BAB II URAIAN TEORITIS 2.1.Sektor Informal Konsep sektor

advertisement
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1.Sektor Informal
Konsep sektor informal, yang pertama kali diperkenalkan oleh Hart
(1973), membagi secara tegas kegiatan ekonomi yang bersifat formal dan
informal. Istilah sektor informal oleh Keith Hart pada tahun 1971 dalam
penelitiannya tentang unit-unit usaha kecil di Ghana. Kemudian terminologi Hart
tersebut digunakan oleh sebuah misi ke Kenya yang diorganisir oleh ILO
(International Labour Organization). Misi tersebut berpndapat bahwa sektor
informal telah memberikan tingkat ongkos yang rendah, padat karya, barang dan
jasa yang kompetitif, dan memberikan rekomendasi kepada pemerintah Kenya
untuk mendorong sektor informal (Gilber dan Josef Gugler, 1996).
Istilah sektor informal biasanya digunakan untuk menunjukkan sejumlah
kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Tetapi akan menyesatkan bila disebutkan
perusahaan berskala kecil, karena sektor informal dianggap sebagai suatu
manifestasi situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara sedang berkembang.
Mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin, berpendidikan
sangat rendah, tidak terampil dan kebanyakan para migran, jelaslah bahwa mereka
bukanlah kapitalis yang mencari investasi yang menguntungkan dan juga bukan
pengusaha seperti yang dikenal pada umumnya (Manning dan Tadjuddin, 1996).
Saat ini, sektor informal menjadi bagian yang penting dalam perumusan
kebijakan ketenagakerjaan. Sektor informal merupakan salah satu alternatif
21
Universitas Sumatera Utara
kesempatan kerja yang mampu menampung tenaga kerja tanpa persyaratan
tertentu seperti tingkat pendidikan dan keterampilan kerja. Hal ini merupakan
salah satu faktor utama yang memudahkan tenaga kerja memasuki sektor ini dan
semakin mengukuhkan kehadirannya sebagai penyangga terhadap kelebihan
tenaga kerja.
Keadaan ini dalam jangka pendek akan dapat membantu mengurangi
angka pengangguan di Indonesia. Pemberdayaan sektor informal merupakan
bagian dari pemberdayaan perekonomian rakyat guna pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi. Dalam beberapa hal, sektor informal lebih dapat
beradaptasi dan tidak terganggu oleh manajemen operasional yang kaku (Harahap
dan Sri Hastuty, 1998).
2.1.1. Latar Belakang Munculnya Sektor Informal
Salah satu problema penting yang dihadapi negara-negara Dunia ketiga
adalah merebaknya kontradiksi ekonomi politik evolusi pertumbuhan perkotaan di
negara-negara tersebut. pertumbuhan konsentrasi penduduk di kota-kota besar
negara-negara Dunia Ketiga terjadi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Tetapi,
pertumbuhan kota-kota tersebut ternyata tidak diikuti dengan kecepatan yang
sebanding oleh pertumbuhan industrialisasi. Fenomena ini oleh para ahli disebut
sebagai “urbanisasi berlebih atau over urbanization”. Istilah ini menggambarkan
bahwa tingkat urbanisasi yang terjadi terlalu tinggi melebihi tingkat industrialisasi
yang dicapai oleh evolusi suatu masyarakat.
Arus migrasi desa-kota yang cukup besar tidak semuanya terserap disektor
industri modern dikota, karena keterbatasan sektor industri modern dan tidak
22
Universitas Sumatera Utara
semua migran memiliki skill atau kemampuan untuk masuk ke sektor industri
modern tersebut. hal ini mengakibatkan para migran yang tidak dapat masuk ke
sektor industri modern lebih memilih sektor informal yang relatif mudah untuk
dimasuki.
Agar tetap dapat bertahan hidup (survei), para migran yang tinggal di kota
melakukan aktifitas-aktifitas informal (baik yang sah dan tidak sah) sebagai
sumber mata pencaharian mereka. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan
daripada menjadi pengangguran yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki
penghasilan tetapi rendah dan tidak tetap.
Sektor informal mencakup sektor pertanian, penggalian, perdagangan
eceran, dan industri kecil serta rumah tangga. Keempat sektor tersebut
menampung tenaga kerja sebab kemampuan sektor-sektor formal didalam
menyerap tenaga kerja masih kecil, sehingga sebagian besar tenaga kerja terpaksa
harus berusha sendiri atau bekerja di sektor informal. Di sektor informal itu
sendiri ada pilihan untuk bekerja di sektor pertanian atau di sektor informal di luar
pertanian. Tenaga kerja akan tetap bekerja di sektor pertanian jika keadaan sektor
informal di luar pertanian tidak menarik. Menarik atau tidaknya sektor-sektornya
informal di luar pertanian dilihat dari perbandingan penghasilan per pekerja
sketor-sktor tersebut dibandingkamn sektor pertanian. Diasumsikan bahwa tenaga
kerja akan bekerja di sektor perdagangan eceran, atau penggalian atau industri
kecil dan rumah tangga, apabila nilai tambah per pekerja sektor-sektor tersebut
lebih tinggi dari pada sektor pertanian. Banyaknya tenaga kerja yang bisa terserap
23
Universitas Sumatera Utara
pada sektor-sektor tersebut dianggao ditentukan oleh perbandingan nilai tambah
per pekerjaanya.
Keberadaan pekerja sektor informal turut memberikan sumbangan bagi
perkembangan dan kegiatan usaha. Tidak bisa dipungkiri bahwa kegiatan sektor
informal tersebut telah memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi ekonomi
lokal dalam suatu wilayah bahkan di dalam suatu kabupaten dimana terdapatnya
sektor informal tersebut.
Dilihat dari uraian di atas, bahwa dengan terjadinya peningkatan
pendapatan masyarakat golongan bawah maka terjadi peningkatan taraf hidup
mereka. Keadaan ini diharapkan memberikan kontribusi peningkatan pendapatan
daerah dan nasional. Oleh karena itu sektor informal mempunyai peran penting
dalam mewujudkan tujuan pemerataan pembangunan.
2.1.2. Ciri-ciri Sektor Informal
Dalam ensiklopedia ekonomi, bisnis dan manajemen (1997) dijelaskan
bahwa belum ada kebulatan pendapat tentang batasan yang tepat untuk sektor
informal di Indonesia. Tetapi ada kesepakatan tidak resmi antara para ilmuwan
yang terlihat dalam penelitian masalah-masalah sosial untuk menerima defenisi
kerja sektor informal di Indonesia sebagai berikut :
-
Sektor yang tidak menerima bantuan atau proteksi ekonomi dari
pemerintah
-
Sektor yang belum dapat menggunakan (karena tidak mempunyai
akses) bantuan, meskipun pemerintah telah menyediakannya.
24
Universitas Sumatera Utara
-
Sektor yang telah menerima bantuan pemerintah tetapi bantuan
tersebut belum sanggup membuat sektor itu mandiri.
Berdasarkan definisi kerja tersebut, disepakati pula serangkaian ciri sektor
informal di Indonesia yang meliputi :
a. Kegiatan usaha yang tidak terorganisasi secara baik, karena unit usaha
timbul tanpa menggunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia secara
formal.
b. Pada umumnya unit usaha tidak memiliki izin usaha.
c. Pola kegiatan usaha tidak teratur dengan baik, dalam arti lokasi maupun
jam kerja.
d. Pada umumnya kebijakan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi
lemah tidak sampai ke sektor ini.
e. Unit usaha berganti-ganti dari satu sub sektor ke sub sektor lain.
f. Teknologi yang digunakan masih tradisional.
g. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga
kecil.
h. Untuk menjalankan usaha tidak diperlukan pendidikan formal, sebagian
besar hanya diperoleh dari pengalaman sambil bekerja.
i. Pada umumnya unit usaha termasuk kelompok one man enterprise dan
kalau ada pekerja, biasanya dari keluarga sendiri.
j. Sumber dana modal usaha pada umumnya berasal dari tabungan sendiri,
atau dari lembaga keuangan tidak resmi.
25
Universitas Sumatera Utara
k. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat
kota/desa berpenghasilan rendah atau menengha.
2.1.3. Kekuatan dan Kelemahan Sektor Informal
Perusahaan dengan skala kecil merupakan solusi bagi penyelesaian
masalah-masalah ekonomi dunia saat ini. Perubahan-perubahan global yang
paling hebat sekalipun hanya dapat diatasi dengan mekanisme manajemen yang
fleksibel. Perusahaan skala kecil memenuhi persyaratan ini karena sektor informal
secara organisatorik manajerial bersifat tidak kaku. Sifat ini merupakan kekuatan
utama yang dimiliki sektor informal.
Kekuatan sektor informal adalah sebagai berikut : (Tambunan, 1999)
1. Kekuatan padat karya dan persediaan tenaga kerja di Indonesia masih
sangat banyak, mengikuti laju pertumbuhan penduduk angkatan kerja yang
rata-rata per tahun masih sangat tinggi. Sehingga upah nominal tenaga
kerja khususnya dari kelompok berpendidikan rendah masih relatif rendah.
2. Industri kecil masih lebih banyak membuat produk-produk sederhana yang
tidak terlalu membutuhkan pendidikan formal yang tinggi melainkan
hanya keahlian khusus yang dapat dimiliki warga setempat lewat sumbersumber formal. Selain itu harganya murah.
3. Secara umum kegiatan sektor informal masih agricultural based, karena
memang banyak komoditas-komoditas yang dapat diolah dalam skala
kecil.
4. Pengusaha-pengusaha
kecil
dan
rumah
tangga
lebih
banyak
menggantungkan diri pada uang sendiri, atau pinjaman dari sumber
26
Universitas Sumatera Utara
rentainer, untuk modal kerja dan investasi mereka, walaupun banyak
memakai fasilitas kredit khusus dari pemerintah.
Disamping kekuatan yang dimilikinya, sektor informal juga memiliki
kelemahan-kelemahan. Dengan kelemahan itu tentunya menyebabkan sektor
informal akan mengalami kesulitan. Kelemahan yang dimiliki terutama dalam hal
kemampuan untuk bersaing masih sangat lemah baik dalam pasar domestik
maupun pasar ekspor. Selain itu sektor informal juga kurang memiliki
diversifikasi produk. Hal ini tentunya akan menjadi kendala serius bagi
perkembangan serta pertumbuhannya.
Ketidakandalan dalam manajemen dan ketidakmampuan mengelola
perusahaan dengan optimal juga merupakan kelemahan yang dimiliki, dan
selanjutnya kelangsungan sektor informal pada masa depan menjadi sangat
mengkhawatirkan.
2.1.4. Pembinaan dan Pengembangan Sektor Informal
Pengertian bahwa pembangunan tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah
seperti pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan sebagainya atau kepuasan
batiniah seperti pendidikan, rasa aman, bebas mengeluarkan pendapat yang
bertanggungjawab, rasa keadilan dan sebagainya. Melainkan keselarasan,
keserasian dan keseimbangan itu merata di seluruh tanah air dan bukan hanya
untuk sesuatu golongan atau sebagian dari masyarakat, tetapi untuk seluruh
masyarakt dan harus benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat sebagai perbaikan
tingkat hidup yang berkeadilan sosial, yang menjadi cita-cita kemerdekaan kita.
27
Universitas Sumatera Utara
Tujuan pembangunan ini bukan hal yang mudha dicapai, lebih-lebih
apabila mencakup begitu banyak segi. Dalam keadaan demikian maka peranan
pemerintah memimpin gerakan perombakan ini menjadi penting, usaha memimpin
gerak pembangunan ini dilakukan pemerintah melalui kedudukannya selaku
pelaksana kebijaksanaan, konsumen, produsen, dan investor, perusahaan negara
mengatur masyarakat.
Selaku pelaksana kebijaksanan, maka pemerintah bekerja melalui pasar
dan
bisa
pula
menggunakan
bekerja
lembaga
langsung
pasar.
melaksanakan
Pemerintah
bisa
pembangunan
mendorong
dengan
masyarakat
mengadakan perubahan dan pembangunan melalui kebijakan keuangan,
perdagangan, perindustrian, dan lain-lain.
Pembinaan sektor informal harus diarahkan secara terpadu agar akar
masalahnya dapat diatasi. Sasaran utama dan pertama yang harus diperjuangkan
adalah pengalihan tempat usaha dari situasi informal menjadi tempat usaha yang
formal. Sasaran kedua adalah pembinaan sikap mental dan kemampuan mengelola
usaha bagi anggota. Peralihan tempat usaha formal, menuntut anggota untuk
menganalisa pasar dalam rangka menetapkan jenis barang dagangan yang
dibutuhkan pembeli di dalam pasar. Sasaran ketiga adalah terobosan dalam rangka
memperpendek jalur distribusi. Untuk mempertahankan daya saing, perlu
diprakarsai upaya pengadaan barang dagangan langsung dari produsen. Dengan
demikian jual pun akan lebih rendah, tanpa mengurangi keuntungan pedagang.
Dengan cara ini modal kerja tidak terlalu besar.
28
Universitas Sumatera Utara
Sasaran keempat adalah perlunya bantuan permodalan. Dalam hal anggota
beralih tempat usaha dan sekaligus beralih jenis mata dagangan, karena tuntutan
permintaan yang baru harus demikian, maka peranan bantuan permodalan menjadi
penting.
2.2. Pengertian Pendapatan, Pengeluaran, Aliran Berputar
Menurut N. Gregory Mankiw (2000 : 16) bayangkan suatu perekonomian
yang memproduksi produk tunggal yaitu buah dari input tunggal yaitu tenaga
kerja. Gambar 1 memperlihatkan seluruh transaksi ekonomi yang terjadi diantara
rumah tangga dan pedagang buah dalam perekonomian ini.
Dalam hal putaran dalam pada gambar 1 menunjukkan bahwa aliran buah
dan tenaga kerja. Pedagang buah menggunakan para pekerjaanya untuk menahan
buah-buahan, yang kemudian di jual ke rumah tangga. Dengan demikian, tenaga
kerja mengalir dari rumah tangga ke pedagang buah, dan buah mengalir dari
pedagang buah ke rumah tangga. Putaran luar pada gambar 1 menunjukkan arus
uang. Rumah tangga membeli buah dari pedagang buah. Pedagang buah
menggunakan sebagian penerimaanya dari penjual untuk membayar upah tenaga
kerja mereka, dan sisanya adalah laba yang dinikmati para pedagang buah.
Dengan demikian, pengeluaran terhadap buahan-buahan dari rumah tangga ke
pedagang buah, dan pendapatan dalam bentuk upah dan laba mengalir dari
pedagang buah ke rumah tangga.
GDP (gross domestic product) atau PDB (produk domestik bruto)
mengukur arus uang dalam perekonomian ini. GDP atau PDB bisa dihitung
29
Universitas Sumatera Utara
dengan dua cara. GDP atau PDB adalah pendapatan total dari produksi buahbuaha, yang sama dengan jumlah upah dan laba separuh bagian atas dari uang.
GDP juga merupakan pengeluaran total pada pembelian buah-buahan merupakan
bagian bawah dari arus uang. Untuk menghitung GDP atau PDB, kita bisa melihat
arus uang dari pedagang buah ke rumah tangga atau arus uang dari rumah tangga
ke pedagang buah.
Dua cara menghitung GDP atau PDB ini harus sama karena pengeluaran
pembeli atas produk adalah berdasarkan kaidah akuntansi, pendapatan bagi
penjual produk itu. Setiap transaksi yang mempengaruhi pengeluaran harus
mempengaruhi pendapatan, dan setiap transaksi yang mempengaruhi pendapatan
harus mempengaruhi pengeluaran. Misalnya pedagang buah memproduksi dan
menjual buah-buahan lebih banyak ke sebuah rumah tangga. Tentu saja transaksi
ini meningkatkan pengeluarn total atas buah-buahan, tetapi juga memiliki dampak
terhadap pendapatan total. Jika pedagang buah menambah jumlah buah-buahan
yang dijualnya tanpa memperkerjakan tenaga kerja tambahan karena pedagang
buah berhasil membuat proses produksi lebih efisien, maka laba meningkat. Jika
pedagang buah menambah jumlah buah-buahan dengan memperkerjakan tenaga
kerja tambahan, maka upah meningkat.
30
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1 :
Pendapatan
Tenaga kerja
Rumah Tangga
Perusahaan /
Pedagang buah
Buah-buahan
Pengeluaran
Keterangan Gambar :
Gambar ini menunjukkan aliran antara perusahaan atau pedagang buah dan rumah
tangga dalam suatu perekonomian yang memproduksi satu barang dari satu input,
tenaga kerja. Putaran dalam menunjukkana rus tenaga kerja dan buah-buahan :
rumah tangga menjual tenaga kerja. Putaran luar menunjukkan arus uang yang
berhubungan : rumah tangga membayar ke perusahaan atau pedagang buah untuk
buah-buahan, dan perusahaan membayar upah dan laba ke rumah tangga. Daam
perekonomian ini. GDP atau PDB adalah pengeluaran total pada buah-buahan
dan pendapatan total dari produksi buah-buahan.
31
Universitas Sumatera Utara
Dalam buku pengantar Mikro Ekonomi edisi kedelapan jilid 1 karangan
Richard G. Lipsey, Peter O. Steiner, Douglas D. Purvis (1987 : 52) menyatakan
salah satu cara menghayati apa itu permintaan agregat dan penawaran agregat
adalah dengan memandang ekonomi sebagai satu rangkaian alur yang maha besar.
Bagian pokok dari permintaan agregat muncul dari pembelian komoditi-komoditi
konsumptif yang dilakukan seluruh rumah tangga dalam suatu negara atau suatu
daerah. Pembelian ini menghasilkan pendapatan bagi perusahaan-perusahaan atau
pedagang-pedagang yang memproduksi dan menjual komoditi untuk di konsumsi.
Bagian besar dari penawaran agregat muncul dari produksi dan penjualan barangbarang konsumtif oleh seluruh perusahaan atau pedagang dalam negara atau
daerah tertentu. Produksi ini menghasilkan pendapatan bagi semua faktor yang
dimanfaatkan untuk membuat atau menghasilkan barang-barang.
Di dalam arus lingkar pendapatan memperlihatkan interaksi antara semua
perusahaan atau pedagang dengan semua rumah tangga dalam dua macam pasar
yaitu pasar faktor produksi dan pasar produk, melalui pasar ini berbagai keputusan
di koordinasikan. Kita lihat rumah tangga terlebih dahulu. Para anggoa keluara
menginginkan berbagai komodiit untuk digunakan sebagai makanan, pakaian,
rumah, hiburan, dan alat keamanan. Mereka juga membutuhkan komoditikomoditi untuk mendidik, memperindah, mempesonakan atau membuat mereka
sendiri lucu. Rumah tangga memiliki sumber daya yang digunakan dalam usaha
memuaskan keinginan. Namun tidak semua keinginan bisa dipuaskan dengan
sumber daya yang tersedia. Maka para keluarga ini terpaksa memilih barang dan
32
Universitas Sumatera Utara
jasa mana yang harus dibeli di pasar produk, yang menawarkan begitu banyak
cara untuk menghabiskan pendapatan mereka.
Kita lihat perusahaan atau pedagang. Mereka harus memilih barang-barang
yang akan dibuat dan dijual diantara sekian banyak cara untuk memproduksi atau
menghasilkan, dan diantara berbagai kemungkinan jumlah dan mutu yang dapat
mereka sediakan. Perusahaan-perusahaan atau pedagang-pedagang ini juga harus
membeli faktor-faktor produksi atau membeli apa yang akan mereka jual kepada
konsumen. Pembayaran perusahaan atau pedagang kepada pemilik langsung
faktor-faktor produksi atau pemilik langsung barang yang akan di jual akan
memberikan penghasilan kepada pemilik faktor-faktor produksi atau pemilik
langsung barang yang akan dijual. Penerima penghasilan ini adalah seluruh rumah
tangga yang anggota-anggotannya membutuhkan komoditi untuk digunakan
sendiri sebagai makanan, pakaian, perumahan, dan hiburan.
Dalam buku N. Gregory Mankiw (200 : 17) menyatakan bahwa dalam
perekonomian yang hanya memproduksi buah-buahan, kita bisa menghitung GDP
atau PDB secara sederhana dengan menambah pengeluaran total pada buahbuahan. Akan tetapi perekonomian sebuah negara atau sebuah daerah meliputi
produksi dan penjualan dari sejumlah besar barang dan jasa yang berbeda. Untuk
menginterpretasikan secara benar ukuran GDP atau PDB, kita harus memahami
beberapa kaidah yang diikuti para ekonom dalam membentuk statistik.
Didalam buku N. Gregory Mankiw (2000 : 21) dijelaskan bahwa untuk
menghitung GDP atau PDB para ahli ekonom menggunakan kaidah yang baru
yaitu nilai output total barang dan jasa perekonomian. Kalau kita kaitkan dengan
33
Universitas Sumatera Utara
pendapatan pedagang buah dan kesejahteraan pedagang buah bahwa GDP adalah
jumlah dari nilai seluruh buah yang di jual pedagang buah. Yaitu :
GDP atau PDB = (Harga Apel x Jumlah Apel) + (Harga Jeruk x Jumlah
Jeruk) + (Harga buah yang dijual x jumlah buah yang di jual)
Bahwa GDP atau PDB bisa meningkat karena harga meningkat atau
jumlah produk meningkat.
Dengan mudah kita bisa melihat bahwa GDP atau PDB yang dihitung
dengan cara diatas bukan ukuran kemakmuran ekonomi yang baik khususnya
bukan ukuran kemakmuran bagi pedagang buah. Ukuran ini tidak secara akurat
mencerminkan sejauh mana perekonomian khususnya pedagang buah bisa
memuaskan permintaan rumah tangga dalam hal ini konsumen, sesama pedagang
buah, pemerintah. Jika seluruh harga digandakan tanpa perubahan dalam jumlah
maka GDP atau PDB akan berlipat ganda. Tetapi tidak benar untuk mengatakan
bahwa kemampuan perekonomian khususnya pedagang buah untuk memuaskan
permintaan telah berlipat ganda, karena jumlah setiap produk yang diproduksi
tetap sama. Para ekonom menyebutkan nilai barang dan jasa diukur dengan harga
berlaku sebagai GDP atau PDB nominal (nominal GDP).
Ukuran kemakmuran ekonomi khususnya pedagang buah yang lebih baik
akan menghitung output barang dan jasa perekonomian dan tidak akan
dipengaruhi oleh perubahan harga. Untuk tujuan ini, para ekonom menggunakan
GDP riil (real GDP), yang nilai barang dan jasanya diukur dengan menggunakan
harga konstan. GDP riil menunjukkan apa yang akan terjadi terhadap pengeluaran
pada output jika jumah berubah tetapi harga tidak.
34
Universitas Sumatera Utara
Untuk melihat GDP riil dihitung, bayangkan kita ingin membandingkan
output pada tahun 1998 dan output tahun 1999 dalam perekonomian pedagang
buah di kota Medan. Kita bisa mulai dengan memilih sekumpulan harga disebut
harga dasar tahunan, seperti harga berlaku ada tahun 1998. Barang ditambahkan
dengan menggunakan harga dasar tahunan ini untuk menilai barang-barang yang
berbeda di kedua tahun. GDP riil untuk tahun 1998 adalah
GRP riil = (Harga buah-buahan 1998 x jumlah buah-buahan yang dijual
1998) + (harga buah-buahan lain yang dijual 1998 x jumlah buah-buahan lain
yang dijual 1998)
Demikian pula, GDP riil pada tahun 1999 adalah
GDP riil = (Harga buah-buahan 1999 x jumlah buah-buahan yang dijual
1999)+ (harga buah-buahan lain yang dijual 1999 x jumlah buah-buahan lain yang
dijual 1999)
Dan, GDP riil pada tahun 2000 adalah
GDP riil = (harga buah-buahan 1998 x jumlah buah-buahan yang dijual
2000) + (harga buah-buahan lain yang dijual 1998 x jumah buah-buahan lain yang
dijual 2000)
Lihatlah bahwa harga tahun 1998 digunakan untuk menghitung GDP riil
untuk tiga tahun. Karena harga dipertahankan konstan, GDP riil bervariasi dari
tahun ke tahun hanya jika jumlah yang diproduksi berbeda. Karena kemampuan
masyarakat untuk memberikan kepuasan ekonomi bagi para anggotanya sangat
bergantung pada jumlah barang dan jasa yang diproduksi, GDP riil memberikan
ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik ketimbang GDP nominal.
35
Universitas Sumatera Utara
Dari GDP nominal dan GDP riil kita bisa menghitung statistik ketiga yaitu
deflator GDP. Deflator GDP, juga disebut dengan deflator harga implisit untuk
GDP, didefenisikan sebagai rasio GDP nominal terhadap GDP riil.
Deflator GDP = GD nominal : GDP riil
Deflator GDP mencerminkan apa yang terjadi pada seluruh tingkat harga
dalam perekonomian.
Untuk lebih memahami hal ini, perhatikan lagi perekonomian dengan satu
barang, buah-buahan. Jika P adalah harga buah-buahan dan Q adalah jumlah
buah-buahan yang terjual, maka GDP nominal jumlah total dari uang yang
dibelanjakan untuk membeli buah-buahan pada tahun itu, P x Q. GDP riil adalah
jumlah buah-buahan yang dihasilkan pada tahun itu dikali jumlah buah-buahan
yang dihasilkan pada tahun dasar, P dasar x Q. Deflator GDP adalah harga buahbuahan pada tahun itu relatif terhadap harga buah-buahan pada tahun dasar, P/P
dasar.
Defenisi deflator GDP memungkinkan kita memisahkan GDP nominal
menjadi dua bagian : satu bagian mengukur jumlah (GDP riil) dan yang lain
mengukur harga (deflator GDP). Yaitu :
GDP Nominal = GDP riil x deflator GDP
GDP
nominal mengukur nilai uang
yang
berlaku
dari output
perekonomian. GDP riil mengukur output yang diniai pada harga konstan.
Deflator GDP mengukur harga output relatif terhadap harganya pada tahun dasar.
36
Universitas Sumatera Utara
2.3.Modal Usaha
Menurut Drs. S. Munawir, Akuntan (2002, 114) mengatakan bahwa suatu
analisa terhadap sumber dan penggunana modal kerja sangat penting bagi
penganalisaan intern atau extern. Disamping masalah modal usaha ini erat
hubungannya dengan operasi perusahaan sehari-hari juga menunjukkan tingkat
keamanan para kreditur terutama kreditu jangka pendek. Adanya modal usaha
yang cukup sangat penting memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi
dengan seekonomis mungkin dan perusahaan atau pedagang buah-buahan tidak
mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karna
adanya krisis atau kekacauan keuangan. Akan tetapi adanya modal usaha yang
berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produkti, dan hal ini akan
menimbulkan kerugian bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan karena
adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya
adanya ketidak cukupan maupun mis management dalam modal kerja merupakan
sebab utama kegagalan suatu perusahan atau pedagang buah-buahan.
Tersediaanya modal usaha yang segera dapat dipergunakan dalam operasi
tergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki. Tetapi modal kerja
harus cukup jumlahnya dalam arti haru mampu membiayai pengeluaranpengeluaran atau operasi sehar-hari, karena dengan modal usaha yang cukup akan
menguntungkan bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan, di samping
memungkinakn bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan untuk beroperasi
secara ekonomis atau efisien dan perusahaan atau pedagang buah-buahan tidak
37
Universitas Sumatera Utara
mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain,
antara lain :
a. Melindungi perusahaan atau pedagang buah-buahan terhadap krisis
modal usaha karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
b. Memungkinan untuk dapat membayar semua kewaiban-kewajiban
tepat pada waktunya.
c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahan atau pedagang buahbuahan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk
dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang
mungkin terjadi.
d. Memungkinan untuk memiliki persediaan dan jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumenya.
e. Memungkinkan bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan untuk
memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan bagi para
langganya.
f. Memungkinan bagi perusahaan atau pedagang buah-buahan untuk
beropreasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk
memperoleh barang atuapun jasa yang dibutuhkan.
2.4. Lama Usaha
Lama usaha juga menentukan keberhasilan suatu usaha yang di jalankan.
Semakin lama suatu usaha di suatu tempat, semakin banyak konsumen yang
38
Universitas Sumatera Utara
mengenal usahanya dan membeli apa yang dijualnya dan biasanya omset
penjualan semakin meningkat dan kesejahteraan semakin tinggi.
Demikian dengna pedagang buah-buahan. Lama usaha menentukan omset
penjualannya. Karena semakin lama pedaang buah-buahan berjualan di suatu
tempat, semakin banyak oran g mengenalnya sehingga pedagang buah-buahan
tidak perlu lagi mempromosikan buah-bahan yang di jualnya dan konsumen
biasanya percaya akan harga yang diberikan pedagang buah-buahan kepada
konsumen. Lama usaha adalah kurun waktu responden sejak mulai usaha
misalnya pedagang buah telah berusaha selama lima tahun di pasar Petisah.
2.5. Kuantitas
Kuantitas pengertian umumnya jumlah. Didalam pelajaran bahasa Inggris
quantitas adalah jumlah. Kuantitas juga menentukan keberhaislan suatu usaha
yang di jalankan. Semakin tinggi kuantitas buah yang di jual, semakin tinggi
tingkat pendapatan pedagang buah. Sebaliknya semakin rendah kuantitas buah
yang dijual, semakin rendah tingkat pendapatan pedagang buah. Pedagang buah
harus dapat dalam memilih buah-buahan yang tinggi kualitasnya untuk dijual.
2.6.Lokasi Usaha
Menurut buku studi kelayakan bisnis karangan Kasmir, SE, MM dan
Jakfar, SE, MM (2003 : 221) : Bahwa prioritas utama aspek teknis/operasi adalah
menganalisa masalah penentuan lokasi. Lokasi sangat penting mengingat apabila
39
Universitas Sumatera Utara
salah dalam menganalisis akan berakibat meningkatkan biaya yang akan
dikeluarkan nantinya.
Dalam memilih lokasi tergantung dari jenis usaha atau investasi yang
dijalankan. Terdapat paling tidak empat lokasi yang dipertimbangkan sesuai
keperluan usaha yaitu : lokasi untuk usaha di mulai, lokasi untuk menanam buahbuaha, lokasi untuk menyimpan buah-buahan,lokasi untuk membuka cabang
usaha buah-buahan yang baru.
Secara umu pertimbangan dalam menentukan letak suatu lokasi adalah
sebagai berikut :
1. Jenis usaha yang dijalankan
2. Apakah dekat dengan pasar atua konsumen
3. Apakah dekat dengan bahan baku
4. Apakah tersedia tenaga kerja
5. Tersedia sarana dan prasarana (transportasi, listri, air)
6. Apakah dekat dengan pusat pemerintahan
7. Apakah dekat lembaga keuangan
8. Apakah berada di kawasan industri
9. Kemudahan untuk melakukan ekspansi/perluasan
10. Kondisi adat istiadat/bduaya/sikap masyarakat setempat
11. Hukum yang berlaku di wilayah tersebut
Khusus untuk lokasi pedagang buah-buahan paling tidak dua faktor yang
menjadi pertimbangan yaitu :
40
Universitas Sumatera Utara
-
Faktor utama
Pertimbangan utama daam penentuan lokasi usaha buah-buahan adalah :
a. Dekat dengan pasar
b. Dekat dengan pengambilan buah-buahan
c. Tersedia tenaga kerja, baik jumlah maupun kualifikasi yang diinginakn
d. Terdapat fasilitas pengangkutan seperti jalan raya, kereta api atau
pelabuhan laut atau pelabuhan udara
e. Tersedia sarana dan prasarana seperti listrik
f. Sikap masyarakat
-
Faktor Sekunder
Pertimbangan sekunder dalam penentuan lokasi usaha buah-buahan adalah :
a. Biaya untuk investasi di lokai seperti biaya pembelian buah-buahan dari
agen atau pembuatan lokasi usaha.
b. Prospek perkembangan harga atau kemajuan di lokasi tersebut di masa
yang akan datang.
c. Kemungkinan untuk perluasan lokasi
d. Terdapat fasilitas lainnya yaitu pusat perbelanjaan selain buah-buahan atau
perumahan
e. Iklim dan tanah
Penilaian di lokasi yang tepat akan memberikan berbagai keuntungan bagi
pedagang buah-buahan, baik daris egi finansial maupun non finansial.
Keuntungan yang diperoleh dengan mendapatkan lokasi yang tepat antara lain
adalah :
41
Universitas Sumatera Utara
1. Pelayanan yang diberikan kepada konsumen dapat lebih memuaskan
2. Kemudahan dalam memperoleh tenaga kerja yang diinginkan baik
jumlah maupun kualifikasinya
3. Kemudahan dalam memperoleh bahan baku atua bahan penolong
dalam jumlah yang di inginkan secara terus-menerus.
4. Kemudahan untuk memperluas lokasi usaha, karna biasanya sudah
diperhitungkan untuk usaha perluasan lokasi sewaktu-waktu.
5. Memiliki nilai atau harga ekonomis yang lebih tinggi di masa yang
akan datang.
6. Meminimalkan terjadinya konflik, terutama dengan masyarakat dan
pemerintah setempat.
42
Universitas Sumatera Utara
Download