Virus - DoCuRi

advertisement
Virus
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Untuk kegunaan lain dari Virus, lihat Virus (disambiguasi).
?
Virus
Rotavirus
Klasifikasi virus
Kelas: I–VII
Groups
I: Virus dsDNA
II: Virus ssDNA
III: Virus dsRNA
IV: Virus (+)ssRNA
V: Virus (−)ssRNA
VI: Virus ssRNA-RT
VII: Virus dsDNA-RT
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis.
Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya dapat
bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk
hidup karena virus tidak memiliki perlengkapan selular untuk bereproduksi sendiri.
Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak
kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri atas
protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan
menjadi baik protein yang digunakan untuk memuat bahan genetik maupun protein yang
dibutuhkan dalam daur hidupnya.
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi sel-sel eukariota
(organisme multisel dan banyak jenis organisme sel tunggal), sementara istilah
bakteriofage atau fage digunakan untuk jenis yang menyerang jenis-jenis sel prokariota
(bakteri dan organisme lain yang tidak berinti sel).
Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat
menjalankan fungsi biologisnya secara bebas jika tidak berada dalam sel inang. Karena
karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada
manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau
tanaman (misalnya virus mosaik tembakau/TMV).
Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Etimologi
• 2 Sejarah penemuan
• 3 Struktur dan anatomi virus
• 4 Patogenesis Virus
o 4.1 Macam-macam infeksi virus
• 5 Replikasi virus
o 5.1 Pelekatan Virus
o 5.2 Penetrasi
o 5.3 Pelepasan Mantel
o 5.4 Replikasi Genom dan Ekspresi Gen
o 5.5 Perakitan
o 5.6 Pematangan
o 5.7 Pelepasan
• 6 Klasifikasi virus
• 7 Contoh-contoh virus
o 7.1 Virus RNA
 7.1.1 Retroviridae
 7.1.2 Picornaviridae
 7.1.3 Orthomixoviridae
 7.1.4 Arboviruses
o 7.2 Virus DNA
 7.2.1 Herpesviridae
 7.2.2 Parvoviridae
 7.2.3 Poxviridae
• 8 Peranan Virus dalam Kehidupan
o 8.1 Penyakit hewan akibat virus
o 8.2 Penyakit tumbuhan akibat virus
o 8.3 Penyakit manusia akibat virus
• 9 Diagnosis di laboratorium
• 10 Pencegahan dan pengobatan
• 11 Referensi
• 12 Lihat pula
•
13 Pranala luar
[sunting] Etimologi
Kata virus adalah kata bahasa Latin untuk racun dan substansi beracun lainnya, yang
pertama kali digunakan di Bahasa Inggris tahun 1392.[1] Definisi "agen yang
menyebabkan infeksi penyakit" pertama kali digunakan tahun 1728,[1] sebelum
ditemukannya virus sendiri oleh Dmitry Iwanovsky tahun 1892.
[sunting] Sejarah penemuan
Virus mosaik tembakau merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan
mikroskop elektron.
• Virus telah menginfeksi sejak jaman sebelum masehi, hal tersebut terbukti dengan
adanya beberapa penemuan-penemuan yaitu laporan mengenai infeksi virus
dalam hieroglyph di Memphis, ibu kota Mesir kuno (1400SM) yang menunjukkan
adana penyakit poliomyelitis, selain itu, Raja Firaun Ramses V meninggal pada
tahun 1196 SM dan dipercaya meninggal karena terserang virus Smallpox.
•
Pada jaman sebelum masehi, virus endemik yang cukup terkenal adalah virus
Smallpox yang menyerang masyarakat cina pada tahun 1000. Akan tetapi pada
pada tahun 1798 , Edward Jenner menemukan bahwa beberapa pemerah susu
memiliki kekebalan terhadap virus pox. Hal tersebut diduga karena Virus Pox
yang terdapat pada sapi, melindungi manusia dari Pox. Penemuan tersebut yang
dipahami kemudian merupakan pelopor penggunaan vaksin.
•
Pada tahun 1880, Louis Pasteur dan Robert Koch mengemukakan suatu "germ
theory" yaitu bahwa mikroorganisme merupakan penyebab penyakit. Pada saat itu
juga terkenal Postulat Koch yang sangat terkenal hingga saat ini yaitu :
1. Agen penyakit harus ada di dalam setiap kasus penyakit
2. Agen harus bisa diisolasi dari inang dan bisa ditumbuhkan secara in vitro
3. Ketika kultur agen muri diinokulasikan ke dalam sel inang sehat yang rentan
maka ia bisa menimbulkan penyakit
4. Agen yang sama bisa di ambil dan diisolasi kembali dari inang yang terinfeksi
tersebut
•
Penelitian mengenai virus dimulai dengan penelitian mengenai penyakit mosaik
yang menghambat pertumbuhan tanaman tembakau dan membuat daun tanaman
•
•
•
tersebut memiliki bercak-bercak. Pada tahun 1883, Adolf Mayer, seorang
ilmuwan Jerman, menemukan bahwa penyakit tersebut dapat menular ketika
tanaman yang ia teliti menjadi sakit setelah disemprot dengan getah tanaman yang
sakit. Karena tidak berhasil menemukan mikroba di getah tanaman tersebut,
Mayer menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri yang
lebih kecil dari biasanya dan tidak dapat dilihat dengan mikroskop.
Pada tahun 1892, Dimitri Ivanowsky dari Rusia menemukan bahwa getah daun
tembakau yang sudah disaring dengan penyaring bakteri masih dapat
menimbulkan penyakit mosaik. Ivanowsky lalu menyimpulkan dua kemungkinan,
yaitu bahwa bakteri penyebab penyakit tersebut berbentuk sangat kecil sehingga
masih dapat melewati saringan, atau bakteri tersebut mengeluarkan toksin yang
dapat menembus saringan.[2] Kemungkinan kedua ini dibuang pada tahun 1897
setelah Martinus Beijerinck dari Belanda menemukan bahwa agen infeksi di
dalam getah yang sudah disaring tersebut dapat bereproduksi karena
kemampuannya menimbulkan penyakit tidak berkurang setelah beberapa kali
ditransfer antartanaman.[2] Patogen mosaik tembakau disimpulkan sebagai bukan
bakteri, melainkan merupakan contagium vivum fluidum, yaitu sejenis cairan
hidup pembawa penyakit.[2]
Setelah itu, pada tahun 1898, Loeffler dan Frosch melaporkan bahwa penyebab
penyakit mulut dan kaki sapi dapat melewati filter yang tidak dapat dilewati
bakteri. Namun demikian, mereka menyimpulkan bahwa patogennya adalah
bakteri yang sangat kecil.[2]
Pendapat Beijerinck baru terbukti pada tahun 1935, setelah Wendell Meredith
Stanley dari Amerika Serikat berhasil mengkristalkan partikel penyebab penyakit
mosaik yang kini dikenal sebagai virus mosaik tembakau.[3] Virus ini juga
merupakan virus yang pertama kali divisualisasikan dengan mikroskop elektron
pada tahun 1939 oleh ilmuwan Jerman G.A. Kausche, E. Pfankuch, dan H. Ruska.
[4]
•
•
•
Pada tahun 1911, Peyton Rous menemukan jika ayam yang sehat diinduksi
dengan sel tumor dari ayam yang sakit, maka pada ayam yang sehat tersebut juga
akan terkena kanker.[5] Selain itu, Rous juga mencoba melisis sel tumor dari ayam
yang sakit lalu menyaring sari-sarinya dengan pori-pori yang tidak dapat dilalui
oleh bakteri, lalu sari-sari tersebut di suntikkan dalam sel ayam yang sehat dan
ternyata hal tersebut juga dapat menyebabkan kanker.[5] Rous menyimpulkan
kanker disebabkan karena sel virus pada sel tumor ayam yang sakit yang
menginfeksi sel ayam yang sehat.[5] Penemuan tersebut merupakan penemuan
pertama virus onkogenik, yaitu virus yang dapat menyebabkan tumor. Virus yang
ditemukan oleh Rous dinamakan Rous Sarcoma Virus(RSV).[5]
Pada tahun 1933, Shope papilloma virus atau cottontail rabbit papilloma virus
(CRPV)yang ditemukan oleh Dr Richard E Shope merupakan model kanker
pertama pada manusia yag disebabkan oleh virus.[6] Dr Shope melakukan
percobaan dengan mengambil filtrat dari tumor pada hewan lalu disuntikkan pada
kelinci domestik yang sehat, dan ternyata timbul tumor pada kelinci tersebut.[6]
Wendell Stanley merupakan orang pertama yang berhasil mengkristalkan virus
pada tahun 1935.[7] Virus yang dikristalkan merupakan Tobacco Mozaic Virus
•
(TMV).[7] Stanley mengemukakan bahwa virus akan dapat tetap aktif meskipun
setelah kristalisasi.[7]
Martha Chase dan Alfred Hershey pada tahun 1952 berhasil menemukan
bakteriofage.[8] Bakterofage merupakan virus yang memiliki inang bakteri
sehingga hanya dapat bereplikasi di dalam sel bakteri.[8]
[sunting] Struktur dan anatomi virus
Model skematik virus berkapsid heliks (virus mosaik tembakau): 1. asam nukleat (RNA),
2. kapsomer, 3. kapsid.
Virus adalah organisme subselular yang karena ukurannya sangat kecil, hanya dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron. Ukurannya lebih kecil daripada bakteri
sehingga virus tidak dapat disaring dengan penyaring bakteri. Virus terkecil berdiameter
hanya 20 nm (lebih kecil daripada ribosom), sedangkan virus terbesar sekalipun sukar
dilihat dengan mikroskop cahaya.[9]
Genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA.[10] Genom virus dapat terdiri dari DNA
untai ganda, DNA untai tunggal, RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal.[10] Selain itu,
asam nukleat genom virus dapat berbentuk linear tunggal atau sirkuler.[10] Jumlah gen
virus bervariasi dari empat untuk yang terkecil sampai dengan beberapa ratus untuk yang
terbesar.[10][9] Bahan genetik kebanyakan virus hewan dan manusia berupa DNA, dan pada
virus tumbuhan kebanyakan adalah RNA yang beruntai tunggal.[10]
Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu lapisan pelindung.[10] Protein yang menjadi
lapisan pelindung tersebut disebut kapsid.[10] Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa
berbentuk bulat (sferik), heliks, polihedral, atau bentuk yang lebih kompleks dan terdiri
atas protein yang disandikan oleh genom virus.[10] Kapsid terbentuk dari banyak subunit
protein yang disebut kapsomer.[9][10]
Bakteriofag terdiri dari kepala polihedral berisi asam nukleat dan ekor untuk menginfeksi
inang.
Untuk virus berbentuk heliks, protein kapsid (biasanya disebut protein nukleokapsid)
terikat langsung dengan genom virus.[11] Misalnya, pada virus campak, setiap protein
nukleokapsid terhubung dengan enam basa RNA membentuk heliks sepanjang sekitar 1,3
mikrometer.[11] Komposisi kompleks protein dan asam nukleat ini disebut nukleokapsid.
[11]
Pada virus campak, nukleokapsid ini diselubungi oleh lapisan lipid yang didapatkan
dari sel inang, dan glikoprotein yang disandikan oleh virus melekat pada selubung lipid
tersebut.[11] Bagian-bagian ini berfungsi dalam pengikatan pada dan pemasukan ke sel
inang pada awal infeksi.[11]
Virus cacar air memiliki selubung virus.
Kapsid virus sferik menyelubungi genom virus secara keseluruhan dan tidak terlalu
berikatan dengan asam nukleat seperti virus heliks.[12] Struktur ini bisa bervariasi dari
ukuran 20 nanometer hingga 400 nanometer dan terdiri atas protein virus yang tersusun
dalam bentuk simetri ikosahedral.[12] Jumlah protein yang dibutuhkan untuk membentuk
kapsid virus sferik ditentukan dengan koefisien T, yaitu sekitar 60t protein.[12] Sebagai
contoh, virus hepatitis B memiliki angka T=4, butuh 240 protein untuk membentuk
kapsid.[12] Seperti virus bentuk heliks, kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi
lapisan lipid, namun biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam
penginfeksian sel.[12]
Beberapa jenis virus memiliki unsur tambahan yang membantunya menginfeksi
inang.Virus pada hewan memiliki selubung virus, yaitu membran menyelubungi kapsid.
[13]
Selubung ini mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga
mengandung protein dan glikoprotein yang berasal dari virus.[13] Selain protein selubung
dan protein kapsid, virus juga membawa beberapa molekul enzim di dalam kapsidnya.
Ada pula beberapa jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat pada
"kepala" kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut digunakan oleh fag untuk menempel pada
suatu bakteri.[14] Partikel lengkap virus disebut virion. Virion berfungsi sebagai alat
transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam
mekanisme penginfeksian sel inang.[14]
[sunting] Patogenesis Virus
[sunting] Macam-macam infeksi virus
Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai akibat bagi inangnya.[15]
ada yang berbahaya, namun juga ada yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh
sehingga akibat yang dihasilkan tidak terlalu besar.[15]
1. Infeksi Akut
infeksi akut merupakan infeksi yang berlangsung dalam jangka waktu cepat
namun dapat juga berakibat fatal.[15] Akibat dari infeksi akut adalah :
* Sembuh tanpa kerusakan (Sembuh total)[15]
* Sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya : polio[15]
* Berlanjut kepada infeksi kronis[15]
* Kematian[15]
2. Infeksi Kronis
Infeksi kronis merupakan infeksi virus yang berkepanjangan sehingga ada resiko
gejala penyakit muncul kembali.[15] Contoh dari infeksi kronis adalah :
* Silent subclinical infection seumur hidup, contoh : cytomegalovirus( CMV)[15]
* Periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit, contoh : HIV [15]
* Reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut, contoh : shingles[15]
* Penyakit kronis yang berulang (kambuh), contoh : HBV, HCV
* Kanker contoh : HTLV-1, HPV, HBV, HCV, HHV.[15]
[sunting] Replikasi virus
Replikasi virus terdiri atas beberapa tahapan-tahapan yaitu pelekatan virus, penetrasi,
pelepasan mantel, replikasi genom dan ekspresi gen, perakitan, pematangan, dan
pelepasan.
[sunting] Pelekatan Virus
Pelekatan virus merupakan proses interaksi awal antara partikel virus dengan molekul
reseptor pada permukaan sel inang.[16] Pada tahap ini, terjadi ikatan spesifik antara
molekul reseptor seluler dengan antireseptor pada virus.[16] Beberapa jenis virus
memerlukan molekul lainnya untuk proses pelekatan yaitu koreseptor.[16]
Molekul reseptor yang target pada permukaan sel dapat berbentuk protein (biasanya
glikoprotein) atau residu karbohidrat yang terdapat pada glikoprotein atau glikolipid.[16]
Beberapa virus kompleks seperti poxvirus dan herpesvirus memiliki lebih dari satu
reseptor sehingga mempunyai beberapa rute untuk berikatan dengan sel.[16]
Reseptor virus mempunyai beberapa kelas yang berbeda :
•
•
molekul immunoglobulin-like superfamily
reseptor terkait membran
•
saluran dan transporter transmembran[16]
Beberapa contoh virus beserta reseptor yang dimiliki :
•
Human Rhinovirus (HRV)
•
Human Rhinovirus memiliki reseptor ICAM-1(Intracelluler adhesion molecule1).[17] Molekul tersebut merupakan molekul adhesi yang fungsi normalnya adalah
untuk mengikatkan sel kepada substratnya.[17] struktur ICAM-1 mirip dengan
molekul imunoglobulin dengan domain C dan V sehingga digolongkan sebagai
protein supefamily immunoglobulin[17]
Struktur ICAM-1 memiliki lima Ig-like domain untuk berikatan dengan Lfa-1
(Leukocite function antigen-1), Mac-1 (Macrofage antigen-1), Rhinovirus (HRV),
fibrinogen, dan PFIE (malaria infected erythocytes).[17]
10 serotipe dari HRV menggunakan ICAM-1 sebagai reseptor, sepuluh serotipe
lainnya menggunakan protein yang beruhubungan dengan LDL reseptor.[17]
Poliovirus
•
mempunyai reseptor virus berupa protein membran integral yang juga anggota
dari molekul superfamily immunoglobulin.[18] Reseptor ini memiliki tiga domain
yaitu satu berupa variabel dan dua konstan.[18]
Virus influenza
Virus ini mempunyai dua tipe spike glikoprotein pada permukaan partikel virus
yaitu hemagglutinin (HA) dan neuraminidase.[19] HA akan berikatan dengan
reseptor virus influenza yang berupa asam sialat (N-asetil neuraminic acid).[19]
virus ini berikatan dengan muatan negatif dari moieties asam sialat yang ada pada
rantai oligosakarida yang secara kovalen berikatan dengan glikoprotein pada
permukaan sel.[19]
adanya asam sialat pada hampir semua jenis sel menyebabkan virus influenza bisa
berikatan dengan banyak tipe sel.[19]
[sunting] Penetrasi
Penetrasi terjadi pada waktu yang sangat singkat setelah pelekatan virus pada reseptor di
membran sel.[20] Proses ini memerlukan energi Tiga mekanisme yang terlibat:
•
Translokasi partikel virus
•
Proses translokasi relatif jarang terjadi di antara virus dan mekanisme belom
sepenuhnya dipahami benar, kemungkinan diperantarai oleh protein di dalam
virus kapsid dan reseptor membran spesifik.[21]
Endositosis virus ke dalam vakuola intraseluler
•
proses endositosis merupakan mekanisme yang sangat umum sebagai jalan masuk
virus ke dalam sel.[22] Tidak diperlukan protein virus spesifik selain yang telah
digunakan untuk pengikatan reseptor.[22]
fusi dari envelope dengan membran sel (untuk virus yang berenvelope)
Proses fusi virus berenvelop dengan membran sel baik secara langsung maupun
dengan permukaan sel maupun mengikuti endositosis dalam sitoplasma.[22]
Diperlukan adanya protein fusi spesifik dalam envelop virus, misalnya : HA
influenza dan glikoprotein transmembran (TM) Rhinovirus.[22]
[sunting] Pelepasan Mantel
Tahap ini terjadi setelah proses penetrasi dimana kapsid virus baik seluruhnya maupun
sebagian dipindahkan ke dalam sitoplasma sel inang.[20] Pada tahap ini genom virus
terekspos dalam bentuk kompleks nukleoprotein.[20] Dalam beberapa kasus, tahap ini
berlangsung cukup sederhana dan terjadi selama fusi pada membran virus dengan
membran plasma.[20] untuk virus lainnya, tahap ini merupakan proses multistep yang
melibatkan jalur endositosis dan membran nukleus.[20]
[sunting] Replikasi Genom dan Ekspresi Gen
7 Klasifikasi Baltimore.[23]
Strategi replikasi dari beberapa virus tergantung pada material genetik alami dari virus
tersebut.[24] Dalam hal ini, virus dibagi dalam 7 kelompok seperti pengelompokan [[David
Baltimore].[24] Proses ekspresi gen akan menentukan semua proses infeksi virus (akut,
kronis, persisten, atau laten).[24]
•
Kelas I : DNA Utas Ganda
Kelompok ini dibagi menjadi dua kelompok :
1. Replikasi terjadi di inti dan relatif tergantung kepada faktor-faktor seluler
(Adenoviridae, Polyomaviridae, Herpesviridae)[24]
2. Replikasi terjadi di sitoplasma (Poxviridae). virus ini melibatkan semua
faktor-faktor yang penting untuk transkripsi dan replikasi dari genomnya,
dan kebanyakan tidak tergantung pada perangkat replikasi dari
inangnya[24].
•
Kelas II : DNA Utas Tunggal
•
Replikasi terjadi di dalam nukleus, melibatkan bentuk utas ganda intermediate
sebagai cetakan untuk sintesis utas tunggal DNA turunannya (Parvoviridae)[24]
Kelas III : RNA Utas Ganda
•
Virusnya memiliki genom yang tersegmentasi. masing-masing segmennya
ditranskripsi secara terpisah untuk menghasilkan monosistronik mRNA
individual. contoh : Reoviridae[24]
Kelas IV : RNA Utas Tunggal (+)
•
Virus dengan polisistronik mRNA dimana kelas ini genom RNA membentuk
mRNA yang ditranslasikan untuk membentuk suatu polyprotein yang dipecah
membentuk protein matang. Contoh : Picornaviridae[24]
Kelas V : RNA Utas Tunggal (-)
Genom pada kelas ini dibagi menjadi dua tipe :
1. Genom tidak bersegmen (Rhabdoviridae), Tahap pertama dalam replikasi
adalah transkripsi dari genom RNA utas (-) oleh virion RNA-dependent
RNA polimerase untuk menghasilkan monosistronik mRNA yang juga
sebagai cetakan untuk replikasi genom.[24]
2. Genom bersegmen (Orthomixoviridae), replikasi terjadi di dalam nukleus
dimana monosistronik mRNA untuk masing-masing gen virus dihasilkan
oleh transkriptase virus.[24]
•
Kelas VI : RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA Intermediate
•
Genom Retrovirus RNA utas tunggal (+) bersifat diploid dan tidak dipakai secara
langsung sebagai mRNA tetapi sebagi template untuk reverse transkriptase
menjadi DNA.[24]
Kelas VII : DNA Utas Ganda dengan RNA Intermediate
Virus kelompok ini bergantung kepada reverse transkriptase, tetapi berbeda
dengan retrovirus, prosesnya terjadi di dalam partikel virus selama maturasi
(Hepadnaviridae).[24]
[sunting] Perakitan
Perakitan merupakan proses pengumpulan komponen-komponen virion pada bagian
khusus di dalam sel.[20] Selama proses ini, terjadi pembentukan struktur partikel virus.[20]
Proses ini tergantung kepada proses replikasi di dalam sel dan tempat di mana virus
melepaskan diri dari sel.[20] mekanisme perakitan bervariasi untuk virus yang berbedabeda. Contoh : proses perakitan Picornavirus, Poxvirus, dan Reovirus terjadi di
sitoplasma, sementara itu proses perakitan Adenovirus , Poliovirus, dan Parvovirus
terjadi di nukleus.[20]
[sunting] Pematangan
Pematangan merupakan tahap dari siklus hidup virus dimana virus bersifat infeksius.[20]
pada tahap ini terjadi perubahan struktur dalam partikel virus yang kemungkinan
dihasilkan oleh pemecahan spesifik protein kapsid untuk menghasilkan produk yang
matang.[20] protease virus dan enzim seluler lainnya biasanya terlibat dalam proses ini.[20]
[sunting] Pelepasan
Semua virus kecuali virus tanaman melepaskan diri dari sel inang melalui dia
mekanisme :
•
•
untuk virus litik (semua virus non-selubung), pelepasan merupakan proses yang
sederhana, dimana sel yang terinfeksi terbuka dan virus keluar.[20]
untuk virus berselubung, diperlukan membran lipid ketika virus keluar dari sel
melewati membran , proses ini dikenal sebagai budding.[20]
Proses pelepasan partikel virus kemungkinan bisa merusak sel(Paramyxovirus,
Rhabdovirus, dan Togavirus) , dan kemungkinan sebagian lagi tidak merusak sel
(Retrovirus).[20]
[sunting] Klasifikasi virus
Virus dapat diklasifikasi menurut morfologi, tropisme dan cara penyebaran, dan genomik
fungsional.[25]
•
Klasifikasi virus berdasarkan morfologi
1.
2.
3.
4.
Berdasarkan morfologi, virus dibagi berdasarkan jenis asam nukleat dan juga
protein membran terluarnya (envelope) menjadi 4 kelompok, yaitu :[25]
Virus DNA
Virus RNA
Virus berselubung
Virus non-selubung
•
Klasifikasi virus berdasarkan tropisme dan cara penyebaran
1.
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan tropisme dan cara penyebaran, virus dibagi menjadi:[25]
Virus Enterik
Virus Respirasi
Arbovirus
Virus onkogenik
Hepatitis virus
•
Klasifikasi virus berdasarkan genomik fungsional
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Virus di klasifikan menjadi 7 kelompok berdasarkan alur fungsi genomnya.
Klasifikasi ini disebut juga klasifikasi Baltimore yaitu:[25]
Virus Tipe I = DNA Utas Ganda
Virus Tipe II = DNA Utas Tunggal
Virus Tipe III = RNA Utas Ganda
Virus Tipe IV = RNA Utas Tunggal (+)
Virus Tipe V = RNA Utas Tunggal (-)
Virus Tipe VI = RNA Utas Tunggal (+) dengan DNA perantara
Virus Tipe VII = DNA Utas Ganda dengan RNA perantara
[sunting] Contoh-contoh virus
[sunting] Virus RNA
Virus RNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa RNA, kelompok yang
tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas III, IV, V, dan VI. Beberapa contoh
familia virus yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Retroviridae, Picornaviridae,
Orthomixoviridae, dan Arbovirus.[26]
[sunting] Retroviridae
Retroviridae merupakan virus berbentuk ikosahedral. Virus ini memiliki genom RNA
berjumlah dua buah yang keduanya identik dan memiliki polaritas positif yang nantinya
akan diekspresikan menjadi enzim polimerase yang unik yaitu reverse traskriptase yang
berguna untuk mengubah RNA menjadi DNA.[26][27]DNA yang dihasilkan nantinya akan
berintegrasi ke dalam DNA sel inang sebagai provirus.[26] Virus ini termasuk ke dalam
virus yang ganas, dapat menyebabkan penekanan sistem kekebalan tubuh dan juga tumor.
[26]
Sifatnya yang ganas tersebut disebabkan salah satunya karena virus ini mudah
mengalami mutasi.[26]
Salah satu genus dari famili ini yang paling terkenal adalah genus Lentivirus, yang
contoh spesiesnya adalah HIV 1 dan 2.[26]
[sunting] Picornaviridae
Picornaviridae merupakan berukuran kecil. Virus ini memiliki genom RNA dengan
polaritas positif sehingga termasuk virus kelas IV dalam klasifikasi Baltimore.[28] Virus
dalam famili ini mampu menyebabkan banyak penyakit pada manusia, di antaranya
adalah penyakit polio yang disebabkan oleh Poliovirus dan flu ringan yang disebabkan
oleh Rhinovirus.[28]
[sunting] Orthomixoviridae
Orthomoxoviridae merupakan virus yang memiliki selubung dengan materi genetik RNA
bersegmen berpolaritas negatif sehingga virus ini termasuk dalam kelas V dalam
klasifikasi Baltimore.[29] Ciri khan dari virus ini adalah virus ini memiliki protein
permukaan yang merupakan antigen utama yaitu Hemmaglutinin (HA) dan
Neuraminidase (NA).[29] Hemmaglutinin merupakan bagian virus yang menempel pada
sel target oleh sebab itu antibodi terhadap hemmaglutinin dapat melindung dari infeksi
virus.[29] Neuraminidase berperan untuk melepaskan virion dari sel oleh sebab itu antibodi
terhadap NA dapat menekan tingkat keparahan infeksi virus.[29]
Virus ini di klasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu :
1. Influenza tipe A
Influenza tipe A merupakan virus yang menginfeksi berbagai spesies baik
manusia, burung (burung liar, ternak, domestik), babi, kuda, anjing, dan mamalia
air(anjing laut dan paus).[29] Virus influenza tipe A dapat mengalami antigenic
drift dan antigenic shift. [29]
Antigenic drift adalah terjadinya mutasi pada gen yang menyandikan protein
Hemmaglutinin. Hal tersebut menyebabkan antibodi yang ada tidak dapat
mengenalinya lagi. Kejadian tersebut menyebabkan terjadinya endemik musiman.
[29]
Antigenic shift adalah munculnya subtipe barus virus influenza yang disebabkan
karena penggabunggan genetik antara manusia dengan virus hewan atau dengan
transmisi langsung dari hewan unggas ke manusia. karena tidak ada atau
sedikitnya imunitas terhada virus baru, maka pandemik dapat terjadi.[29]
2. Influenza tipe B
3. Influenza tipe C
4. Tick-Borne Influenza
virus ini merupakan virus yang berasal dari kutu.[29]
[sunting] Arboviruses
Arbovirus merupakan singkatan dari ARthropoda-BOrne virus yaitu virus yang berasal
dari kelompok Arthropoda.[30] Arbovirus dibagi menjadi empat famili yaitu :
1. Togaviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Rubellavirus.[30]
2. Flaviviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah Hepatitis C virus dan
Denguevirus yang penyebabkan penyakit demam berdarah dengue.[30]
3. Bunyaviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah California encephalitis
virus (CE) yang menyebabkan penyakit encephalitis pada manusia.[30]
4. Reoviridae
contoh virus yang termasuk dalam kelompok ini adalah reovirus yang
menyebabkan Colorado tick fever dan Rotavirus yang menyebabkan diare
epidemik pada anak-anak.[30]
[sunting] Virus DNA
Virus DNA merupakan virus yang memiliki materi genetik berupa DNA, kelompok yang
tergolong dalam kelompok ini adalah virus kelas I, II, VII. Beberapa contoh familia virus
yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Herpesviridae, Parvoviridae, dan
Poxviridae.[31]
[sunting] Herpesviridae
Herpesviridae merupakan kelompok virus berukuran besar dengan materi genetik DNA
utas ganda sehingga dikelompokkan ke dalam kelas 1 dalam klasifikasi baltimore. Virus
dalam kelompok ini dapat menyebabkan penyakit ganas dan juga dapat menyebabkan
kelainan pasca kelahiaran pada bayi.[31] Herpesviridae terbagi ke dalam beberapa genus,
yaitu :
1. Alpha Herpesvirus
Virus yang termasuk dalam kelompok Alpha herpesvirus biasanya menyebabkan
penyakit yang akut dengan gejala yang muncul saat itu juga.[31] infeksi virus ini
bersifat laten persisten disebabkan karena kemampuan genom virus ini untuk
berintergrasi dengan sel inang.[31] jika kondisi inang sedang lemah, maka ada
kemungkinan penyakit dapat muncul kembali pada tempat yang sama.[31]
contoh dari virus ini adalah Herpes simplex tipe 1 dan 2 dan Varicella zoster(VZ)
virus.[31]
2. Beta Herpesvirus
Virus yang termasuk dalam kelompok beta herpesvirus biasanya menyebabkan
penyakit yang akut akan tetapi tidak ditemukan gejala pada carrier.[31] virus ini
menyebabkan infeksi pada bayi dan perkembangan abnormal (penyakit
kongenital).[31]
contoh dari virus ini adalah Cytomegalovirus.[31]
3. Gamma Herpesvirus
Virus yang termasuk dalam kelompok ini mampu menyebabkan penyakit
limphopoliperatif jinak dan ganas.[31]
contoh dari virus ini adalah Epstein-Barr virus.[31]
[sunting] Parvoviridae
Parvoviridae merupakan virus dengan DNA utas tunggal polaritas positif atau negatif
sehingga termasuk dalam kelas II dalam klasifikasi Baltimore.[32] Virus ini tidak memiliki
selubung virus dan merupakan virus manusia yang berukuran paling kecil.[32] Virus
merupakan virus yang tidak sempurna sehingga perlu berasosiasi dengan adenovirus
sehingga sering disebut Adeno-Associated Virus(AAV).[32] Salah satu contoh kelompok
ini adalah virus B-19 yang dapat menyebabkan cacat atau keguguran pada janin.[32]
[sunting] Poxviridae
Poxviridae merupakan virus dengan materi genetik DNA untai ganda sehingga virus ini
di termasuk dalam kelas I dalam klasifikasi Baltimore.[33] Ciri khas dari virus ini adalah
virus ini memiliki morfologi besar dan kompleks.[33] Virus yang terkenal dalam kelompok
ini adalah Smallpox.[33] Smallpox cukup terkenal karena menimbulkan pandemik yang
sangat besar diseluruh dunia.[33] sekarang virus Smallpox sudah dimusnahkan.[33]
[sunting] Peranan Virus dalam Kehidupan
Beberapa virus ada yang dapat dimanfaatkan dalam rekombinasi genetika.[15] Melalui
terapi gen, gen jahat (penyebab infeksi) yang terdapat dalam virus diubah menjadi gen
baik (penyembuh).[15] Baru-baru ini David Sanders, seorang profesor biologi pada
Purdue's School of Science telah menemukan cara pemanfaatan virus dalam dunia
kesehatan.[15] Dalam temuannva yang dipublikasikan dalam Jurnal Virology, Edisi 15
Desember 2002, David Sanders berhasil menjinakkan cangkang luar virus Ebola
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pembawa gen kepada sel yang sakit (paru-paru).[15]
Meskipun demikian, kebanyakan virus bersifat merugikan terhadap kehidupan manusia,
hewan, dan tumbuhan.[15]
Virus sangat dikenal sebagai penyebab penyakit infeksi pada manusia, hewan, dan
tumbuhan.[15] Sejauh ini tidak ada makhluk hidup yang tahan terhadap virus.[15] Tiap virus
secara khusus menyerang sel-sel tertentu dari inangnya. Virus yang menyebabkan
selesma menyerang saluran pernapasan, virus campak menginfeksi kulit, virus hepatitis
menginfeksi hati, dan virus rabies menyerang sel-sel saraf. Begitu juga yang terjadi pada
penyakit AIDS (acquired immune deficiency syndrome), yaitu suatu penyakit yang
mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh penderita penyakit tersebut disebabkan
oleh virus HIV yang secara khusus menyerang sel darah putih.[15] Tabel berikut ini
memuat beberapa macam penyakit yang disebabkan oleh virus.[15]
Selain manusia, virus juga menyebabkan kesengsaraan bagi hewan dan tumbuhan.[15]
Tidak sedikit pula kerugian yang diderita peternak atau petani akibat ternaknya yang sakit
atau hasil panennya yang berkurang.[15]
[sunting] Penyakit hewan akibat virus
Penyakit tetelo, yakni jenis penyakit yang menyerang bangsa unggas, terutama ayam.
Penyebabnya adalah new castle disease virus (NCDV).[15] Penyakit kuku dan mulut, yakni
jenis penyakit yang menyerang ternak sapi dan kerbau.[15] Penyakit kanker pada ayam
oleh rous sarcoma virus (RSV).[15] Penyakit rabies, yakni jenis penyakit yang menyerang
anjing, kucing, dan monyet, disebabkan oleh virus rabies.[15]
[sunting] Penyakit tumbuhan akibat virus
Penyakit mosaik, yakni jenis penyakit yang menyerang tanaman tembakau. [2]
Penyebabnya adalah tobacco mosaic virus (TMV) Penyakit tungro, yakni jenis penyakit
yang menyerang tanaman padi.[2] Penyebabnya adalah virus Tungro.[2] Penyakit
degenerasi pembuluh tapis pada jeruk. Penyebabnya adalah virus citrus vein phloem
degeneration (CVPD).[2]
[sunting] Penyakit manusia akibat virus
Contoh paling umum dari penyakit yang disebabkan oleh virus adalah pilek (yang bisa
saja disebabkan oleh satu atau beberapa virus sekaligus), cacar, AIDS (yang disebabkan
virus HIV), dan demam herpes (yang disebabkan virus herpes simpleks).[34] Kanker leher
rahim juga diduga disebabkan sebagian oleh papilomavirus (yang menyebabkan
papiloma, atau kutil), yang memperlihatkan contoh kasus pada manusia yang
memperlihatkan hubungan antara kanker dan agen-agen infektan.[34] Juga ada beberapa
kontroversi mengenai apakah virus borna, yang sebelumnya diduga sebagai penyebab
penyakit saraf pada kuda, juga bertanggung jawab kepada penyakit psikiatris pada
manusia.[34]
Potensi virus untuk menyebabkan wabah pada manusia menimbulkan kekhawatiran
penggunaan virus sebagai senjata biologis. Kecurigaan meningkat seiring dengan
ditemukannya cara penciptaan varian virus baru di laboratorium.[34]
Kekhawatiran juga terjadi terhadap penyebaran kembali virus sejenis cacar, yang telah
menyebabkan wabah terbesar dalam sejarah manusia, dan mampu menyebabkan
kepunahan suatu bangsa.[34] Beberapa suku bangsa Indian telah punah akibat wabah,
terutama penyakit cacar, yang dibawa oleh kolonis Eropa.[34] Meskipun sebenarnya
diragukan dalam jumlah pastinya, diyakini kematian telah terjadi dalam jumlah besar.[34]
Penyakit ini secara tidak langsung telah membantu dominasi bangsa Eropa di dunia baru
Amerika.[34]
Salah satu virus yang dianggap paling berbahaya adalah filovirus.[34] Grup Filovirus
terdiri atas Marburg, pertama kali ditemukan tahun 1967 di Marburg, Jerman, dan ebola.
[34]
Filovirus adalah virus berbentuk panjang seperti cacing, yang dalam jumlah besar
tampak seperti sepiring mi.[34] Pada April 2005, virus Marburg menarik perhatian pers
dengan terjadinya penyebaran di Angola. Sejak Oktober 2004 hingga 2005, kejadian ini
menjadi epidemi terburuk di dalam kehidupan manusia.[34]
[sunting] Diagnosis di laboratorium
Deteksi, isolasi, hingga analisis suatu virus biasanya melewati proses yang sulit dan
mahal.[35] Karena itu, penelitian penyakit akibat virus membutuhkan fasilitas besar dan
mahal, termasuk juga peralatan yang mahal dan tenaga ahli dari berbagai bidang,
misalnya teknisi, ahli biologi molekular, dan ahli virus.[35] Biasanya proses ini dilakukan
oleh lembaga kenegaraan atau dilakukan secara kerjasama dengan bangsa lain melalui
lembaga dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).[35]
[sunting] Pencegahan dan pengobatan
Karena biasanya memanipulasi mekanisme sel induknya untuk bereproduksi, virus sangat
sulit untuk dibunuh.[36] Metode pengobatan sejauh ini yang dianggap paling efektif adalah
vaksinasi, untuk merangsang kekebalan alami tubuh terhadap proses infeksi, dan obatobatan yang mengatasi gejala akibat infeksi virus.[36]
Penyembuhan penyakit akibat infeksi virus biasanya disalah-antisipasikan dengan
penggunaan antibiotik, yang sama sekali tidak mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
virus.[36] Efek samping penggunaan antibiotik adalah resistansi bakteri terhadap
antibiotik.[36] Karena itulah diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan
apakah suatu penyakit disebabkan oleh bakteri atau virus.[36]
[sunting] Referensi
Download