OLAHAN KOPI DAERAH NUSA TENGGARA BARAT NUS A T TENGGARA BARA DINAS PERINDUSTRIAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MATARAM SEKAPUR SIRIH Kopi sebagai minuman pertama kali dipopulerkan oleh bangsa Arab. Literatur paling tua tentang biji kopi berasal dari catatan Al Razi, seorang ahli kedokteran yang hidup di abad ke-9. Orang-orang Eropa mulai mengenal kopi dari para pedagang Arab pada abad ke-16. Komoditas tersebut diperdagangkan di pelabuhan Mocha, Yaman. Untuk sekian abad lamanya pedagang Arab memonopoli perdagangan biji kopi. Hingga pada tahun 1616 seorang Belanda berhasil membawa tanaman kopi arabika ke luar dari pelabuhan Mocha. Terdapat dua macam kopi arabika yang dibawa orang-orang Eropa dari Yaman. Pertama, kultivar yang dibawa ke Jawa kemudian menyebar ke Asia Selatan dan Amerika Tengah dikenal sebagai Typica. Kedua, kultivar yang di bawa ke Brasil lewat La Reunion dikenal sebagai Bourbon Kedua kultivar tersebut dipercaya menjadi sumber tanaman kopi arabika yang ada saat ini. Di akhir abad ke-17 bangsa-bangsa Eropa mulai memproduksi sendiri tanaman kopi di daerah jajahan mereka yang tersebar di Asia dan Amerika. Mereka mulai menguasai perdagangan biji kopi dunia sekaligus mengakhiri dominasi para pedagang Arab. Hampir semua kopi yang diperdagangkan saat itu berjenis arabika. Belanda menjadi pemasok kopi terbesar dunia dengan basis produksi di Indonesia. Pada tahun 1878 hampir seluruh perkebunan kopi di Indonesia mengalami kerusakan karena wabah penyakit karat daun atau Hemileia vastatrix. Kemudian Belanda mengganti tanaman yang rusak dengan jenis liberika. Berselang 12 tahun tanaman kopi liberika mengalami serangan penyakit yang sama. Setelah melakukan riset, pada tahun 1907 Belanda kembali mengganti liberika dengan robusta. Sejak saat itu perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh tanaman kopi robusta. Secara nasional produksi kopi arabika di Indonesia hanya Sejak saat itu perkebunan kopi di Indonesia didominasi oleh tanaman kopi robusta. Secara nasional produksi kopi arabika di Indonesia hanya 17% sedangkan robusta hampir 83%. Sisanya dengan angka yang tidak signifikan terdapat jenis liberika dan excelsa Di Daerah Nusa Tenggara Barat Kopi jenis Arabica yang memiliki Citra Rasa Specialty terdapat di lereng Gunung Rinjani Kabupaten Lombok Timur dan di Tepal Kabupaten Sumbawa, Sedangkan untuk Jenis Robusta terdapat di hampir semua kabupaten di seluruh Nusa Tenggara Barat seperti Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Utara, Dompu dan Kabupaten Bima . Pemerintah Nusa Tenggara Barat telah mengupayakan penetapannya sebagai Kopi Indikatif Geografis karena memenuhi spesifikasi tertentu yang tidak terdapat di daerah lain . Dalam upaya untuk memenangkan persaingan pemasaran komoditas kopi, maka diperlukan pengenalan, promosi dan memasarakatkan kopi yang memiliki kearifan lokal di beberapa daerah Kopi Arabica Rinjani di Kabupaten Lombok Timur dan Kopi Arabica dan Kopi Robusta yang terdapat di Lereng Gunung Tambora di Kabupaten Dompu dan Kab. Bima serta di Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat Kopi merupakan komoditas Unggulan Perkebunan yaitu Kopi Robusta , Kopi Arabica , Kelapa, kakao dan mete. Produksi kopi di Nusa Tenggara Barat tahun 2015 tercatat sebesar 4.762 ton ( NTB dalam data 2016 ), selanjutnya upaya dominan produsen kopi dalam merebut pasar yang lebih luas diharapkan para pengusaha mampu menghasilkan produk-produk yang berkualitas dan telah terstandardisasi secara kontinyu dan harga yang terjangkau Selanjutnya dalam pengelolaan kopi menjadi produk yang menjadi unggulan daerah Nusa Tenggara Barat perlu disusun pengolahan kopi bubuk yang baik agar dapat dirasakan kualitas kopi dengan citra rasa yang sesuai dengan selera pasar, yang menjamin keamanan mutu dan higinies produk kopi yang akan memberikan andil mengharumkan nama Nusa Tenggara Barat dan menjadikan nilai tambah bagi masyarakat penghasil kopi. Cara Pembuatan minuman kopi Kopi akan menjalani serangkaian proses pengolahan yang panjang dari biji kopi untuk menjadi minuman kopi Berbagai metode pengolahan biji kopi telah dicoba untuk menghasilkan minuman kopi terbaik. Dalam hal ini, proses penanaman juga turut berperan dalam menciptakan cita rasa kopi yang baik . Alur Proses Pengolahan Kopi Biji Kopi/ Bahan Baku Pencucian Pengeringan Penyangraian Pendinginan Penggilingan Pengemasan Biji Kopi Biji kopi merupakan bahan baku minuman sehingga aspek mutu [fisik, kimiawi, kontaminasi dan kebersihan] harus diawasi sangat ketat dengan memperhatikan segi ukuran biji, kadar air, kadar kulit, nilai cacat dan citarasa. Pencucian Tujuan dari pencucian biji kopi mengawasi mutu warna biji, kebersihan dan jumlah air. Pengeringan Dalam proses pengeringan ini kondisi pengeringan/ tingkat kekeringan biji kopi dan kadar air menjadi tahap yang diawasi proses dan mutunya. Penyangraian Di tahap penyangraian proses yang menjadi titik ukur adalah kondisi sangrai, waktu sangrai, dan warna biji hasil sangrai. Tujuan penyangraian adalah untuk mensintesakan senyawa-senyawa pembentuk citarasa dan aroma khas kopi yang ada di dalam biji kopi. Pendinginan Biji kopi yang telah disangrai selanjutnya didinginkan guna menurunkan suhu biji kopi yang telah melalui proses sangrai dan menjaga kebersihan biji kopi yang selanjutnya akan dilanjutkan ke tahap berikutnya. Untuk mendapatkan citarasa dan aroma yang khas, kopi bubuk bisa diperoleh dari campuran berbagai jenis kopi atas dasar jenisnya [Arabika, Robusta, Exelsa dll], jenis proses yang digunakan [proses kering, semi-basah, basah], dan asal bahan baku [ketinggian, tanah dan agroklimat] serta bahan non kopi lainnya. Pencampuran dilakukan dengan alat pencampur putar tipe hexagonal. Penggilingan/ Pembubukan Pada tahap selanjutnya, biji kopi yang telah didinginkan akan digiling untuk memecah ukuran padatan menjadi lebih kecil dari ukuran semula. Tujuannya untuk memudahkan pelarutan dan memperluas bidang kontak butiran agar senyawa aktif di dalamnya mudah diambil/diekstrak pada proses berikutnya. Pengemasan Kopi bubuk dikemas dalam kemasan aluminium foil dan dipress panas. Kesegaran, aroma dan citarasa kopi bubuk atau kopi sangrai akan terjaga dengan baik pada kemasan vakum supaya kandungan oksigen di dalam kemasan minimal. Untuk mempermudah pemasaran dan distribusi ke konsumen, kemasan kopi bubuk atas dasar jenis mutu, ukuran kemasan dan bentuk kemasan dimasukkan dan dimuat di dalam kardus [karton]. Kardus diberi nama perusahan, merek dagang dan label produksi yang jelas. Tumpukan kardus kemudian disimpan di dalam gudang dengan sanitasi, penerangan dan ventilasi yang cukup. Beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap kerusakan mutu kopi : Oksigen Uap air Suhu Sinar matahari langsung Aroma asing Referenci dihimpun dari berbagai sumber.