Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF KH. HASYIM ASY’ARI Mukani1 [email protected] Abstrak Kehidupan modern membawa perubahan signifikan dalam pendidikan. Untuk meresponnya, reorientasi telah dilakukan, baik dalam hal kurikulum, metodologi pembelajaran, manajemen lembaga, kualifikasi pendidik dan sebagainya. Di Indonesia, banyak tokoh pendidikan yang telah menyampaikan gagasannya dalam konteks ini. Salah satunya adalah KH. Hasyim Asy’ari. Dengan berlatarbelakang menerima pendidikan tradisional, dia mampu memiliki konsep yang jelas dan sistemik dalam pendidikan. Sehingga diharapkan dinamisasi dan modernisasi pendidikan di Indonesia mampu mewujud. Dengan mengkaji tiga belas kitab yang ditulis langsung oleh KH. Hasyim Asy’ari, penelitian ini menyimpulkan bahwa pemikiran KH. Hasyim Asy’ari ternyata masih memiliki relevansi yang tinggi dalam mendukung proses reformasi pendidikan di Indonesia, terutama dalam melahirkan output peserta didik berkarakter yang tidak sekedar cerdas secara kognitif (pinter), tetapi juga memiliki kepedulian terhadap masyarakat sekitar (bener). Meskipun demikian, perlu dikaji lebih mendalam tentang implementasi dan kerangka operasional dari pemikiran KH. Hasyim Asy’ari, mengingat masih bersifat filosofis-teoritis. Kata kunci : modernitas, pendidikan karakter, keseimbangan pendidikan. 1 Alumni Mahasiswa Konsentrasi Pendidikan Islam Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya, Tulisan ini pernah disampaikan pada Seminar Nasional Bidang Pendidikan dalam rangkaian Kongres I Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), 18 Pebruari 2012, di kampus Universitas Islam Darul ‘Ulum Lamongan. 176 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 Pendahuluan dengan Periode emas peradaban Islam telah menunjukkan sebagai dominasi metode hapalan dalam proses pembelajarannya. suatu Kemunduran peradaban Islam kekuatan sosial politik yang mampu yang menguasai dua per tiga wilayah yang kemudian berimplikasi ada di bumi ini.2 Pendidikan pada masa kemunduran peradaban Dinasti dalam waktu yang cukup lama, telah Abbasiyyah lebih berfungsi secara terus menerus ini kepada Islam dan sebagai think tank dari peradaban yang mengakibatkan sedang dibangun. Di samping sebagai yang diderita masyarakat Muslim untuk instrumen menghadapi terpenting dalam berbagai kemajuan telah Arus deras inilah yang diraih sebuah peradaban, pendidikan juga modernisme merupakan aspek teologis yang harus menyebabkan mereka lebih maju dari dilaksanakan oleh semua orang Islam. masyarakat Dinasti Abbasiyyah Barat. yang membangun dan menjaga eksistensi Namun, bangsa kekalahan Barat Muslim, masyarakat Muslim justeru masih tenaga untuk akhirnya juga mengalami kemunduran, berjuang yang merespon modernisme tersebut.4 Di faktor utamanya adalah sekuat sedangkan kemunduran dalam dunia pendidikan.3 satu pihak, masyarakat Pada periode kemunduran, pendidikan menerima tidak lebih hanya berfungsi sebagai sedangkan di pihak lain menunjukkan doktrinasi terhadap ideologi penguasa penolakan terhadap gagasan tersebut. gagasan Muslim modernisme, Kedua respon inilah yang melahirkan dua kutub yang saling bertentangan, 2 sehingga Wilayah kekuasaan Islam pada periode ini sampai ke Spanyol melalui Afrika Utara dan India melalui Persia (Iran). Daerah ini semua tunduk kepada kekuasaan khalifah. Baca Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam (Jakarta : Bulan Bintang, 1992), 13. Khusus tentang deskripsi Islam di Spanyol, baca W. Montgomery Watt, A History of Islamic Spain (Edinburgh : Edinburgh University Press, 1992). 3 Syafiq A. Mughni, Dinamika Intelektual Islam Pada Abad Kegelapan (Surabaya : LPAM, 2002), 54-57. 4 sebagian masyarakat Kemajuan Barat ini diraih setelah renaissance dan aufklarung yang sukses digelorakan di benua Eropa. Baca Karen Armstrong, A History of God (New York : Ballantine Books, 1993), 293. 177 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 mengambil jalan tengah (middle roads) untuk meredam ketegangan ini.5 Metode Penelitian Ketiga respon yang ditunjukkan Tulisan ini akan mengkaji masyarakat Muslim dalam menjawab dengan cermat pemikiran pendidikan modernisme karakter Barat tersebut juga menurut Mbah Hasyim. berimplikasi besar kepada pendidikan. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan Artinya, berdasarkan kepada kajian pustaka dikotomi modern-tradisional sistem (library research). Oleh karena itu, pendidikan dengan begitu ekstrimnya. kajian ini sangat menekankan kepada Sebagai middle roads dari kedua penguasaan logika, pengalaman dan sistem pendidikan ketajaman mulai mengemuka dalam yang sedang pandangan.7 Hal itu berkembang, dikotomi itu sendiri juga disebabkan karena penelitian ini tidak mendorong sebagian kelompok untuk hanya berupaya mengkombinasikan bersentuhan dengan berbagai fakta keduanya, sekaligus berupaya untuk (fact finding research), tetapi juga menutupi berbagai kekurangan dari berupaya menemukan great ideas di kedua sistem yang ada.6 balik fakta-fakta yang telah ditemukan. Berbagai kajian dari para tokoh pendidikan Islam disampaikan. pendidikan sudah Namun perspektif berupaya menemukan dan Metode yang digunakan dalam banyak penelitian ini adalah deskriptif-analitik. pemikiran Metode deskriptif dalam penelitian ini KH. Hasyim digunakan untuk menggambarkan Asy’ari, yang akrab dipanggil Mbah secara komprehensif tentang pemikiran Hasyim, masih sangat relevan untuk pendidikan Mbah Hasyim. Oleh karena dikaji yang itu, penggunaan metode ini diharapkan disampaikan bersifat fundamental dan mampu memberikan jawaban secara visioner. jelas, obyektif, faktual dan sistematis ulang, mengingat dari sebuah obyek tentang realitas 5 Mukani, Pergulatan Ideologis Pendidikan Islam (Malang : Madani Media, 2011), 20-25. 6 Ali Ashraf dan Sajjad Husain, Crisis in Moslem Education (Jeddah : King Abdulaziz University Press, 1979), 11-16. 7 Tyrus Hillway, Introduction to Research (Boston : Houghton Mifflin Company, 1964), 101-103. 178 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 yang terdapat di dalam pemikiran Mbah maupun setelahnya, karena hal ini Hasyim.8 akan mempengaruhi pemikiran Mbah Sedangkan analitik Hasyim. Pendekatan kedua merupakan dalam penelitian ini digunakan untuk pendekatan yang memiliki ciri khas menganalisis problematika pengkajian struktur ide-ide dasar serta yang terjadi dalam dunia pendidikan pemikiran-pemikiran yang fundamental masa sekarang, di samping untuk (fundamental ideas). Tata pikir yang menilai dikembangkan berbagai tingkat pendidikan metode relevansi Mbah pemikiran Hasyim dengan adalah kontekstual, yaitu kebermaknaan hubungan antara berbagai problematika tersebut. Jadi, masa metode mendatang atau kebermaknaan medan ini membantu dalam lalu, masa kini dan masa mendinamikakan pemikiran pendidikan (field), kebermaknaan Mbah kehidupan sentral dengan yang periferinya atau sekarang. Oleh karena itu, kajian kritis kebermaknaan integratif antara subyek terhadap kandungan makna (content dengan analysis) yang terdapat di pada karya- demikian, dalam penelitian ini karya- karya Mbah Hasyim merupakan suatu karya Mbah Hasyim akan dikaji secara tahapan terpenting dalam penelitian ini. komprehensif, radikal dan spekulatif, Hasyim Penelitian pada ini philosophical lingkungannya. yang Dengan sebagai karakteristik berpikir filosofis.9 menggunakan empat pendekatan, yaitu sosiological approach, antara Pendekatan ketiga merupakan approach, alat untuk mengadakan rekonstitusi, archeological approach dan historical yang menempatkan pengkajian secara approach. mandiri Pendekatan pertama di atas landasan yang digunakan untuk memahami dinamisasi dibicarakan dokumen-dokumen sebagai dari realitas sosial yang terjadi ketika bahasa dari sebuah suara, tidak hanya menjelang mengisyaratkan ke arah masa lalu. kelahiran Mbah Hasyim Upaya ini dilakukan secara literer dengan 8 Anton Baker, Metodologi Penelitian Filsafat (Yogyakarta : Kanisius, 1990), 54. Bandingkan dengan Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988), 63. 9 cara membaca dan Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1989), 99. 179 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 mengartikan dokumen-dokumen yang diteliti, pengaruh yang diterima subyek telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini, itu terhadap perkembangan biografi archeological Mbah Hasyim. untuk approach menyuarakan pemikiran diperoleh Mbah dari digunakan berbagai Hasyim, pengkajian hasil Untuk yang pemikiran terhadap menjaga Mbah pendidikan, orisinilitas Hasyim data-data tentang yang dikaji karya-karya yang telah ditulis, menjadi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga sebuah “benda bicara” dalam konteks macam. Pertama adalah sumber primer kehidupan sekarang, terutama dalam (primary sources), yaitu karya-karya bidang pendidikan.10 yang ditulis secara langsung oleh Mbah Pendekatan keempat Hasyim. Di antara karya-karya tersebut merupakan pendekatan yang berupaya adalah Adabul ‘Alim wal Muta’allim, al- meninjau, menelaah dan menganalisis Mawa’idz, al-Durar al-Muntatsirah, al- berbagai problematika yang menjadi Qanun al-Asasy, al-Nurul Mubin, al- subyek studi ini dari sudut pandang Tibyan, kesejarahan. Tata pikir yang digunakan Risalah Ahlis Sunnah wal Jama’ah dan dalam pendekatan ini mengikuti tata Dhau’ul Misbah. Kedua adalah sumber pikir genetik atau pola perkembangan, sekunder (secondary sources), yaitu yaitu sesuatu karya-karya yang, secara langsung bertolak dari asumsi adanya proses maupun tidak langsung, membahas perkembangan dari yang elementer tentang pemikiran Mbah Hasyim atau menjadi tentang pendidikan secara umum. memahami lebih gejala sempurna. Terapan al-Tanbihat wal Wajibat, historical approach dalam penelitian ini adalah mendekati pengertian tentang Biografi Singkat subyek dan berupaya menetapkan dan menjelaskan secara kenyataan hidup teliti Gerakan tentang dari obyek kebangkitan Islam yang terjadi di Indonesia merupakan yang respon terhadap kebangkitan di dunia Islam pada umumnya. Gerakan kebangkitan ini pada awalnya masih 10 Michel Foucault, Arkeologi Pengetahuan, terj. Moechtar Zulmi (Yogyakarta : Qalam, 2002), 59. 180 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 ijitihad, murni berlatarbelakang dan bertujuan menekankan urgensi kepada mendorong masyarakat terwujudnya pelaksanaan Muslim Indonesia tidak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran sebaik mungkin dan benar-benar hidup agama lain ataupun kebudayaan lokal. sesuai Tetapi pada menolak taqlid buta (blind imitation) gerakan kebangkitan dengan memahami di ajaran Islam secara benar, supaya perkembangannya, untuk telah ajarannya. Islam Abduh juga dalam bidang fiqh, praktek bid’ah kebangkitan dalam melaksanakan ibadah, khurafat, Islam merambah kepada semangat nasionalisme menentang kolonialisme tahayul dan sebagainya. Rasyid Ridha dalam terhadap juga Meskipun Muslim di Indonesia untuk melakukan gerakan ideologisasi Islam, merumuskan ajaran- kebangkitan ini berasal dari Timur ajaran yang terdapat di dalam Islam Tengah yang masuk ke Indonesia menjadi sebuah ideologi. daerah-daerah demikian, Muslim. awal mula Kedua dengan melalui empat jalur. Pertama telah mendorong masyarakat adalah melalui dengan penyebarluasan majalah mingguan Al- menjadikan pemikiran-pemikiran tokoh Manar yang diterbitkan di Kairo sejak Timur Tengah sebagai mentor, yang tahun 1896 dengan pengasuh Ridha dilakukan sendiri. Majalah ini banyak memuat adalah oleh para penggagas reformasi Islam di Indonesia. Jamaludin pemikiran-pemikiran al-Afghani, Pan- reformasi Islam, terutama al-Afghani. ditawarkan, Majalah ini pula yang mendorong menyadarkan masyarakat Muslim di penerbitan majalah serupa, yaitu Al- Indonesia tentang urgensi persatuan Imam sejak 22 Juli 1906 di Singapura dan oleh Syaikh Thahir Jalalaudin, Syaikh Islamisme dengan yang kesatuan kolonialisme samping gagasan dan sebagai mempertahankan untuk melawan imperialisme, upaya identitas para tokoh di Muhammad bin Salim Al-Kalali, Syaikh untuk Ahmad bin Ahmad Al-Hadi dan Syaikh mereka Haji Abbas. sendiri. Muhammad Abduh, dengan 181 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 Ketiga adalah dengan di Nusantara yang semakin banyaknya penduduk Indonesia yang mencengkeram dengan menjadi mahasiswa di Universitas Al- berimplikasi kepada Azhar di Kairo, yang dianggap sebagai kebangkitan Islam di Indonesia, Mbah poros utama para tokoh reformasi Hasyim dilahirkan. Dengan memiliki Muslim setting untuk mempersiapkan diri sosial politik kuat, yang kelahiran sebagaimana dalam menghadapi berbagai perubahan diuraikan di atas, hal ini memiliki jaman mdoern sekaligus merangkaikan pengaruh perubahan pemikiran Mbah Hasyim di kemudian itu dengan berbagai ketentuan pokok ajaran agama Islam. yang signifikan terhadap hari. Di sini pula, mereka tidak hanya belajar Mbah Hasyim dilahirkan di agama, sebagaimana di Mekkah, tetapi Gedang, sebuah dusun kecil di utara juga belajar politik.11 kota Jombang, tepatnya pada tanggal Keempat adalah kolonialisme 24 Dzulqa’dah 1287 Hijriyah atau 14 Belanda yang semakin efektif berkuasa Pebruari 1871 Masehi.13 Mbah Hasyim di Nusantara, yang tidak saja lahir dari pasangan Kyai Asy’ari dan bidang sosial dan Halimah. Nama lengkap Mbah Hasyim politik, tetapi juga bidang budaya dan adalah Muhammad Hasyim bin Asy’ari agama. Oleh karena itu, pengaruh bin ‘Abdul Wahid bin ‘Abdul Halim atau kolonialisme dalam Pangeran Benawa bin ‘Abdurrahman wacana intelektual yang berkembang (Joko Tingkir atau Mas Karebet atau ketika itu.12 Sultan Hadiwijaya) bin ‘Abdullah bin mengintervensi Dalam juga tampak kondisi dunia Islam ‘Abdul Aziz bin ‘Abdul Fattah bin secara global yang sedang mengalami Maulana Ishaq bin Raden Ainul Yaqin kebangkitan dan kolonialisme Belanda 13 Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari tentang Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Surabaya : Khalista, 2010), 67. Baca juga Choirul Anam, Pertumbuhan dan Perkembangan Nahdlatul Ulama (Solo : Jatayu, 1985), 56-58 dan Abdul Basit Adnan, Kemelut di NU, Antara Kyai dan Politisi (Solo : Mayasari, 1982), 31-32. 11 Baca M. Iskandar dan A. Syahid, “Islam dan Kolonialisme,” Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, vol. 5, ed. Taufiq Abdullah (Jakarta : Ichtiar Baru van Hoeve, 2002), 331. 12 Jajat Burhanudin, “Tradisi Keilmuan dan Intelektual,” Ibid, vol. 5, 161. 182 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 yang lebih populer dengan sebutan pernah menikah Sunan Giri.14 perempuan, dengan meskipun empat tidak dalam Garis keturunan Mbah Hasyim waktu yang bersamaan, yaitu Nyai mewakili dua trah sekaligus di Pulau Khadijah binti Kyai Ya’qub dari Siwalan Jawa, Panji Sidoarjo, Nafishah binti Kyai yaitu aristokrat dan elit masyarakat Islam. Dari pihak ibu, mata Romli rantai genetis Mbah Hasyim menjadi Nafiqah binti Kyai Ilyas dari Sewulan keturunan Madiun langsung dari Prabu dari Kemuring dan Nyai Kediri, Masrurah Nyai dari Brawijaya VI, yang berlatar belakang Kapurejo Kediri. Dengan isteri pertama, bangsawan Hindu Jawa. Sedangkan Mbah dari jalur ayah, garis keturunan Mbah bernama Hasyim dengan dunia pada usia 40 hari. Dengan isteri bangsawan Muslim di pulau Jawa, yaitu kedua, Mbah Hasyim tidak memiliki Sultan Hadiwijaya dan sekaligus elit putera dan dengan isteri ketiga Mbah agama Hasyim bertemu Islam, langsung yaitu Sunan Giri. Hasyim memiliki satu putera Abdullah memiliki yang 10 meninggal anak, yaitu Kombinasi kedua garis inilah yang Hannah, Khoiriyah atau Ummu Abdul kelak Jabbar, menjadi Hasyim untuk modal bagi Mbah menjadi salah satu Kyai Khaliq, Abdul Karim, Ubaidillah, ketiga dari sebelas bersaudara, dengan Masruroh urutan Sedangkan : Ummu Haq, Abdul Wahid, Abdul Hakim atau Mbah Hasyim adalah putera berikut atau Muhammad, Azzah atau Ummu Abdul pemimpin besar di Indonesia. sebagai Aisyah Nafi’ah, dan Muhammad dengan isteri Yusuf. terakhir, Ahmad Shalih, Muhammad Hasyim, Mbah Hasyim memiliki empat putera, Radhiyyah, Hasan, Anis, Fathonah, yaitu Abdul Qadir, Fathimah, Khadijah Maimunah, dan Muhammad Ya’qub. Ma’shum, Nawawi dan Adnan. Semasa hidup, Mbah Hasyim Mbah Hasyim adalah sosok yang tidak mengenal kata menyerah 14 dalam menimba ilmu. Setelah lima Muhammad Isham Hadziq, “al-Ta’rif bil Mu’allif,” dalam Muhammad Hasyim Asy’ari, Ziyadatut Ta’liqat (Jombang : Maktabah alTurats al-Islamy, 1995), 3 dan Adabul ‘Alim wal Muta’allim, 3. tahun berada dalam pendidikan dan 183 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 lingkungan Pesantren Sayyid Ahmad Nawawi, Syaikh Ibrahim Gedang, dilanjutkan dengan 10 tahun ‘Arb, Sayyid Ahmad bin Hasan al- dalam pola pendidikan ayahnya di Aththasy, Pesantren Mbah Sayyid Abu Bakar Syatha’ al-Dimyati, pamit Syaikh Rahmatullah, Sayyid ‘Alwi bin kepada orang tuanya untuk mencari Ahmad al-Saqaf, Sayyid ‘Abbas Maliki, ilmu di Pesantren Wonorejo Jombang, Sayyid ‘Abdullah al-Zawawi, Syaikh Pesantren Wonokoyo Probolinggo dan Shalih Bafadhal, Syaikh Syu’aib bin Pesantren Lagitan Tuban.15 Kemudian Abdurrahman, Syaikh Sulthan Hasyim melanjutkan ke Pesantren Tenggilis di Daghastani dan Sayyid Husain al- Surabaya, Pesantren Habsyi yang saat itu menjadi mufti di Bangkalan di Hasyim kakeknya Keras di Jombang, memberanikan Pulau diri Kademangan Madura dan tahun berikutnya al-Yamani, Melihat prestasi belajar Mbah Setelah menikah untuk pertama satu Sa’id Mekkah.16 Pesantren Siwalan Panji di Sidoarjo. kali, Syaikh Hasyim yang menonjol, membuatnya Mbah kemudian juga memperoleh Hasyim bersama isteri dan mertuanya kepercayaan untuk mengajar di Masjidil berangkat Haram. Beberapa ulama terkenal dari ke melaksanakan Mekkah ibadah untuk haji dan berbagai negara pernah belajar menimba ilmu di sana selama tujuh kepadanya, seperti Syaikh Sa’dullah tahun. Di antara guru Mbah Hasyim di al-Maymani dari India, Syaikh Umar Arab Saudi adalah Syaikh Mahfuz al- Hamdan Tirmisi, Syaikh Mekkah, al-Syihab Khatib al- Ahmad bin ‘Abdullah dari Syiria, KH. Nawawi al- Abdul al- Tambakberas Jombang, KH. Asnawi Aththar, Sayyid Sulthan bin Hasyim, dari Kudus, KH. Bisyri Syansuri dari Minankabawi, Bantani, Ahmad dari Syaikh Syaikh Ahmad Amin Wahab Hasbullah dari 15 Baca Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren (Jakarta : LP3ES, 1982), 24; Akarhanaf, Kiai Hasjim Asj’ari, Bapak Ummat Islam Indonesia (Jombang : Pondok Tebuireng, 1950), 22; Solichin Salam, KH. Hasyim Asy’ari, Ulama Besar Indonesia (Jakarta : Djaja Murni, 1963), 23. 16 Muhammad Asad Syihab, Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari, terj. A. Musthofa Bisri (Yogyakarta : Titian Ilahi, 1994), 41; Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari, 76. 184 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 Denanyar Jombang, KH. Dahlan dari Pesantren Kudus dan KH. Saleh dari Tayu.17 Pada tahun berdiri pada 26 Rabi’ul Awwal 1317 Hijriyah, Mbah yang bertepatan dengan tahun 1899 Hasyim kembali ke rumah orang tuanya Masehi, dan diakui Belanda pada 6 di Pebruari 1907 Masehi. Selama kurang Jombang 1883, Tebuireng untuk mengajarkan berbagai ilmu yang telah diperolehnya lebih di Mekkah. Di samping juga mengajar Hasyim bersama delapan santrinya di pesantren mertuanya di Kediri dan harus pesantren setengah berjuang tahun, untuk Mbah menjaga di Gedang eksistensi Pesantren Tebuireng dari memiliki setting segala serangan, fitnah, gangguan dan Mbah sebagainya yang berasal dari tokoh- Hasyim kemudian menjadi salah satu tokoh “dunia hitam” di sekitar pabrik guru yang terkenal di Jombang. Oleh gula karena itu, Mbah Hasyim berkeinginan moral yang ditunjukkan Mbah Hasyim untuk mendirikan pesantren sendiri merupakan daya tarik tersendiri dalam dalam menaklukkan Jombang. sebagai kakeknya dua Dengan orang rangka yang ‘alim, mendukung upaya tersebut.19 dakwah yang telah dilakukan para kyai masyarakat sebelumnya. Maka, dipilihlah suatu Kesabaran daerah mewujudkan untuk mendirikan sebuah Namun ketinggian kerasnya Tebuireng Mbah mental saat Hasyim gagasannya, itu. dalam termasuk pesantren baru, yaitu Tebuireng.18 tidak menggunakan kekerasan dalam 17 menyebutkan bahwa Tebuireng berasal dari kepala pasukan Kerajaan Majapahit yang bernama Kebo Ireng. Punggawa ini kemudian tewas setelah berperang di sekitar daerah Tebuireng sekarang. Namun sumber lain menyebutkan bahwa kata Tebuireng berasal dari banyaknya tebu yang tumbuh di sekeliling Pabrik Gula Tjoekir yang berwarna hitam (ireng). Baca Adnan, Kemelut di NU, 32. 19 Daerah Tebuireng saat itu terkenal dengan segala kemaksiatan, seperti perjudian, perampokan, prostitusi, minuman keras, pencurian dan sebagainya. Tentang deskripsi daerah Tebuireng sebelum berdiri pesantren, baca Akarhanaf, Kiai Hasjim Asj’ari, 34-35; Salam, KH. Hasjim Asj’ari, 31-33. Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari, 76; Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi, Keumatan, Kebangsaan (Jakarta : Kompas, 2010), 49. 18 Nama Tebuireng berasal dari kata kebo ireng (kerbau hitam), yaitu kerbau (kebo) berwarna bule yang kemudian terperosok ke dalam kubangan besar yang penuh dengan lintah penghisap darah. Karena terlalu banyak darah yang dihisap lintah, maka warna kulitnya berubah menjadi hitam (ireng). Sejak saat itulah daerah tersebut bernama kebo ireng yang akhirnya lambat laun berubah menjadi Tebuireng. Baca Akarhanaf, Kiai Hasjim Asj’ari, 34; Salam, KH. Hasjim Asj’ari, 31. Salah satu sumber lisan yang berkembang juga 185 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 berdakwah, telah menyebabkan kyai (sistemisasi manajemen). Contoh masyarakat yang menentang upaya lain adalah sikap terbuka Mbah Hasyim Mbah Hasyim menjadi lelah untuk terhadap pengajaran mata pelajaran melawan terus menerus dan akhirnya umum di Madrasah Nidzamiyah yang pun mereka menghentikan aksinya. berdiri di dalam Pesantren Tebuireng, Inilah yang menjadi entry point dari seperti matematika, geografi, sejarah, dakwah Mbah Hasyim yang sukses di menulis tempat baru tersebut. Belanda.20 Pesantren mengalami Tebuireng berbagai huruf Latin bahasa telah Bersama para kyai lain, pada perubahan, 21 Januari 1926 di Surabaya, Mbah meskipun tokoh sentral di pesantren Hasyim mendirikan tersebut masih Mbah Hasyim sendiri. Nahdlatul Ulama’ Sikap dengan terbuka dan terhadap perubahan 1933, organisasi (NU). dengan Sampai menduduki dalam memimpin institusi pendidikan jabatan sebagai Rais Akbar, peran yang Mbah ditunjukkan Mbah Hasyim Hasyim memang sangat merupakan pengaruh dari setting sosial diperlukan bagi pertumbuhan organisasi politik yang terjadi di kawasan Arab. Ini ini, termasuk juga meredam konflik dapat dilihat dari persetujuan Mbah antara kaum Islam modernis dengan Hasyim dan kaum Islam tradisional yang bermuara realisasinya dari KH. Ma’shum ‘Ali, kepada masalah perbedaan pendapat santrinya antara keduanya tentang masalah- terhadap sendiri menjadi gagasan yang menantu, sekaligus yang masalah furu’iyyah. Pidato Mbah memperkenalkan sistem madrasah di Hasyim di Muktamar NU ketiga pada lingkungan tanggal pesantren. direalisasikan Gagasan untuk ini 28-30 Oktober 1928 di semakin Surabaya, telah dijadikan NU sebagai meningkatkan kualitas output pesantren pengantar dari Anggaran Dasar (Al- melalui pemantauan kehadiran santri dalam terhadap mengikuti 20 Baca Dhofier, Tradisi Pesantren, 104; Adnan, Kemelut di NU, 33; Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah dan Sekolah (Jakarta : LP3ES, 1974), 70-71. proses belajar mengajar yang dilakukan 186 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 Qanun Al-Asasi) organisasi ini.21 pemerintah militer Jepang untuk Sedangkan pidato Mbah Hasyim di menemui Mbah Hasyim di Pesantren Muktamar Tebuireng NU tahun 1936 di agar bersedia menjadi Banjarmasin yang mengomentari konflik Presiden RI. Tawaran itu ditolak oleh antara Islam modernis dengan Islam Mbah Hasyim yang mengatakan bahwa tradisionalis yang semakin meruncing, dia hanya seorang kyai yang tugasnya memperoleh respon positif dari kaum adalah mendidik santri di pesantren. Islam modernis, bahkan diterjemahkan Saat ditanya sosok yang layak untuk sendiri Islam menjadi Presiden RI, Mbah Hasyim modernis (Hamka) dan dimuat di menjawab bahwa yang tepat menjadi Pandji Masjarakat, sebuah majalah presiden yang sering memuat ideologi-ideologi wakilnya adalah Bung Hatta. Meski pembaruan. Jepang sebenarnya sudah tahu jika oleh Saat seorang tokoh penjajahan Jepang, tawaran adalah itu Bung akan Karno ditolak, dan namun pemerintah militer mengetahui peran penugasan Nitimiharjo ini menunjukkan penting Mbah Hasyim ini. Bagi Jepang, pengakuan dari Jepang terhadap peran ketokohan dan popularitas yang dimiliki strategis dari Mbah Hasyim. Untuk itu, Mbah Hasyim harus dikelola dengan jawaban baik untuk kepentingan kolonial di Hasyim tentang sosok yang didukung Indonesia. Atas alasan itu, Jepang sangat diperlukan Jepang, kemudian mengangkat Mbah Hasyim sesuatu yang berarti dan penting.23 sebagai Shumobutyo, sebuah jabatan yang Meskipun disampaikan demikian, Mbah sebagai hasil yang memimpin Kantor Urusan Agama kemerdekaan ternyata belum dinikmati Pusat di Jakarta.22 Mbah Hasyim dengan lama. Mbah Bahkan, menjelang proklamasi Hasyim wafat pada 25 Juli 1947 M. kemerdekaan NKRI pada 17 Agustus atau 7 Ramadhan 1366 H karena 1945, Maruto Nitimiharjo ditugasi 23 Salahuddin Wahid, “Hadratussyaikh, Komitmen Keumatan dan Kebangsaan,” dalam Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, xiiixxii. 21 Lihat Anam, Ibid, 74-83; Adnan, Kemelut di NU, 13-17. 22 Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, 55. 187 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 mengalami pendarahan otak Semasa hidup, Mbah Hasyim setelah merupakan salah satu ulama penulis mendengarkan kabar terakhir dari Kyai yang produktif. Tulisan-tulisan tersebut Ghufran Surabaya bersama dua orang berbahasa Arab dan Jawa, baik terkait utusan Bung Tomo tentang kekalahan masalah Pasukan Sabilillah dan Hizbullah di tashawuf, pendidikan maupun lainnya. Singosari Mayoritas (hersenbloeding) Malang, akibat serangan ‘aqidah, artikel besar-besaran yang dilakukan tentara (risalah) yang Belanda di bawah pimpinan Jenderal respon Mbah S.H. Spoor. problematika Jenasah dan ditulis hadits, manuskrip menunjukkan Hasyim terhadap yang dihadapi Hasyim masyarakat. Di antara tulisan-tulisan dimakamkan di kompleks pemakaman Mbah Hasyim tersebut adalah Adabul keluarga Pesantren Tebuireng. Atas ‘Alim wal Muta’allim, Al-Nurul Mubin, jasa-jasa dalam At-Tanbihat wal Wajibat, Al-Durarul mendirikan dan membela Indonesia, Muntatsirah, Al-Tibyan, Al-Mawa’idz, pemerintah Risalah Hasyim Mbah Mbah fiqh, Hasyim menganugerahi dengan gelar Mbah Ahlissunnah wal Jama’ah, Dha’ul Mishbah, Ziyadatut Ta’liqat, Al- Pahlawan Pergerakan Nasional. Penetapan ini Qanun berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nahdhatil ‘Ulama, Arba’in Haditsah, Al- Republik Indonesia Nomor 249/1964 Risalah tanggal Tashawwuf, 17 Nopember 1964. Ini Al-Asasi fil Li ‘Aqa’id, Jam’iyyatin Al-Risalah Tamyizul Haqq fil minal mengingat Mbah Hasyim merupakan Bathil, Al-Risalah fi Ta’kidil Akhdz bi inisiator dari dikeluarkannya Resolusi Ahadil Jihad NU pada tanggal 22 Oktober Arba’ah, Irsyadus Sari, Hasyiyah ‘ala 1945. Fatwa ini mewajibkan semua Fathur muslim dalam radius 60 kilometer dari Tawhidiyyah, Al-Qala’id, Al-Risalah Al- Surabaya untuk mengangkat senjata Jama’ah, Manasik Sughra, Al-Jasus fi melawan Belanda dan jika meninggal Ahkamin Nuqush dan sebagainya.24 dunia dihukumi sebagai mati syahid. 24 Madzahib Rahman, al-A’immah Al-Risalah alAl- Data diolah dari Muhammad Isham Hadziq, “At-Ta’rif bil Mu’allif” dalam Idem, Adabul ‘Alim 188 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 (khalifah Pembahasan fi mensukseskan al-ardh). tugas ini, Dalam manusia Pemikiran Mbah Hasyim dalam harus mau dan mampu berupaya bidang pendidikan merupakan dimensi seoptimal mungkin agar potensi yang yang menarik untuk dikaji. Hal ini terdapat di dalam dirinya membantu didasarkan Mbah pelaksanaan tugas ini, seperti rasio, Hasyim yang banyak bersinggungan tenaga, emosi dan sebagainya. Dengan dengan kedua tugas ini, diharapkan manusia kepada tulisan pendidikan, baik secara (balancing) langsung maupun tidak langsung. memiliki 1. Konsep Manusia yang baik selama hidupnya. Kehadiran manusia keseimbangan dalam Manusia merupakan sosok yang semesta ini, menurut Mbah Hasyim, penuh dengan potensi (fitrah) yang setidaknya memiliki dua tugas yang dibawanya sejak dilahirkan ke dunia. harus dilaksanakan secara seimbang. Pribadi dengan segala “keunikan” inilah Pertama kaitan yang mendorong banyak ahli untuk kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan mengungkap misteri yang terdapat di (‘abd). Dalam posisi ini, manusia dalamnya, hingga saat ini. Meskipun dituntut tingkat demikian, generalisasi dalam proses ketaatannya kepada Tuhan yang telah tersebut tetap dilakukan, yaitu bahwa menciptakan mereka, hal yang ini manusia memiliki yang sama ketika memiliki positif baru dilahirkan. Hal ini, menurut Mbah dalam perkembangan alam semesta itu Hasyim, memiliki implikasi dalam dunia sendiri. Di sisi lain, manusia juga pendidikan, bahwa harus dilakukan merupakan tindakan adalah dalam menunjukkan implikasi-implikasi bertanggung ciptaan jawab Tuhan yang yang sama juga ketika terhadap mengembangkan potensi yang ada dan kelestarian semesta di sekelilingnya berproses dalam dunia pendididakan, tanpa adanya unsur diskriminasi.25 wal Muta’allim, 6-7; Latiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama (Yogykarta : LKiS, 2000), 41-43; Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari, 85-91; Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, 96-99. 25 Hasyim Asy’ari, al-Tanbihat wal Wajibat (Jombang : Maktabah al-Turats al-Islamy, 1417 H), 36-37. 189 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 adalah homo social yang eksistensinya Dalam konteks interaksi dengan yang lain, hal ini berimplikasi sangat dipengaruhi oleh dalam menjalin kepadanya upaya untuk mempererat kesuksesannya persatuan dann kesatuan di antara interaksi dengan manusia yang lain. sesama anggota masyarakat Muslim.26 Manusia tidak akan mampu kebutuhan Hal hidupnya hanya dengan dirinya sendiri. ini perlu membangkitkan masyarakat ditekankan kembali Muslim untuk semangat dalam Di meraih membagi sisi lain, ilmu Mbah dalam Hasyim pendidikan pentas dunia menjadi tiga kategori. Pertama adalah Pengalaman sejarah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan fungsi peradaban Islam telah mengajarkan utama manusia di alam semesta, yaitu bahwa fanatisme terhadap golongan sebagai ‘abd Tuhan, yang meliputi supremasi internasional. di di ‘ilmu dzat al-‘aliyah,’ilmu sifat, ‘ilmu masyarakat Muslim ketika itu hanya fiqh dan ‘ilmu tasawuf. Ilmu pertama akan mengakibatkan perpecahan dan merupakan cabang yang membahas kekalahan ketika harus berhadapan keimanan dan harus dipahami oleh dengan bangsa non-Muslim atau Barat. manusia sendiri (ta’ashub) Persatuan yang dan terjadi terlebih dahulu tentang hakekat Tuhan (theology), sebelum kesatuan tersebut tentu harus dijaga dengan baik manusia dan tetap memperhatikan norma yang ritualitas-ritualitas yang terdapat dalam berlaku di masyarakat.27 Hal ini penting doktrin untuk ditekankan mengingat manusia menekankan pembahasannya kepada sifat-sifat 26 tersebut Islam. menjalankan Ilmu yang dimiliki kedua Tuhan lebih itu sendiri, dalam kerangka konseptual Namun fenomena yang terjadi ketika Mbah Hasyim hidup justeru menunjukkan sebaliknya. Masyarakat Muslim terkotak-kotak ke dalam berbagai kelompok. Oleh karena itu, Mbah Hasyim sangat menekankan persatuan dan kesatuan sesama masyarakat Muslim sebagai “modal awal” dalam berjuang melawan kolonialisme saat itu. Tentang pemikiran Mbah Hasyim dalam hal ini, baca al-Mawa’idz dan alTibyan. 27 Hasyim Asy’ari, al-Tibyan (Jombang : Maktabah al-Turats al-Islamy, 1998), 9. ketika mengatur eksitensi alam semesta beserta isinya ini, seperti qudrah, iradah, bashar, kalam, sama’ dan sebagainya. Ilmu ketiga membahas dan mengantarkan manusia kepada 190 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 ketaatan dalam melaksanakan ritulitas dikuasai melalui pendidikan.29 Ketiga (habl adalah ilmu hadits, yang telah dijadikan minallah) kepada Tuhan yang telah primary source pada periode sekarang, diajarkan seperti sebagai hubungan dalam vertikal Islam dan harus Sahih al-Bukhary, Sahih masing-masing Muslim, Sunan Abu Dawut, Sunan al- individu, seperti shalat, puasa, bersuci, Nasai, Sunan Ibn Majah, Sunan al- haji dan sebagainya. Ilmu keempat Kabir, Al-Muwatha’ dan sebagainya. dilaksanakan oleh membahas tentang berbagai keadaan (ahwal), (maqam) tingkatan Dengan pembagian ilmu yang dan rinci seperti diuraikan di atas, Mbah kebinatangan Hasyim memposisikan manusia pada (nafs hayawaniyah) serta hal-hal yang kedudukan yang sangat penting dalam berhubungan dengannya.28 proses transformasi ilmu dari satu terakhir merupakan rayuan-rayuan ini aktualitasasi nafsu nilai-nilai bentuk generasi ke generasi berikutnya. yang Artinya, di samping menjadikan ilmu dikehendaki Tuhan dengan ritualitas- bersifat dinamis, manusia merupakan ritualitas yang dibahas dalam ilmu unsur terpenting dalam menjaga tingkat ketiga, semua validitas ilmu itu sendiri. Untuk itulah, diharapkan hubungan antar sesama manusia yang akan berproses dalam ciptaan Tuhan (habl min al-nas) dapat transformasi terjaga dengan baik. kriteria-kriteria tertentu.30 yang dari Ilmu dengan itu Kedua adalah ilmu-ilmu yang Oleh ilmu harus karena itu, memiliki seseorang berkaitan dengan al-Qur’an, yaitu ilmu yang menghendaki kesuksesan dalam tafsir. Karena al-Qur’an merupakan proses transformasi ilmu harus mampu satu-satunya mempersiapkannya kitab suci bagi masyarakat Muslim dan induk dari bahkan sebagai secara matang, antisipasinya jauh semua ilmu yang ada, hal ini sangat ditekankan oleh Mbah Hasyim untuk 29 Ibid. Baca juga Hasyim Asy’ari, al-Nurul Mubin (Jombang : Maktabah al-Turats al-Islamy, 1998), 19. 30 Hasyim Asy’ari, Risalah Ahli Sunnah wal Jama’ah (Jombang : Maktabah al-Turats alIslamy, 1998), 17-18. 28 Hasyim Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim (Jombang : Maktabah al-Turats al-Islamy, 1995), 43-47. 191 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 sebelum yang bersangkutan Tujuan pendidikan ini mampu melangsungkan pernikahan.31 Dengan direalisasikan upaya ini, diharapkan dapat terlahir terlebih calon siswa yang memiliki tingkat (muraqabah) kepada Tuhan dan ketika keberagamaan dan intelektualitas yang berproses dalam pendidikan, dirinya baik, sebagai salah satu syarat dalam harus meraih materalisme, seperti kekayaan, jabatan, kesuksesanan dalam jika dahulu steril siswa mampu mendekatkan dari diri unsur-unsur belajarnya. popularitas dan sebagainya.33 Oleh 2. Orientasi Pendidikan karena itu, ketika siswa melakukan Dalam pemikiran Mbah Hasyim tentang ilmu dalam kesalahan, maka menjadi kewajiban perspektif guru untuk melakukan koreksi terhadap pendidikan seperti telah diuraikan di kesalahan tersebut. Kepada siswa yang atas, belum disimpulkan bahwa tujuan mengetahui tentang suatu pendidikan, di samping pemahaman perbuatan itu sendiri, maka guru harus terhadap pengetahuan (knowledge), mampu adalah pembentukkan good man yang memperoleh pemahaman yang benar.34 penuh dengan pemahaman secara Dengan benar dan sempurna terhadap ajaran- seperti ajaran menggunakan term tarbiyyah untuk Islam serta mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan menolongnya berdasarkan ini, maka agar siswa argumentasi Mbah Hasyim menunjuk substansi pendidikan. sehari-harinya secara konsisten.32 Di sisi lain, praktek interaksi sosial dan realisasi ritualitas dalam doktrin Islam yang telah ditunjukkan dalam periode Nabi SAW sebenarnya 31 Hasyim Asy’ari, Dhau’ul Misbah (Jombang : Maktabah al-Turats al-Islamy, 1999), 5. Mbah Hasyim lebih menekankan tingkat keberagamaan dan intelektualitas sebagai syarat daripada harta, status sosial, derajat maupun kelebihan fisik. Hal ini disebabkan karena tingkat keberagamaan dan intelektualitas lebih bersifat transendental, sedangkan yang lainnya tersebut hanya bersifat temporer, terbatas oleh ruang dan waktu. 32 Asy’ari, Risalah Ahli Sunnah, 28-29. merupakan refleksi dari hakikat ajaran Islam yang sebenarnya. Hal ini membawa implikasi kepada sebuah keharusan untuk meneladani segala hal 33 34 192 Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, 56. Ibid, 80. Baca juga Asy’ari, al-Tanbihat, 40-41. Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 yang telah dilakukan Nabi SAW dalam pemahaman terhadap knowlage secara menjelaskan doktrin Islam tersebut.35 mendalam. Dengan demikian, diharapkan Nabi 3. Materi Pembelajaran SAW sebagai sosok yang sempurna Pemikiran Mbah Hasyim dalam dan telah berhasil mengekang nafsu aspek ini lebih banyak dipengaruhi kebinatangannya dijadikan public figur pembagian ilmu menjadi tiga macam yang kepribadiannya tersebut harus sebagaimana telah dijelaskan di atas. ditiru siswa. Ketiga ilmu itu merupakan berbagai Pada periode sesudahnya, materi yang harus dipahami siswa meskipun Mbah Hasyim mengecam dalam keras pada samping itu, terdapat beberapa aspek dan sesat, lain yang dapat dijadikan sebagai praktek-praktek sufi berbagai jamannya yang sebenarnya praktek keliru sufi membentuk moralitas pendidikannya. Di materi pembelajaran kepada siswa. Moralitas (al-adab) merupakan tertentu tetap dapat dijadikan pedoman dalam proses siswa aspek terpenting dalam menilai tingkat yang dikehendaki, dengan pemahaman pemahaman siswa yang luas tentunya terhadap substansi tauhid, sufisme ketundukkannya kepada hukum yang itu sendiri.36 Hal ini yang direfleksikan aspek dengan berdasarkan fakta bahwa dalam doktrin berlaku sufi tentang aktualisasi nilai-nilai keimanan yang kesederhanaan hidup, meningkatkan bersangkutan dalam kehidupan sehari- ketakwaan, penjagaan terhadap nilai- hari.37 Oleh karena itu, siswa dalam nilai moral dan sebagainya. Inilah yang pendidikan dikehendaki Mbah Hasyim pembelajaran yang akan orientasi pendidikan yang mengarah mengarahkannya untuk bertindak kepada pembentukan perilaku siswa secara baik dalam melakukan interaksi yang dengan anggota masyarakat lain. Hal mengajarkan baik, di samping sebagai tentunya di terhadap masyarakatnya harus diberikan dan materi ini menunjukkan urgensi pembiasaan 35 Asy’ari, al-Nurul Mubin, 16. Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama (Yogyakarta : LKiS, 2000), 52. 36 37 193 Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, 11. Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 nilai-nilai moral dalam diri siswa cerita melalui pemberian materi akhlaq. tentang tabi’in dan ulama sesudahnya tetap berpegang teguh Sebagaimana dijelaskan di atas, kepada ajaran Islam dan sebagainya.40 bahwa pendidikan hendak membentuk Meskipun demikian, materi yang manusia sempurna yang tercermin dari pertama kali harus diberikan kepada sosok Nabi SAW, maka hendaknya siswa terlebih dahulu adalah tauhid, materi pembelajaran yang diberikan mengingat kepada fondasi siswa juga melakukan materi ini dari materi-materi akomodasi terhadap tokoh-tokoh yang pembelajaran patut hidupnya pemahaman siswa dan realisasinya hasanah.38 dalam kehidupan sehari-hari sangat dilakukan tergantung dari keberhasilan dalam terhadap tokoh yang telah meninggal pemberian materi ini. Oleh karena itu, dunia, tetapi juga tokoh-tokoh yang di dalam tauhid sangat ditekankan masih hidup.39 Hal ini dapat diwujudkan kepada dengan komprehensif diteladani melalui metode Upaya ini sejarah uswah tidak cara hanya membahas berbagai yang merupakan lain.41 pemahaman terhadap Kualitas yang substansi biografi dari tokoh-tokoh itu sendiri, kalimat laa ilaha illa allah dan kalimat yang berarti harus mengkaji sejarah syahadat. yang telah terjadi. Dengan itu semua, 4. Konsep Interaksi Guru dan Siswa diharapkan siswa menjadikan tokoh Dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim, tersebut sebagai teladan yang baik dan mengambil tersebut, hikmah kisah biografi para Hasyim sudah mendeskripsikan konsep interaksi guru nabi dan siswa ini dengan jelas, termasuk yang dalam aspek realisasi antara keduanya. mengalami dekadensi moral, cerita Judul itu pula yang menjadi primary para sahabat Nabi SAW yang tetap sources dari penelitian-penelitian yang dengan seperti dari Mbah masyarakatnya berupaya sekuat tenaga menegakkan ajaran Islam setelah Nabi SAW wafat, 40 Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, 60-61. Asy’ari, al-Durar al-Muntatsirah, terj. M. Tolchah Mansoer (Kudus : Menara, 1974, ), 1015. 41 38 39 Asy’ari, al-Nurul Mubin, 7. Asy’ari, al-Tanbihat, 28-29. 194 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 telah dilakukan selama ini tentang seluruh siswanya,44 memiliki pemikiran Mbah Hasyim dalam bidang intelektualitas yang baik, menguasai pendidikan. berbagai metodologi pengajaran dan Menurut Mbah Hasyim, guru memiliki integritas moral yang baik merupakan suatu profesi mulia. Segala pula, baik secara personal maupun hal yang berkaitan dengan profesi sosial. tersebut, diasumsikan sebagai suatu bentuk ketaatan kepada Mbah Hasyim tentang konsep guru ini Tuhannya. Oleh karena itu, motivasi dapat dibedakan menjadi dua kategori, awal yang harus ditanamkan dalam diri yaitu secara personal dan profesional. guru Dalam adalah manusia Secara lebih spesifik, pemikiran adanya semangat konteks kualitas personal, pengabdian kepada kebenaran dan seorang guru harus mau dan mampu kebajikan yang tidak mengenal batas berupaya untuk selalu mendekatkan diri ruang dan waktu, tidak boleh terjebak (muraqabah) kepada Tuhan, mematuhi kepada paradigma materalisme yang segala bersifat temporal.42 Nya,45 bersikap sederhana, tenang, Guru harus profesionalisme memiliki yang tinggi peraturan-peraturan hukum- tingkat qona’ah dan menunjukkan ketaatan dalam yang baik dalam menjalankan ritualitas Tuhannya.46 mendidik siswanya. Hal ini berimplikasi kepada kepada keharusan kualitas, kompetensi memperhatikan dan kapabilitas keilmuan guru yang siswa, guru tidak boleh menunjukkan telah diakui oleh pihak lain serta secara sikap diskriminatif, yaitu dengan cara kontinyu tetap berupaya meningkatkan tanpa melihat background dan status dan Dalam memperlakukan pemahaman keilmuannya dalam bidang keahlian yang diajarkannya tersebut.43 44 Guru harus memiliki sifat ini sebagai upaya untuk menunjukkan kepada siswa bahwa mereka tidak sendiri dalam meraih kesuksesan yang diinginkan. Di samping itu, guru juga harus mampu memotivasi siswanya untuk terus belajar sebagai sebuah perintah dalam doktrin Islam dengan cara yang sabar dan halus. Ibid, 82-84 dan 90-92. 45 Asy’ari, al-Durar al-Muntatsirah, 24. 46 Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, 55-58. Di samping itu, guru dituntut untuk memiliki sifat kasih sayang kepada 42 43 Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, 56-71. Ibid, 29. 195 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 sosial siswa kaya atau miskin. Di memberikan prioritas kepada materi samping itu, guru harus tetap berupaya pembelajaran memberikan teladan yang baik kepada seperti tafsir, hadits, ushul fiqh, ilmu lingkungan melalui nahwu dan sebagainya.49 Materi yang bersifat diberikan harus sesuai dengan tingkat masyarakatnya, pelaksanaan hal-hal yang yang lebih sunah, seperti shalat fardhu secara perkembangan berjama’ah di masjid, membudayakan siswa, tidak terlalu mudah ataupun salam, membaca al-Qur’an, puasa terlalu sulit.50 Hal ini penting ditekankan sunah dan sebagainya.47 agar keadaan psikis siswa tidak mudah Dalam merasa dituntut pembelajaran yang telah diberikan, memiliki komitmen dan integritas yang sehingga siswa tetap fresh, enjoy dan tinggi tidak mudah bosan dalam belajarnya. seorang untuk guru selalu meningkatkan kualitas profesionalisme, dengan cara terbebani intelektualitas kualitas profesional, konteks dan penting, Ketika dengan sedang materi melakukan membaca, mengkaji dan menelaah proses pembelajaran, seorang guru secara seksama berbagai informasi dituntut untuk menjaga penampilan yang fisiknya. Artinya, guru tidak berkaitan dengan profesinya boleh tersebut.48 Guru dapat memperoleh terlalu berlebihan (glamour) ataupun penambahan informasi tersebut dari terlalu berbagai penampilannya, pihak yang memiliki kompetensi dalam hal yang diinginkan, terlepas belajar dari itu background sendiri, seperti sederhana harus disesuaikan dengan mata pelajaran dan lingkungan sumber yang ada. Guru juga harus menjaga status, kondisi fisik dan staminanya, tidak keturunan, usia dan sebagainya. Guru boleh dituntut untuk mampu memahami dan mengantuk, menjelaskan marah materi dengan pembelajaran mengajar dan dalam sangat keadaan lapar, mudah sebagainya. Ketika secara sederhana melalui bahasa yang menerangkan mudah suara yang dikeluarkan juga harus 47 48 dipahami siswa dan 49 Ibid, 90-92. Ibid, 66-68. 50 196 Ibid, 73-79. Ibid, 88-90. materi pembelajaran, Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 disesuaikan, tidak boleh terlalu keras argumentasi yang disampaikan guru dan terlalu pelan, terlebih membentak harus dibangun dan berdasarkan atas siswa.51 kerangka pikir (manhajul fikr) yang Ketika sedang melaksanakan pembelajaran, tingkat kuat dan rasional, agar diskusi yang guru harus memiliki berjalan terhindar dari kesalahpahaman konsentrasi yang penuh, dan tidak menjadi “debat kusir” yang sehingga guru tidak mudah membahas tidak sesuatu yang tidak berkaitan dengan bermanfaat. materi pembelajaran dan tidak ada menghasilkan Dalam sesuatu yang memberikan materi manfaatnya. Ketika di kelas terdapat pembelajaran, guru harus membuka siswa harus dan menutup setiap pertemuan dengan keberadaannya, baik, membukanya dengan basmallah baru, maka memperhatikan mengingat guru siswa tersebut dan menutupnya dengan wallahu membutuhkan perhatian yang lebih dari a‘lam. Sebelum meninggalkan kelas, guru. Jika terdapat pertanyaan dari guru hendaknya melakukan presensi siswa dan guru belum mengetahui terhadap siswanya dan memberikan jawabannya, maka guru harus jujur beberapa pertanyaan untuk mengukur (sportif) bahwa hal tersebut memang tingkat pemahaman siswa terhadap belum materi diketahuinya, tidak boleh pembelajaran yang baru mencari-cari jawabannya agar tidak disampaikan (reflection). Jika terdapat diasumsikan siswa sebagai guru yang siswa yang tidak mengikuti pelajaran tidak berkualitas.52 Tetapi hal tersebut dikarenakan sakit, hendaknya justeru menjenguknya menunjukkan kualitas sebagai guru bentuk keagamaan guru yang sudah baik, perhatian kepada siswanya tersebut dengan suatu (home visiting). Sebagai bentuk final kebohongan kepada siswanya. Namun evaluation, maka dalam kurun waktu jika memang guru mengetahui jawaban tertentu guru harus melakukan ujian dari terhadap siswanya.53 Siswa yang telah 51 52 tidak pertanyaan melakukan tersebut, maka Ibid, 70-74. Ibid, 76-79. 53 197 Ibid, 85-88. Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 mampu memahami pembelajaran dengan baik, materi memperoleh dapat sebagainya. dinyatakan telah lulus. Tetapi jika terdapat siswa yang popularitas dan Secara kontinyu, siswa harus belum mengikuti proses belajar mengajar memahaminya dengan baik, guru harus yang dilaksanakan gurunya dengan melakukan ujian remidi terhadap siswa tekun dan penuh konsentrasi.57 Siswa itu. harus mampu mengatur waktu yang Untuk mengantisipasi agar dimilikinya dengan baik, sehingga siswa tidak mengalami ujian remedi ini, semangat dan komitmennya dalam maka siswa harus berupaya sekuat belajar tenaga Terhadap yang dalam meraih diinginkan, mengakibatkan positif yang keberhasilan sehingga banyaknya harus hal tidak menjadi berbagai lemah.58 materi ini pembelajaran yang disampaikan guru, aktivitas siswa harus menganalisisnya dengan dilakukan.54 Di cermat, mengingat hal itu akan menjadi samping itu, siswa harus memiliki tolok ukur yang tepat untuk mengukur integritas moral (akhlaq) yang baik dan kesuksesan siswa dalam belajarnya, menghindari berbagai perilaku yang bukan diukur dari segala hal yang dianggap buruk oleh masyarakat.55 Itu dapat semua akan menjadi lengkap jika siswa mudah. dilihat oleh indera dengan memiliki kemauan yang keras untuk Siswa harus patuh dan taat mencari ilmu dan tidak terjebak ke kepada guru, selama tidak melanggar dalam pragmatisme- ajaran Islam dan norma yang berlaku di materialisme ketika sedang mencari masyarakat sekitar.59 Segala kritik dan ilmu.56 Hal ini sangat membantu siswa koreksi dari dalam belajar karena akan terbebas kepada guru harus dilakukan dengan dari tuntutan psikologis, seperti meraih tetap memperhatikan akhlaqul karimah. jabatan, Sedangkan ketika guru mengomentari paradigma mengumpulkan kekayaan, 54 57 55 58 Ibid, 54. Ibid, 28. 56 Ibid, 24-25. Ibid, 48-49. Ibid, 25-26. 59 Ibid, 29-32. 198 siswa yang diberikan Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 kesalahan yang dilakukan siswa, maka waktu yang ada tidak terbuang dengan hal percuma.61 tersebut hendaknya mampu 5. Lingkungan Pendidikan direspon siswa sebagai sesuatu yang bersifat konstruktif dan berguna bagi masa depan direspon siswa secara sendiri, emosional, Perhatian tidak terhadap harus Mbah lingkungan mengingat Hasyim sangat lingkungan besar, merupakan diterima siswa sebagaimana seorang faktor yang lebih dominan dari pada pasien keturunan yang memperoleh nasihat- (heredity) dalam nasihat dari dokter demi penyembuhan pendidikan.62 Lingkungan inilah yang, penyakit yang dideritanya. jika tidak mampu melakukan filterisasi Menurut Mbah Hasyim, dengan baik dan benar, mengakibatkan sebenarnya interaksi yang dilakukan kelahiran siswa lebih dalam diri siswa. Siswa dengan mudah keberhasilan akan menggunakan waktunya untuk dengan mempengaruhi gurunya tingkat berbagai dampak siswa dalam belajarnya, dibandingkan melakukan dengan materi berkaitan dengan belajar, sehingga hal pembelajaran yang telah disampaikan tersebut pada akhirnya mengganggu di kelas.60 Oleh karena itu, Mbah konsentrasi dalam belajar. hanya mempelajari aktivitas negatif yang tidak Hasyim menyarankan agar siswa sering Bagi Mbah Hasyim, kehadiran berinteraksi dengan orang-orang yang Islam tidak hanya berupaya membentuk memiliki tingkat keilmuan dari pada manusia hanya mempelajari ilmu itu sendiri. Jika (tauhid), tetapi juga memajukan aspek tidak mampu melaksanakannya dengan sosial, baik, hendaknya siswa mampu lebih masyarakat yang masih terbelakang. berkonsentrasi 61 dalam mempelajari yang politik berakidah dan monoteis ekonomi suatu Ibid, 28. Pemikiran Mbah Hasyim tentang hal ini menyimpulkan bahwa terdapat tiga hal yang mempengaruhi kesuksesan siswa dalam pendidikan, yaitu masyarakat, sekolah dan keluarga. Ketiga hal ini telah dibahas lebih rinci dalam kitab al-Mawa’idz, al-Qanun al-Asasy, Dhau’ul Misbah dan Adabul ‘Alim wal Muta’allim. materi pembelajaran yang ada, agar 62 60 Ibid, 10. Pendapat Mbah Hasyim ini sama dengan pesan Habib al-Syahid kepada anakanaknya sebelum mereka berangkat mencari ilmu. 199 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 Selain itu, memupuk Islam juga semangat berupaya dilakukan persaudaraan suami) ketika yang seseorang diharapkan (calon mampu Islam dengan menghilangkan segala memenuhi kriteria sebagai ibu yang perbedaan yang disebabkan oleh faktor dapat dipercaya untuk mengemban hereditas, kekayaan, jabatan ataupun amanat dan dalam mempersiapkan etnisitas. semua, siswa yang memiliki intelektualitas dan diharapkan dapat terbangun fondasi kualitas keberagamaan yang baik.65 demokrasi yang sangat menghargai Oleh karena itu, wanita yang baik untuk humanisme dijadikan (calon) isteri adalah yang Dengan itu sebagaimana telah diperkenalkan pada peradaban Islam memiliki moralitas baik, periode awal. perawan, sederajat (kufu’) Pendidikan, dan hakikatnya sebagainya.66 Hal ini dilakukan sebagai merupakan tanggung jawab orang tua upaya untuk mengantisipasi terjadinya siswa, dominasi terutama Tanggung pada masih dari jawab pihak tersebut ibu.63 melekat dan ketika berproses dalam pendidikannya. Dalam lingkungan masyarakat, secara mandiri.64 Di samping itu, orang Mbah Hasyim menekankan agar siswa tua juga memiliki kewajiban untuk berinteraksi memberikan nama yang baik ketika masyarakat bayi manusia adalah homo social yang pasti lahir untuk dalam hidup baru mampu hereditas pertumbuhan dan perkembangan siswa sampai dengan siswa telah dianggap dewasa faktor dan memberikan makanan dari yang baik pula. Peran keluarga dengan yang lain, anggota mengingat membutuhkan bantuan yang lain, tidak terhadap bisa hidup dengan dirinya sendiri.67 pembentukan siswa yang sukses dalam Manusia pendidikannya masyarakat yang memiliki peran dan dominan. Oleh sangat karena penting itu, dan Mbah kontribusi Hasyim menyarankan agar persiapan merupakan besar dalam anggota menjaga eksistensi interaksinya dengan anggota untuk mewujudkan hal itu harus sudah 65 Asy’ari, Dhau’ul Misbah, 5. Ibid, 5-6. 67 Asy’ari, al-Tibyan, 9. 63 66 Asy’ari, Dhau’ul Misbah, 19. 64 Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, 9. 200 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 masyarakat lain, yang dengan itu tidak semua dapat mewujud menjadi sebuah inilah kesatuan yang kuat. Dengan itu semua, diminimalisasi keberadaannya, akan maka yang menjadi tujuan bersama mengakibatkan perpecahan dalam suatu masyarakat akan dengan mudah masyarakat. tercapai. Berbagai halangan diperlukan.68 yang, jika Fanatisme tidak buta mampu dan rintangan dapat diatasi dengan mudah Penutup jika persatuan dan kesatuan dapat Berdasarkan terjaga dengan baik. pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Mbah Masyarakat merupakan “laboratorium nyata” Hasyim sebenarnya sudah memberikan dari kerangka konsepsional yang perkembangan diri siswa. Berbagai hal fundamental bagi pendidikan Indonesia. yang Langkah terjadi di masyarakat berpengaruh ke dalam diri secara langsung langsung. Dengan akan siswa, maupun tidak memiliki durasi lebih teknis operasional memang harus tetap dikaji ulang untuk mengimplementasikan pemikiran pendidikan Mbah Hasyim ini. waktu yang jauh lebih lama dari pada Secara substantif, Mbah Hasyim di sekolah dalam hal keberadaan siswa tida hanya memberikan syarat guru di dalamnya, masyarakat adalah faktor dominan dalam 68 mewujudkan Mbah Hasyim sangat mengecam berbagai bentuk fanatisme yang dilakukan mayoritas ulama saat itu, yang kasus ini dilahirkan hanya karena perbedaan kecil dalam masalah ibadah (furu’iyyah). Menurut Mbah Hasyim, fanatisme seharusnya merupakan refleksi dari rasa nasionalisme dan ukhuwah Islamiyyah dalam merespon berbagai bentuk kolonialisme yang melanda di berbagai daerah yang penduduk mayoritasnya beragama Islam. Oleh karena itu, sebenarnya tidak diperlukan fanatisme dalam bentuk kepercayaan yang berlebihan terhadap pendapat ulama dalam masalah fiqh, mengingat yang terjadi saat itu bukan merupakan masalah substantif (ushuliyyah). Tentang pemikiran Mbah Hasyim terhadap urgensi persatuan dan kesatuan sesama Muslim dalam kehidupan berbangsa, baca alMawa’idz dan al-Qanun al-Asasy. kesuksesan siswa ketika belajar. Oleh karena itu, siswa dituntut mampu menilai dan memilih berbagai nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat, baik yang poisitif maupun yang negatif. Jika hal ini tidak dilakukan, dikhawatirkan siswa memiliki pola pikir yang sempit dan pada akhirnya hanya melahirkan fanatisme (ta’ashub) yang sebenarnya 201 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 harus memiliki (pinter), intelektual tetapi juga memiliki integritas moral yang baik (bener). Dengan karakter Daftar Pustaka seperti ini, diharapkan siswa yang dihasilkan juga memiliki Adnan, Abdul Basit. 1982. Kemelut di kedua NU, Antara Kyai dan Politisi. keunggulan yang dimiliki gurunya. Terlebih menunjukkan fenomena adanya saat carut ini Solo : Mayasari. marut Akarhanaf. 1950. Kiai Hasjim Asj’ari, dalam dunia pendidikan di Indonesia, yang menyebabkan guru Bapak Ummat Islam Indonesia. mengajar siswa bukan sebagai sebuah panggilan Jombang : Pondok Tebuireng. jiwa untuk mencerdaskan anak bangsa (ruhul mudarris), tetapi lebih tertarik kepada faktor memperoleh program gaji Anam, Choirul ekonomi dengan Pertumbuhan ganda melalui Perkembangan sertifikasi. Anam. 1985. dan Nahdlatul Ulama. Solo : Jatayu. Pemerintah seharunya “membuka mata” tentang Armstrong, Karen. 1993. A History of fakta ini, bahwa tujuan sertifikasi guru yang pada mulanya God. New York : Ballantine untuk meningkatkan kompetensi guru, tetapi sekarang sebuah hanya jalan dimaknai untuk Books. sebagai meningkatkan Ashraf, Ali dan Sajjad Husain. 1979. Crisis in Moslem Education. kesejahteraan. Jeddah : King Abdulaziz University Press. Asy’ari, Hasyim. 1417 H. al-Tanbihat wal Wajibat. Jombang Maktabah al-Turats al-Islamy. 202 : Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 _______. 2003. Menjadi Orang Pinter _______. 1959. al-Mawa’idz, terj. dan Bener, terj. M. Luqman Hamka, dalam Majalah Panji Hakim. Yogyakarta :Qirtas. Masyarakat, No. 5, Agustus (Jakarta). Baker, Anton. Metodologi 1990. Penelitian Filsafat. Yogyakarta : _______. al-Durar 1974. al- Kanisius. Muntatsirah, terj. M. Tolchah Mansoer. Kudus : Menara. Burhanudin, Jajat. _______. 1989. al-Tibyan. Jombang : Keilmuan Maktabah al-Turats al-Islamy. “Islam _______. 1995. Adabul ‘Alim wal Muta’allim. Jombang : 1998. al-Nurul dan dan “Tradisi Intelektual,” Kolonialisme,” Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, 5, Taufiq vol. ed. Abdullah. Jakarta : Ichtiar Baru Maktabah al-Turats al-Islamy. _______. 2002. van Hoeve. Mubin. Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren. Jakarta : LP3ES. Jombang : Maktabah al-Turats alIslamy. Foucault, _______. 1998. Risalah Ahli Sunnah wal Jama’ah. Jombang Michel. Pengetahuan, : 2002. Arkeologi terj. Moechtar Zulmi. Yogyakarta : Qalam. Maktabah al-Turats al-Islamy. Hadziq, Muhammad Isham Hadziq. _______. 1999. Dhau’ul Misbah. 1995. “al-Ta’rif bil Mu’allif,” Jombang : Maktabah al-Turats al- dalam Islamy. Asy’ari. Muhammad Hasyim Ziyadatut Ta’liqat. Jombang : Maktabah al-Turats al-Islamy. 203 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 Mukani. 2011. Pergulatan Ideologis Hillway, Tyrus. 1964. Introduction to Pendidikan Islam. Malang : Research. Boston : Houghton Madani Media. Mifflin Company. Nasution, Harun. 1992. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta : Bulan Iskandar, M. dan A. Syahid. 2002. “Islam dan Kolonialisme,” Bintang. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, 5, Taufiq Penelitian. Abdullah. Jakarta : Ichtiar Baru Indonesia. vol. ed. Nazir, Moh. Metodologi 1988. Jakarta : Ghalia van Hoeve. Fajar Salam, Solichin. 1963. KH. Hasyim Kebangunan Ulama. Yogyakarta Asy’ari, Ulama Besar Indonesia. : LKiS. Jakarta : Djaja Murni. Khuluq, Lathiful. 2000. Misrawi, Zuhairi. 2010. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Keumatan, Steenbrink, Moderasi, Karel Pesantren, A. Madrasah dan Sekolah. Jakarta Kebangsaan. : LP3ES. Jakarta : Kompas. Syihab, Mughni, Syafiq A. 2002. Dinamika Muhammad Asad. Hadratussyaikh 1994. Muhammad Intelektual Islam Pada Abad Hasyim Asy’ari, Kegelapan. Surabaya : LPAM. Musthofa Bisri. Yogyakarta : terj. A. Titian Ilahi. Muhadjir, Noeng. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta Wahid, : Rake Sarasin. Salahuddin. “Hadratussyaikh, Keumatan dan 2010. Komitmen Kebangsaan,” dalam Zuhairi Misrawi. 2010. 204 Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013 Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi, Keumatan, Kebangsaan. Jakarta : Kompas. Watt, W. Montgomery Watt. 1992. A History of Islamic Edinburgh : Spain. Edinburgh University Press. Zuhri, Achmad Pemikiran Muhibbin. KH. M. 2010. Hasyim Asy’ari tentang Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Surabaya : Khalista. . 205