ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KEMISKINAN RUMAHTANGGA DI KOTA PARIAMAN Oleh : Haris Mendra, Syamsul Amar ABSTRAK The purpose of this research are to analysis the influence of education of household head, working status of household head, and family size in Pariaman city. This analysis use Logistic Regression Model to show the probabilities of poverty with Wald Test analysis to know influence of independent variabel partially effect on dependent variabel, Chi-Square analysis to know the influence of independent variabel simultaneously effect on dependent variabel. Then use Odd Ratio analysis to know the probabilities of poverty. The result of this study found that the influence of education of household head to poverty is negative and significant, this mean is the more higher of education of household head will effect the more lower of poverty. The influence of working status of household head to poverty is negative and significant too, this mean is more formal the working status of household head will effect more lower of poverty. Then, the influence of family size to poverty is negative and significant too, the meaning is more small of the number of the family will effect more lower of poverty. Cause of education of household head, working status of household head and fa,ily size effecly more andt significant to poverty in Pariaman city, so that the Government should more priority the policies that can increase the capabilities of the peoples in the city to the three variabel, example with give more practice to increase the capability, education to setting the maternity and many more. Keywords : Poverty, education of household head, working status of household Head, and family size. menimbulkan dampak negatif yang dapat 1. PENDAHULUAN Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan berpengaruh terhadap pembangunan jumlah ekonomi. Kemiskinan juga merupakan penduduk miskin, karena kemiskinan salah satu indikator sosial yang paling 1 penting dalam pembangunan ekonomi banyak aspek. Dilihat dari kebijakan (Todaro, 2000). umum, maka kemiskinan meliputi aspek Badan Pusat mendefinisikan kondisi Statistik miskin kehidupan primer yang berupa miskin akan aset, (2005) adalah suatu yang serba organisasi sosial politik dan pengetahuan serta keterampilan; dan aspek sekunder berupa dimensi kemiskinan yang saling kekurangan yang dialami oleh seseorang berkaitan secara langsung maupun tidak atau rumah tangga sehingga tidak mampu langsung. memenuhi kebutuhan minimal atau layak kekurangan menentukan siapa saja yang tergolong huruf, atau yang kondisinya kurang sehat, penyakit teorema tertentu untuk membuat satu dan perawatan kesehatan yang kurang garis kemiskinan. Mereka yang berada di baik, tingginya tingkat kematian bayi dan atas garis kemiskinan tidak digolongkan rendahnya tingkat harapan hidup (World miskin, sebaliknya mereka yang berada Bank, 1990 : 3). garis kemiskinan tergolong miskin. Garis kemiskinan tersebut dapat Dalam realitanya penanggulangan bentuk, kemiskinan yang selama ini dilakukan seperti jumlah pendapatan dalam unit oleh pemerintah ternyata belum dapat uang, ataupun konsumsi kalori per hari. mencapai hasil yang optimal. Jumlah Bentuk kemiskinan yang sering terjadi penduduk miskin memang telah dapat adalah yaitu dikurangi secara berarti akan tetapi dari kemiskinan yang timbul bukan karena jumlahnya masih cukup besar. Secara sifatnya individual tetapi kemiskinan kualitas, kehidupan rumah tangga miskin yang dialami sekelompok masyarakat nyaris tidak mengalami perubahan karena dan bukan pula karena satu sebab, tetapi masih karena berbagai sebab, hal inilah yang inevolutif. Hal ini disebabkan oleh menyebabkan kemiskinan itu bersifat penyeragaman multidimensional, memecahkan permasalahan kemiskinan kemiskinan berbagai buta hidup yang serba kotor atau perumahan diperlukan adanya suatu batasan dan dalam gizi, pendidikan yang rendah, lingkungan miskin dalam suatu perekonomian, sebab dinyatakan kemiskinan dengan mudah dapat diketahui seperti bagi kehidupannya. Tidaklah mudah dibawah Gejala-gejala struktural artinya, karena saja kebutuhan manusia yang bermacam- yang macam maka kemiskinanpun mempunyai Padahal 2 bersifat dihadapi setiap subsisten kebijakan pada dalam setiap daerah dan daerah. mempunyai karakteristik yang berbeda, baik sumber Baratmemiliki 4 kecamatan yang terdiri daya alam, sumber daya manusia maupun atas 71 kelurahan/desa dengan jumlah budaya. upaya penduduk sebesar 81.806 jiwa, menurut penanggulangan kemiskinan pada setiap data BPS Kota Pariaman berdasarkan daerah tentu membutuhkan pendekatan hasil yang berbeda pula. Penduduk Dengan demikian pendataan untuk Sosial Ekonomi Bantuan Langsung Tunai (BLT) pada tahun 2012 terdapat Kota Pariaman sebagai salah satu sebanyak 3.314 rumah tangga miskin bagian di wilayah propinsi Sumatera dengan rincian : Tabel. 1 Rumah Tangga Miskin dan Rumah Tangga Tidak Miskin Kota Pariaman Tahun 2012 No Kecamatan Rumahtangga Rumahtangga tidak miskin miskin Jumlah Rumahtangga Jumlah % Jumlah % 1 Pariaman Utara 4.152 1.054 25,39 3.098 74,61 2 Pariaman Tengah 6.469 747 11,55 5.722 88,45 3 Pariaman Selatan 4.101 731 17,82 3.370 82,18 4 Pariaman Timur 3.787 782 20,65 3.005 79,35 18.509 3.314 17,90 Jumlah Sumber : BPS Kota Pariaman 15.195 82,10 2012. Banyaknya rumahtangga miskin di Kota Pariaman tahun 2012 yaitu sebesar Dari tabel 1.1 dapat digambarkan 17,90 % atau sebanyak 3.314 rumah tingginya tingkat perbandingan antara tangga dari 18.509 rumah tangga yang rumahtangga miskin dan rumahtangga ada di kota Pariaman. Rumah tangga tidak miskin Kota Pariaman pada tahun 3 miskin di Kota Pariaman tersebar di 10.000,- / kg, jadi batas garis empat kecamatan. kemiskinan adalah Rp. 4.800.000,-. Banyaknya rumah tangga miskin di Kota Pariaman (17,90%) diduga b. Tingkat Pendidikan kepala dipengaruhi oleh berbagai faktor antara keluarga lain tingkat penguasaan teknologi, luas Kepala Rumahtangga dengan lahan yang dimilki, tingkat pendidikan, tingkat pendidikan SLTP ke tingkat bawah digolongkan pendidi-kan kesehatan, ukuran keluarga, pekerjaan kepala keluarga dan efektivitas rendah kebijakan oleh tangga pemerintah. Hal ini ditandai dengan SLTA kehidupan pendidikan tinggi. yang dilaksanakan masyarakat yang masih bersifat tradisional dan minimnya akses masyarakat terhadap segala kepala dengan ke atas Rumah- pendidikan digolongkan c. Status Pekerjaan macam Status pekerjaan dibedakan atas fasilitas umum. dua, yakni formal dan informal. Status tetap formal dan status pekerjaan yang digunakan adalah data primer lainnya dikategorikan sebagai dengan menyebar kuesioner dan juga pekerja informal. data sekunder dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti d. Ukuran Keluarga BPS dan institusi lainnya. Ukuran keluarga dikelompokkan menjadi dua, keluarga dengan 1. Definisi Operasional Variabel jumlah anggota rumahtangga 1- a. Status Kemiskinan 4 orang dikategorikan keluarga Suatu rumahtangga dinyatakan kecil, pendapatan Harga dan keluarga dengan jumlah anggota keluarga ≥ 5 masyarakat kurang dari 480 kg/kapita/tahun. karyawan dikategorikan sebagai pekerja Penelitian ini bersifat kualitatif, data apabila pekerjaan pemerintah/swasta/buruh 2. METODE PENELITIAN miskin dan orang dikategorikan beras besar. rata-rata di daerah penelitian Rp. 4 keluarga penelitian 2. Kerangka Berfikir ini faktor penyebab Kemiskinan rumahtangga disebab- tersebut dibatasi hanya pada tiga kan oleh banyak faktor dan masing- variabel, yakni variabel pendidikan masing saling terkait. Pendekatan kepala keluarga, variabel status yang digunakan untuk mengetahui pekerjaan dan faktor keluarga. Kerangka yang mempengaruhi variabel ukuran pemikiran kemiskinan rumah tangga memang teoritis dalam penelitian ini dapat cukup digambarkan sebagai berikut : banyak, tetapi dalam PENDIDIKAN KEPALA KELUARGA STATUS KEMISKINAN RUMAH STATUS PEKERJAAN TANGGA UKURAN KELUARGA Gambar. 1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini meng-gambarkan menunjukkan hubungan antara tingkat pendidikan, rumahtangga miskin. Probabilitas ini status pekerjaan dan ukuran keluarga didasarkan pada asumsi mengenai terhadap kemiskinan rumah-tangga. variabel random berbentuk 3. Model Analisis probabilitas logistic yang suatu diteliti distribution function model dengan persamaan Teknik Analisis sebagai berikut : Analisis ini menggunakan analisis Pi Logistic Regression Model untuk 5 Li = Ln ------- = ß0 + ß1X1 b. Uji Chi Square Uji χ2 (chi square test) digunakan untuk + ß2X2 + ß3X3 + ε mengetahui pengaruh variabel bebas 1 – Pi secara bersama-sama (simultan) terhadap Uji Odd Ratio variabel terikat. Uji Odd Ratio digunakan untuk Uji x2 dilakukan dengan membandingkan mengetahui χ2-hitung dengan χ2-tabel. sebuah rumahtanggamiskin atau miskin menggunakan dengan tidak Dengan derajat kebebasan sebanyak variabel bebas dan tingkat kepercayaan persamaan : (α) 0,05. Jika nilai χ2-hitung lebih besar OR = ebi dari nilai χ2-tabel maka secara bersamasama variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel Uji Hipotesis terikat. Adapun untuk mendapatkan nilai χ2-hitung a. Uji Wald Test Digunakan pengaruh untuk variabel rumus sebagai berikut : mengetahui bebas digunakan secara individu (parsial) terhadap variabel terikat. Wald Test ini dilakukan dengan membandingkan nilai Wald χ2 = Test dengan nilai t tabel. Nilai t tabel didapat dengan cara N – df dengan G (Pi – Pn)2 Σ Ni------------t=1 tingkat kepercayaan (α) 0,05 dan untuk menghitung t-test diperoleh dengan rumus : ßi Wald Test = ------Seßi 6 Pn (1 – Pn) Variabel Pendidikan (X1)* Status Pekerjaan (X2)* Ukuran Keluarga (X3)* Konstanta Koefe sien (B) Standar d Error Wald-test Signifika nsi Odds Ratio 2,918 -1,868 -1,745 4,438 0,633 0,282 0,286 0,644 21,238 44,004 37,181 47,456 0,000 0,000 0,000 0,000 0,054 0,154 0,175 χ2 dengan df = 3 sebesar 189,622 3. HASIL DAN PEMBAHASANHASIL Tabel 2 Hasil Penghitungan Regresi Logistik 7 χ2-tabel dengan df = 3 dan nilai α = 5 persen sebesar 7,815 Catatan : *) Signifikansi pada tingkat kesalahan (α) sebesar 0,05 a. Uji Wald Test terhadap rumahtangga di Kota Pariaman. Tingkat Pendidikan Dari hasil regresi didapat nilai koefesien variabel pendidikan sebesar -2,918 dan standar error Status Pekerjaan Dari hasil regresi terlihat bahwa koefesien regresi variabel koefesien status pekerjaan tercatat sebesar - sebesar 0,633. Ini berarti bentuk pengaruh variabel 1,868 tingkat kedua negatif. dengan tingkat pendidikan 0,282. Ini terhadap kemiskinan adalah negatif. Berdasarkan kedua parameter tersebut diperoleh nilai signifikansi 0,000. Ini berarti tingkat sebesar error status pekerjaan kepala keluarga tersebut diperoleh nilai Wald Test sebesar 21,238 standar berarti bentuk pengaruh variabel Berdasarkan parameter dengan koefesien pendidikan terhadap kemiskinan adalah kemiskinan Wald Test sebesar 44,044 dengan kepala tingkat signifikansi 0,000. Ini keluarga berpengaruh signifikan 8 berarti status pekerjaan kepala dan keluarga berpengaruh signifikan bersama-sama terhadap signifikan terhadap rumahtangga kemiskinan rumah- tangga di Kota Pariaman. ukuran keluarga secara berpengaruh miskin di Kota Pariaman. c. Uji Odd Ratio Ukuran Keluarga Tingkat Pendidikan Dari hasil regresi terlihat bahwa koefesien regresi variabel Nilai Odd-Ratio (OR) dari ukuran keluarga tercatat sebesar - variabel 1,745 error keluarga adalah sebesar 0,054. Ini Artinya, kepala keluarga yang berarti bentuk pengaruh variabel berpendidikan SLTA ke atas ukuran terhadap yang berpeluang untuk berada negatif. dalam status kemiskinan adalah parameter sebesar 0,054 kali dibandingkan tersebut diperoleh nilai Wald dengan kepala keluarga yang Test berpendidikan SLTP ke bawah. dengan koefesien standar sebesar 0,286. keluarga kemiskinan adalah Berdasarkan kedua sebesar tingkat 37,181 signifikansi dengan sebesar pendidikan kepala Status Pekerjaan 0,000. Ini berarti ukuran keluarga berpengaruh signifikan terhadap Nilai Odd-Ratio (OR) dari kemiskinan rumahtangga di Kota variabel status pekerjaan kepala Pariaman. keluarga adalah sebesar 0,154. Artinya, kepala keluarga yang b. Uji Chi Square berstatus Dari hasil regresi diperoleh nilai χ2–hitung sebesar Sedangkan nilai χ2 pekerja 189,622 –tabel formal tangganya dengan sebagai yang rumah- berpeluang untuk berada dalam status kemiskinan df=3 dan nilai α = 5 persen adalah sebesar 7,815 sehingga nilai χ2hitung> pekerjaan sebesar dibandingkan χ2–tabel. Dengan demikian 0,154 dengan kali kepala keluarga yang status pekerjaan- seluruh variabel yakni pendidikan nya sebagai pekerja informal. kepala keluarga, status pekerjaan 9 Sejalan dengan pendapat Ukuran Keluarga yang dikemukakan Comb dan Nilai Odd-Ratio (OR) dari Ahmed (1985) yang menge- variabel ukuran keluarga adalah sebesar 0,175. rumahtangga keluarganya yang 1-4 berada Pendidikan berpeluang dibandingkan rumahtangga belajar seumur hidup bagi setiap orang ukuran dan pengetahuan, sikap dan pengertian yang diperoleh dari pengalaman a. Pengaruh Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga terhadap Status Kemiskinan Rumah- semakin selalu harus diartikan sebagai pendidikan formal dalam rangka meningkatkan wawasan masya- besar rakat, peluangnya untuk mendapatkan yang lebih melalui baik pilan mendapatkan juga dilakukan pendidikan guna produktifitas pendapatan yang lebih besar, jika informal meningkatkan dalam meningkatkan pendapatannya lebih besar berarti rangka pendapatan masyarakat. semakin besar kemampuannya memenuhi dapat seperti meningkatkan keteram- sehingga semakin besar peluanguntuk ling- kerabat. Jadi, pendidikan tidak Semakin tinggi pendidikan seseorang sehari-hari, kungan, teladan dan perilaku tangga di Kota Pariaman untuk mencari keterampilan, Pembahasan nya dalam menghimpun keluarganya 5 orang ke atas. pekerjaan atas yang merupakan suatu proses dengan dengan terdiri pendidikan formal dan informal status kemiskinan adalah sebesar 0,175 kali pendidikan dimana, kapan dan siapa saja. yang dalam bahwa adalah sama dengan belajar, ukuran orang rumahtangganya untuk mukakan Artinya, kebutuhan Hasil temuan menunjukkan hidup rumahtangganya, sehingga bahwa menyebabkan mempengaruhi keluarganya menjadi tidak miskin. tingkat pendidikan kemiskinan rumahtangga di Kota Pariaman 10 secara signifikan dan negatif, dari kepala rumahtangga sebagai artinya semakin tinggi tingkat penentu pendidikan kepala rumahtangga yang diterima oleh rumahtangga. suatu keluarga semakin kecil Semakin peluang rumahtangga tersebut kepala untuk berada pada kemiskinan. besar pula kemampuan rumah- Dengan adanya temuan ini maka tangga untuk memenuhi kebutu- dapat dikatakan bahwa faktor han pendidikan keluarga rumahtangga yang bekerja pada yang sector formal biasanya mem- yang peroleh pendapatan yang lebih cukup berarti dalam pemben- besar dan tetap dibanding kepala tukan rumahtangga miskin di rumahtangga yang bekerja pada Kota Pariaman. Untuk itu, dalam sector informal sehingga bisa rangka meningkatkan wawasan dikategorikan dan kepala merupakan faktor memberikan sumbangan besarnya pendapatan besar pendapatan rumahtangga semakin rumahtangganya. Kepala bahwa rumah- pengetahuan masyarakat tangga yang kepala rumahtang- dilakukan sosialisasi ganya bekerja pada sector formal tentang berbagai keterampilan termasuk kepada rumahtangga praktis yang dapat menunjang yang tidak miskin. perlu kegiatan usaha yang dilakukan Sejalan dengan penelitian masyarakat. ini yang menyatakan bahwa Pekerjaan status pekerjaan kepala rumah- Rumahtangga tangga berpengaruh signifikan terhadap Status Kemiskinan terhadap rumahtangga miskin di Rumahtangga di Kota Pariaman, dengan status b. Pengaruh Status Kepala Kota pekerjaan Pariaman Status Pekerjaan kepala akan informalcenderung berpengaruh terhadap rumahtangga berpengaruh ter- jumlah pendapatan rumahtangga hadap kemiskinan rumahtangga, yang karena berdampak sumber penghasilan utama suatu rumahtangga adalah 11 pada akhirnya pada akan kurang/tidak mampunya rumahtangga untuk tetap. membiayai kebutuhan hidupnya. pekerja yang termasuk ke dalam sektor Dengan kepala keluarga pendapatan yang tetap. Bahkan dan pendapatan yang diperoleh untuk juga tidak menentu. Hal ini karyawan pemenuhan kebutuhan rumah- c. Pengaruh teratur. Ukuran Rumahtangga menyebabkan tidak teraturnya Pariaman juga pengeluaran atau konsumsi ini Keluarga terhadap Status Kemiskinan Pendapatan yang tidak teratur hal pemerintah mendapatkan pensiunan. tentunya akan berakibat pada rumahtangga, umumnya produksi barang dan jasa dengan memiliki pekerjaan yang tetap tidak formal pekerjaan yang mengandalkan informal cenderung dia tidak yang dengan pekerjaan yang dilakukan adalah yang memiliki status pekerjaan tangga Dibandingkan di Kota Jumlah anggota rumah- akan tangga juga menentukan miskin menyebabkan tidak teraturnya atau tidaknya suatu rumahtangga, juga kebutuhan semakin besar jumlah anggota rumahtangga, ini dapat menye- rumahtangga semakin besar pula babkan biaya yang diperlukan untuk pemenuhan keluarga cenderung menjadi rumahtangga miskin. memenuhi pendapat (2001;67) yang rumahtangga Barthos menentu melakukan pada kegiatan umumnya dengan jumlah anggota rumahtangga yang lebih menyatakan dari 5 orang hanya sanggup bahwa pada dasarnya semakin tidak rumah- tangganya, sehingga seringkali Hasil temuan ini sejalan dengan kebutuhan untuk seseorang makanan bekerja, memenuhi saja, kebutuhan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan non mereka makanan. Rumahtangga miskin merupakan bagian masyarakat menanggung beban yang lebih yang tidak beruntung, karena besar tidak memiliki pendapatan yang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dibanding 12 rumahtangga yang tidak miskin rumahtangga, semakin banyak karena biaya jumlah yang maka banyaknya pengeluaran konsumsi harus ditanggung nya. pendapatan dengan anggota rumah banyaknya tangga rumahtangga, dalam suatu maka akan semakin yang meningkat, maka tidak jarang rumahtangga berpengaruh signifikan terhadap Artinya, akan harus tersebut tidak diiringi dengan keluarga) rumahtangga miskin. juga yang meningkat. Apalagi rumahtangga jukkan bahwa jumlah anggota (ukuran rumahtangga kebutuhan dipenuhi Penelitian ini juga menun- keluarga anggota yang seperti ini masuk dalam kategori miskin atau berada di bawah garis kemiskinan 4. PENUTUP berpengaruh signifikan terhadap Kemiskinan di Kota peningkatan pengeluaran yang Pariaman dipengaruhi oleh tingkat harus dipenuhi oleh rumahtangga pendidikan, status pekerjaan dan Demikian juga sebaliknya, ukuran keluarga suatu rumahtangga. semakin sedikit anggota Semakin tinggi tingkat pendidikan rumahtangga dalam suatu rumah kepala keluarga suatu rumahtangga tangga/keluarga maka akan semakin berdampak pada beban pengeluaran pula rumahtangga kemungkikan rumahtangga tersebut untuk berada itu pada status miskin, karena emakin sendiri. tinggi pendidikan seseorang semakin Hasil temuan besar dari dikemukakan Mubyarto baik oleh (2003) mempunyai hubungan untuk semakin untuk besar mendapatkan pendapatan yang lebih besar, jika menyatakan bahwa pemenuhan suatu sehingga peluangnya yang kebutuhan peluangnya mendapatkan pekerjaan yang lebih penelitian ini sejalan dengan teori yang kecil pendapatannya lebih besar berarti keluarga semakin besar kemampuannya untuk yang memenuhi kebutuhan hidup rumah- berarti dengan jumlah anggota 13 tangganya, sehingga menyebabkan dilakukan keluarganya menjadi tidak miskin. berbagai keterampilan praktis yang yang dilakukan masyarakat. Selain pekerjaan kepala keluarga, semakin status pekerjaan itu kepala status pekerjaan lainnya memiliki informal pendapatan yang diperoleh juga tidak jika tidak diiringi dengan tambahan kebutuhan lainnya rumahtangga, bisa dari anggota dengan tidak pengetahuan Desa untuk mengedukasi BPS Kota Pariaman, 2013. Pariaman Dalam Angka, 2013. Badan Pusat Statistik Kota Pariaman. miskin. meningkatkan penyuluhan-penyuluhan BPS, 2005. Pedoman Survey Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2005, Penerbit, BPS Jakarta, Indonesia. menyebabkan rumahtangga menjadi itu dilakukan terpenuhi terpenuhinya kebutuhan lainnya ini Untuk juga Amar, Syamsul. 2000, ”Analisis Ekonomi Tentang Kemiskinan dan Implikasi Kebijakan Pengentasannya di Pedesaan Propinsi Sumatera Barat. besar juga konsumsi rumahtangga, tidak perlu Daftar Pustaka yang besar menyebabkan semakin menyebabkan kemudian masyarakat. Jumlah anggota rumahtangga akan dengan Pariaman, Bidan teratur. maka berkaitan penyuluh-penyuluh KB dan Bidan- pemenuhan kebutuhan rumahtangga yang tidak penghasilan yang tentang pengaturan kelahiran melalui menentu. Hal ini tentunya akan pada prasarana peningkatan pendidikan di Kota tidak memiliki pekerjaan yang tetap dan berakibat sarana harus fasilitas, gedung, guru dan hal-hal untuk berada pada status miskin. yang juga pendidikan formal, baik dari segi kecil peluang rumahtangga tersebut keluarga Pemerintah memperhatikan keluarga suatu rumahtangga semakin Kepala tentang dapat menunjang kegiatan usaha Begitu juga dengan status formal sosialisasi dalam rangka wawasan dan masyarakat perlu Mubyarto, 2003. Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. 14 Jurnal Ekonomi Rakyat Th. II No. 2, April 2003. Access via internet : http : //www.ekonomirakyat.org/ed isi 14/artikel 4.htm. Sofyardi. 2007.Analisa Regresi Logistik Dalam Ilmu Ekonomi. Makalah Pada Pelatihan Teknik Pengajaran Statistik Multivariat untuk Staf Pengajar di Lingkungan Fakultas Universitas Andalas Padang (03 Januari 2007). Todaro, Michael P. 2000.Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh Jilid I. Jakarta : Erlangga. 15