BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyek Proyek adalah setiap usaha yang direncanakan sebelumnya yang memerlukan sejumlah pembiayaan serta penggunaan masukan lain yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu dan dilaksanakan dalam waktu tertentu (Prawirohardjono, 1985). Pendapat lain menyebutkan bahwa, kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas (Soeharto, 1999). Sehingga dapat disimpulkan proyek merupakan serangkaian kegiatan terdiri dari sejumlah aktivitas untuk menghasilkan tujuan tertentu dengan waktu yang telah ditetapkan. Proyek dapat didefinisikan sebagai sederetan tugas yang diarahkan kepada suatu hasil utama. Setiap pekerjaan yang memiliki kegiatan awal dan memiliki kegiatan akhir, dengan kata lain setiap pekerjaan yang dimulai pada waktu tertentu dan direncanakan selesai atau berakhir pada waktu yang telah ditetapkan disebut proyek. 8 9 Proyek merupakan bagian dari program kerja suatu organisasi yang sifatnya temporer untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi, dengan memanfaatkan sumber daya manusia maupun non sumber daya manusia. 2.2 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Manajemen proyek adalah ilmu yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordini rsumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan menggunakan tehnik pengelolaan modern untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal, danbiaya, serta memenuhi keinginan para stake holder. Manajemen proyek kini merupakan sebuah manajemen yang dibutuhkan secara khusus. Perkembangan jaman membuat suatu peningkatan peran manajemen proyek dalam mendukung organisasi kepada arah strategis. Ada beberapa alasan yang menguatkan pentingnya manajemen proyek yakni: 1. Kompresi Daur Hidup Produk Manajemen berguna untuk meningkatkan organisasi pekerjaan, guna menghadapi perkembangan yang sangat pesat pada masa sekarang ini, dengan mengandalkan fungsi manajeman proyek untuk mendapatkan produk dan jasa baru dengan cepat. 10 2. Kompetisi Global Meningkatnya tekanan untuk menguragi biaya-biaya akan menyebabkan operasi pabrik dinegara maju akan berpindah ke Negara berkembang. Proyek-proyek ini sagat penting, akan tetapi perpindahan ini akan mengakibatkan ketatnya penjadwalan dan anggaran dana agar lebih tepat waktu, efisien dan mudah dalam penyelesaian. 3. Perkembangan pengetahuan yang pesat Perkembangan kompleksitas bepengarauh terhadap spesifikasi, penggunaan bahan, peraturan, nilai estetika, peralatan, dan lain sebagainya, yang akhirnya semakin kompleks juga. Kompleksitas produk ini telah meningkatkan kebutuhan terhadap integritas teknologi, sehingga kebutuhan manajemen proyek meningkat dan menjadi sangat penting. 4. Perampingan bidang usaha Perampingan berasis kompetensi-kompetensi inti menjadi penting untuk berlangsungnya suatu badan usaha. Peramipngan badan ysaha juga berpegaruh pada cara organisasi dalam menangani proyek-proyek. Perusahaan outsource merupakan bagian penting dari pelaksanaan proyek, sehingga menajemen proyek tidak hanya menangani personil, namun mampu mensinergikan pihak lain. 5. Fokus Pada Pelanggan Peningkatan kompetensi harus difokuskan pada kepuasan pelanggan. Pelanggan tiddak lagi menginginkan produk dan jasa yang umum. Namun menginginkan produk dan jasa yang lebih memenuhi kebutuhan. 11 2.3 Ciri – ciri Proyek Berdasarkan pengertian proyek di atas, ciri-ciri proyek antara lain : a. Memiliki tujuan tertentu berupa hasil kerja akhir. b. Sifatnya sementara karena siklus proyek relatif pendek. c. Dalam proses pelaksanaannya, proyek dibatasi oleh jadwal, anggaran biaya, dan mutu hasil akhir. d. Merupakan kegiatan nonrutin, tidak berulang-ulang. e. Keperluan sumber daya berubah, baik macam maupun volumenya. Sedangkan jenis jenis proyek dapat di kategorikan berdasarkan aktivitas yang paling dominan seperti : 1. Proyek Engineering-konstruksi Adalah aktivitas utama jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, design enginnering, pengadaan dan kostruksi. Ontoh : pembangunan Tower, Jalan laying, bangunan pabrik dan lain-lain. 2. Proyek Engineering Manufaktur Aktivitas proyek ini adalah untuk menghasilkan produk baru. Jadi proyek manufaktur merupakan proses untuk menghasilkan produk baru. Sebagai contoh: pembuatan boiler, kendaraan, computer dan lain-lain. 3. Proyek Pelayanan Manajemen Aktivitas utamanya antara lain adalah merancang system informasi manajeman, merancang program efisiensi dan penghematan, diverifikasi, memberikan bantuan emergency untuk daerah yang terkena musibah, mengurangi kriminalitas, memberantas obat-obatan terlarang. 12 4. Proyek Penelitian dan Pengembangan Aktivitas utamanya adalah melakukan penelitian dan pengembangan suatu produk tertentu. 5. Proyek Kapital Biasanya digunakan oleh sebuah badan usaha atau pemerintah. Proyek capital umunya meliputi: pembebasan tanah, penyimpanan lahan, pembelian material dan peralatan manufaktur dan konstruksi pembangunan fasilitas prosuksi. 6. Proyek Radio-Telekomunikasi Bertujuan untuk membangun jaringan telekomunikasi yang dapat menjangkau area yang luas dengan biaya minimal. 7. Proyek Konservasi Bio-Diversity Proyek konservasi bio-diversity merupakan proyek yang berkaitan dengan usaha pelestarian lingkungan. 2.4 Penjadwalan Proyek Rangkaian kegiatan proyek terdiri atas tahap studi kelayakan, tahap perencanaan dan perancangan, tahap pelelangan/tender, dan tahap pelaksanaan konstruksi. Dari hal ini dapat kita lihat bahwa perencanaan adalah salah satu bagian yang penting dalam proyek konstruksi. Dalam perencanaan proyek seorang pengambil keputusan dihadapkan pada pilihan dalam menetapkan sumber daya yang tepat. Salah satu bagian perencanaan adalah penjadwalan (scheduling), di mana penjadwalan ini merupakan gambaran 13 dari suatu proses penyelesaian dan pengendalian proyek. Dalam penjadwalan ini akan tampak uraian pekerjaan, durasi atau waktu penyelesaian setiap pekerjaan, waktu mulai dan akhir setiap pekerjaan dan hubungan ketergantungan antara masing-masing kegiatan. Pada umumnya penjadwalan proyek dikerjakan oleh konsultan perencana dan kemudian dikoordinasikan dengan kontraktor dan pemilik (owner) dengan ketentuan yang telah disepakati dalam kontrak. Dengan demikian, maka penjadwalan waktu setiap kegiatan proyek perlu diatur secara efisien dan seoptimal mungkin sehingga tidak akan terjadi keterlambatan penjadwalan waktu, maka kontraktor membuat pengelolaan penjadwalan proyek sesuai dengan karakteristik proyek konstruksi yang direncanakan dan kondisi di lapangan pada waktu pelaksanaan, serta mudah untuk dimonitoring pada setiap waktu. Untuk penjadwalan waktu, yang akan dibahas pada penelitian ini adalah perbandingan antara Metode Bar Chart, Metode Analisis Jaringan Kerja (Network Diagram). 2.5 Bar Chart Bar Chart (bagan balok) diperkenalkan pertama kali oleh Henry L. Gantt pada tahun 1917 semasa Perang Dunia I. Oleh karena itu, Bar Chart sering disebut juga dengan nama Gantt Chart sesuai dengan nama penemunya. Sebelum ditemukannya metode ini, belum ada prosedur yang sistematis dan analitis dalam aspek perencanaan dan pengendalian proyek (Soeharto, 1999). Gantt menciptakan teknik ini untuk memeriksa perkiraan durasi tugas versus durasi aktual. Sehingga dengan melihat sekilas, pemimpin proyek dapat melihat kemajuan pelaksanaan proyek. 14 Sekarang ini, metode bagan balok masih digunakan secara luas dan merupakan metode yang umum digunakan sebagian besar penjadwalan dan pengendalian di industri konstruksi, terutama untuk menyusun jadwal induk suatu proyek, baik dari mulai kontraktor kecil sampai dengan kontraktor besar, dari sektor swasta sampai dengan BUMN. 2.5.1 Format Bar Chart Dalam Bar Chart (Bagan Balok), kegiatan digambarkan dengan balok horizontal seperti yang ditunjukan pada gambar 2.2. Panjang balok menyatakan lama kegiatan dalam skala waktu yang dipilih. Bagan balok terdiri atas sumbu y yang menyatakan kegiatan atau paket kerja dari lingkup proyek dan digambarkan sebagai balok, sedangkan sumbu x menyatakan satuan waktu dalam hari, minggu, atau bulan sebagai durasinya (Husen, 2009). Di sini, waktu mulai dan waktu akhir masing-masing pekerjaan adalah ujung kiri dan kanan dari balok-balok yang bersangkutan (Soeharto, 1999). Format bagan balok ini sangat informatif, mudah dibaca dan efektif untuk komunikasi dengan berbagai pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi, serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana baik dengan manual maupun dengan menggunakan komputer. 2.6 Penyusunan Jaringa Kerja Jaringan kerja adalah suatu alat yang digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan, dan mengawasi kemajuan dari suatu proyek. Jaringan 15 dikembangakan dari informasi yang diperoleh dari gambar diagram alir rencana kerja proyek. Jaringan menggambarkan beberapa hal sebagai berikut: - Kegiatan-kegiatan proyek yang harus dilaksanakan - Urutan kegiatan yang logis - Ketergantungan antar kegiatan - Waktu kegiatan melalui lintasan kritis Jaringan adalah kerangka dari system informasi proyek yang akan digunakan oleh manajer proyek dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan waktu, biaya, dan performansi. 2.7 Metode Analisis Jaringan Kerja (Network Diagram) Metode Network Diagram atau metode jaringan kerja diperkenalkan pada tahun 50-an oleh tim perusahaan DuPont dan Rand Corporation untuk mengembangkan sistem kontrol manajemen. Metode ini dimaksudkan untuk merencanakan dan mengendalikan sejumlah besar kegiatan yang memiliki hubungan ketergantungan yang kompleks dalam masalah desain-engineering, konstruksi, dan pemeliharaan. Metode ini relatif lebih sulit, hubungan antar kegiatan jelas, dan dapat memperlihatkan kegiatan kritis (Husen, 2009). Ada beberapa macam metode analisis jaringan kerja yang dapat digunakan dalam penjadwalan waktu proyek, antara lain (Soeharto, 1999) : a) Critical Path Method (CPM) b) Project Evaluation and Review Technique (PERT) c) Precedence Diagramming Method (PDM) 16 Kegiatan anak panah, atau activity on node (AON). disini kegiatan digambarkan sebagai anak panah yang menghubungkan dua lingkaran yang mewakili dua peristiwa, ekor anak panah merupakan awal kegiatan dan ujungnya akhir kegiatan, nama dan kurun waktu kegiatan berturut-turut ditulis di atas dan di bawah anak panah. Kegiatan ditulis di dalam kotak atau lingkaran, yang disebut AON, anak panah hanya menjelaskan hubungan ketergantungan di antara kegiatan-kegiatan Tanda/symbol dalam pembuatan jaringan kerja pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Tanda/Simbol Dalam Membuat Jaringan Kerja (Sumber : Suharto, 1999) 2.7.1 CPM (Critical Path Method) CPM adalah suatu metode perencanaan penjadwalan proyek konstruksi yang dapat menunjukkan aktivitas-aktivitas kritis. Aktivitas-aktivitas kritis sangat mempengaruhi waktu penyelesaian dari suatu proyek, karena jika penyelesaian pekerjaan dari salah satu aktivitas kritis terlambat maka proyek akan mengalami keterlambatan 17 dalam pelaksanaannya, sehingga menyebabkan keterlambatan penyelesaian proyek secara keseluruhan (O’Brien, 1984). Menggunakan CPM, pendekatan yang dilakukan secara deterministik hanya menggunakan satu jenis durasi pada kegiatannya. Adapun istilah-istilah yang digunakan dalam metode CPM adalah sebagai berikut: a) Earliest Start Time (ES) adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat dimulai, dengan memperhitungkan waktu kegiatan yang diharapkan dan persyaratan urutan kegiatan. b) Latest Start Time (LS) adalah waktu paling lambat untuk dapat memulai suatu kegiatan tanpa penundaan keseluruhan proyek. c) Earliest Finish Time (EF) adalah waktu paling awal suatu kegiatan dapat diselesaikan. d) Latest Finish Time (LF) adalah waktu paling lambat untuk dapat menyelesaikan suatu kegiatan tanpa penundaan penyelesaian proyek secara keseluruhan. e) Duration (D) adalah kurun waktu kegiatan. Lingkaran kejadian dalam penentuan waktu menggunakan CPM dilihat pada gambar 2.2: i ES j D LS EF Gambar 2.2 Lingkaran Kejadian CPM (Sumber : Dimyati, Dimyati, 2010) LF 18 2.7.2 Teknik Perhitungan CPM Adapun perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara, yaitu cara perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak mulai dari initial event menuju terminal event maksudnya ialah menghitung saat yang paling tercepat terjadinya events dan saat paling cepat dimulainya serta diselesaikannya aktivitas-aktivitas (ES dan EF). Adapun perhitungannya adalah : EF = ES + D Dimana: EF = waktu selesai paling awal (Earliest Finish) ES = waktu mulai paling awal (Earliest Start) D = kurun waktu kegiatan yang bersangkutan (Duration) Ada tiga langkah yang harus dilakukan pada perhitungan maju, yaitu sebagai berikut : a. Saat tercepat terjadinya initial event ditentukan pada hari ke nol sehingga untuk initial event berlaku ES=0 b. Sebuah event hanya dapat terjadi jika aktivitas-aktivitas yang mendahuluinya telah diselesaikan. Maka saat paling cepat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terbesar dari saat tercepat untukmenyelesaikan aktivitas-aktivitas yang berakhir pada event tersebut. c. Diantara dua peristiwa tidak boleh ada 2 kegiatan, sehingga untuk menghindarinya digunakan kegiatan semu atau dummy yang tidak mempunyai durasi. Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event menuju ke initial event. Tujuannya ialah untuk menghitung saat paling lambat 19 terjadinya events dan saat paling lambat dimulainya dan diselesaikannya aktivitasaktivitas (LS, dan LF). Adapun perhitungannya adalah LS = LF – D Dimana: LS = waktu mulai paling akhir (Latest Start) LF = waktu selesai paling akhir (Latest Finish) D = kurun waktu kegiatan yang bersangkutan (Duration) Seperti halnya pada perhitungan maju, pada perhitungan mundur ini pun terdapat dua langkah, yaitu sebagai berikut: a. Pada terminal event berlaku LF=LS. b. Setiap aktivitas hanya dapat dimulai apabila event yang mendahuluinya telah terjadi. Oleh karena itu, saat paling lambat terjadinya sebuah event sama dengan nilai terkecil dari saat-saat paling lambat untuk memulai aktivitasaktivitas yang berpangkal pada event tersebut. 2.7.3 PERT (Program Evaluation and Review Technique) PERT merupakan suatu metode analisis yang digunakan untuk menjadwal penyelesaian pekerjaan dan menganggarkan sumber-sumber daya untuk menyelesaikan pekerjaan pada jadwal tertentu (Purnomo, 2004). PERT mempunyai banyak kesamaan dengan CPM, bila CPM memperkirakan waktu komponen kegiatan proyek dengan pendekatan deterministik satu angka yang mencerminkan adanya kepastian, maka PERT direkayasa untuk menghadapi situasi dengan kadar ketidakpastian. (Soeharto, 1999) Penggunaan metode PERT dengan CPM sangatlah berbeda dimana CPM menggunakan perkiraan waktu komponen kegiatan proyek dengan pendekatan 20 deterministik (satu angka yang mencerminkan adanya kepastian), PERT menggunakan pendekatan probabilistik yang dirancang untuk menghadapi situasi dengan kadar ketidakpastian (uncertainly) yang tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan (Soeharto, 1999). Adapun istilah yang digunakan dalam metode PERT adalah sebagai berikut: a) Earliest Time of Occurance (TE) adalah saat tercepat terjadinya kegiatan b) Latest Time of Occurance (TL) adalah saat paling lambat terjadinya kegiatan c) Expected Duration (Te) adalah durasi kegiatan yang diharapkan yang terdiri dari tiga angka estimasi, untuk mendapatkan nilai mean durasi: Te = (To+4Tm+Tp)/6. Tiga angka estimasi PERT yaitu: 1. To = kurun waktu optimistik (optimistic duration time), yaitu durasi tercepat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan bila segala sesuatunya berjalan dengan baik. 2. Tm = kurun waktu yang paling mungkin (most likely time), yaitu durasi yang paling sering terjadi bila suatu kegiatan dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama. 3. Tp = kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time), yaitu durasi yang paling lama dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan bila segala sesuatunya berjalan dalam kondisi buruk. Lingkaran kejadian penentuan waktu menggunakan PERT dilihat pada gambar 2.3 21 i TEi j Te TLi TEj TLj Gambar 2.3 Lingkaran Kejadian PERT (Sumber : Dimyati, Dimyati, 2010) 2.7.4 Teknik Perhitungan PERT Perhitungan dengan metode PERT sama seperti CPM yaitu dengan cara perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan mundur (backward computation). Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak mulai dari initial event menuju terminal event maksudnya ialah menghitung saat yang paling tercepat terjadinya events dan saat paling cepat dimulainya serta diselesaikannya aktivitas-aktivitas (TEi dan TEj). Pada initial event berlaku TE=0. Adapun perhitungannya adalah : TEj = TEi + Te(i,j). Dimana: TEj = waktu mulai kegiatan j TEi = waktu mulai kegiatan i Te(i,j) = kurun waktu kegiatan i ke j Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari terminal event menuju ke initial event. Tujuannya ialah untuk menghitung saat paling lambat terjadinya events dan saat paling lambat dimulainya dan diselesaikannya aktivitasaktivitas (TLi, dan TLj). Pada terminal event berlaku TL=TE. Adapun perhitungannya adalah TLi = TLj - Te(i,j). 22 Dimana: TLi = waktu selesai kegiatan i TLj = waktu selesai kegiatan j Te(i,j) = kurun waktu kegiatan i ke j Menurut Suharto (1999) estimasi kurun waktu kegiatan metode PERT memakai rentang waktu dan bukan kurun waktu yang relatif mudah dibayangkan. Rentang waktu ini menjadi derajat ketidakpastian yang berkaitan dengan proses estimasi kurun waktu kegiatan. Berapa besarnya ketidakpastian ini tergantung pada perkiraan untuk To dan Tp. Parameter yang menjelaskan masalah ini dikenal sebagai Deviasi Standar (S) dan Varians (V), dengan rumus sebagai berikut: S = √V V = ((Tp-To)/6)2 Dalam PERT terdapat analisis untuk mengetahui kemungkinan kepastian mencapai target jadwal penyelesaian (TD), sehingga dapat diketahui probabilitas penyelesaian proyek yang dinyatakan dengan Z yang dirumus sebagai berikut: 2.7.5 Jalur Kritis CPM dan PERT Jalur kritis adalah jalur dalam jaringan kerja yang memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan, dengan total waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jalur kritis mempunyai arti penting dalam penyelesaian suatu proyek, karena kegiatan-kegiatan dalam jalur kritis diusahakan tidak mengalami keterlambatan penyelesaian (Purnomo, 2004). 23 Identifikasi aktivitas kritis dalam CPM ditandai dengan nilai free float dan total float sama dengan nol (FF dan TF = 0). Identifikasi aktivitas kritis dalam PERT ditandai dengan nilai free slack dan total slack sama dengan nol (FS dan TS = 0). Aktivitas kritis tersebut nantinya membentuk suatu jalur yaitu jalur kritis yang pengerjaannya tidak boleh mengalami penundaan agar tidak terjadi keterlambatan proyek secara keseluruhan meskipun kegiatan lain tidak mengalami keterlambatan. Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika mengetahui jalur kritis adalah sebagai berikut : a. Penundaan pekerjaan pada jalur kritis menyebabkan seluruh pekerjaan proyek tertunda penyelesaiannya. b. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang ada pada jalur kritis dapat dipercepat. c. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya lembur. d. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak melalui jalur kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan efisien. 24 2.7.6 Perbedaan CPM dan PERT Pada prinsipnya yang menyangkut perbedaan PERT dan CPM adalah sebagai berikut : 1) PERT digunakan pada perencanaan dan pengendalian proyek yang belum pernah dikerjakan, sedangkan CPM digunakan untuk menjadwalkan dan mengendalikan aktivitas yang sudah pernah dikerjakan sehingga data, waktu dan biaya setiap unsur kegiatan telah diketahui oleh evaluator. 2) Pada PERT digunakan tiga jenis waktu pengerjaan yaitu yang tercepat (a), waktu terlama (b) serta terlayak (m), sedangkan pada CPM hanya memiliki satu jenis informasi waktu pengerjaan yaitu waktu yang paling tepat dan layak untuk menyelesaikan suatu proyek. 3) Pada PERT yang ditekankan tepat waktu, sebab dengan penyingkatan waktu maka biaya proyek turut mengecil, sedangkan pada CPM menekankan tepat biaya. 4) Dalam PERT anak panah menunjukkan tata urutan (hubungan presidentil), sedangkan pada CPM tanda panah adalah kegiatan. 2.7.7 Penjadwalan dan Sumber Daya Pelaksanaan proyek yang dibahas saat ini mengasumsikan bahwa sumber daya yang dibutuhkan selalu tersedia. Beikut ini jenis-jenis sumber daya: 1. Manusia Sumber daya manusia (SDM) biasanya diklasifikasikan berdasarkan keahlian terkait proyek. Contohnya enginner, pengawas, pekerja dll. 25 2. Material Material mencakup bahan-bahan untuk melaksanakan suatu proyek, baik itu dalam konstruksi maupun jasa. 3. Peralatan Peralatan perupakan komponen yang sangat mendukung untuk pelaksanaan suatu proyek, dalam hal ini peralatan sangat berperan aktif untuk nenunjang berlangsungnya suatu proyek. 4. Modal Kerja Modal kerja diperlukan sebagai sumber daya karena jumlah nya yang terbatas. Dalam hal in modal kerja sangat penting, karena jika tidak memiliki modal kerja, maka suatu proyek akan berhenti. Pentingnya modal kerja, mengingatkan kita untuk selalu menekan cost atau biaya guna berkelanjutan nya suatu pekerjaan proyek. 2.8 Analisis Waktu Kelonggaran (Float/Slack) Dalam mengestimasi dan menganalisis waktu ini, akan kita dapatkan satu atau beberapa lintasan tertentu dari kegiatan-kegiatan pada network tersebut yang menentukan jangka waktu penyelesaian seluruh proyek. Lintasan ini disebut lintasan kritis. Di samping lintasan kritis ini terdapat lintasan-lintasan lain yang mempunyai jangka waktu yang lebih pendek daripada lintasan kritis. Dengan demikian, maka lintasan yang tidak kritis ini mempunyai waktu untuk bisa terlambat yang dinamakan float/slack. 26 Float/slack memberikan sejumlah kelonggaran waktu dan elastisitas pada sebuah network dan ini dipakai pada waktu penggunaan network dalam praktek atau digunakan pada waktu mengerjakan penentuan jumlah material, peralatan, dan tenaga kerja. Float ini terbagi atas dua jenis, yaitu total float dan free float dalam CPM atau total slack dan free slack dalam PERT (Dimyati dan Dimyati, 2010). Total Float/Total Slack adalah jumlah waktu di mana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek secara keseluruhan. Free Float/Fee Slack adalah jumlah waktu di mana penyelesaian suatu aktivitas dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dimulainya aktivitas lain pada network (Dimyati dan Dimyati, 2010). Dengan selesainya perhitungan maju dan perhitungan mundur pada network, barulah float/slack dapat dihitung. Float dalam CPM dapat dicari dengan perhitungan: FF=EF–ES-D dan TF=LF-ES-D. Slack dalam PERT dicari dengan perhitungan: SF(i,j)=TEj-TEi-Te(i,j) dan ST(i,j) = TLj-TEi-Te(i,j). 2.9 Analisis Percepatan (Crashing Program) Proses mempercepat kurun waktu suatu proyek disebut cashing program. Dalam menganalisis proses tersebut digunakan asumsi sebagai berikut (Soeharto, 1999): 1. Jumlah sumber daya yang tersedia tidak merupakan kendala. Ini berarti dalam menganalisis program mempersingkat waktu, akternatif yang akan dipilih tidak dibatasi oleh ketersediaan sumber daya. 27 2. Bila diinginkan waktu penyelesaian kegiatan lebih cepat dengan lingkup yang sama, maka keperluan sumber daya akan bertambah. Sumber daya ini dapat berupa tenaga kerja, material, peralatan atau bentuk lain yang dapat dinyatakan dalam sejumlah dana. Jadi, tujuan utama dari program mempersingkat waktu adalah memperpendek jadwal penyelesaian kegiatan atau proyek dengan kenaikan biaya minimal. Proses memperpendek waktu kegiatan dalam jaringan kerja untuk mengurangi waktu pada jalur kritis, sehingga waktu penyelesaian total dapat dikurangi disebut sebagai crashing proyek (Heizer dan Render, 2009). Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara waktu dan biaya suatu kegiatan didefinisikan sebagai berikut (Soeharto, 1999): 1. Kurun waktu normal (Normal Duration - Dn), adalah kurun waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan sampai selesai, dengan cara yang efisien tetapi di luar pertimbangan adanya kerja lembur, dan usaha-usaha khusus lainnya seperti menyewa peralatan yang lebih canggih. 2. Biaya normal (Normal Cost – Cn), adalah biaya langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan kegiatan dengan kurun waktu normal. 3. Kurun waktu dipersingkat (Crash Duration - Dc), adalah waktu tersingkat untuk menyelesaikan suatu kegiatan yang secara teknis masih mungkin. Disini dianggap sumber daya bukan merupakan hambatan. 4. Biaya untuk waktu dipersingkat (Crash Cost - Cc), adalah jumlah biaya langsung untuk menyelesaikan pekerjaan dengan kurun waktu tersingkat. 28 Gambar 2.4 Hubungan Waktu-Biaya untuk Suatu Kegiatan (Sumber : Soeharto, 1999) Hubungan antara waktu dan biaya digambarkan seperti grafik Gambar 2.6. Titik A menunjukkan titik normal, sedangkan B adalah titik dipersingkat. Garis yang menghubungkan kedua titik (A dan B) disebut kurva waktu-biaya. Menurut Soeharto (1999), jika diketahui bentuk kurva waktu-biaya suatu kegiatan, artinya dengan mengetahui berapa slope atau sudut kemiringanya, maka bisa dihitung berapa besar biaya untuk mempersingkat waktu satu hari dengan rumus : Slope Biaya =