4584

advertisement
ARTIKEL
LAPORAN KASUS
PENGELOLAAN KECEMASAN PADA NY. W DENGAN PRE DAN POST TUBEKTOMI
DI RUANG BOUGENVILLE RSUD AMBARAWA
OLEH :
PARWATI
0121656
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015
PENGELOLAAN KECEMASAN PADA NY. W DENGAN PRE DAN POST TUBEKTOMI DI
RUANG BOUGENVILLE RSUD AMBARAWA
Parwati1, Eko Mardiyaningsih2, Dewi Siyamti3
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
[email protected]
123
ABSTRAK
Ansietas adalah keadaan ketika individu/ kelompok mengalami perasaan gelisah
(penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons terhadap
ancaman yang tidak jelas, nonspesifik. Teknik relaksasi adalah salah satu intervensi yang
dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi. Tujuan dari penulisan ini
untuk mengetahui pengelolaan kecemasan pada pasien dengan pre dan post operasi
tubektomi di RSUD Ambarawa.
Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan dan cara yang
digunakan untuk bisa menurunan kecemasan yaitu dengan menggunakan teknik
relaksasi dan juga diberikan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan saat
pasien akan menjalankan operasi. Pengelolaan kecemasan dilakukan selama satu hari
pada Ny. W. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan pemeriksaan penunjang.
Hasil pengelolaan didapatkan kecemasan klien hilang, dan pengelolaan sesuai
dengan tujuan.
Saran bagi perawat di rumah sakit agar memperhatikan kondisi psikologis klien,
mulai dari kesiapan klien dalam menghadapi kecemasan menjelang operasi, sampai
dengan perawatan yang dilakukan setelah pasien operasi.
Kata kunci
Kepustakaan
: Kecemasan
: 22 (2000-2014)
1
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
LATAR BELAKANG
Kehamilan adalah suatu proses
bertemunya sel telur dan sel sperma
dimana akan terjadi perubahan
fisiologis dan psikologis. Dikatakan
kehamilan cukup bulan apabila usia
kehamilan sudah mencapai 38 sampai
40 minggu. Setelah kehamilan sudah
mencapai cukup bulan maka akan
terjadi proses persalinan diaman ibu
akan melahirkan janin yang ada didalam
kandungan. Setelah kelahiran bayi dan
plasenta maka seorang ibu akan
mengalami suatu periode pemulihan
kembali baik kondisi fisik ataupun
psikologis yang disebut dengan masa
nifas. Dalam masa nifas ada beberapa
tahap yang terjadi yaitu immediate
postpartum, periode early postpartum,
dan periode late postpartum. Dalam
periode late postpartum ibu post
partum
akan
mendapatkan
pemeriksaan sehari- hari dan konseling
tentang Keluarga Berencana (KB)
dimana petugas tenaga kesehatan
berperan untuk membatu individu
dalam menentukan penggunaan alat KB
bagi calon pengguna KB. Penggunaan
alat kontrasepsi bertujuan untuk
menekan laju pertumbuhan penduduk,
sehingga
tidak
terjadi
ledakan
penduduk yang siknifikan. Menurut
hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 (SP
2010) menunjukkan jumlah penduduk
mencapai 237,6 juta jiwa bertambah
sekitar 32 juta dari jumlah penduduk
tahun
2000
sedangan
proyeksi
pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah
tahun 2015 yaitu sebesar 32.443.9000.
Saat ini akseptor KB di Indonesia sudah
mencapai 59,7% dan di Jawa Tengah
sendiriyaitu 60,0%. Pengguna KB
menurut jenis alat/cara KB di Indonesia
didominasi oleh penggunaan KB jenis
suntikan (34,3%).Pada tahun 2013
jumlah wanita yang menggunakan
metode sterilisasi atau tubektomi yaitu
sebesar 128.793 orang
(Riskesdas,
2013; BKKBN, 2014). Kini sterilisasi
menjadi metode kontrasepsi yang
paling sering digunakan di seluruh
dunia. Sterilisasi adalah salah satu
metode kontrasepsi dengan prosedur
pembedahan. Sterilisasi dapat dilakukan
oleh pria ataupun wanita, untuk pria
sterilisasi disebut dengan vasektomi dan
wanita disebut dengan ligasi tuba,
tubektomi, atau Metode Operasi
Wanita (MOW). Tubektomi merupakan
prosedur pembedahan yang digunakan
untuk menyumbat atau memotong tuba
agar sel sperma tidak bertemu dengan
ovum. Pemotongan tuba falopi dapat
dilakukan segera setelah persalinan
atau seksio sesaria (Sulistyawati, 2011).
Prosedur pembedahan pada umumnya
akan menimbulkan rasa cemas karena
individu
yang
belum
mengerti
bagaimana penatalaksanaan tubektomi
itu sendiri. Cemas adalah suatu
perasaan
tidak
nyaman
atau
kekawatiran, perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman (Nugroho, 2011;
Wilkinson, 2014). Kecemasan pada
pasien preoperasi harus segera
ditangani, karena dapat menimbulkan
perubahan - perubahan fisiologis yang
akan
menghambat
dilakukannya
tindakan
operasi.
Perubahanperubahan fisiologis tersebut terkait
pada beberapa sistem yaitu sistem
kardiovaskuler,
neuromuskuler,
gastrointestinal, dan saluran kemih.
Dalam keadaan cemas tubuh juga akan
memproduksi hormon kortisol secara
berlebihan yang akan berakibat
meningkatkan tekanan darah, dada
sesak serta emosi tidak stabil . Ada
beberapa
tindakan
yang
dapat
1
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
2
dilakukan dalam menangani kecemasan
pada pasien pre operasi tubektomi
antara lain memberikan informasi yang
tepat mengenai prosedur yang akan
dilakukan, mengajarkan teknik relaksai
guna
menurunkan
kecemasan,
memantau tanda-tanda vital (Doenges,
2001).
METODE PENGELOLAAN
Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah
suatu proses yang tematis dari
pengumpulan,
verifikasi,
dan
komunikasi untuk mendapatkan data
tentang kondisi klien. Fase proses
keperawatan ini mencakup dua langkah
yaitu pengumpulan data dari sumber
primer (klien) dan sekunder (keluarga,
tenaga kesehatan) (Perry-Potter, 2005).
Pengkajian
dilakukan
di
ruang
Bougenville RSUD Ambarawa pada
tanggal 16 Maret 2015. Keluhan utama
saat dikaji klien mengatakan bahwa
klien merasa cemas untuk menjalankan
operasi tubektomi. Saat dikaji klien
terlihat cemas, tidak rileks, terlihat
gelisah,
dan
mengungkapkan
perasaannya kepada perawat bahwa
klien merasa cemas dengan prosedur
operasi ini. Klien juga belum tahu
bagaimana prosedur yang dilakukan
dalam operasi tubektomi. Akral teraba
dingin, tekanan darah 140/90 mmHg,
nadi 72x/menit, pernafasan 16x/menit,
suhu : 36,5˚C.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan
memberikan dasar untuk pemilihan
intervensi yang menjadi tanggung jawab
perawat (Perry & Potter, 2005).
Diagnosa utama yang diambil penulis
adalah ansietas berhubungan dengan
kurang
pengetahuan
(prosedur
pembedahan). Diagnosa ini menjadi
prioritas utama karena pada kecemasan
akan menyebabkan perubahan fisiologis
antara lain peningkatan tekanan darah,
peningkatan
denyut
jantung,
peningkatan pernafasan, sehingga
kecemasan yang dialami pasien harus
segera diatasi agar tidak terjadi
perubahan fisiologis yang dapat
menghambat proses operasi (Perry &
Potter, 2005).
Intervensi
Intervensi pertama kaji tingkat
kecemasan dan penyebab kecemasan.
IIntervensi kedua pantau tanda-tanda
vital dan tanda-tanda perilaku seperti
kegelisahan. Intervensi ketiga jelaskan
prosedur, tindakan, dan intervensi
keperawatan.
Dengan
tujuan
menurunkan
rasa
takut
akan
ketidaktahuan,
meningkatkan
pembelajaran klien. Intervensi keempat
anjurkan tindakan untuk menurukan
ketegangan emosi, seperti teknik
relaksasi dan pengungkapan masalah.
Intervensi kelima libatkan orang
terdekat dalam pengembangan rencana
perawatan ( Doenges, 2001; Taufan,
2011).
Implementasi
Implementasi dilakukan pada
hari Senin tanggal 16 Maret tahun 2015,
yang pertama dilaksanakan adalah
mengkaji tingkat kecemasan dan
penyebab kecemasan, respon klien
masih merasa takut untuk operasi dan
masih tampak gelisah serta kawatir.
Tindakan kedua memantau tanda-tanda
vital dan tanda-tanda perilaku seperti
kegelisahan, hasil pengukuran tensi
darah 140/90 mmHg, Nadi 72x/menit,
pernafasan 16xmenit, suhu 36,5 C.
Tindakan ketiga menjelaskan prosedur,
tindakan, dan intervensi keperawatan,
dengan alasan menurunkan rasa takut
akan ketidaktahuan, meningkatkan
pembelajaran klien dan keterlibatan
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
3
dalam tindakan, respon klien sudah
mengerti denga prosedur yang akan
dilakukan.
Tindakan
keempat
menganjurkan
tindakan untuk menurukan ketegangan
emosi, seperti teknik relaksasi dan
pengungkapan masalah, respon klien
lebih rileks setelah melakkan teknik
nafas dalam.
Hasil Pengelolaan
Pada hari Senin, 16 Maret 2015
pukul 11.20 WIB penulis melakukan
evaluasi dan didapatkan data subjektif
yaitu klien mengatakan saat di ruang
operasi tekanan darah naik 160/90
mmHg, tetapi saat ini ceas klien sudah
berkurang setelah operasi berhasil,
klien tampak lebih rileks dan tenang,
tensi darah turun 140/90 mmHg.
Pembahasan
Dari hasil pengkajian, Ny. W
mengalami masalah ansietas sehingga
penulis
melakukan
tindakan
keperawatan, yaitu mengkaji tingkat
kecemasan dan penyebab kecemasan,
tingkat kecemasan sedang biasanya
akan
mengakibatkan
perubahan
fisiologis (Perry & Potter, 2005). Setelah
itu penulis memantau tanda-tanda vital.
Agens ansietas secara khusus menekan
seluruh fungsi vital. Apabila terjadi
kenaikan tekanan darah dan operasi
tetap dilanjutkan maka akan menjadi
penyulit ketika terjadi perdarahan, dan
bahkan setelah operasipun akan
menjadi
penyulit
dalam
proses
penyembuhannya (Perry-Potter 2005).
Lalu penulis menjelaskan prosedur,
tindakan, dan intervensi keperawatan.
Dalam Perry & Potter (2005),
penjelasan
mengenai
prosedur
pembedahan yang akan dilakukan dapat
menurukan tingkat kecemasan. Klien
yang
telah
dipersiapkan
untuk
menjalani
pembedahan
memiliki
kecemasan yang lebih rendah dan
menyatakan
rasa
sehat
secara
psikologis yang lebih besar. Kemudian
penulis mengajarkan klien untuk teknik
relaksasi. Dalam teori (Perry-Potter
2005) perawat dapat menginstruksikan
kien untuk melakukan latihan relaksasi
yang dapat membatu mengontrol
ansietas. Relaksasi yang progresif
dengan dan tanpa ketegangan otot
dapat mengurangi komponen fisiologis
dan emosional stres seperti dapat
menurunkan
tekanan
darah,
menurunkan
frekuensi
jantung,
mengurangi
ketegangan
otot,
meningkatkan
konsentrasi,
dan
memperbaiki
kemampuan
untuk
menghadapi stresor.
Simpulan
Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan selama 1x24 jam, masalah
ansietas pada Ny. W sudah teratasi
didukung dengan data klien tampak
rileks, tenang, klien mengungkapkan
perasaan lega setelah operasi tekanan
darah 140/90 mmHg, Nadi 72X per
menit, pernafasan 16X per menit, Suhu
36,5˚C.
Saran
Diharapkan perawat di rumah
sakit agar memperhatikan kondisi
psikologis klien, mulai dari kesiapan
klien dalam menghadapi kecemasan
menjelang operasi, sampai dengan
perawatan yang dilakukan setelah
pasien operasi.
Daftar Pustaka
Anggaraini, Y. (2010).
Asuhan
Kebidanan
Masa
Nifas.
Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Bappenas. (2013). Proyeksi Penduduk
Indonesia
2010,
www.bappenas.go.id,
diakses
pada tanggal 1 April 2015.
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
4
BKKBN. (2014). Pusat Data Dan
Informasi Kementrian Kesehatan
RI, www.bkkbn.go.id, diakses
pada tanggal1 April 2015 .
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L & Jensen.
(2004). Buku Ajar Keperawatan
Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC.
Carpenito, L.J. (2007). Buku Saku
Diagnosis Keperawatan Edisi 10.
Jakarta: EGC.
Depkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar,
www.depkes. go.id, dikases pada
tanggal 1 April 2015.
Doenges, M.C., & Moorhouse, M. F.
(2001).
Rencana
Perawatan
Maternal/ Bayi. Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi
Perawatan Klien.
Yogyakarta:
Nuha Medika.
Huda, N. (2011). Hubungan Antara
Komunikasi
Terapeutik
Dan
Tingkat Kecemasan Pada Pasien
Preoperasi di Ruang Pre Med Icu
Anestesi Rukmital Dr Rumelan
Surabaya,https://adysetiadi.files.
wordpress.com/2011/03/jurnalpdf-vol-1stikes1, diakses pada
tanggal 6 Mei 2015.
Vivian, N. (2011). Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas. Jakarta Selatan:
Salemba Medika.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan
Maternitas. Jakarta Selatan:
Salemba Medika.
Morgan,
G., & Carole H. (2009).
Panduan Praktik Obstetri &
Ginekologi. Jakarta: EGC.
Nugroho,
T.
(2011).
Asuhan
Keperawatan Maternitas, Anak,
Bedah,
Penyakit
Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Potter, P. A ., & Perry, A. G. (2005).
Buku
Ajar
Fundamental
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. ( 2011). Ilmu
Kandungan. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Reeder.
(2013).
Keperawatan
Maternitas Edisi 18. Jakarta: EGC.
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan
Pada Masa Nifas. Jakarta:
Salemba Medika
Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar
Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas. Yogyakarta: C.V Andi
Offset.
Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan
Keluarga Berencana. Jakarta:
Salemba Medika.
Sukarni. K, I., & Wahyu, P. (2013). Buku
Ajar Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Tiana, Y. (2014). Pengaruh Intervensi
Keperawatan Teknik Relaksasi
Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre
Operasi di RSUD Ungaran,
http://perpusnwu.web.id/karyail
miah.pdf, diakses pada tanggal 25
April 2015.
Wilkinson, M. J., & Nancy R.A. (2014).
Diagnosis Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Wiknjosastro, H. (2000). Ilmu Bedah
Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Download