analisis perbandingan investasi saham, emas, dan obligasi

advertisement
ANALISIS PERBANDINGAN INVESTASI
SAHAM, EMAS, DAN OBLIGASI
Anindito Putra, Mohamad Heykal SE., M.Si
Universitas Bina Nusantara
Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27
Kebon Jeruk
Jakarta Barat 11530
Phone
(+6221) 53696969
[email protected]
ABSTRACT
This research is motivated by the many types of investment instruments available and have
made it difficult for investors to choose the type of investment instrument which is best.
Therefore, this research was conducted to find which is the best investment among the three
types of investment instruments stocks, gold, and bonds. There are three types of approaches
that can be done in evaluating the performance of the three instruments, namely: Sharpe
index, Treynor index and Jensen index. This study tried to do a comparison of the three
indexes measuring consistency through the data released by each investment instrument in
the period January 2010 to December 2012. The study sample was taken from the price or
value of the index released by each investment instrument during the study period. The
results of these three investment instruments during the study period was as follows,
according to the method of Sharpe bond is the best investment instruments with a value of
0.05329, according to Treynor methods gold is the best investment instruments with a value
of 0.00227, and according to the method jensen gold is the best instrument with a value of
0.00029. It can be concluded that during the study period gold is the best type of investment
instrument which is then followed by the second in bonds and shares in third. (AP)
Keywords: investing, stocks, gold, bonds, Sharpe, Treynor, Jensen
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya jenis instrumen investasi yang tersedia dan
telah menyulitkan para investor untuk memilih jenis instrumen investasi mana yang terbaik.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mencari investasi manakah yang terbaik
diantara ketiga jenis instrumen investasi saham, emas, dan obligasi. Terdapat tiga jenis
pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengevaluasi kinerja ketiga instrumen, yaitu: indeks
Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen. Penelitian ini berusaha melakukan perbandingan
konsistensi pengukuran ketiga indeks tersebut melalui data yang dikeluarkan oleh masingmasing instrumen investasi pada periode januari 2010 hingga desember 2012. Sampel
penelitian ini di ambil dari harga atau nilai indeks yang dikeluarkan oleh masing–masing
instrumen investasi selama periode penelitian. Hasil yang didapat dari ketiga instrumen
investasi selama periode penelitian adalah sebagai berikut, menurut metode Sharpe obligasi
adalah instrumen investasi terbaik dengan nilai 0,05329, menurut metode Treynor emas
adalah intrumen investasi terbaik dengan nilai 0,00227, dan menurut metode jensen emas
adalah instrumen terbaik dengan nilai 0,00029. Dapat disimpulkan bahwa selama periode
penelitian emas adalah jenis instrumen investasi terbaik yang kemudian diikuti oleh obligasi
pada peringkat kedua dan saham pada peringkat ketiga. (AP)
Kata kunci: investasi, saham, emas, obligasi, sharpe, treynor, jensen
PENDAHULUAN
Pada umumnya masyarakat menengah ke atas menyimpan sebagian pendapatannya secara
periodik atau bahkan telah memiliki akumulasi pendapatan, oleh karena itu dalam hal ini diperlukan
suatu putusan apa yang akan dilakukan terhadap aset atau pendapatan tersebut. Pilihan untuk tidak
menghabiskan uang merupakan pilihan pertama, pilihan kedua adalah apa yang harus dilakukan
terhadap uang yang dimiliki, kemudian pilihan ketiga bagaimana cara agar jumlah uang tersebut dapat
bertambah seiring berjalannya waktu baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sangat tidak bijaksana jika membiarkan harta yang dimiliki hanya tertanam dilahan investasi
yang memberikan tingkat pengembalian atau return yang tidak lebih tinggi dari inflasi. Karena dengan
tidak berbuat sesuatu terhadap aset atau kekayaan, maka sebenarnya terjadi penyusutan terhadap aset
atau kekayaan tersebut. Penyusutan ini terjadi secara alami karena adanya inflasi yang normal terjadi
dalam perekonomian suatu negara. Jadi dengan membiarkan suatu aset atau kekayaan tanpa
diinvestasikan, akan menyebabkan penurunan nilai dari aset atau kekayaan tersebut.
Kegiatan investasi akan selalu dihadapkan pada dua hal yang saling berlawanan yaitu
memaksimalkan keuntungan yang diharapkan serta meminimumkan tingkat resiko yang dihadapi.
Resiko terjadi akibat adanya perbedaan antara tingkat pengembalian atau return yang diharapkan
dengan tingkat pengembalian atau return hasil aktual. Krisis ekonomi dan moneter memberikan
pelajaran yang baik bagi investor Indonesia bahwa kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi
akan berakibat buruk bagi pengembalian modal investasi. Setelah mengalami badai krisis ekonomi para
investor berusaha untuk membandingkan hasil dari portofolio investasi yang dimilikinya dengan tujuan
untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dan resiko yang lebih rendah. Jadi, untuk
menghindari kerugian ketika mengejar keuntungan dalam berinvestasi diperlukan penggunaan strategi
yang matang disamping memerlukan pula pengetahuan dan wawasan yang luas tentang ‘medan
pertempuran tersebut’.
Salah-satu langkah strategi yang terpenting yang boleh dikatakan merupakan keharusan dalam
manajemen aset beresiko adalah masalah pengalokasian dana. Banyaknya jenis investasi yang tersedia
telah menyulitkan investor memilih yang terbaik untuk mereka. Jenis-jenis investasi tersebut tidak
mempunyai karakteristik yang sama, ada investasi yang memberikan return yang tinggi, ada investasi
yang mempunyai resiko yang rendah, atau faktor likuiditas yang tinggi dan karakteristik lainnya.
Semua karakteristik ini harus dipertimbangkan dan diperbandingkan dengan tingkat pengembalian atau
return yang akan di dapat, agar investor dapat mengoptimalkan pilihan investasinya. Dalam kelas aset
beresiko, pengalokasian dana ini ditentukan setelah melakukan penyeleksian terhadap sekuritassekuritas aset yang akan dipilih (security selection). Seleksi sekuritas ini merupakan bagian langkah
yang terintegrasi dalam strategi diversifikasi portofolio. Salah satu pengembang dari strategi
diversifikasi ini adalah Harry M. Markowitz (1952), seorang ekonom ternama peraih nobel (1992)
karena teori model seleksi portofolionya, yang juga terkenal dengan kalimatnya “Don’t put all your
eggs in one basket”. Maksudnya adalah apabila satu keranjang jatuh, maka hanya telur-telur di dalam
keranjang tersebutlah yang pecah, telur-telur di keranjang lain tidak ikut pecah. Kalimat tersebut
merupakan pengilustrasian dari tujuan strategi diversifikasi portofolio yaitu mengurangi resiko yang
dihadapi dengan cara melakukan penyebaran resiko sehingga pada satu waktu, resiko agregat yang
dihadapi relatif lebih rendah dibandingkan apabila resiko tersebut hanya terkonsentrasi pada satu titik
saja.
Terdapat banyak pilihan untuk melakukan investasi, instrument investasi yang ada diantaranya
pasar modal, pasar uang, maupun pasar komoditi. Perlu diketahui bahwa dalam pasar modal, resiko
yang harus dihadapi oleh investor terbagi dalam dua bagian yaitu resiko tidak sistematis (unsystematic
risk) dan resiko sistematis (systematic risk). Resiko tidak sistematis adalah resiko yang diakibatkan dari
internal perusahaan sehingga dikenal pula sebagai firm-specific risk atau unique risk. Resiko ini dapat
dieliminasi dengan menggunakan strategi diversifikasi dalam penyusunan portofolio, sehingga resiko
ini disebut pula sebagai diversifiable risk. Sedangkan resiko sistematis adalah resiko yang diakibatkan
oleh eksternal perusahaan atau dipengaruhi oleh pasar seperti tingkat inflasi, jumlah uang beredar, nilai
tukar dan tingkat suku bunga (pengaruh makro) sehingga resiko sistematis ini sering pula disebut
dengan resiko pasar (market risk). Karena resiko pasar adalah resiko yang dihadapi bersama oleh
semua perusahaan, maka resiko ini tidak dapat dihilangkan dengan cara melakukan diversifikasi dalam
penyusunan portofolio. Oleh sebab itu resiko ini dikenal pula sebagai nondiversifiable risk. Jadi secara
agregat, efek diversifikasi ini tidak bisa menghilangkan resiko yang dihadapi oleh investor karena
dibatasi oleh resiko sistematis ini, sehingga hanya bisa menguranginya saja. Penentuan pemilihan
instrument investasi tersebut biasanya dilakukan investor dengan mendasarkan pada rate of return yang
paling tinggi dan resiko yang dapat diterima atau berdasarkan resiko terendah dengan return tertentu.
Terdapat berbagai macam jenis investasi yang diperdagangkan di bursa efek, yang paling
diminati dan dikenal oleh masyarakat adalah saham biasa atau common stock. Saham merupakan
sertifikat kepemilikan atas perusahaan. Bahkan informasi saham telah dapat diketahui dari media cetak
dan elektronik yang meliputi informasi pergerakan harganya hingga rumor-rumor yang beredar.
Kelebihan dari investasi pada saham biasa adalah kemampuannya untuk memberikan keuntungan atau
rate of return yang tidak terhingga. Hal ini bukan berarti investasi saham biasa dapat menghasilkan
keuntungan yang sangat besar, maka ada kemungkinan para pemegang sahamnya akan menikmati
keuntungan yang besar juga, karena dengan laba yang besar itu diharapkan tersedianya dana yang besar
untuk dibayarkan sebagai deviden. Disamping mendapat penghasilan dari deviden, pemilik saham juga
memiliki kemungkinan mendapatkan penghasilan dari capital gain. Capital gain adalah keuntungan
yang diperoleh dari selisih harga jual kembali saham yang lebih besar dibanding dengan harga belinya.
Besarnya tingkat keuntungan yang akan diterima oleh para pemegang saham tersebut juga
diimbangin dengan tingginya tingkat resiko dari saham biasa. Tingginya tingkat resiko saham
berbanding lurus dengan rate of return yang diharapkan, dapat diartikan bahwa semakin tinggi rate of
return yang akan diterima suatu investasi, semakin tinggi pula tingkat resiko yang harus ditanggung
investor. Resiko adalah ketidakpastian mengenai rate of return di masa depan, ketidakpastian ini dapat
dikuantifikasi dengan menggunakan distribusi kemungkinan (probability distributions) (Bodie, Kane,
Marcus, 2008, hlm 136). Tingkat resiko ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya kondisi
politik suatu Negara, kebijakan pemerintah, permasalahan perburuhan, masuknya pesaing baru dan
lain-lain.
Selain saham, obligasi merupakan alternatif investasi yang banyak dipilih investor dalam
beberapa tahun terakhir. Obligasi atau disebut juga Bond adalah surat utang yang dikeluarkan sebuah
badan hukum dengan jangka waktu minimum lima tahun yang ditentukan pembayaran bunga (kupon)
dan periode pembayaran kuponnya, serta tanggal jatuh temponya. Dengan demikian obligasi
merupakan pernyataan hutang sebuah perusahaan yang dijual kepada masyarakat, dan sebagai bukti
pembelian masyarakat menerima sertifikat yang menyebutkan nilai yang dipinjam, tingkat bunga yang
disepakati, periode pembayaran bunga, dan kesepakatan lainnya.
Biasanya obligasi dijual dengan nominal pecahan tertentu (denominasi) minimum Rp. 50 juta
dan maksimum Rp. 1 Milyar, obligasi sering juga disebut sekuritas pendapatan tetap (fixed income),
karena jumlah dana yang akan dihasilkan setiap tahun telah “ditetapkan” atau ditentukan ketika dijual.
Apapun yang terjadi dan siapapun yang memegang, obligasi akan menghasilkan nilai yang sama.
Harga obligasi tergantung dari tingkat bunga kupon dan tingkat bunga yang berlaku. Harga obligasi
akan lebih besar dari pokoknya (nominalnya) bila tingkat bunga kupon lebih kecil dari tingkat bunga
yang berlaku.
Alternatif investasi lain yang banyak dipilih oleh investor adalah emas, masyarakat selama ini
memiliki kebiasaan untuk menyimpan kekayaan baik dalam bentuk emas perhiasan maupun emas
murni berupa emas batangan. Dengan demikian emas dipilih sebagai alternatif investasi lainnya karena
emas merupakan suatu alat penyimpan nilai (store of value) yang mempunyai harga pasar yang jelas
dan memiliki likuiditas yang tinggi, karena diperdagangkan secara luas, sehingga mudah diperjualbelikan. Disamping itu juga, masyarakat menggunakan emas sebagai salah satu alat investasi yang
dapat diandalkan, dikarenakan kemampuannya memberikan return yang tinggi.
Pada umumnya investor akan melakukan ketiga jenis investasi tersebut setelah motif transaksi
dan motif berjaga-jaganya terpenuhi. Kelebihan dana yang dimiliki dimanfaatkan untuk melakukan
investasi dan atau spekulasi kedalam berbagai instrument investasi yang ada. Menanamkan kelebihan
dana yang dimiliki kedalam instrument investasi, tidak terlepas dari tingkat keberanian investor dalam
mengambil resiko, semakin berani seorang investor, maka semakin berani pula investor tersebut
menanggung resiko yang akan diterimanya.
Pemilihan jenis instrument investasi merupakan sesuatu yang sulit dilakukan, hal ini
mendorong kebutuhan penelitian obyektif yang semakin dirasakan keperluannya. Dengan demikian
diperlukan suatu gambaran bagi para investor untuk memilih secara obyektif instrument investasi yang
paling sesuai dan menguntungkan.
Dalam menjawab permasalahan yang dihadapi para investor saat ini, maka penulis mencoba melakukan
penelitian dalam rangka mengetahui instrumen investasi mana yang memiliki kinerja paling baik
diantara investasi pada saham, obligasi, dan emas.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk menganalisis intrumen investasi
yang paling menguntungkan diantara ketiga instrument investasi, yaitu investasi pada saham, obligasi,
dan emas.
Penelitian Terdahulu:
1.
Lutfi (2008), melakukan penelitian tentang “optimasi risk-return portofolio investasi saham,
obligasi, emas, valas, dan deposito menggunakan metode markowitz dan value-at-risk
(periode 17 Januari 2003 – 28 Desember 2008)”
menjelaskan bahwa konsep diversifikasi dapat menurunkan resiko terbukti dimana semakin
banyaknya jumlah aset didalam portofolio maka akan semakin menurunkan unique risk, hal ini
terlihat dari standar deviasi portofolio sebesar 26.05% dan berdasarkan beberapa temuan dalam
mapping penghitungan risk adjusted return, diketahui bahwa asumsi high risk high return terbukti,
yaitu dimana instrument saham yang memiliki expected return 80.64% juga memiliki risiko paling
tinggi yaitu sebesar 308.30% dan begitu pula sebaliknya pada instrument deposito dimana
mempunyai expected return 3.71% dan risiko sebesar 28.82%...
METODE PENELITIAN
1.
2.
Metode penelitian
a.
Tahap pertama studi literatur, diambil dari literatur-literatur baik text book maupun jurnal
yang membahas mengenai ketiga investasi tersebut
b.
Tahap kedua pengambilan data, pengumpulan data berdasarkan data sekunder atau data
historis, yang diambil dari daftar harga mingguan baik untuk saham, obligasi, dan emas,
semua data yang didapat dihimpun dari segala sumber yang dapat memberikan keterangan
mengenai ketiga investasi tersebut, baik dari surat kabar, internet, dan lain-lain.
Metode analisis data
a.
Analisis kinerja instrumen investasi yang dilakukan dengan uji annual return.
b.
Analisis portofolio optimal dilakukan dengan menggunakan model indeks tunggal yaitu
indeks treynor, indeks sharpe, dan indeks jensen.
HASIL DAN BAHASAN
Annual Return
Kinerja Saham LQ-45
(Tabel 4.1 Return saham LQ45)
Return
2010
2011
2012
LQ45
0.00126
0.00022
0.00041
0.00063
IHSG
0.00163
0.00024
0.00053
0.00080
BI rate
0.00018
0.00018
0.00016
0.00017
(Sumber: Hasil Penelitian)
(Gambar 4.1 Grafik Return Saham LQ45)
(Sumber: Hasil Penelitian)
(Tabel 4.2 Standar Deviasi Saham LQ45)
standar deviasi
LQ45
IHSG
BI rate
2010
0.01418
0.01270
0.00000
2011
0.01677
0.01469
0.00001
2012
0.01007
0.00854
0.00000
0.01367
0.01198
0.00000
(Sumber: Hasil Penelitian)
(Gambar 4.2 Grafik Standar Deviasi Saham LQ45)
(Sumber: Hasil Penelitian)
Berdasarkan gambar di atas:
a.
Return saham LQ45 selama januari 2010 hingga desember 2012 menunjukkan rata-rata
sebesar 0.00063 dengan standar deviasi sebesar 0.01367.
b.
Return pasar yang merupakan perubahan indeks harga saham gabungan menunjukkan rata-rata
return sebesar 0.00080 dengan standar deviasi sebesar 0.01198.
c.
Sedangkan nilai BI rate diperoleh rata-rata sebesar 0.00017 dengan standar deviasi 0.00000
d.
Kenaikan return yang dialami saham LQ45 juga diikuti dengan kenaikan return pasar IHSG
e.
Penurunan standar deviasi yang dialami saham LQ45 juga diikuti dengan penurunan standar
deviasi pasar IHSG
f.
Sedangkan tingkat suku bunga Bank Indonesia cenderung bertahan dan apabila ada kenaikan
ataupun penurunan hal itu sangatlah kecil.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa selama periode penelitian januari 2010 hingga
desember 2012 menunjukkan adanya rata-rata return saham LQ45 serta return pasar IHSG yang
cenderung fluktuatif begitupula standar deviasinya, walaupun begitu pergerakan saham LQ45 tetap
mengikuti tren pasar IHSG dan hal ini mengindikasikan bahwa saham LQ45 mengalami kenaikan dan
penurunan yang sama pada kinerjanya apabila dibandingkan dengan kinerja pasar saham itu sendiri.
Kinerja Emas (Logam Mulia)
(Tabel 4.3 Return Emas)
Return
Emas
Antam
Emas Dunia
BI rate
2010
2011
2012
0.00071
0.00090
0.00018
0.00094
0.00048
0.00018
0.00041
0.00065
0.00016
0.00069
0.00067
0.00017
(Sumber: Hasil Penelitian)
(Gambar 4.3 Grafik Return Emas)
(Sumber: Hasil Penelitian)
(Tabel 4.4 Standar Deviasi Emas)
Standar
deviasi
Emas Antam
Emas Dunia
BI rate
2010
0.00859
0.01040
0.00000
2011
0.01905
0.01347
0.00001
2012
0.00722
0.01099
0.00000
(Sumber: Hasil Penelitian)
(Gambar 4.4 Grafik Standar Deviasi Emas)
(Sumber: Hasil Penelitian)
0.01162
0.01162
0.00000
Berdasarkan gambar tersebut:
a.
Return Logam Mulia antam selama tahun 2010 hingga 2012 menunjukkan rata-rata sebesar
0.00069 dengan standar deviasi 0.01162.
b.
Return Logam Mulia dunia pada periode yang sama menunjukkan rata-rata sebesar 0.00067
dengan standar deviasi sebesar 0.01162.
c.
Sedangkan nilai suku bunga Bank Indonesia diperoleh rata-rata sebesar 0.00017 dan standar
deviasi sebesar 0.00000.
d.
Kenaikan return emas PT. Antam Tbk juga diikuti dengan kenaikan standar deviasinya
e.
Penurunan return emas dunia berbanding terbalik dengan standar deviasinya
f.
Suku bunga Bank Indonesia cenderung mengalami peningkatan dan penurunan kecil untuk
setiap tahunnya selama periode penelitian.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa selama periode penelitian januari 2010 hingga
desember 2012 menunjukkan adanya rata-rata return Logam Mulia yang fluktuatif baik yang
dikeluarkan oleh PT. Antam Tbk maupun Logam Mulia dunia. Hal ini menunjukkan bahwa Logam
Mulia tidak selalu mengalami kenaikan tetapi juga mengalami penurunan pada kinerjanya dan
pergerakan kinerja Logam Mulia tidak selalu mengikuti tren pasarnya.
Kinerja Obligasi
(Tabel 4.5 Return Obligasi)
Return
IGBX
ICBX
BI rate
2010
0.00050
0.00051
0.0002
2011
0.00055
0.00055
0.0002
2012
0.00032
0.00032
0.0002
0.00046
0.00046
0.00017
(Sumber: Hasil Penelitian)
(Gambar 4.5 Grafik Return Obligasi)
(Sumber: Hasil Penelitian)
(Tabel 4.6 Standar Deviasi Obligasi)
Std deviasi
IGBX
ICBX
BI rate
2010
0.00353
0.00331
0.00000
2011
0.00465
0.00432
0.00001
2012
0.00232
0.00209
0.00000
(Sumber: Hasil Penelitian)
0.00350
0.00324
0.00000
(Gambar 4.6 Grafik Standar Deviasi Obligasi)
(Sumber: Hasil Penelitian)
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan:
a.
Rata-rata return obligasi pemerintah selama tahun 2010 hingga 2012 sebesar 0.00046 dengan
standar deviasi sebesar 0.00350
b.
Dengan rata-rata return obligasi gabungan sebesar 0.00046 dan standar deviasinya sebesar
0.00324
c.
Serta rata-rata BI rate sebesar 0.00017
d.
Fluktuasi return IGBX dan ICBX bergerak bersamaan setiap tahunnya dengan perbedaan yang
sedikit
e.
Fluktuasi Deviasi standar IGBX dan ICBX bergerak beriringan setiap tahunnya dengan
perbedaan yang sedikit sekali
Berdasarkan data tersebut selama periode penelitian januari 2010 hingga desember 2012 menunjukkan
adanya pergerakan fluktuatif pada kinerja obligasi pemerintah yang pergerakannya beriringan dengan
pergerakan obligasi gabungan setiap tahunnya.
Indeks Sharpe, Treynor, Jensen
Indeks Sharpe
(Tabel 4.7 Sharpe Measure)
sharpe measure
2010
2011
2012
Rata-rata
LQ45
0.07602
0.00208
0.02460
0.03423
Obligasi
0.08945
0.00052
0.06992
0.05329
Emas
0.06046
0.04395
0.02865
0.04435
(Sumber: Hasil Penelitian)
(Gambar 4.7 Grafik Sharpe Measure)
(Sumber: Hasil Penelitian)
Berdasarkan gambar tersebut:
a.
Pada tahun 2010 menurut perhitungan metode sharpe obligasi memiliki kinerja paling
baik dengan angka sebesar 0.08945 jika dibandingkan dengan saham LQ45 dan emas
b.
Pada tahun 2011 menurut perhitungan metode sharpe emas memiliki kinerja paling
baik dengan angka sebesar 0.04395 jika dibandingkan dengan saham LQ45 dan
obligasi
c.
Pada tahun 2012 menurut perhitungan metode sharpe obligasi memiliki kinerja paling
baik dengan angka sebesar 0.06992 jika dibandingkan dengan saham LQ45 dan emas
d.
Pada tahun 2010 dan 2012 obligasi memiliki perubahan return yang paling besar
dikarenakan peningkatan standar deviasi
e.
Pada tahun 2011 emaslah yang memiliki perubahan return yang paling besar
dikarenakan peningkatan stadar deviasi
f.
Saham LQ45 dapat dibilang sebagai instrumen investasi yang paling stabil jika
dibandingkan dengan obligasi dan emas, karena selama periode 2010 hingga 2012
perubahan return yang dialami oleh saham LQ45 tidak lebih besar daripada perubahan
yang dialami oleh obligasi dan emas
Indeks Treynor
(Tabel 4.8 Treynor Measure)
Treynor measure
LQ45
Obligasi
Emas
2010
0.00122
0.00034
0.00113
2011
0.00004
0.00040
0.00531
2012
0.00030
0.00018
0.00036
(Sumber: Hasil Penelitian)
(Gambar 4.8 Grafik Treynor Measure)
(Sumber: Hasil Penelitian)
Ratarata
0.00052
0.00031
0.00227
Berdasarkan gambar tersebut:
a.
Pada tahun 2010 saham LQ45 memiliki kinerja yang paling besar jika diukur menggunakan
metode treynor
b.
Pada tahun 2011 dan 2012 emaslah yang memiliki kinerja paling besar jika diukur
menggunakan metode treynor
c.
Sepanjang periode penelitian emaslah yang memiliki beta paling kecil diantara saham LQ45
dan obligasi, hal ini menunjukkan bahwa pergerakan kinerja emas selama periode 2010
hingga 2012 memiliki resiko yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan resiko pasarnya
sendiri. Berbeda dengan obligasi walaupun kinerjanya tidak berubah terlalu banyak setiap
tahunnya tetapi obligasilah yang memiliki resiko paling besar dan mendeketai resiko pasar
obligasi itu sendiri.
Indeks Jensen
(Tabel 4.9 Jensen Measure)
Jensen measure
2010
2011
2012 Rata-rata
-0.00021
-0.00001
-0.00006 -0.00009
Obligasi
0.00001
0.00003
0.00002
0.00002
Emas
0.00020
0.00071
-0.00003
0.00029
LQ45
(Sumber: Hasil Penelitian)
(Gambar 4.9 Grafik Jensen Measure)
(Sumber: Hasil Penelitian)
Berdasarkan gambar tersebut:
a.
Pada tahun 2010 dan 2011 emas memiliki kinerja paling baik diantara saham LQ45 dan
OBLIGASI jika diukur menggunakan metode jensen
b.
Pada tahun 2012 obligasi memiliki kinerja paling baik diantara saham LQ45 dan emas jika
diukur menggunakan metode jensen
c.
Selama periode penelitian kinerja saham LQ45 selalu bernilai negatif, hal ini menunjukkan
bahwa dalam pembentukan portofolio menggunakan indeks saham LQ45 belum semua saham
yang terkandung di dalamnya memiliki kinerja yang positif
d.
Melihat hasil perhitungan di atas, obligasi memiliki kinerja paling stabil selama periode
penelitian diantara saham LQ45 dan emas
Analisis Kinerja Ketiga Metode
(Tabel 4.10 Sharpe, Treynor, Jensen)
metode
alat investasi
saham
emas
obligasi
Sharpe
Treynor
Jensen
0.03423
0.04435
0.05329
0.00052
0.00227
0.00031
-0.00009
0.00029
0.00002
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil pembahasan dan analisa data yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, sebagai berikut:
1.
Berdasarkan penilaian kinerja instrumen investasi dengan indeks sharpe selama periode 1 januari 2010
– 31 desember 2012 ( tiga tahun ) didapatkan hasil penelitian bahwa, pada peringkat pertama diduduki
oleh obligasi dengan nilai rata-rata selama periode penelitian sebesar 0,05329, pada peringkat kedua
diduduki oleh emas dengan nilai rata-rata selama periode penelitian sebesar 0,04435, dan pada
peringkat terakhir diduduki oleh emas dengan nilai rata-rata selama periode penelitian sebesar 0,03423.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa selama periode penelitian obligasi adalah investasi yang
paling menguntungkan dan saham LQ45 yang paling tidak menguntungkan. Hal ini sesuai dengan
pengertian bahwa instrumen investasi saham adalah jenis instrumen investasi yang memiliki resiko
paling besar diantara yang instrumen investasi lainnya.
2.
Berdasarkan penilaian kinerja instrument investasi dengan indeks treynor selama periode penelitian 1
januari 2012 hingga 31 desember 2012 ( tiga tahun ) didapatkan hasil penelitian bahwa, emas adalah
instrumen investasi yang berada pada peringkat pertama dengan tingkat rata-rata selama periode
penelitian sebesar 0,00227, pada peringkat kedua diduduki oleh saham LQ45 dengan nilai rata-rata
selama periode penelitian sebesar 0,00052, dan pada peringkat terakhir selama periode penelitian
diduduki oleh obligasi dengan nilai sebesar 0,00031. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
selama periode penelitian emas adalah investasi yang paling menguntungkan, saham LQ45 yang
menengah, dan obligasi yang paling tidak menguntungkan diantara ketiga instrumen investasi tersebut.
3.
Berdasarkan penilaian kinerja instrumen investasi dengan indeks jensen selama periode penelitian 1
januari 2010 hingga 31 desember 2012 ( tiga tahun ) didapatkan hasil penelitian bahwa, pada peringkat
pertama diduduki oleh emas dengan nilai rata-rata selama periode penelitian sebesar 0,00029, peringkat
kedua diduduki oleh obligasi dengan nilai rata-rata selama periode penelitian sebesar 0,00002, dan
pada peringkat terakhir diduduki oleh saham LQ45 dengan nilai rata-rata selama periode penelitian
sebesar -0,00009. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perhitungan menurut metode jensen
emas adalah instrumen investasi yang paling baik, obligasi adalah terbaik kedua, dan saham LQ45
yang adalah yang terakhir.
4.
Berdasarkan penilaian melalui metode sharpe, treynor, dan jensen dapat ditarik kesimpulan bahwa
emas adalah instrumen investasi terbaik selama periode penelitian, hal ini dikarenakan emas memiliki
kinerja yang stabil dan dapat memberikan return selama periode penelitian dengan tingkat
perbandingan antara return dan resiko yang tidak terlalu besar. Obligasi adalah instrumen investasi
terbaik kedua karena pergerakannya yang cukup stabil meskipun resiko investasinya terbilang cukup
besar, walaupun begitu instrumen investasi ini terbilang cukup bagus apabila dibandingkan dengan
instrumen investasi saham. Terakhir adalah saham LQ45 dengan pergerakan yang tidak stabil dan tidak
selalu menghasilkan return yang diharapkan, hal tersebut dikarenakan perbandingan antara tingkat
return dan resiko yang besar dan selalu berubah – ubah selama periode penelitian.Saran
Saran
Hasil penelitian ini lebih bersifat kondisional baik dalam ruang dan waktu, karena banyak faktor - faktor yang
mempengaruhi return dan resiko ketiga instrumen investasi tersebut, oleh karena itu beberapa saran yang dapat
diberikan sesuai dengan penelitian ini adalah :
Bagi investor :
1.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi investor yang ingin berinvestasi pada
instrumen investasi saham, emas, dan obligasi, namun tidak memberikan jaminan terhadap kinerja dari
ketiga instrumen investasi pada periode yang akan datang, tetapi paling tidak konsistensi jangka
panjang atas kinerja masa lalu merupakan salah satu petunjuk bagi instrumen investasi tersebut di masa
depan, karena kinerja sebuah instrumen investasi di masa lalu dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk menilai bagaimana kinerja instrumen investasi pada masa yang akan datang serta
untuk melihat bagaimana potensi instrumen investasi tersebut dalam menghadapi kondisi ekonomi
Indonesia maupun secara global.
2.
Apabila hasil penelitian tetap konsisten pada masa yang akan datang, maka hendaknya para investor
memilih instrumen investasi emas, meskipun instrumen investasi emas memiliki return yang cukup
rendah dibandingkan instrumen investasi lainnya tetapi memiliki tingkat resiko paling kecil, sehingga
dapat dikatakan bahwa emas adalah instrumen investasi yang paling menjanjikan karena kepastiannya
mendatangkan return dengan resiko yang rendah selama periode investasinya, namun tidak
memberikan jaminan terhadap kinerja dari instrumen investasi tersebut pada periode yang akan datang.
Bagi penelitian selanjutnya:
1.
Pada penelitian berikutnya sebaiknya dipertimbangkan juga instrumen investasi lainnya seperti
reksadana, deposito, valas, properti dan lain sebagainya disamping instrumen investasi saham, emas,
dan obligasi untuk lebih mengetahui instrumen investasi mana yang paling menguntungkan.
2.
Sebaiknya jangka waktu pengumpulan data tidak hanya selama tiga tahun, namun perlu ditambah lebih
lama, agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan valid.
REFERENSI
Daftar acuan berisi kumpulan buku yang dipakai dalam Penelitian ini
Bodie ,Z., Kane, A., & Marcus, A. J., (2008), Investments Eight Edition, Jakarta: Salemba Empat
Darmadji Tjiptono., Fakhruddin M. H., pasar modal di indonesia jilid tiga, (2011), Jakarta: Salemba
Empat.
Fabozzi, J.F., 1995, Manajemen Investasi buku satu, diterjemahkan oleh tim penerjemah salemba
empat, (2000), Jakarta: Salemba Empat
Fabozzi, J.F., 1995, Manajemen Investasi buku dua, diterjemahkan oleh tim penerjemah salemba
empat, (2000), Jakarta: Salemba Empat
Mariyanto, (2010), Evaluasi Kinerja Portofolio Saham LQ-45Berdasarkan Indeks Sharpe, Treynor, dan
Jensen Periode Agustus-Oktober 2009, Skripsi S-1, Jakarta:Universitas Bina Nusantara
Reilly, Frank K dan Keith C. Brown. (2009). Analysis of investments and management of portofolio
(9th edition). South-Western, United States of America: Cengage Learning
Rizki T. L., Optimasi Risk Portofolio Investasi Instrumen Saham, Obligasi, Emas, Valas, Dan Deposito
Menggunakan Metode Markowitz Dan Value-At-Risk, Thesis, Universitas Indonesia
Sharpe F. W., Alexander J. G., Jeffrey V. B., (2005), Investasi jilid 1, diterjemahkan oleh tim
penerjemah PT.Prenhallindo, jakarta: PT.Prenhallindo
Website IBPA (Indonesia Bond Pricing Agency) www.ibpa.com
Website PT. Antam Tbk www.antamgold.com
Website Bloomberg www.bloomberg.com
RIWAYAT PENULIS
Anindito Putra, lahir di Jakarta pada 26 Agustus 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara
dalam bidang Akuntansi pada tahun 2013.
Download