PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD

advertisement
PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD
Nama : Angga Rio Pratama
Kelas
: S1 TI 2C
NIM
: 10.11.3699
Lingkungan Bisnis
STMIK “AMIKOM” YOGYAKARTA 2010/2011
Peluang Usaha Pengembangbiakan Love Bird ( Agapornis )
I. Latar Belakang
Peluang Usaha Pengembangbiakan Love Bird ( Agapornis ). Peluang usaha ini Gampang –
gampang susah, itu kata yang tepat untuk budidaya burung ini . Tips untuk breeder pemula,
Biasanya kendala breeder pemula adalah pembedaan jenis kelamin burung. Dan burung ini
termasuk burung yang tidak mau di jodohkan paksa. Oleh karena itu Tips nya adalah dengan
sistem perkawinan massal. Jadi awalnya campurkan burung dalam satu kandang, maka mereka
akan terlihat mencari pasangan sendiri dan akhirnya pasangan yang cocok akan sering
bersama.Lantas setelah kelihatan berpasangan, ambil pasangan tersebut dan taruh dalam kandang
perkawinan dengan ukuran panjang 150 cm dan lebar dan tinggi 100 cm. Kandang dilengkapi
sarang tempat bertelur bisa dibuat dengan papan ukuran panjang 20 -25 cm, lebar 20 -25 cm,
tinggi 15-20 cm. Bahan sarang di pilih yg halus seperti daun pinus, jerami. Agar aman dari tikus
kandang di buat dari kawat strimin. Dan jangan lupa kandang perkawinan harus diletakan
ditempat yang tenang.
II. Perkawinan Burung Love
BirdLove bird siap kawin adalah yang berusia 8 Bulan. Telur love bird menetas tidak serempak,
jadi satu persatu dengan selang waktu sekitar 2 hari. Penetasan berlaku 21 hari sejak telur di
erami. Bila sudah berusia 2 minggu anakan harus segera disapih dan sebulan kemudian indukan
siap dikawinkan lagi .
III. Cara Menyilang Love Bird Agar Beranak Lutino atau Albino
Salah satu daya tarik lovebird adalah karena
warnanya yang indah. Oleh karena itu, dalam
pengembangbiakan
lovebird
biasanya
direncanakan suatu pengembangbiakan lovebird
dengan pola warna tertentu. Hal ini memang
memungkinkan dan sudah banyak yang berhasil
mengembangbiakkan lovebird dengan warnawarna tertentu. Biasanya warna-warna yang
langka akan membuat harga lovebird menjadi
sangat tinggi.
Dalam merencanakan warna bulu pada
pengembangbiakan
lovebird
tidak
dapat
dilepaskan dari hukum genetik. Secara umum,
demikian disebutkan Siti Nuramaliati Prijono
dalam buku berjudul Lovebird, telah diketahui
bahwa dari pasangan yang dikawinkan maka sifat anak-anak 50% meniru induk betina dan 50%
meniru induk jantan. Dengan kata lain sifat anak merupakan perpaduan setengah sifat induk
jantan dan setengah sifat induk betina. Sifat-sifat yang diturunkan ini pun masih dipengaruhi oleh
sifat resesif dan sifat dominan yang dimiliki oleh pasangan yang dikawinkan.
Untuk menentukan sifat resesif dan dominan ini dapat diperkirakan setelah suatu pasangan yang
berlainan sifatnya (dalam hal ini warna bulu) menurunkan dua-tiga periode keturunan. Bila
keturunan pada periode-periode tersebut cenderung mempunyai hasil yang relatif sama maka
dapat diperkirakan sifat dominan dan resesif yang ada pada induk jantan dan atau induk betina.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman inilah kemudian dapat disusun program perencanaan
warna bulu pada anak lovebird dari pasangan-pasangan yang dipelihara.
Berkaitan dengan pengembangbiakan lovebird untuk mendapatkan warna bulu yang berbeda
maka pengetahuan dasar mengenai genetik sangat penting diketahui oleh penangkar. Dengan
pengetahuan dasar genetik tersebut memungkinkan penangkar untuk mengawinsilangkan
lovebird sehingga dapat diperoleh anak lovebird dengan warna bulu yang diinginkan.
a. Genetika sebagai Pengetahuan Dasar Pengembangbiakan Lovebird
Genetika adalah ilmu tentang keturunan atau asal-usul makhluk hidup. Dalam ilmu ini dipelajari
cara suatu sifat (karakter) diturunkan kepada keturunannya.
Unit terkecil bahan sifat keturunan adalah gen. Gen terletak pada kromosom dan tersusun secara
linear. Dalam setiap sel tubuh terdapat sepasang kromosom. Dengan sendirinya gen-gen pada
kromosom berpasangan dan pasangan gen tersebut terletak pada lokus yang sama. Gen-gen yang
terletak pada lokus yang sama memiliki pekerjaan yang sama, hampir sama, atau berlawanan,
tetapi untuk satu tugas tertentu. Sebagai contoh, gen G bersama alelnya g bekerja untuk
menumbuhkan pigmentasi warna bulu. Gen G mampu untuk berpigmentasi, sedangkan gen g
tidak mampu berpigmentasi. Tugas gen tersebut berlawanan, tetapi untuk tugas yang sama yaitu
pigmentasi warna bulu.
Selama proses reproduksi, satu set kromosom diturunkan dari setiap induknya kepada anaknya.
Sperma dan sel telur hanya berisi setengah dari jumlah kromosom yang ada di sel lainnya pada
tubuh. Jadi, ketika dua dari “setengah kelompok” bersatu pada waktu proses pembuahan telur
oleh sperma terbentuk suatu gabungan yang diturunkan pada anaknya.
Dalam genetika, bentuk luar atau kenyataan karakter yang dimiliki suatu individu (misalnya:
warna hijau pada bulu) dikenal dengan istilah fenotip. Sementara bentuk susunan genetik suatu
karakter yang dimiliki suatu individu dan ditulis dengan simbol gen dikenal dengan istilah
genotip. Simbol gen untuk lovebird yang bulunya berwarna normal (hijau) ditulis GG. Lovebird
yang berbulu lutino, biru, dan warna mutasi lainnya ditulis gg. Lovebird yang memiliki simbol
gen yang sama (pasangan kedua alel pada suatu individu sama), misalnya GG dan gg, disebut
homozigot.
GG adalah pasangan homozigot yang bersifat dominan, sedangkan gg adalah pasangan
homozigot yang bersifat resesif. Hal ini berarti bahwa warna lovebird yang normal (hijau) adalah
dominan terhadap warna mutasi. Apabila lovebird memiliki simbol gen yang berbeda (pasangan
kedua alel pada suatu individu tak sama), misalnya Gg, disebut heterozigot. Lovebird yang
memiliki genotip yang heterozigot (Gg) maka akan menunjukkan warna bulu hijau. Warna hijau
adalah dominan terhadap warna mutasi dan warna mutasi tersebut tertutup oleh warna hijau
sehingga tidak terlihat dari penampilannya.
b. Program Persilangan untuk Menghasilkan Warna Mutasi Bulu
Gen dapat mengalami mutasi lebih dari sekali sehingga dapat terbentuk 2 atau lebih macam alel
bagi suatu gen. Gen G berperan untuk menumbuhkan warna bulu secara normal lalu gen G
mengalami mutasi. Dengan demikian, gen G tidak mampu mengadakan warna bulu secara
normal sehingga akan menghasilkan warna bulu lainnya, seperti albino dan lutino. Gen G yang
bermutasi itu diberi simbol g. Gen yang mengalami mutasi tersebut ditulis dengan huruf kecil
karena karakter yang ditumbuhkan bersifat resesif.
Artinya, bila gen g terdapat pada satu tubuh dengan gen G maka gen g akan ditutupi atau
dikalahkan. Kejadian mutasi gen ini dapat dimanfaatkan untuk tujuan pengembangbiakan
lovebird sehingga dihasilkan lovebird dengan warna bulu yang diharapkan, yaitu sama atau
berbeda dengan induk jantan dan betinanya. Untuk tujuan komersial, cara ini cukup
menguntungkan karena lovebird dengan warna mutasi mempunyai daya jual yang lebih mahal.
Jenis lovebird yang banyak dijual di pasar burung di Indonesia adalah lovebird ‘muka salem’,
lovebird kacamata ‘fischer’, lovebird kacamata ‘topeng’, dan lovebird hasil mutasi. Ketiga jenis
lovebird tersebut dapat mudah dikembangbiakkan untuk menghasilkan lovebird warna mutasi.
Di antara ketiga jenis lovebird komersial tersebut, lovebird ‘muka salem’ dapat menghasilkan
banyak warna mutasi, seperti lutino (kuning, mata merah), golden cherry (kuning), cinnamon
(cokelat kekuningan), biru pastel, pied (bercak warna), dan albino (putih, mata merah). Warna
mutasi dari lovebird kacamata ‘topeng’ yang terkenal adalah biru.
Untuk mendapatkan anakan dengan warna mutasi, penangkar harus mempunyai induk dengan
warna mutasi. Apabila ingin diperoleh anak dengan warna mutasi dari kedua induk yang berbulu
normal maka caranya sangat rumit dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Berikut ini
contoh-contoh program perencanaan warna bulu pada anak lovebird dari pasangan-pasangan
yang dipelihara.
1. Lutino dan albino
Lutino dan albirto pada lovebird ‘muka salem’ adalah bentuk dari mutasi rangkai kelamin
resesif. Gen lutino dan albino terletak pada kromosom kelamin. Oleh karena itu, karakter yang
ditimbulkan gen ini diturunkan bersama dengan karakter kelamin. Selain kedua bentuk mutasi
tersebut, bentuk mutasi bulu lain yang melibatkan rangkai kelamin resesif adalah cinnamon
murni atau hasil mutasi yang bermata merah. Pada burung, kromosom kelamin betina adalah ZW
dan kromosom jantan adalah ZZ (pada binatang mamalia kromosom kelamin betina adalah XX
dan kromosom jantan adalah XY). Hal ini berarti bahwa lovebird betina menghasilkan telur yang
membawa Z dan W, sedangkan lovebird jantan menghasilkan sperma yang hanya membawa Z.
Jika resesif gen mutan terjadi pada kromosom Z yang tidak ada pasangannya dengan kromosom
W yang lebih pendek maka tidak terjadi pindah silang gen mutan tersebut.
Dengan demikian, lovebird betina hanya memerlukan satu gen resesif (contoh: g) untuk
memperlihatkan adanya mutasi dalam penampilannya, sedangkan lovebird jantan memerlukan
dua resesif gen (contoh: gg). Oleh karena keturunan yang berupa ZW adalah betina dan ZZ
adalah jantan, pewarisan kromosom Z akan mengikuti pola khas: induk betina akan meneruskan
kromosom Z hanya kepada keturunan jantannya, sedangkan induk jantan akan meneruskan
kromosom Z kepada keturunan jantan dan betina. Itulah sebabnya anak betina akan selalu
mewarisi kromosom Z dari induk jantan karena induk betina pasti telah menyumbangkan
kromosom W. Lagi pula, induk betina dapat meneruskan informasi pada kromosom Z kepada
cucunya hanya melalui anak-anak jantannya. Sifat genetik yang dilanjutkan dengan pola khas ini
disebut rangkai kelamin. Untuk memperoleh bentuk lutino dari lovebird ‘muka salem’ dapat
dilihat pada Tabel 1. Gen dominan untuk warna hijau normal menggunakan simbol G.
Dengan demikian, pejantan warna hijau normal memiliki genotip GG, betina hijau normal adalah
G-, jantan lutino adalah gg, jantan hijau normal atau pembawa sifat lutino adalah Gg, dan betina
lutino adalah g-. Apabila ingin diperoleh cukup banyak anak lovebird berbentuk lutino dari
sepasang lovebird yang ditangkarkan maka sebaiknya kegiatan penangkaran dimulai dengan
menangkarkan sepa-sang lovebird yang terdiri dari betina normal dan jantan lutino.Dengan cara
ini dapat diharapkan diperoleh 50% anak lutino pada generasi pertama. Hal ini tidak mungkin
terjadi bila sepasang lovebird yang dikawinkan adalah betina lutino dengan jantan normal
homozigot (Diagram 2).
Keuntungan lain dari penggunaan pasangan betina normal dengan jantan lutino adalah dapat
diketahuinya jenis kelamin anak ketika berada di sarang, yaitu sebelum bulunya muncul. Anak
yang betina (lutino) mempunyai mata berwarna merah, sedangkan anak jantan (normal)
mempunyai mata berwarna gelap.
Untuk menghasilkan anak lovebird albino maka perlu dimulai dengan menyilangkan lovebird
betina warna biru (BBb-) dengan lovebird jantan lutino (BBll). Persilangan kedua induk lovebird
tersebut menghasilkan keturunan pertama (F1) anak betina lutino atau biru (Bbl-). Selain itu,
diperlukan juga pejantan dengan genotip yang sama (Bbll) yang diperoleh dari hasil perkawinan
induk betina lutino (BBl-) dengan induk jantan biru atau lutino (Bbll). Perkawinan antara kedua
keturunan F1 (Bbl- x Bbll). Program persilangan untuk memperoleh anak bentuk albino dan
lutino di atas dapat diterapkan untuk lovebird jenis lain yang mempunyai kedua bentuk mutasi
tersebut.
2. Warna biru dan warna mutasi lainnya
Perkawinan antara lovebird kacamata ‘topeng’ yang berbulu normal (hijau) dengan yang berbulu
biru merupakan salah satu contoh dari pasangan resesif yang melibatkan otosom. Otosom
merupakan kromosom yang tak menentukan jenis kelamin.
Warna hijau dominan terhadap warna biru. Bentuk genotip warna hijau adalah GG, sedangkan
warna biru adalah resesif dengan genotip gg. Jadi, semua sel kelamin dari induk yang dominan
akan mengandung satu gen G, sedangkan induk yang resesif akan mengandung satu gen g.
Berarti semua anak akan menerima satu gen G dan satu gen g dari setiap induknya. Hal ini jelas
terlihat bahwa semua anak pada generasi pertama (F1) akan mempunyai genotip Gg. Hal ini
berarti secara fenotip anak lovebird tersebut berwarna hijau, tetapi anak lovebird tersebut
membawa gen warna biru pada genotipnya. Jadi, anak lovebird tersebut bersifat heterozigot.
Ketika lovebird heterozigot tersebut dikawinkan maka pasangan lovebird tersobut akan
menghasilkan anak yang berwarna hijau dan berwarna biru pada generasi kedua (F2).
Perbandingan harapan dari anak lovebird warna hijau terhadap biru adalah 3 : 1 dengan satu
pertiga anak lovebird berwarna hijau homozigot (GG), dua pertiga warna hijau heterozigot dan
pembawa sifat warna biru (Gg), serta satu pertiga warna biru (gg).
Burung tidak cepat jodoh bisa Anda pacu kematangan organ reproduksinya dengan BirdHormon.
Jika pasangan terlalu lama tidak produksi atau macet produksi, Anda bisa gunakan BirdMature.
Pasangan otosom resesif lainnya antara lain adalah perkawinan antara lovebird ‘muka salem’
yang berbulu normal dengan yang berbulu biru pastel, dan perkawinan antara jenis lovebird
berbulu normal dengan lovebird warna mutasi lainnya.Warna bulu mutasi lainnya pada lovebird
yang melibatkan pasangan otosom resesif adalah pied dan golden cherry. Pada prinsipnya, untuk
mendapatkan bulu dengan warna mutasi tersebut hampir sama dengan program persilangan
untuk memperoleh bulu warna biru.
IV. Penanganan Peranakan Burung Love Bird
Anakan yang sudah disapih di pelihara dalam kandang
pembesaran berukuran tinggi 40 cm, panjang dan lebar 30 cm.
Agar suhu tetap hangat kandang harus dilengkapi lampu. Pakan
untuk bayi love bird adalah bubur bayi dengan milet putih 2kg ,
milet merah 2 kg, gabah 1 kg, kenari seed 1 kg, dan kuaci 1 ons.
Bahan – bahan ini di blender sampai halus ketika masih kering.
Kemudian di encerkan dengan air sehingga menjadi pasta .
Anakan love bird di suapi tiap 2 jam sekali, dengan sendok
kecil. Ketikan anakan sudah berumur satu bukan penyuapan
hanya dilakukan 1 kali sehari .
V. Kebutuhan Pakan Ternak Burung Love Bird
Untuk menjaga kualitas indukan maka pemenuhan gizi harus diperhatikan. Bisa dengan
pemberian jagung muda . Setiap hari seekor indukan mampu menghabiskan 2 tongkol jagung.
Pakan lain berupa campuran milet putih, milet merah, gabah, kenari seed dan kuaci.
Perbandingannya 2:1:1:1:0.5. Biaya pakan perbulan untuk 10 pasang Love bird sekitar 200.000/
bulan. Dengan Rincian Rp 100.000 untuk pembelian jagung dan Rp 100.000 untuk pakan milet.
VI. Kendala Budidaya Love Bird
Kendala yang dihadapi dalam budidaya love bird ini adalah serangan tikus, dan kematian anakan
di usia kurang dari satu bulan . Tips penanganan kendala , untuk tikus kandang dibuat dari kawat
srimin dan sering di kontrol. Untuk kematian di bawah satu bulan dengan cara penyapihan dan
pemberian pakan yang routin. Tiap 2 bulan sekali di semprotkan disifektan keseluruh bagian
kandang.
VII. Penentuan Harga Love Bird
Harga jual love bird di tentukan oleh warna baik warna bulu atau warna mata, Love bird siap
Jual ketika berumur minimal 40 Hari. Berikutlist harga love bird
—————————————————————————————————-
VIII. Analisa Budidaya Burung Love Bird
Download