MUKANI tesis buku

advertisement
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
PENDIDIKAN KARAKTER PERSPEKTIF KH. HASYIM ASY’ARI
Mukani1
[email protected]
Abstrak
Kehidupan modern membawa perubahan signifikan dalam pendidikan. Untuk
meresponnya, reorientasi telah dilakukan, baik dalam hal kurikulum, metodologi
pembelajaran, manajemen lembaga, kualifikasi pendidik dan sebagainya. Di Indonesia,
banyak tokoh pendidikan yang telah menyampaikan gagasannya dalam konteks ini.
Salah satunya adalah KH. Hasyim Asy’ari. Dengan berlatarbelakang menerima
pendidikan tradisional, dia mampu memiliki konsep yang jelas dan sistemik dalam
pendidikan. Sehingga diharapkan dinamisasi dan modernisasi pendidikan di Indonesia
mampu mewujud. Dengan mengkaji tiga belas kitab yang ditulis langsung oleh KH.
Hasyim Asy’ari, penelitian ini menyimpulkan bahwa pemikiran KH. Hasyim Asy’ari
ternyata masih memiliki relevansi yang tinggi dalam mendukung proses reformasi
pendidikan di Indonesia, terutama dalam melahirkan output peserta didik berkarakter
yang tidak sekedar cerdas secara kognitif (pinter), tetapi juga memiliki kepedulian
terhadap masyarakat sekitar (bener). Meskipun demikian, perlu dikaji lebih mendalam
tentang implementasi dan kerangka operasional dari pemikiran KH. Hasyim Asy’ari,
mengingat masih bersifat filosofis-teoritis.
Kata kunci : modernitas, pendidikan karakter, keseimbangan pendidikan.
1
Alumni Mahasiswa Konsentrasi Pendidikan Islam Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya,
Tulisan ini pernah disampaikan pada Seminar Nasional Bidang Pendidikan dalam rangkaian Kongres I
Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), 18 Pebruari 2012, di kampus Universitas Islam Darul ‘Ulum
Lamongan.
176
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
Pendahuluan
dengan
Periode emas peradaban Islam
telah
menunjukkan
sebagai
dominasi
metode
hapalan
dalam proses pembelajarannya.
suatu
Kemunduran peradaban Islam
kekuatan sosial politik yang mampu
yang
menguasai dua per tiga wilayah yang
kemudian
berimplikasi
ada di bumi ini.2 Pendidikan pada masa
kemunduran
peradaban
Dinasti
dalam waktu yang cukup lama, telah
Abbasiyyah
lebih
berfungsi
secara
terus
menerus
ini
kepada
Islam
dan
sebagai think tank dari peradaban yang
mengakibatkan
sedang dibangun. Di samping sebagai
yang diderita masyarakat Muslim untuk
instrumen
menghadapi
terpenting
dalam
berbagai
kemajuan
telah
Arus
deras
inilah
yang
diraih
sebuah peradaban, pendidikan juga
modernisme
merupakan aspek teologis yang harus
menyebabkan mereka lebih maju dari
dilaksanakan oleh semua orang Islam.
masyarakat
Dinasti
Abbasiyyah
Barat.
yang
membangun dan menjaga eksistensi
Namun,
bangsa
kekalahan
Barat
Muslim,
masyarakat
Muslim
justeru
masih
tenaga
untuk
akhirnya juga mengalami kemunduran,
berjuang
yang
merespon modernisme tersebut.4 Di
faktor
utamanya
adalah
sekuat
sedangkan
kemunduran dalam dunia pendidikan.3
satu
pihak,
masyarakat
Pada periode kemunduran, pendidikan
menerima
tidak lebih hanya berfungsi sebagai
sedangkan di pihak lain menunjukkan
doktrinasi terhadap ideologi penguasa
penolakan terhadap gagasan tersebut.
gagasan
Muslim
modernisme,
Kedua respon inilah yang melahirkan
dua kutub yang saling bertentangan,
2
sehingga
Wilayah kekuasaan Islam pada periode ini
sampai ke Spanyol melalui Afrika Utara dan
India melalui Persia (Iran). Daerah ini semua
tunduk kepada kekuasaan khalifah. Baca Harun
Nasution, Pembaharuan Dalam Islam (Jakarta :
Bulan Bintang, 1992), 13. Khusus tentang
deskripsi Islam di Spanyol, baca W.
Montgomery Watt, A History of Islamic Spain
(Edinburgh : Edinburgh University Press, 1992).
3
Syafiq A. Mughni, Dinamika Intelektual Islam
Pada Abad Kegelapan (Surabaya : LPAM, 2002),
54-57.
4
sebagian
masyarakat
Kemajuan Barat ini diraih setelah renaissance
dan aufklarung yang sukses digelorakan di
benua Eropa. Baca Karen Armstrong, A History
of God (New York : Ballantine Books, 1993),
293.
177
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
mengambil jalan tengah (middle roads)
untuk meredam ketegangan ini.5
Metode Penelitian
Ketiga respon yang ditunjukkan
Tulisan
ini
akan
mengkaji
masyarakat Muslim dalam menjawab
dengan cermat pemikiran pendidikan
modernisme
karakter
Barat
tersebut
juga
menurut
Mbah
Hasyim.
berimplikasi besar kepada pendidikan.
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan
Artinya,
berdasarkan kepada kajian pustaka
dikotomi
modern-tradisional
sistem
(library research). Oleh karena itu,
pendidikan dengan begitu ekstrimnya.
kajian ini sangat menekankan kepada
Sebagai
middle roads dari kedua
penguasaan logika, pengalaman dan
sistem
pendidikan
ketajaman
mulai
mengemuka
dalam
yang
sedang
pandangan.7
Hal
itu
berkembang, dikotomi itu sendiri juga
disebabkan karena penelitian ini tidak
mendorong sebagian kelompok untuk
hanya
berupaya
mengkombinasikan
bersentuhan dengan berbagai fakta
keduanya, sekaligus berupaya untuk
(fact finding research), tetapi juga
menutupi berbagai kekurangan dari
berupaya menemukan great ideas di
kedua sistem yang ada.6
balik fakta-fakta yang telah ditemukan.
Berbagai kajian dari para tokoh
pendidikan
Islam
disampaikan.
pendidikan
sudah
Namun
perspektif
berupaya
menemukan
dan
Metode yang digunakan dalam
banyak
penelitian ini adalah deskriptif-analitik.
pemikiran
Metode deskriptif dalam penelitian ini
KH.
Hasyim
digunakan
untuk
menggambarkan
Asy’ari, yang akrab dipanggil Mbah
secara komprehensif tentang pemikiran
Hasyim, masih sangat relevan untuk
pendidikan Mbah Hasyim. Oleh karena
dikaji
yang
itu, penggunaan metode ini diharapkan
disampaikan bersifat fundamental dan
mampu memberikan jawaban secara
visioner.
jelas, obyektif, faktual dan sistematis
ulang,
mengingat
dari sebuah obyek tentang realitas
5
Mukani, Pergulatan Ideologis Pendidikan Islam
(Malang : Madani Media, 2011), 20-25.
6
Ali Ashraf dan Sajjad Husain, Crisis in Moslem
Education (Jeddah : King Abdulaziz University
Press, 1979), 11-16.
7
Tyrus Hillway, Introduction to Research
(Boston : Houghton Mifflin Company, 1964),
101-103.
178
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
yang terdapat di dalam pemikiran Mbah
maupun setelahnya, karena hal ini
Hasyim.8
akan mempengaruhi pemikiran Mbah
Sedangkan
analitik
Hasyim. Pendekatan kedua merupakan
dalam penelitian ini digunakan untuk
pendekatan yang memiliki ciri khas
menganalisis
problematika
pengkajian struktur ide-ide dasar serta
yang terjadi dalam dunia pendidikan
pemikiran-pemikiran yang fundamental
masa sekarang, di samping untuk
(fundamental ideas). Tata pikir yang
menilai
dikembangkan
berbagai
tingkat
pendidikan
metode
relevansi
Mbah
pemikiran
Hasyim
dengan
adalah
kontekstual,
yaitu kebermaknaan hubungan antara
berbagai problematika tersebut. Jadi,
masa
metode
mendatang atau kebermaknaan medan
ini
membantu
dalam
lalu,
masa
kini
dan
masa
mendinamikakan pemikiran pendidikan
(field), kebermaknaan
Mbah
kehidupan
sentral dengan yang periferinya atau
sekarang. Oleh karena itu, kajian kritis
kebermaknaan integratif antara subyek
terhadap kandungan makna (content
dengan
analysis) yang terdapat di pada karya-
demikian, dalam penelitian ini karya-
karya Mbah Hasyim merupakan suatu
karya Mbah Hasyim akan dikaji secara
tahapan terpenting dalam penelitian ini.
komprehensif, radikal dan spekulatif,
Hasyim
Penelitian
pada
ini
philosophical
lingkungannya.
yang
Dengan
sebagai karakteristik berpikir filosofis.9
menggunakan
empat pendekatan, yaitu sosiological
approach,
antara
Pendekatan ketiga merupakan
approach,
alat untuk mengadakan rekonstitusi,
archeological approach dan historical
yang menempatkan pengkajian secara
approach.
mandiri
Pendekatan
pertama
di
atas
landasan
yang
digunakan untuk memahami dinamisasi
dibicarakan dokumen-dokumen sebagai
dari realitas sosial yang terjadi ketika
bahasa dari sebuah suara, tidak hanya
menjelang
mengisyaratkan ke arah masa lalu.
kelahiran
Mbah
Hasyim
Upaya ini dilakukan secara literer
dengan
8
Anton Baker, Metodologi Penelitian Filsafat
(Yogyakarta : Kanisius, 1990), 54. Bandingkan
dengan Moh. Nazir, Metodologi Penelitian
(Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988), 63.
9
cara
membaca
dan
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian
Kualitatif (Yogyakarta : Rake Sarasin, 1989), 99.
179
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
mengartikan dokumen-dokumen yang
diteliti, pengaruh yang diterima subyek
telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini,
itu terhadap perkembangan biografi
archeological
Mbah Hasyim.
untuk
approach
menyuarakan
pemikiran
diperoleh
Mbah
dari
digunakan
berbagai
Hasyim,
pengkajian
hasil
Untuk
yang
pemikiran
terhadap
menjaga
Mbah
pendidikan,
orisinilitas
Hasyim
data-data
tentang
yang
dikaji
karya-karya yang telah ditulis, menjadi
dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga
sebuah “benda bicara” dalam konteks
macam. Pertama adalah sumber primer
kehidupan sekarang, terutama dalam
(primary sources), yaitu karya-karya
bidang pendidikan.10
yang ditulis secara langsung oleh Mbah
Pendekatan
keempat
Hasyim. Di antara karya-karya tersebut
merupakan pendekatan yang berupaya
adalah Adabul ‘Alim wal Muta’allim, al-
meninjau, menelaah dan menganalisis
Mawa’idz, al-Durar al-Muntatsirah, al-
berbagai problematika yang menjadi
Qanun al-Asasy, al-Nurul Mubin, al-
subyek studi ini dari sudut pandang
Tibyan,
kesejarahan. Tata pikir yang digunakan
Risalah Ahlis Sunnah wal Jama’ah dan
dalam pendekatan ini mengikuti tata
Dhau’ul Misbah. Kedua adalah sumber
pikir genetik atau pola perkembangan,
sekunder (secondary sources), yaitu
yaitu
sesuatu
karya-karya yang, secara langsung
bertolak dari asumsi adanya proses
maupun tidak langsung, membahas
perkembangan dari yang elementer
tentang pemikiran Mbah Hasyim atau
menjadi
tentang pendidikan secara umum.
memahami
lebih
gejala
sempurna.
Terapan
al-Tanbihat
wal
Wajibat,
historical approach dalam penelitian ini
adalah mendekati pengertian tentang
Biografi Singkat
subyek dan berupaya menetapkan dan
menjelaskan
secara
kenyataan hidup
teliti
Gerakan
tentang
dari obyek
kebangkitan
Islam
yang terjadi di Indonesia merupakan
yang
respon terhadap kebangkitan di dunia
Islam
pada
umumnya.
Gerakan
kebangkitan ini pada awalnya masih
10
Michel Foucault, Arkeologi Pengetahuan, terj.
Moechtar Zulmi (Yogyakarta : Qalam, 2002), 59.
180
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
ijitihad,
murni berlatarbelakang dan bertujuan
menekankan
urgensi
kepada
mendorong
masyarakat
terwujudnya
pelaksanaan
Muslim
Indonesia
tidak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran
sebaik mungkin dan benar-benar hidup
agama lain ataupun kebudayaan lokal.
sesuai
Tetapi
pada
menolak taqlid buta (blind imitation)
gerakan
kebangkitan
dengan
memahami
di
ajaran Islam secara benar, supaya
perkembangannya,
untuk
telah
ajarannya.
Islam
Abduh
juga
dalam bidang fiqh, praktek bid’ah
kebangkitan
dalam melaksanakan ibadah, khurafat,
Islam
merambah
kepada
semangat
nasionalisme
menentang
kolonialisme
tahayul dan sebagainya. Rasyid Ridha
dalam
terhadap
juga
Meskipun
Muslim di Indonesia untuk melakukan
gerakan
ideologisasi Islam, merumuskan ajaran-
kebangkitan ini berasal dari Timur
ajaran yang terdapat di dalam Islam
Tengah yang masuk ke Indonesia
menjadi sebuah ideologi.
daerah-daerah
demikian,
Muslim.
awal
mula
Kedua
dengan melalui empat jalur.
Pertama
telah
mendorong
masyarakat
adalah
melalui
dengan
penyebarluasan majalah mingguan Al-
menjadikan pemikiran-pemikiran tokoh
Manar yang diterbitkan di Kairo sejak
Timur Tengah sebagai mentor, yang
tahun 1896 dengan pengasuh Ridha
dilakukan
sendiri. Majalah ini banyak memuat
adalah
oleh
para
penggagas
reformasi Islam di Indonesia. Jamaludin
pemikiran-pemikiran
al-Afghani,
Pan-
reformasi Islam, terutama al-Afghani.
ditawarkan,
Majalah ini pula yang mendorong
menyadarkan masyarakat Muslim di
penerbitan majalah serupa, yaitu Al-
Indonesia tentang urgensi persatuan
Imam sejak 22 Juli 1906 di Singapura
dan
oleh Syaikh Thahir Jalalaudin, Syaikh
Islamisme
dengan
yang
kesatuan
kolonialisme
samping
gagasan
dan
sebagai
mempertahankan
untuk
melawan
imperialisme,
upaya
identitas
para
tokoh
di
Muhammad bin Salim Al-Kalali, Syaikh
untuk
Ahmad bin Ahmad Al-Hadi dan Syaikh
mereka
Haji Abbas.
sendiri. Muhammad Abduh, dengan
181
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
Ketiga
adalah
dengan
di
Nusantara
yang
semakin
banyaknya penduduk Indonesia yang
mencengkeram
dengan
menjadi mahasiswa di Universitas Al-
berimplikasi
kepada
Azhar di Kairo, yang dianggap sebagai
kebangkitan Islam di Indonesia, Mbah
poros utama para tokoh reformasi
Hasyim dilahirkan. Dengan memiliki
Muslim
setting
untuk
mempersiapkan
diri
sosial
politik
kuat,
yang
kelahiran
sebagaimana
dalam menghadapi berbagai perubahan
diuraikan di atas, hal ini memiliki
jaman mdoern sekaligus merangkaikan
pengaruh
perubahan
pemikiran Mbah Hasyim di kemudian
itu
dengan
berbagai
ketentuan pokok ajaran agama Islam.
yang
signifikan
terhadap
hari.
Di sini pula, mereka tidak hanya belajar
Mbah
Hasyim
dilahirkan
di
agama, sebagaimana di Mekkah, tetapi
Gedang, sebuah dusun kecil di utara
juga belajar politik.11
kota Jombang, tepatnya pada tanggal
Keempat adalah kolonialisme
24 Dzulqa’dah 1287 Hijriyah atau 14
Belanda yang semakin efektif berkuasa
Pebruari 1871 Masehi.13 Mbah Hasyim
di
Nusantara,
yang
tidak
saja
lahir dari pasangan Kyai Asy’ari dan
bidang
sosial
dan
Halimah. Nama lengkap Mbah Hasyim
politik, tetapi juga bidang budaya dan
adalah Muhammad Hasyim bin Asy’ari
agama. Oleh karena itu, pengaruh
bin ‘Abdul Wahid bin ‘Abdul Halim atau
kolonialisme
dalam
Pangeran Benawa bin ‘Abdurrahman
wacana intelektual yang berkembang
(Joko Tingkir atau Mas Karebet atau
ketika itu.12
Sultan Hadiwijaya) bin ‘Abdullah bin
mengintervensi
Dalam
juga
tampak
kondisi
dunia
Islam
‘Abdul Aziz bin ‘Abdul Fattah bin
secara global yang sedang mengalami
Maulana Ishaq bin Raden Ainul Yaqin
kebangkitan dan kolonialisme Belanda
13
Achmad Muhibbin Zuhri, Pemikiran KH. M.
Hasyim Asy’ari tentang Ahlus Sunnah wal
Jama’ah (Surabaya : Khalista, 2010), 67. Baca
juga Choirul Anam, Pertumbuhan dan
Perkembangan Nahdlatul Ulama (Solo : Jatayu,
1985), 56-58 dan Abdul Basit Adnan, Kemelut di
NU, Antara Kyai dan Politisi (Solo : Mayasari,
1982), 31-32.
11
Baca M. Iskandar dan A. Syahid, “Islam dan
Kolonialisme,” Ensiklopedi Tematis Dunia Islam,
vol. 5, ed. Taufiq Abdullah (Jakarta : Ichtiar Baru
van Hoeve, 2002), 331.
12
Jajat Burhanudin, “Tradisi Keilmuan dan
Intelektual,” Ibid, vol. 5, 161.
182
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
yang lebih populer dengan sebutan
pernah
menikah
Sunan Giri.14
perempuan,
dengan
meskipun
empat
tidak
dalam
Garis keturunan Mbah Hasyim
waktu yang bersamaan, yaitu Nyai
mewakili dua trah sekaligus di Pulau
Khadijah binti Kyai Ya’qub dari Siwalan
Jawa,
Panji Sidoarjo, Nafishah binti Kyai
yaitu
aristokrat
dan
elit
masyarakat Islam. Dari pihak ibu, mata
Romli
rantai genetis Mbah Hasyim menjadi
Nafiqah binti Kyai Ilyas dari Sewulan
keturunan
Madiun
langsung
dari
Prabu
dari
Kemuring
dan
Nyai
Kediri,
Masrurah
Nyai
dari
Brawijaya VI, yang berlatar belakang
Kapurejo Kediri. Dengan isteri pertama,
bangsawan Hindu Jawa. Sedangkan
Mbah
dari jalur ayah, garis keturunan Mbah
bernama
Hasyim
dengan
dunia pada usia 40 hari. Dengan isteri
bangsawan Muslim di pulau Jawa, yaitu
kedua, Mbah Hasyim tidak memiliki
Sultan Hadiwijaya dan sekaligus elit
putera dan dengan isteri ketiga Mbah
agama
Hasyim
bertemu
Islam,
langsung
yaitu
Sunan
Giri.
Hasyim memiliki satu putera
Abdullah
memiliki
yang
10
meninggal
anak,
yaitu
Kombinasi kedua garis inilah yang
Hannah, Khoiriyah atau Ummu Abdul
kelak
Jabbar,
menjadi
Hasyim untuk
modal
bagi
Mbah
menjadi salah
satu
Kyai Khaliq, Abdul Karim, Ubaidillah,
ketiga dari sebelas bersaudara, dengan
Masruroh
urutan
Sedangkan
:
Ummu
Haq, Abdul Wahid, Abdul Hakim atau
Mbah Hasyim adalah putera
berikut
atau
Muhammad, Azzah atau Ummu Abdul
pemimpin besar di Indonesia.
sebagai
Aisyah
Nafi’ah,
dan
Muhammad
dengan
isteri
Yusuf.
terakhir,
Ahmad Shalih, Muhammad Hasyim,
Mbah Hasyim memiliki empat putera,
Radhiyyah, Hasan, Anis, Fathonah,
yaitu Abdul Qadir, Fathimah, Khadijah
Maimunah,
dan Muhammad Ya’qub.
Ma’shum,
Nawawi
dan
Adnan. Semasa hidup, Mbah Hasyim
Mbah Hasyim adalah sosok
yang tidak mengenal kata menyerah
14
dalam menimba ilmu. Setelah lima
Muhammad Isham Hadziq, “al-Ta’rif bil
Mu’allif,” dalam Muhammad Hasyim Asy’ari,
Ziyadatut Ta’liqat (Jombang : Maktabah alTurats al-Islamy, 1995), 3 dan Adabul ‘Alim wal
Muta’allim, 3.
tahun berada dalam pendidikan dan
183
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
lingkungan
Pesantren
Sayyid Ahmad Nawawi, Syaikh Ibrahim
Gedang, dilanjutkan dengan 10 tahun
‘Arb, Sayyid Ahmad bin Hasan al-
dalam pola pendidikan ayahnya di
Aththasy,
Pesantren
Mbah
Sayyid Abu Bakar Syatha’ al-Dimyati,
pamit
Syaikh Rahmatullah, Sayyid ‘Alwi bin
kepada orang tuanya untuk mencari
Ahmad al-Saqaf, Sayyid ‘Abbas Maliki,
ilmu di Pesantren Wonorejo Jombang,
Sayyid ‘Abdullah al-Zawawi, Syaikh
Pesantren Wonokoyo Probolinggo dan
Shalih Bafadhal, Syaikh Syu’aib bin
Pesantren Lagitan Tuban.15 Kemudian
Abdurrahman, Syaikh Sulthan Hasyim
melanjutkan ke Pesantren Tenggilis di
Daghastani dan Sayyid Husain al-
Surabaya,
Pesantren
Habsyi yang saat itu menjadi mufti di
Bangkalan
di
Hasyim
kakeknya
Keras
di
Jombang,
memberanikan
Pulau
diri
Kademangan
Madura
dan
tahun
berikutnya
al-Yamani,
Melihat prestasi belajar Mbah
Setelah menikah untuk pertama
satu
Sa’id
Mekkah.16
Pesantren Siwalan Panji di Sidoarjo.
kali,
Syaikh
Hasyim yang menonjol, membuatnya
Mbah
kemudian
juga
memperoleh
Hasyim bersama isteri dan mertuanya
kepercayaan untuk mengajar di Masjidil
berangkat
Haram. Beberapa ulama terkenal dari
ke
melaksanakan
Mekkah
ibadah
untuk
haji
dan
berbagai
negara
pernah
belajar
menimba ilmu di sana selama tujuh
kepadanya, seperti Syaikh Sa’dullah
tahun. Di antara guru Mbah Hasyim di
al-Maymani dari India, Syaikh Umar
Arab Saudi adalah Syaikh Mahfuz al-
Hamdan
Tirmisi,
Syaikh
Mekkah,
al-Syihab
Khatib
al-
Ahmad bin ‘Abdullah dari Syiria, KH.
Nawawi
al-
Abdul
al-
Tambakberas Jombang, KH. Asnawi
Aththar, Sayyid Sulthan bin Hasyim,
dari Kudus, KH. Bisyri Syansuri dari
Minankabawi,
Bantani,
Ahmad
dari
Syaikh
Syaikh
Ahmad
Amin
Wahab
Hasbullah
dari
15
Baca Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren
(Jakarta : LP3ES, 1982), 24; Akarhanaf, Kiai
Hasjim Asj’ari, Bapak Ummat Islam Indonesia
(Jombang : Pondok Tebuireng, 1950), 22;
Solichin Salam, KH. Hasyim Asy’ari, Ulama
Besar Indonesia (Jakarta : Djaja Murni, 1963),
23.
16
Muhammad Asad Syihab, Hadratussyaikh
Muhammad Hasyim Asy’ari, terj. A. Musthofa
Bisri (Yogyakarta : Titian Ilahi, 1994), 41; Zuhri,
Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari, 76.
184
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
Denanyar Jombang, KH. Dahlan dari
Pesantren
Kudus dan KH. Saleh dari Tayu.17
Pada
tahun
berdiri
pada 26 Rabi’ul Awwal 1317 Hijriyah,
Mbah
yang bertepatan dengan tahun 1899
Hasyim kembali ke rumah orang tuanya
Masehi, dan diakui Belanda pada 6
di
Pebruari 1907 Masehi. Selama kurang
Jombang
1883,
Tebuireng
untuk
mengajarkan
berbagai ilmu yang telah diperolehnya
lebih
di Mekkah. Di samping juga mengajar
Hasyim bersama delapan santrinya
di pesantren mertuanya di Kediri dan
harus
pesantren
setengah
berjuang
tahun,
untuk
Mbah
menjaga
di
Gedang
eksistensi Pesantren Tebuireng dari
memiliki
setting
segala serangan, fitnah, gangguan dan
Mbah
sebagainya yang berasal dari tokoh-
Hasyim kemudian menjadi salah satu
tokoh “dunia hitam” di sekitar pabrik
guru yang terkenal di Jombang. Oleh
gula
karena itu, Mbah Hasyim berkeinginan
moral yang ditunjukkan Mbah Hasyim
untuk mendirikan pesantren sendiri
merupakan daya tarik tersendiri dalam
dalam
menaklukkan
Jombang.
sebagai
kakeknya
dua
Dengan
orang
rangka
yang
‘alim,
mendukung
upaya
tersebut.19
dakwah yang telah dilakukan para kyai
masyarakat
sebelumnya. Maka, dipilihlah suatu
Kesabaran
daerah
mewujudkan
untuk
mendirikan
sebuah
Namun
ketinggian
kerasnya
Tebuireng
Mbah
mental
saat
Hasyim
gagasannya,
itu.
dalam
termasuk
pesantren baru, yaitu Tebuireng.18
tidak menggunakan kekerasan dalam
17
menyebutkan bahwa Tebuireng berasal dari
kepala pasukan Kerajaan Majapahit yang
bernama Kebo Ireng. Punggawa ini kemudian
tewas setelah berperang di sekitar daerah
Tebuireng sekarang. Namun sumber lain
menyebutkan bahwa kata Tebuireng berasal
dari banyaknya tebu yang tumbuh di sekeliling
Pabrik Gula Tjoekir yang berwarna hitam
(ireng). Baca Adnan, Kemelut di NU, 32.
19
Daerah Tebuireng saat itu terkenal dengan
segala
kemaksiatan,
seperti
perjudian,
perampokan, prostitusi, minuman keras,
pencurian dan sebagainya. Tentang deskripsi
daerah Tebuireng sebelum berdiri pesantren,
baca Akarhanaf, Kiai Hasjim Asj’ari, 34-35;
Salam, KH. Hasjim Asj’ari, 31-33.
Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari, 76;
Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim
Asy’ari, Moderasi, Keumatan, Kebangsaan
(Jakarta : Kompas, 2010), 49.
18
Nama Tebuireng berasal dari kata kebo ireng
(kerbau hitam), yaitu kerbau (kebo) berwarna
bule yang kemudian terperosok ke dalam
kubangan besar yang penuh dengan lintah
penghisap darah. Karena terlalu banyak darah
yang dihisap lintah, maka warna kulitnya
berubah menjadi hitam (ireng). Sejak saat
itulah daerah tersebut bernama kebo ireng
yang akhirnya lambat laun berubah menjadi
Tebuireng. Baca Akarhanaf, Kiai Hasjim Asj’ari,
34; Salam, KH. Hasjim Asj’ari, 31. Salah satu
sumber lisan yang berkembang juga
185
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
berdakwah,
telah
menyebabkan
kyai (sistemisasi manajemen). Contoh
masyarakat yang menentang upaya
lain adalah sikap terbuka Mbah Hasyim
Mbah Hasyim menjadi lelah untuk
terhadap pengajaran mata pelajaran
melawan terus menerus dan akhirnya
umum di Madrasah Nidzamiyah yang
pun mereka menghentikan aksinya.
berdiri di dalam Pesantren Tebuireng,
Inilah yang menjadi entry point dari
seperti matematika, geografi, sejarah,
dakwah Mbah Hasyim yang sukses di
menulis
tempat baru tersebut.
Belanda.20
Pesantren
mengalami
Tebuireng
berbagai
huruf
Latin
bahasa
telah
Bersama para kyai lain, pada
perubahan,
21 Januari 1926 di Surabaya, Mbah
meskipun tokoh sentral di pesantren
Hasyim
mendirikan
tersebut masih Mbah Hasyim sendiri.
Nahdlatul
Ulama’
Sikap
dengan
terbuka
dan
terhadap
perubahan
1933,
organisasi
(NU).
dengan
Sampai
menduduki
dalam memimpin institusi pendidikan
jabatan sebagai Rais Akbar, peran
yang
Mbah
ditunjukkan
Mbah
Hasyim
Hasyim
memang
sangat
merupakan pengaruh dari setting sosial
diperlukan bagi pertumbuhan organisasi
politik yang terjadi di kawasan Arab. Ini
ini, termasuk juga meredam konflik
dapat dilihat dari persetujuan Mbah
antara kaum Islam modernis dengan
Hasyim
dan
kaum Islam tradisional yang bermuara
realisasinya dari KH. Ma’shum ‘Ali,
kepada masalah perbedaan pendapat
santrinya
antara keduanya tentang masalah-
terhadap
sendiri
menjadi
gagasan
yang
menantu,
sekaligus
yang
masalah
furu’iyyah.
Pidato
Mbah
memperkenalkan sistem madrasah di
Hasyim di Muktamar NU ketiga pada
lingkungan
tanggal
pesantren.
direalisasikan
Gagasan
untuk
ini
28-30
Oktober
1928
di
semakin
Surabaya, telah dijadikan NU sebagai
meningkatkan kualitas output pesantren
pengantar dari Anggaran Dasar (Al-
melalui
pemantauan
kehadiran
santri
dalam
terhadap
mengikuti
20
Baca Dhofier, Tradisi Pesantren, 104; Adnan,
Kemelut di NU, 33; Karel A. Steenbrink,
Pesantren, Madrasah dan Sekolah (Jakarta :
LP3ES, 1974), 70-71.
proses belajar mengajar yang dilakukan
186
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
Qanun
Al-Asasi)
organisasi
ini.21
pemerintah
militer
Jepang
untuk
Sedangkan pidato Mbah Hasyim di
menemui Mbah Hasyim di Pesantren
Muktamar
Tebuireng
NU
tahun
1936
di
agar
bersedia
menjadi
Banjarmasin yang mengomentari konflik
Presiden RI. Tawaran itu ditolak oleh
antara Islam modernis dengan Islam
Mbah Hasyim yang mengatakan bahwa
tradisionalis yang semakin meruncing,
dia hanya seorang kyai yang tugasnya
memperoleh respon positif dari kaum
adalah mendidik santri di pesantren.
Islam modernis, bahkan diterjemahkan
Saat ditanya sosok yang layak untuk
sendiri
Islam
menjadi Presiden RI, Mbah Hasyim
modernis (Hamka) dan dimuat di
menjawab bahwa yang tepat menjadi
Pandji Masjarakat, sebuah majalah
presiden
yang sering memuat ideologi-ideologi
wakilnya adalah Bung Hatta. Meski
pembaruan.
Jepang sebenarnya sudah tahu jika
oleh
Saat
seorang
tokoh
penjajahan
Jepang,
tawaran
adalah
itu
Bung
akan
Karno
ditolak,
dan
namun
pemerintah militer mengetahui peran
penugasan Nitimiharjo ini menunjukkan
penting Mbah Hasyim ini. Bagi Jepang,
pengakuan dari Jepang terhadap peran
ketokohan dan popularitas yang dimiliki
strategis dari Mbah Hasyim. Untuk itu,
Mbah Hasyim harus dikelola dengan
jawaban
baik untuk kepentingan kolonial di
Hasyim tentang sosok yang didukung
Indonesia. Atas alasan itu, Jepang
sangat diperlukan Jepang,
kemudian mengangkat Mbah Hasyim
sesuatu yang berarti dan penting.23
sebagai Shumobutyo, sebuah jabatan
yang
Meskipun
disampaikan
demikian,
Mbah
sebagai
hasil
yang memimpin Kantor Urusan Agama
kemerdekaan ternyata belum dinikmati
Pusat di Jakarta.22
Mbah Hasyim dengan lama. Mbah
Bahkan, menjelang proklamasi
Hasyim wafat pada 25 Juli 1947 M.
kemerdekaan NKRI pada 17 Agustus
atau 7 Ramadhan 1366 H karena
1945,
Maruto
Nitimiharjo
ditugasi
23
Salahuddin
Wahid,
“Hadratussyaikh,
Komitmen Keumatan dan Kebangsaan,” dalam
Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, xiiixxii.
21
Lihat Anam, Ibid, 74-83; Adnan, Kemelut di
NU, 13-17.
22
Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, 55.
187
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
mengalami
pendarahan
otak
Semasa hidup, Mbah Hasyim
setelah
merupakan salah satu ulama penulis
mendengarkan kabar terakhir dari Kyai
yang produktif. Tulisan-tulisan tersebut
Ghufran Surabaya bersama dua orang
berbahasa Arab dan Jawa, baik terkait
utusan Bung Tomo tentang kekalahan
masalah
Pasukan Sabilillah dan Hizbullah di
tashawuf, pendidikan maupun lainnya.
Singosari
Mayoritas
(hersenbloeding)
Malang,
akibat
serangan
‘aqidah,
artikel
besar-besaran yang dilakukan tentara
(risalah)
yang
Belanda di bawah pimpinan Jenderal
respon
Mbah
S.H. Spoor.
problematika
Jenasah
dan
ditulis
hadits,
manuskrip
menunjukkan
Hasyim
terhadap
yang
dihadapi
Hasyim
masyarakat. Di antara tulisan-tulisan
dimakamkan di kompleks pemakaman
Mbah Hasyim tersebut adalah Adabul
keluarga Pesantren Tebuireng. Atas
‘Alim wal Muta’allim, Al-Nurul Mubin,
jasa-jasa
dalam
At-Tanbihat wal Wajibat, Al-Durarul
mendirikan dan membela Indonesia,
Muntatsirah, Al-Tibyan, Al-Mawa’idz,
pemerintah
Risalah
Hasyim
Mbah
Mbah
fiqh,
Hasyim
menganugerahi
dengan
gelar
Mbah
Ahlissunnah
wal
Jama’ah,
Dha’ul Mishbah, Ziyadatut Ta’liqat, Al-
Pahlawan
Pergerakan Nasional. Penetapan ini
Qanun
berdasarkan Surat Keputusan Presiden
Nahdhatil ‘Ulama, Arba’in Haditsah, Al-
Republik Indonesia Nomor 249/1964
Risalah
tanggal
Tashawwuf,
17
Nopember
1964.
Ini
Al-Asasi
fil
Li
‘Aqa’id,
Jam’iyyatin
Al-Risalah
Tamyizul
Haqq
fil
minal
mengingat Mbah Hasyim merupakan
Bathil, Al-Risalah fi Ta’kidil Akhdz bi
inisiator dari dikeluarkannya Resolusi
Ahadil
Jihad NU pada tanggal 22 Oktober
Arba’ah, Irsyadus Sari, Hasyiyah ‘ala
1945. Fatwa ini mewajibkan semua
Fathur
muslim dalam radius 60 kilometer dari
Tawhidiyyah, Al-Qala’id, Al-Risalah Al-
Surabaya untuk mengangkat senjata
Jama’ah, Manasik Sughra, Al-Jasus fi
melawan Belanda dan jika meninggal
Ahkamin Nuqush dan sebagainya.24
dunia dihukumi sebagai mati syahid.
24
Madzahib
Rahman,
al-A’immah
Al-Risalah
alAl-
Data diolah dari Muhammad Isham Hadziq,
“At-Ta’rif bil Mu’allif” dalam Idem, Adabul ‘Alim
188
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
(khalifah
Pembahasan
fi
mensukseskan
al-ardh).
tugas
ini,
Dalam
manusia
Pemikiran Mbah Hasyim dalam
harus mau dan mampu berupaya
bidang pendidikan merupakan dimensi
seoptimal mungkin agar potensi yang
yang menarik untuk dikaji. Hal ini
terdapat di dalam dirinya membantu
didasarkan
Mbah
pelaksanaan tugas ini, seperti rasio,
Hasyim yang banyak bersinggungan
tenaga, emosi dan sebagainya. Dengan
dengan
kedua tugas ini, diharapkan manusia
kepada
tulisan
pendidikan,
baik
secara
(balancing)
langsung maupun tidak langsung.
memiliki
1. Konsep Manusia
yang baik selama hidupnya.
Kehadiran
manusia
keseimbangan
dalam
Manusia merupakan sosok yang
semesta ini, menurut Mbah Hasyim,
penuh dengan potensi (fitrah) yang
setidaknya memiliki dua tugas yang
dibawanya sejak dilahirkan ke dunia.
harus dilaksanakan secara seimbang.
Pribadi dengan segala “keunikan” inilah
Pertama
kaitan
yang mendorong banyak ahli untuk
kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan
mengungkap misteri yang terdapat di
(‘abd). Dalam posisi ini, manusia
dalamnya, hingga saat ini. Meskipun
dituntut
tingkat
demikian, generalisasi dalam proses
ketaatannya kepada Tuhan yang telah
tersebut tetap dilakukan, yaitu bahwa
menciptakan mereka, hal yang ini
manusia memiliki yang sama ketika
memiliki
positif
baru dilahirkan. Hal ini, menurut Mbah
dalam perkembangan alam semesta itu
Hasyim, memiliki implikasi dalam dunia
sendiri. Di sisi lain, manusia juga
pendidikan, bahwa harus dilakukan
merupakan
tindakan
adalah
dalam
menunjukkan
implikasi-implikasi
bertanggung
ciptaan
jawab
Tuhan
yang
yang
sama
juga
ketika
terhadap
mengembangkan potensi yang ada dan
kelestarian semesta di sekelilingnya
berproses dalam dunia pendididakan,
tanpa adanya unsur diskriminasi.25
wal Muta’allim, 6-7; Latiful Khuluq, Fajar
Kebangunan Ulama (Yogykarta : LKiS, 2000),
41-43; Zuhri, Pemikiran KH. M. Hasyim Asy’ari,
85-91; Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari,
96-99.
25
Hasyim Asy’ari, al-Tanbihat wal Wajibat
(Jombang : Maktabah al-Turats al-Islamy, 1417
H), 36-37.
189
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
adalah homo social yang eksistensinya
Dalam konteks interaksi dengan
yang
lain,
hal
ini
berimplikasi
sangat
dipengaruhi
oleh
dalam
menjalin
kepadanya upaya untuk mempererat
kesuksesannya
persatuan dann kesatuan di antara
interaksi dengan manusia yang lain.
sesama anggota masyarakat Muslim.26
Manusia tidak akan mampu kebutuhan
Hal
hidupnya hanya dengan dirinya sendiri.
ini
perlu
membangkitkan
masyarakat
ditekankan
kembali
Muslim
untuk
semangat
dalam
Di
meraih
membagi
sisi
lain,
ilmu
Mbah
dalam
Hasyim
pendidikan
pentas
dunia
menjadi tiga kategori. Pertama adalah
Pengalaman
sejarah
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan fungsi
peradaban Islam telah mengajarkan
utama manusia di alam semesta, yaitu
bahwa fanatisme terhadap golongan
sebagai ‘abd Tuhan, yang meliputi
supremasi
internasional.
di
di
‘ilmu dzat al-‘aliyah,’ilmu sifat, ‘ilmu
masyarakat Muslim ketika itu hanya
fiqh dan ‘ilmu tasawuf. Ilmu pertama
akan mengakibatkan perpecahan dan
merupakan cabang yang membahas
kekalahan ketika harus berhadapan
keimanan dan harus dipahami oleh
dengan bangsa non-Muslim atau Barat.
manusia
sendiri
(ta’ashub)
Persatuan
yang
dan
terjadi
terlebih
dahulu
tentang
hakekat Tuhan (theology), sebelum
kesatuan
tersebut tentu harus dijaga dengan baik
manusia
dan tetap memperhatikan norma yang
ritualitas-ritualitas yang terdapat dalam
berlaku di masyarakat.27 Hal ini penting
doktrin
untuk ditekankan mengingat manusia
menekankan pembahasannya kepada
sifat-sifat
26
tersebut
Islam.
menjalankan
Ilmu
yang
dimiliki
kedua
Tuhan
lebih
itu
sendiri, dalam kerangka konseptual
Namun fenomena yang terjadi ketika Mbah
Hasyim hidup justeru menunjukkan sebaliknya.
Masyarakat Muslim terkotak-kotak ke dalam
berbagai kelompok. Oleh karena itu, Mbah
Hasyim sangat menekankan persatuan dan
kesatuan sesama masyarakat Muslim sebagai
“modal awal” dalam berjuang melawan
kolonialisme saat itu. Tentang pemikiran Mbah
Hasyim dalam hal ini, baca al-Mawa’idz dan alTibyan.
27
Hasyim Asy’ari, al-Tibyan (Jombang :
Maktabah al-Turats al-Islamy, 1998), 9.
ketika
mengatur
eksitensi
alam
semesta beserta isinya ini, seperti
qudrah, iradah, bashar, kalam, sama’
dan sebagainya. Ilmu ketiga membahas
dan mengantarkan manusia kepada
190
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
ketaatan dalam melaksanakan ritulitas
dikuasai melalui pendidikan.29 Ketiga
(habl
adalah ilmu hadits, yang telah dijadikan
minallah) kepada Tuhan yang telah
primary source pada periode sekarang,
diajarkan
seperti
sebagai
hubungan
dalam
vertikal
Islam
dan
harus
Sahih
al-Bukhary,
Sahih
masing-masing
Muslim, Sunan Abu Dawut, Sunan al-
individu, seperti shalat, puasa, bersuci,
Nasai, Sunan Ibn Majah, Sunan al-
haji dan sebagainya. Ilmu keempat
Kabir, Al-Muwatha’ dan sebagainya.
dilaksanakan
oleh
membahas tentang berbagai keadaan
(ahwal),
(maqam)
tingkatan
Dengan pembagian ilmu yang
dan
rinci seperti diuraikan di atas, Mbah
kebinatangan
Hasyim memposisikan manusia pada
(nafs hayawaniyah) serta hal-hal yang
kedudukan yang sangat penting dalam
berhubungan
dengannya.28
proses transformasi ilmu dari satu
terakhir
merupakan
rayuan-rayuan
ini
aktualitasasi
nafsu
nilai-nilai
bentuk
generasi
ke
generasi
berikutnya.
yang
Artinya, di samping menjadikan ilmu
dikehendaki Tuhan dengan ritualitas-
bersifat dinamis, manusia merupakan
ritualitas yang dibahas dalam ilmu
unsur terpenting dalam menjaga tingkat
ketiga,
semua
validitas ilmu itu sendiri. Untuk itulah,
diharapkan hubungan antar sesama
manusia yang akan berproses dalam
ciptaan Tuhan (habl min al-nas) dapat
transformasi
terjaga dengan baik.
kriteria-kriteria tertentu.30
yang
dari
Ilmu
dengan
itu
Kedua adalah ilmu-ilmu yang
Oleh
ilmu
harus
karena
itu,
memiliki
seseorang
berkaitan dengan al-Qur’an, yaitu ilmu
yang menghendaki kesuksesan dalam
tafsir. Karena al-Qur’an merupakan
proses transformasi ilmu harus mampu
satu-satunya
mempersiapkannya
kitab
suci
bagi
masyarakat Muslim dan induk dari
bahkan
sebagai
secara
matang,
antisipasinya
jauh
semua ilmu yang ada, hal ini sangat
ditekankan oleh Mbah Hasyim untuk
29
Ibid. Baca juga Hasyim Asy’ari, al-Nurul Mubin
(Jombang : Maktabah al-Turats al-Islamy,
1998), 19.
30
Hasyim Asy’ari, Risalah Ahli Sunnah wal
Jama’ah (Jombang : Maktabah al-Turats alIslamy, 1998), 17-18.
28
Hasyim Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim
(Jombang : Maktabah al-Turats al-Islamy,
1995), 43-47.
191
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
sebelum
yang
bersangkutan
Tujuan pendidikan ini mampu
melangsungkan pernikahan.31 Dengan
direalisasikan
upaya ini, diharapkan dapat terlahir
terlebih
calon siswa yang memiliki tingkat
(muraqabah) kepada Tuhan dan ketika
keberagamaan dan intelektualitas yang
berproses dalam pendidikan, dirinya
baik, sebagai salah satu syarat dalam
harus
meraih
materalisme, seperti kekayaan, jabatan,
kesuksesanan
dalam
jika
dahulu
steril
siswa
mampu
mendekatkan
dari
diri
unsur-unsur
belajarnya.
popularitas dan sebagainya.33 Oleh
2. Orientasi Pendidikan
karena itu, ketika siswa melakukan
Dalam pemikiran Mbah Hasyim
tentang
ilmu
dalam
kesalahan, maka menjadi kewajiban
perspektif
guru untuk melakukan koreksi terhadap
pendidikan seperti telah diuraikan di
kesalahan tersebut. Kepada siswa yang
atas,
belum
disimpulkan
bahwa
tujuan
mengetahui
tentang
suatu
pendidikan, di samping pemahaman
perbuatan itu sendiri, maka guru harus
terhadap pengetahuan (knowledge),
mampu
adalah pembentukkan good man yang
memperoleh pemahaman yang benar.34
penuh dengan pemahaman secara
Dengan
benar dan sempurna terhadap ajaran-
seperti
ajaran
menggunakan term tarbiyyah untuk
Islam
serta
mampu
mengaktualisasikan dalam kehidupan
menolongnya
berdasarkan
ini,
maka
agar
siswa
argumentasi
Mbah
Hasyim
menunjuk substansi pendidikan.
sehari-harinya secara konsisten.32
Di sisi lain, praktek interaksi
sosial dan realisasi ritualitas dalam
doktrin Islam yang telah ditunjukkan
dalam periode Nabi SAW sebenarnya
31
Hasyim Asy’ari, Dhau’ul Misbah (Jombang :
Maktabah al-Turats al-Islamy, 1999), 5. Mbah
Hasyim
lebih
menekankan
tingkat
keberagamaan dan intelektualitas sebagai
syarat daripada harta, status sosial, derajat
maupun kelebihan fisik. Hal ini disebabkan
karena
tingkat
keberagamaan
dan
intelektualitas lebih bersifat transendental,
sedangkan yang lainnya tersebut hanya bersifat
temporer, terbatas oleh ruang dan waktu.
32
Asy’ari, Risalah Ahli Sunnah, 28-29.
merupakan refleksi dari hakikat ajaran
Islam
yang
sebenarnya.
Hal
ini
membawa implikasi kepada sebuah
keharusan untuk meneladani segala hal
33
34
192
Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, 56.
Ibid, 80. Baca juga Asy’ari, al-Tanbihat, 40-41.
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
yang telah dilakukan Nabi SAW dalam
pemahaman terhadap knowlage secara
menjelaskan doktrin Islam tersebut.35
mendalam.
Dengan demikian, diharapkan Nabi
3. Materi Pembelajaran
SAW sebagai sosok yang sempurna
Pemikiran Mbah Hasyim dalam
dan telah berhasil mengekang nafsu
aspek ini lebih banyak dipengaruhi
kebinatangannya dijadikan public figur
pembagian ilmu menjadi tiga macam
yang kepribadiannya tersebut harus
sebagaimana telah dijelaskan di atas.
ditiru siswa.
Ketiga ilmu itu merupakan berbagai
Pada
periode
sesudahnya,
materi yang harus dipahami siswa
meskipun Mbah Hasyim mengecam
dalam
keras
pada
samping itu, terdapat beberapa aspek
dan
sesat,
lain yang dapat dijadikan sebagai
praktek-praktek
sufi
berbagai
jamannya
yang
sebenarnya
praktek
keliru
sufi
membentuk
moralitas
pendidikannya.
Di
materi pembelajaran kepada siswa.
Moralitas (al-adab) merupakan
tertentu tetap dapat dijadikan pedoman
dalam
proses
siswa
aspek terpenting dalam menilai tingkat
yang dikehendaki, dengan pemahaman
pemahaman siswa
yang luas tentunya terhadap substansi
tauhid,
sufisme
ketundukkannya kepada hukum yang
itu
sendiri.36
Hal
ini
yang
direfleksikan
aspek
dengan
berdasarkan fakta bahwa dalam doktrin
berlaku
sufi
tentang
aktualisasi nilai-nilai keimanan yang
kesederhanaan hidup, meningkatkan
bersangkutan dalam kehidupan sehari-
ketakwaan, penjagaan terhadap nilai-
hari.37 Oleh karena itu, siswa dalam
nilai moral dan sebagainya. Inilah yang
pendidikan
dikehendaki Mbah Hasyim
pembelajaran
yang
akan
orientasi pendidikan yang mengarah
mengarahkannya
untuk
bertindak
kepada pembentukan perilaku siswa
secara baik dalam melakukan interaksi
yang
dengan anggota masyarakat lain. Hal
mengajarkan
baik,
di
samping
sebagai
tentunya
di
terhadap
masyarakatnya
harus
diberikan
dan
materi
ini menunjukkan urgensi pembiasaan
35
Asy’ari, al-Nurul Mubin, 16.
Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama
(Yogyakarta : LKiS, 2000), 52.
36
37
193
Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, 11.
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
nilai-nilai
moral
dalam
diri
siswa
cerita
melalui pemberian materi akhlaq.
tentang
tabi’in
dan
ulama
sesudahnya tetap berpegang teguh
Sebagaimana dijelaskan di atas,
kepada ajaran Islam dan sebagainya.40
bahwa pendidikan hendak membentuk
Meskipun demikian, materi yang
manusia sempurna yang tercermin dari
pertama kali harus diberikan kepada
sosok Nabi SAW, maka hendaknya
siswa terlebih dahulu adalah tauhid,
materi pembelajaran yang diberikan
mengingat
kepada
fondasi
siswa
juga
melakukan
materi
ini
dari
materi-materi
akomodasi terhadap tokoh-tokoh yang
pembelajaran
patut
hidupnya
pemahaman siswa dan realisasinya
hasanah.38
dalam kehidupan sehari-hari sangat
dilakukan
tergantung dari keberhasilan dalam
terhadap tokoh yang telah meninggal
pemberian materi ini. Oleh karena itu,
dunia, tetapi juga tokoh-tokoh yang
di dalam tauhid sangat ditekankan
masih hidup.39 Hal ini dapat diwujudkan
kepada
dengan
komprehensif
diteladani
melalui
metode
Upaya
ini
sejarah
uswah
tidak
cara
hanya
membahas
berbagai
yang
merupakan
lain.41
pemahaman
terhadap
Kualitas
yang
substansi
biografi dari tokoh-tokoh itu sendiri,
kalimat laa ilaha illa allah dan kalimat
yang berarti harus mengkaji sejarah
syahadat.
yang telah terjadi. Dengan itu semua,
4. Konsep Interaksi Guru dan Siswa
diharapkan siswa menjadikan tokoh
Dalam kitab Adabul ‘Alim wal
Muta’alim,
tersebut sebagai teladan yang baik dan
mengambil
tersebut,
hikmah
kisah
biografi
para
Hasyim
sudah
mendeskripsikan konsep interaksi guru
nabi
dan siswa ini dengan jelas, termasuk
yang
dalam aspek realisasi antara keduanya.
mengalami dekadensi moral, cerita
Judul itu pula yang menjadi primary
para sahabat Nabi SAW yang tetap
sources dari penelitian-penelitian yang
dengan
seperti
dari
Mbah
masyarakatnya
berupaya sekuat tenaga menegakkan
ajaran Islam setelah Nabi SAW wafat,
40
Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, 60-61.
Asy’ari, al-Durar al-Muntatsirah, terj. M.
Tolchah Mansoer (Kudus : Menara, 1974, ), 1015.
41
38
39
Asy’ari, al-Nurul Mubin, 7.
Asy’ari, al-Tanbihat, 28-29.
194
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
telah dilakukan selama ini tentang
seluruh
siswanya,44
memiliki
pemikiran Mbah Hasyim dalam bidang
intelektualitas yang baik, menguasai
pendidikan.
berbagai metodologi pengajaran dan
Menurut Mbah Hasyim, guru
memiliki integritas moral yang baik
merupakan suatu profesi mulia. Segala
pula, baik secara personal maupun
hal yang berkaitan dengan profesi
sosial.
tersebut, diasumsikan sebagai suatu
bentuk
ketaatan
kepada
Mbah Hasyim tentang konsep guru ini
Tuhannya. Oleh karena itu, motivasi
dapat dibedakan menjadi dua kategori,
awal yang harus ditanamkan dalam diri
yaitu secara personal dan profesional.
guru
Dalam
adalah
manusia
Secara lebih spesifik, pemikiran
adanya
semangat
konteks
kualitas
personal,
pengabdian kepada kebenaran dan
seorang guru harus mau dan mampu
kebajikan yang tidak mengenal batas
berupaya untuk selalu mendekatkan diri
ruang dan waktu, tidak boleh terjebak
(muraqabah) kepada Tuhan, mematuhi
kepada paradigma materalisme yang
segala
bersifat temporal.42
Nya,45 bersikap sederhana, tenang,
Guru
harus
profesionalisme
memiliki
yang
tinggi
peraturan-peraturan
hukum-
tingkat
qona’ah dan menunjukkan ketaatan
dalam
yang baik dalam menjalankan ritualitas
Tuhannya.46
mendidik siswanya. Hal ini berimplikasi
kepada
kepada keharusan kualitas, kompetensi
memperhatikan
dan kapabilitas keilmuan guru yang
siswa, guru tidak boleh menunjukkan
telah diakui oleh pihak lain serta secara
sikap diskriminatif, yaitu dengan cara
kontinyu tetap berupaya meningkatkan
tanpa melihat background dan status
dan
Dalam
memperlakukan
pemahaman keilmuannya dalam bidang
keahlian yang diajarkannya tersebut.43
44
Guru harus memiliki sifat ini sebagai upaya
untuk menunjukkan kepada siswa bahwa
mereka tidak sendiri dalam meraih kesuksesan
yang diinginkan. Di samping itu, guru juga harus
mampu memotivasi siswanya untuk terus
belajar sebagai sebuah perintah dalam doktrin
Islam dengan cara yang sabar dan halus. Ibid,
82-84 dan 90-92.
45
Asy’ari, al-Durar al-Muntatsirah, 24.
46
Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, 55-58.
Di samping itu, guru dituntut untuk
memiliki sifat kasih sayang kepada
42
43
Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, 56-71.
Ibid, 29.
195
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
sosial siswa kaya atau miskin. Di
memberikan prioritas kepada materi
samping itu, guru harus tetap berupaya
pembelajaran
memberikan teladan yang baik kepada
seperti tafsir, hadits, ushul fiqh, ilmu
lingkungan
melalui
nahwu dan sebagainya.49 Materi yang
bersifat
diberikan harus sesuai dengan tingkat
masyarakatnya,
pelaksanaan
hal-hal
yang
yang
lebih
sunah, seperti shalat fardhu secara
perkembangan
berjama’ah di masjid, membudayakan
siswa, tidak terlalu mudah ataupun
salam, membaca al-Qur’an, puasa
terlalu sulit.50 Hal ini penting ditekankan
sunah dan sebagainya.47
agar keadaan psikis siswa tidak mudah
Dalam
merasa
dituntut
pembelajaran yang telah diberikan,
memiliki komitmen dan integritas yang
sehingga siswa tetap fresh, enjoy dan
tinggi
tidak mudah bosan dalam belajarnya.
seorang
untuk
guru
selalu
meningkatkan
kualitas profesionalisme, dengan cara
terbebani
intelektualitas
kualitas
profesional,
konteks
dan
penting,
Ketika
dengan
sedang
materi
melakukan
membaca, mengkaji dan menelaah
proses pembelajaran, seorang guru
secara seksama berbagai informasi
dituntut untuk menjaga penampilan
yang
fisiknya. Artinya, guru tidak
berkaitan
dengan
profesinya
boleh
tersebut.48 Guru dapat memperoleh
terlalu berlebihan (glamour) ataupun
penambahan informasi tersebut dari
terlalu
berbagai
penampilannya,
pihak
yang
memiliki
kompetensi dalam hal yang diinginkan,
terlepas
belajar
dari
itu
background
sendiri,
seperti
sederhana
harus
disesuaikan
dengan mata pelajaran dan lingkungan
sumber
yang ada. Guru juga harus menjaga
status,
kondisi fisik dan staminanya, tidak
keturunan, usia dan sebagainya. Guru
boleh
dituntut untuk mampu memahami dan
mengantuk,
menjelaskan
marah
materi
dengan
pembelajaran
mengajar
dan
dalam
sangat
keadaan
lapar,
mudah
sebagainya.
Ketika
secara sederhana melalui bahasa yang
menerangkan
mudah
suara yang dikeluarkan juga harus
47
48
dipahami
siswa
dan
49
Ibid, 90-92.
Ibid, 66-68.
50
196
Ibid, 73-79.
Ibid, 88-90.
materi
pembelajaran,
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
disesuaikan, tidak boleh terlalu keras
argumentasi yang disampaikan guru
dan terlalu pelan, terlebih membentak
harus dibangun dan berdasarkan atas
siswa.51
kerangka pikir (manhajul fikr) yang
Ketika sedang melaksanakan
pembelajaran,
tingkat
kuat dan rasional, agar diskusi yang
guru
harus
memiliki
berjalan terhindar dari kesalahpahaman
konsentrasi
yang
penuh,
dan tidak menjadi “debat kusir” yang
sehingga guru tidak mudah membahas
tidak
sesuatu yang tidak berkaitan dengan
bermanfaat.
materi pembelajaran dan tidak ada
menghasilkan
Dalam
sesuatu
yang
memberikan
materi
manfaatnya. Ketika di kelas terdapat
pembelajaran, guru harus membuka
siswa
harus
dan menutup setiap pertemuan dengan
keberadaannya,
baik, membukanya dengan basmallah
baru,
maka
memperhatikan
mengingat
guru
siswa
tersebut
dan
menutupnya
dengan
wallahu
membutuhkan perhatian yang lebih dari
a‘lam. Sebelum meninggalkan kelas,
guru. Jika terdapat pertanyaan dari
guru hendaknya melakukan presensi
siswa dan guru belum mengetahui
terhadap siswanya dan memberikan
jawabannya, maka guru harus jujur
beberapa pertanyaan untuk mengukur
(sportif) bahwa hal tersebut memang
tingkat pemahaman siswa terhadap
belum
materi
diketahuinya,
tidak
boleh
pembelajaran
yang
baru
mencari-cari jawabannya agar tidak
disampaikan (reflection). Jika terdapat
diasumsikan siswa sebagai guru yang
siswa yang tidak mengikuti pelajaran
tidak berkualitas.52 Tetapi hal tersebut
dikarenakan sakit, hendaknya
justeru
menjenguknya
menunjukkan
kualitas
sebagai
guru
bentuk
keagamaan guru yang sudah baik,
perhatian kepada siswanya tersebut
dengan
suatu
(home visiting). Sebagai bentuk final
kebohongan kepada siswanya. Namun
evaluation, maka dalam kurun waktu
jika memang guru mengetahui jawaban
tertentu guru harus melakukan ujian
dari
terhadap siswanya.53 Siswa yang telah
51
52
tidak
pertanyaan
melakukan
tersebut,
maka
Ibid, 70-74.
Ibid, 76-79.
53
197
Ibid, 85-88.
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
mampu
memahami
pembelajaran
dengan
baik,
materi
memperoleh
dapat
sebagainya.
dinyatakan telah lulus. Tetapi jika
terdapat
siswa
yang
popularitas
dan
Secara kontinyu, siswa harus
belum
mengikuti
proses
belajar
mengajar
memahaminya dengan baik, guru harus
yang dilaksanakan gurunya dengan
melakukan ujian remidi terhadap siswa
tekun dan penuh konsentrasi.57 Siswa
itu.
harus mampu mengatur waktu yang
Untuk
mengantisipasi
agar
dimilikinya
dengan
baik,
sehingga
siswa tidak mengalami ujian remedi ini,
semangat dan komitmennya dalam
maka siswa harus berupaya sekuat
belajar
tenaga
Terhadap
yang
dalam
meraih
diinginkan,
mengakibatkan
positif
yang
keberhasilan
sehingga
banyaknya
harus
hal
tidak
menjadi
berbagai
lemah.58
materi
ini
pembelajaran yang disampaikan guru,
aktivitas
siswa harus menganalisisnya dengan
dilakukan.54
Di
cermat, mengingat hal itu akan menjadi
samping itu, siswa harus memiliki
tolok ukur yang tepat untuk mengukur
integritas moral (akhlaq) yang baik dan
kesuksesan siswa dalam belajarnya,
menghindari berbagai perilaku yang
bukan diukur dari segala hal yang
dianggap buruk oleh masyarakat.55 Itu
dapat
semua akan menjadi lengkap jika siswa
mudah.
dilihat
oleh
indera
dengan
memiliki kemauan yang keras untuk
Siswa harus patuh dan taat
mencari ilmu dan tidak terjebak ke
kepada guru, selama tidak melanggar
dalam
pragmatisme-
ajaran Islam dan norma yang berlaku di
materialisme ketika sedang mencari
masyarakat sekitar.59 Segala kritik dan
ilmu.56 Hal ini sangat membantu siswa
koreksi dari
dalam belajar karena akan terbebas
kepada guru harus dilakukan dengan
dari tuntutan psikologis, seperti meraih
tetap memperhatikan akhlaqul karimah.
jabatan,
Sedangkan ketika guru mengomentari
paradigma
mengumpulkan
kekayaan,
54
57
55
58
Ibid, 54.
Ibid, 28.
56
Ibid, 24-25.
Ibid, 48-49.
Ibid, 25-26.
59
Ibid, 29-32.
198
siswa yang
diberikan
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
kesalahan yang dilakukan siswa, maka
waktu yang ada tidak terbuang dengan
hal
percuma.61
tersebut
hendaknya
mampu
5. Lingkungan Pendidikan
direspon siswa sebagai sesuatu yang
bersifat konstruktif dan berguna bagi
masa
depan
direspon
siswa
secara
sendiri,
emosional,
Perhatian
tidak
terhadap
harus
Mbah
lingkungan
mengingat
Hasyim
sangat
lingkungan
besar,
merupakan
diterima siswa sebagaimana seorang
faktor yang lebih dominan dari pada
pasien
keturunan
yang
memperoleh
nasihat-
(heredity)
dalam
nasihat dari dokter demi penyembuhan
pendidikan.62 Lingkungan inilah yang,
penyakit yang dideritanya.
jika tidak mampu melakukan filterisasi
Menurut
Mbah
Hasyim,
dengan baik dan benar, mengakibatkan
sebenarnya interaksi yang dilakukan
kelahiran
siswa
lebih
dalam diri siswa. Siswa dengan mudah
keberhasilan
akan menggunakan waktunya untuk
dengan
mempengaruhi
gurunya
tingkat
berbagai
dampak
siswa dalam belajarnya, dibandingkan
melakukan
dengan
materi
berkaitan dengan belajar, sehingga hal
pembelajaran yang telah disampaikan
tersebut pada akhirnya mengganggu
di kelas.60 Oleh karena itu, Mbah
konsentrasi dalam belajar.
hanya
mempelajari
aktivitas
negatif
yang
tidak
Hasyim menyarankan agar siswa sering
Bagi Mbah Hasyim, kehadiran
berinteraksi dengan orang-orang yang
Islam tidak hanya berupaya membentuk
memiliki tingkat keilmuan dari pada
manusia
hanya mempelajari ilmu itu sendiri. Jika
(tauhid), tetapi juga memajukan aspek
tidak mampu melaksanakannya dengan
sosial,
baik, hendaknya siswa mampu lebih
masyarakat yang masih terbelakang.
berkonsentrasi
61
dalam
mempelajari
yang
politik
berakidah
dan
monoteis
ekonomi
suatu
Ibid, 28.
Pemikiran Mbah Hasyim tentang hal ini
menyimpulkan bahwa terdapat tiga hal yang
mempengaruhi kesuksesan siswa dalam
pendidikan, yaitu masyarakat, sekolah dan
keluarga. Ketiga hal ini telah dibahas lebih rinci
dalam kitab al-Mawa’idz, al-Qanun al-Asasy,
Dhau’ul Misbah dan Adabul ‘Alim wal
Muta’allim.
materi pembelajaran yang ada, agar
62
60
Ibid, 10. Pendapat Mbah Hasyim ini sama
dengan pesan Habib al-Syahid kepada anakanaknya sebelum mereka berangkat mencari
ilmu.
199
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
Selain
itu,
memupuk
Islam
juga
semangat
berupaya
dilakukan
persaudaraan
suami)
ketika
yang
seseorang
diharapkan
(calon
mampu
Islam dengan menghilangkan segala
memenuhi kriteria sebagai ibu yang
perbedaan yang disebabkan oleh faktor
dapat dipercaya untuk mengemban
hereditas, kekayaan, jabatan ataupun
amanat dan dalam mempersiapkan
etnisitas.
semua,
siswa yang memiliki intelektualitas dan
diharapkan dapat terbangun fondasi
kualitas keberagamaan yang baik.65
demokrasi yang sangat menghargai
Oleh karena itu, wanita yang baik untuk
humanisme
dijadikan (calon) isteri adalah yang
Dengan
itu
sebagaimana
telah
diperkenalkan pada peradaban Islam
memiliki
moralitas
baik,
periode awal.
perawan,
sederajat
(kufu’)
Pendidikan,
dan
hakikatnya
sebagainya.66 Hal ini dilakukan sebagai
merupakan tanggung jawab orang tua
upaya untuk mengantisipasi terjadinya
siswa,
dominasi
terutama
Tanggung
pada
masih
dari
jawab
pihak
tersebut
ibu.63
melekat
dan
ketika berproses dalam pendidikannya.
Dalam lingkungan masyarakat,
secara mandiri.64 Di samping itu, orang
Mbah Hasyim menekankan agar siswa
tua juga memiliki kewajiban untuk
berinteraksi
memberikan nama yang baik ketika
masyarakat
bayi
manusia adalah homo social yang pasti
lahir
untuk
dalam
hidup
baru
mampu
hereditas
pertumbuhan dan perkembangan siswa
sampai dengan siswa telah dianggap
dewasa
faktor
dan
memberikan
makanan dari yang baik pula.
Peran
keluarga
dengan
yang
lain,
anggota
mengingat
membutuhkan bantuan yang lain, tidak
terhadap
bisa hidup dengan dirinya sendiri.67
pembentukan siswa yang sukses dalam
Manusia
pendidikannya
masyarakat yang memiliki peran dan
dominan.
Oleh
sangat
karena
penting
itu,
dan
Mbah
kontribusi
Hasyim menyarankan agar persiapan
merupakan
besar
dalam
anggota
menjaga
eksistensi interaksinya dengan anggota
untuk mewujudkan hal itu harus sudah
65
Asy’ari, Dhau’ul Misbah, 5.
Ibid, 5-6.
67
Asy’ari, al-Tibyan, 9.
63
66
Asy’ari, Dhau’ul Misbah, 19.
64
Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, 9.
200
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
masyarakat lain, yang dengan
itu
tidak
semua dapat mewujud menjadi sebuah
inilah
kesatuan yang kuat. Dengan itu semua,
diminimalisasi
keberadaannya,
akan
maka yang menjadi tujuan bersama
mengakibatkan
perpecahan
dalam
suatu masyarakat akan dengan mudah
masyarakat.
tercapai.
Berbagai
halangan
diperlukan.68
yang,
jika
Fanatisme
tidak
buta
mampu
dan
rintangan dapat diatasi dengan mudah
Penutup
jika persatuan dan kesatuan dapat
Berdasarkan
terjaga dengan baik.
pembahasan
di
atas, dapat disimpulkan bahwa Mbah
Masyarakat
merupakan
“laboratorium
nyata”
Hasyim sebenarnya sudah memberikan
dari
kerangka
konsepsional
yang
perkembangan diri siswa. Berbagai hal
fundamental bagi pendidikan Indonesia.
yang
Langkah
terjadi
di
masyarakat
berpengaruh ke dalam diri
secara
langsung
langsung.
Dengan
akan
siswa,
maupun
tidak
memiliki
durasi
lebih
teknis
operasional
memang harus tetap dikaji ulang untuk
mengimplementasikan
pemikiran
pendidikan Mbah Hasyim ini.
waktu yang jauh lebih lama dari pada
Secara substantif, Mbah Hasyim
di sekolah dalam hal keberadaan siswa
tida hanya memberikan syarat guru
di dalamnya, masyarakat adalah faktor
dominan
dalam
68
mewujudkan
Mbah Hasyim sangat mengecam berbagai
bentuk fanatisme yang dilakukan mayoritas
ulama saat itu, yang kasus ini dilahirkan hanya
karena perbedaan kecil dalam masalah ibadah
(furu’iyyah). Menurut Mbah Hasyim, fanatisme
seharusnya merupakan refleksi dari rasa
nasionalisme dan ukhuwah Islamiyyah dalam
merespon berbagai bentuk kolonialisme yang
melanda di berbagai daerah yang penduduk
mayoritasnya beragama Islam. Oleh karena itu,
sebenarnya tidak diperlukan fanatisme dalam
bentuk kepercayaan yang berlebihan terhadap
pendapat ulama dalam masalah fiqh,
mengingat yang terjadi saat itu bukan
merupakan masalah substantif (ushuliyyah).
Tentang pemikiran Mbah Hasyim terhadap
urgensi persatuan dan kesatuan sesama
Muslim dalam kehidupan berbangsa, baca alMawa’idz dan al-Qanun al-Asasy.
kesuksesan siswa ketika belajar. Oleh
karena
itu,
siswa
dituntut
mampu
menilai dan memilih berbagai nilai-nilai
yang berlaku di dalam masyarakat, baik
yang poisitif maupun yang negatif. Jika
hal ini tidak dilakukan, dikhawatirkan
siswa memiliki pola pikir yang sempit
dan pada akhirnya hanya melahirkan
fanatisme (ta’ashub) yang sebenarnya
201
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
harus
memiliki
(pinter),
intelektual
tetapi juga memiliki integritas moral
yang baik (bener). Dengan karakter
Daftar Pustaka
seperti ini, diharapkan siswa yang
dihasilkan
juga
memiliki
Adnan, Abdul Basit. 1982. Kemelut di
kedua
NU, Antara Kyai dan Politisi.
keunggulan yang dimiliki gurunya.
Terlebih
menunjukkan
fenomena
adanya
saat
carut
ini
Solo : Mayasari.
marut
Akarhanaf. 1950. Kiai Hasjim Asj’ari,
dalam dunia pendidikan di Indonesia,
yang
menyebabkan
guru
Bapak Ummat Islam Indonesia.
mengajar
siswa bukan sebagai sebuah panggilan
Jombang : Pondok Tebuireng.
jiwa untuk mencerdaskan anak bangsa
(ruhul mudarris), tetapi lebih tertarik
kepada
faktor
memperoleh
program
gaji
Anam,
Choirul
ekonomi
dengan
Pertumbuhan
ganda
melalui
Perkembangan
sertifikasi.
Anam.
1985.
dan
Nahdlatul
Ulama. Solo : Jatayu.
Pemerintah
seharunya “membuka mata” tentang
Armstrong, Karen. 1993. A History of
fakta ini, bahwa tujuan sertifikasi guru
yang
pada
mulanya
God. New York : Ballantine
untuk
meningkatkan kompetensi guru, tetapi
sekarang
sebuah
hanya
jalan
dimaknai
untuk
Books.
sebagai
meningkatkan
Ashraf, Ali dan Sajjad Husain. 1979.
Crisis in Moslem Education.
kesejahteraan.
Jeddah
:
King
Abdulaziz
University Press.
Asy’ari, Hasyim. 1417 H. al-Tanbihat
wal
Wajibat.
Jombang
Maktabah al-Turats al-Islamy.
202
:
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
_______. 2003. Menjadi Orang Pinter
_______. 1959. al-Mawa’idz, terj.
dan Bener, terj. M. Luqman
Hamka, dalam Majalah Panji
Hakim. Yogyakarta :Qirtas.
Masyarakat, No. 5, Agustus
(Jakarta).
Baker,
Anton.
Metodologi
1990.
Penelitian Filsafat. Yogyakarta :
_______.
al-Durar
1974.
al-
Kanisius.
Muntatsirah, terj. M. Tolchah
Mansoer. Kudus : Menara.
Burhanudin,
Jajat.
_______. 1989. al-Tibyan. Jombang :
Keilmuan
Maktabah al-Turats al-Islamy.
“Islam
_______. 1995. Adabul ‘Alim wal
Muta’allim.
Jombang
:
1998.
al-Nurul
dan
dan
“Tradisi
Intelektual,”
Kolonialisme,”
Ensiklopedi
Tematis
Dunia
Islam,
5,
Taufiq
vol.
ed.
Abdullah. Jakarta : Ichtiar Baru
Maktabah al-Turats al-Islamy.
_______.
2002.
van Hoeve.
Mubin.
Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi
Pesantren. Jakarta : LP3ES.
Jombang : Maktabah al-Turats alIslamy.
Foucault,
_______. 1998. Risalah Ahli Sunnah
wal
Jama’ah.
Jombang
Michel.
Pengetahuan,
:
2002.
Arkeologi
terj.
Moechtar
Zulmi. Yogyakarta : Qalam.
Maktabah al-Turats al-Islamy.
Hadziq, Muhammad Isham Hadziq.
_______.
1999.
Dhau’ul Misbah.
1995. “al-Ta’rif bil Mu’allif,”
Jombang : Maktabah al-Turats al-
dalam
Islamy.
Asy’ari.
Muhammad
Hasyim
Ziyadatut
Ta’liqat.
Jombang : Maktabah al-Turats
al-Islamy.
203
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
Mukani. 2011. Pergulatan Ideologis
Hillway, Tyrus. 1964. Introduction to
Pendidikan Islam. Malang :
Research. Boston : Houghton
Madani Media.
Mifflin Company.
Nasution, Harun. 1992. Pembaharuan
Dalam Islam. Jakarta : Bulan
Iskandar, M. dan A. Syahid. 2002.
“Islam
dan
Kolonialisme,”
Bintang.
Ensiklopedi
Tematis
Dunia
Islam,
5,
Taufiq
Penelitian.
Abdullah. Jakarta : Ichtiar Baru
Indonesia.
vol.
ed.
Nazir,
Moh.
Metodologi
1988.
Jakarta
:
Ghalia
van Hoeve.
Fajar
Salam, Solichin. 1963. KH. Hasyim
Kebangunan Ulama. Yogyakarta
Asy’ari, Ulama Besar Indonesia.
: LKiS.
Jakarta : Djaja Murni.
Khuluq,
Lathiful.
2000.
Misrawi, Zuhairi. 2010. Hadratussyaikh
Hasyim
Asy’ari,
Keumatan,
Steenbrink,
Moderasi,
Karel
Pesantren,
A.
Madrasah dan Sekolah. Jakarta
Kebangsaan.
: LP3ES.
Jakarta : Kompas.
Syihab,
Mughni, Syafiq A. 2002. Dinamika
Muhammad
Asad.
Hadratussyaikh
1994.
Muhammad
Intelektual Islam Pada Abad
Hasyim
Asy’ari,
Kegelapan. Surabaya : LPAM.
Musthofa Bisri. Yogyakarta :
terj.
A.
Titian Ilahi.
Muhadjir, Noeng. 1989. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Yogyakarta
Wahid,
: Rake Sarasin.
Salahuddin.
“Hadratussyaikh,
Keumatan
dan
2010.
Komitmen
Kebangsaan,”
dalam Zuhairi Misrawi. 2010.
204
Jurnal Studi Islam Madinah, Volume 10 Nomor 2 Desember 2013
Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari,
Moderasi,
Keumatan,
Kebangsaan. Jakarta : Kompas.
Watt, W. Montgomery Watt. 1992. A
History
of
Islamic
Edinburgh
:
Spain.
Edinburgh
University Press.
Zuhri,
Achmad
Pemikiran
Muhibbin.
KH.
M.
2010.
Hasyim
Asy’ari tentang Ahlus Sunnah
wal
Jama’ah.
Surabaya
:
Khalista.
.
205
Download