Pengobatan dengan raltegravir meningkatkan risiko efek samping pada otot yang ringan Oleh: Michael Carter, 14 Januari 2013 Menurut penelitian di Australia yang diterbitkan dalam edisi online Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes, pengobatan dengan integrase inhibitor HIV raltegravir (Isentress) dikaitkan dengan peningkatan risiko efek samping skeletomuscular. Toksisitas termasuk sakit pada otot dan kelemahan otot dan wasting. Namun, dalam kebanyakan kasus, efek samping ini ringan dan dalam kasus pengecilan/kelemahan otot, gejala akan menghilang dengan penghentian terapi raltegravir. “Studi ini mengidentifikasi prevalensi yang secara signifikan lebih tinggi pada gejala toksisitas otot rangka pada pasien yang diobati dengan terapi antiretroviral yang berbasis raltegravir” tulis para peneliti. “Hubungan ini tidak tergantung pada durasi dari pajanan raltegravir atau tingkat raltegravir.” Raltegravir adalah obat antiretroviral dengan kemanjuran yang telah terbukti digunakan pada orang yang belum pernah maupun yang sudah berpengalaman dengan pengobatan/ Efek samping utamanya termasuk sakit kepala, diare, dan mual. Efek samping ini biasa ringan dan dalam waktu yang singkat. Namun demikian, empat laporan kasus telah mengaitkan raltegravir dengan rhabdomyolysis – pemecahan serat otot rangka. Peningkatan kadar kreatinin kinase juga telah diamati pada orang yang diobati dengan raltegravir, sebuah temuan yang konsisten dengan hipotesis bahwa obat dapat menyebabkan tingkat toksisitas otot yang rendah. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih jelas dari pertanyaan ini, para dokter di Sydney merancang penelitian prospektif yang membandingkan prevalensi dan faktor risiko untuk efek samping pada oto rangka di antara orang yang memakai pengobatan HIV berbasis raltegravir dan individu yang diobati dengan rejimen antiretroviral lain. Sebanyak 318 peserta direkrut untuk studi antara tahun 2011 dan 2012. Setengah diobati dengan raltegravir. Toksisitas otot didefinisikan sebagai salah satu dari yang berikut: • Peningkatan terisolasi dari kinase kreatinin. • Meluasnya nyeri otot (mialgia). • Kelemahan otot atau wasting (miopati proksimal). • Rhabdomyolysis. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara peserta yang diobati dengan raltegravir dan mereka yang menggunakan rejimen lain. Hampir semua (98%) adalah laki-laki, 89% berkulit putih dan usia rata-rata mereka adalah 51 tahun. Olahraga berat – yang dapat menyebabkan nyeri atau kelemahan otot – dilaporkan oleh 42% dari peserta. Prevalensi keseluruhan dari toksisitas otot adalah 28%. Angka ini secara signifikan lebih tinggi di antara peserta yang memakai raltegravir dibandingkan dengan individu yang diobati dengan rejimen lain (37 vs 19%, p <0,001). Melihat toksisitas otot individu, para peneliti menemukan bahwa peserta yang memakai raltegravir lebih mungkin didiagnosis dengan mialgia dibandingkan dengan kelompok kontrol (19 vs 3%, p <0,001). “Mialgia tidak cukup menjadi alasan untuk beralih dari raltegravir, tetapi kasus-kasus harus dipertimbangkan secara individual,” para penulis menyarankan. Prevalensi miopati proksimal juga lebih sering terjadi pada mereka yang memakai raltegravir (4 vs 0%, p = 0,03). Prevalensi peningkatan kinase kreatinin yang terisolasi adalah serupa di antara kedua lengan studi (14 vs 16%). Tidak ada kasus rhabdomyolysis. Setelah mengontrol untuk faktor pembaur potensial, raltegravir (OR = 2,64, 95% CI, 1,57-4,45, p <0,001) dan olahraga berat yang baru dilakukan (OR = 2,15, 95% CI, 1,35-3,75, p = 0,002) diidentifikasi memiliki sebuah hubungan independen dan signifikan dengan toksisitas otot. Selain itu, mialgia dikaitkan dengan pengobatan dengan raltegravir (p <0,001) dan olahraga berat adalah Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Pengobatan dengan raltegravir meningkatkan risiko efek samping pada otot yang ringan faktor risiko untuk peningkatan kinase kreatinin yang terisolasi. “Sebagai tambahan, studi prospektif diperlukan untuk lebih menilai gejala sisa dari toksisitas jangka panjang pada otot dan mengungkap faktor-faktor terkait yang dapat memprediksi kemungkinan kerusakan otot,” para penulis menyimpulkan. “Temuan kami menunjukkan bahwa semua pasien yang menerima raltegravir harus dipantau secara aktif untuk mialgia dan miopati.” Ringkasan: Treatment with raltegravir increases the risk of mild muscular side-effects Sumber: Lee FJ et al. Skeletal muscle toxicity associated with raltegravir-based combination anti-retroviral therapy in HIV-infected adults. J Acquir Immune Defic Syndr, online edition, DOI: 10.1097/QAI.0b013e3182832578, 2013. –2–