ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA BERAT DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan Oleh: NINING MELINDA ASTUTI NIM.13DB277027 PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA BERAT DI RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA1 Nining Melinda Astuti2Heni Marliany3Hani Septiani4 INTISARI Anemia merupakan masalah yang memerlukan penanganan yang serius, sehingga Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensi membahayakan ibu dan anak. Angka Kematian Ibu di Indonesia masih cukup tinggi yaitu mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup salah satunya kasus anemia kehamilan. Berdasarkan data ANC di poli kandungan jumlah kasus anemia pada ibu hamil tahun 2015 sebanyak 23 orang dari 1293 jumlah kunjungan ibu hamil, Anemia merupakan penyebab penting yang melatarbelakangi kejadian morbiditas dan mortalitas, yaitu kematian ibu pada waktu hamil dan waktu melahirkan atau nifas sebagai akibat komplikasi kehamilan. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu Hamil G1P0A0 22-23 Minggu dengan anemia berat di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu hamil ini dilakukan selama 5 hari dari tanggal 3 Maret 2016 sampai dengan 7 Maret 2016 di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia berat. Hasilnya, keadaan ibu membaik dan kadar Hb ibu meningkat tetapi masih perlu pemantauan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pencegahan yakni dengan memberikan makanan yang cukup mengandung zat besi. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil pada kasus anemia berat di RSUd dr. Soekardjo Tasikmalaya dilaksanakan cukup baik. Kata Kunci : Ibu Hamil, Anemia Berat Kepustakaan : 21 Buku (2007-2015) 11 lampiran, 2 jurnal, 5 website Halaman : i-xi 59 halaman Judul Penulisan Ilmiah1Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 2Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis3 Ciamis2Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Salah satu perubahan fisiologis yang terjadi adalah perubahan hemodinamik. Selain itu, darah yang terdiri atas cairan dan sel-sel darah berpotensi menyebabkan komplikasi perdarahan dan thrombosis jika terjadi ketidakseimbangan faktorfaktor prokoagulasi dan hemostasis (Sarwono, 2010). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 208 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Hutari, 2012). Proses kehamilan telah tertulis secara terperinci dalam Al-Quran surat Q.S. Al- mu'minun : 12-14 Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (Q.S. Al- mu'minun : 12-14). Ayat diatas menunjukkan bahwa proses penciptaan manusia tidak hanya berdasarkan ilmu pengetahuan tetapi Allah SWT sebaik-baiknya pencipta telah membuktikan bahwa Allah SWT secara detail mempersiapkan segala hal yang memungkinkan adanya kehidupan suatu makhluk ciptaanya. (QS. Al- mu’minun:12-14) Salah satu penyebab kematian pada ibu hamil adalah anemia dalam kehamilan. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena 1 2 mencerminkan nilai kesejahteraan social ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child” (potensi membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010). Menurut World Health Organization (WHO) Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi, setiap hari diseluruh dunia sekitar 800 perempuan meninggal, salah satunya akibat komplikasi kehamilan. Angka Kematian Ibu di Negaranegara Asia Tenggara khususnya diIndonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filiphina 170 per kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup. Kejadian anemia kehamilan berkisar antara 20 dan 89% dengan menetapkan Hb 11 g% sebagai dasarnya ( WHO, 2014). Berdasarkan penelitian tentang kualitas penduduk Indonesia tercatat Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes 2014). Angka Kematian Ibu di Jawa Barat mencapai 791 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes, 2014) . Berdasarkan pemantauan rutin Dinkes Kota Tasikmalaya penyebab Utama AKI pada Tahun 2015 sebanyak 20 kasus salah satunya anemia, sedangkan untuk kasus anemia kehamilan pada tahun 2015 sebanyak 570 orang (Dinkes Kota Tasikmalaya, 2015). Di RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya, Menurut data ANC di poli kandungan jumlah kunjungan ibu hamil pada tahun 2015 1293 orang. Sedangkan untuk kasus anemia pada ibu hamil tahun 2015 sebanyak 23 orang. (RSUD Tasikmalaya, 2016). Laporan USAID’s, A2Z, Micronutrient and Child Blindness Project, ACCESS Program, and Food And Nutrion Technical Assistance (2009) menunjukkan bahwa sekitar 50% dari seluruh jenis anemia diperkirakan akibat dari defisiensi besi. Selain itu, defisiensi micronutrient (vit A, B6, B12, Riboflavin dan asam folat dan faktor kelainan keturunan seperti Thalassemia dan sickle cell disese juga telah diketahui menjadi penyebab anemia. Anemia sering 3 terjadi akibat defisiensi zat besi karena ibu hamil terjadi peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu (mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin. Ironisnya, diestimasi dibawah 50% ibu tidak mempunyai cadangan zat besi yang cukup selama kehamilannya, sehingga risiko defisiensi zat besi atau anemia meningkat bersama dengan kehamilan. Hal ini telah dibuktikan di Thailand bahwa penyebab anemia ibu hamil adalah defisiensi zat besi (43,1%). Tingginya kejadian anemia erat kaitannya dengan faktor gizi saat ibu hamil karena itu memperbaiki pola makan merupakan jurus penting untuk mengatasi anemia. Oleh karena itu diperlukan suatu pencegahan yakni dengan memberikan makanan yang cukup mengandung zat besi. Namun, jika anemia sudah terjadi, tubuh tidak akan mungkin menyerap zat besi dalam jumlah besar dan dalam waktu yag relatif singkat. Oleh karena itu, pengobatan selalu menggunakan suplementasi zat besi (Arisman, 2011). Upaya yang dilakukan dalam mencegah anemia pada ibu hamil adalah dengan memberikan pengetahuan kepada ibu hamil tentang anemia kehamilan melalui penyuluhan atau konseling terhadap ibu hamil pada saat kunjungan ANC. Dimana bidan tersebut memberikan konseling tentang anemia dan pemberian suplementasi tablet zat besi pada ibu hamil (Atikah, 2011). Menurut Kamida (2013) dalam jurnalnya yang berjudul ” Analisa Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Zat Besi” di wilayah kerja Puskesmas Simo Boyolali pada bulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2013, Bahwa terdapat kecenderungan hubungan positif antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi dengan penjelasan sebagai berikut. Dari responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi terdapat 9 responden yang patuh dalam mengkonsumsi tablet zat besi sebanyak 6 responden (66,7%), ini lebih banyak dibandingkan responden yang tidak patuh yaitu sebanyak 3 responden (33,3). Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa ada kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan responden tentang anemia, responden relatif semakin patuh 4 dalam mengkonsumsi tablet zat besi. Ini menunjukan bahwa mayoritas tingkat pengetahuan responden tentang anemia rendah, dan tingkat kepatuhan responden dalam mengkonsumsi tablet zat besi mayoritas masih rendah. Ada hubungan pengetahuan anemia dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi. Anemia pada ibu hamil diketahui berdampak buruk, baik bagi kesehatan ibu maupun bayinya. Anemia merupakan penyebab penting yang melatarbelakangi kejadian morbiditas dan mortalitas, yaitu kematian ibu pada waktu hamil dan pada waktu melahirkan atau nifas sebagai akibat komplikasi kehamilan. Selain itu ibu hamil yang menderita anemia juga menunjukkan keadaan yang tragis, yaitu terjadinya perdarahan pada saat melahirkan. Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr%. Pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,50 gr% pada trimester II, karena ada perbedaan dengan kondisi wanita tidak hamil karena hemodilusi terutama terjadi pada trimester II (Sarwono P, 2010). Untuk menghindari anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data dasar kesehatan ibu tersebut, dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium sehingga diketahui adanya infeksi parasit (Manuaba, 2010). Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil G1P0A0 hamil 22-23 Minggu dengan anemia berat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat suatu rumusan masalah sebagai berikut “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan anemia berat di RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya?” 5 C. Tujuan 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ibu hamil G1P0A0 22-23 Minggu dengan anemia berat di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya dengan menggunakan langkah varney. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian pada ibu hamil G1P0A0 hamil 22-23 Minggu dengan anemia berat yang berisi masalah dalam kehamilan. b. Melakukan interpretasi data serta merumuskan diagnosa kebidanan dengan masalah pada ibu hamil G1P0A0 hamil 22-23 Minggu dengan anemia berat. c. Mengidentifikasi diagnosa potensial atau masalah pada ibu hamil G1P0A0 hamil 22-23 Minggu dengan anemia berat. d. Menetapkan kebutuhan tindakan segera pada ibu hamil G1P0A0 hamil 22-23 Minggu dengan anemia berat. e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu hamil G1P0A0 hamil 22-23 Minggu dengan anemia berat. f. Melaksanakan tindakan sesuai perencanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil G1P0A0 hamil 22-23 Minggu dengan anemia berat. g. Mengevaluasi pada penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil G1P0A0 hamil 22-23 Minggu dengan anemia berat. h. Mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam bentuk SOAP. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Hasil laporan studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu hamil. 6 2. Manfaat Praktis a. Bagi Ibu Hamil Dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil, diharapkan agar ibu hamil mengetahui kehamilan yang sehat. b. Bagi STIKes Muhammadiyah Ciamis Sebagai bahan referensi kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding atau acuan bagi studi kasus selanjutnya mengenai pendokumentasian kebidanan khususnya mengenai anemia dalam kehamilan. c. Bagi RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya Dapat melaksanakan peran dan fungsi bidan yang berkualitas dalam memberikan asuhan kebidanan kepada pasien dengan anemia berat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori 1. Kehamilan a. Pengertian Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Dalam kehamilan dapat terjadi banyak gestasi (misalnya, dalam kasus kembar, atau triplet/kembar tiga). Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1. Seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida 0 (Ai Yeyeh, 2009). Adapun pengertian kehamilan antara lain: 1) Kehamilan adalah suatu proses merantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm ( Manuaba, 2010). 2) Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau pertemuan antara ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan dengan fertilisasi, nidasi dan implantasi. Lama Kehamilan dibagi menjadi Tiga Triwulan yaitu 280 Hari (40 Minggu atau 9 Bulan 7 Hari) (Sulistyawati, 2012). 3) Menurut Ida Bagus Gde Manuaba Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2010). 7 8 b. Pembagian Kehamilan Kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu: trimester pertama (0-12 Minggu), trimester kedua (13-28 minggu) dan trimester ketiga (29-42 minggu) (Yeyeh, 2009). c. Diagnosis Kehamilan (Sulistyawati, 2013) Untuk dapat menegakkan diagnosis kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda gejala hamil. Perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu hamil menyebabkan timbulnya perubahan-perubahan yang menjadi tanda-tanda kehamilan. Tandatanda kehamilan tersebut antara lain: 1) Tanda Pasti Kehamilan Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. a) Gerakan janin dalam Rahim Gerakan janin pada Primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada multigravida kehamilan pada 18 kehamilan minggu. 16 Sedangkan minggu karena pada telah berpengalaman dari kehamilan terdahulu (Sarwono, 2010). b) Denyut Jantung Janin Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler). Dengan Stetoskop leanec, DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu (Sarwono, 2010). c) Teraba Bagian-bagian Janin Bagian-bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan cara palpasi menurut leopold pada akhir trimester kedua (Sarwono, 2010). d) Kerangka Janin Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG. USG memungkinkan untuk mendeteksi jantung kehamilan (gestasional sac) pada minggu ke-5 sampai ke-7 pergerakan 9 jantung biasanya terlihat pada 42 hari setelah konsepsi yang normal atau sekitar minggu ke-8, melalui pemeriksaan USG, dapat diketahui juga panjang, kepala dan bokong janin dan merupakan metode akurat dalam menentukan usia kehamilan (Yeyeh, 2009). 2) Tanda Kemungkinan Hamil a) Amenore (Terlambat Datang Bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi. Mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan (Yeyeh, 2009). b) Mual (Nausea) dan Muntah (Emesis) Pengaruh esterogen dan progesterone terjadi pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan Hiperemesis Gravidarum (Yeyeh, 2009). c) Ngidam (mengingini makanan tertentu) Wanita Hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut Ngidam, ngidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan makin tuanya kehamilan (Yeyeh, 2009). d) Sinkope (Pingsan). Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan Sinkope atau pingsan. hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu (Yeyeh, 2009). e) Mamae menjadi tegang dan membesar 10 Pengaruh estrogen progesteron dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama (Yeyeh, 2009). f) Sering miksi Sering kencing terjadi karena kandung kencing pada bulanbulan pertama kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan gejala ini bisa timbul lagi karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kencing (Yeyeh, 2009). g) Konstipasi atau obstipasi Progesterone dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk buang air besar (Yeyeh, 2009). h) Pigmentasi kulit Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit. Pigmentasi ini meliputi tempattempat Seperti disekitar Pipi Cloasma gravidarum (Penghitaman pada daerah dahi, hidung, pipi dan leher). Sekitar Leher Tampak lebih hitam, Dinding Perut (Striae Lividael Gravidarum ) terdapat pada seorang primigravida, warnanya membiru, Striae Nigra, linea Alba menjadi lebih hitam (Linea Griseal/Nigra). Sekitar Payudara. Hiperpigmentasi areola mamae sehingga terbentuknya areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita yang berkulit putih, cokelat tua pada wanita yang berkulit coklat, dan hitam pada wanita yang berkulit hitam. Selain itu, kelenjar Montgomeri menonjol dan 11 pembuluh darah menifes sekitar Payudara. Sekitar pantat dan paha atas, terdapat striae akibat pembesaran bagian tersebut (Sarwono, 2010). i) Hipertropi dari papilla gusi (epulis) Tanda berupa pembengkakan pada gusi. Gusi tampak bengkak karena peningkatan jumlah pembuluh darah disekitar gusi, epulis adalah suatu hiperterofi papilla gingivae. Sering terjadi pada tri wulan pertama (Yeyeh, 2009). j) Varises Pemekaran vena-vena, dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva. Biasanya dijumpai pada triwulan akhir. Pengaruh Esterogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan (Manuaba, 2010). 3) Tanda Tidak Pasti Tanda tidak pasti adalah Perubahan-perubahan fisiologis yang dapat diketahui Oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil. Tanda tidak pasti ini terdiri atas hal-hal berikut ini (Yeyeh, 2009). a) Pembesaran Perut Terjadi akibat pembesaran uterus, hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan (Yeyeh , 2009). b) Tanda Hegar Tanda hegar yaitu segmen bawah rahim melunak. Pelunakan dan dapat ditekannya istmus uteri. Tanda ini terdapat pada dua pertiga kasus dan biasanya muncul pada minggu keenam dan sepuluh serta terlihat lebih awal pada perempuan yang hamilnya berulang. Pada pemeriksaan bimanual segmen bawah uterus 12 terasa lebih lembek. Tanda ini sulit diketahui pada pasien gemuk atau dinding abdomen yang tegang (Yeyeh, 2009). c) Tanda Goodel Pelunakan Serviks, pada wanita tidak hamil servik seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir (Ai Yeyeh, 2009). d) Tanda Chadwicks Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks (Sarwono, 2010). e) Tanda Piscaseck Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada dekat dengan kornus sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu (Sarwono, 2010). f) Tanda Braxton Hicks Merupakan Peregangan Sel-sel otot, akibat meningkatnya actomysin didalam Otot uterus. Kontraksi ini tidak beritmik, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat frekuensinya, lamanya dan kekuatannya sampai mendekati persalinan (Sarwono, 2010). g) Teraba Ballottement Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan Myoma Uteri (Sarwono, 2010). 13 d. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil 1) Kebutuhan Nutrisi Wanita hamil membutuhkan asupan gizi atau nutrisi yang lebih baik dan lebih banyak dari biasanya, karena seorang yang sedang hamil tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi atau nutrisi untuk dirinya sendiri, tapi juga harus mencukupi kebutuhan nutrisi untuk janin atau calon bayi. Nutrisi yang dibutuhkan oleh wanita hamil adalah Vitamin, mineral, asam folat, omega 3, omega 6 dan nutrisi lainnya. Namun ternyata dalam Al-Qur'an telah dijelaskan mengenai nutrisi atau makanan yang baik bagi ibu hamil, berikut akan diuraikan tentang Nutrisi Ibu Hamil Menurut Al-Qur'an Surat An-Nahl Ayat 69: ُ ت َفاسْ لُكِي ُس ُب َل َربِّكِ ُذلُ اًل ۚ َي ْخ ُر ُج مِنْ ب َّ ُث َّم ُكلِي مِنْ ُك ِّل ُطونِ َها ِ الث َم َرا ون َ ُاس ۗ إِنَّ فِي َٰ َذل َِك ََل َي اة لِ َق ْو ٍم َي َت َف َّكر ِ َش َرابٌ م ُْخ َتلِفٌ أَ ْل َوا ُن ُه فِي ِه شِ َفا ٌء لِل َّن Artinya: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl:69) Berdasarkan isi kandungan QS Al-Quran Surat An Nahl bahwa Madu sejak dulu dipercaya berkhasiat untuk menjaga kesehatan tubuh, karena madu mengandung banyak nutrisi atau gizi, seperti karbohidrat, vitamin, mineral, protein, asam amino, dekstrim, pigmen tumbuhan dan komponen aromatik. Selain itu, madu juga memiliki kandungan antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan atau perkembangan bakteri pembusuk, sehingga dengan kandungan nutrisi tersebut, maka madu sangat baik bila dikonsumsi oleh ibu hamil, karena kandungan asam folat pada madu sangat baik untuk pertumbuhan janin (Rudialis, 2014 ). 14 a) Protein Ibu hamil mengalami peningkatan kebutuhan protein sebanyak 68%. Sumber protein diantaranya seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu, dan hasil olahannya (Sulistyawati, 2013). b) Zat Besi Anemia sebagian besar disebabkan oleh defisiensi zat besi, oleh karena itu perlu ditekankan kepada ibu hamil untuk mengonsumsi zat besi selama hamil dan setelah melahirkan. Kebutuhan zat besi selama hamil meningkat sebesar 300% (1.040 mg selama hamil) dan peningkatan ini tidak dapat tercukupi hanya dari asupan makanan ibu selama hamil, melainkan perlu ditunjang dengan suplemen zat besi. Pemberian suplemen zat besi dapat diberikan sejak minggu ke-12 kehamilan sebesar 30-60 gram setiap hari selama kehamilan. Pemantauan konsumsi suplemen zat besi perlu juga diikuti dengan pemantauan cara minum yang benar karena hal ini akan sangat mempengaruhi efektifitas penyerapanzat besi. Vitamin C dan protein hewani merupakan elemen yang sangat membantu dalam penyerapan zat besi (Sulistyawati, 2013) c) Asam folat Asam folat merupakan satu-satunya vitamin yang kebutuhannya meningkat dua kali lipat selama hamil. Jika kekurangan asam folat maka ibu dapat menderita anemia megaloblastik dengan gejala diare, depresi, lelah berat, dan selalu mengantuk. Jika kondisi ini terus berlanjut dan tidak segera ditangani maka pada ibu hamil akan terjadi BBLR, ablasio plasenta, dan spina bifida. Jenis makanan yang mengandung asam folat adalah ragi, hati, brokoli, sayuran hijau, dan kacangkacangan (Sulistyawati, 2013). 15 d) Kalsium Metabolisme kalsium selama hamil mengalami perubahan yang sangat berarti. Kadar kalsium dalam darah ibu hamil turun drastic sebanyak 5%. Sumber utama kalsium adalah susu dan hasil olahannya seperti vitamin A, D, B2, B3, dan C. Vitamin A sangat bermanfaat bagi mata, pertumbuhan tulang, dan kulit. Vitamin D dapat menyerap kalsium yang bermanfaat untuk pertumbuhan tulang dan gigi sang janin (Sulistyawati, 2013). 2) Istirahat Dan Tidur Selama hamil, tubuh Ibu butuh tidur selama 6-8 jam sehari. Ini sama dengan tidur orang sehat pada umumnya. Hanya saja, berbagai perubahan tubuh kerap membuat ibu hamil gampang lelah dan mengantuk. Itu sebabnya, ibu hamil biasanya perlu tambahan waktu istirahat dan tidur sekitar 30 menit hingga 1 jam setiap rentang 3 hingga 4 jam. Bila kehamilan dibawah 3 bulan, maka diperbolehkan banyak2 istirahat, terutama bila kandungan lemah maka sebaiknya banyak istirahat di tempat tidur (bed rest). Selama masa kehamilan, istirahat memegang peranan yang sama penting dengan kegiatan. Pada masa awal kehamilan, mungkin merasa lebih lelah dari biasanya, oleh sebab itu perbanyaklah istirahat/ tidur. Tidur siang sangat dianjurkan, atau beristirahatlah beberapa kali disiang hari. Upayakan untuk menyederhanakan rutinitas sehari-hari. Prinsipnya, ibu hamil mesti istirahat cukup dan dianjurkan tidur 8 jam sehari. Namun begitu jangan lupa untuk melakukan aktivitas fisik yang ringan, agar tubuh lebih sehat dan fit (Yeyeh, 2009). 3) Eliminasi Kebanyakan ibu hamil lebih sering ke kamar mandi untuk melakukan tindakan eliminasi. Salah satu alasan akan meningkatnya pembuangan air kemih adalah meningkatkan volume cairan tubuh 16 dan membaiknya efisiensi ginjal, yang membantu produk sisa dari tubuh dengan cepat. Alasan lainnya adalah adanya penekanan dari rahim yang berkembang, yang masih terletak di ronga panggul di sebelah kandung kemih. Tekanan pada kandung kemih ini seringkali mereda setelah rahim naik ke rongga perut, pada sekitar bulan keempat. Mungkin hal ini tidak akan kembali sampai bayi kembali turun ke rongga panggul pada bulan kesembilan. Karena pengaturan alat-alat di dalam tubuh berbeda pada setiap orang, makaderajat seringnya pengeluaran air kemih pada kehamilan juga bisa berbedabeda (Yeyeh, 2009). e. Tanda Bahaya Kehamilan 1) Keluar darah dari jalan lahir Perdarahan vagina dalam kehamilan adalah jarang yang normal. Pada masa awal sekali kehamilan, ibu mungkin akan mengalami perdarahan yang sedikit atau spotting disekitar waktu pertama haidnya. Perdarahan ini adalah pendarahan implantasi, dan ini normal terjadi. Pada waktu yang lain dalam kehamilan, perdarahan ringan mungkin pertanda dari servik yang rapuh atau erosi. Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya infeksi. Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak normal adalah yang merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri. Perdarahan ini dapat berarti abortus, kehamilan mola atau kehamilan ektopik (Sarwono, 2010). 2) Keluar air ketuban sebelum waktunya Ketuban pecah dini adalah apabila terjadi sebelum persalinan berlangsung yang membran atau disebabkan meningkatnya karena berkurangnya tekanan kekuatan intrauteri atau oleh kedua faktor tersebut, juga karena adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik dan dengan adanya cairan ketuban penilaiannya ditentukan di vagina. Penentuan cairan 17 ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazintest) merah menjadi biru (Saifuddin, 2008). 3) Kejang Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya gejala-gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat, penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang (Yeyeh, 2009). 4) Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 10 kali dalam 12jam) Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke6. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. 5) Demam Tinggi Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin,2008). Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme kemudian pathogen ke dalam menyebabkan timbulnya tubuh wanita hamil tanda atau yang gejala-gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas. 6) Nyeri perut yang hebat Nyeri persalinan abdomen normal yang adalah tidak dengan tidak normal. Nyeri abdomen mungkin menunjukkan masalah yang jiwa adalah yang berhubungan yang mengancam keselamatan hebat, menetap, dan tidak hilang setelah istirahat. Hal ini bisa berarti appendiksitis, kehamilan ektopik, 18 aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi placenta, infeksi saluran kemih atau infeksi lainnya (Sarwono, 2010). 7) Sakit kepala yang hebat Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya men jadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebatdalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia (Yeyeh, 2009). 8) Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan muda. Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung selama 10 minggu. Perasaan mual ini karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Mual dan muntah yang sampai mengganggu aktifitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi lebih buruk (Yeyeh, 2009). 9) Selaput kelopak mata pucat Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah 11gr % pada trimester I dan III, <10,5 gr % pada trimester II. Nilai tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil terjadi hemodilusi, terutama pada trimester II. Anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang keduanya saling berinteraksi (Saifuddin, 2009). 19 2 Anemia a. Definisi Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin) dibawah nilai normal. Penyebabnya biasa karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat dan vitamin B12, tetapi yang sering terjadi adalah anemia karena kekurangan zat besi (yeyeh, 2010). Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto, 2007). Anemia dalam kehamilan adalah kadar hemoglobinnya kurang dari 11 gr/dl. Anemia pada trimester kedua saat kadar hemoglobinnya kurang dari 11gr/dl dan anemia pada trimester ketiga saat kadar hemoglobinnya kurang dari 10 gr/dl (Manuaba, 2010). b. Patofisiologi anemia pada ibu hamil Anemia lebiih sering dijumpai dalam kehamilan, hal itu disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidramia atau hypervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang apabila dibandingkan dengan bertambahnya plasma, sehingga terjadi pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18 %, dan hemoglobin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama pengenceran itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat hidremia cardiac output meningkat. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. 20 Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Yeyeh, 2010). c. Etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan (Yeyeh, 2010) yaitu : 1) Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah 2) Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma 3) Kurangnya zat besi dalam makanan 4) Kebutuhan zat besi meningkat 5) Gangguan pencernaan dan absorbs d. Faktor predisposisi anemia pada ibu hamil 1) Umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia bahwa usia ibu dapat mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka semakin rendah kadar hemoglobinnya. Terdapat kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin besar. Pada penelitian ini belum menunjukkan adanya kecendrungan semakin tua umur ibu hamil maka kejadian anemia semakin besar. Karena 80% ibu hamil berusia tidak berisiko yaitu antara 20 tahun hingga 35 tahun. 2) Paritas Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia Artinya ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang paritas rendah. 21 3) Jarak Kehamilan yang terlalu Dekat Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya anemia pada wanita adalah jarak kelahiran pendekini disebabkan kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan faktor hormonal dan adanya kecendrungan bahwa semakin dekat jarak kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. 4) Pengetahuan Pengetahuan kesehatan reproduksi menyangkut pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan, penyuluhan, tanda dan cara mengatasi anemia pada ibu hamil diharapkan dapat mencegah ibu hamil dari anemia. Semakin rendah pengetahuan kesehatan reproduksi, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. 5) Pemeriksaan Antenatal Care Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2010). 6) Pola makan dan Kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe Gizi seimbang adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Agar sasaran keseimbangan gizi dapat dicapai, maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu , protein hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu (Sarwono, 2010). e. Kebutuhan Zat Besi pada Ibu Hamil Kebutuhan zat besi pada wanita hamil yaitu rata-rata mendekati 800 mg. Kebutuhan ini terdiri dari, sekitar 300 mg diperlukan untuk janin dan plasenta serta 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal. Kurang lebih 200 mg lebih akan dieksresikan 22 lewat usus, urin dan kulit. Makanan ibu hamil setiap 100 kalori akan menghasilkan sekitar 8–10 mg zat besi. Perhitungan makan 3 kali dengan 2500 kalori akan menghasilkan sekitar 20–25 mg zat besi perhari. Selama kehamilan dengan perhitungan 288 hari, ibu hamil akan menghasilkan zat besi sebanyak 100 mg sehingga kebutuhan zat besi masih kekurangan untuk wanita hamil (Manuaba, 2010). Sumber lain mengatakan, kebutuhan ibu hamil akan Fe meningkat (untuk pembentukan plasenta dan sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg Fe ditransfer ke janin, dengan 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah darah merah, dan 200 mg lenyap ketika melahirkan. (Sulistyawati, 2013). Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%. Hal ini disebabkan karena pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil (Atikah, 2011). Penyerapan besi dipengaruhi oleh banyak faktor. Protein hewani dan vitamin C meningkatkan penyerapan. Kopi, teh, garam kalsium, magnesium dan fitat dapat mengikat Fe sehingga mengurangi jumlah serapan. Karena itu sebaiknya tablet Fe ditelan bersamaan dengan makanan yang dapat memperbanyak jumlah serapan, sementara 23 makanan yang mengikat Fe sebaiknya dihindarkan, atau tidak dimakan dalam waktu bersamaan. Disamping itu, penting pula diingat, tambahan besi sebaiknya diperoleh dari makanan, karena tablet Fe terbukti dapat menurunkan kadar seng dalam serum (Atikah, 2011). Memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Nafero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. (Saifuddin, 2009). f. Gejala dan Tanda Gejala awal biasanya tidak ada atau tidak spesifik (misalnya : kelelahan, kelemahan, pusing, dyspnea ringan dengan tenaga). Gejala dan tanda lain yaitu pucat dan jika terjadi anemia berat akan mengalami takikardi atau hipotensi, denyut jantung cepat, kelelahan atau kekurangan energi, sakit kepala, pingsan (Atikah, 2011). Menurut Varney (2007) gejala pada ibu hamil didapatkan keluhan utama adanya letih, pusing, membrane mukosa pucat misalnya (konjungtiva), tidak nafsu makan. Anemia meningkatkan resiko kelahiran prematur dan infeksi ibu postpartum. Gejala umum kehamilan: 1) Merasa lelah atau lemah 2) Kulit pucat dari kulit 3) Denyut jantung cepat 4) Sesak nafas 5) Konsentrasi terganggu g. Masalah Potensial Anemia Pada Ibu hamil 1) Pada usia kehamilan 3 bulan pertama a) Dapat terjadi keguguran b) Cacat bawaan 2) Pada usia kehamilan 4-9 bulan a) Persalinan belum cukup bulan anemia selama 24 b) Perdarahan dalam melahirkan c) Gangguan pertumbuhan bayi dalam kandungan d) Bayi kekurangan oksigen dalam kandungan sampai menyebabkan kematian e) Mudah terkena infeksi 3) Pada saat melahirkan a) Kekuatan mengejan b) Melahirkan berlangsung lama c) Tertahannya plasenta dan perdarahan saat melahirkan d) Akibat anemia terhadap bayi e) Kematian dalam kandungan (IUFD) f) Cacat bawaan g) Kecerdasan rendah h) Bayi lahir dengan anemia i) Berat badan bayi lahir rendah j) Diagnosa anemia pada kehamilan Untuk menegakkan diagnosa anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik dan tes laboratorium. Dari anamnesa akan didapat keluhan seperti lelah, pusing, mata berkunangkunang ( Atikah, 2011). Pemeriksaan dan pengawasan kadar hemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan trimester III. Klasifikasi kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat dibagi menjadi 4 kategori (Manuaba, 2010): a) Hb > 11 gr/dl (tidak anemia) normal b) Hb 9-10 gr/dl anemia ringan c) Hb 7-8 gr/dl anemia sedang d) Hb <7 gr/dl anemia berat h. Jenis-Jenis Anemia 1) Anemia Defisiensi Besi 25 Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi (Fe). Pengobatannya adalah: Terapi Oral adalah dengan memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Na-fero bisirat. Pemberian preparat 60 mg/ hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Saifuddin, 2009). Apabila pemberian zat besi peroral tidak berhasil, maka bisa diberikan dosis parenteral, (per IM atau per IV) misalnya pemberian cefotaxime (Wiknjosastro, 2010). a) Diagnosa Sifat yang khas anemia defisiensi besi adalah : (1) Kadar besi serum yang tinggi (2) Daya ikat besi serum tinggi (3) Protoporifin eritrosit tinggi Pencegahan ; (4) Glukonas 1 tablet sehari (5) Makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak mineral serta vitamin (6) Ferrum oksidum sakkartum, sodium differat dan dekstran besi secara IV (7) Transfusi darah 2) Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik disebabkan karena defisiensi asam folat dan juga dapat terjadi karena defisiensi vitamin B12 (kobalamin) Diagnosa anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan megaloblastik atau pramegaloblas dalam darah atua sumsum tulang. (Saifuddin, 2009). a) Pencegahan 26 Apabila pengobatan anemia dengan besi saja tidak berhasil, maka besi harus ditambahkan dengan asam folik. b) Terapi Tablet asam folik diberikan dalam dosis 15-30 mg sehari, apabila disebabkan oleh defisiensi vitamin B12, maka diberi vitamin B12 dengan dosis 100-1000 mg sehari baik oral maupun parental. 3) Anemia hipoplastik Anemia Hipoplastik terjadi karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah merah baru. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), keracunan, dan sinar rontgen atau sinar radiasi (Atikah, 2007). 4) Anemia Hemolitik Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/ pemecahan sel darah merah lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi pada organ-organ vital. Pengobatan anemia hemolitik dalam kehamilan tergantung pada jenis dan beratnya. Obat-obat penambah darah tidak berhasil, lakukan transfuse darah (Atikah, 2011). i. Pencegahan dan Penanganan Anemia Ibu Hamil 1) Pencegahan Anemia Untuk menghindari anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data dasar kesehatan ibu tersebut, dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium sehingga diketahui adanya infeski parasit (Manuaba, 2010). Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil. Mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi, (terutama daging merah seperti sapid an kambing), telur, ikan, dan ayam, serta hati. Pada sayuran zat besi dapat ditemukan pada sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam 27 dan kangkung, buncis, kacang-kacangan dll. Perlu diperhatikan bahwa zat besi pada daging lebih mudah diserap oleh tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi. Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat. Pastikan tubuh mendapatkan 27 mg zat besi setiap hari. Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat diobati dengan mengambil suplemen zat besi. Pastikan bahwa wanita hami dicek pada kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia (Atikah, 2011) 2) Penanganan Anemia sebagai berikut : a) Anemia Ringan Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr/dl masih dianggap ringan sehingga hanya diperlukan kombinasi 60 mg/hari zat besi dan 500 mg asam folat peroral sekali sehari (Atikah, 2011) b) Anemia sedang Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi feros 600-1000 mg/hari seperti sulfat ferosus atau glukonas ferosus (Atikah, 2011) c) Anemia berat Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 40 mg, 6 bulan selama hamil, dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan. Transfuse darah yang kadang diulang beberapa kali, diperlukan pada anemia berat untuk meringankan penderitaan ibu dan mengurangi bahaya hipoksia pada bayi (Atikah, 2011). j. Manajemen terapi Terapi langsung ditujukan pada penyebab anemia, dapat berupa : 1. Transfusi darah 2. Pemberian kortikosteroid atau menekan sistem imun. obat-obatan lain yang dapat 28 3. Pemberian eritropoietin, hormon yang berperan pada proses hematopoiesis, berfungsi untuk membantuk sumsum tulang pada proses hematopoiesis. 4. Pemberian suplemen besi, vitamin B12, vitamin-vitamin, dan mineral lain yang dibutuhkan. k. Resiko Kehamilan dengan Anemia Seiring dengan perkembangan zaman anemia kehamilan menunjukkan peningkatan. Hal ini terutama disebabkan adanya faktor predisposisi kelangsungan hidup sehingga dan memberikan konsekuensinya dampak terjadi terhadap kehamilan. Kompikasi dari kehamilan dan kelahiran bayi yang tidak aman adalah penyebab utama kematian pada perempuan dengan anemia. Anemia pada kehamilan termasuk dalam kriteria komplikasi dimana keduanya berperan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada ibu maupun janin (Atikah, 2011). B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (varney, 2007). 2. Proses Manajemen Kebidanan (varney, 2007) Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat diuraikan lagi menjadi lebih 29 langkah-langkah yang lebih rinci bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien. Ketujuh langkah tersebut: a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar Langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dapat dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang. Langkah ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi atau masalah klien yang sebenarnya. b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seoerti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hasil pengkajian. c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian maslaah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengawasi pasien bidan bersiap-siap bila masalah potensial benar-benar terjadi. d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera dan Kolaborasi Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan/ dokter untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan 30 lain. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses penatalaksanaan kebidanan. Jadi, penatalaksanaan bukan hanya selama primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus. e. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi/ masalah klien, tapi juga dari kerangka pedoman antisipasi klien tersebut, apakah kebutuhan perlu konseling, penyuluhan dan apakah pasien perlu dirujuk karena ada masalahmasalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan lain. Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. f. Langkah VI : implementasi Pada langkah ini rencana asuhan yang komprehensif yang telah dibuat dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim kesehatan lainnya. Menurut Walyani (2015), bahwa penatalaksanaan merupakan rencana dan tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium serta konseling untuk tindak lanjut. g. Langkah VII : Evaluasi Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan diagnosa/ masalah. Sebagian masalah dapat teratasi dengan baik tetapi tidak menutup kemungkinan masalah itu akan muncul kembali sehingga memerlukan pengawasan yang lebih lanjut (Yeyeh 2010). . perawatan dan 31 3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan Dengan Metode (SOAP) Pendokumentasian SOAP merupakan kepanjangan dari Subjektif, Objektif, analisa, dan penatalaksaan. SOAP adalah catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis. Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari proses pemikiran penatalaksaan kebidanan. Dipakai untuk mendokumenkan asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai catatan kemajuan.. Metode 4 langkah yang dinamakan SOAP ini disarikan dari proses pemikiran penatalaksanaan kebidanan dipakai untuk mendokumenkan asuhan pasien dalam rekaman medis pasien sebagai catatan kemajuan. Bentuk SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasien, dengan cara penulisannya adalah sebagai berikut: a. S (subjektif) : menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data dari klien dan keluarga melalui anamnesa, yang merupakan ungkapan langsung sebagai langkah 1 varney. Hasil anamnesa yaitu pasien mengeluh sering merasa lemas, pusing mudah capek, dan keluar darah sedikit. b. O (objektif) : menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 varney. c. .A (analisa) : menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjtektif dan objektif dalam suatu identifikasi, diagnosa/masalah, antisipasi diagnosa/ masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan/kolaborasi atau rujukan, sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney. d. P (penatalaksanaan) : menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6,7 varney (Soepardan, 2008) 32 4. Keterkaitan antara proses manajemen kebidanan dan pendokumentasian SOAP Alur pikir bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan Dokumentasi Kebidanan Proses Manajemen kebidanan 7 Langkah Varney 5 langkah kompetensi bidan Pengumpulan data dasar Data Interprestasi data dasar SOAP NOTES Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluruh Subjektif Objektif Assessment atau diagnosis Analisa Data Penatalaksanan: Konsul Tes diagnostik/Lab Perencanaan Rujukan Pendidikan/ Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan Pelaksanaan Evaluasi Evaluasi Konseling Followup Gambar 2.1. Bagan Skema Langkah-langkah proses manajemen (Estiwidani, dkk 2008) 33 C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Anemia Asuhan kehamilan yang dilakukan yakni melakukan dokumentasi asuhan kebidanan kehamilan secara melakukan pemeriksaan fisik sistematis, dengan yaitu melakukan prinsip head to toe, anamnesis, melakukan pemeriksaan vital signs, pemeriksaan leopold, medengarkan denyut jantung janin (DJJ), pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang, melakukan konseling, memberikan pendidikan kesehatan tentang senam hamil, dan pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) (Yeyeh, 2009). Asuhan tersebut didokumentasikan dalam bentuk SOAP: 1. S (subjektif) : menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data dari klien dan keluarga melalui anamnesa, yang merupakan ungkapan langsung sebagai langkah 1 varney. Dari anamnesa yaitu pasien mengeluh sering merasa lemas, pusing mudah capek, dan keluar darah sedikit. 2. O (objektif) : menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 varney. Data objektif diambil berdasarkan: a. Pemeriksaan fisik umum Pemeriksaan ini dilakukan dengan prinsip head to toe yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung analisa. Tanda gejala objektif yang diperoleh dan hasil pemeriksaan (keadaan umum, tandatanda vital) hasil pengamatan conjungtiva pucat sklera kuning. b. Pemeriksaan penunjang Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis, data penunjang ibu hamil dengan anemia berat, dilakukan pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan Hemoglobin serta pengambilan sample darah sebanyak 2cc. 3. A (analisa) : Masalah atau diagnosa yang ditegakan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Dengan data dasar kasus anemia berat dari hasil pemeriksaan didapati 34 penderita (pasien) merasa lemas, pusing dan keluar darah sedikt dari vagina, conjungtiva pucat, sklera kuning, dan pemeriksaan penunjang Hb < 7 gr/dl membantu penegakkan diagnosa. sehingga dapat disimpulkan analisa data menjadi, misalnya : G1P0A0 Hamil 22-23 Minggu dengan Anemia Berat. Masalah potensial bagi ibu anemia berat yang dapat menyebabkan dekompensasi cordis dan kematian, perdarahan, partus lama karena inertia uteri, syok, infeksi intra partum dan post partum. Potensial bayi : BBLR, IUFD, abortus, partus prematurus, cacat bawaan. Oleh karena itu perlu tindakan segera yang dapat dilakukan oleh bidan atu tenaga kesehatan (Yeyeh, 2009). 4. P (penatalaksanaan) : menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan analisa sebagai langkah 5,6,7 varney ( Salmah, 2007). Penatalaksanaan: a. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga b. Melakukan informed concent setiap tindakan c. Mengobservasi keadaan umum, tanda vital d. Memasang infus RL e. Memberikan terapi oral sesuai advis dokter f. Melakukan kolaborasi dengan laboratorium untuk pemeriksaan Hb. g. Menganjurkan keluarga mencari darah untuk transfusi. h. Memberikan KIE tentang gizi dan pentingnya nutrisi, pentingnya tablet Fe,dan pola istirahat yang baik dan sesuai untuk ibu hamil. 35 D. Kewenangan Bidan atau Landasan Hukum Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan diantaranya: Pasal 9 menjelaskan bahwa Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi bidan, disebutkan pada kompetensi ke-4 bahwa bidan harus memiliki pengetahuan dasar dan berwenang memberikan pertolongan kehamilan abnormal pada: abortus imminens, hyperemesis gravidarum tingkat 1, preeklamsia ringan, dan anemia ringan. Sehingga dengan peran bidan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti dapat melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif terhadap kehamilan abnormal dengan anemia berat (Soepardan, 2007). Meskipun demikian, sebagai bidan dengan fasilitas terbatas maka kehamilan abnormal dengan anemia berat sebaiknya dikonsultasikan dan sedapat mungkin dilakukan rujukan ke rumah sakit sehingga mendapat pertolongan yang adekuat. Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan , penanganan dan rujukan semua kasus anemia pada kehamialan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar, yang dikelompokan menjadi 5 bagian besar yaitu: a. Standar pelayanan Umum (2 standart) b. Standar pelayanan Antenatal (6 standart) c. Standar pelayanan Persalinan (4 standart) d. Standar pelayanan Nifas (3 standart) e. Standar penanganan Kegawatdaruratan obstetri neonatal (9 standart) 36 Standar Pelayanan Antenatal salah satunya: Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia pada kehamilan secara dini, melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung. Tindakan yang bisa dilakukan bidan contohnya , memeriksakan kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama dan minggu ke 28. Memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut .penyuluhan gizi dan pentingnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, dll. Pasal 10 Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berwenang untuk: a. Episiotomi b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil e. Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas f. Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif g. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum h. Penyuluhan dan konseling i. Bimbingan pada kelompok ibu hamil. j. Pemberian surat keterangan kematian. k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin. E. Tinjauan Islam Tentang Kehamilan Proses kehamilan telah tertulis secara terperinci dalam Al-Quran surat Q.S. Al- mu'minun : 12-14 adalah sebagai berikut: 37 Artinya “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (Q.S. Al- mu'minun : 1214). Ayat diatas menunjukkan bahwa proses penciptaan manusia tidak hanya berdasarkan ilmu pengetahuan tetapi Allah SWT sebaik-baiknya pencipta telah membuktikan bahwa Allah SWT secara detail mempersiapkan segala hal yang memungkinkan adanya kehidupan suatu makhluk ciptaanya. (QS. Al- Mu’minun:12-14) Anemia kehamilan membutuhkan asupan gizi atau nutrisi yang lebih baik dan lebih banyak dari biasanya, karena seorang yang sedang hamil tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi atau nutrisi untuk dirinya sendiri, tapi juga harus mencukupi kebutuhan nutrisi untuk janin atau calon bayi. Al-Qur'an telah menjelaskan mengenai nutrisi atau makanan yang baik bagi ibu hamil, berikut akan diuraikan tentang Nutrisi Ibu Hamil Menurut Al-Qur'an Surat An-Nahl Ayat 69: ُ ت َفاسْ لُكِي ُس ُب َل َربِّكِ ُذلُ اًل ۚ َي ْخ ُر ُج مِنْ ب َّ ُث َّم ُكلِي مِنْ ُك ِّل ُطونِ َها ِ الث َم َرا ون َ ُاس ۗ إِنَّ فِي َٰ َذل َِك ََل َي اة لِ َق ْو ٍم َي َت َف َّكر ِ َش َرابٌ م ُْخ َتلِفٌ أَ ْل َوا ُن ُه فِي ِه شِ َفا ٌء لِل َّن Artinya: “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl:69) Maka makna yang dikaitkan dengan kasus diatas bahwa ibu hamil yang menderita anemia berat memerlukan asupan nutrisi dan gizi. Berdasarkan isi kandungan QS Alquran Surat An Nahl bahwa Madu sejak dulu dipercaya berkhasiat untuk menjaga kesehatan tubuh, karena madu mengandung banyak nutrisi atau gizi, seperti karbohidrat, vitamin, mineral, protein, asam amino, 38 dekstrim, pigmen tumbuhan dan komponen aromatik yang sangat bermanfaat bagi ibu hamil. DAFTAR PUSTAKA Al-Quran An-Nahl Ayat: 69. Al-Quran Al-Mu’minun ayat 12-14 Yeyeh, Ai .(2009). Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan. Jakarta: Trans Info Medika. Atikah. (2011). Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika. Arisman. (2011). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Pustaka Baru Dinkes Jabar. (2014). Profil Kesehatan Profinsi Jawa Barat [internet]. Tersedia dalam http://www.dinkes.jabar.go.id. [diakses tanggal 20 April 2016]. Dinkes Tasikmalaya. (2015). Data Anemia Tasikmalaya: Dinkes. Kehamilan Kota Tasikmalaya. Estiwidani, dkk. (2008). Bagan Skema Langkah-langkah proses manajemen. Jakarta: TIM. Hutari . 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu 1 (kehamilan). Jakarta: Rohima press. Kamida. (2013). Analisa Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Zat Besi. Juni-Agustus 2013 di Puskesmas Simo Boyolali. Volume XII No. 2 Agustus 2015. Manuaba, dkk. (2010). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta. Notoatmodjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Permenkes 1464 dalam Ayu Anggraeni. (2013). Permenkes 1464 [internet]. Tersedia dalam ayuanggraeni.blogspot.co.id/ Rudialis. (2014). Mukjizat Surat An-Nahl ayat 68-69 [internet]. https//rudialis.wordpress.com/2014/10/09/manfaat-lebah-mukjizat-surat-annahl-ayat-68-dan-69/ Rukiah, Ai yeyeh dan dkk. (2009). Asuhan Kebidanan 1 Kehamilan. Jakarta:TIM 58 59 Ryanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. (2016). Data ANC 2015. Tasikmalaya: Poli Kandungan Salmah. (2007). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: EGC. Saeffudin. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sarwono P. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Soepardan, Suryani. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Sulistyawati, Ari. (2013). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Tarwoto (2007). Anemia pada Ibu Hamil.Jakarta: Trans info Medika. Varney dkk. (2007). Asuhan Kebidanan (varney,s Kebidanan midwefery). Jakarta: EGC. Walyani, Elisabeth Siwi. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Baru Pres. Wikipedia. (2011). Kehamilan dan kelahiran [internet] .https://id.wikipedia.org/wiki/Kehamilan [diakses tanggal 1 Mei 2016]. World Health Organization (WHO). (2014) . Data Angka Kematian Ibu Hamil Tahun 2014. Jakarta: Tersedia dalam http://googlewebblight.com/?liteurl=http://arummeongg.blogspot.com/2014/06/data-kematian-ibu-hamil diakses tanggal [1 April 2016] Winkjosastro. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.