II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemasaran 2.1.1

advertisement
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemasaran
2.1.1 Definisi Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara
bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain
(Kotler, 2009). Menurut Morissan (2007), pemasaran bukanlah
semata-mata kegiatan seperti menjual dan mempromosikan sesuatu.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Rhenald Khasali dalam Morissan
(2007), pemasaran adalah suatu konsep yang menyangkut suatu sikap
mental, suatu cara berfikir yang membimbing dalam melalukan
sesuatu yang tidak selalu menjual benda tetapi juga menjual gagasangagasan, karir, tempat (pariwisata, rumah, lokasi industri), undangundang, jasa (pengangkutan, penerbangan, pemotongan rambut,
kesehatan), hiburan (pertunjukan, pertandingan-pertandingan) dan
kegiatan-kegiatan nirlaba seperti yayasan sosial dan keagamaan.
2.1.2 Bauran Pemasaran
Menurut Kotler (2008), bauran pemasaran adalah kumpulan alat
pemasaran taktis terkendali yang dipadukan perusahaan untuk
menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran. Jerome
McCarthy dalam Philip Kotler (2009) mengklasifikasikan bauran
pemasaran menjadi empat kelompok besar, yang disebut empat P
(Product, Price, Promotion dan Place).
Produk (Product) berarti kombinasi barang dan jasa yang
ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran. Harga (Price) adalah
jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh
produk. Tempat (Place) meliputi kegiatan perusahaan yang membuat
produk tersedia bagi pelanggan sasaran. Promosi (Promotion) berarti
aktivitas yang menyampaikan manfaat produk dan membujuk
8
pembelinya (Kotler, 2008). Bauran promosi meliputi berbagai
metode, yaitu iklan, promosi penjualan, penjualan tatap muka,
pemasaran langsung dan hubungan masyarakat (humas).
Menurut Lovelock & Wright (2005), dalam memasarkan
sesuatu yang bersifat jasa melibatkan berbagai aspek pelanggan,
sehingga pada bauran pemasaran jasa menambahkan 4 unsur
tambahan lain diluar unsur 4P. Ke empat unsur tambahannya yaitu:
pertama proses (process). Proses menjelaskan metode dan urutan
kerja dari sistem yang beroperasi yang umumnya berupa langkahlangkah yang diperlukan dalam suatu urutan yang telah ditetapkan.
Unsur yang kedua adalah produktivitas dan kualitas (productivity and
quality), yang merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Produktivitas adalah seberapa efisien pengubahan input jasa menjadi
output yang menambah nilai bagi pelanggan sedangkan kualitas
adalah sejauh mana suatu jasa memuaskan pelanggan dengan
memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan. Unsur
ketiga adalah orang (people). Orang dapat diartikan karyawan (dan
kadang-kadang pelanggan lain) yang terlibat dalam proses produksi.
Unsur yang terakhir adalah bukti fisik (physical evidence). Bukti fisik
merupakan petunjuk visual atau berwujud lainnya yang memberi
bukti atas kualitas jasa. Bukti fisik dapat mempengaruhi kesan
pelanggan. Komponen model 8P yang merupakan manajemen jasa
terpadu dapat dilihat pada Gambar 2
9
Produk
Proses
Harga
Produktivitas dan Kualitas
Tempat
Promosi
Orang
Bukti fisik
Gambar 2. Delapan Komponen Manajemen Jasa Terpadu
(Lovelock & Wright, 2005)
2.2. Promosi
2.2.1 Definisi Promosi
Michael Ray dalam Morissan (2007) mendefinisikan promosi
sebagai koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai pihak penjual
untuk membangun berbagai saluran informasi dan persuasi untuk
menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatau gagasan.
Menurut Hurriyati (2008) terdapat 3 tujuan utama dari promosi yaitu
pertama menginformasikan (informing). Menginformasikan dapat
berupa menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk
baru, memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk,
menyampaikan perubahan harga kepada pasar, menjelaskan cara kerja
suatu produk, menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh
perusahaan, meluruskan kesan yang keliru, mengurangi ketakutan atau
kekhawatiran pembeli, dan membangun citra perusahaan. Tujuan
kedua adalah membujuk pelanggan sasaran untuk membentuk pilihan
merek, mengalihkan pilihan ke merek tertentu, mengubah persepsi
pelanggan terhadap atribut produk, mendorong pembeli untuk belanja
saat itu juga, dan mendorong pembeli untuk menerima kunjungan
10
wiraniaga. Tujuan yang terakhir adalah mengingatkan (reminding),
dapat terdiri atas mengingatkan pembeli bahwa produk yang
bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat, mengingatkan pembeli
akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan, membuat
pembeli tetap ingat walaupun tidak ada kampanye iklan, dan menjaga
agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan. Promosi
diketegorikan menjadi dua yaitu above the line promotion (ATL) dan
below the line promotion (BTL).
1. Media Lini Atas (Above The Line, (ATL)) adalah kegiatan promosi
yang menggunakan media sebagai perantaranya, seperti: TV, radio,
media massa, internet, billboard, flyer, atau lewat media-media
lainnya. Produsen/perusahaan yang beriklan menggunakan agensi
iklan untuk menempatkan promosi dan iklannya sesuai media yang
dipesan. Kegiatan ATL menjangkau kelompok sasaran yang luas
(Supriyanto, 2008). Menurut Freddy Rangkuti (2009), ATL terdiri
atas iklan-iklan yang dimuat dalam media cetak (surat kabar,
majalah, brosur, dan sebagainya), media elektronik (radio, TV, dan
bioskop), serta media luar ruang (papan reklame dan angkutan).
2. Media Lini Bawah (Below The Line, (BTL)) adalah segala bentuk
kegiatan promosi yang dilakukan untuk mendekatkan produk/jasa
yang ditawarkan kepada konsumennya. Kegiatan BTL tidak
menggunakan media perantara sehingga konsumen yang disasar
tidak menyadari bahwa kegiatan tersebut adalah bagian dari
promosi. Contohnya trade promotion, consumer promotion, events,
sponsorship, penjualan langsung (direct selling), testimonial, atau
merchandising (souvenir). Kegiatan BTL mempunyai ruang
lingkup audience yang lebih terbatas (Supriyanto, 2008).
Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2009) BTL, terdiri dari
seluruh media selain media yang terdapat di dalam media ATL
yaitu seperti pameran, point of sale, display material, kalender,
agenda, gantungan kunci dan tanda mata. Pada media ini yang
lebih diutamakan adalah promosi penjualan, humas, publisitas dan
11
pemasaran langsung. Perbedaan dari promosi ATL dan BTL dapat
dilihat pada Tabel 3 berikut.
Tabel 3. Perbedaan Promosi ATL dan BTL
Above the line (ATL)
Below the line (BTL)
Sasaran konsumen luas
Sasaran konsumen terbatas
Menggunakan media sebagai Tidak menggunakan media
perantaranya,
tidak
ada perantara sehingga konsumen
interaksi
langsung
dengan yang disasar tidak menyadari
audiens.
bahwa
kegiatan
tersebut
adalah bagian dari promosi
TV, Radio, billboard, brosur, events, sponsorship, penjualan
flyer, atau lewat media-media langsung (direct selling),
lainnya
souvenir
2.2.2 Bauran Promosi
Promosi adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan
yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa (Alma,
2005). Promosi mencakup seluruh unsur dari promotional mix
(Morissan, 2007). Promotional mix atau bauran promosi merupakan
instrumen dasar yang digunakan untuk mencapai tujuan komunikasi
perusahaan. Bauran promosi meliputi iklan (advertising), promosi
penjualan (sales promotion), pemasaran langsung (direct marketing),
publikasi/humas, penjualan perseorangan (personal selling) dan
Interactive/internet marketing.
PROMOTIONAL MIX
IKLAN
DIRECT
MARKETING
INTERACTIVE/
INTERNET
MARKETING
PROMOSI
PENJUALAN
PUBLIKASI
/ HUMAS
PERSONAL
SELLING
Gambar 3. Promotional mix
a. Periklanan (advertising) merupakan salah satu bentuk dari
komunikasi impersonal yang digunakan oleh perusahaan barang
atau jasa. Dalam pemasaran jasa, periklanan berperan untuk
membangun kesadaran terhadap keberadaan jasa yang ditawarkan,
menambah pengetahuan konsumen tentang jasa yang ditawarkan,
12
membujuk
calon
konsumen,
dan
membedakan
diri
dari
perusahaan satu dengan perusahaan yang lain yang mendukung
positioning jasa (Lupiyoadi dan Hamdani, 2006). Menurut
Morissan (2007), iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang
paling dikenal karena daya jangkauannya luas. Iklan juga menjadi
instrumen promosi yang sangat penting, khususnya bagi
perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang ditujukan
kepada masyarakat luas.
Adapun alasan pemasang iklan memilih iklan di media massa
untuk mempromosikan barang atau jasanya adalah :
1. Iklan di media massa dinilai efisien dari segi biaya untuk
mencapai audien dalam jumlah besar
2. Iklan di media massa dapat digunakan untuk menciptakan
citra merek dan daya tarik simbolis bagi suatu perusahaan atau
merek.
Keuntungan lain dari iklan melalui media massa adalah
kemampuannya menarik perhatian konsumen terutama produk
yang iklannya popular atau sangat dikenal masyarakat. Sifat dan
tujuan iklan setiap perusahaan berbeda-beda. Suatu perusahaan
bisa saja beriklan untuk mendapatkan respon atau aksi segera
melalui iklan media massa, sedangkan perusahaan lain mungkin
bertujuan untuk lebih mengembangkan kesadaran atau ingin
membentuk suatu citra positif dalam jangka panjang bagi barang
atau jasa yang dihasilkan.
Menurut Alma (2005), pemilihan media advertising yang
digunakan akan tergantung kepada:
1. Daerah yang akan dituju
2. Konsumen yang diharapkan
3. Appeal (daya tarik) yang digunakan oleh media-media tersebut
4. Fasilitas yang diberikan oleh media-media tersebut dalam hal
biaya.
13
b.
Promosi penjualan (sales promotion) yaitu insentif jangka pendek
untuk mendorong keinginan mencoba atau pembelian produk dan
jasa. Promosi penjualan terdiri dari semua kegiatan pemasaran
yang mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian suatu
produk yang cepat atau terjadinya pembelian dalam waktu yang
singkat. Promosi penjualan diarahkan baik untuk perdagangan
(kepada pedagang besar atau pengecer) maupun kepada
konsumen. Promosi penjualan yang berorientasi perdagangan
memberikan berbagai jenis bonus untuk meningkatkan respon dari
pedagang
besar
dan
pengecer.
Promosi
penjualan
yang
berorientasai konsumen menggunakan kupon, premium, contoh
gratis, kontes/undian, potongan harga setelah pembelian, dan lainlain (Shimp, 2003).
Tujuan digunakan sales promotion menurut Alma (2005) :
1. Menarik para pembeli baru
2. Memberi hadiah/penghargaan kepada konsumen/pelanggan
lama.
3. Meningkatkan daya pembelian ulang dari konsumen lama.
4. Menghindarkan konsumen berpindah ke merek lain.
5. Mempopulerkan merek/meningkatkan loyalitas.
6. Meningkatkan volume penjualan jangka pendek dalam rangka
memperluas “market share” jangka panjang.
Menurut Morissan (2007), perusahaan memilih menggunakan
promosi penjualan adalah :
1. Jika konsumen tidak memiliki loyalitas pada suatu produk
tertentu dan konsumen lebih peka kepada insentif yang
ditawarkan suatu merek.
2. Terdapat kecenderungan pedagang memiliki posisi yang lebih
kuat dibandingkan produsen sehingga mereka dapat lebih
menuntut produsen untuk memberikan lebih banyak promosi
penjualan dan insentif lainnya kepada pedagang.
14
c. Publikasi/humas, yaitu berbagai program yang dirancang untuk
mempromosikan dan/atau melindungi citra perusahaan atau
produk individual yang dihasilkan. Menurut William Schoell
dalam Alma (2005), Public relation adalah kegiatan komunikasi
yang dimaksudkan untuk membangun citra (image) yang baik
terhadap perusahaan, menjaga kepercayaan dari para pemegang
saham. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh humas adalah
publisitas. Publisitas merupakan kegiatan menempatkan berita
mengenai seseorang, organisasi atau perusahaan di media massa
(Morissan, 2007).
Publisitas menggambarkan komunikasi massa namun tidak
juga seperti iklan, perusahaan sponsor tidak mengeluarkan biaya
untuk waktu dan ruang beriklan. Publisitas biasanya dilakukan
dalam bentuk berita atau komentar editorial mengenai produk atau
jasa dari perusahaan. Bentuk-bentuk ini dimuat dalam media cetak
atau televisi secara gratis karena perwakilan media menganggap
informasi tersebut
penting dan layak disampaikan kepada
khalayak mereka. Dengan demikian publisitas tidak dibiayai oleh
perusahaan yang mendapatkan manfaatnya. (Shimp, 2003)
d. Penjualan perseorangan (personal selling) adalah komunikasi
langsung (tatap muka) antara penjual dan calon pelanggan untuk
memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan
membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga
mereka kemudian akan mencoba dan membelinya (Hurriyati,
2008). Adapun pengertian penjualan perseorangan menurut Shimp
(2003) adalah bentuk komunikasi antar individu dimana tenaga
penjual/wiraniaga menginformasikan, mendidik, dan melakukan
persuasi kepada calon pembeli untuk membeli produk atau jasa
perusahaan.
Menurut Morissan (2007), komunikasi yang bersifat
personal dan individual dalam penjualan pribadi memungkinkan
pihak penjual menyesuaikan pesan berdasarkan kebutuhan khusus
15
calon pembeli. Penjualan pribadi memungkinkan terjadinya
umpan balik secara langsung dan lebih tepat karena dampak dari
presentasi penjualan yang dilakukan dapat dinilai dari reaksi calon
pembeli atau pelanggan.
e. Pemasaran
Langsung
(direct
marketing) yaitu
melakukan
komunikasi pemasaran secara langsung untuk mendapatkan
respon dari pelanggan dan calon tertentu. Pemasaran langsung
yang dapat dilakukan dengan menggunakan surat, telepon, dan
alat penghubung nonpersonal lain. Menurut Shimp (2003),
pemasaran langsung adalah suatu sistem interaktif yang
menggunakan
satu
atau
lebih
media
periklanan
untuk
menghasilkan suatu respon yang dapat diukur atau transaksi di
segala lokasi. Pertama, interaktif yang dimaksud adalah
pemasaran meliputi komunikasi yang dipersonalisasi antara
pemasar dan calon pembeli. Kedua, pemasaran langsung tidak
terbatas hanya pada surat langsung tetapi meliputi satu atau lebih
media (misalnya pengiriman surat langsung dengan tindak lanjut
melalui telepon). Ketiga, dibandingkan dengan media tidak
langsung melalui iklan televisi, pemasaran melalui media seperti
surat langsung lebih memungkinkan untuk dapat mengukur respon
dari khalayaknya.
Pemasaran langsung lebih mudah untuk diukur karena
respon terhadap pemasaran langsung pertama : Lebih cepat
daripada respon terhadap periklanan media massa, kedua : dapat
ditelusuri para pelanggan khusus yang merespon terhadap usaha
pemasaran. Tujuan pemasar melakukan pemasaran langsung
adalah untuk membina hubungan dengan pelanggan agar dapat
mengukur respon pelanggan dengan segera. Pemasaran langsung
dilakukan dengan menggunakan periklanan respon langsung, surat
langsung (termasuk katalog), telemarketing, dan penjualan
langsung. Periklanan respon langsung menggunakan beberapa
media untuk menyampaikan pesan-pesan yang mendorong para
16
pembeli untuk membeli secara langsung dari pemasang iklan.
Surat langsung merupakan media periklanan langsung yang paling
penting tetapi jelas bukan satu-satunya media periklanan
langsung. Periklanan respon langsung juga menggunakan televisi,
majalah, dan media lain dengan maksud menciptakan tindakan
langsung dari para pelanggan.
f. Pemasaran Interaktif, Menurut Morissan (2007) seiring dengan
perubahan dan revolusioner sejarah pemasaran yang mencakup
periklanan dan promosi, maka perubahan tersebut didukung oleh
kemajuan
teknologi
komunikasi
yang
memungkinkan
dilakukannya komunikasi secara interaktif melalui media massa.
Dalam hal ini, yang utama adalah internet, khususnya melalui
fasilitas yang dikenal dengan World Wide Web (www). Media
interaktif memungkinkan terjadinya arus informasi timbal balik
yang
memungkinkan
pengguna
dapat
berpartisipasi
dan
memodifikasi bentuk dan isi informasi pada saat itu juga (real
time).
Media interaktif juga memungkinkan pengguna melakukan
berbagai fungsi seperti menerima dan mengubah informasi dan
gambar, mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan tentu
saja melakukan pembelian. Internet saat ini sudah menjadi media
iklan yang menarik, sehingga dapat dikatakan internet merupakan
media yang bahkan dapat digunakan untuk melaksanakan seluruh
elemen bauran promosi. Selain digunakan untuk beriklan, internet
juga dapat digunakan untuk melakukan kegiatan promosi bentuk
lainnya seperti promosi penjualan dengan kupon, kontes dan
undian online. Praktisi pemasaran juga menggunakan internet
untuk melakukan pemasaran langsung, penjualan personal serta
kegiatan hubungan masyarakat secara lebih efektif dan efisien.
Selain berfungsi sebagai media promosi, internet juga dipandang
sebagai instrumen komunikasi pemasaran yang bersifat mandiri.
17
Karena sifatnya yang interaktif, internet menjadi cara yang efektif
untuk berkomunikasi dengan konsumen.
g. Adapun bentuk lain dari bauran promosi yaitu informasi dari
mulut ke mulut (word of mouth) yang merupakan salah satu ciri
khusus bisnis jasa. Pelanggan sangat dekat dengan penyampaian
jasa,
pelanggan
seringkali
memperhatikan
dengan
teliti
penyerahan jasa dan kemudian mem,knceritakan pengalamannya
pada pelanggan potensial lainnya, sehingga informasi dari mulut
ke mulut ini sangat besar pengaruhnya dan dampaknya terhadap
pemasaran jasa dibandingkan dengan aktivitas komunikasi lainnya
(Lupiyoadi dan Hamdani, 2006).
2.2.3 Metode Penganggaran promosi
Menurut Durianto (2003), anggaran promosi yang besar tidak
selalu menjadi jaminan keberhasilan kegiatan promosi. Penetapan
anggaran promosi diperlukan agar tujuan promosi dapat dicapai.
Secara umum, terdapat lima faktor yang perlu dipertimbangkan pada
penetapan anggaran promosi, yaitu tahapan siklus hidup produk,
pangsa pasar dan bisnis konsumen, persaingan dan gangguan,
frekuensi periklanan, dan kemungkinan substitusi produk.
Adapun metode penganggaran promosi (iklan) menurut Shimp
(2003) adalah:
1. Anggaran persentase-penjualan (persentage of sales method)
Dalam metode ini, penyusunan anggaran promosi secara
sederhana yaitu sebagai persentage tetap dari volume penjualan
masa lalu (contohnya, persentase tahun lalu) atau antisipasi
(contoh, persentase tahun depan).
2. Metode tujuan dan tugas (objective and task method)
Metode ini secara umum dianggap sebagai metode anggaran
promosi yang paling masuk akal dan bisa dipertahankan. Dalam
menggunakan metode ini, para pembuat keputusan harus secara
jelas menspesifikasikan peran yang mereka inginkan sehingga
dapat menyusun anggaran yang sesuai. Metode ini adalah prosedur
18
anggaran promosi yang hampir paling sering digunakan, baik oleh
perusahaan barang konsumsi maupun industri. Langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam aplikasi metode tujuan dan tugas
adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan tujuan pemasaran yang spesifik yang perlu
dicapai, seperti volume penjualan, pangsa pasar, kontribusi
laba.
b. Mengukur/menilai fungsi komunikasi yang harus ditampilkan
agar mencapai seluruh tujuan pemasaran
c. Menentukan peran promosi dalam bauran komunikasi total di
dalam menjalankan fungsi yang ditetapkan dalam langkah b.
d. Menyusun tujuan promosi yang yang spesifik dalam bentuk
tingkat respon komunikasi yang bisa diukur yang diperlukan
untuk mewujudkan tujuan perusahaan.
e. Menetapkan anggaran berdasarkan estimasi pengeluaran yang
diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan promosi.
3. Metode penyamaan dengan pesaing (the competitive parity
method)
Metode ini dilakukan dengan cara menyusun anggaran
promosi dengan mengikuti apa yang dilakukan oleh para pesaing.
Suatu perusahaan bisa belajar bahwa kompetitor utamanya
mengalokasikan 10 % dari penjualan terhadap promosi, lalu
kemudian memutuskan tahun depan untuk membelanjakan
persentase yang sama untuk mengiklankan mereknya sendiri.
4. Metode sesuai kemampuan (affordability method)
Dalam metode ini dana untuk promosi diperoleh dari dana
yang tersisa setelah anggaran untuk hal-hal lainnya dikeluarkan.
Menurut Goh dan Hor (2005), pelaku pemasaran pada metode ini
mengalokasikan apa yang mampu mereka miliki.
19
2.3. Jasa
Menurut Phillip Kotler (2008), jasa adalah bentuk produk yang terdiri
dari aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual dan
pada dasarnya tak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan akan
sesuatu. Selain itu, jasa merupakan tindakan atau kinerja yang menciptakan
manfaat bagi pelanggan dengan mewujudkan perubahan yang diinginkan
dalam diri atau atas nama penerima. Manfaat tersebut berupa keuntungan
atau laba yang diperoleh pelanggan dari kinerja jasa atau penggunaan barang
fisik (Lovelock & Wright, 2005).
2.3.1 Karakteristik Jasa
Menurut Kotler (2009), jasa memiliki karakteristik unik yang
membedakan dengan barang. Empat karakteristik menonjol yang
sangat mempengaruhi desain program pemasaran adalah :
1. Tidak berwujud (intangibility)
Berbeda dengan produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa,
diraba, didengar, atau dicium sebelum dibeli. Jasa bersifat abstrak
dan tidak berwujud.
2. Tidak terpisahkan (inseparability)
Biasanya jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan.
Hal ini tidak berlaku bagi barang-barang fisik yang diproduksi,
disimpan sebagai persediaan, didistribusikan melalui banyak
penjual dan dikonsumsi kemudian. Jika seseorang memberikan jasa
tersebut, penyedianya adalah bagian dari jasa itu. Karena klien
tersebut juga hadir pada saat jasa itu dihasilkan, interaksi penyedia
klien merupakan ciri khusus pemasaran jasa.
3. Bervariasai (variability)
Jasa dikatakan sangat bervariasi karena jasa bergantung pada
siapa dan dimana diberikan. Walaupun dikerjakan oleh satu orang
tidak ada hasil jasa yang sama karena jasa itu berupa suatu unjuk
kerja. Pembeli jasa menyadari keragaman ini dan sering bicara
dengan orang-orang lain sebelum memilih penyedia jasa.
20
4. Tidak tahan lama (perishability)
Jasa tidak dapat disimpan. Sifat jasa yang mudah rusak
(perishability) tersebut tidak akan menjadi masalah apabila
permintaan tetap berjalan lancar. Jika permintaan berfluktuasi,
perusahaan jasa menghadapi masalah yang rumit.
2.3.2 Sifat-Sifat Khusus Pemasaran Jasa
Dalam pelaksanaan pemasaran jasa, terdapat beberapa sifat
khusus yang membedakan pemasaran jasa dengan pemasaran barang.
Sifat khusus tersebut menurut Alma (2005) adalah sebagai berikut :
a. Menyesuaikan dengan selera konsumen
Dalam pemasaran jasa, ditandai dengan pasar pembeli yang
lebih dominan Kualitas jasa yang ditawarkan tidak dapat
dipisahkan dari mutu yang menyediakan jasa. Dalam industri
dengan
tingkat
hubungan
yang
tinggi,
pengusaha
harus
memperhatikan hal-hal yang bersifat internal dengan cara
memelihara tenaga kerja dan mempekerjakan tenaga sebaik
mungkin. Inilah yang sering disebut dengan internal marketing,
yaitu penerapan prinsip marketing terhadap pegawai dalam
perusahaan.
b. Keberhasilan pemasaran jasa dipengaruhi oleh jumlah pendapatan
penduduk
Dalam kenyataan, makin maju suatu negara akan semakin
banyak permintaan akan jasa. Ini ada hubungannya dengan hirarki
kebutuhan manusia. Masyarakat yang belum banyak menggunakan
jasa dapat dikatakan bahwa pendapatan masyarakat tersebut belum
merata.
c. Pada pemasaran jasa tidak ada pelaksanaan fungsi penyimpanan
Jasa diproduksi bersamaan waktunya dengan mengkonsumsi
jasa tersebut, jadi tidak ada jasa yang dapat disimpan.
d. Mutu jasa dipengaruhi oleh benda berwujud sebagai pelengkapnya
Jasa sifatya tidak berwujud, sehingga konsumen akan
memperhatikan benda berwujud yang memberikan pelayanan
sebagai patokan terhadap kualitas jasa yang ditawarkan.
21
e. Saluran distribusi dalam pemasaran jasa tidak terlalu penting
Dalam pemasaran jasa perantara tidak digunakan, sehingga
saluran distribusi bukan merupakan hal yang penting. Namun, ada
tipe jasa tertentu yang menggunakan agen sebagai perantara.
2.4. Definisi Pariwisata
Menurut Gelgel (2006), pariwisata adalah suatu kegiatan yang
menyediakan jasa akomodasi, transportasi, rekreasi serta jasa-jasa lainnya
yang terkait. Perdagangan jasa pariwisata melibatkan berbagai aspek.
Aspek-aspek tersebut antara lain aspek ekonomi, budaya, sosial, agama,
lingkungan, keamanan, dan aspek lainnya. Aspek yang mendapat perhatian
paling besar dalam pembangunan pariwisata adalah aspek ekonomi. Terkait
dengan aspek ekonomi inilah pariwisata dikatakan sebagai suatu industri.
Bahkan kegiatan pariwisata dikatakan sebagai suatu kegiatan bisnis yang
berorientasi dalam penyediaan jasa yang dibutuhkan wisatawan. Istilah
pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu
sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat
tinggalnya karena suatu alasan dan dan bukan untuk melakukan kegiatan
yang menghasilkan upah (Suwantoro, 2004).
2.5. Efektivitas
Efektivitas sering dikaitkan dengan efisiensi meskipun sebenarnya
memiliki pengertian yang berbeda. Menurut Rangkuti (1997), efektivitas
merupakan upaya mengerjakan semua pekerjaan secara tepat (doing the
right job), dengan mengunakan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki
dan sesuai dengan tujuan operasional. Efisiensi adalah upaya mengerjakan
semua pekerjaan secara optimal (doing the job right) dan sebaik-baiknya
dengan total biaya paling rendah dan menghasilkan tingkat kesalahan nol
(zero defect).
2.6. Efektivitas Promosi
Suatu promosi dikatakan efektif jika pesan yang disampaikan mudah
dicerna dan dimengerti oleh masyarakat, serta mengandung informasi yang
benar sehingga masyarakat (konsumen) dapat mencermati informasi tersebut
22
dengan sudut pandang yang benar. Terdapat tiga kriteria yang dapat
digunakan untuk mengukur efektivitas promosi, yaitu : penjualan,
pengingatan dan persuasi. Efektivitas promosi yang berkaitan dengan
penjualan dapat diketahui melalui riset tentang dampak penjualan.
Sedangkan, efektivitas promosi yang berkaitan dengan pengingatan dan
persuasi dapat diketahui melalui riset tentang dampak komunikasi
(Durianto, dkk 2003).
2.7. EPIC Model (Empathy, Persuasion, Impact and Communications Model)
Menurut Durianto, dkk (2003). EPIC model mencakup empat dimensi
kritis yaitu empati, persuasi, dampak dan komunikasi (Empathy, Persuasion,
Impact and Communication) dapat digunakan untuk mengukur efektivitas
promosi. Berikut ini adalah dimensi-dimensi dalam EPIC model :
a. Dimensi Empati (Empathy)
Empati
merupakan
keadaan
mental
yang
membuat
seseorang
mengidentifikasikan dirinya atau merasa dirinya pada keadaan perasaan
atau fikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. (Kamus besar
bahasa Indonesia, 1988:228). Dimensi empati memberikan informasi
yang berharga tentang daya tarik suatu merek. Empati melibatkan afeksi
dan kognisi konsumen. Menurut J.P.Peter dan J.C.Olson 1996 dalam
Durianto (2003), afeksi dan kognisi mengacu pada dua tipe tanggapan
internal psikologis yang dimiliki konsumen terhadap rangsangan
lingkungan dan kejadian yang berlangsung. Dalam bahasa yang lebih
sederhana, afeksi melibatkan perasaan, sementara kognisi melibatkan
pemikiran.
Variasi tanggapan afektif dapat berupa penilaian positif, negatif,
menyenangkan atau tidak menyenangkan. Konsumen dapat merasakan
empat jenis tanggapan afektif yaitu emosi, perasaan khusus, suasana
hati dan evaluasi yang berbeda dalam tingkat intensitas dan daya
improvisasinya. Kognisi mengacu pada proses mental dan struktur
pengetahuan yang dilibatkan dalam tanggapan seseorang terhadap
lingkungannya.
23
b. Dimensi Persuasi (Persuasion)
Dimensi persuasi menginformasikan apa yang dapat diberikan
suatu promosi untuk peningkatan atau penguatan karakter suatu merek.
Akibatnya, pemasang iklan memperoleh pemahaman tentang dampak
promosi terhadap keinginan konsumen untuk membeli serta memperoleh
kemampuan suatu iklan dalam mengembangkan daya tarik suatu merek.
Persuasi
adalah
perubahan
kepercayaan,
sikap,
dan
keinginan
berperilaku yang disebabkan satu komunikasi promosi. Komunikasi
promosi, seperti periklanan, yang dapat mempengaruhi konsumen dapat
menggunakan dua proses kognitif, yaitu : “jalur sentral” dan “Jalur
periferal” menuju persuasi. Proses persuasi yang akan dipakai ditentukan
dengan tingkat keterlibatan konsumen dalam pesan produk. (Peter dan
Olson 1996 dalam Durianto (2003)).
Jalur sentral menuju persuasi (central route persuasion) cenderung
muncul ketika tingkat keterlibatan konsumen meningkat.
Pada jalur
sentral, konsumen memfokuskan diri pada pesan produk dalam promosi
Konsumen menerjemahkan pesan produk dalam promosi tersebut, lalu
membentuk kepercayaan tentang ciri-ciri dan konsekuensi produk, serta
mengintegrasikan makna tersebut untuk membentuk sikap dan
keinginan. Jalur periferal menuju persuasi (peripheral route persuasion)
cenderung muncul ketika tingkat keterlibatan konsumen lebih rendah.
Dalam jalur periferal, konsumen tidak memfokuskan diri pada pesan
produk dalam sebuah promosi tetapi pada perangsang “periferal”, seperti
selebriti atau musik yang popular dan menarik.
c. Dimensi Dampak (Impact)
Dimensi dampak menunjukkan, apakah suatu merek dapat terlihat
menonjol dibandingkan merek lain pada kategori yang serupa dan
apakah suatu promosi mampu melibatkan konsumen dalam pesan yang
disampaikan. Dampak yang diinginkan dari hasil promosi adalah jumlah
pengetahuan produk (product knowledge) yang dicapai konsumen
melalui tingkat keterlibatan (involvement) konsumen dengan produk dan
atau proses pemilihan. Konsumen memiliki tingkat pengetahuan produk
24
(levels of product knowledge) yang berbeda-beda, yang dapat digunakan
untuk menerjemahkan informasi baru dan membuat pilihan pembelian.
Konsumen dapat memiliki empat tingkat pengetahuan produk,
yaitu : kelas produk, bentuk produk, merek, dan model. Selain itu
konsumen juga dapat memiliki tiga jenis pengetahuan produk, yaitu
pengetahuan tentang ciri atau karakter produk, konsekuensi atau manfaat
positif menggunakan produk, dan nilai yang akan dipuaskan atau dicapai
suatu produk. Keterlibatan mengacu pada persepsi konsumen tentang
pentingnya atau relevansi personal suatu objek, kejadian, atau aktifitas.
Konsumen yang melihat bahwa suatu produk memiliki konsekuensi
yang relevan secara pribadi, maka konsumen dikatakan terlibat dengan
produk tersebut dan memiliki hubungan dengan produk tersebut.
Konsekuensi dengan suatu produk atau suatu merek memiliki aspek
kognitif maupun pengaruh. Secara kognitif, yang termasuk dalam
keterlibatan adalah pengaruh, seperti evaluasi produk. Jika keterlibatan
suatu produk tinggi, maka orang akan mengalami tanggapan pengaruh
yang lebih kuat, seperti emosi dan perasaan yang kuat. Keterlibatan
dapat berkisar dari tingkat yang rendah sedikit atau tidak ada
relevansinya ketingkat yang moderat ada relevansi yang dirasakan
hingga ke tingkat
yang tinggi relevansinya sangat dirasakan.
Keterlibatan
status
adalah
motivasi
yang
menggerakkan
serta
mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat mereka
membuat keputusan.
d. Dimensi Komunikasi (Communication)
Dimensi komunikasi memberikan informasi tentang kemampuan
konsumen
dalam
mengingat
pesan
utama
yang
disampaikan,
pemahaman konsumen, serta kekuatan kesan yang ditinggalkan pesan
tersebut.
Perspektif
pemrosesan
kognitif
adalah
inti
untuk
mengembangkan strategi pemasaran yang berhasil yang merupakan
permasalahan komunikasi. Proses dimulai ketika sumber komunikasi
promosi menentukan informasi apa yang harus dikomunikasikan,
kemudian meng-enkoding pesan tersebut dalam bentuk simbol-simbol
25
yang paling tepat (menggunakan kata, gambar, atau tindakan).
Kemudian, pesan ditransmisikan ke sebuah penerima melalui berbagai
media, seperti pertunjukan televisi, penawaran via pos, billboard, atau
majalah. Penerima atau konsumen, jika digiring ke suatu promosi, harus
men-dekoding atau menerjemahkan maknanya. Kemudian, konsumen
dapat mengambil
tindakan, seperti pergi ke toko atau melakukan
pembelian.
Dua tahapan model komunikasi sangat dibutuhkan, khususnya
demi keberhasilan penerapan strategi promosi. Tahapan pertama terjadi
ketika pemasar menciptakan komunikasi promosi untuk mengenkoding
suatu makna. Tahap kedua adalah pendekodingan, yaitu konsumen
masuk dan memahami informasi dalam komunikasi promosi dan
mengembangkan interpretasi pribadi mereka terhadap makna yang
ditangkap.
2.8. Metode pemeringkatan langsung (Direct Rating Method)
Metode ini digunakan untuk mengevaluasi kekuatan sebuah promosi
yang berkaitan dengan kemampuan promosi tersebut untuk mendapatkan
perhatian. Berikut ini adalah 5 variabel yang digunakan dalam Metode
Penentuan Peringkat Langsung :
a. Perhatian (Attention)
Perhatian didefinisikan sebagai alokasi kapasitas pemrosesan untuk
stimulus yang baru masuk. Faktor-faktor yang menentukan perhatian
adalah determinan pribadi dan determinan stimulus.
b. Pemahaman
Pemahaman berkaitan dengan penafsiran suatu stimulus. Makna suatu
stimulus bergantung pada bagaimana suatu stimulus dikategorikan dan
diuraikan dengan pengetahuan yang sudah ada.
c. Respon Kognitif
Respon kognitif memperlihatkan bahwa penerimaan sangat terkait
dengan pikiran yang muncul selama tahap pemahaman.
26
d. Respon Afektif
Respon afektif menggambarkan perasaan dan emosi yang dihasilkan
suatu stimulus. Keragaman respon afektif dapat disederhanakan menjadi
tiga dimensi utama yaitu : riang, negatif dan hangat.
e. Sikap Terhadap Promosi
Kemampuan promosi untuk menciptakan sikap yang mendukung
terhadap suatu produk sering bergantung pada sikap konsumen terhadap
promosi tersebut.
2.9. Uji Korelasi Pearson Product Moment
Korelasi Pearson Product Moment merupakan metode statistik yang
sering digunakan pada statistik parametrik. Statistik parametrik merupakan
bagian dari statistik inferensi. Penggunaan statistik parametrik ini harus
disertai syarat-syarat yang harus dipenuhi, seperti distribusi data pada
sampel harus normal, jumlah sampel terhitung harus sama atau lebih besar
dari 30. Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel
yang tidak menunjukkan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti
disebabkan). Uji korelasi ini tidak membedakan jenis variabel (tidak ada
variabel dependent maupun independent). Keeratan hubungan ini dinyatakan
dalam bentuk koefisien korelasi (Nugroho, 2005).
2.10. Hasil Penelitian Terdahulu
Megawati (2009) dalam penelitiannya menganalisis Efektivitas Promosi
Terhadap Banyaknya Pengunjung Taman Safari Indonesia, Cisarua.
Efektivitas promosi Taman Safari Indonesia diukur melalui segi komunikasi
dan penjualan. Dari segi komunikasi, promosi menggunakan EPIC Model
dengan nilai EPC rate sebesar 3,99 menunjukkan responden menilai bahwa
promosi yang dilakukan sudah efektif baik dari segi empati, persuasi,
dampak, dan komunikasi. Dari segi penjualan menggunakan analisis
korelasi pearson, dihasilkan korelasi yang kuat antara biaya promosi above
the line dan below the line. Hal ini ditunjukkan dengan nilai r sebesar 0,423
dan 0,476.
27
Jayanti (2009) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Efektivitas
Promosi Terhadap Jumlah Penjualan Death By Chocolate & Spageti
Restaurant, Bogor. Hasil pengukuran efektivitas promosi dengan EPIC
model menunjukkan bahwa dimensi empati dan persuasi masuk ke dalam
skala efektif. Sedangkan dimensi dampak dan komunikasi hanya masuk
dalam skala cukup efektif. Namun, hasil pengukuran secara keseluruhan
menunjukkan bahwa promosi DBC & spageti Restaurant masuk dalam
kategori promosi efektif (EPIC rate sebesar 3,44). Pengukuran efektivitas
promosi dengan Direct Rating Method (DRM) menunjukkan bahwa promosi
DBC & Spageti Restaurant masuk dalam kategori promosi yang baik (total
skor direct rating sebesar 70,32). Biaya promosi secara ATL yang
dikeluarkan oleh DBC & Spageti Restaurant memiliki korelasi negatif yang
signifikan terhadap jumlah penjualan. Sedangkan, biaya promosi secara
BTL tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap jumlah penjualan.
Nilai koefisien korelasi biaya promosi ATL, terhadap jumlah penjualan
sebesar -0,999 dan nilai koefisien korelasi biaya promosi BTL terhadap
jumlah penjualan sebesar 0,410.
Sari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Efektivitas
Bauran Promosi pada Taman Rekreasi Dunia Fantasi Taman Impian Jaya
Ancol, Jakarta. Kegiatan promosi yang dilakukan oleh Taman Rekreasi
Dunia Fantasi Taman Impian Jaya Ancol Jakarta meliputi empat bauran
promosi yaitu periklanan, promosi penjualan, penjualan personal, dan
hubungan masyarakat. Hasil pengukuran efektivitas promosi dengan EPIC
Model menunjukan EPIC Rate yang diperoleh sebesar 3,725, yang artinya
bahwa promosi Dunia Fantasi masuk dalam kategori promosi yang efektif.
Sukma (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Efektivitas
Promosi Above The Line dan Below The Line PT. Pakuan (Studi Kasus
Sawangan Golf). Kegiatan promosi yang dilakukan oleh PT. Pakuan terdiri
dari promosi above the line yang berupa promosi website, billboard, brosur
dan promosi below the line yang berupa turnamen bulanan, kerja sama
dengan tour and travel, kerjasama dengan perpesi serta pemasaran by phone.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, perhatian konsumen terhadap
28
promosi above the line dapat dikatakan berimbang yaitu berkisar 20-30
persen meskipun persentase tertinggi pada media brosur (29%). Pada media
promosi below the line, media promosi yang paling mendapat perhatian
adalah marketing by phone (42%) dan turnamen bulanan (41%).
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan EPIC Model, tingkat
keefektifan promosi above the line dan below the line berada pada rentang
skala cukup efektif yaitu sebesar 2,6-3,4. Nilai EPIC Rate promosi above
the line sebesar 3,047 dan nilai EPIC Rate promosi below the line sebesar
3,147. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Direct Rating
Method, tingkat keefektifan promosi above the line dan below the line
berada pada rentang skala yang cukup baik yaitu sebesar 40-60. Nilai direct
rating promosi above the line sebesar 56,5 dan nilai direct rating promosi
below the line sebesar 58,36. Berdasarkan hasil analisis regresi, nilai R²
yang didapat sebesar 31,7 persen. Nilai R² yang didapat menunjukkan
bahwa model regresi yang dihasilkan kurang baik.
Download