3283 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI POSYANDU LANSIA DENGAN
KEAKTIFAN POSYANDU LANSIA DI DESA CANDI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS DUREN BANDUNGAN
Suharti1), Kartika Sari 2), Risma Aliviani Putri 3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI POSYANDU LANSIA DENGAN
KEAKTIFAN POSYANDU LANSIA DI DESA CANDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
DUREN BANDUNGAN.Upaya untuk mempertahankan kesehatan pada lansia salah satunya dapat
dilakukan dengan aktif melakukan kunjungan posyandu lansia. Keaktifan melakukan kunjungan
posyandu lansia ini tidak akan berkembang jika tidak didukung dengan pengetahuan lansia tentang
posyandu lansia.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan lansia mengenai posyandu
lansia dengan keaktifan posyandu lansia di desa Candi Bandungan.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain analitik yang bertujuan untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek. Jenis penelitian ini adalah
dengan pendekatan cross sectional. Adalah Teknik pengambilan sampel total sampling dengan
jumlah 83 responden.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan lansia dalam kategori baik (13,3%), cukup
(60,2%), dan kurang (26,5%). Berdasarkan uji chi-square terdapat kekuatan hubungan pengetahuan
sedang antara keaktifan mengikuti posyandu lansia. Nilai signifikansi p=0,000 (P=<0,05).
Berdasarkan hasil penelitian diatas diharapkan dengan semakin baiknya pengetahuan, lansia
semakin aktif dalam mengikuti posyandu lansia sehingga lansia tetap sehat dan harapan hidup
lansia semakin tinggi.
Kata kunci
: pengetahuan, lansia, keaktifan, posyandu lansia
ABSTRACT
THE RELATIONSHIPS BETWEEN ELDERLY KNOWLEDGE ABOUT ELDERLY
POSYANDU AND PARTICIPATION IN ELDERLY POSYANDU IN CANDI VILLAGE OF
DUREN PUBLIV HEALTH CENTRE REGION, BANDUNGAN. The of efforts to maintain the
health of the elderly is to participate actively. Participation in elderly posyandu will not increase if it
is not supported with knowledge about elderly posyandu.
The purpose of this study was to determine the relationship between elderly’s knowledge about
elderly posyandu and participation in elderly posyandu in Candi Bandungan.
Research design used in this study is the analytic design that aims to study the dynamics of the
correlation between risk factors ith effect.This research was the cross-sectional approach. Sampling
technique used was total sampling with 83 respondents.
The results showed that the level of knowledge of the elderly in good. categories was (13,3%),
sufficient knowledge was (60,2%), and less knowledge was (26,5%). Based on chi-square test there
was significant relationship between participation and knowledge of elderly posyandu. Significant
to value of p = 0.000 (P = <0,05). Based on the above results, it is expected to improve the
knowledge, the elderly more active in participating in posyandu so that the elderly stay healthy and
life expectancy is increasing.
Keywords
: knowledge, elderly, participation, posyandu elderly
Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia
di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Indonesia
bahkan
telah
dua
kali
mencanangkan program Indonesia Sehat.
Yang pertama pada 2010, dimana indikator
untuk menuju ke arah Indonesia sehat masih
belum terpenuhi dan kemudian diperbaharui
menjadi Indonesia Sehat 2015 (Notoadmodjo,
2012).
Salah satu pelayanan kesehatan di
masyarakat
adalah
Posyandu
Lansia.
Posyandu
Lansia
merupakan
wahana
pelayanan bagi kaum usia lanjut, yang
dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usila
yang menitik beratkan pada pelayanan
promotif dan preventif, tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif. Kegiatannya
adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala,
peningkatan
olahraga,
pengembangan
ketrampilan, bimbingan pendalaman agama,
dan pengelolaan dana sehat (Notoatmodjo,
2007 : 290).
Lansia adalah bagian dari proses
tumbuh kembang. Manusia tidak secara tibatiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi,
anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua.
Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan yang
terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai
usia
tahap
perkembangan
kronologis tertentu. Lansia merupakan suatu
proses alami yang ditentukan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Semua orang akan
mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang
terakhir. Dimasa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial secara
bertahap (Lilik Ma’rifatul Azizah, 2011 : 1)
Negara Indonesia adalah Negara yang
memiliki jumlah penduduk terpadat ke 4 di
dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih
dari 200 jiwa pada tahun 2010, 7,5% atau 15
juta
jiwa
adalah
penduduk
lansia.
Berdasarkan Biro Pusat Statistik (BPS), pada
tahun 2005-2010 jumlah penduduk lanjut usia
akan sama dengan jumlah balita, yaitu 8,5%
dari jumlah penduduk atau sekitar 19 juta
jiwa. Menurut Supas (2005) secara
umum,tingkat
kesehatan
masyarakat
Indonesia terkait erat dengan meningkatnya
usia harapan hidup (UHH). Pada tahun 2004,
UHH penduduk Indonesia adalah 66,2%,
kemudian meningkat menjadi 69,4% pada
tahun 2006. Diperkirakan pada tahun 2020
jumlah lansia akan mencapai 29 juta orang
atau 11% dari total populasi (Depkes RI, 2008
dalam Notoatmodjo, 2007 : 276).
Provinsi Jawa Tengah menempati
urutan terbesar kedua setelah Provinsi
Yogyakarta. Provinsi Jawa Tengah prosentase
jumlah Lansia 7,76 % (Depkes RI, 2008).
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun
2007, prosentase jumlah Lansia di pedesaan
lebih tinggi dibandingkan prosentase jumlah
Lansia di perkotaan, yaitu sebesar 8,42 % di
pedesaan dan 6,86 % di perkotaan.
Statistik penduduk lanjut usia (2011),
tingginya persentase penduduk lansia yang
mengalami keluhan kesehatan (sekitar
separuh dari populasi lansia) ditemukan
hampir di semua provinsi. Persentase tertinggi
berada di provinsi aceh (65,73 persen) dan
terendah berada di provinsi kepulauan riau
(42,75 persen). Bila dilihat perkembangannya,
derajat kesehatan penduduk lansia mengalami
peningkatan. Angka kesakitan penduduk
lansia pada tahun 2007 sebesar 31,11 persen
turun pada tahun 2009 menjadi 30,46 persen,
dan angkanya menurun lagi pada tahun 2011
menjadi 27,80 persen (Wirakartakusuma,
2003).
Berdasarkan dari data yang di peroleh
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang
menyebutkan bahwa Posyandu Lansia di
Kabupaten Semarang terdapat sebanyak 759
posyandu lansia. Dan yang aktif terdapat
sebanyak 735 posyandu lansia. Berdasarkan
data yang diperoleh dari posyandu lansia di
desa Candi pada bulan November 2012, data
kehadiran 3 bulan terakhir pada bulan agustus
24,1%, September 30,1 %, oktober 26,5%,
menunjukkan bahwa kehadiran lansia ke
posyandu lansia masih kurang dari yang
diharapkan. Target dari pelayanan posyandu
lansia adalah minimal 70% dari jumlah
sasaran posyandu lansia (Depkes RI, 2007).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang peneliti lakukan di desa Candi
Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia
di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan
2
Bandungan pada bulan november 2012
didapatkan hasil wawancara dimana dari 10
lansia, 6 orang lansia mayoritas berlatar
belakang tidak mengenyam pendidikan, 4
orang lansia pendidikan lulusan SD. Dan 7
orang lansia mengatakan mengetahui manfaat
posyandu lansia tetapi untuk pengetahuan
mereka tentang pentingnya kesehatan masih
kurang dan sering mengabaikan masalah
kesehatan. Dari 7 orang lansia tersebut
mengatakan bekerja sebagai petani dan
penghasilan mereka termasuk menengah
kebawah,
mereka
beranggapan
tidak
mengikuti posyandu lansia saja sudah sehat,
jadi buat apa mengikuti posyandu lansia. Bagi
mereka hal tersebut merupakan hal yang
membuang-buang waktu. Sedangkan 3 orang
lansia aktif dalam posyandu tetapi belum
begitu mengerti tentang tujuan posyandu
lansia dan manfaat posyandu lansia.
Berdasarkan uraian masalah diatas,
maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian
dengan
judul
“Hubungan
pengetahuan lansia mengenai posyandu lansia
dengan keaktifan posyandu lansia di Desa
Candi Bandungan”.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain
analitik korelasi dengan menggunakan
metode pendekatan cross sectional. Populasi
semua lansia yang ada di desa Candi. Teknik
Sampling dengan metode total sampling yaitu
teknik sampling dengan mengambil semua
populasi yang berjumlah 83 orang. Instrumen
penelitian yang digunakan adalah kuesioner.
Penelitian ini menggunakan uji validitas
yang dihitung dengan rumus product moment.
Sedangkan
Uji
reliabilitas
dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach.
Analisis data yang digunakan adalah
analisa univariate dengan menggunakan
distribusi frekuensi dan analisis bivariat
menggunakan uji statistik korelasi dengan
menggunakan
uji
Chi-Square
untuk
mengetahui hubungan antar variabel, karena
data dalam penelitian ini adalah ordinal dan
ordinal maka analisis sintetik yang digunakan
dengan menggunakan program SPSS for
windows.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Analisis Univariat
1. Pengetahuan
Tabel 1 Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan
Pengetahuan Lansia mengenai
Posyandu Lansia di Desa
Candi Bandungan
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
Jumlah
Frekuensi
22
50
11
83
Persentase (%)
26,5
60,2
13,3
100,0
Tabel 1 menunjukkan bahwa
sebagian responden yang mempunyai
pengetahuan tentang posyandu lansia yang
cukup sebanyak 50 responden (60,2%)
dan
responden dengan pengetahuan
baik yaitu 11 responden (13,3%).
2. Keaktifan
Tabel 2 Distribusi
Frekuensi
Responden
Berdasarkan
Keaktifan Posyandu Lansia di
Desa Candi Bandungan
Keaktifan
Poayandu
Lansia
Aktif
Tidak aktif
Jumlah
Frekuensi
Persentase
(%)
15
68
18,1
81,9
83
100,0
Tabel 2 menunjukkan bahwa
responden yang tidak sktif mengunjungi
posyandu lansia sebanyak 68 responden
(81,9%) dan yang aktif mengunjungi
posyandu lansia sebanyak 15 responden
(18,1%).
Analisis Bivariat
Hubungan pengetahuan lansia mengenai
posyandu lansia denga kektifan posyandu
lansia di Desa Candi Bndungan.
Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia
di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan
3
Tabel 3 Tabulasi
silang
antara
pengetahuan Lansia mengenai
Poayandu
Lansia
dengan
Posyandu Lansia di Desa Candi
Bandungan
Keaktifan Posyandu
Lansia
Pengetahuan
Tidak
Aktif
Aktif
f
%
f
%
Kurang
19 86,4 3 13,6
Cukup
39 78,0 11 22,0
Baik
10 90,9 1 9,1
Jumlah 68 81,9 15 18,1
p value = 0,000
Total
f
22
50
11
83
%
100,0
100,0
100,0
100,0
2=1,413
Tabel 3 menunjukkan bahwa presentase
responden yang tidak aktif dalam posyandu
lansia dengan pengetahuan kurang (86,4%),
tidak aktif dalam posyandu lansia dengan
pengetahun cukup (78,0%) dan baik (90,9%).
Presentase responden yang aktif dalam
posyandu lansia dengan pengetahuan cukup
(22,0%) lebih besar dibanding dengan
presentase responden yang aktif dalam
posyandu lansia dengan pengetahuan baik
(9,1%) dan kurang (13,6%).
Uji statistik dengan Chi Square
didapatkan p value=0,000≤0,05 sehingga ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan
lansia mengenai posyandu lansia dengan
keaktifan posyandu lansia di Desa Candi
Bandungan.
Pembahasan
Analisia Univariat
1. Pengetahuan
Diketahui dari tabel 1 bahwa
distribusi frekuensi responden berdasarkan
pengetahuan lansia dengan pengetahuan
yang cukup tentang posyandu lansia yaitu
50 responden (60,2%), yang mempunyai
pengetahuan
kurang
sebanyak
22
responden (22%) dan baik sebanyak 11
resonden (13,3%).
Pengetahuan yang kurang tentang
melakukan kunjungan posyandu lansia
didukung oleh kurangnya informasi yang
didapatkan oleh lansia tentang pentingnya
melakukan kunjungan posyandu lansia
baik dari teman, keluarga, media massa
maupun tenaga kesehatan. Selain informasi
yang kurang, faktor tingkat pendidikan dan
kesibukan kerja juga dapat menjadi
penyebab rendahnya pengetahuan tentang
posyandu lansia. Data yang didapat dari
kuesioner tentang pengetahuan tentang
posyandu lansia yang diberikan kepada
responden, responden beranggapan tidak
perlu melakukan kunjungan posyandu
lansia secara rutin, hanya dilakukan jika
ada waktu luang dan jika merasa tidak
sehat baru melakukan kunjungan posyandu
lansia, selain itu ada responden yang
belum mengetahui tentang manfaat dari
kunjungan posyandu lansia yang dapat
mendeteksi penyakit secara dini.
Responden yang memiliki tingkat
pengetahuan yang kurang disebabkan oleh
informasi yang kurang tepat atau tidak
mendapatkan informasi sama sekali,
menurut Notoatmodjo (2010), menjelaskan
salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu informasi ataupun
paparan media massa.
Pendidikan
diperlukan
untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang,
semakin mudah menerima informasi
sehingga
semakin
banyak
pula
pengetahuan yang dimiliki, dan sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Pendidikan adalah tuntutan dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan yaitu menuntun segala
kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
itu, agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan
setinggi-tingginya (Ki Hajar Dewantara).
Sebagian
besar
pengetahuan
responden dalam kategori cukup. Hal
tersebut dapat ditunjukkan dari hasil
kuesioner
yang
diberikan
kepada
responden tentang pengetahuan lansia
mengenai posyandu lansia. Dari hasil
kuesioner tersebut dapat dilihat bahwa
sebagian besar responden mengatakan
posyandu lansia tidak dilaksanakan sejak
dini dan teratur, karena mereka belum
Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia
di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan
4
mengetahui manfaat dan tujuan posyandu
lansia. Posyandu lansia sebelumnya tidak
berjalan aktif, dan sekarang sudah mulai
aktif tetapi kunjungan lansia masih tidak
aktif. Untuk waktu kunjungan posyandu
lansia setiap bulan sekali pada minggu
kedua di pagi hari. Karena mayoritas lansia
adalah petani maka saat kunjungan
posyandu tidak dapat hadir karena sibuk
bekerja.
Tingkat pengetahuan yang cukup dan
tinggi tentang posyandu lansia didukung
oleh banyaknya informasi yang didapatkan
oleh lansia tentang pentingnya posyandu
lansia.
Banyaknya
informasi
yang
diperoleh tentang
posyandu
lansia
disebabkan responden adalah lansia yang
bekerja sehingga mudah mendapatkan
akses informasi yang sedang berkembang
selama ini di lingkungan kerja. Seorang
yang bekerja akan mudah mendapatkan
berbagai informasi yang diinginkannya,
baik dilingkungan kerja maupun informasi
yang dapat diperoleh dari berbagai media
baik cetak maupun elektronik. Dengan
banyak akses informasi yang didapatkan
maka hal tersebut akan meningkatkan
tingkat pengetahuan responden khususnya
untuk kunjungan posyandu lansia. Hal ini
didukung
Umar
Hapsoro
(2009),
pengetahuan adalah gejala yang ditemui
dan diperoleh manusia melalui pengamatan
inderawi. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan indera atau akal
budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah
dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Pengetahuan diperoleh melalui informasi
langsung maupun tidak langsung dari
petugas kesehatan maupun dari pergaulan
dan media yang ada baik cetak maupun
elektronik.
2. Keaktifan
Diketahui dari tabel 2 menunjukkan
bahwa
responden yang tidak sktif
mengunjungi posyandu lansia sebanyak 68
responden (81,9%) dan yang aktif
mengunjungi posyandu lansia sebanyak 15
responden (18,1%).
Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar responden belum mengerti
tentang pentingnya melakukan kunjungan
posyandu lansia, sehingga sebagian besar
responden
melakukan
kunjungan
posyandu lansia tetapi masih dalam
kategori rendah. Dan yang melakukan
kunjungan aktif adalah lansia yang
kebanyakan memiliki riwayat sakit.
Berdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan data bahwa cukup banyak
responden yang berpendapat bahwa
mereka
tidak
sempat
melakukan
kunjungan posyandu lansia secara rutin
atau teratur karena lansia sibuk bekerja
yaitu sebagai petani. Dalam kenyataannya,
melakukan kunjungan posyandu lansia
tidak sesederhana yang dibayangkan.
Banyak kendala yang timbul dalam upaya
melakukan kunjungan posyandu lansia
karena faktor pekerjaan. Lansia yang
bekerja merupakan salah satu alasan
banyaknya lansia yang tidak melakukan
kunjungan posyandu lansia secara rutin
dan maksimal tetapi masih tetap
melakukan kunjungan posyandu lansia
walaupun masih dalam kategori rendah.
Pada saat ini masih banyak lansia yang
melakukan kunjungan posyandu lansia
dengan kategori rendah atau belum
maksimal karena bekerja.
Sedangkan
yang
melakukan
kunjungan posyandu lansia dengan aktif
sebanyak 15 responden (18,1%), lansia
yang bekerja masih sempat melakukan
kunjungan posyandu dengan baik karena
masih ada waktu luang dan kesempatan
untuk melakukan kunjungan posyandu
lansia atau dikarenakan lansia tersebut
sengaja
meluangkan
waktu
untuk
melakukan kunjungan posyandu lansia
dengan baik
untuk
memeriksakan
kesehatan rutin tiap bulan (cek up).
Analisis Bivariat
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel
3 menunjukkan bahwa pengetahuan lansia
tentang pengetahuan lansia mengenai
posyandu lansia dengan dengan keaktifan
posyandu lansia didapatkan data pada
responden dengan pengetahuan tentang
posyandu lansia yang dalam kategori
pengetahuan kurang dan tidak aktif dalam
melakukan kunjungan posyandu lansia yaitu
sebesar (86,4%) lebih besar dibandingkan
Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia
di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan
5
dengan presentase responden yang tidak aktif
dalam posyandu lansia dengan pengetahuan
cukup (78,0%) dan baik (90,9%). Presentase
responden yang aktif dalam posyandu lansia
dengan pengetahuan cukup (22,0%) lebih
besar dibandingkan dengan presentase
responden yang aktif dalam posyandu lansia
dengan pengetahuan baik (9,1%) dan kurang
(13,6%). Presentase responden aktif dengan
pengetahuan kurang (3,6%) dan untuk
presentase responden tidak aktif dengan
pengetahuan baik (2,4%).
Hasil penelitian tersebut dapat diketahui
bahwa sebagian besar responden yang
melakukan kunjungan posyandu lansia dalam
kategori aktif memiliki tingkat pengetahuan
yang baik dengan prosentase 9,1%, hal ini
dikarenakan responden telah mengetahui
manfaat serta tujuan dari kunjungan posyandu
lansia. Menurut responden melakukan
kunjungan
posyandu
lansia
harus
dilaksanakan walaupun sibuk bekerja, karena
responden sudah mengetahui kapan waktu
melakukan kunjungan posyandu lansia secara
rutin dan responden meluangkan waktu untuk
melakukan kunjungan posyandu lansia.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan
mencangkup beberapa tingkatan dalam
domain kognitif, antara lain yaitu: tahu,
memahami
dan
aplikasi,
sehingga
pengetahuan seseorang dinilai baik bukan
hanya tahu, tetapi dapat melakukan atau
mengaplikasikan informasi yang telah
diterima.
Pada hasil penelitian responden yang
melakukan kunjungan posyandu lansia dalam
kategori tidak aktif, dengan tingkat
pengetahuan yang baik (90,9%), responden
dengan pengetahuan yang baik tetapi
melakukan kunjungan posyandu lansia masih
dalam kategori tidak aktif dikarenakan
kesibukan lansia tersebut, kecapekan dalam
bekerja (bekerja terlalu keras) dan tidak
meluangkan
waktu
untuk
melakukan
kunjungan posyandu lansia secara maksimal.
Sedangkan sebagian besar responden yang
melakukan kunjungan posyandu lansia masih
dalam kategori tidak aktif dengan tingkat
pengetahuan cukup sebanyak (78,0%) dan
dengan pengetahuan yang kurang (86,4%).
Pengetahuan yang kurang disebabkan oleh
kurangnya informasi yang diterima tentang
pentingnya melakukan kunjungan posyandu
lansia sehingga responden tersebut dalam
melakukan kunjungan posyandu lansia masih
dalam kategori buruk. Salah satu pengetahuan
yang tidak atau kurang dipahami adalah
tentang manfaat dan tujuan dari melakukan
kunjungan posyandu lansia. Dan lansia harus
meluangkan sedikit waktu untuk dapat
mengikuti kegiatan yang akan dilakukan pada
posyandu lansia, sehingga lansia mengetahui
bahwa melakukan kunjungan posyandu lansia
dapat mengetahui manfaat serta tujuan dari
posyandu lansia itu sendiri, dan keuntungan
yang dapat diperoleh pada lansia karena dapat
mendeteksi secara dini agar tidak terjadi
maala-masalah pada masa lansia.
Dari hasil uji statistik menggunakan Uji
Chi-Square dengan taraf signifikasi 5 %
(0,05) didapatkan p value sebesar 0,000 Jika p
value = 0,000 dan α = 0,05 maka p value
lebih kecil dari α (p < 0,05), jadi H0 ditolak.
Jadi kesimpulan dari uji tersebut adalah ada
hubungan pengetahuan lansia mengenai
posyandu lansia dengan keaktifan posyandu
lansia di Desa Candi Bandungan.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa:
1. Tingkat pengetahuan lansia tentang
posyandu lansia di desa Candi,
Bandungan, Semarang sebagian besar
adalah
responden
dengan
tingkat
pengetahuan yang cukup yaitu 50
responden (60,2%), tingkat pengetahuan
yang baik 11 responden (13,3%),
sedangkan tingkat pengetahuan yang
kurang 22 responden (26,5%).
2. Keaktifan posyandu lansia di desa Candi,
Bandungan, Semarang adalah responden
dengan kunjungan posyandu lansia yang
aktif sebanyak 15 responden (18,1%) dan
yang melakukan kunjungan posyandu
lansia tidak aktif 68responden (81,9%).
3. Hubungan antara pengetahuan lansia
tentang posyandu lansia dengan keaktifan
posyandu lansia di desa Candi,
Bandungan, Semarang. Nilai p value
Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia
di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan
6
0,000 < α 0,05 dengan nilai value sebesar
0,000 yang berarti ada hubungan
pengetahuan lansia mengenai posyandu
lansia dengan keaktifan posyandu lansia
di desa Candi, Bandungan, Semarang.
Saran
1. Bagi Puskesmas
Untuk meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan lansia, diharapkan pihak
instansi kesehatan seperti puskesmas
dapat mengerahkan tenaga kesehatan yang
sesuai dengan bidanganya untuk selalu
berpartisipasi dalam posyandu lansia
sehingga dapat meningkatkan kehadiran
lansia serta menambah motivasi.
2. Bagi bidan
Hendaknya lebih lagi dalam
memberikan informasi tentang kesehatan
dan mengenalkan kembali posyandu
lansia serta menjelaskan tujuan , manfaat
dan juga kegiatan dari posyandu lansia itu
sendiri. Informasi bisa disampaikan pada
pertemuan lansia dalam acara pengajian
dan arisan.
3. Bagi lansia
Hendaknya
lansia
lebih
meningkatkan informasi tentang posyandu
lansia agar lebih aktif di posyandu lansia
sehingga kesehatan lansia terpantau
dengan baik.
4. Bagi peneliti
Agar meningkatkan pengetahuan
dan wawasan tentang metodologi
penelitian sehingga dapat menghasilkan
penelitian yang baik dan terinci, dan bagi
peneliti lain agar dapat mengembangkan
penelitian dengan menambah variabel
lain. Dan memberikan saran kepada
tenaga
kesehatan
setempat
untuk
meberikan informasi posyandu lansia dan
menetapkan waktu kunjungan dimana
lansia bisa meluangkan waktu untuk
hadir.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta. Rineka
Cipta.
Astuti, Endang. P. 2003. Faktor- Faktor yang
mendorong Lansia tetap Bekerja di
Sektor
Pertanian.
Skripsi.
Universitas Airlangga.
Cahyo. 2010. Posyandu dan desa siaga.
Yogyakarta
Departemen Kesehatan RI. 2002. Prosedur
suatu penelitian. Rineka Cipta.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2003. Dalam
Erniriyono. 2010. Faktor-faktor yang
Berhubungan dengan Pengetahuan
Kader tentang Pelayanan Posyandu
Lansia di Desa Sukondo, Kecamatan
Bonang, Kabupaten Demak tahun
2010.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman
pembinaan kesehatan usia lanjut
bagi petugas kesehatan. Direktorat
Kesehatan keluarga, Departemen
Kesehatan, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2005 dalam
Henniwati. 2008. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Pemanfaatan
Pelayanan Posyandu Lanjut Usia di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Kabupaten Aceh Timur [tesis].
Medan: Program Pasca Sarjana,
Universitas Sumatera Utara. USU eRepository tahun 2009.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil
Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan
Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian dan
Tekhnik Analisis Data. Jakarta.
Salemba Medika.
Isfandari, Siti. 2003. Pamanfaatn Fasilitas
Kesehatan pada Golongan 50 Tahun
ke Atas. Analisis Lanjut IFLS. Jurnal
Epidemiologi Nasional.
KKBI. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Balai
pustaka. Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian : suatu
pendekatan praktek (Edisi kelima).
Jakarta : Rineka Cipta.
Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia
di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan
7
Lestari. 2011. Beberapa Faktor yang Berperan
Terhadap Keaktifan Kunjungan
Lansia ke Posyandu Studi Kasus di
Desa Tamantirto Kecamatan Kasihan
Kabupaten Bantul Provinsi DIY.
Media
Medika
Indonesiana
Statistics.
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia
Lanjut dan Perawatannya. Jakarta.
Salemba Medika.
Ma’rifatul. A, Lilik. 2011. Keperawatan
Lanjut Usia. Yogyakarta. Graha
Ilmu.
Media Medika Indonesia. 2011. Beberapa
Faktor yang berperan terhadap
keaktifan
kunjungan
lansia
keposyandu.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Pendidikan
Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendididkan
dan Perilaku. Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi
Kesehatan & Ilmu Perilaku. Edisi
Revisi. Jakarta. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta.rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan
metodologi
penelitian
ilmu
keperawatan: pedoman skripsi, tesis
dan instrumen penelitian (edisi
pertama). Jakarta: Salemba Medika.
PB PAPDI (perhimpunan dokter spesialis
dalam indonesia). 2011. pencegahan
penyakit dan kiat sehat tetap sehat
pada usia lanjut. Jakarta.
Riyanto. 2011. Aplikasi metoologi penelitian
kesehatan. Gava Media. Yogyakarta.
Sari, Yohana. 2011. Pengertian Posyandu
Lansia. Jakarta.
Wirakartakusumah, A., Subarna, M. Arpah,
D. Syah, dan A.I.Budiwati. 2003.
Pengeringan. Petunjuk Laboratorium
Peralatan dan Proses Industri
Pangan. Institut Pertanian Bogor.
Hubungan Pengetahuan Lansia Mengenai Posyandu Lansia dengan Keaktifan Posyandu Lansia
di Desa Candi Wilayah Kerja Puskesmas Duren Bandungan
8
Download