BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, sangat memperhatikan dan terus mengupayakan peningkatan kualitas sumber daya manusia, yang salah satunya dilakukan melalui jalur pendidikan. Pendidikan sebagai suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa diharapkan mampu memberikan peran dan andil dalam akselerasi pembangunan. Pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian tak terpisahkan dari pembangunan nasional, karena memiliki posisi yang sangat strategis, mendasar dan potensial terutama untuk pembangunan sumber daya manusia. Oleh karena itu, pendidikan harus mampu memberikan kontribusi yang nyata terhadap pembangunan. Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Saat ini, dunia pendidikan harus diperlakukan dan dikelola secara professional, karena semakin ketatnyapersaingan, lembaga pendidikan akan ditinggalkan konsumen atau masyarakat jika dikelola seadanya. Setiap lembaga pendidikan mengetahui bahwa proses pembelajaran di sekolah tidak akan pernah statis, akan tetapi senantiasa dinamis mengikuti kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin hari semakin berkembang pesat. Dalam perkembangan era globalisasi sekarang ini persaingan semakin ketat, kita tidak hanya bersaing dipakai dalam melakukan komunikasi. Karena penggunaan luasnya sebagai bahasa dengan para pesaing yang berasal dari dalam negeri saja tetapi dari seluruh negara di dunia. Dimana setiap individu harus mampu bersaing dengan orang-orang yang berbeda latar belakang budaya dan kenegaraan di berbagai negara. Pada umumnya bahasa Inggris menjadi pilihan utama yang sering 1 2 komunikasi internasional, maka menguasai bahasa Inggris merupakan syarat mutlak untuk dapat bersaing dan mencapai kesuksesan dalam menghadapi persaingan global ini. Selain itu Indonesia dikelilingi oleh negara-negara yang kebanyakan penduduknya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pertama atau kedua. Negara-negara tersebut adalah Singapura, Malaysia, Filipina, Australia, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Hanya negara Indonesia saja yang menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Untuk itu kebutuhan akan keahlian bahasa Inggris menjadi sangat penting dan tidak terelakkan lagi penting dan tidak terelakkan lagi. Bahasa Inggris sebagaimana diketahui merupakan Bahasa Internasional yang saat ini semakin dibutuhkan, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan peserta didik di setiap jenjang pendidikan tetapi juga untuk memasuki persaingan dunia kerja yang membutuhkan keahlian dalam berbahasa asing terutama Bahasa Inggris. Dewasa ini Bahasa Inggris merupakan keterampilan yang penting bagi semua orang muda. Bahasa Inggris adalah kunci keterampilan bagi sumber daya manusia di seluruh dunia, karena telah menjadi bahasa komunikasi internasioanal. Dengan kemampuan bahasa Inggris yang baik masyarakat dapat belajar atau bekerja di luar negeri. Artikel dari rekan Rifki Feriandi dalam www.bahasa.kompasiana.com (2013) yang menyebutkan bahwa kemampuan berbahasa Inggris orang Indonesia tidak buruk, tidak buruk artinya tidak juga sempurna tentunya yang dianggap masih 40-60, maksudnya dari 10 orang Indonesia hanya 4 orang saja yang kemampuan bahasa Inggrisnya baik. Kemampuan berbahasa Inggris di sini meliputi kecakapan dalam percakapan (conversation), tata bahasa (grammar), dan menulis (writting skill). Bahasa Inggris di Indonesia masih menjadi foreign language, bukan first atau second language seperti halnya di beberapa negara persemakmuran. Jadi bahasa Inggris belum menjadi bahasa utama yang harus dipelajari. Bisa dilihat bahwa di sekolahsekolah umum bahasa Inggris tidak dijadikan bahasa pengantar resmi. Tetapi saat ini perkembangan bahasa Inggris anak sekolah ( SD-perguruan tinggi) terutama mereka yang bermukim di kota besar sudah jauh lebih baik. Banyaknya sekolah yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya dan tempat kursus yang menjamur ikut membantu perkembangan kemampuan berbahasa Inggris. Dan yang paling menggembirakan adalah tingginya kesadaran akan kebutuhan memiliki kecakapan bahasa Inggris. Salah satu faktornya adalah 3 persaingan dalam hal mencari pekerjaan dan peluang menempuh pendidikan di luar negeri. Skor TOEFL misalnya menjadi syarat jika ingin mendapatkan pekerjaan tertentu. Bagaimana yang 6 dari 10 orang Indonesia tadi? Tidak bisa kita pungkiri bahwa bahasa Inggris masih ‘asing’ bagi mereka. Masih banyak yang tidak mau mempelajari dengan sungguh-sungguh bahasa Inggris karena tidak merasa penting. Banyak lulusan perguruan tinggi yang bahasa Inggrisnya begitu buruk. Ada dua kendala pokok yang sering menjadi momok bagi mereka yang berbahasa Inggris. Pertama adalah kosakata (vocabulary), orang dituntut untuk menghafal kata dan artinya. Untuk kata-kata sehari-hari mungkin tidak jadi masalah, tetapi untuk katakata yang jarang digunakan menjadi sangat sulit untuk diingat. Ruang untuk mengembangkan penguasaan kosa kata adalah dengan menggunakannya dalam percakapan. Kedua adalah masalah tata bahasa, banyaknya tense dan beberapa bentuk kata kerja (dan kata kerja bantu) yang harus berubah saat digunakan sesuai tense sungguh membingungkan. Berbeda sekali dengan bahasa Indonesia. Guru bahasa Inggris di Indonesia tidak merata kualitasnya. Padahal mereka adalah paara garda terdepan pendidikan bahasa Inggris. Masih banyak guru bahasa Inggris dalam penyampaiannya masih 80% menggunakan bahasa Indonesia. Masalahnya ada pada kemampuan sang guru, dan juga peserta didik. Pengetahuan dasar peserta didik akan bahasa Inggris buruk karena sejak sekolah dasar memang tidak diajarkan bahasa Inggris yang benar. Walaupun di kota besar sejak taman kanak-kanak anak sudah diperkenalkan dengan bahasa Inggris (di sekolah tertentu malah menjadi pengantar). Tapi harus diakui bahasa kemampuan berbahasa Inggris di Indonesia sudah mengalami kemajuan. Sering kita lihat di mall anak-anak fasih berbicara dalam bahasa Inggris dengan orang tua maupun temannya. Banyak media yang membantu meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris seperti televisi, games, edutainment, maupun media sosial. Asalkan jeli dan mau memanfaatkannya. 4 Artikel yang ditulis oleh Cecep Supriyadi dalam www.marketing.co.id (2014) menyatakan, secara personal, Bahasa Inggris telah sah menjadi passport gaya hidup. Fakta ini didapat saat EF English First bersama proVetic, platform social media tracker, mencari tahu fenomena penggunaan bahasa Inggris di 5 kota besar di Indonesia. Hasilnya, walaupun 78% dari cuitan Twitter itu masih belum sempurna secara grammar, penulisan, tanda baca dan singkatan, Bahasa Inggris tetap dipilih sebagai saluran ekspresi perasaan. Ini menarik, karena kedudukannya yang bukan sebagai bahasa ibu, Bahasa Inggris semakin memainkan peran naturalnya sebagai sarana mengekspresikan diri, dianggap lebih nyaman dan pas, tentunya selain efek kosmetis dianggap lebih “gaul”. Di titik ini, maka menuturkan Bahasa Inggris yang baik dan benar dianggap penting dan memperbaiki kelas sosial dan eksistensi penggunanya. Gambar 1.1 10 Bahasa yang Digunakan di Internet Sumber: www.internetworldstats.com 5 Sementara itu, hasil penelitian lain menunjukkan bahwa profesional yang berkemampuan berbahasa Inggris dengan baik bisa meraih pendapatan 30-50% lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak bisa berbahasa Inggris. Sekitar 42% CEO di Indonesia mengatakan bahwa mereka kekurangan karyawan yang mampu berbahasa Inggris dengan baik. Seiring dengan pesatnya perkembangan perekonomian Indonesia, diperkirakan tahun 2030 Indonesia akan membutuhkan 113 juta tenaga kerja yang mahir berbahasa Inggris. Hal ini jelas menunjukan bahwa Bahasa Inggris tak lagi sekadar bisa, tak lagi sekadar komunikatif. Dibutuhkan metode pengajaran yang tepat dan memudahkan. Untuk menjawab itu, banyak bermunculan lembaga pengajaran bahasa Inggris swasta seperti EF, ILP, Oxford, TBI, SPEC, LIA, Primagama English, LPIA Course, dan lain-lain untuk memenuhi permintaan pasar. Karena banyaknya lembaga pengajaran bahasa Inggris, hal ini membuat persaingan menjadi ketat antar perusahaan. Perusahaan jasa merupakan suatu unit bisnis kegiatan ekonomi yang hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi, dimana dalam kegiatannya selalu memberikan suatu hal berbeda yang dianggap unik, hal ini ditunjukkan untuk memikat pelanggan agar tertarik dengan kita. Yang dimaksud dengan pelanggan dalam penelitian ini adalah peserta bimbingan kursus. Lembaga pendidikan Bahasa Inggris saat ini sangat banyak kita jumpai di berbagai kota besar di Indonesia. Salah satunya adalah lembaga pendidikan Bahasa Inggris di kota Jakarta yaitu CST English Center. Lembaga pendidikan bahasa inggris ini telah memiliki cabang di berbagai daerah Jakarta. Bisnis utama CST English Center adalah memberikan pendidikan bahasa secara efektif, efisien dan berkualitas melalui kurikulum, metode, teknologi dan materi yang sesuai dengan dan golongan usia. Selain itu, CST English Center juga memberikan penilaian-penilaian yang sesuai dengan standar internasional yaitu Cambridge English Language English Assessment. CST English Center adalah lembaga kursus bahasa Inggris, yang merupakan bagian dari PT. CST Indonesia, yaitu sebuah lembaga khusus yang membidangi pendidikan formal dan nonformal. CST didirikan pada tahun 1998, merupakan salah satu lembaga bahasa Inggris yang memfokuskan diri pada metode belajar dengan cara yang menyenangkan. Kepanjangan CST adalah Cheerful (Ceria), Successful 6 (Sukses), Trustworthy (Terpercaya). Dan nilai-nilai tersebut merupakan suatu prinsip dan gambaran dari keberadaan CST itu sendiri, yaitu sebagai institusi yang mengedepankan pendidikan yang unik dan berkualitas. Dalam usaha memperluas jangkauan pangsa pasar yang ada saat ini. (www.cst.co.id) CST English Center mulai membuka kesempatan bagi para investor yang berminat dibidang penyelenggaraan jasa lembaga pendidikan Bahasa Inggris melalui usaha franchising. Sejauh ini sudah terdapat sekitar tiga unit CST English Center milik PT. CST Indonesia yang terdapat di Krendang, Jelambar dan Poris yang telah aktif beroperasi. Let’s Enjoy Learning English adalah tagline/ajakan untuk mari belajar bahasa Inggris dengan cara-cara yang menyenangkan. Ajakan tersebut merupakan bagian dari konsep dan metode belajar mengajar di CST, agar murid-murid merasa terbantu dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris mereka sekaligus tetap merasa gembira dan bersemangat, meminimalisasi rasa jenuh karena jam belajar yang padat setiap harinya. Para murid-murid CST English Center bervariasi dari Taman Kanak Kanak, Sekolah Dasar, Pelajar SMP, SMA dan mahasiswa atau umum. Murid-murid sesuai dengan tingkatan dan umurnya akan diberikan konsep pembelajaran dengan berbagai variasi seperti observasi dengan kunjungan belajar, study tour ke luar negeri dan belajar dengan mengaplikasi teknologi melalui audio-visual, bioskop mini, permainan, alat peraga, internet dan sebagainya. Gambar 1.2 Brosur Study Tour CST 2014 Sumber : www.cst.co.id 7 Gambar 1.3 Tingkat Kelas CST English Center Sumber : www.cst.co.id Persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis lembaga pendidikan terutama yang berorientasi khusus dalam pengajaran Bahasa Inggris membuat suasana perebutan konsumen semakin sengit. CST English Center harus bersaing dengan beberapa lembaga lainnya, seperti EF (English First), LIA dan Primagama English, apalagi konsumen yang menggunakan jasa ini berasal dari berbagai macam latar belakang pendidikan, usia, dan pekerjaan. Hal ini tentu saja menuntut para pemasar untuk selalu menginovasi strategi bisnisnya. Persaingan pasar yang semakin kompetitif, menuntut setiap perusahaan lebih cermat menentukan strategi bersaing. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang menawarkan produk dan jasa, maka konsumen semakin banyak pilihan alternatif dalam menggunakan suatu produk. Hal ini mengakibatkan konsumen memiliki nilai tawar yang semakin tinggi sehingga setiap perusahaan harus selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik kepada konsumennya. Dengan layanan yang berkualitas, perusahaan dapat mempertahankan konsumennya. Saat ini konsumen memiliki kekuatan yang besar dalam menentukan produk atau jasa apa yang mereka inginkan dan juga bagaimana penilaian mereka terhadap merek yang dikonsumsi. Sehingga perusahaan diharapkan untuk kreatif dalam mengkomunikasikan produk atau merek perusahaannya. Di dalam mencapai tujuan perusahaan, di samping aspek 8 fasilitas, peran dari seluruh tenaga kerja /pegawai menjadi sangat penting karena kompetensi mereka akan menentukan persepsi konsumen terhadap kualitas layanan yang diberikan, dalam Putriadhi Rahma Hananing, 2011. Dalam jurnal Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih (2011) Pemasaran di sektor pendidikan bukanlah hal baru. Pemasaran dalam pendidikan diperlukan untuk mengurangi dampak meningkatnya persaingan (Des Jardin, 2006). Untuk bertahan hidup dan untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan, lembaga pendidikan harus menggunakan strategi pemasaran (Hoyt dan Brown, 2004). Lembaga pendidikan swasta di Indonesia sebagai salah satu aset nasional dalam memproduksi sumber daya manusia yang berkualitas maka harus mengembangkan strategi pemasaran untuk kelangsungan hidup mereka. Lembaga pendidikan swasta menghadapi beberapa tantangan, seperti: penurunan jumlah siswa yang masuk, meningkatnya persaingan dari lembaga-lembaga nasional dan internasional juga. Lembaga pendidikan swasta sebagai salah satu aset nasional dalam memproduksi sumber daya manusia yang berkualitas maka harus mengembangkan strategi pemasaran untuk kelangsungan hidup mereka. Kotler (2005:277) mengemukakan bahwa pemasaran adalah relevan dengan lembaga pendidikan karena akan membawa manfaat bagi lembaga, termasuk: kesuksesan yang lebih besar dalam memenuhi misi institusi, meningkatkan kepuasan pasar publik dan lembaga, peningkatan daya tarik sumber daya pemasaran dan ditingkatkan efisiensi dalam kegiatan pemasaran. Bauran pemasaran adalah salah satu elemen dari strategi pemasaran yang dapat diterapkan di lembaga-lembaga pendidikan. Sebuah bauran pemasaran tradisional terdiri dari unsur-unsur berikut: Product, Price, Promotion, Place (Kotler, 2008). Lembaga Pendidikan memiliki semua karakteristik dari industri jasa, yaitu: • Pelanggan tidak mendapatkan hak kepemilikan. Pelanggan biasanya memperoleh nilai dari layanan tanpa memperoleh kepemilikan dari setiap elemen nyata. • Produk layanan tidak berwujud. Berwujud mengacu pada sesuatu yang dialami dan tidak bisa disentuh atau diawetkan. 9 • Keterlibatan pelanggan dalam proses produksi. Pelanggan sering aktif terlibat dalam membantu untuk menciptakan produk layanan dengan membantu diri sendiri atau dengan bekerja sama dengan tenaga pelayanan. • Orang sebagai bagian dari produk jasa. Mengingat fakta bahwa personil layanan yang berbeda dalam memberikan layanan kepada pelanggan, sulit untuk mencapai keseragaman dalam pemberian layanan. • Pentingnya waktu. Pelanggan harus hadir secara fisik untuk menerima layanan. • Layanan yang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan seperti produk fisik. Sebagai sebuah layanan, pemasaran lembaga pendidikan cukup berbeda dari pemasaran produk dan perlu bauran pemasaran yang berbeda. Kotler dan Keller (2007) telah mengembangkan versi dari bauran pemasaran yang dirancang khusus untuk institusi pendidikan, dan yang tampaknya untuk mengatasi keterbatasan yang ditetapkan oleh bauran pemasaran untuk produk. Bauran pemasaran yang dikembangkan oleh Kotler dan Keller (2007:52) dapat dijelaskan sebagai berikut: Elemen pertama dalam bauran pemasaran adalah Produk. Produk layanan atau program adalah keputusan paling mendasar bahwa lembaga-lembaga pendidikan harus membuat. Mengembangkan program yang memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen adalah aktivitas pemasaran yang penting bagi lembaga-lembaga pendidikan (Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih,2011). Serta lembaga pendidikan yang menerbitkan sertifikat resmi dari hasil bukti peserta didik belajar di lembaga tersebut, yang tentunya sertifikat yang diterbitkan tidak hanya sekedar secarik kertas berisikan nilai namun sertifikat tersebut juga dapat diakui secara internasional dengan kerja sama dengan universitas asing atau organisasi Bahasa Inggris. Harga adalah jumlah uang (atau beberapa item lain yang dipertukarkan atau ditukar) bahwa pertukaran pembeli untuk layanan yang disediakan oleh penjual (Tjiptono,2004). Dalam lembaga pendidikan, harga biasanya terkait dengan biaya pendidikan yang ditawarkan, dan setiap isu-isu terkait moneter. Harga memiliki pengaruh besar terhadap strategi pemasaran karena kebanyakan siswa dan orang tua mereka prihatin tentang implikasi keuangan. Menurut Kotler dan Fox (1995) harga 10 untuk siswa, terdiri dari biaya moneter serta biaya lainnya, untuk biaya usaha misalnya, psikologis biaya dan biaya waktu. Unsur ketiga dari bauran pemasaran pendidikan tempat atau distribusi. Kotler (2008) mendefinisikan distribusi sebagai tempat yang mengacu pada ketersediaan pendidikan / program untuk potensi siswa dengan cara yang paling nyaman dan mudah diakses. Layanan untuk menyajikan kursus di satu lokasi, dengan siswa berkumpul untuk instruksi kelas. Tapi unsur tempat tidak terbatas pada lokasi geografis sebagai pengembangan teknologi informasi memberikan alternatif dalam pengiriman layanan pendidikan. Institusi pendidikan perlu mengkomunikasikan layanannya kepada target pasar melalui strategi promosi. Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih (2011) berpendapat bahwa strategi promosi adalah rencana untuk penggunaan yang optimal dari unsur-unsur promosi, yaitu periklanan, promosi penjualan, publisitas dan personal selling. Elemen promosi yang dapat digunakan oleh institusi pendidikan ditentukan oleh ekspektasi pasar siswa dan persyaratan layanan dan unsur-unsur lain dari keputusan lembaga pemasaran. Promosi dapat sangat baik memiliki peran sentral dalam pemasaran untuk pendidikan. Promosi dapat meningkatkan pengakuan nama dan memberikan paparan untuk lembaga pendidikan (Rudd & Mills, 2008) dalam jurnal Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih (2011). Kombinasi bauran promosi pendidikan terdiri dari pemasaran langsung, promosi penjualan, periklanan, internet dan sponsorship (Rudd & Mills, 2008) .suatu hal yang paling penting untuk institusi pendidikan dalam mengembangkan strategi promosi adalah untuk memahami siswa sebagai konsumen utama mereka . Orang-orang elemen dari bauran pemasaran pendidikan mengacu pada karyawan. Dengan demikian, orang-orang mengacu pada semua ajaran dan staf administrasi di mana layanan ini disampaikan guna membangun hubungan pelanggan. Lovelock & Wright (2004) mengemukakan bahwa keterlibatan langsung dalam pemasaran jasa berarti bahwa pelanggan mengevaluasi kualitas penampilan dan sosial keterampilan karyawan serta keterampilan teknis. Dalam merancang strategi pemasaran institusi dianjurkan pada pengembangan stafnya. Penampilan pribadi, persepsi sikap dan mempengaruhi perilaku pelanggan dari layanan dalam 11 Putriadhi Rahma Hananing (2011). Kesan pertama siswa dari lembaga pendidikan tinggi sering didasarkan pada nya / interaksinya dengan orang-orang dari lembaga. Proses mengacu pada cara institusi melakukan bisnis dan ini berhubungan dengan sistem administrasi secara keseluruhan untuk elemen ini (Kotler, 2008). Prosedur, mekanisme dan aliran kegiatan oleh layanan merupakan unsur penting dari bauran pemasaran dalam jurnal Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih (2011). Lembaga pendidikan perlu memastikan bahwa siswa memahami proses perolehan layanan. Proses di lembaga pendidikan mengacu pada hal-hal yang terjadi dalam institusi, seperti proses manajemen, pendaftaran, pengajaran, pembelajaran, sosial dan bahkan kegiatan non akademis. Fasilitas fisik atau bukti mengacu pada semua fisik, item nyata institusi membuat tersedia untuk pelanggan mulai dari brosur untuk infra struktur. Bukti fisik sangat penting karena sifat tidak berwujud layanan yang ditawarkan oleh institusi pendidikan. Lingkungan di mana layanan diberikan, baik yang berwujud maupun tidak berwujud untuk berkomunikasi, melakukan dan menyampaikan kepuasan pelanggan untuk pelanggan potensial, menurut Hendri Sukotjo Dan Sumanto Radix (2010). Kotler (2008) menunjukkan bahwa bukti fisik akan memberikan kesan pertama tentang lembaga pendidikan dan biasanya mereka melihat bangunan dan fasilitas. Selanjutnya Gibss dan Knapp (2002) menambahkan bahwa kondisi lokasi fisik berkontribusi besar terhadap citra lembaga. Sebagai contoh: teknologi yang digunakan, kebersihan kelas, perpustakaan, dll (Elisabeth Koes Soedijati & Sri Astuti Pratminingsih, 2011) Oleh karena itu startegi bauran pemasaran jasa yang harus menjadi pusat penting dalam organisasi jasa setiap elemen merupakan isyarat bahwa pelanggan mengandalkan dalam menilai kualitas dan citra secara keseluruhan (Mudie dan Pirrie, 2006: 6) dalam jurnal Ali Kazemi dan Seyed Yaghoub Hosseini (2013). Menurut Shimp (2003) dalam Riski Susanto (2012) Merek adalah sebuah janji kepada konsumen bahwa dengan hanya menyebut namanya, timbul harapan bahwa merek tersebut akan memberikan kualitas yang terbaik, kenyamanan, status, dan lain-lain yang menjadi pertimbangan konsumen ketika melakukan pembelian. Menyusun konsep merek atau arti merek yang spesifik dapat dicapai melalui pemenuhan salah satu dari tiga kategori kebutuhan dasar konsumen, yaitu: kebutuhan 12 fungsional, simbolis, atau experiential. Dikemukakan oleh Kotler dalam Simamora (2002) bahwa syarat merek yang kuat adalah citra merek. Citra merek menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Melalui citra merek lembaga pendidikan yang baik dan terpercaya, maka dapat menimbulkan nilai emosional pada diri peserta didik, di mana akan timbul perasaaan positif pada saat menggunakan jasa pendidikan. Sebaliknya apabila suatu lembaga pendidikan memiliki citra yang buruk di mata peserta didik, kecil kemungkinan peserta didik untuk memilih lembaga pendidikan tersebut. Menurut Peter dan Olson (2000:162) keputusan pembelian adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Jika konsumen tidak memiliki pengalaman dengan suatu produk, mereka cenderung untuk mempercayai merek yang disukai atau yang terkenal (Schiffman dan Kanuk 2008:173). Alasan inilah yang mendorong perusahaan untuk memperkuat posisi mereknya agar tercipta brand image yang positif dan menancap kuat di benak konsumen karena melalui brand image (citra merek), konsumen mampu mengenali sebuah produk, mengevaluasi kualitas, mengurangi resiko pembelian, dan memperoleh pengalaman dan kepuasan dari diferensiasi produk tertentu (Riski Susanto,2012). Dalam jurnal Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih (2011), pilihan siswa merupakan bagian dari perilaku konsumen, yaitu bagaimana individu atau kelompok memilih, membeli dan menggunakan barang atau jasa (Kotler & Fox, 1995). Ada lima langkah dalam siswa ataupun orang tua memilih lembaga pendidikan: ada kebutuhan dan motif, pengumpulan informasi, mengevaluasi alternatif, pengambilan keputusan dan evaluasi pasca pilihan. Marketer tidak dapat membuat kebutuhan tetapi mereka dapat mengaktifkan pengakuan kebutuhan melalui peningkatan kesadaran konsumen tentang kebutuhan (Kotler.P, 2008). Setelah kebutuhan untuk belajar di lembaga pendidikan Bahasa Inggris telah diakui, para siswa potensial kemudian mencari informasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kotler (2008) mengklasifikasikan sumber informasi sebagai sumber pribadi pribadi dan non. Sumber pribadi untuk contoh: keluarga, teman, guru. Sumber non personal: iklan, prospektus, dan media massa. Langkah berikutnya bahwa siswa mengambil setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, kemudian mengevaluasi alternatif lembaga pendidikan Bahasa 13 Inggris bahwa ia / dia dapat mendaftarkan diri. Proses alternatif mengevaluasi melibatkan pengurangan pilihan sampai satu atau dua tetap. Siswa mengevaluasi potensial lembaga pendidikan Bahasa Inggris berdasarkan sejumlah atribut seperti: program, biaya, fasilitas, proses, guru dan lokasi (Hoyt & Brown, 2003) dalam jurnal Elisabeth Koes Soedijati dan Sri Astuti Pratminingsih (2011). Langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan, yaitu fase pasca pembelian, terdiri dari empat komponen: pasca pembelian disonansi, penggunaan produk layanan, disposisi produk jasa dan evaluasi pembelian. Kotler dan Keller (2007) mengemukakan bahwa masing-masing unsur bauran pemasaran memainkan peran penting sendiri dalam pemilihan siswa dari lembaga. Keputusan pembelian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku konsumen yang didasarkan pada keyakinan dan rasa percaya diri yang kuat dalam mengambil suatu keputusan dalam menggunakan jasa lembaga pendidikan di CST English Center dan meyakini bahwa keputusan pembelian yang telah diambilnya adalah hal yang tepat. Dari penelitian Widianingsih (2009) dapat disimpulkan bahwa variabel citra merek mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Untuk itu, perlu untuk mengetahui pengaruh strategi bauran pemasaran jasa yang diterapkan oleh CST English Center terhadap pembentukan citra merek dan dampaknya pada keputusan konsumen dalam memilih lembaga pendidikan Bahasa Inggris, perlu pula mengetahui elemen-elemen mana saja dari strategi bauran pemasaran jasa (product, price, place, promotion, people, physical evidenc, process) yang paling berpengaruh terhadap keputusan beli konsumen dalam memilih lembaga pendidikan Bahasa Inggris, karena hal tersebut dapat menjadi keunggulan kompetitif bagi perusahaan. Berdasarkan uraian di atas maka judul yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah “ANALISIS PENGARUH STRATEGI BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP CITRA MEREK DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS PT.CST INDONESIA (STUDI PADA CST ENGLISH CENTER KRENDANG KELAS FCE1–GE1 PERIODE JANUARI 2015)” 14 1. 2 Identifikasi Masalah Sejalan dengan perkembangan ekonomi, politik dan kemajuan teknologi informasi, secara tidak langsung juga mempengaruhi minat masyarakat dimana dalam pembahasan penelitian ini dikhususkan pada bidang usaha jasa lembaga pendidikan Bahasa Inggris. Persaingan diantara sesama penyedia jasa pengajaran baik yang sudah terlebih dahulu ada maupun yang baru memulai membuat CST English Center perlu memikirkan strategi lain dalam memasarkan produk jasa pelatihan yang menarik dan berkualitas. Melalui penelitian ini, akan dirumuskan pokok permasalahan dalam lingkup pembahasan terhadap evaluasi penerapan strategi marketing mix . Dari latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat pengaruh faktor strategi bauran pemasaran jasa terhadap citra merek lembaga pendidikan bahasa inggris CST English Center Krendang? 2. Apakah terdapat pengaruh faktor strategi bauran pemasaran jasa terhadap keputusan pembelian konsumen pada lembaga pendidikan bahasa inggris CST English Center Krendang? 3. Apakah terdapat pengaruh faktor citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen pada lembaga pendidikan bahasa inggris CST English Center Krendang? 4. Apakah strategi bauran pemasaran jasa dan citra merek secara bersama- sama mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada lembaga pendidikan bahasa inggris CST English Center Krendang? 1. 3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dan manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut : Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 15 1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh faktor strategi bauran pemasaran jasa terhadap citra merek lembaga pendidikan bahasa inggris CST English Center Krendang. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh faktor strategi bauran pemasaran jasa terhadap keputusan pembelian konsumen pada lembaga pendidikan bahasa inggris CST English Center Krendang. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh faktor citra merek terhadap keputusan pembelian konsumen pada lembaga pendidikan bahasa inggris CST English Center Krendang. 4. Untuk mengetahui apakah strategi bauran pemasaran jasa dan citra merek secara bersama- sama mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada lembaga pendidikan bahasa inggris CST English Center Krendang. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dengan menerapkan hasil dari penelitian ini bagi : Perusahaan (PT. CST Indonesia - CST English Center) • Meningkatkan kemampuan bersaing CST English Center dengan lembaga pendidikan bahasa inggris lain. • Meningkatkan peluang dalam memperluas pangsa pasar. • Menanamkan dan meningkatkan citra sebagai lembaga pendidikan bahasa inggris yang terpercaya dan berkualitas. Staff Pemasaran • Membantu divisi pemasaran CST English Center dalam merencanakan strategi dan kegiatan promosi yang efektif dalam menarik minat calon peserta didik atau murid. • Mengevaluasi perubahan minat konsumen sehingga dapat menerapkan bentuk strategi pemasaran yang sesuai dengan perubahan yang terjadi. Staff Operasional • Membantu manajer operasional dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan front office (customer service) dan back office umumnya. • Membantu koordinator kelas dalam merencanakan jadwal pelatihan 16 yang sesuai dengan kondisi pasar dan minat calon peserta didik atau murid. • Membantu dalam pengembangan serta peningkatan kualitas jasa dan instruktur. Pelanggan • Memperoleh informasi yang jelas mengenai produk pelatihan di CST English Center baik melalui media promosi maupun melalui customer service. • Memperoleh manfaat pembelajaran yang maksimal sesuai dengan biaya yang telah dibayar. • Kepuasan terhadap fasilitas pelatihan dan pelayanan yang diberikan baik oleh pengajar maupun staf. 1. 4 Ruang Lingkup Karena pertimbangan keterbatasan waktu, perizinan dan keputusan pembelian konsumen maka ruang lingkup penelitian yang dilakukan hanya pada komsumen / peserta didik dari segmen Siswa Sekolah Menengah Atas, Mahasiswa, Karyawan/ umum di pusat pelatihan CST English Center Krendang Jakarta saja, kelas FCE 1 – GE 1 pada periode pembelajaran Januari 2015. 1. 5 Sistematika Penulisan Berikut akan disajikan sistematika penulisan dari penelitian yang akan dibagi menjadi 5 bab meliputi : Bab 1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang penulisan penelitian, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan sistematika dari penulisan penelitian ini sendiri. Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini akan menjelaskan landasan teori yang dipakai untuk menjelaskan pemasaran didalamnya, beserta kegiatan-kegiatan yang berhubungan strategi bauran pemasaran, pengembangan citra merek dan metode dalam menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi antara karakteristik dan keputusan pelanggan. 17 Bab 3 Metodologi Penelitian Pada bab ini akan menjelaskan metode yang digunakan dalam penelitian mencakup kerangka penelitian, metode pengumpulan data, populasi, sampel dan teknik sampling, model penelitian, metode analisis, variabel penelitian dan rumusan hipotesis penelitian awal. Bab 4 Evaluasi Hasil Penelitian Pada bab ini akan menjelaskan kegiatan analisis data-data yang diperoleh melalui survei dan bagaimana menggunakannya dalam mengembangkan solusi. Bab 5 Kesimpulan dan Rekomendasi Pada bab ini akan menjelaskan kesimpulan dari hasil analisis data survei dalam mengembangkan solusi berkaitan dengan strategi pemasaran dan rekomendasi pemecahan masalah beserta cara implementasi yang diharapkan dapat membantu CST English Center dalam kegiatan pemasaran. 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan tema yang diteliti (state of the art) berhasil dihimpun oleh penulis dan sebagian besar dijadikan sebagai data dan referensi pendukung guna mempertegas teori-teori yang telah ada mengenai strategi bauran pemasaran jasa, citra merek dan keputusan pembelian. Berikut ringkasan hasil penelitian terdahulu yang didapatkan oleh peneliti selama melakukan penelitian : Marketing Mix Mempengaruhi Keputusan Pembelian Sukati, Inda (2012). The Relationship Between Marketing Mix And Customer Decision-Making Over Travel Agents: An Empirical Study. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences June 2012, Vol. 2, No. 6 ISSN: 2222-6990. Didalam jurnal ini penulis menyatakan bahwa Produk menunjukkan korelasi kuat dan pengaruh dengan pengambilan keputusan, diikuti oleh harga, tempat dan terakhir adalah promosi Dalam regresi berganda bahwa hanya dirasakan harga dan produk secara signifikan dan positif mempengaruhi pelanggan pengambilan keputusan. Soedijati dan Pratminingsih. The Impacts Of Marketing Mix On Students Choice Of University Study Case Of Private University In Bandung, Indonesia. 18 Universitas Widyatama, Bandung, Indonesia. (2nd ICBER 2011). Efek dari bauran pemasaran yang mengungkapkan nilai atau persegi 0,525. Ini berarti bahwa marketing mix memberikan pengaruh terhadap keputusan mahasiswa membuat signifikan (52,5%) dan 47,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa bauran pemasaran berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan siswa dalam memilih perguruan tinggi. Dari hasil ini, maka disarankan agar lembaga pendidikan tinggi harus mengintegrasikan semua fungsi organisasi dan kegiatan pemasaran untuk mempertahankan eksistensi mereka. Oleh karena itu, kebijakan dan keputusan lembaga pendidikan tinggi harus mendukung pengetahuan mendalam tentang kebutuhan pelanggan, tujuan dan harapan. Al-Dmour1 & Kakeesh1. The Effect of Services Marketing Mix Elements on Customer-Based Brand Equity: An Empirical Study on Mobile Telecom Service Recipients in Jordan. International Journal of Business and Management; Vol. 8, No. 11; 2013. ISSN 1833-3850 E-ISSN 1833-8119. Hasil penelitian mengatakan bahwa ada hubungan antara service marketing mix dan brand image dan itu menunjukkan proses adalah yang unsur yang paling berpengaruh di citra merek yang diikuti oleh harga, layanan itu sendiri, promosi, bukti fisik dan distribusi dalam rangka, namun, unsur orang ditemukan tidak adanya hubungan. Brand Image mempengaruhi Keputusan Pembelian Shah , Syed Saad Hussain, dkk. The Impact of Brands on Consumer Purchase Intentions. Asian Journal of Business Management 4(2): 105-110, 2012 ISSN: 2041-8752. Dalam jurnal ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan 150 responden. Hasil penelitian mengatakan bahwa brand image dan brand attitude memiliki dampak positif terhadap minat pembelian atau keputusan pembelian dari konsumen. Industri yang digunakan adalah industri rokok. Ali Kazemi, PHD., Seyed Yaghoub Hosseini, PHD., dan Mahboubeh Moradi, MA. An Analysis of Influential Factors of Brand Equity and Its Impact on Consumer Buying Decision-The Selected Branches of Mellat Bank in Bushehr City as Case Study. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences. November 2013, Vol. 3, No. 11 ISSN: 2222-6990. Brand Equity mempengaruhi keputusan pembelian konsumen Bank Melat kota Bushehr. Berdasarkan pengujian 19 hipotesis penelitian dan Sig hubungan ini yang kurang dari 0,05, dapat dikatakan bahwa ekuitas merek, dengan 95 persen kepastian, secara positif mempengaruhi niat beli konsumen dari Bank Melat kota Bushehr. Bahkan, ketika ada ekuitas merek yang kuat, sikap konsumen terhadap merek akan lebih menguntungkan, karena konsumen terlalu percaya pada merek yang kuat dan memutuskan untuk membelinya. Hasil penelitian ini Hal ini sejalan dengan hasil dari Eagle and Kitchen, 2000; Yoo et al., 2000; Faircloth et al., 2001; Washburn dan Plank, 2002; Atilgan et al., 2005; Pappu et al., 2005; Kayaman dan Arasli 2007; Chen dan Chang, 2008. 20