Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Manajemen
Manajemen terdapat dalam semua kegiatan manusia baik dalam rumah
tangga, sekolah, pemerintah, perusahaan dan sebagainya. Manajemen berasal dari
kata to manage yang berarti mengatur (mengelola). Manajemen merupakan bidang
yang sangat penting untuk di pelajari dan dikembangkan, untuk itu kita perlu
memahami arti dari manajemen tersebut. Ada beberapa pendapat mengenai
pengertian manajemen sebagai berikut:
Menurut Terry (2003:9) pengertian manajemen adalah sebagai berikut:
“Manajemen adalah kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh
individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui
tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya .”
Menurut Manulang (2005), definisi manajemen adalah:
“Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumberdaya untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan. ”
Sedangkan menurut Kontz dan Heinz (1994:4) Definisi manajemen sebagai
berikut :
“Management is the process of designing ang maintaining an environment
in which individuals, working together in groups, efficiently accomplish
selected aims.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu
proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi sumber daya
organisasi demi mencapai tujuan organisasi.
16
17
2.2
Pengertian Keuangan
Keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan manusia
dan organisasi. Untuk dapat memperoleh laba dalam melakukan suatu usaha
diperlukan keuangan yang optimal agar perusahaan dapat melakukan seluruh kegiatan
operasional secara efektif.
Menurut Sartono (2001:6) pengertian keuangan adalah:
“Teori keuangan pada prinsipnya menjelaskan tentang bagaimana orang
atau perusahaan seharusnya berperilaku, dan kemudian dikembangkan
teori yang lebih formal untuk mempelajari perilaku orang atau
perusahaan.”
Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:34) pengertian keuangan adalah :
“Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang, yang
mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi.”
Menurut Gitman (2006:4) mengatakan bahwa :
“Finance can be defined as the art science of managing money. Virtually
all individuals and organization earn or raise money and spend or invest
money. Finance is concerned the process institutions, market, and
instruments involved in the transfer of money among individuals, business,
and government.”
Dapat disimpulkan bahwa keuangan merupakan perilaku dalam mengelola
uang yang dikembangkan kedalam teori formal yang mempengaruhi kehidupan setiap
orang atupun organisasi.
2.3
Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan berpengaruh langsung terhadap kehidupan setiap orang
dan perusahaan. Oleh karena itu manajemen keuangan sangatlah penting bagi semua
jenis perusahaan baik pemerintah maupun swasta untuk mencapai tujuannya.
Menurut Sartono (2001:6) manajemen keuangan dapat diartikan sebagai :
“Manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana
berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan
dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.”
Menurut Horne dan Wahowicz (1997:2) manajemen keuangan diartikan
sebagai berikut :
18
“Segala aktivitas berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan
pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.”
Sedangkan
menurut
Husnan
dan
Pudjiastuti
(2004:2)
pengertian
manajemen keuangan adalah sebagai berikut :
“Pengaturan kegiatan keuangan dalam mencari sumber dana untuk
membiayai kebutuhan operasi dalam suatu organisasi.”
Maka dapat disimpulkan bahwa pengertian dari manajemen keuangan adalah
suatu aktivitas pengelolaan keuangan untuk pembiayaan kegiatan operasi suatu
perusahaan.
2.3.1 Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan (keuangan perusahaan) memiliki kesempatan kerja
yang terluas karena setiap perusahaan pasti membutuhkan seorang manajer keuangan
yang menangani fungsi-fungsi keuangan. Dalam hubungan dengan pencapaian tujuan
perusahaan maka manajer keuangan harus melakukan tugas-tugas dalam beberapa
bidang. Tugas-tugas yang harus dilakukan itu merupakan fungsi dari manajer
keuangan. Fungsi manajemen keuangan menurut Sartono (2001:6) adalah :
a. Keputusan investasi, yaitu keputusan alokasi dana baik dana yang berasal
dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan. Keputusan ini akan
tercermin pada sisi aktiva dalam neraca perusahaan.
b. Keputusan pembelanjaan, pada keputusan ini manajer keuangan dalam
pemenuhan kebutuhan dana menjadi semakin komplek dalam kondisi
globalisasi pasar modal. Pengumpulan dana tidak lagi terbatas dalam suatu
negara melainkan terbuka kesempatan untuk menarik dana dari investor
asing. Perusahaan dapat mengurangi ketergantungan dana dari perbankan
melalui penemuan baru instrument pasar uang dan modal.
c. Keputusan
dividen,
dividen
merupakan
bagian
keuntungan
yang
dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Oleh karena itu
19
dividen ini merupakan penghasilan yang diharapkan oleh para pemegang
saham.
2.3.2 Tujuan Manajemen Keuangan
Untuk bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer
keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Secara normatif tujuan
keputusan keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai perusahaan karena dapat
meningkatkan kemakmuran para pemilik perusahaan (pemegang saham).
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2002:7) tujuan dari manajemen keuangan
adalah sebagai berikut :
”Untuk memaksimumkan nilai perusahaan, yang merupakan harga yang
bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual .”
Menurut Weston dan Copeland (1994:3) tujuan manajemen keuangan yaitu :
“Merencanakan untuk memperoleh dana dan menggunakan dana
tersebut untuk memaksimalkan nilai perusahaan.”
Menurut Sutrisno (2003:5) mengatakan bahwa :
“Tujuan dari manajemen keuangan adalah bagaimana perusahaan
mengelola baik itu mendapatkan dana maupun mengalokasikan dana
guna mencapai nilai perusahaan yaitu kemakmuran para pemegang
saham.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan
oleh manajer keuangan adalah mengelola dana guna memaksimalkan nilai
perusahaan.
2.4
Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan,
dimana pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan.
Menurut Menteri Keuangan RI No. 1548/KMK/1990 pengertian pasar
modal secara umum sebagai berikut :
20
“Suatu system keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya
adalah bank-bank komersial semua lembaga perantara di bidang
keuangan serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar.”
Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 disebutkan bahwa :
“Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkanya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek.”
“Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh
emiten untuk menjual efek kepada mayarakat berdasarkan tata cara
yang diatur dalam Undang-Undang.”
“Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan hutang, surat
berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti hutang, unit
penyetoran kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka panjang atas
efek.”
Menurut Sabardi (1997:129) pasar modal dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Pasar bagi instrumen finansial (missal obligasi dan saham) jangka
panjang (lebih dari satu tahun jatuh temponya).”
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modal
merupakan sarana bagi para investor untuk melakukan transaksi jual beli surat
berharga pada perusahaan yang menerbitkan sekuritas.
2.4.1 Fungsi Pasar Modal
Pasar modal memiliki daya tarik bagi para pihak yang melakukan kegiatan
transaksi jual beli surat berharga. Hal tersebut di sebabkan pasar modal memiliki
fungsi yang strategis, menurut Husnan (2005:4) fungsi dari pasar modal adalah
sebagai berikut:
1. Pasar modal bisa menjadi alternatif penghimpunan dana selain system
perbankan. Pasar modal memungkinkan perusahaan menerbitkan sekuritas
yang berupa surat tanda hutang (obligasi) ataupun surat kepemilikan
(saham). dengan demikian perusahaan bisa menghindarkan diri dari kondisi
21
debt to equity ratio yang terlalu tinggi sehingga justru membuat cost of
capital of the firm tidak lagi minimal.
2. Pasar modal memungkinkan pemodal mempunyai berbagai pilihan
investasi yang sesuai dengan preferensi risiko mereka. Seandainya tidak
ada pasar modal, maka para lenders mungkin hanya bisa menginvestasikan
dana mereka dalam system perbankan. Dengan adanya pasar modal para
pemodal
memungknkan
untuk
melakukan
difersivikasi
investasi,
membentuk portofolio sesuai dengan resiko yang mereka bersedia
tanggung dan tingkat keuntungan yang mereka harapkan.
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Modal
Menurut Husnan (2005:8) secara rinci faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pasar modal antara lain adalah :
1.
Supply sekuritas
Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan
sekuritas di pasar modal.
2.
Demand sekuritas
Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki
jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas yang
ditawarkan.
3.
Kondisi politik dan ekonomi
Faktor ini yang pada akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan
sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan
ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand akan
sekuritas.
4.
Masalah hukum dan peraturan
Pembeli sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang
disediakan
oleh
perusahaan-perusahaan
yang
menerbitkan
sekuritas.
22
Kebenaran informasi, karena itu menjadi sangat penting disamping kecepatan
dan kelengkapan informasi.
5.
Keberadaan lembaga yang mengawasi dan mengatur kegiaan pasar modal dan
berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien.
Peran informasi yang dapat diandalkan kebenaranya dan cepat tersedianya
menjadi sangat penting. Diperlukan berbagai lembaga dan profesi yang
menjamin persyaratan tersebut dapat dipenuhi.
2.5
Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dilaksanakan
oleh suatu perusahaan dengan menyajikan laporan-laporan periodik berisi data
keuangan yang akan digunakan oleh pihak manajemen, investor, kreditur dan pihakpihak lain diluar perusahaan yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di
dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi.
Pengertian laporan keuangan menurut Brigham dan Houston (2010:84)
sebagai berikut :
“Laporan Keuangan adalah beberapa lembar kertas dengan angkaangka yang tertulis di atasnya, tetapi penting juga untuk memikirkan
asset-aset nyata yang berada dibalik angka-angka tersebut ”.
Menurut Weston dan Copeland (1994:4) laporan keuangan merupakan:
“Informasi tentang prestasi perusahaan di masa lampau dan dapat
memberikan petunjuk untuk penetapan kebijakan dimasa yang akan
datang.”
Menurut Nilasari
dan Wilujeng (2006:164) Definisi laporan keuangan
sebagai berikut:
“Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan
keuangan yang merupakan pencerminan dari prestasi manajemen
perusahaan pada suatu periode tertentu”
Bagi para investor yang melakukan analisis perusahaan, informasi laporan
keuangan yang dipublikasikan merupakan salah satu jenis informasi yang paling
23
mudah dan paling mudah didapatkan dibandingkan dengan alternatif informasi
lainnya.
2.5.1 Tujuan Laporan Keuangan
Sesuai PSAK yang dikeluarkan tahun 1999, dalam “Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan”, Paragraf 12 menyatakan: Tujuan
laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Lesmana dan
Surjanto, 2003:3).
Tujuan pelaporan keuangan (financial reporting) seperti yang diungkapkan
oleh Kieso, Weygandt dan Warfield (2001, 5) adalah memberikan informasi yang:
1. Berguna dalam keputusan-keputusan investasi dan kredit.
2. Berguna dalam menilai arus kas mendatang.
3. Mengenai sumber-sumber daya dalam perusahaan, hak atas sumber-sumber
daya, dan perubahan atas sumber-sumber daya dan hak atasnya.
2.5.2 Pihak-pihak yang Berkepentingan Dalam Laporan Keuangan
Laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi keuangan
untuk digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.
Menurut Lesmana dan Surjanto ( 2003:3) pihak-pihak yang berkepentingan
(constituents) dengan pelaporan keuangan sebuah entitas usaha sabagai berikut :
1.
Investor atau pemilik dari perusahaan
Berkepentingan menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu bahan
pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan atas investasinya,
mengingat resiko kepemilikan sebuah perusahaan yang merupakan “residual
claims”. Dan laporan keuangan juga dapat menjadi faktor pertimbangan
dalam pemberian kompensasi pada manajemen yang mengelola perusahaan
miliknya.
24
2.
Kreditor
Sebagai pemilik dana yang dipinjam oleh perusahaan, berkepentingan
dengan keputusan-keputusan atas tagihanya pada perusahaan saat ini dan juga
permohonan-permohonan pinjaman yang dilakukan oleh perusahaan.
3.
Manajemen perusahaan
Sebagai pihak yang membuat laporan keuangan, berkepentingan untuk
melakukan strategi-strategi pelaporan yang dapat menjaga kepentinganya
sebagai pengelola perusahaan.
Sementara Menurut Nilasari dan Wilujeng (2006:165) pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan yaitu :
1.
Pihak Eksternal
Pihak eksternal seperti para investor atau pemegang saham, pemerintah,
lembaga keuangan sangat memerlukan informasi yang terdapat dalam laporan
keuangan perusahaan.
2.
Pihak Internal
Para manajer maupun karyawan dalam perusahaan memerlukan laporan
keuangan terutama pada saat akan membuat keputusan ataupun mengevaluasi
kinerja mereka sendiri.
2.5.3 Manfaat Laporan Keuangan
Manfaat laporan keuangan diantaranya terletak pada interprestasi masingmasing pemakainya. Pemakai dalam konteks ini adalah pihak-pihak yang
berkepentingan, umunya secara ekonomis terhadap perusahaan yang mengeluarkan
laporan keuangan yang bersangkutan.
Menurut Munawir (2004:5) menyatakan bahwa:
”Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada Akhir periode untuk suatu
perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi
keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu
akhir-akhir ini sudah menjadi kewajiban bagi perseroan-perseroan
25
untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba
yang tak dibagikan (laba yang ditahan).”
2.6
Pengertian Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah menelaah dengan mempelajari hubungan-
hubungan atau tendensi-tendensi untuk menentukan posisi keuangan dan hasil
operasional serta perkembangan perusahaan menurut laporan keuangan yang
disajikan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Sofyan (2004:190) analisis laporan keuangan adalah :
“Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang
lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan yang
mempunyai makna antara satu dengan yang lain antara data kuantitatif
maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan
keputusan yang lebih tepat.“
Dari definisi diatas jelas bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu
proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi
keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan
tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai
kondisi dan kinerja perusahaan pada masa yang akan datang.
Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak
seperti investor, kreditor, analisis, konsultan keuangan pialang, pemerintah, dan pihak
manajemen sendiri. Penilaian kinerja keuangan dapat dilihat dengan cara
menganalisis laporan keuangan. Menurut Martono dan Harjito (2002:52) bahwa
analisis laporan keuangan yang banyak digunakan adalah analisis tentang rasio
keuangan. Berdasarkan sumber analisis, rasio keuangan dapat dibedakan :
1. Perbandingan internal (internal comparison),yaitu membandingkan rasio
pada saat ini dan rasio pada masa lalu dan masa yang akan datang dalam
perusahaan yang sama.
26
2. Perbandingan Eksternal (eksternal comparison) dan sumber-sumber
industri,yaitu membandingkan rasio perusahaan dengan perusahaanperusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri pada saat yang sama.
Karena perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai, maka analisis
keuangan juga beragam. Menurut Nilasari dan Wilujeng (2007:156) terdapat
beberapa alat untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan, diantaranya yaitu:
A.
Rasio Likuiditas
Rasio yang menggambarkan kemempuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibanya yang telah jatuh tempo. Likuiditas perusahaan sangat
dipengaruhi oleh besar kecilnya aktiva lancar maupun hutang lancar.
Likuiditas ini dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:
- Likuiditas
Extern
(likuiditas
badan
usaha),
dimana
perusahaan
mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajibanya dengan pihak
luar.
- Likuiditas Intern (likuiditas perusahaan), dimana kemampuan perusahaan
untuk menjamin kelancaran proses produksinya.
B.
Rasio Solvabilitas
Rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajibanya apabila perusahaan dilikuidasi. Kewajiban tersebut berupa
hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.
C.
Rasio Rentabilitas
Rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan/profit dengan sejumlah modal yang bekerja didalam peruahaan.
Rentabilitas dapat diklasifikasikan menjadi:
- Rentabilitas
Ekonomis,
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba dari keseluruhan modal yang digunakan.
- Rentabilitas modal sendiri, adalah kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dari sejumlah modal sendiri yang digunakan.
27
Sedangkan menurut Sofyan (2004:297) kelompok rasio keuangan
dikembangkan menjadi empat kelompok, yaitu :
1. Rasio Likuiditas
Rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada waktunya.
2. Rasio Aktivitas
Rasio
menunjukkan
sejauh
mana
efisiensi
perusahaan
dalam
menggunakan asset untuk memperoleh penjualan.
3. Rasio Leverage
Rasio menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban
baik itu jangka pendek maupun jangka panjang.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio yang dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, asset
maupun bagi modal sendiri.
Selain Rasio diatas ada pula rasio Nilai Pasar atau rasio Penilaian. Rasio ini
merupakan indikator untuk mengukur mahal murahnya suatu saham, digunakan untuk
membantu investor dalam mencari saham yang memiliki potensi keuntungan dividen
yang besar sebelum melakukan penanaman modal berupa saham. Namun rasio pasar
tidak mempunyai ukuran yang menunjukan tingkat efesiensi rasio serta tidak dapat
mencerminkan kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan jika dilihat
berdasarkan harga saham maupun jika dipergunakan oleh pihak manajemen
perusahaan.
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham
dengan laba, nilai buku per saham, dan dividen. Rasio ini memberikan petunjuk
mengenai apa yang dipikirkan invenstor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta
prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:75).
Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat (investor) atau
para pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli saham
28
perusahaan dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan nilai buku saham
(Sutrisno, 2003:256).
2.7
Keputusan Keuangan
Dalam literatur finance tujuan perusahaan yang ingin dicapai adalah
meningkatkan nilai perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan, yang
terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen
Haruman (2008:150). Ketersediaan dana dalam perusahaan yang berasal dari
sumber pendanaan, baik dari sumber pendanaan internal maupun sumber pendanaan
eksternal. Dengan memperhatikan sumber-sumber pembiayaan, perusahaan memiliki
beberapa alternatif pembiayaan untuk menentukan struktur modal yang tepat bagi
perusahaan Haruman (2008:150). Maka dari itu perusahaan harus mampu membuat
suatu keputusan pendanaan yang terbaik.
2.7.1 Pengertian Keputusan Pendanaan
Menurut Nilasari dan Wilujeng ( 2007:148) keputusan
mengenai
pemenuhan kebutuhan dana berbicara tentang bagaimana perusahaan memperoleh
dana untuk membiayai pengadaan asset/aktiva dengan syarat-syarat yang paling
menguntungkan. Masalah ini dikenal dengan istilah Pembelanjaan Aktif .
Menurut Darminto (2010:139) menyatakan bahwa :
“Keputusan pendanaan (financing decision) menyangkut komposisi
pendanaan berupa ekuitas pemilik (owner's fund), kewajiban jangka
panjang (long term loans) dan kewajiban jangka pendek atau kewajiban
lancar (current liabilities).”
Menurut Joko (2011:25-40) keputusan pendanaan memiliki pengertian
sebagai berikut :
“Keputusan pendanaan merupakan keputusan manajemen dalam
menentukan sumber pendanaan baik dari modal internal (laba ditahan)
maupun modal eksternal (hutang serta ekuitas).”
29
Sedangkan menurut Haruman (2008:153) menyatakan bahwa :
“Keputusan pendanaan atau keputusan struktur modal merupakan
komposisi pendanaan yang diambil perusahaan yang menunjukan
komposisi modal internal dan eksternal.”
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan pendanaan
merupakan suatu keputusan dalam menentukan komposisi pendanaan untuk
kelangsungan operasi perusahaan dan pertumbuhan dimasa yang akan datang.
Menurut Nilasari dan Wilujeng, ( 2007:148) klasifikasi sumber-sumber dana
ditinjau darimana dana tersebut diperoleh:
1.
Sumber dana yang berasal dari dalam perusahaan.
Dalam hal ini kebutuhan dana/modal diperoleh dari dana yang dibentuk atau
dihasilkan sendiri oleh perusahaan, atau dengan
kata lain merupakan
pendanaan dengan kekuatan sendiri. Hal ini seringkali
disebut sebagai
pembelanjaan internal (Internal Financing). Yang termasuk sumber dana
internal yaitu :
-
Penggunaan laba cadangan
-
Laba ditahan/ yang tidak dibagikan (Retained Earning)
-
Penyusutan aktiva tetap yang sementara belum digunakan untuk
mengganti aktiva tetap
yang lama, hal ini dikenal dengan istilah
(Pembelanjaan Intensif).
2.
Sumber dana yang berasal dari luar perusahaan.
Dalam hal ini kebutuhan dana atau modal didapatkan dari sumber-sumber
modal diluar perusahaan. Pendanaan ini bisa didapatkan dengan memenuhi
kebutuhan modal dari para pemilik atau kreditur. Hal ini sering disebut sebagai
pembelanjaan eksternal (External Financing).Yang termasuk sumber dana
eksternal yaitu:
-
Modal sendiri (Equity Financing)
Modal sendiri bagi perusahaan adalah modal yang berasal dari
pemilik atau pemegang saham yang memiliki hak untuk mengontrol
30
manajemen perusahaan dan berhak atas laba setelah semua kewajiban
pada pihak ketiga terpenuhi. Sumber utama modal sendiri biasanya
berbentuk saham yaitu tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan. Adapun jenis-jenis saham antara lain:
ο‚·
Saham Biasa (Common Stock)
Dimana pemegang saham hanya dapat menerima bagian laba
(Devidend) setelah seluruh tuntutan atas pendapatan dan asset
terpenuhi.
ο‚·
Saham Istimewa (Preferred Stock)
Dimana pemegang saham yang berhak menerima pembayaran
deviden secara tetap dan terkadang bisa bersifat kumulatif.
-
Modal asing (Debt Financing)
Modal asing adalah modal yang berasal dari pinjaman atau hutang
yang diberikan oleh kreditor. Hutang adalah semua kewajiban
keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum dipenuhi. Pada
dasarnya hutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
ο‚·
Hutang jangka pendek
Merupakan kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasan atau
waktu jatuh temponya dalam jangka pendek, biasanya kurang dari
satu tahun yang akan datang.
ο‚·
Hutang jangka panjang
Merupakan kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasan atau
waktu jatuh temponya dalam jangka panjang (lebih dari satua
tahun sejak tanggal neraca).
Dapat disimpulkan bahwa perusahaan harus mampu menentukan berapa besar
kebutuhan dana terutama yang berasal dari pinjaman atau hutang, artinya perusahaan
harus menetapkan kebijakan dalam penggunaan hutang perusahaan dengan baik.
31
2.7.2 Pengertian Kebijakan Hutang
Dalam menentukan keputusan pendanaanya suatu perusahaan haruslah dapat
membuat satu kebijakan, seberapa besar tingkat dana yang dibutuhkan terutama jika
dana tersebut diperoleh dari dana asing berupa hutang.
Menurut Brigham dan Gapenski (1996) kebijakan hutang adalah :
“Penentuan berapa besarnya hutang akan digunakan perusahaan dalam
mendanai aktivanya yang ditunjukkan oleh rasio antara total hutang
dengan total assets (DTA).”
Menurut Hermuningsih dan Wardani (2009:175) mengatakan bahwa
kebijakan hutang merupakan:
“Keputusan penggunaan hutang dengan mempertimbangkan biaya tetap
yang muncul dari hutang berupa bunga, yang akan menyebabkan
semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya
tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa.”
Menurut Irawan, Arry (2009:237) mengatakan bahwa :
“Kebijakan hutang berkaitan dengan keputusan manajemen dalam
menambah atau mengurangi proporsi hutang jangka panjang dan
ekuitas yang digunakan dalam membiayai kegiatan operasional
perusahaan.”
Maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan hutang merupakan keputusan
penggunaan hutang dalam mendanai aktiva yang digunakan untuk kegiatan operasi
suatu perusahaan.
2.7.3 Ukuran Kebijakan Hutang
Dalam menentukan proporsi pendanaan yang berasal dari modal asing
terutama menentukan kebijakan hutang, perusahaan dapat melakukan suatu
pengukuran. Tingkat penggunaan hutang dari suatu perusahaan dapat ditunjukan
salah satunya menggunakan rasio hutang terhadap ekuitas (DER), yaitu rasio jumlah
hutang terhadap modal sendiri (Hermuningsih dan Wardani, 2009:175).
32
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004:70) DER merupakan:
“Debt to Equity Ratio menunjukan perbandingan antara hutang dengan
modal sendiri.”
Menurut Horne (2002:131) pengertian DER sebagai berikut :
“The debt to equity ratio is computed by simply dividing the total debt of the
firm (including current liabilities) by its shareholder’s equity.”
Artinya bahwa DER dihitung dengan cara membagi total hutang (termasuk
kewajiban lancar) dengan kekayaan pemegang sahamnya.
Menurut Kasmir (2011:157) pengertian DER sebagai berikut :
“Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh hutang
termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas, rasio ini berfungsi untuk
mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang akan dijadikan jaminan untuk
hutang .”
Dapat disimpulkan bahwa DER merupakan seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam menutup seluruh hutangnya dengan dana yang berasal dari total
modal yang dirumuskan sebagai berikut:
𝐷𝑒𝑏𝑑 π‘‘π‘œ πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦ π‘…π‘Žπ‘‘π‘–π‘œ =
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ 𝐷𝑒𝑏𝑑
π‘₯ 1 π‘‡π‘–π‘šπ‘’
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΈπ‘žπ‘’π‘–π‘‘π‘¦
Semakin tinggi DER akan semakin rendah kemampuan perusahaan untuk
membayar seluruh kewajibanya, sebaliknya semakin rendah DER maka semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluru kewajibanya.
2.8
Pengertian Nilai Perusahaan
Untuk bisa mengambil keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan
perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Tujuan Keputusan keuangan tersebut
adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2002:7) pengertian nilai perusahaan
sebagai berikut:
33
”Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.”
Menurut Christiawan dan Tarigan (2006:3) mengatakan bahwa :
”Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekadar harga
dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis
yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian
ahari.”
Sedangkan menurut Hermuningsih dan Wardani (2009:174) mengatakan
bahwa :
“Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan,
yang sering dikaitkan harga saham.”
Maka dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan merupakan nilai yang
mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, yang berpengaruh
terhadap persepsi investor.
2.8.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan didefinisikan sebagai harga yang bersedia dibayar oleh calon
pembeli apabila perusahaan tersebut dijual (Husnan dan Pudjiastuti, 2002:7).
Sehingga banyak faktor yang harus diperhatikan dan dipertimbangkan oleh
manajemen keuangan dalam meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Hermuningsih dan Wardani (2009:175) terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi nilai perusahaan sebagai berikut :
1. Insider Ownership merupakan persentase saham yang dimiliki oleh insider,
seperti manajer atau direktur.
2. Kebijakan Hutang merupakan
keputusan penggunaan hutang dengan
mempertimbangkan biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga,
yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan
semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham
biasa.
34
3. Kebijakan Dividen merupakan kebijakan yang dikaitkan dengan penentuan
apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para
pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan.
2.8.2 Ukuran Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan terkait dengan tingkat kepercayaan pasar akan prospek
perusahaan artinya, semakin tinggi nilai perusahaan maka pasar semakin percaya
bahwa perusahaan mampu memberikan hasil yang maksimal atas saham. Nilai
perusahaan didefinisikan sebagai harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli
apabila perusahaan tersebut dijual (Husnan dan Pudjiastuti, 2002:7). Nilai
perusahaan lazim diindikasikan dengan price to book value (PBV) yang dirumuskan
sebagai berikut :
π‘ƒπ‘Ÿπ‘–π‘π‘’ π‘‘π‘œ π΅π‘œπ‘œπ‘˜ π‘‰π‘Žπ‘™π‘’π‘’ =
π»π‘Žπ‘Ÿπ‘”π‘Ž π‘†π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š
π‘₯ 1π‘‡π‘–π‘šπ‘’
π΅π‘œπ‘œπ‘˜ π‘‰π‘Žπ‘™π‘’π‘’
Rasio harga saham terhadap nilai buku atau price to book value merupakan
perbandingan antara harga suatu saham terhadap nilai buku bersih per sham terhadap
nilai buku bersih perlembar saham tersebut (Warren, Reeve, 2004 : 569). Semakin
tinggi rasio ini berarti pasar percaya akan prospek perusahaan kedepan hal itu juga
menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab nilai perusahaan yang tinggi
mengindikasikan kemakmuran saham juga tinggi (Soliha dan Taswan, 2002). Price
Book Value membandingkan antara harga saham dengan nilai buku, nilai buku (Book
Value/BV) adalah rasio harga yang dihitung dengan membagi total asset bersih (AsetHutang) dengan total saham yang beredar Hermuningsih dan Wardani (2009:178)
yang dirumuskan sebagai berikut :
π΅π‘œπ‘œπ‘˜ π‘‰π‘Žπ‘™π‘’π‘’ =
2.9
π‘‡π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ πΈπ‘˜π‘’π‘–π‘‘π‘Žπ‘ 
π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘†π‘Žβ„Žπ‘Žπ‘š
Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan
Kebijakan hutang bisa digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan yang
diinginkan, akan tetapi kebijakan hutang tergantung dari ukuran perusahaan. Dalam
35
komposisi tertentu, hutang akan menigkatkan produktivitas perusahaan yang secara
otomatis akan meningkatkan nilai perusahaan. Tetapi jika komposisi itu menjadi
berlebihan maka yang terjadi adalah penurunan nilai perusahaan. Bahkan jika jumlah
hutang jangka panjang sama dengan jumlah ekuitas, maka dapat dipastikan
perusahaan mengalami defisit. Dalam realitasnya tidak semua perusahaan
menginginkan harga saham yang tinggi (mahal), karena khawatir tidak menarik
investor untuk membelinya, artinya harga saham tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu
rendah (Hermuningsih dan Wardani, 2009:174). Harga saham terlalu rendah dapat
berdampak buruk pada citra perusahaan dimata investor (Hermuningsih dan
Wardani, 2009:175).
Pendapat Modigliani dan Miller (1963), bila terdapat pajak penghasilan
perusahaan maka penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan karena
biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak (tax deductable
expense). Jensen (1963) menyatakan bahwa dengan adanya hutang dapat digunakan
untuk mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen,
dengan demikian menghindari investasi yang sia-sia, maka akan meningkatkan nilai
perusahaan.
Maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan hutang memiliki dampak negatif
dan positif terhadap nilai perusahaan, dalam hal ini manajer perusahaan dituntut agar
mampu menentukan suatu keputusan pendanaan yang baik terutama dalam
menentukan pendanaan dari hutang yang akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
2.10 Penelitian Terdahulu
1. Christiawan dan Tarigan, josua (2007) dengan penelitianya mengenai
Kepemilikan
manajerial:
Kebijakan
Hutang,
Kinerja,
Nilai
Perusahaan.
Penelitian dilakukan atas 137 dari 336 perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta sampai dengan tahun 2005, dimana populasi penelitian
36
adalah semua perusahaan yang telah melakukan penawaran umum perdana
sebelum tahun 2003 dan untuk pemilihan sample dilakukan dengan
purposive, yaitu dengan melihat kelengkapan data laporan keuangan.
Kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan pengungkapan nama
manajemen dan pemegang saham yang ada di dalam catatan atas laporan
keuangan. Catatan atas laporan keuangan yang tidak secara lengkap
mengungkapkan hal ini, maka laporan keuangan tersebut dikeluarkan dari
sample penelitian. Selain itu juga dilihat apakah prusahaan tersebut pada
tahun 2005 tidak delisting. Syarat ini diberlakukan karena terkait dengan
ketersediaan data harga saham tahun 2005. Didapatkan hasil sebagai
berikut: Hasil ini menunjukkan bahwa skor Sig. (2-tail) untuk kebijakan
hutang (DEBT_RAT) dan nilai perusahaan (VALUE) adalah dibawah 0,05
yang berarti Ho ditolak sedangkan kinerja perusahaan (ROA) adalah diatas
0,05 yang berarti Ho diterima. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan
kebijakan hutang dan nilai perusahaan antara perusahaan tanpa
kepemilikan manajerial dibanding perusahaan dengan kepemilikan
manajerial. Sedangkan untuk kinerja perusahaan tidak ada perbedaan
antara perusahaan tanpa kepemilikan manajerial dibanding perusahaan
dengan kepemilikan manajerial.
2. Joko, Agus (2010) dengan penelitianya mengenai Analisis Kebijakan
Hutang Pada Perusahaan Go Public di BEI.
Penelitian dilakukan pada 27 perusahaan Go Public dengan
pengambilan data pada ICMD tahun 2006-2009, sebagai berikut:
Tabel 2.1
Sampel Perusahaan Go Public di BEI
No
1.
2.
3.
Nama Perusahaan
Perusahaan Gas Negara
Tbk
Mitra Rajasa Tbk
Telekomunikasi Indonesia
Industri
Infrastuktur
Infrastuktur
Infrastuktur
37
Tbk
4.
Indosat Tbk
5.
Bumi Resources Tbk
6.
Medco Energi
Internasional Tbk
7.
Aneka Tambang Tbk
8.
Tambang Batubara Bukit
Asam Tbk
9.
Timah Tbk
10.
International Nickel
Indonesia Tbk
11.
Indah Kiat Pulp & Paper
Tbk
12.
Indal Aluminium Industry
Tbk
13.
Sorini Agro Asia
Corporindo Tbk
14.
Gajah tunggal Tbk
15.
Astra International Tbk
16.
Kimia Farma Tbk.
17.
Kalbe Farma Tbk.
18.
Tempo Scan Pacific Tbk.
19.
Indofood Sukses Makmur
Tbk
20.
Aqua Golden Mississippi
Tbk
21.
Multi Bintang Indonesia
Tbk
22.
Gudang Garam Tbk
23.
HM Sampoerna Tbk
24.
BAT Indonesia Tbk
25.
Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk.
26.
Holcim Indonesia Tbk.
27.
Semen Gresik (Persero)
Tbk.
Sumber: ICMD 2006-2009, diolah.
Infrastuktur
Pertambangan
Pertambangan
Pertambangan
Pertambangan
Pertambangan
Pertambangan
Industri dasar & Kimia
Industri dasar & Kimia
Industri dasar & Kimia
Aneka Industri
Aneka Industri
Farmasi
Farmasi
Farmasi
Makanan dan
Minuman
Makanan dan
Minuman
Makanan dan
Minuman
Rokok
Rokok
Rokok
Semen
Semen
Semen
Menunjukan hasil bahwa berdasarkan hasil regresi dapat disimpulkan
bahwa hasil analisa data menunjukkan bahwa semua variabel independen
mempengaruhi variabel dependen. Hal ini diketahui dari hasil uji F yang
menghasilkan nilai 3,532 dengan probabilitas signifikansi 0,000 lebih kecil
dari £ = 5%. Secara parsial diketahui variabel net organizational capital
38
(NOC), earning volatility (EV), growth (G), dividen payout ratio (DPR)
dan return on assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap debt to equity
ratio (DER) pada £ = 5%, maka disimpulkan bahwa hipotesis penelitian
dapat terbukti. Model regresi linier berganda dapat dirumuskan sebagai
berikut:
DER = 0,452 + 0,205 DPR + 0,181 NOC - 0,227 EV + 0,084 G - 0,346
ROA.
Net organizational capital (NOC) secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap debt to equity ratio (DER) dengan arah positif. Hal ini berarti bila
net organizational capital perusahaan meningkat, maka rasio hutang juga
mengalami peningkatan, peningkatan NOC berarti focus perusahaan juga
meningkat, sehingga apabila sumber pendanaan internal sudah tidak
mencukupi, maka perusahaan akan mencari sumber pendanaan dengan
meningkatkan hutang. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Borton-Hill-Sundaram (1989). Growth (G)
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap debt to equity ratio (DER)
dengan arah positif. Hal ini berarti perusahaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan tinggi akan membutuhkan pendanaan yang sangat besar
untuk membiayai investasi tersebut, oleh karena itu perusahaan akan
mendanai investasi tersebut dengan hutang apabila pendanaan dengan laba
ditahan dirasa tidak cukup. Dividen payout ratio (DPR) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap debt to equity ratio (DER) dengan arah
positif. Earning volatility (EV) berpengaruh signifikan terhadap debt to
equity ratio (DER) dengan arah negatif. Return on assets (ROA)
berpengaruh signifikan terhadap debt to equity ratio (DER) dengan arah
negatif.
3. Li lin, feng and Chang, Tsangyao (2006) dengan penelitianya mengenai
Does Debt Affect Firm Value in Taiwan? A Panel Threshold
Regression Analysis , This paper analyzes whether leverage affects
39
firm value and does so using a panel of 196 Taiwanese listed companies
during the thirteen-year 1993-2005 period.
Objek penelitian diambil sebanyak 196 perusahaan yang akan di
kelompokan sebagai berikut:
Tabel 2.2
Sample description
Industry
Cement
Food
Plastics
Textiles
Electric, Machinery
Number of firms
6
13
15
26
4
Proportion of firms(%οΌ‰
3.06
6.63
7.65
13.27
2.04
Appliance, Cable
8
4.08
Chemical
15
7.65
Glass, Ceramics
5
2.55
Paper, Pulp
7
3.57
Steel, Iron
12
6.12
Rubber
7
3.57
Automobile
2
1.02
Electronics
27
13.78
Construction
12
6.12
Transportation
9
4.59
Tourism
5
2.55
Department Stores
9
4.59
Other
14
7.14
Total
196
100
Note: This table presents the breakdown of the sample of 196 firms listed on the Taiwan Stock
Exchange from 1993 to 2005.
Penelitian tersebut menunjukan hasil dimana efek ganda-threshold
antara rasio hutang dan nilai perusahaan. Ketika rasio utang kurang dari
9,86%, Tobin Q meningkat sebesar 0,0546%, dengan kenaikan 1% dalam
rasio utang. Ketika rasio utang adalah antara 9,86% dan 33,33%, Tobin Q
40
meningkat sebesar 0,0057%, dengan kenaikan 1% dalam rasio utang. Tapi,
ketika rasio utang lebih besar dari 0.3333, tidak ada hubungan antara rasio
hutang dan nilai perusahaan.
4. Hermuningsih &Wardani (2009:177) dengan penelitinya mengenai
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan pada perusahaan
yang terdaftar di bursa efek malaysia dan bursa efek Indonesia
periode 2003-2008.
Perusahaan yang menjadi populasi adalah seluruh perusahaan yang
telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa Efek Malaysia sejak
tahun 2003 sampai dengan 2008. Sedangkan pemilihan sampel dengan
menggunaka metode purposive sampling dengan tipe judgment sampling
yaitu pemilihan sampel dengan mendasarkan pada kriteria tertentu (Cooper
and Schindler, 2000). Memiliki laporan keuangan selama periode
penelitian, tersedia data tentang persentase kepemilikan saham oleh
direktur dan komisaris (insider ownership), membayar dividen, memiliki
data jumlah hutang, memiliki EBIT yang positif dan memiliki Market
Value Added yang positif atau Price Book Value lebih besar dari 1.
Penelitian tersebut menunjukan hasil bahwa pengaruh insider
ownership terhadap kebijakan dividen adalah positif dan signifikan
(
= 0,094; t = 3,072; sign = 0,006). Hubungan
positif menunjukkan bahwa peningkatan insider ownership untuk
meningkatkan persetujuan atau keselarasan (alignment) antara pemegang
saham dengan manajer dalam meningkatkan keuntungan perusahaan akan
memberi kesan secara signifikan terhadap peningkatan tingkat pembayaran
dividen. Pengaruh kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen adalah
negatif dan signifikan (_ = -0,002; t = -1,032; sign = - 0,007). Hubungan
negatif ini menunjukkan terdapatnya hubungan antara kebijakan hutang
dengan kebijakan pembayaran dividen. Variabel dividen (DIVD)
mempunyai hubungan negatif namun tidak signifikan dengan nilai
41
perusahaan (_ = -0,003; t = - 0,013, sign = 0,990). Hasil penelitian ini tidak
dapat mendukung hipotesis 3. Hipotesis 3 menyatakan bahwa kebijakan
dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
5. Soliha &Taswan (2002:16) penelitianya mengenai Pengaruh kebijakan
hutang terhadap nilai perusahaan serta beberapa faktor yang
mempengaruhinya pada perusahaan manufaktur yang telah go publik
sejak 1993 hingga 1997.
Perusahaan yang menjadi populasi adalah seluruh perusahaan
manaufaktur yang telah go publik sejak 1993 hingga 1997. Sedangkan
pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling
dengan tipe judgment sampling yaitu pemilihan sampel dengan
mendasarkan pada kriteria tertentu (Cooper & Schindler, 2000). Kriteria
yang digunakan adalah memililiki laporan keuangan selama periode
penelitian, ada kebijakan dividen, memiliki data jumlah pinjaman yang
dimiliki, memiliki EBIT yang positif, price book value lebih besar dari 1.
Hasil investigasi menunjukkan sample size sebesar 95 sample.
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa variabel kebijakan
hutang berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan (PBV) dikarenakan Critical Ratio (CR) yang tidak lain adalah t
hitung menunjukan angka sebesar 0,922 artinya CR < t table . Hasil riset
pada variable ini konsisten dengan temuan MM pada tahun 1963 (dalam
arti arah hubungannya) bahwa dengan memasukan pajak penghasilan
perusahaan, maka penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan
karena biaya bunga hutang adalah biaya yang mengurangi pembayaran
pajak (tax deductable expense). Hal ini juga konsisten dengan Jensen
(1986) yang menyatakan bahwa dengan adanya hutang akan dapat
digunakan untuk mengendalikan penggunaan free cash flow secara
berlebihan oleh manajemen, dengan demikian dapat menghindari investasi
42
yang sia-sia yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Namun demikian pengaruhnya tidak signifikan.
Download