BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker paru adalah salah satu penyebab utama kematian akibat kanker di dunia, kira-kira 1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika Serikat, terdapat sekitar 213.380 kasus pada tahun 2007 dan kasus kematian sebanyak 160.390. Dari hasil penelitian di 100 RS di Jakarta, kanker paru merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor empat pada perempuan. Menurut data registrasi kanker Rumah Sakit Kanker Dharmais tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru adalah kasus terbanyak kedua pada laki-laki yaitu sebesar 13,4% setelah kanker nasofaring sebesar 13,63% serta penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada laki-laki yaitu sebesar 28,94% (Panduan Nasional Penanganan Kanker Paru,2015). Kanker paru adalah penyakit ganas di paru, termasuk keganansan yang berasal dari paru itu sendiri (primer) dan metastasis tumor paru (sekunder). Metastasis tumor di paru adalah tumor yang tumbuh akibat dari penyebaran (metastasis) dari tumor primer organ lain (Kurniawan, 2011). Paru, lebih sering menjadi tempat metastasis kanker daripada sebagai lokasi neoplasma maligna primer. Paru seringnya merupakan tempat deposit sel-sel kanker sekunder yang berasal dari organ lain, oleh karena emboli tumor mikroskopik yang dibawa oleh darah biasanya tertangkap di dalam jaringan kapiler paru. Tumor-tumor yang dibawa oleh limfe dari separuh bagian bawah tubuh dan rongga abdomen dapat juga tertahan sewaktu berjalan melalui duktus torasikus. Neoplasma yang sering menimbulkan metastasis paru, berurutan dari yang paling sering adalah karsinoma payudara, saluran cerna, saluran kelamin perempuan, dan ginjal; melanoma ; dan kanker kelamin laki-laki (Wilson, 2006). Toraks adalah tempat yang paling baik dalam pemeriksaan radiologi. Parenkim paru yang berisi udara akan lebih mudah meloloskan berkas sinar-x dibandingkan jaringan sekitarnya yaitu jaringan lunak dinding dada, jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar serta diafragma. Namun, struktur toraks yang 1 2 bertulang jauh lebih sulit meloloskan berkas sinar-x sehingga bayangan yang dihasilkan radiograf jauh lebih padat dan berwana lebih terang (Wilson, 2006) Salah satu alat utama yang digunakan untuk mendiagnosis kanker paru adalah radiografi. Radiografi diambil dari sudut posteroanterior dan kadang juga diambil dari sudut pandang lateral dan melintang. Radiograf yang dihasilkan memberikan informasi berikut (Wilson, 2006) : 1. Status rangka toraks termasuk iga-iga, pleura, dan kontur diafragma dan saluran napas atas pada waktu memasuki dada, 2. Ukuran, kontur dan posisi mediastinium dan hilus paru termasuk jantung, aorta, kelenjar limfe, dan akar percabangan bronkus. 3. Tekstur dan derajat aerasi. 4. Ukuran, bentuk, jumlah dan lokasi lesi paru termasuk kavitasi, tanda fibrosis, dan daerah konsolidasi. Prinsip dari radiografi digital adalah memanfaatkan perbedaan penyinaran sinar-x pada bagian-bagian tulang dan jaringan lainnya. Pada tulang padat, sinar-x yang diserap lebih banyak sehingga sinar yang datang ke image plate menjadi berkurang mengakibatkan gambaran tulang menjadi lebih putih disbanding dengan jaringan tulang lainnya. Sehingga gambaran thoraks normal dengan thoraks positif metastasis paru akan ditampilkan berbeda pada layar tampilan. (Susilo, 2011) Citra yang dihasikan dari sistem radiografi merupakan pemetaan berkas sinarx yang diteruskan. Jika berkas sinar-x yang datang adalah I0 dan berkas yang diteruskan adalah I, maka berlaku I/I0 = exp (-μx). (Fosbinder, 2002) Berkas yang diteruskan pada pencitraan obyek yang tidak homogen untuk paru-paru normal dan metastasis paru dengan ketebalan yang sama, dapat dirumuskan dengan I1/I0 = exp (-μ1x) dan I2/I0 = exp (-μ2x). Dimana μ1 adalah koefisien serapan untuk jaringan normal dan μ2 adalah koefisien serapan untuk jaringan dengan metastasis paru. Penelitian ini berkaitan dengan indeks keabuan yang berbasis pada komputer untuk diagnosis metastasis paru. Susilo telah mengembangkan perangkat lunak berbasis Matlab yang dapat menganalisa tingkat keabuan dan indeks keabuan citra 3 radiografi digital. Perangkat lunak berbasis Matlab tersebut dikembangkan untuk diagnosis metastasis tulang dengan nilai Cut of Point (COP) untuk kasus osteolitik adalah 0,93 dan COP untuk kasus osteosklerotik adalah 1,05. Nilai COP adalah nilai batas antara normal dan abnormal. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan perangkat lunak tersebut untuk kasus metastasis paru dengan menggunakan citra radiografi digital, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan akurasi diagnosis utuk menjadi salah satu acuan dalam diagnosis metastasis paru. Selain itu diharapkan dapat mengurangi subyektivitas antar radiolog, berdasarkan nilai kuantitatif yang diperoleh (Susilo, 2011). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Berapakah rentang nilai indeks keabuan metastasis paru yang diperoleh menggunakan perangkat lunak berbasis Matlab yang telah dikembangkan? 2. Apakah nilai COP metastasis tulang pada perangkat lunak berbasis Matlab yang telah dikembangkan dapat digunakan untuk untuk mendeteksi citra metastasis paru? 1.3. Batasan Masalah Batasan yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Pengambilan sampel citra metastasis paru dilakukan di Instalasi Radiologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, 2. Sampel yang digunakan adalah sampel citra positif metastasis paru dalam format JPEG dari hasil foto toraks menggunakan pesawat Computed Radiography (CR) tanpa informasi besar tegangan (kV), (arus ) mA yang digunakan, waktu (s) paparan radiasi serta tidak menghiraukan image processing yang dilakukan oleh operator CR. 3. Identifikasi range nilai keabuan jaringan metastasis paru dengan perbandingan jaringan normalnya. 4 4. Penelitian ini tidak ditujukan untuk mencari nilai COP dari metastasis paru. 1.4.Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mencari rentang indeks keabuan metastasis paru dengan perbandingan jaringan normalnya menggunakan perangkat lunak berbasis Matlab yang telah dikembangkan pada diagnosis metastasis tulang. 2. Menguji nilai COP metastasis tulang yang terdapat pada perangkat lunak berbasis Matlab untuk mendeteksi citra metastasis paru menggunakan foto radiografi digital. 1.4.Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan : 1. Bermanfaat bagi radiolog sebagai salah satu acuan diagnosis hasil rontgen metastasis paru sehingga mengurangi resiko keadaan pasien menjadi lebih buruk. 2. Bermanfaat untuk penelitian selanjutya, dengan menjadikan penelitian ini sebagai sumber tinjauan pustaka sehingga dapat dikembangkan penelitian untuk menyempurnakan perangkat lunak tersebut.