ARTIKEL LAPORAN KASUS PENGELOLAAN KECEMASAN PADA NY. W DENGAN PRE DAN POST TUBEKTOMI DI RUANG BOUGENVILLE RSUD AMBARAWA OLEH : PARWATI 0121656 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 PENGELOLAAN KECEMASAN PADA NY. W DENGAN PRE DAN POST TUBEKTOMI DI RUANG BOUGENVILLE RSUD AMBARAWA Parwati1, Eko Mardiyaningsih2, Dewi Siyamti3 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran [email protected] 123 ABSTRAK Ansietas adalah keadaan ketika individu/ kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivitas sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik. Teknik relaksasi adalah salah satu intervensi yang dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi. Tujuan dari penulisan ini untuk mengetahui pengelolaan kecemasan pada pasien dengan pre dan post operasi tubektomi di RSUD Ambarawa. Metode yang digunakan adalah memberikan pengelolaan dan cara yang digunakan untuk bisa menurunan kecemasan yaitu dengan menggunakan teknik relaksasi dan juga diberikan informasi tentang prosedur yang akan dilaksanakan saat pasien akan menjalankan operasi. Pengelolaan kecemasan dilakukan selama satu hari pada Ny. W. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan kecemasan klien hilang, dan pengelolaan sesuai dengan tujuan. Saran bagi perawat di rumah sakit agar memperhatikan kondisi psikologis klien, mulai dari kesiapan klien dalam menghadapi kecemasan menjelang operasi, sampai dengan perawatan yang dilakukan setelah pasien operasi. Kata kunci Kepustakaan : Kecemasan : 22 (2000-2014) 1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo LATAR BELAKANG Kehamilan adalah suatu proses bertemunya sel telur dan sel sperma dimana akan terjadi perubahan fisiologis dan psikologis. Dikatakan kehamilan cukup bulan apabila usia kehamilan sudah mencapai 38 sampai 40 minggu. Setelah kehamilan sudah mencapai cukup bulan maka akan terjadi proses persalinan diaman ibu akan melahirkan janin yang ada didalam kandungan. Setelah kelahiran bayi dan plasenta maka seorang ibu akan mengalami suatu periode pemulihan kembali baik kondisi fisik ataupun psikologis yang disebut dengan masa nifas. Dalam masa nifas ada beberapa tahap yang terjadi yaitu immediate postpartum, periode early postpartum, dan periode late postpartum. Dalam periode late postpartum ibu post partum akan mendapatkan pemeriksaan sehari- hari dan konseling tentang Keluarga Berencana (KB) dimana petugas tenaga kesehatan berperan untuk membatu individu dalam menentukan penggunaan alat KB bagi calon pengguna KB. Penggunaan alat kontrasepsi bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, sehingga tidak terjadi ledakan penduduk yang siknifikan. Menurut hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 (SP 2010) menunjukkan jumlah penduduk mencapai 237,6 juta jiwa bertambah sekitar 32 juta dari jumlah penduduk tahun 2000 sedangan proyeksi pertumbuhan penduduk di Jawa Tengah tahun 2015 yaitu sebesar 32.443.9000. Saat ini akseptor KB di Indonesia sudah mencapai 59,7% dan di Jawa Tengah sendiriyaitu 60,0%. Pengguna KB menurut jenis alat/cara KB di Indonesia didominasi oleh penggunaan KB jenis suntikan (34,3%).Pada tahun 2013 jumlah wanita yang menggunakan metode sterilisasi atau tubektomi yaitu sebesar 128.793 orang (Riskesdas, 2013; BKKBN, 2014). Kini sterilisasi menjadi metode kontrasepsi yang paling sering digunakan di seluruh dunia. Sterilisasi adalah salah satu metode kontrasepsi dengan prosedur pembedahan. Sterilisasi dapat dilakukan oleh pria ataupun wanita, untuk pria sterilisasi disebut dengan vasektomi dan wanita disebut dengan ligasi tuba, tubektomi, atau Metode Operasi Wanita (MOW). Tubektomi merupakan prosedur pembedahan yang digunakan untuk menyumbat atau memotong tuba agar sel sperma tidak bertemu dengan ovum. Pemotongan tuba falopi dapat dilakukan segera setelah persalinan atau seksio sesaria (Sulistyawati, 2011). Prosedur pembedahan pada umumnya akan menimbulkan rasa cemas karena individu yang belum mengerti bagaimana penatalaksanaan tubektomi itu sendiri. Cemas adalah suatu perasaan tidak nyaman atau kekawatiran, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Nugroho, 2011; Wilkinson, 2014). Kecemasan pada pasien preoperasi harus segera ditangani, karena dapat menimbulkan perubahan - perubahan fisiologis yang akan menghambat dilakukannya tindakan operasi. Perubahanperubahan fisiologis tersebut terkait pada beberapa sistem yaitu sistem kardiovaskuler, neuromuskuler, gastrointestinal, dan saluran kemih. Dalam keadaan cemas tubuh juga akan memproduksi hormon kortisol secara berlebihan yang akan berakibat meningkatkan tekanan darah, dada sesak serta emosi tidak stabil . Ada beberapa tindakan yang dapat 1 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 2 dilakukan dalam menangani kecemasan pada pasien pre operasi tubektomi antara lain memberikan informasi yang tepat mengenai prosedur yang akan dilakukan, mengajarkan teknik relaksai guna menurunkan kecemasan, memantau tanda-tanda vital (Doenges, 2001). METODE PENGELOLAAN Pengkajian Pengkajian keperawatan adalah suatu proses yang tematis dari pengumpulan, verifikasi, dan komunikasi untuk mendapatkan data tentang kondisi klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan sekunder (keluarga, tenaga kesehatan) (Perry-Potter, 2005). Pengkajian dilakukan di ruang Bougenville RSUD Ambarawa pada tanggal 16 Maret 2015. Keluhan utama saat dikaji klien mengatakan bahwa klien merasa cemas untuk menjalankan operasi tubektomi. Saat dikaji klien terlihat cemas, tidak rileks, terlihat gelisah, dan mengungkapkan perasaannya kepada perawat bahwa klien merasa cemas dengan prosedur operasi ini. Klien juga belum tahu bagaimana prosedur yang dilakukan dalam operasi tubektomi. Akral teraba dingin, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 72x/menit, pernafasan 16x/menit, suhu : 36,5˚C. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi yang menjadi tanggung jawab perawat (Perry & Potter, 2005). Diagnosa utama yang diambil penulis adalah ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (prosedur pembedahan). Diagnosa ini menjadi prioritas utama karena pada kecemasan akan menyebabkan perubahan fisiologis antara lain peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernafasan, sehingga kecemasan yang dialami pasien harus segera diatasi agar tidak terjadi perubahan fisiologis yang dapat menghambat proses operasi (Perry & Potter, 2005). Intervensi Intervensi pertama kaji tingkat kecemasan dan penyebab kecemasan. IIntervensi kedua pantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda perilaku seperti kegelisahan. Intervensi ketiga jelaskan prosedur, tindakan, dan intervensi keperawatan. Dengan tujuan menurunkan rasa takut akan ketidaktahuan, meningkatkan pembelajaran klien. Intervensi keempat anjurkan tindakan untuk menurukan ketegangan emosi, seperti teknik relaksasi dan pengungkapan masalah. Intervensi kelima libatkan orang terdekat dalam pengembangan rencana perawatan ( Doenges, 2001; Taufan, 2011). Implementasi Implementasi dilakukan pada hari Senin tanggal 16 Maret tahun 2015, yang pertama dilaksanakan adalah mengkaji tingkat kecemasan dan penyebab kecemasan, respon klien masih merasa takut untuk operasi dan masih tampak gelisah serta kawatir. Tindakan kedua memantau tanda-tanda vital dan tanda-tanda perilaku seperti kegelisahan, hasil pengukuran tensi darah 140/90 mmHg, Nadi 72x/menit, pernafasan 16xmenit, suhu 36,5 C. Tindakan ketiga menjelaskan prosedur, tindakan, dan intervensi keperawatan, dengan alasan menurunkan rasa takut akan ketidaktahuan, meningkatkan pembelajaran klien dan keterlibatan Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 3 dalam tindakan, respon klien sudah mengerti denga prosedur yang akan dilakukan. Tindakan keempat menganjurkan tindakan untuk menurukan ketegangan emosi, seperti teknik relaksasi dan pengungkapan masalah, respon klien lebih rileks setelah melakkan teknik nafas dalam. Hasil Pengelolaan Pada hari Senin, 16 Maret 2015 pukul 11.20 WIB penulis melakukan evaluasi dan didapatkan data subjektif yaitu klien mengatakan saat di ruang operasi tekanan darah naik 160/90 mmHg, tetapi saat ini ceas klien sudah berkurang setelah operasi berhasil, klien tampak lebih rileks dan tenang, tensi darah turun 140/90 mmHg. Pembahasan Dari hasil pengkajian, Ny. W mengalami masalah ansietas sehingga penulis melakukan tindakan keperawatan, yaitu mengkaji tingkat kecemasan dan penyebab kecemasan, tingkat kecemasan sedang biasanya akan mengakibatkan perubahan fisiologis (Perry & Potter, 2005). Setelah itu penulis memantau tanda-tanda vital. Agens ansietas secara khusus menekan seluruh fungsi vital. Apabila terjadi kenaikan tekanan darah dan operasi tetap dilanjutkan maka akan menjadi penyulit ketika terjadi perdarahan, dan bahkan setelah operasipun akan menjadi penyulit dalam proses penyembuhannya (Perry-Potter 2005). Lalu penulis menjelaskan prosedur, tindakan, dan intervensi keperawatan. Dalam Perry & Potter (2005), penjelasan mengenai prosedur pembedahan yang akan dilakukan dapat menurukan tingkat kecemasan. Klien yang telah dipersiapkan untuk menjalani pembedahan memiliki kecemasan yang lebih rendah dan menyatakan rasa sehat secara psikologis yang lebih besar. Kemudian penulis mengajarkan klien untuk teknik relaksasi. Dalam teori (Perry-Potter 2005) perawat dapat menginstruksikan kien untuk melakukan latihan relaksasi yang dapat membatu mengontrol ansietas. Relaksasi yang progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dapat mengurangi komponen fisiologis dan emosional stres seperti dapat menurunkan tekanan darah, menurunkan frekuensi jantung, mengurangi ketegangan otot, meningkatkan konsentrasi, dan memperbaiki kemampuan untuk menghadapi stresor. Simpulan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, masalah ansietas pada Ny. W sudah teratasi didukung dengan data klien tampak rileks, tenang, klien mengungkapkan perasaan lega setelah operasi tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi 72X per menit, pernafasan 16X per menit, Suhu 36,5˚C. Saran Diharapkan perawat di rumah sakit agar memperhatikan kondisi psikologis klien, mulai dari kesiapan klien dalam menghadapi kecemasan menjelang operasi, sampai dengan perawatan yang dilakukan setelah pasien operasi. Daftar Pustaka Anggaraini, Y. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Bappenas. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010, www.bappenas.go.id, diakses pada tanggal 1 April 2015. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo 4 BKKBN. (2014). Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, www.bkkbn.go.id, diakses pada tanggal1 April 2015 . Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 2. Jakarta: EGC. Carpenito, L.J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: EGC. Depkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar, www.depkes. go.id, dikases pada tanggal 1 April 2015. Doenges, M.C., & Moorhouse, M. F. (2001). Rencana Perawatan Maternal/ Bayi. Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien. Yogyakarta: Nuha Medika. Huda, N. (2011). Hubungan Antara Komunikasi Terapeutik Dan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperasi di Ruang Pre Med Icu Anestesi Rukmital Dr Rumelan Surabaya,https://adysetiadi.files. wordpress.com/2011/03/jurnalpdf-vol-1stikes1, diakses pada tanggal 6 Mei 2015. Vivian, N. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta Selatan: Salemba Medika. Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta Selatan: Salemba Medika. Morgan, G., & Carole H. (2009). Panduan Praktik Obstetri & Ginekologi. Jakarta: EGC. Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika. Potter, P. A ., & Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, S. ( 2011). Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Reeder. (2013). Keperawatan Maternitas Edisi 18. Jakarta: EGC. Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Sulistyawati, A. (2011). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika. Sukarni. K, I., & Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Tiana, Y. (2014). Pengaruh Intervensi Keperawatan Teknik Relaksasi Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi di RSUD Ungaran, http://perpusnwu.web.id/karyail miah.pdf, diakses pada tanggal 25 April 2015. Wilkinson, M. J., & Nancy R.A. (2014). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC. Wiknjosastro, H. (2000). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo