TUGAS GENETIKA SEMESTER II TAHUN AKADEMK 2016/2017 IDENTIFIKASI DAN CONTOH EKSPRESI GEN DISUSUN OLEH : MELATI-B : 1. Aflah Mauzi'ah 2. Muhammad Khoirul Anam 3. Putra Muhammad 4. Rifal Maulana 5. Riskiyanto 6. Robertus Widia Simarmata 7. Siska Mardiana 8. Yasikha Ayu Fahrida FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2017 IDENTIFIKASI DAN EKSPRESI GEN PADA TANDUK SAPI A. Pengantar Ekspresi gen merupakan serangkaian proses penerjemahan informasi genetik dalam urutan basa, DNA, dan RNA, serta protein. Sebelum terjadi mekanisme ekspresi gen terlebih dahulu terjadi regulasi yaitu proses pengendalian ekspresi gen, barulah setelah itu terjadi proses mekanisme ekspresi gen yang terdiri dari dua tahap, yaitu transkripsi dan translasi. Transkripsi merupakan proses di mana DNA berfungsi sebagai “template” dan ditranskripsikan menjadi mRNA, sedangkan translasi merupakan proses di mana informasi pada RNA akan diterjemahkan menghasilkan protein. Ekspresi gen pada sel eukariotik hanya memungkinkan ekspresi sebagian kecil genom dalam suatu waktu, sehingga sel dapat berkembang dan terdifferensiasi, sedangkan pada gen yang spesifik ekspresi gen terjadi secara bersamaan di berbagai tingkat dan berbagai faktor bekerja bersamaan untuk merangsang dan menghambat ekspresi suatu gen (Sari, 2007). Ekspresi gen terdiri dari dua tahapan besar yaitu tahapan transkripsi dan translasi. Pada proses berlangsungnya tahap transkripsi dan translasi, ekspresi gen dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antisense dalam peristiwa alamiah ekspresi gen, istilah antisense dapat ditemui pada proses transkripsi. Antisense pada proses ini adalah untai DNA 3’ – 5’ yang berperan menjadi cetakan pada pembentukan mRNA 5’ – 3’ dengan sekuen yang saling berkomplementer (3,4). Yang dimaksud antisense dalam upaya penghambatan ekspresi gen adalah antisense oligonukleotida yang dibuat secara sintetis dengan 2 urutan basa yang berkomplementer dengan untai target mRNA sehingga hibridasi antisense oligonukleotida dengan untai mRNA mengakibatkan kompleks ribosom tidak dapat membaca pesan yang dibawa oleh mRNA (Dian, 2006). Ekspresi gen pada tanduk adalah salah satu ekspresi gen yang terpengaruh oleh kelamin (sex influenced genes) yang memperlihatkan perbedaan ekspresi antara individu jantan dan betina. Sebagai contoh, gen autosomal H yang mengatur pembentukan tanduk pada domba akan bersifat dominan pada individu jantan tetapi resesif pada individu betina. Sebaliknya, alelnya h, bersifat dominan pada domba betina tetapi resesif pada domba jantan. Oleh karena itu, untuk dapat bertanduk domba betina harus mempunyai dua gen H (homozigot) sementara domba jantan cukup dengan satu gen H (heterozigot) (Nurfadillah, 2016). Faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan suatu sel dalam meregulasi hal tersebut, yaitu: 1. Struktur kromatin, misalnya ketika terjadi perubahan struktur kromatin sehingga kesalahan dalam modifikasi histon sehingga terjadi metilasi sehingga tidak dapat melakukan hubungan dengan RNA polimerase dan transkripsi terganggu. 2. Kontrol epigenik. Epigenik adalah ekspresi gen yang disebabkan oleh mekanisme selain perubahan sekuens DNA dasar. Apabila terjadi kesalahan pada pola untuk ekspresi gen dan terjadi modifikasi histon, metilasi DNA dan hal-hal lainnya maka transkripsi akan terganggu juga. 3. Inisiasi transkripsi, merupakan komponen paling penting karena tanpa adanya hal ini maka transkripsi tidak akan berlangsung. Inisiasi transkripsi termasuk enhancer, protein aktivasi dan protein untuk inhibisi. 4. Proses transpor dan modifikasi, pada proses ini intron harus dibuang dengan akurat untuk mencegah terbentuknya protein yang berbeda. 5. RNA transpor, berperan dalam membawa asam amino. 6. Stabilitas transkripsi, hasil transkripsi harus mampu untuk bertahan lama dan menjalankan fungsi mengirimkan kodon ke ribosom dengan baik. 7. Inisiasi translasi, apabila proses inisiasi pada kodon metionin tidak dilaksanakan dengan baik, maka ekspresi gen akan berbeda 8. RNA kecil dan kontrol terhadap tahapan transkripsi, penelitian terbaru menunjukkan bahwa RNA kecil berfungsi dalam mengontrol tahapan dalam transkripsi RNAm dan stabilitas dari RNAm, bahkan perubahan pada struktur kromatin. 9. Modifikasi pasca-translasi, seperti proses glikosilasi, asetilasi, dll apabila terganggu akan menyebabkan ekspresi gen dan fungsi seluler yang berbeda juga. 10. Protein transpor, untuk mengantarkan protein hasil translasi dan hasil modifikasi pasca-translasi ke tempat yang dituju untuk bekerja. 11. Kontrol terhadap stabilitas protein, ada beberapa protein yang cepat terdegradasi dan ada beberapa yang sangat stabil. B. Eksperimen dan Metode Percobaan Materi yang digunakan dalam penelitian adalah sapi betina PO, SIMPO keturunan pertama (F1-S) dan keturunan kedua backcross (BC1-S), LIMPO keturunan pertama (F1-L) dan keturunan kedua backcross (BC1-L), masing-masing 20 ekor sehingga total ternak sebanyak 100 ekor dengan kisaran umur 1 sampai 4 tahun. Metode yang digunakan dalam eksperimen tersebut adalah metode purposive sampling. Karakteristik eksterior ternak diperoleh melalui pengamatan langsung pada ternak, salah satunya adalah ada dan tidak adanya tanduk pada probandus eksperimen tersebut. Karakteristik eksterior ternak dipengaruhi sifat dominansi penuh dan dominansi tidak penuh. 1. Dominan Penuh Suatu persilangan disebut dominan penuh apabila pada keturunannya sifat dominan mampu menutupi sifat yang lainnya. Sifat ini akan selalu muncul pada tiap keturunan karena kemampuannya menutupi sifat yang lain yang disebut sifat resesif. Contoh: Persilangan antara sapi bertanduk dengan sapi tak bertanduk. Ternyata dihasilkan keturunan pertama (F1) 100% bertanduk, sedangkan persilangan sesame F1 menghasilkan sapi bertanduk dominan terhadap sapi tak bertanduk. P1 : TT (tidak bertanduk) x tt (bertanduk) Gamet : T t F1 : Tt (tidak bertanduk) P2 : Tt (tidak bertanduk) x Tt (tidak bertanduk) Gamet : T, t T, t F2 : TT (tak brtanduk), Tt (tidak bertanduk), Tt (tidak bertanduk), tt (bertanduk) Perbandingan genotipenya adalah TT : Tt : tt = 1 : 2 : 1 Perbandingan fenotipe F2 adalah sapi tak bertanduk : bertanduk = 3 : 1 2. Dominan Tidak Penuh Dominan tidak penuh terjadi jika kedua gen induk saling mempengaruhi sehingga menghasilkan sifat antara. Contoh: Persilangan antara sapi PO berwarna putih dengan sapi Simmental berwarna merah menghasilkan keturunan pertama (F1) berwarna coklat. Persilangan sesama F1 menghasilkan keturunan dengan tiga fenotip berbeda. P1 : PP (putih) x pp (merah) Gamet : P p F1 : Pp (coklat) P2 : Pp (coklat) x Pp (coklat) Gamet : P, t P, p F2 : PP (putih), Pp (coklat), Tt (coklat), tt (merah) Perbandingan genotipenya adalah PP : Pp : pp = 1 : 2 : 1 Perbandingan fenotipe F2 adalah sapi putih : coklat : merah = 1:2:1 C. Kesimpulan Berdasarkan literatur yang didapatkan, ekspresi gen merupakan serangkaian proses penerjemahan informasi genetik dalam urutan basa, DNA, dan RNA, serta protein. Faktor yang dapat mempengaruhi ekspresi gen adalah struktur kromatin, kontrol epigenik, inisiasi transkripsi, proses transpor dan modifikasi, RNA transpor, stabilitas transkripsi, inisiasi translasi, RNA kecil dan kontrol terhadap tahapan transkripsi, modifikasi pasca-translasi, protein transpor dan kontrol terhadap stabilitas protein. Ada/tidak adanya tanduk pada ternak dipengaruhi oleh gen seksual. Tidak bertanduk bersifat dominan, sedangkan yang bertanduk bersifat resesif. Daftar Pustaka Dian R, Laksmitawati, Prijanti A.R . Penghambatan Eksppresi Gen dengan Antisense Oligonukleotida Sebagai Upaya Pengobatan Penyakit. Fakultas farmasi uninversitas Pancasila dan bagian biokimia fakultas kedokteran UI. Nurfadillah, Sallam. 2016. http://nurfadillahsalam.blogspot.co.id./2016/02/genetika-genrangkai-kelamin-sex-linkage-html. Diakses pada 15 Maret 2017 pukul 10:44. Sari, Mutiara Indah. 2007. Pengaturan ekspresi gen. Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara. Trifena, Budisatria, I.G.S., Hartatik, T. 2011. Perubahan Fenotip Sapo Peranakan Ongole, Simpo, dan Limpo pada Keturunan Pertama dan Keturunan Kedua (Backcross). Buletin Peternakan Vol. 35(1) : 11-16. Vito Filabert Jayalie. 2014. http://vjayalie.blogspot.co.id/2014/01/ekspresi-gen.html. Diakses pada selasa 14-03-2017. Sudradjat, P., Subiharta. 2014. Karakter Fenotipik Sapi Betina Peranakan Ongole Kebumen. Widyariset, Vol. 17(2) : 283 – 290. Lampiran