“Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Materi Konduktor dan

advertisement
“Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Materi Konduktor dan Isolator
melalui Metode Demonstrasi di Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 14 Tanjung Baik
Budi Kecamatan Matan Hilir Utara Kabupaten Ketapang”
Helmina, K.Y. Margiati, Gusti Bujang A
PGSD FKIP Universitas Tanjungpura Pontianak
Email : [email protected]
Abstrak : Dari hasil observasi awal dapat diketahui bahwa proses pembelajaran di
kelas VI SDN 14 Tanjung Baik Budi belum optimal. Selama proses pembelajaran
partisipasi siswa hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Keaktifan siswa
yang rendah berdampak pada aktivitas belajar siswa yang rendah. Hal ini disebabkan
karena guru belum menemukan langkah-langkah pembelajaran yang tepat.
Penggunaan metode demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa dalam proses belajar mengajar sehingga aktivitas belajar mengajar tidak
terjadi kejenuhan, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan
intelektual yang pada gilirannya diharapkan dalam pembelajaran materi konduktor
dan isolator yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa
Hasil penelitian ini ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif
tentang keadaan sebenarnya dari siswa kelas VI SD yang diselidiki. Betuk penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pada dasarnya penelitian ini di
rancang dalam suatu tindakan yang biasa disebut siklus. Setiap siklus secara umum
mempunyai model-model penelitian yang memiliki langkah-langkah yang sama.
Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan sifat
penelitian kolaboratif.
Teknik dan alat pengumpul data dalam penelitian ini ialah menggunakan
teknik observasi langsung dan teknik pengukuran, adapun sebagai alat pengumpulan
data pada teknik observasi langsung menggunakan lembar observasi sedangkan alat
pengumpul data pada teknik pengukuran ialah tes tertulis yang bersifat kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan suatu peningkatan dari satu siklus ke siklus
selanjutnya baik dari segi keaktifan maupun hasil belajar siswa. Pada siklus I nilai
ketuntasan belajar sebesar 59,2%. Pada siklus II nilai belajar siswa meningkat
menjadi 92,6%. Ini menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar siswa meningkat
33,4% dibandingkan pada siklus 1.
Berdasarkan hasil penelitian yang dicapai maka dapat disimpulkan bahwa
penerapan metode demonstrasi dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa. Saran yang dapat diberikan adalah agar pembelajaran melalui
metode demonstrasi dapat diterapkan pada konsep yang lain.
Kata Kunci : aktivitas belajar siswa, metode demonstrasi, Pembelajaran IPA
From the initial observations it is known that the learning process in class VI
SDN 14 Tanjung Baik Budi not optimal. During the learning process of students'
participation is only recorded and listened to teachers. Student activity is low impact
on students' learning activities are low. This is because teachers do not find the steps
appropriate learning.
The use of methods of demonstration are expected to improve student
learning activities in the learning process so that learning activities saturation does
not occur, so students will be involved physically, emotionally and intellectually,
which in turn is expected to learning materials conductors and insulators are taught
by teachers can be understood by students
The results of this study emphasized on providing an objective picture of the
true state of sixth grade elementary school students were investigated. Betuk research
used in this study is qualitative. Basically, this study was designed in an act which is
called cycle. Each cycle generally have research models that have the same steps.
While this type of research is Classroom Action Research (CAR) and the nature of
collaborative research.
Techniques and data collection tool in this research is to use the technique of
direct observation and measurement techniques, while as a means of collecting data
on direct observation techniques using observation sheets while data collection tool
on measuring technique is a written test that is qualitative.
The results showed an increase from one cycle to the next cycle in terms of
both activity and student learning outcomes. In the first cycle of mastery learning
value of 59.2%. In the second cycle students value increased to 92.6%. This suggests
that mastery learning outcomes of students increased 33.4% compared to the first
cycle.
Based on the achieved results it can be concluded that the application of
methods of demonstration in the learning process can improve students' learning
activities. Advice that can be given is that learning through demonstration method
can be applied to other concepts.
Keyword : Student learning activities, methods of demonstration, Learning Science
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru
sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang
peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi
lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan secara aktif, inovatif, kreatif, efektif
dan menyenangkan bahkan gembira dan berbobot adalah langkah yang sangat
memungkinkan untuk meningkatkan ativitas belajar yang merupakan cerminan dari
proses pelaksanaan pendidikan yang berkualitas. Namun tidak semua guru bidang
studi mampu menerapkan proses pembelajaran tersebut, di SDN 14 Tanjung Baik
Budi Kecamatan Matan Hilir Utara Kabupaten Ketapang di antaranya.
Berdasarkan pengalaman pada proses pembelajaran IPA di kelas VI SDN 14
Tanjung Baik Budi, peneliti merasakan bahwa aktivitas belajar siswa tergolong masih
rendah. Hal ini disebabkan bukan semata-mata karena siswa tidak ingin belajar
sungguh-sungguh. Namun, proses pembelajaran dan metode yang digunakan oleh
guru bidang studi IPA yang kurang tepat menjadi penyebab terjadinya keadaan
tersebut.
Berbagai usaha telah dilakukan guru untuk meningkatkan aktivitas belajar
IPA pada siswa kelas VI, namun hasilnya tetap sama yaitu siswa yang mendapat nilai
tuntas hanya separuh dari jumlah keseluruhan siswa di kelas VI. Untuk mengatasi
masalah tersebut guru berusaha untuk menggunakan metode demonstrasi. Dengan
metode demonstrasi, maka dalam mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan
bagi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di pendidikan dasar dapat
tercapai. Selain itu juga dapat memperbaiki penerapan kurikulum saat ini dan
meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang kondusif.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran IPA di SD
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta
didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang
lebih baik dalam (Mulyasa, E, 2007). Menurut KTSP IPA diartikan sebagai
cara mencari tahu secara sistematis alam semesta dan bukan hanya kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip saja tetapi juga merupakan
suatu proses penemuan.Pembelajaran IPA di SD/MI merupakan wahana untuk
membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan untuk melanjutkan pendidikan dan untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan di sekelilingnya, Depdiknas (2006).
Dalam kenyataannya, fakta tentang makhluk hidup tidak selamanya
terjadi dalam keadaan siap untuk diobservasi ada gejala baru muncul kalau
diberi perlakuan, adapula meskipun sudah diberi perlakuan belum atau tidak
dapat muncul. Untuk itu maka di study gejala-gejala yang ingin diungkap, baik
yang berhubungan dengan gejala langsung maupun gejala tidak langsung
(Depdiknas, 2006).
Merujuk pada pengertian pembelajaran IPA diatas, maka hakekat IPA
meliputi empat unsur, yaitu: (1) Produk pendidikan IPA berhubungan dengan
sejumlah fakta, data, konsep, hukum, atau teori tentang fenomena alam
semesta. Produk membekali siswa dengan seperangkat pengetahuan dan
wawasan IPA, baik untuk kepentingan memahami peristiwa alam yang
ditemukan dalam kehidupansehari-hari ; (2) Proses merupakan kegiatan
prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi
pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau
penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimen, evaluasi, pengukuran,
dan penarikan kesimpulan. Proses pendidikan menuntut guru untuk melibatkan
siswa secara aktif kedalam pembelajaran; (3) Aplikasi : penerapan metode atau
ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari; (4) Sikap meliputi rasa
ingin tahun tentang obyek, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan
sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui
prosedur yang benar.
Menurut Hardy dan Fleer (1996) dalam (Setiono, L, 2009), untuk
membahas hakikat IPA ada beberapa ruang lingkup pemahaman, yaitu IPA
sebagai: (1) Kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep
IPA yang sangat luas. (2) Proses penelusuran umumnya merupakan suatu
pandangan yang menghubungkan gambaran IPA yang berhubungan dengan
kegiatan laboratorium beserta perangkatnya, (3) Kumpulan nilai berhubungan
dengan penekanan aspek nilai ilmiah, kejujuran, rasa ingin tahu, dan
keterbukaan, (4) Cara memahami dan memberi makna kehidupan dan dunia
sekitarnya, (5) Penemuan dari suatu kebenaran ilmiah mengenai hakekat
semesta alam, (6) Bagian dari kehidupan sehari-hari yang digunakan dan
dipakai untuk pemenuhan kebutuhan hidup.
Dalam kenyataannya, fakta tentang makhluk hidup tidak selamanya
terjadi dalam keadaan siap untuk diobservasi ada gejala baru muncul kalau
diberi perlakuan, adapula meskipun sudah diberi perlakuan belum atau tidak
dapat muncul. Untuk itu maka di study gejala-gejala yang ingin diungkap, baik
yang berhubungan dengan gejala langsung maupun gejala tidak langsung.
Pengertian Aktivitas
Dari beberapa temuan dan pendapat mengenai aktivitas belajar
menyebutkan bahwa pengajaran efektif adalah pengajaran yang menyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam pengajaran
tradisional asas aktivitas juga dilaksanakan namun aktivitas tersebut bersifat
semu. Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun
lebih menitik beratkan pada asas aktivitas sejati. Siswa belajar sambil bekerja
dan memperoleh pengetahuan, perubahan dan aspek-aspek tingkah laku
lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup
dimasyarakat.
Aktivitas belajar diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran, dimana siswa berkerja atau
berperan aktif dalam pembelajaran, sehingga dengan demikian siswa tersebut
memperoleh pengetahuan, pengalaman, pemahaman dan aspek-aspek lain
tentang apa yang ia lakukan Hamalik (2003 : 172).
Asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar, baik
metode dalam kelas maupun metode mengajar diluar kelas. Hanya saja
penggunaannya dilaksanakan dalam bentuk berlainan sesuai dengan tujuan
yang hendak dicapai Hamalik (2003: 175-176).
Peneliti berkesimpulan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan
yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai
tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada
siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran
terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman
Natawijaya dalam Depdiknas (2005: 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem
belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental
intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor”.
Metode Demonstrasi
Menurut Udin S. Wianat Putra, dkk ( 2004 : 424 ) “ Metode demonstrasi
adalah cara penyajian pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung
objek atau cara melakukan sesuatu untuk memperunjukkan proses tertentu
“.Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 54 ) : “Metode
demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses
atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran “.
Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode
demonstrasi menurut penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan
memperagakan secara langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan
penjelasan lisan.
Dengan demonstrasi, proses penerimaan peserta didik terhadap pelajaran
akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan
baik dan sempurna. Peserta didik dapat mengamati dan memperlihatkan pada
apa yang diperlihatkan guru selama pelajaran berlangsung.
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena
penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai penelitia; (b)
penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi social
eksperimental.
Bentuk Penelitian
Setiap penelitian tindakan kelas (PTK) pada dasarnya di rancang dalam
suatu alur tindakan yang biasa disebut siklus. Setiap siklus secara umum
mempunyai model-model penelitian yang memiliki langkah-langkah yang
sama.
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) merupakan suatu jenis penelitian yang
dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelasnya.
Menurut Suharsimi (2002) bahwa PTK merupakan paparan gabungan definisi
dari tiga kata ”penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan
mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat bagi peneliti atau orangorang yang berkepentingan dalam rangka peningkatan kualitas diberbagai
bidang. Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan
tujuan tertentu yang dalam pelaksanaannya berbentuk rangkaian periode / siklus
kegiatan. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang
sama dan tempat yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru
yang sama.
Sifat Penelitian
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan sifat penelitian kolaboratif,
yakni guru sebagai peneliti, dan kolaborator sebagai pengamat dan penanggung
jawab penuh penelitian ini. Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah
untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh
terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan
refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan kolaborator sebagai
pengamat langsung selama kegiatan penelitian ini berlangsung. Dengan cara ini
diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang
diperlukan.
HASIL
Rancangan pembelajaran tentang materi konduktor dan isolator menggunakan
metode demonstrasi dapat dilaksanakan guru untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa. Pada siklus 2 rancangan penelitian dimulai dengan guru mengenalkan kepada
siswa alat peraga yang digunakan, guru mengajak siswa untuk menganalisis bendabenda yang termasuk kedalam konduktor dan isolator, selanjutnya guru menyuruh
salah satu siswa mendemonstrasikannya. Pada siklus 2 ini guru sangat menekankan
pada pola permainan dan secara langsung melibatkan siswa dalam pembelajaran serta
menumbuhkan minat dan rasa percaya diri siswa untuk melakukan demonstrasi.
Sehingga pada siklus 2 ini aktivitas siswa meningkat.
Sedangkan pada aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan pada tiap
siklusnya, seperti gambaran siswa menunjukan peningkatkan meskipun belum
mencapai target penelitian yang diharapkan. Pada siklus 2 kegiatan siswa
memperhatikan/mendengarkan penjelasan guru melalui metode demonstrasi yang
akan dilakukan, siswa melakukan demonstrasi didepan kelas, siswa
mendemonstrasikan benda-benda yang termasuk kedalam konduktor dan isolator,
siswa bertanya pada guru apabila ada hal-hal yang masih belum dimengerti, siswa
berdiskusi dengan teman dalam satu bangku membahas tugas-tugas yang diberikan,
siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru, siswa menjawab pertanyaan yang
diajukan teman dan siswa mengerjakan tugas – tugas yang diberikan guru. Dapat
dikatakan bahwa terdapat peningkatan yang klasikal dari setiap siklusnya. Ini
menunjukkan bahwa aktivitas belajar IPA siswa, ketika diterapkan pembelajaran
melalui metode demonstrasi sebagai metode mengajar yang tepat
dalam
pembelajaran IPA pada materi konduktor dan isolator lebih tinggi bila dibandingkan
dengan hasil belajar IPA siswa ketika belum diterapkannya pembelajaran melalui
metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA pada materi konduktor dan isolator.
Hasil penelitian yang menunjukkan kecenderungan terjadi peningkatan hasil
belajar siswa dengan menerapkan metode demonstrasi membuktikan bahwa
kebenaran apa yang dikemukakan oleh Handana (2004:18) yang menyatakan bahwa :
“tiap – tiap komponen atau prinsip dalam IPA yang disajikan dalam bentuk yang
konkrit akan dapat dipahami dengan baik. Ini mengandung arti bahwa jika benda –
benda atau objek – objek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila
dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran IPA”.
Dengan demikian, penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran IPA
pada materi Konduktor dan Isolator dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa
kelas VI SDN. 14 Tanjung Baik Budi Kecamatan Matan Hilir Utara Kabupaten
Ketapang.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan aktivitas belajar siswa
maka dapat disimpulkan secara umum bahwa penggunaan metode demonstrasi
dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa tentang materi konduktor dan
isolator dalam pembelajaran IPA kelas VI SDN 14 Tanjung Baik Budi.
Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal
bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai berikut:
1.
Untuk melaksanakan belajar dengan metode demonstrasi memerlukan
persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan
atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode
demonstrasi dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang
optimal.
2.
Dalam rangka meningkatkan minat belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang
sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau
mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3.
Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya guru dapat menggunakan
berbagai metode pada pembelajaran IPA guna untuk meningkatkan minat
dan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur penelitian Suatu Pendekatan praktek Edisi
revisi IV.(Jakarta : Rineka Cipta)
Darmodjo, H dan Kaligis. (1992/1993). Pendidikan IPA 2. Jakarta: Depdikbud.
Depdikbud. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Djamarah, Syaiful Bahri. (2000). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta
Sugiono.(2002). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. CV. Al-Fabeta.
Download