengatakan bekerja sebagai petani dan penghasilan mereka termasuk menengah kebawah, mereka beranggapan tidak mengikuti posyandu lansia saja sudah sehat, jadi buat apa mengikuti posyandu lansia. Bagi mereka hal tersebut merupakan hal yang membuang-buang waktu. Sedangkan 3 orang lansia aktif dalam posyandu tetapi belum begitu mengerti tentang tujuan posyandu lansia dan manfaat posyandu lansia. Berdasarkan uraian masalah diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan lansia mengenai posyandu lansia dengan keaktifan posyandu lansia di Desa Candi Bandungan”. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Populasi semua lansia yang ada di desa Candi. Teknik Sampling dengan metode total sampling yaitu teknik sampling dengan mengambil semua populasi yang berjumlah 83 orang. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Penelitian ini menggunakan uji validitas yang dihitung dengan rumus product moment. Sedangkan Uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Analisis data yang digunakan adalah analisa univariate dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji statistik korelasi dengan menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan antar variabel, karena data dalam penelitian ini adalah ordinal dan ordinal maka analisis sintetik yang digunakan dengan menggunakan program SPSS for windows. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis Univariat 1. Pengetahuan Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Lansia mengenai Posyandu Lansia di Desa Candi Bandungan Pengetahuan Kurang Cukup Baik Jumlah Frekuensi 22 50 11 83 Persentase (%) 26,5 60,2 13,3 100,0 Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian responden yang mempunyai pengetahuan tentang posyandu lansia yang cukup sebanyak 50 responden (60,2%) dan responden dengan pengetahuan baik yaitu 11 responden (13,3%). 2. Keaktifan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keaktifan Posyandu Lansia di Desa Candi Bandungan Keaktifan Poayandu Lansia Aktif Tidak aktif Jumlah Frekuensi Persentase (%) 15 68 18,1 81,9 83 100,0 Tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang tidak sktif mengunjungi posyandu lansia sebanyak 68 responden (81,9%) dan yang aktif mengunjungi posyandu lansia sebanyak 15 responden (18,1%). Analisis Bivariat Hubungan pengetahuan lansia mengenai posyandu lansia denga kektifan posyandu lansia di Desa Candi Bndungan. Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan 3 Tabel 3 Tabulasi silang antara pengetahuan Lansia mengenai Poayandu Lansia dengan Posyandu Lansia di Desa Candi Bandungan Keaktifan Posyandu Lansia Pengetahuan Tidak Aktif Aktif f % f % Kurang 19 86,4 3 13,6 Cukup 39 78,0 11 22,0 Baik 10 90,9 1 9,1 Jumlah 68 81,9 15 18,1 p value = 0,000 Total f 22 50 11 83 % 100,0 100,0 100,0 100,0 2=1,413 Tabel 3 menunjukkan bahwa presentase responden yang tidak aktif dalam posyandu lansia dengan pengetahuan kurang (86,4%), tidak aktif dalam posyandu lansia dengan pengetahun cukup (78,0%) dan baik (90,9%). Presentase responden yang aktif dalam posyandu lansia dengan pengetahuan cukup (22,0%) lebih besar dibanding dengan presentase responden yang aktif dalam posyandu lansia dengan pengetahuan baik (9,1%) dan kurang (13,6%). Uji statistik dengan Chi Square didapatkan p value=0,000≤0,05 sehingga ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan lansia mengenai posyandu lansia dengan keaktifan posyandu lansia di Desa Candi Bandungan. Pembahasan Analisia Univariat 1. Pengetahuan Diketahui dari tabel 1 bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan lansia dengan pengetahuan yang cukup tentang posyandu lansia yaitu 50 responden (60,2%), yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 22 responden (22%) dan baik sebanyak 11 resonden (13,3%). Pengetahuan yang kurang tentang melakukan kunjungan posyandu lansia didukung oleh kurangnya informasi yang didapatkan oleh lansia tentang pentingnya melakukan kunjungan posyandu lansia baik dari teman, keluarga, media massa maupun tenaga kesehatan. Selain informasi yang kurang, faktor tingkat pendidikan dan kesibukan kerja juga dapat menjadi penyebab rendahnya pengetahuan tentang posyandu lansia. Data yang didapat dari kuesioner tentang pengetahuan tentang posyandu lansia yang diberikan kepada responden, responden beranggapan tidak perlu melakukan kunjungan posyandu lansia secara rutin, hanya dilakukan jika ada waktu luang dan jika merasa tidak sehat baru melakukan kunjungan posyandu lansia, selain itu ada responden yang belum mengetahui tentang manfaat dari kunjungan posyandu lansia yang dapat mendeteksi penyakit secara dini. Responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang disebabkan oleh informasi yang kurang tepat atau tidak mendapatkan informasi sama sekali, menurut Notoatmodjo (2010), menjelaskan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu informasi ataupun paparan media massa. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, dan sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Ki Hajar Dewantara). Sebagian besar pengetahuan responden dalam kategori cukup. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden tentang pengetahuan lansia mengenai posyandu lansia. Dari hasil kuesioner tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar responden mengatakan posyandu lansia tidak dilaksanakan sejak dini dan teratur, karena mereka belum Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan 4 mengetahui manfaat dan tujuan posyandu lansia. Posyandu lansia sebelumnya tidak berjalan aktif, dan sekarang sudah mulai aktif tetapi kunjungan lansia masih tidak aktif. Untuk waktu kunjungan posyandu lansia setiap bulan sekali pada minggu kedua di pagi hari. Karena mayoritas lansia adalah petani maka saat kunjungan posyandu tidak dapat hadir karena sibuk bekerja. Tingkat pengetahuan yang cukup dan tinggi tentang posyandu lansia didukung oleh banyaknya informasi yang didapatkan oleh lansia tentang pentingnya posyandu lansia. Banyaknya informasi yang diperoleh tentang posyandu lansia disebabkan responden adalah lansia yang bekerja sehingga mudah mendapatkan akses informasi yang sedang berkembang selama ini di lingkungan kerja. Seorang yang bekerja akan mudah mendapatkan berbagai informasi yang diinginkannya, baik dilingkungan kerja maupun informasi yang dapat diperoleh dari berbagai media baik cetak maupun elektronik. Dengan banyak akses informasi yang didapatkan maka hal tersebut akan meningkatkan tingkat pengetahuan responden khususnya untuk kunjungan posyandu lansia. Hal ini didukung Umar Hapsoro (2009), pengetahuan adalah gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Pengetahuan diperoleh melalui informasi langsung maupun tidak langsung dari petugas kesehatan maupun dari pergaulan dan media yang ada baik cetak maupun elektronik. 2. Keaktifan Diketahui dari tabel 2 menunjukkan bahwa responden yang tidak sktif mengunjungi posyandu lansia sebanyak 68 responden (81,9%) dan yang aktif mengunjungi posyandu lansia sebanyak 15 responden (18,1%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden belum mengerti tentang pentingnya melakukan kunjungan posyandu lansia, sehingga sebagian besar responden melakukan kunjungan posyandu lansia tetapi masih dalam kategori rendah. Dan yang melakukan kunjungan aktif adalah lansia yang kebanyakan memiliki riwayat sakit. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data bahwa cukup banyak responden yang berpendapat bahwa mereka tidak sempat melakukan kunjungan posyandu lansia secara rutin atau teratur karena lansia sibuk bekerja yaitu sebagai petani. Dalam kenyataannya, melakukan kunjungan posyandu lansia tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya melakukan kunjungan posyandu lansia karena faktor pekerjaan. Lansia yang bekerja merupakan salah satu alasan banyaknya lansia yang tidak melakukan kunjungan posyandu lansia secara rutin dan maksimal tetapi masih tetap melakukan kunjungan posyandu lansia walaupun masih dalam kategori rendah. Pada saat ini masih banyak lansia yang melakukan kunjungan posyandu lansia dengan kategori rendah atau belum maksimal karena bekerja. Sedangkan yang melakukan kunjungan posyandu lansia dengan aktif sebanyak 15 responden (18,1%), lansia yang bekerja masih sempat melakukan kunjungan posyandu dengan baik karena masih ada waktu luang dan kesempatan untuk melakukan kunjungan posyandu lansia atau dikarenakan lansia tersebut sengaja meluangkan waktu untuk melakukan kunjungan posyandu lansia dengan baik untuk memeriksakan kesehatan rutin tiap bulan (cek up). Analisis Bivariat Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan bahwa pengetahuan lansia tentang pengetahuan lansia mengenai posyandu lansia dengan dengan keaktifan posyandu lansia didapatkan data pada responden dengan pengetahuan tentang posyandu lansia yang dalam kategori pengetahuan kurang dan tidak aktif dalam melakukan kunjungan posyandu lansia yaitu sebesar (86,4%) lebih besar dibandingkan Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan 5 dengan presentase responden yang tidak aktif dalam posyandu lansia dengan pengetahuan cukup (78,0%) dan baik (90,9%). Presentase responden yang aktif dalam posyandu lansia dengan pengetahuan cukup (22,0%) lebih besar dibandingkan dengan presentase responden yang aktif dalam posyandu lansia dengan pengetahuan baik (9,1%) dan kurang (13,6%). Presentase responden aktif dengan pengetahuan kurang (3,6%) dan untuk presentase responden tidak aktif dengan pengetahuan baik (2,4%). Hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang melakukan kunjungan posyandu lansia dalam kategori aktif memiliki tingkat pengetahuan yang baik dengan prosentase 9,1%, hal ini dikarenakan responden telah mengetahui manfaat serta tujuan dari kunjungan posyandu lansia. Menurut responden melakukan kunjungan posyandu lansia harus dilaksanakan walaupun sibuk bekerja, karena responden sudah mengetahui kapan waktu melakukan kunjungan posyandu lansia secara rutin dan responden meluangkan waktu untuk melakukan kunjungan posyandu lansia. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan mencangkup beberapa tingkatan dalam domain kognitif, antara lain yaitu: tahu, memahami dan aplikasi, sehingga pengetahuan seseorang dinilai baik bukan hanya tahu, tetapi dapat melakukan atau mengaplikasikan informasi yang telah diterima. Pada hasil penelitian responden yang melakukan kunjungan posyandu lansia dalam kategori tidak aktif, dengan tingkat pengetahuan yang baik (90,9%), responden dengan pengetahuan yang baik tetapi melakukan kunjungan posyandu lansia masih dalam kategori tidak aktif dikarenakan kesibukan lansia tersebut, kecapekan dalam bekerja (bekerja terlalu keras) dan tidak meluangkan waktu untuk melakukan kunjungan posyandu lansia secara maksimal. Sedangkan sebagian besar responden yang melakukan kunjungan posyandu lansia masih dalam kategori tidak aktif dengan tingkat pengetahuan cukup sebanyak (78,0%) dan dengan pengetahuan yang kurang (86,4%). Pengetahuan yang kurang disebabkan oleh kurangnya informasi yang diterima tentang pentingnya melakukan kunjungan posyandu lansia sehingga responden tersebut dalam melakukan kunjungan posyandu lansia masih dalam kategori buruk. Salah satu pengetahuan yang tidak atau kurang dipahami adalah tentang manfaat dan tujuan dari melakukan kunjungan posyandu lansia. Dan lansia harus meluangkan sedikit waktu untuk dapat mengikuti kegiatan yang akan dilakukan pada posyandu lansia, sehingga lansia mengetahui bahwa melakukan kunjungan posyandu lansia dapat mengetahui manfaat serta tujuan dari posyandu lansia itu sendiri, dan keuntungan yang dapat diperoleh pada lansia karena dapat mendeteksi secara dini agar tidak terjadi maala-masalah pada masa lansia. Dari hasil uji statistik menggunakan Uji Chi-Square dengan taraf signifikasi 5 % (0,05) didapatkan p value sebesar 0,000 Jika p value = 0,000 dan α = 0,05 maka p value lebih kecil dari α (p < 0,05), jadi H0 ditolak. Jadi kesimpulan dari uji tersebut adalah ada hubungan pengetahuan lansia mengenai posyandu lansia dengan keaktifan posyandu lansia di Desa Candi Bandungan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Tingkat pengetahuan lansia tentang posyandu lansia di desa Candi, Bandungan, Semarang sebagian besar adalah responden dengan tingkat pengetahuan yang cukup yaitu 50 responden (60,2%), tingkat pengetahuan yang baik 11 responden (13,3%), sedangkan tingkat pengetahuan yang kurang 22 responden (26,5%). 2. Keaktifan posyandu lansia di desa Candi, Bandungan, Semarang adalah responden dengan kunjungan posyandu lansia yang aktif sebanyak 15 responden (18,1%) dan yang melakukan kunjungan posyandu lansia tidak aktif 68responden (81,9%). 3. Hubungan antara pengetahuan lansia tentang posyandu lansia dengan keaktifan posyandu lansia di desa Candi, Bandungan, Semarang. Nilai p value Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan 6 0,000 < α 0,05 dengan nilai value sebesar 0,000 yang berarti ada hubungan pengetahuan lansia mengenai posyandu lansia dengan keaktifan posyandu lansia di desa Candi, Bandungan, Semarang. Saran 1. Bagi Puskesmas Untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan lansia, diharapkan pihak instansi kesehatan seperti puskesmas dapat mengerahkan tenaga kesehatan yang sesuai dengan bidanganya untuk selalu berpartisipasi dalam posyandu lansia sehingga dapat meningkatkan kehadiran lansia serta menambah motivasi. 2. Bagi bidan Hendaknya lebih lagi dalam memberikan informasi tentang kesehatan dan mengenalkan kembali posyandu lansia serta menjelaskan tujuan , manfaat dan juga kegiatan dari posyandu lansia itu sendiri. Informasi bisa disampaikan pada pertemuan lansia dalam acara pengajian dan arisan. 3. Bagi lansia Hendaknya lansia lebih meningkatkan informasi tentang posyandu lansia agar lebih aktif di posyandu lansia sehingga kesehatan lansia terpantau dengan baik. 4. Bagi peneliti Agar meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang metodologi penelitian sehingga dapat menghasilkan penelitian yang baik dan terinci, dan bagi peneliti lain agar dapat mengembangkan penelitian dengan menambah variabel lain. Dan memberikan saran kepada tenaga kesehatan setempat untuk meberikan informasi posyandu lansia dan menetapkan waktu kunjungan dimana lansia bisa meluangkan waktu untuk hadir. Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka Cipta. Astuti, Endang. P. 2003. Faktor- Faktor yang mendorong Lansia tetap Bekerja di Sektor Pertanian. Skripsi. Universitas Airlangga. Cahyo. 2010. Posyandu dan desa siaga. Yogyakarta Departemen Kesehatan RI. 2002. Prosedur suatu penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2003. Dalam Erniriyono. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Kader tentang Pelayanan Posyandu Lansia di Desa Sukondo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak tahun 2010. Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman pembinaan kesehatan usia lanjut bagi petugas kesehatan. Direktorat Kesehatan keluarga, Departemen Kesehatan, Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2005 dalam Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur [tesis]. Medan: Program Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara. USU eRepository tahun 2009. Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta. Salemba Medika. Isfandari, Siti. 2003. Pamanfaatn Fasilitas Kesehatan pada Golongan 50 Tahun ke Atas. Analisis Lanjut IFLS. Jurnal Epidemiologi Nasional. KKBI. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Balai pustaka. Jakarta DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian : suatu pendekatan praktek (Edisi kelima). Jakarta : Rineka Cipta. Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan 7 Lestari. 2011. Beberapa Faktor yang Berperan Terhadap Keaktifan Kunjungan Lansia ke Posyandu Studi Kasus di Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Provinsi DIY. Media Medika Indonesiana Statistics. Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta. Salemba Medika. Ma’rifatul. A, Lilik. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta. Graha Ilmu. Media Medika Indonesia. 2011. Beberapa Faktor yang berperan terhadap keaktifan kunjungan lansia keposyandu. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Pendidikan Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendididkan dan Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Edisi Revisi. Jakarta. Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: pedoman skripsi, tesis dan instrumen penelitian (edisi pertama). Jakarta: Salemba Medika. PB PAPDI (perhimpunan dokter spesialis dalam indonesia). 2011. pencegahan penyakit dan kiat sehat tetap sehat pada usia lanjut. Jakarta. Riyanto. 2011. Aplikasi metoologi penelitian kesehatan. Gava Media. Yogyakarta. Sari, Yohana. 2011. Pengertian Posyandu Lansia. Jakarta. Wirakartakusumah, A., Subarna, M. Arpah, D. Syah, dan A.I.Budiwati. 2003. Pengeringan. Petunjuk Laboratorium Peralatan dan Proses Industri Pangan. Institut Pertanian Bogor. Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan 8