biomekanik

advertisement
BIOMEKANIK
Dr.H. Mufied Wibisono, Sp.FK
Laboratorium Fisika Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
I.MUSCULO SKELETAL SYSTEM
GAYA
ADALAH TARIKAN / DORONGAN PADA BENDA, SEBAGAI
VEKTOR DAN BERARAH
GAYA: - BEKERJA PADA TUBUH→MENABRAK OBYEK
- BERADA DALAM TUBUH → GAYA OTOT : - MENGALIRNYA
DARAH
- PERNAFASAN
ADA 2 TIPE: - KEADAAN STATIS
- KEADAAN DINAMIS
GAYA PADA TUBUH DALAM KEADAAN STATIS
ADALAH JUMLAH GAYA DALAM SEGALA ARAH DAN JUMLAH
MOMEN GAYA TERHADAP SUMBU TUBUH = 0
MUSCULO SKELETAL SYSTEM / SISTEM OTOT DAN TULANG
BEKERJA SEBAGAI PENGUMPIL
SISTIM PENGUMPIL PADA TUBUH
1. TITIK TUMPUAN DIANTARA GAYA BERAT DAN GAYA OTOT
O → TITIK TUMPUAN
W → GAYA BERAT
→OS MAXILLA
→OS MANDIBULA
M → GAYA OTOT
→ M. MASSETER
2. GAYA BERAT DIANTARA TITIK TUMPUAN DAN GAYA OTOT
O → TITIK TUMPUAN
W → GAYA BERAT: - OS NAVICULARE
- OS. CALCANEUS
- OSSA TARSAL
M → GAYA OTOT: - TENDON ACHILES
/CALCANEUS
- M. PERONEUS
/FIBULARIS
- M. SOLEUS
- M. GASTROCNEMEUS
GAYA OTOT DIANTARA TITIK TUMPUAN DAN GAYA BERAT
O → TITIK TUMPUAN
W → GAYA BERAT: - OS HUMERUS
- OS ULNA
- OS RADIUS
M → GAYA OTOT
TITIK PENGUMPIL PADA LENGAN
1. LENGAN BAWAH DEPAN SEBIDANG HORIZONTAL
R → GAYA REAKSI HUMERUS
TERHADAP ULNA
M → GAYA OTOT
W → GAYA BERAT
CG→ TITIK PUSAT GRAVITASI
2. LENGAN BAWAH DEPAN MEMBENTUK SUDUT TERHADAP BIDANG
HORIZONTAL
3. TARIKAN M. DELTOIDEUS
KEUNTUNGAN MEKANIK (K.M.)
ADALAH PERBANDINGAN ANTARA GAYA OTOT DENGAN GAYA BERAT
MOMEN GAYA TERHADAP TITIK TUMPU
W.IW = O
M.IM = O
KM = M/W =IW/IM
W.IW = M.IM
M/W = IW/IM
Fraktur (patah tulang)
• Definisi : Terputusnya tulang / tulang
rawan karena trauma (rudapaksa)
• Macam : tertutup, terbuka
• Penyembuhan fraktur :
Hematoma  fibrosis  osteoid  kalus
fibrous  jaringan kondroid  jaringan
osteoid  kalus tulang (pertautan klinik)
 tulang lamelar (pertautan tulang) 
proses swapugar.
Reduksi dan retensi
pada fraktur femur (konservatif)
Penatalaksanaan fraktur (4R)
• Rekognisi :
Diagnosa :
– anamnesis : cedera khas
– inspeksi : bandingkan kanan dan kiri
– palpasi
: analisis nyeri  nyeri obyektif, nyeri subyektif,
nyeri lingkar, nyeri sumbu pada tarikan / tekanan
• Reduksi : Reposisi frakmen fraktur sedekat mungkin
dengan letak normalnya  traksi
• Retensi : Metode mempertahankan fragmen selama
penyembuhan
• Rehabilitasi : Dimulai dan dilaksanakan bersamaan
fraktur
ANALISA GAYA DAN APLIKASI KLINIK
GAYA YANG BEKERJA PADA TUBUH MANUSIA ADALAH GAYA VERTIKAL, GAYA
HORIZONTAL, DAN GAYA YANG MEMBENTUK SUDUT DENGAN BIDANG
HORIZONTAL / VERTIKAL
GAYA VERTIKAL
SEORANG BERDIRI DI ATAS BENDA→BESARNYA GAYA REAKSI=GAYA BERAT
APLIKASI KLINIK :
TRAKSI LEHER PADA LUXATIO DAN FRAKTUR LEHER
GAYA HORIZONTAL
DUA GAYA BEKERJA PADA BENDA DENGAN ARAH SAMA→TOTAL GAYA
SAMA = JUMLAH ALJABAR ; S = F1+F2
DUA GAYA BEKERJA PADA BENDA DENGAN ARAH BERLAWANAN→TOTAL
GAYA = SELISIH GAYA I & II
APLIKASI KLINIK :
1. REDUKSI DAN RETENSI PADA LUXATIO DAN FRAKTUR LEHER
2. Reduksi dan retensi pada fraktur femur
(konservatif)
a. Traksi kulit :
• pada anak - anak
• beban pemberat 1/10 kg BB
• kurang 3 th : Buck ’s extention traction,
Bryant ’s traction
• 3 -12 th : Hamilton Russel ’s traction
Lanjutan traksi kulit
Buck ’s extention traction
Bryant ’s traction
Hamilton Russel ’s traction
2. Traksi tulang :
• pada orang dewasa
• beban pemberat 1/7
kg BB
• Braun – Bohler frame
(statis), Balans
suspension traction
(dinamis)
Braun – Bohler frame (statis)
Balans suspension traction (dinamis)
GAYA MEMBENTUK SUDUT
GAYA TARIKAN MEMBENTUK SUDUT DGN GARIS HORIZONTAL ATAU
VERTIKAL.
APLIKASI KLINIK :
TRAKSI PADA KEPALA DAN KAKILEHER DAN TUNGKAI ATAS
Traksi kepala
Traksi kaki
KARDIOVASCULAR
Dr. H. Moefid Wibisono,Sp.FK
Laboratorium Fisika Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
Lokasi Jantung
Bagian-bagian Jantung
Jantung sebagai Pompa
•
•
•
JANTUNG (COR) TERDIRI DARI 2 POMPA
TERPISAH YAITU COR DEXTRA (KANAN) 
DARAH KE PARU DAN COR SINISTRA(KIRI)
MEMOMPA DARAH KE ORGAN PERIFER.
SETIAP BAG. COR TERPISAH SEBAGAI
RUANG POMPA BERDENYUT TERDIRI
ATRIUM DAN 1 VENTRIKEL
ATRIUM SBG POMPA PRIMER YANG LEMAH
MEMBANTU MENGALIRKAN DARAH KE
VENTRIKEL ~ SIRKULASI PULMONAL /
PERIFER DI COR TERDAPAT MEKANISME
DALAM KHUSUS UNTUK MENJAGA IRAMA
COR  MENJALARKAN POTENSIAL AKSI
KE SELURUH MYOKARD. SIKLUS COR
TERDIRI 1 PERIODE RELAXASI → DIASTOLE
~ PENGISIAN COR DNG DARAH → I
PERIODE KONTRAKSI → SISTOLE
Pengaturan Pompa Cor
SEORANG DALAM KEADAAN ISTIRAHAT, SETIAP MENITNYA COR
MEMOMPA 4 - 6 LITER DARAH, BILA KERJA BERAT COR MEMOMPA 4 7 KALI WAKTU ISTIRAHAT.
1. PENGATURAN INTRINSIK / MEKANISME FRANK-STARLING
A. KEMAMPUAN INTRINSIK COR UNTUK BERADAPTASI TERHADAP
VOLUME
YANG BERUBAH-UBAH AKIBAT ALIRAN MASUK DARAH
B. DALAM BATAS FISIOLOGIS, COR MEMOMPA DARAH YG MASUK
TANPA
MEMBIARKAN BENDUNGAN DARAH YG BERLEBIHAN DI VENA
2. PENGATURAN SARAF AUTONOM
A. EFEKTIFITAS POMPA COR DIKENDALIKAN SARAF SIMPATIS DAN
PARASIMPATIS
B. JUMLAH DARAH YANG DIPOMPA COR SETIAP MENITNYA (CURAH
JANTUNG ) MENINGKAT >100% MELALUI RANGSANGAN S.
SIMPATIS DAN SEBALIKNYA MELALUI S. PARASIMPATIS
Fase-fase Siklus Jantung
1. Mid diastolik (diastasis)
Ventrikel diisi perlahan-lahan, atrium dan ventrikel dalam
keadaan istirahat. Darah yang masuk ke dalam atrium melalui
pembuluh vena mengalir secara pasip ke dalam ventrikel
melalui katup AV yang terbuka. Katup semilunaris tertutup.
2. Diastolik lanjut
Gel. depolarisasi menyebar melalui atrium dan berhenti pada
nodus AV. Otot atrium berkontraksi  isi ventrikel bertambah
sampai 20 %.
3. Sistolik awal
Depolarisasi menyebar dari nodus AV melalui cabang berkas
→ miokardium ventrikel→ ventrikel kontraksi → tekanan
ventrikel meningkat melebihi tekanan atrium → katup AV
menutup → bunyi jantung pertama. Tekanan aorta dan a.
pulmonalis melebihi tekanan ventrikel, semilunaris tetap
tertutup ~ kontraksi volumetrik (volume ventrikel tetap konstan).
Fase-fase Siklus Jantung (...lanjut)
4. Sistolik lanjut
Tekanan ventrikel melebihi tekanan pembuluh darah →
katup semilunaris membuka →aliran darah l ke sirkulasi
pulmoner dan sistemik.
5. Diastolik awal
Gel. repolarisasi melalui miokardium ventrikel →
ventrikel istirahat → relaksasi → tekanan ventrikel turun
lebih rendah tekanan atrium → katup semilunaris
tertutup → bunyi jantung ke dua → katup AV membuka
→ ventrikel terisi darah vena dari atrium 80 %.
Fase-fase Siklus Jantung (...lanjut)
Fase-fase Siklus Jantung (...lanjut)
Curah Jantung
• Definisi: Volume darah yang didorong oleh setiap ventrikel per
menit
• Akibat kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron →
darah ke sirklasi pulmoner dan sistemik. Curah jantung 5
liter/menit, tergantung kebutuhan jaringan perifer akan oksigen,
nutrisi, besar dan ukuran tubuh → perlu suatu indikator fungsi
jantung yang lebih akurat ~ indeks jantung (curah jantung di
bagi luas permukaan tubuh) 2.8 - 4.2 liter/menit.
• Volume darah yang dikeluarkan ventrikel per detik ~ volume
sekuncup. ⅔ volume darah dalam ventrikel akhir diastolik
(volume akhir diastolik) dikeluarkan selama sistolik ~ fraksi
ejeksi, volume darah yang tersisa akhir sistolik ~ volume akhir
sistolik. Penurunan fungsi ventrikel menghambat kemampuan
ventrikel untuk mengosongkan diri → mengurangi volume
sekuncup dan fraksi ejeksi → peningkatan volume sisa
ventrikel.
Penentuan Curah Jantung
• Curah jantung = frekuensi jantung x volume sekuncup
• Curah jantung dapat dipertahankan dalam keadaan stabil,
perubahan salah satu variabel harus diimbangi dengan variabel
yang lain, kalau denyut jantung semakin lambat → periode
relaksasi ventrikel lebih lama → meningkatkan waktu pengisian
ventrikel → volume ventrikel lebih besar dan darah dikeluarkan
per denyut lebih banyak. Sebaliknya, volume sekuncup
menurun → curah jantung distabilkan dengan meningkatkan
kecepatan denyut jantung (mempertahankan curah jantung
dalam batas-batas tertentu).
• Perubahan dan stabilisasi curah jantung tergantung mekanisme
pengaturan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup.
Pengaturan Denyut Jantung
• Frekuensi jantung sebagian besar di bawah pengaturan
ekstrinsik sistim saraf otonom; serabut parasimpatis dan
simpatis mempersarafi nodus SA dan AV, mempengaruhi
kecepatan dan frekuensi konduksi impuls. Stimulasi
serabut parasimpatis → mengurangi frekuensi jantung,
stimulasi simpatis → mempercepat denyut jantung. Pada
jantung normal yang istirahat → sistim parasimpatis
mempertahankan kecepatan denyut jantung 80 dpm
(denyut per menit). Kalau pengaruh hormonal dan saraf
pada jantung dihambat → kecepatan intrinsiknya 100
dpm.
Pengaturan Denyut Jantung
Pengaturan Denyut Jantung
Pengaturan Volume Sekuncup
Volume sekuncup tergantung :
1. Beban mula.
2. Daya kontraksi.
3. Beban akhir.
Pengaturan Volume Sekuncup
(...lanjut)
1. Beban mula.
Hukum Starling untuk
jantung: peregangan
serabut miokardium
selama diastolik akan
meningkatkan
kekuatan kontraksi
selama sistolik.
Pengaturan Volume Sekuncup
(...lanjut)
2. Daya kontraksi.
Ad. perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi tanpa
tergantung dari panjang serabut miokardium →
volume sekuncup kedua. Meningkatnya daya kontraksi
sbg intensifikasi interaksi pada jembatan
lintang aktin-miosin pada sarkomer. Pemberian kalsium
atau katekolamin → meninggikan daya
kontraksi → volume sekuncup dengan meningkatkan
pengosongan ventrikel selama sistolik.
Asidosis atau hipoksia → menekan fungsi miokardium.
Pengaturan Volume Sekuncup
(...lanjut)
3. Beban akhir.
Ad. jumlah ketegangan yang
dikembangkan ventrikel selama
sistolik untuk membuka katup
semilunar dan mendorong darah →
volume sekuncup ke tiga. Tekanan
arteri dan ukuran ventrikel
merupakan pemegang fungsi
utama.
Persamaan Laplace : Ketegangan
ventrikel = tekanan arteri x jari-jari
ventrikel
Peningkatan tekanan arteri dan jarijari ventrikel → meningkatkan
jumlah ketegangan ventrikel
untuk mengeluarkan darah →
normal tekanan sistolik 120 mmHg.
Pengaturan Volume Sekuncup
(...lanjut)
Peningkatan tekanan arteri →
mempertinggi besar resistensi
dorongan darah → ketegangan
ventrikel semakin tinggi ventrikel
→ peningkatan tekanan arteri dan
dilatasi ventrikel → beban akhir
yang berlebihan → pengaruhi
pengosongan ventrikel, penurunan
volume sekuncup → mengurangi
curah jantung. Integrasi
mekanisme yang mengatur
frekuensi jantung dan volume
sekuncup akan menentukan
fungsi ventrikel dan curah jantung.
Aliran Darah ke Perifer
Dinamika aliran darah perifer unsur sirkulasi yang
paling kritis, disebabkan:
1. Distribusi curah jantung di perifer tergantung
sifat dan keadaan jaringan vaskular.
2. Volume curah jantung tergantung jumlah darah
yang kembali menuju jantung.
Jantung akan mengeluarkan volume darah
sebanding dengan pengembalian melalui
pembuluh vena.
Prinsip Aliran Darah
Aliran darah tergantung :
1. Tekanan pendorong darah
2. Resistensi terhadap aliran
Prinsip Aliran Darah (...lanjut)
1. Tekanan pendorong darah
Aliran darah akan bertambah kalau besar tekanan pendorong
darah meningkat dan aliran akan berkurang kalau resistensinya
meningkat. Darah mengalir melalui sirkulasi sistemik dari arteri
menuju ujung vena sebagai respon gradien tekanan. Tekanan
arteri rata-rata atau tekanan pendorong rata-rata pada ujung
arteri dari sirkulasi 100 mmHg. Tekanan kapiler rata-rata 25 mm
Hg. Tekanan pada ujung vena dari sirkulasi atau atrium kanan
hampir 0 mmHg. Gradien tekanan antara ujung arteri dan ujung
vena sirkulasi sistemik 100 mmHg .
Prinsip Aliran Darah (...lanjut)
2. Resistensi terhadap aliran
Resistensi ditentukan jari-jari pembuluh darah, viskositas
darah dan panjang pembuluh. Resistensi sangat peka
terhadap perubahan dalam lumen pembuluh darah. Hukum
Poiseuille: R  1/r4 Arteriol merupakan bagian utama
resistensi vaskular, perubahan tonus otot polos dinding
arteriol mengatur besarnya resistensi terhadap aliran darah
dan jumlah aliran yang menuju jaringan kapiler. Aliran
berbanding langsung dengan gradien tekanan dan
berbanding terbalik dengan resistensi Vaskular: F = P / R.
Gradien tekanan ditentukan oleh tekanan pada ujung arteri
dan vena sirkulasi. Resistensi terutama merupakan fungsi
dari jari-jari pembuluh darah dan mengalami perubahan
yang menyolok pada tingkat arteriol.
Distribusi Aliran Darah
• Aliran darah didistribusikan melalui banyak
sistim organ, sesuai kebutuhan metabolisme
dan fungsional jaringan-jaringan. Meningkatnya
metabolisme jaringan → aliran darah bertambah
untuk menyediakan oksigen, nutrisi dan
membuang hasil akhir metabolisme.
• Pengaturan ganda distribusi curah jantung
melalui mekanisme pengaturan ekstrinsik dan
intrinsik.
Distribusi Aliran Darah
Pengaturan Kerja Jantung
• Pengaturan Extrinsik
• Pengaturan Intrinsik
Pengaturan Kerja Jantung
dengan Pengaturan Extrinsik
Aliran darah yang menuju ke sistem organ dapat ditingkatkan
memperbesar curah jantung atau memindahkan darah dari
sistim organ yang relatif tidak aktif ke yang aktif.
Aktivitas (perangsangan) sistim saraf simpatis:
1. Meningkatkan jumlah curah jantung dengan meningkatkan
frekuensi jantung dan memperkuat daya kontraksi.
2. Serabut simpatis adrenergik juga meluas sampai jaringan
pembuluh darah perifer, terutama arteriol. Perubahan
perangsangan simpatis secara selektif → merangsang reseptor
alfa dan beta, menyempitkan beberapa arteriola dan
melebarkan yang lain untuk menyebarkan darah menuju
jaringan kapiler sesuai dengan kebutuhan.
Medula adrenal mengsekresi katekolamin, epinefrin dan
norepinefrin sebagai respon terhadap kegiatan simpatis di
pembuluh periferal.
Pengaturan Kerja Jantung
dengan Pengaturan Intrinsik
• Iskemia jaringan → kekurangan oksigen
→ stimulus pelepasan vasodilator
adenosin → pelebaran pembuluh darah.
Pada organ-organ yang vital ( jantung dan
otak) tergantung pada aliran darah →
mekanisme intrinsik berperan.
Cadangan Jantung
Keadaan normal jantung untuk meningkatkan kemampuan,
memompa lebih dari pada daya pompanya dalam keadaan
istirahat → curah jantung lebih 5 kali. Peningkatan curah jantung
dengan peningkatan frekuensi jantung atau volume sekuncup
(curah jantung = frekuensi jantung x volume sekuncup).
Pada keadaan istirahat dengan 60-100 dpm sampai 180 dpm,
terutama dengan perangsangan simpatis. Frekuensi jantung lebih
tinggi dapat mengganggu karena:
1. Frekuensi jantung bertambah → lamanya diastolik semakin
singkat dan waktu pengisian ventrikel jantung berkurang →
volume sekuncup menurun → berguna meningkatkan frekuensi
jantung.
2. Fekuensi jantung mempengaruhi proses oksigenisasi miokardium
karena pekerjaan jantung meningkat sedangkan periode diastolik
berkurang pada aliran darah koronair.
Cadangan Jantung (...lanjut)
Meningkatnya daya kontraksi atau bertambahnya pengisian
diastolik → volume sekuncup bertambah dengan peningkatan
pengosongan ventrikel → kenaikan volume darah yang
diejeksikan.
Peningkatan kekuatan kontraksi dan volume ventrikel akan
memperbesar kerja jantung dan kebutuhan oksigen.
Kalau jantung menderita beban volume atau tekanan yang
berlebihan terus menerus → otot ventrikel:
1. Dilatasi (melebar) untuk meningkatkan daya kontraksi sesuai
hukum Starling dan meningkatkan kerja jantung dengan
meningkatkan tegangan ventrikel untuk menghasilkan tekanan
tertentu sesuai hukum Laplace
2. Hipertropi untuk meningkatkan jumlah otot yang membutuhkan
nutrisi dan oksigen serta kekuatan memompa sbg kompensator
alamiah, akhirnya → dekompensasi jantung.
Bunyi Jantung Normal dan Pompa Jantung
1. BUNYI JANTUNG I
A. AKIBAT PENUTUPAN KATUP ATRIOVENTRIKULAR (A-V) PADA
PERMULAAN SISTOL DAN PENUTUPAN KATUP SEMILUNARIS (
AORTA DAN PULMONALIS ) AKHIR SISTOL →VENTRIKEL KONTRAKSI
B. DENGAN STETOSKOP NADANYA RENDAH DAN RELATIF LAMA
`2. BUNYI JANTUNG II
A. AKIBAT PENUTUPAN KATUB SEMILUNARIS CEPAT DAN TIBA-TIBA
B. DENGAN STETOSKOP→ FREK > TINGGI DARI BUNYI JANTUNG I
DAN
LEBIH CEPAT
3. BUNYI JANTUNG III
A. AKIBAT ALIRAN DARAH MASUK KE VENTRIKEL, PADA AKHIR
SEPERTIGA PERTAMA FASE DIASTOL.
B. FONOCARDIOGRAFI → FREKUENSI RENDAH / LEMAH DAN
GEMURUH
4. BUNYI JANTUNG IV
A. ~ BUNYI ATRIUM
B. AKIBAT ATRIUM KONTRAKSI → MELUNCUR DARAH KE VENTRIKEL
C. FONOCARDIOGRAFI → FREKUENSI RENDAH
Bunyi Jantung Normal dan
Pompa Jantung
Sistem Sirkulasi
Sistem Sirkulasi (…lanjut )
Sistem Sirkulasi (…lanjut )
SIFAT- SIFAT FISIK SISTEM SIRKULASI
DAN MACAM SIRKULASI:
1. S. SISTEMIK →S. BESAR, S.PERIFER
MENSUPLAI JARINGAN TUBUH
2. S. PULMONAL→MENSUPLAI PARU
PARU
BAGIAN FUNGSIONAL
SIRKULASI
1. ARTERI : MENTRANSPOR AKIBAT
TEKANAN TINGGI KE JARINGAN,
DINDING ARTERI TEBAL, DARAH
CEPAT
2. ARTERIOL : CABANG AKHIR
ARTERI, SEBAGAI KATUP
KENDALI DARAH DIKELUARKAN
KE DALAM KAPILER
3. KAPILER : PERTUKARAN CAIRAN,
ELEKTROLIT, ZAT MAKANAN
DSB.
4. VENULA : MENGUMPULKAN
DARAH DARI KAPILER→VENA
5. VENA : SALURAN PENAMPUNG
UNTUK PENGANGKUTAN DARAH
DARI JARINGAN KE JANTUNG
TEKANAN DARI BERBAGAI
SIRKULASI (...lanjut)
* JANTUNG MEMOMPA DARAH SECARA KONTINYU
KE AORTA → TEKANAN ARTERI 100 mmHg
* PEMOMPAAN JANTUNG PULSATIF → TEKANAN
ARTERI ~ SISTOLIK ± 120 mmHg & DIASTOL
± 80mmHg
* MELALUI SIRKULASI SISTEMIK→TEKANAN
MENURUN PROGRESIF 0 mmHg DI UJUNG VENA
CAVA DI ATRIUM KANAN JANTUNG
* TEKANAN KAPILER 35 mmHg, v ARTERIOL 10
mmHg & VENA 17 mmHg
* TEKANAN ARTERI PULMONALIS → SISTOL 25
mmHg, DIASTOL 8 mmHg & KAPILER 7 mmHg.
PRINSIP DASAR SISTEM SIRKULASI
• DARAH MENGALIR KE SETIAP JARINGAN DIATUR SESUAI
DENGAN KEBUTUHAN JARINGAN. JARINGAN AKTIF
BUTUH ALIRAN DARAH 20 - 30 KALI KEADAAN ISTIRAHAT.
• CURAH JANTUNG DIKENDALIKAN OLEH JUMLAH ALIRAN
DARAH SETEMPAT. JANTUNG BERESPON TERHADAP
PENINGAKATAN ALIRAN DARAH UNTUK KEMBALI KE
ARTERI SESUAI KEBUTUHAN JARINGAN.
• TEKANAN ARTERI DIKENDALIKAN SECARA MANDIRI
DARI PENGATURAN ALIRAN DARAH SETEMPAT ATAU
CURAH JANTUNG.
• SISTEM SIRKULASI DIHASILKAN MELALUI SISTEM
PENGATURAN YANG LUAS TERHADAP TEKANAN ARTERI.
BILA TEKANAN MENURUN < NORMAL → REFLEK SARAF
UNTUK MENAIKKAN POMPA JANTUNG DAN KONTRAKSI
VENA → TEKANAN NAIK MENJADI NORMAL
HUBUNGAN TEKANAN, ALIRAN DAN TAHANAN
ALIRAN MELALUI PEMBULUH DARAH DITENTUKAN:
1.
2.
PERBEDAAN TEKANAN: ANTARA KEDUA UJUNG PEMBULUH (GRADIEN
TEKANAN) → TENAGA YANG MENDORONG DARAH MELALUI
PEMBULUH
TAHANAN VASKULKER : RINTANGAN ALIRAN DARAH MELALUI
PEMBULUH.
HUBUNGAN TEKANAN, TAHANAN DAN ALIRAN DARAH TERLIHAT PADA SEGMEN
PEMBULUH DARAH DIMANAPUN DALAM SISTEM SIRKULASI.
P1 ~ TEKANAN PERMUKAAN PEMBULUH DARAH,
P2 ~ TEKANAN UJUNG LAIN.
R ~ TAHANAN ALIRAN SEBAGAI AKIBAT GESEKAN SEPANJANG DALAM
PEMBULUH DARAH.
ALIRAN MELALUI PEMBULUH ~ HUKUM OHM : Q = ∆P / R. Q = ALIRAN DARAH , ΔP
= BEDA TEKANAN 2 UJUNG (P1 – P2) → ALIRAN DARAH BERBANDING
LURUS DENGAN PERBEDAAN TEKANAN DAN BERBANDING TERBALIK
DENGAN TAHANAN. BILA TEKANAN KE 2 UJUNG SEGMEN 100 mmHg DAN
TIDAK ADA PERBEDAAN TEKANAN KEDUA UJUNG → TIDAK TERJADI ALIRAN
DARAH
HUBUNGAN TEKANAN, ALIRAN
DAN TAHANAN (...lanjut)
ALIRAN DARAH
• ADALAH JUMLAH DARAH YANG MENGALIR MELALUI
SUATU TITIK DISIRKULASI DALAM SATUAN WAKTU
DINYATAKAN DALAM ml ATAU l PER MENIT ; ml PER DETIK
• ALIRAN DARAH TOTAL PADA ORANG DEWASA KEADAAN
ISTIRAHAT ± 5000 ml PER MENIT ~ CURAH JANTUNG OLEH
KARENA DARAH YANG DIPOMPA DALAM WAKTU
TERTENTU.
• METODE PENGUKURAN ALIRAN DARAH ~ FLOW METER:
1. ELEKTROMAGNETIK:
PEMBENTUKAN DAYA ELEKTRO MAGNETIK DALAM DARAH
BILA DARAH BERGERAK MELALUI MEDAN MAGNET
2. DOPPLER ULRASONIK:
ULTRASONIK DARI PIEZO-ELEKTRIC DIPAPARKAN KULIT →
SUARA DIPANTULKAN ERITROSIT YANG IKUT ALIRAN
DARAH → KRISTAL PIEZO-ELECTRIC
TIPE ALIRAN DARAH
1. ALIRAN LAMINAR:
LAMINER
DARAH MENGALIR MELALUI
PEMBULUH DARAH DENGAN
KECEPATAN TETAP SETIAP LAP
DARAH TETAP BERJARAK SAMA
DARI DINDING BAGIAN SENTRAL
DARAH DITENGAH PEMBULUH
2. ALIRAN TURBULEN:
DARAH MENGALIR KE SEMUA
ARAH DAN SECARA KONTINYU
BERCAMPUR MEMBENTUK
PUSARAN2
TURBULENT
TAHANAN ALIRAN DARAH
1. ~ PENGHALANG TERHADAP ALIRAN
DARAH DALAM PEMBULUH DARAH, DIHITUNG
DENGAN PENGUKURAN ALIRAN DARAH DAN
PERBEDAAN TEKANAN DALAM P[EMBULUH
DARAH.
2. SATUAN TAHANAN ALIRAN DARAH `~1
SATUAN PERIFER ( PERIPHERAL RESISTANCE
UNIT / PRU ) ~ PERBEDAAN TEKANAN 2 TITIK
DALAM PEMBULUH DARAH 1mmHg DAN
ALIRAN 1ml / MENIT
TEKANAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK
•
•
•
•
PENGUKURAN TEK. SISTOLIK DAN DIASTOLIK SECARA TIDAK
LANGSUNG ~ AUSKULTASI. STETOSKOP DILETAKKAN DI ARTERI
ANTEKUBITI, MANSET DIPASANG SEKELILING LENGAN ATAS →
DIGEMBUNGKAN → TEKANAN PADA ARTERI SAMPAI MENUTUP →
TAK TERDENGAR BUNYI → TEKANAN DALAM MANSET
DITURUNKAN PELAN2 PANCARAN DARAH MELALUI PEMBULUH
DARAH HAMBATAN PARSIAL → ALIRAN TURBULEN → BUNYI
LETUPAN ~ BUNYI KOROTKOFF (I) →TEKANAN SISTOLIK.
TEKANAN DITURUNKAN LEBIH LANJUT → BUNYI LETUPAN NYA
BERKURANG LEBIH BERIRAMA DAN KASAR ~ BUNYI KOROTKOFF
(V) → TEKANAN DIASTOLIK.
PENINGKATAN PROGRESIF TEKANAN DARAH SEIRING USIA
KARENA PENGARUH PENUAAN PADA MEKANISME KONTROL
TEKANAN DARAH.
PENINGKATAN TEKANAN SISTOLIK PADA USIA > 60 TAHUN AKIBAT
KEKAKUAN ARTERI (ARTERIOSKLEROSIS) → PADA TEKANAN
NADI
PENGUKURAN TEKANAN DRH
f:CARDIACPHYSIOLOGY/ACRDIAC.A&P.PPT/IBNU/NEW/PAPI/WELCOMEPHYSIOLOGY/2004
PENGUKURAN TEKANAN DRH
F:CARDIOVASCULERPHYSIOLOGY/CH21.PPT/IBNU/NEW/PAPI/WELCOMEPHYSIOLOGY
TEKANAN ARTERI RATA RATA
•
•
ADALAH JUMLAH RATA2 SELURUH
TEKANAN DIHITUNG MILIDETIK DEMI
MILIDETIK PER PERIODE TERTENTU.
TAHANAN = TEKANAN SISTOLIK DAN
DIASTOLIK KARENA MENDEKATI
TEKANAN DIASTOLIK DARI PADA
TEKANAN SISTOL ∑ DITENTUKAN 60
% TEKANAN DIASTOL DAN 40 %
TEKANAN SISTOL. TEKANAN ARTERI
RATA RATA PADA SEMUA USIA
MENDEKATI TEKANAN DIASTOLIK
TERUTAMA USIA LANJUT. PENGARUH
TEKANAN HIDROSTATIK
MEMPENGARUHI TEKANAN ARTERI
PERIFER DAN KAPILER → WAKTU
BERDIRI 100 mmHg PADA SETINGGI
JANTUNG DAN 190 mmHg DI KAKI
TEKANAN ARTERI RATA RATA
VENA DAN FUNGSINYA
VENA ADALAH PEMBULUH DARAH SEBAGAI
LINTASAN ALIRAN DARAH KE JANTUNG.
FUNGSI VENA:
1. KONTRAKSI / DILATASI ~ MENYIMPAN
DARAH S. BESAR / KECIL DARI BAGIAN LAIN
DARI SIRKULASI
2. MENDORONG DARAH ~POMPA VENA DAN
MEMBANTU MENGATUR CURAH JANTUNG.
PENGARUH TEKANAN HIDROSTATIK
TERHADAP TEKANAN VENA
TEKANAN HIDROSTATIK DARI SISTEM VASKULER AKIBAT BERAT DARAH
DI PEMBULUH.
BILA SEORANG BERDIRI → TEKANAN VENA DI:
* ATRIUM KANAN : OmmHg OK JANTUNG MEMOMPA SETIAP KELEBIHAN
DARAH → ARTERI
* KAKI : 90 mmHg AKIBAT BERAT HIDROSTATIK DARAH DI VENA ANTARA
JANTUNG DAN KAPILER
* LENGAN : 6 mmHg AKIBAT KOMPRESI VENA SUBCLAVIA SEWAKTU
MELEWATI TULANG RUSUK
* TANGAN : 35 mmHg TEKANAN HIDROSTATIK MENURUN SEPANJANG
LENGAN
* LEHER : 0 mmHg KARENA MENGALAMI KOLAPS SEPANJANG CRANIUM
AKIBAT TEKANAN ATMOSFER , TEKANAN VENA KE BAWAH DAN
MENYEBABKAN EMBOLI UDARA DI JANTUNG . FUNGSI KATUP KURANG
BAIK → KEMATIAN
PENGARUH TEKANAN HIDROSTATIK
TERHADAP TEKANAN VENA
PENGARUH TEKANAN HIDROSTATIK
TERHADAP TEKANAN VENA
Sistema Respiratorika
Dr. H. Moefid Wibisono, Sp.FK
Laboratorium Fisika Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
SISTEM PERNAFASAN
SALURAN PERNAPASAN:
HIDUNG, FARING, LARING,
TRAKHEA, BRONKUS,
BRONKIOLUS,
BRONKIOLUS TERMINALIS
YANG DILAPISI MEMBRAN
MUKOSA BERSILIA, ASINUS
TERDIRI ALVEOLI, DUKTUS
ALVEOLARIS, SAKUS
ALVEOLARIS SEBAGAI
UNIT FUNGSIONAL PARU2
~ TEMPAT PERTUKARAN
GAS.
SISTEM PERNAFASAN
PARU2 SEBAGAI ORGAN ELASTIS BERBENTUK
KERUCUT DIDALAM TORAKS. PARU2 KANAN (3
LOBUS, 10 SEGMEN) LEBIH BESAR DARI KIRI
(2 LOBUS, 9 SEGMEN).
PLEURA MELAPISI TORAKS ~ PLEURA
PARIETALIS DAN MENYELUBUNGI SETIAP
PARU2 ~ PLEURA VISERALIS, DIANTARA
MASING2 PLEURA TERDAPAT LAPISAN TIPIS
CAIRAN PLEURA BERFUNGSI MEMUDAHKAN
KEDUA PERMUKAAN BERGERAK WAKTU
BERNAPAS DAN MENCEGAH PEMISAHAN
TORAKS - PARU2
UDARA MASUK RONGGA HIDUNG DISARING DAN
DIHANGATKAN. PARTIKEL DEBU YANG KASAR
DISARING RAMBUT DAN YANG HALUS DIJERAT
MUKOSA RONGGA HIDUNG.
PERNAPASAN ADALAH PROSES O2
DIPINDAHKAN DARI UDARA KE JARINGAN2
DAN CO2 KE UDARA EKSPIRASI.
SISTEM PERNAFASAN
PENGATURAN PERNAPASAN
MEKANISME PENGENDALIAN JUMLAH UDARA MASUK
KEDALAM PARU2:
1. KEMORESEPTOR PUSAT PERNAPASAN (MEDULA
OBLONGATA DAN PON ) THD TEK. PARSIAL CO2 (Pa
CO2), TEK. PARSIAL O2 (PaO2) DAN pH DARAH ARTERI.
2. KEMORESEPTOR PERIFER PADA BADAN KAROTIS DAN
BADAN AORTA PEKA THD PENURUNAN PaO2 60 mmHg
(NORMAL 90 – 100mmHg)
3. REGANG RESEPTOR, TERJADI WAKTU PARU2
MENGEMBANG - MENGEMPIS MEMBERIKAN SINYAL KE
PUSAT PERNAPASAN ~ REFLEKS HERING – BREUER,
PENTING PADA NEONATUS
PENGATURAN PERNAPASAN
Medulla Oblongata
Pons
STADIUM PERNAFASAN
PROSES PERNAPASAN O2 DIPINDAHKAN DARI UDARA KE DALAM
JARINGAN2, DAN CO2 DIKELUARKAN KE UDARA EKSPIRASI
MELALUI STADIUM:
I.
VENTILASI:
MASUK DAN KELUARNYA CAMPURAN GAS2 DALAM PARU2 .
II. TRANSPORTASI:
1. DIFUSI GAS2 ANTARA ALVEOLUS DENGAN KAPILER PARU ( RESP
EKTERNA ) DAN ANTARA DARAH SISTEMIK DENGAN SEL2
JARINGAN
2. DISTRIBUSI DARAH DALAM SIKULASI PULMONAR DAN
PENYESUAIANNYA DENGAN DITRIBUSI UDARA DALAM ALVEOLUS2.
3. REAKSI KIMIA DAN FISIK O2 DAN CO2 DENGAN DARAH.
III. RESPIRASI SEL (RESP. INTERNA):
METABOLIT OKSIDASI→ENERGI, DAN CO2 DIKELUARKAN PARU2.
STADIUM PERNAFASAN
VENTILASI PARU
UDARA BERGERAK MASUK DAN KELUAR PARU2 KARENA
SELISIH TEKANAN ANTARA ATMOSFIR DAN ALVEOLUS
AKIBAT KERJA MEKANIK OTOT2 PERNAP.
1. PARU2 DAPAT DIKEMBANGKAN DNG CARA:
•
DIAFRAGMA BERGERAK TURUN NAIK → MEMPERBESAR DAN
MEMPERKECIL. SELAMA INSPIRASI, KONTRAKSI DIAFRAGMA
MENARIK PERMUKAAN PARU KEBAWAH. SELAMA EKSPIRASI,
DIAFRAGMA RELAKSASI DAN SIFAT ELASTIS DAYA LENTING
PARU, DINDING DADA DAN STRUKTUR ABDOMEN MENEKAN
PARU2.
2. DEPRESI DAN ELEVASI TULANG IGA →
 MEMPERBESAR DAN MEMPERKECIL DIAMETER ANTARA
POSTERIOR RONGGA DADA DENGAN MENGANGKAT TULANG IGA.
VENTILASI PARU
PERUBAHAN TEK. INTRAPLEURA, TEK
.INTRAPULMONER (SAL. UDARA) DAN
VOLUME PARU2
• SELAMA INSPIRASI, VOL. TORAKS MEMBESAR →
PENURUNAN TEK.
• INTRA PLEURA - 4mmHg m MENJADI - 8 mmHg DAN TEK.
INTRA PULMONAL (SAL. UDARA) MENURUN - 2 mmHg
(RELATIF TEK. ATM) DARI 0 mmHg SAAT INSPIRASI.
SELISIH TEKANAN ANTARA SALURAN UDARA DAN
ATMOSFER → UDARA MENGALIR KEDALAM PARU2
SAMPAI TEK. SALURAN UDARA PADA AKHIR INSPIRASI
SAMA DENGAN TEK. ATM.
• SELAMA PERNAPASAN TENANG, EKSPIRASI SEBAGAI
GERAKAN PASIF AKIBAT ELASTISITAS DINDING DADA DAN
PARU2. PADA WAKTU OTOT INTERKOSTALIS EKSTERNUS
RELAKSASI, DINDING DADA TURUN DAN LENGKUNG
DIAFRAGMA NAIK KE ATAS RONGGA TORAKS → VOLUME
TORAKS BERKURANG.
PERUBAHAN TEK. INTRAPLEURA, TEK
.INTRAPULMONER (SAL. UDARA) &
VOLUME PARU…LANJUT
•
OTOT INTER KOSTALIS INTERNUS DAPAT MENEKAN IGA KE BAWAH
DAN KE DALAM DENGAN KUAT PADA WAKTU EKSPIRASI KUAT DAN
AKTIF, BATUK, MUNTAH ATAU DEFEKASI. J
•
UGA OTOT2 ABDOMEN DAPAT BERKONTRAKSI → TEK.INTRA
ABDOMINAL MEMBESAR DAN MENEKAN DIAFRAGMA KE ATAS.
PENGURANGAN VOLUME THORAKS INI MENAIKKAN TEK. INTRA
PLEURAL DAN TEK.INTRA PULMONAL MENINGKAT 1 - 2 mmHg DI ATAS
TEK. ATMOSFER.
•
SELISIH TEKANAN ANTARA SALURAN UDARA DAN ATMOSFER
MENJADI TERBALIK → UDARA MENGALIR KELUAR DARI PARU2
SAMPAI TEK. SALURAN UDARA DAN TEK.ATMOSFER MENJADI SAMA
PADA AKHIR EKSPIRASI. TEK.INTRAPLEURA SELALU BERADA DI
BAWAH TEK. ATMOSFER
PERUBAHAN TEK. INTRAPLEURA,
TEK .INTRAPULMONER (SAL.
UDARA) & VOLUME PARU…LANJUT
DIFUSI
• PROSES DIFUSI GAS2 MELINTASI MEMBRAN ALVEOLUS
DAN KAPILER YANG TIPIS (0,5 M) KARENA SELISIH TEK.
PARSIAL ANTARA DARAH DAN FASE GAS. PADA WAKTU
O2 DIINSPIRASI DAN SAMPAI DI ALVEOLUS → TEK.
PARSIAL TURUN 103 mmHg KARENA UDARA INSPIRASI
TERCAMPUR DENGAN UDARA DALAM RUANG SEPI
ANATOMIK SALURAN UDARA DAN UAP AIR. KEADAAN
NORMAL VOLUME RUANG SEPI ANATOMIK 1 ml UDARA
PER POUND BERAT BADAN (150 ml/150 lb PRIA).
• PADA VENTILASI YANG EFEKTIF, UDARA BERSIH YANG
MENCAPAI ALVEOLUS → TEK. PARSIAL O2 DALAM DARAH
VENA CAMPURAN (PVO2) DI KAPILER PARU 40 mmHg.
KARENA TEK. PARSIAL O2 DALAM KAPILER LEBIH
RENDAH DARI PADA TEKANAN DALAM ALVEOLUS (PAO2 =
103 mmHg) → O2 DENGAN MUDAH BERDIFUSI KE ALIRAN
DARAH. PERBEDAAN TEKANAN CO2 ANTARA ALVEOLUS
DAN DARAH YANG JAUH LEBIH RENDAH (6mmHg),
KARENA DAYA LARUT CO2 LEBIH BESAR → CO2
BERDIFUSI KEDALAM ALVEOLUS 20 KALI LEBIH CEPAT
DARI PADA O2 → CO2 DIKELUARKAN KE ATMOSFER.
DIFUSI ( ...lanjut )
• DALAM KEADAAN ISITIRAHAT NORMAL, DIFUSI DAN
KESEIMBANGAN O2 DI KAPILER DARAH PARU2 DAN
ALVEOLUS 0,25 DETIK DARI TOTAL WAKTU KONTAK
SELAMA 0,75 DETIK → PARU2 NORMAL MEMILIKI CUKUP
CADANGAN WAKTU DIFUSI.
• PADA BEBERAPA PENYAKIT (MISALNYA FIBROSIS PARU2),
SAWAR DARAH DAN UDARA DAPAT MENEBAL →
KELAINAN DIFUSI DAN GANGGUAN KESEIMBANGAN O2
→ HIPOKSEMIA (O2 DALAM DARAH MENURUN) BERAT
• PADA WAKTU OLAH RAGA → DIFUSI DAN KESEIMBANGAN
O2 .LAMBAT, PENGELUARAN CO2 TIDAK TERGANGGU →
HIPOKSEMIA RINGAN.
HUBUNGAN ANTARA VENTILASI –
PERFUSI
PEMINDAHAN GAS SECARA EFEKTIF ANTARA ALVEOLUS
DAN KAPILER PARU2 MEMBUTUHKAN MERATA DARI
UDARA DALAM PARU2 DAN PERFUSI (ALIRAN DARAH)
DALAM KAPILER. ~ VENTILASI DAN PERFUSI DARI UNIT
PULMONAR HARUS SESUAI. PADA ORANG NORMAL
DENGAN POSISI TEGAK DAN KEADAAN ISTIRAHAT →
VENTILASI DAN PERFUSI HAMPIR SEIMBANG KECUALI
PADA APEX PARU2. SIRKULASI PULMONAR DENGAN TEK.
DAN RESISTENSI RENDAH → ALIRAN DARAH DI BASIS
PARU2 LEBIH BESAR DARI PADA DI BAGIAN APEKS
KARENA PENAGRUH GAYA TARIK BUMI. NILAI RATA2
RASIO ANTARA VENTILASI THD PERFUSI (V/Q) = 0,8 (DARI
RASIO RATA2 LAJU VENTILASI ALVEOLAR NORMAL 4 L
/MENIT). KETIDAK-SEIMBANGAN ANTARA PROSES
VENTILASI-PERFUSI TERJADI PADA PENYAKIT
PERNAPASAN.
TIGA UNIT PERNAPASAN
ABNORMAL SECARA TEORITIS
TERLIHAT PADA:
1. GAMBAR A, MERUPAKAN UNIT
RUANG SEPI MEMPUNYAI
VENTILASI NORMAL, TANPA
PERFUSI → VENTILASI
TERBUANG SIA2 (V/Q = ~).
A
B
2. GAMBAR B, MERUPAKAN UNIT
PIRAU, TIDAK ADA VENTILASI,
PERFUSI NORMAL → PERFUSI
TERBUANG SIA2 (V/Q = 0).
C
3. GAMBAR C, MERUPAKAN UNIT
DIAM, TIDAK ADA VENTILASI
DAN PERFUSI.
TRANSPOR O2 DALAM DARAH
O2 DAPAT DITRANSPOR DARI PARU2 KE JARINGAN2 , SECARA
FISIK LARUT DALAM PLASMA DAN KIMIA BERIKATAN DENGAN
HEMOGLOBIN SEBAGAI OKSIHEMOGLOBIN (HbO2). HbO2 DAN
HEMOGLOBIN BERSIFAT REVERSIBEL.
JUMLAH O2 DALAM PLASMA BERHUB. LANGSUNG DENGAN TEK.
PARSIAL O2 DALAM ALVEOLUS (PAO2) DAN DAYA LARUT O2
DALAM PLASMA. DALAM KEADAAN NORMAL ISTIRAHAT, O2
DALAM PLASMA SANGAT KECIL KARENA DAYA LARUT O2
DALAM PLASMA RENDAH → 1% JUMLAH O2 TOTAL
DITRANSPOR KE JARINGAN2. SEBAGIAN BESAR O2 DIANGKUT
OLEH HEMOGLOBIN YANG TERDAPAT DALAM SEL2 DARAH
MERAH. PADA KERACUNAN CO2 ATAU HEMOLISIS MASIF →
INSUFISIENSI HEMOGLOBIN, UNTUK MEMPERTAHANKAN
HIDUPNYA DAPAT DITRANSPOR O2 DALAM PLASMA DENGAN
O2 TEKANAN YANG LEBIH TINGGI DARI PADA TEK. ATMOSFIR
(RUANG O2 HIPERBARIK).
TRANSPOR O2 DALAM DARAH
BIOAKUSTIK
Dr.H. Moefied Wibisono, Sp.FK
Laboratorium Fisika Kedokteran
Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya
Macam bunyi berdasarkan frekuensi
1. Infrasonik :
- Frekuensi 0-16 Hz
- Getaran tanah, bangunan, gempa bumi
- Mengakibatkan → perasaan kurang
nyaman/discomfort, kelesuhan/fatigue, perubahan
penglihatan, fibrasi tubuh → resonansi dan nyeri.
2. Audiosonik :
- Frekuensi 16 – 20.000 Hz
- Bunyi dapat didengar telinga manusia
- Nilai ambang telinga → kepekaan telinga terhadap
bunyi dengan frekuensi 1000 Hz, energi 10-16
watt/cm2 dan intensitas 0 dB
3. Ultrasonik :
- Frekuensi > 20.000 Hz
- Daya tembus jaringan besar sehingga digunakan
untuk aplikasi klinis berupa diagnostik dan terapi
Akibat fisik terhadap absorbsi gel. akustik
• Efek fisiologis akibat berkas energi akustik melalui
medium / jaringan tubuh karena suhu naik, variasi
tekanan → rapatan, renggangan dan cavitation.
• Absorbsi gelobang bunyi terhadap medium : I = Io e-αx
→ Io = energi semula; I= energi setelah menembus
jaringan setebal x ; α = koefisien absorbsi.
• Jumlah energi yang diserap per satuan volume per
detik: E= Iα
• Energi akustik yang diserap bertubah menjadi kalor
sehingga suhu penyerap naik→ jumlah kalor yang hilang
melalui konduksi dan radiasi bertambah → suhu akhir
seimbang
• Pada gel. ultrasonik tanpa cavitasi, akibat pengaruh
tekanan terhadap jaringan karena p= (2VI)2
→
 = masa jenis jaringan, V = cepat rambat gelombang, I
= intensitas. Gel. ultrasonik pada intensitas 3,5 x 105
watt/m2 → perubahan tekanan 10 atm → perubahan
struktur protoplasma.
• Cavitasi : proses pemisahan lapisan lapisan zat cair
karena berkurangnya tekanan hidrostatik gerakan inti dari
gerakan molekul → mengembang karena tekanan negatif
→ molekul2 lain masuk kedalam ruangan mengakibatkan
gelembung2.
Efek medan sonik dengan intensitas tinggi:
a. Intensitas 95 – 100 dB :
Tekanan dan peregangan meningkat →
penyebaran energi molekul jaringan → kerusakan
membrana basilaris, membrana coclearia, organon
corti dan nervus cochlearis → perseption hearing
loss.
b. Daya 3 kW pada 800 Hz :
Gangguan bias camera occuli anterior , humor
aquaeus → bayangan tidak tepat pada fovea
centralis → penglihatan kabur
c. Daya 5 – 8 kW pada 800 Hz :
Potensial membran CNS meningkat → depolarisasi
meningkat → potensial aksi lebih besar dari nilai
ambang → daya kontrol CNS hilang, daya ingat
hilang dan paralyse otot-otot tubuh
d. Daya 4 W pada 14 kHz :
Endolymphe di canalis semi sircularis mendorong
ke arah ampula (ampulopetal) → reaksi:
1. Sensitive : Vertigo.
2. Motorik : - Otot2 mata →nystagmus.
- Otot2 tubuh → parastesia
(kesemutan).
3. Vegetatif : Mual, muntah dan keringat
dingin.
e. Daya 2 kW pada 3 –9 kHz:
Tekanan mekanik meningkat → penyebaran energi
molekul2 jaringan → rasa terbakar anggota tubuh,
suhu tubuh meningkat 40,50oC.
Ultrasonografi (USG)
USG adalah imaging (pencitraan) diagnostik →
pemeriksaan organ2 tubuh untuk mempelajari
bentuk, ukuran, anatomi, gerakan dan hubungan
jaringan sekitar → menentukan kelainan organ2
tubuh.
USG sebagai pemeriksaan non invasive, tidak sakit,
cepat, nilai diagnostik tinggi, tidak ada.kontra
indikasi.
Prinsip :
Gel. ulrasonik 1 – 10 MHz dari transducer →
perubahan bentuk kristal Piezo-elektrik → gaya2
mekanis kristal → tegangan listrik → medan listrik
→ polaritas → ke amplifier → pulsa listrik →
Mekanisme :
Ultrasonik
organ tubuh
echo
Chracteristic acoustic impedance
( interface impedance)
Piezo elektrik effect
internal echo organ
Instrumentasi :
Sb listrik
kristal PE
tenaga listrik
Ultrasonik
Cathoda Ray Tube
(CRT)
organ tubuh
Polaroid fotografi
Cara Kerja :
• Tranduser sebagai pemancar, penerima, pengubah pulsa listrik
generator → energi akustik dipancarkan ke organ / tubuh
sebagian dipantulkan, merambat dan menembus jaringan →
echo.
• Pantulan echo jaringan membentur transducer → pulsa listrik
dan diperkuat cahaya pada ossiloscop.
• Transducer digerakkan → melalui irisan bagian tubuh →
gambaran irisan tubuh pada monitor.
Pembentukan gambar irisan:
Tiap jaringan mempunyai impedance acoustic tertentu → dalam
jaringan:
- Heterogen → macam macam echo ~ echogenic
- Homogenic → memiliki sedikit atau tidak sama sekali echo ~
an echoic (kista, ascites, pericardial / pleural
effusion)
Jenis transduser:
a.
b.
c.
d.
2,5 – 3,5 MHz: Jarak tembus 18 – 24 cm → rongga abdomen.
7,5 MHz: Permukaan organ irreguler → thyroid, mammae.
2,25 MHz: Kedalaman tinggi, terutama B scan → gemuk, hamil tua.
7,5 – 10 MHz: Digunakan pada jaringan permukaan, anak2.
Mode display:
Dicken (1976), Bertim dan Crow (1977), Taylor (1978), pemeriksaan
organ tubuh dengan USG → mode A, B dan M.
1. A mode ( Amplitudo modulation, A scan):
a. Gelombang suara bagian permukaan organ → 1 demensi.
(informasi kurang dari X ray)
b. Gambaran pada axis ossiloscope → gambaran amplitudo
c. Gambaran defleksi vertical.
d. Pemeriksaan cerebral → Echo-encephalografi.
2. B mode (Brightness Modulation, B scan):
a. Gambaran titik2 terang berbeda penampang
organ
tubuh → 2 dimensi.
b. Echo sebagai seri titik2 dan garis terang gelap.
c. Menggerakan transducer → kumparan titik ~
tomografi.
d. Pemeriksaan:Thyroid, mammae, hati, empedu,
pancreas, renal, uterus, dan tumor abdomen.
3. T M mode (Time motion mode, Time position scan, M
scan):
a. Transducer diarahkan ke organ bergerak →
evaluasi
gerakan organ.
b. Transducer tidak digerakkan → jarak
transducer dan
organ berubah → garis2
bergelombang.
c. Pemeriksaan : Jantung (gerakan valvula) →
Ultrasound cardiogram (Echocardiogram),
biasanya dilengkapi ECG dan Phonocardiografi.
Azas Doppler
Sumber bunyi berfrekuensi berderajat tinggi bila sumber
bunyi mendekati pendengar dan sumber bunyi menjauhi
pendengar berderajat rendah dan sebaliknya bila pendengar
mendekati sumber bunyi berderajat tinggi. Percobaan sumber
bunyi / pendengar → Doppler Shift
Efek yang timbul akibat bergeraknya sumber bunyi /
pendengar → Efek Doppler.
Pendengar mendengar sumber bunyi berfrekuensi f :
fd = fo
V + v0
V + vs
Vs ↔ kecepatan sumber bunyi
Vo ↔ kecepatan pendengar
V ↔ kecepatan rambat bunyi
fo ↔ frekuensi mula mula
fd ↔ frekuensi didengar
Bila sumber bunyi dan pendengar saling menjauhi, tanda pada v
dalam persamaan harus dibalik.
Ultrasonic Doppler Scan :
Efek Doppler dengan cara menambah / mengurangi
frekuensi ultrasonik yang disesuaikan dengan gerakan
yang diperiksa.
Untuk pemeriksaan : - Denyut jantung janin
- Kecepatan dan arah aliran darah
Ultrasonotherapy (UST)
Ultrasonik sebagai salah satu alternatif terbaik untuk diagnosa
dan terapi penyakit.
Keuntungan Ultrasonik sebagai terapi
• Penggunaan praktis untuk semua umur
• Tidak perlu ruangan khusus dan daya listrik tinggi
• Harga terjangkau semua lapisan masyarakat
Efek biologis ultrasonic
• Reaksi termal
Energi ultrasonic → peningkatan permeabilitas membran dan
perubahan potensial membran → panas
• Reaksi non thermal
Energi ultrasonic → peningkatan gradien konsentrasi ion ion
melintasi membran sel → peningkatan kecepatan difusi
Dosis
•
Frekuensi 0,8 – 1 MHz
•
Intensitas 0,5 – 4 watt/cm2
•
Maksimum amplitudo 5 atm
•
Durasi perlakuan 5 – 10 menit per bidang
•
Perlakuan diberikan 2x sehari atau 3x per minggu
Indikasi
•
Diathermi : Rheumatoid arthritis, gangguan ligamen,
infratendon, gangguan capsul sendi, dan fraktur
•
Dosis frekuensi 1 – 5 MHz; intensitas 1 watt/ cm2
•
Parkinson disease dan Meniere Syndrome
•
Dosis = diathermi
•
Ultrasonic menghancurkan sel sel basal ganglion dan
jaringan dekat telinga tengah
•
Batu ginjal → penghancuran batu dengan frekuensi 20 – 200
KHz selama 5 menit
Kontra Indikasi
•
Mata: Cavitasi humor aquaeus → kerusakan mata
•
Uterus yang hamil: Cavitasi cairan amnion → malformasi
fetus
•
Tumor: Pertumbuhan yang lebih cepat
Telinga dan pendengaran
Aspek fisik konkonduksi suara dalam telinga
Telinga sebagai biological transducer → sebagai microphone.
Gejala akustik telinga:
1. Tekanan dalam telinga berubah-ubah → daya penguat
(amplifier action) atau pemindah (transformer action)
2. Energi yang hilang dihasilkan dari impedansi mekanik
(mechanical impedance)
3. Variasi frekuensi dihasilkan dari resonansi udara dalam
telinga (resonance phenomena)
Daya penguat struktur telinga:
Auricula berfungsi sebagai trompet untuk
mengkonsentrasikan suara dan pada canalis acusticus
externus → resonansi → taraf intensitas dengan cara
amplifikasi dan resonansi → 17 – 22 dB pada frekuensi 300
MHz, panjang kanal ± ¼ λ.
Impedansi struktur telinga:
Impedansi penerima suara berhubungan dengan
besarnya gelombang pantul dan sudut fase antara
gelombang pantul dan gelombang datang.
Besarnya impedansi telinga dalam (inner car) ±
9x104 watt sec/cm2.
Rangsangan frekuensi suara pada telinga
tergantung dari elastisitas membrana tympani,
sistem ossicles dan membrana cochlearis.
Resonansi pada telinga
Frekuensi pada Canalis acusticus externus ± 2800
Hz dan cavum tympani 800 – 1500 Hz.
Telinga secara anatomi terdiri dari:
–
–
–
Telinga luar
Telinga tengah
Telinga dalam (labyrinth)
Telinga luar terdiri:
1. Daun telinga (auricula): Berfungsi sebagai
pengumpul suara, merupakan tulang rawan yang
dilapisi kulit dan melekat erat pada perikondrium.
2. Canalis acusticus externus (CAE)Berfungsi
menghantarkan suara ke membran tympani.
Bagian medial terdapat rambut dan kelenjar
sebaceus serta cerominus → cerumen sebagai
pelembab dan perhanan tubuh.
Telinga tengah terdiri dari:
1. Cavum tympani :
Merupakan suatu ruang (seperti box) tidak beraturan, berisi
udara, terletak di dalam tulang temporal dan berisi tulang
pendengaran serta musculus tensor tympani dan stapedius.
2. Cellulae Mastoideum (Cavum Mastoideum) :
Merupakan suatu bentukan 3 sisi pyramida , atapnya: fossa
cranii media, dinding medialnya : dinding lateral fossa cranii
posterior, dinding anterior ; aditus ad antrum, dinding lateral
bagian dari auricula
3. Tuba eustachius:
Menghubungkan telinga tengah dengan nasopharynx.
Terdiri dari: pars osseum ⅓ lateral, pars cartilagenes ⅔ medial.
Berfungsi:
a. Ventilasi : Sesuai Hukum Boyle, volume udara berbanding terbalik
dengan tekanannya.
Pada naik pesawat: Tekanan mula2 1 atm, setelah pesawat naik →
tekanan udara menurun karena ketinggiannya → nyeri.
Pada menyelam: Menurunya volume udara dalam cavum tympani
karena tekanan tinggi → tertariknya membrana tympani ke arah
dalam → nyeri.
b. Drainage : Berfungsi untuk membuang cairan telingan tengah.
c. Proteksi : Dengan tertutupnya tuba eustachius akan memproteksi
telinga tengah dari infeksi dan sekresi nasopharing.
Telinga dalam dan reseptor pendengaran:
Telinga dalam (labyrinh) berfungsi sebagai :
1. Sistem pendengaran.
2. Sistem keseimbangan.
•
•
•
•
•
Labyrinh mempunyai bagian tulang (lab. osseus) dan membrane
(lab.membranaseus). Reseptor sensoris sistem pendengaran
didalam lab. membranaseus didalam cochlea berbentuk seperti
rumah siput dengan lengkungan /putaran 2,5 kali dengan panjang
35 mm dengan axis sebagai modulus berisi kumpulan nervus dan
arteri.
Cochlea 3 bagian: scala vestibule, scala media dan scala tympani.
Sc Vest. dan sc Tymp. berisi perilympe dan bertemu diujung cochlea
~ helikotrema di sistem keseimbangan. Sc media sebagai lab.
membraneus berisi endolymph mempunyai konsentrasi ion K > ion
Na dan sebaliknya pada perylimph.
Atap sc media ~ membrane Reissner’s / vestibular yang
berhubungan scala vestibule; dasarnya ~ membrane basiler
berbatasan sc tymphani terdapat Organon of Corti ~ organ
preseptor pendengaran terdiri 1 deretan Inner Hair Cell (3.000
buah) dan deretam Outer Hair Cell (12.000 buah).
Pada sisi dekat foramen ovale, membrane basiler sempit dan
berfungsi menerima rangsangan frekuensi tinggi, sedangkan dekat
helikotrema lebar dan berfungsi menerima rangsangan frekuensi
rendah.
Organon Corti:
- Struktur mengandung sel2 reseptor pendengaran terletak pada
membrana basilaris sebagai sel rambut tersusun 2 baris.
- Fungsi mengubah energi mekanis →energi listrik.
Fenomena Organon Corti:
1. Mekanik → Impedense matching:
- Halangan tandingan antara gelombang suara dan getaran
suara dalam cochlea karena cairan cochlea mempunyai energi
lebih besar dari udara → jumlah tekanan cairan naik akibat
gerakan membrana tympani dan system ossicles.
- 50 % – 90 % sempurna untuk frekuensi 300 Hz – 3000 Hz →
penggunaan energi gelombang suara datang.
2. Listrik → potensial endocochlear:
- Potensial listrik ± 80 mV terdapat sepanjang waktu pada
endolymph dan perilymph dengan muatan positif di dalam dan
negatif di luar scala media.
- Diakibatkan sekresi K + pada pompa ion dalam scala media.
Suara dan transmisinya
Suara dihantarkan melalui udara dalam rangkaian gelombang
→ dihantarkan di udara dengen kecepatan 1.235 km/jam atau 330
m/sec. Suara berfrekuensi tinggi (high pitch) mempuenyai frekuensi 
15.000 Hz; suara frekuensi rendah (low sound) mempunyai frekuensi 
100 Hz
Suara masuk ke dalam MAE dihantarkan ke CAE → membran
tymphani (MT) yang berfungsi mengumpulkan suara pada
permukaannya dan bergetar terhadap suara 20-20.000 Hz.
Bila intensitas 60dB → frekuensi yang dapat didengar 500-5.000 Hz.
Frekuensi getaran MT tergantung frekuensi suara dan besar gerakan
tergantung intensitas Semakin tinggi frekuensinya semakin cepat
gelombangnya, semakin besar intensitasnya semakin lebar
gerakannya.
Frekuensi getaran MT tergantung frekuensi suara dan besar
gerakan tergantung intensitas Semakin tinggi frekuensinya semakin cepat
gelombangnya, semakin besar intensitasnya semakin lebar gerakannya.
MT merubah gelombang suara (tekanan fisik) → gerakan
mekanik. Tulang MIS dan di dalam telinga tengah membesarkan gerakan
MT dan mengkonduksikan getaran ke telinga dalam.
Hantaran suara di dalam telinga bagian dalam
MT berkaitan dengan maleus, sedangkan stapes melekat pada
foramen ovale. Inkus diantara maleus dan stapes, karena ketiga tulang
ini berikatan → gerakan MT menyebabkan gerakan menggoyangkan
stapes. Karena diameter MT 22 x lebih besar dan gerakan foramen
ovale → 1  meter gerakan MT → 22  meter gerakan foramen ovale →
tekanan perilymph dan sc vestibuli. Karena cochlea di dalam tulang →
gelombang hanya diteruskan ke foramen rotundum. Foramen ovale
bergerak masuk → foramen rotundum bergerak keluar. Semakin keras
suara semakin kuat gerakannya; semakin tinggi frekuensi semakin
pendek durasi gerakannya. Kecuali frekuensi < 20 Hz tidak ada
pergerakan cairan vestibular ke sc tymphani.
Membran basiler dekat foraman rotundum, relative kaku dan
sempit bergetar oleh suara lebih tinggi, sedangkan ujung distal
relative lebih luar dan longgar akan bergetar oleh frekuensi rendah.
Sel rambut dalam sc media menyediakan informasi frekuensi dan
intensitas suara → ke otak berupa dimana dan berapa jumlah distorsi
yang terjadi.
Perjalanan saraf pendengaran
Sel rambut menstimulasi aktifasi sensory neuron yang membawa informasi
ke otak. Proses pusat ini mengkoordinasi sejumlah respons ke stimuli akustik ~
reflek pendengaran → mengubah posisi kepala akibat suraa keras dan
mendadak. Sebelum di korteks cerebri dan kesadaran; sensori pendengaran
bersinaps di thalamus → korteks pendengaran di lobus temporalis.
Jika
korteks pendengaran rusak → respons suara dan reflek pendengaran normal,
kesulitan dan tidak dapat interpretasi serta pergerakan suara. Kerusakan di
dekat area asosiasi → mampu mendengar tetapi tidak dapat mengartikan
Tahap2 sensasi pendengaran:
1. Gelombang suara tiba di membrane tympani.
2. Gerakan MT menyebabkan gerakan maleus.
3. Gerakan maleus menyebabkan gerakan inkus dan stapes.
4. Gerakan stapes mendorong foramen ovale → gel. tekanan dalam
perilymph dari scala vestibuli.
5. Gelombang tekanan dalam perilymph mendistorsi membran basilaris.
6. Distorsi membran basilaris → sel rambut organon corti.
7. Gerakan sel rambut organon corti → stimulasi neuron sensoris n.
cochlearis.
Test Tajam Pendengaran
Fisiologi fase proses mendengar
1. Fase konduksi : Getaran dalam udara (energi mekanis) masuk meatus
acusticus externus (MAE) → membrana tympani → ossiculae (maleus, incus,
stapes). Secara anatomis proses konduksi berakhir dengan gerakan stapes,
secara fisiologis dilanjutkan dengan gelombang perilymphe.
2. Gel. perilymphe → gel. endolymphe merangsang organ corti, perubahan energi
mekanis → energi elektris.
3. Energi elektris : syaraf pendengaran → pusat pendengaran.
Tujuan test tajam pendengaran:
Untuk mengetahui:
1. Pendengaran berkurang / tuli atau normal
2. Derajat ( berat / ringan ) kekurangan pendengaran
3. Lokalisasi penyebab ketulian
Macam tuli:
1. Tuli konduksi / conduction hearing loss:
Kelainan pada : MAE, membrana tympani dan ossicula (
maleus, incus, stapes)
2. Tuli persepsi / Perception hearing loss:
Kelainan pada : organa corti, saraf ( N vestibularis, N
cochlearis, dan pusat saraf pendengaran di otak)
Pelaksanaan TTP:
1. TTP bicara : Suara bisik dan suara konversi
2. TTP garpu tala
3. TTP audio-metri
Test suara konversi:
Kerugiannya :
1. Normal orang dapat mendengar suara konversi 200 m
2. Tak ada tempat pemeriksaan jarak 200 m
3. Suara konversi tak konstan : keras / lunak, tinggi / rendah,
nyaring /
parau
TTP suara bisik
Suara bisik ~ suara yang dibisikkan dengan udara cadangan
dalam paru / udara yang tertinggal setelah ekspirasi normal.
Syarat Test
1. Kamar pemeriksa :
- Ukuran kamar 4 x 5 – 6 meter.
- Sunyi dan tak menimbulkan gaung.
2. Penderita:
- Telinga yang diuperiksa dihadapkan pemeriksa dan
tidak diperiksa ditutup kapas yang dibasahi glyserin.
- Mata ditutup.
3. Pemeriksa:
- Kata2 yang dibisikkan bersuku satu / dua (mama, susu
sapi) mengandung huruf lunak: b, d, h, k, l, m, n, g dan
huruf desis : s, f, c.
Pelaksanaan:
Dimulai pada jarak 1m, bila kata kata didengar dengan betul, periksa
dilanjutkan dengan jarak 2m, 3m, 4m, 5m, dan 6m.
Hasil pemeriksaan:
1. Kuantitatif:
Bila mendengar suara bisik pada jarak:
- 10 – 6 m : Normal
- 6 – 4 m : Praktis normal
-1m
: Tuli sedang
- 10 cm : Tuli berat
- 0 cm : Tuli total
Pegawai negeri: - Ke 2 telinga mendengar suara bisik 4 meter
- Bila telinga yang satu 2m dan lainnya 6 meter
2. Kualitatif: Untuk menentukan apakah tuli konduksi atau tuli persepsi
Secara konvensional
Tuli konduksi → Tidak dapat mendengar perkataan huruf lunak.
Gajah diulang kaca, meja → becah
Tuli persepsi → Tidak dapat mendengar perkataan huruf desis.
Cecak diulang kakak, susu → uu
TTP Garpu tala
Macam TTP dengan garpu tala:
Menentukan garis pendengaran ( batas atas dan batas
bawah )
Test Schwabach
Test Weber
Test Rinne
Menentukan garis pendengaran ( batas atas dan batas bawah )
Cara : Garpu tala → disentuh dengan lunak → terdengar oleh
telinga normal→ dipegang di muka
MAE dalam posisi tegak lurus, kedua kaki garpu tala
berada dalam satu garis lurus yang
menghubungkan MAE kanan dan kiri → dari frekuensi
paling rendah ke paling tinggi
dibunyikan dan dicatat setiap telinga.
Batas Bawah ( frekuensi terendah):
~ frekuensi terendah yang masih dapat didengar.
16 Hz, 32 Hz, 64 Hz, → tidak dapat didengar, hanya dirasakan
sebagai vibration.
mulai dapat mendengar → f = 128 Hz.
128 Hz atau 256 Hz ( nada rendah ) → tidak terdengar ~ tuli
konduksi → batas bawah meningkat.
Batas atas ( frekuensi tertinggi ):
~ frekuensi tertinggi yang masih dapat didengar.
Frekuensi tertinggi yang dapat didengar pada dewasa normal /
anak yaitu 16.000 Hz / 20.000 Hz → batas atas.
Audiometer → memeriksa frekuensi tinggi ( 8000 – 10.000 Hz ).
Pemeriksaan frekuensi tinggi ( 20.000 Hz ) digunakan untuk riset.
Batas atas menurun pada tuli persepsi → tidak dapat mendengar
frekuensi / nada tinggi seperti normal.
Test Schwabach
Dasar:
Gelombang gelombang dalam endolymphe dapat karena:
1. Getaran getran yang datang melalui udara.
2. Getaran yang datang melaui kranium tengkorak khususnya
os
temporalis.
Normal : 256 – 512 Hz → didengar melalui tulang dalam 70 detik.
Tuli konduksi → frekuensi tersebut perlu waktu > 70 detik.
Tuli persepsi → frekuensi tersebut perlu waktu < 70 detik.
Tujuan:
Membandingkan daya transpor melalui tulang ( mastoid ) antara
pemeriksa pada pendengaran normal dengan penderita.
Teknik:
Garputala 512 Hz dibunyikan keras, karena bila dengan 256 Hz bisa
meragukan dan dapat dirasakan sebagai vibrasi.
Tangkai garputala diletakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa.
Pemeriksa tidak mendengar bunyi garputala→ diletakkan pada planum
mastoid penderita dalam posisi tegak lurus.
Telinga kanan dan kiri diperiksa secara terpisah.
Kemungkinan hasil:
•Penderita masih mendengar bunyi → lebih lama dari pemeriksa yang normal
→ test Schwabach memanjang → tuli konduksi
•Penderita tidak mendengar bunyi → pemeriksaan diulangi tetapi dimulai dari
penderita lalu pemeriksa, bila pemeriksa :
1. Tidak mendengar ( setelah penderita tidak mendengar ) → penderita
dan pemeriksa normal
2. Masih mendengar ( setelah penderita tidak mendengar ) → penderita
Test Weber
Getaran melalui tulang dialirkan segala arah dari tengkorak → terdengar di
seluruh bagian kepala.
Patologis MAE / cavum tympani ( Otitis media purulanta pada telinga kanan ):
Pus di cavum tympani ikut bergetar → bila dibunyikan getaran → terdengar di
sebelah kanan → lateralisasi kanan.
Tujuan:
Membandingkaan daya transpor melalui tulang sebelah kanan dan kiri
penderita.
Teknik:
Garpu tala 512 Hz dibunyikan keras.
Diletakkan secara vertikal di garis median dari kepala: atas kepala, kening,
glabella, rahang atas.
Tanyakan pada penderita disisi mana yang lebih keras terdengar.
Hasil:
ormal → kanan kiri sama keras.
Lebih keras sebelah kanan → lateralisasi ke kanan bisa karena :
1.Tuli konduksi kanan ( Otitis media di telinga kanan ).
2.Tuli konduksi kedua telinga tetapi kanan > kiri.
3.Tuli persepsi kiri karena hantaran kesebelah kiri terganggu maka
didengar di sebelah kanan.
4.Tuli persepsi kedua telinga tepi kiri > kanan.
5.Tuli persepsi kiri dan tuli konduksi kanan ( jarang ).
Dengan test Weber saja diagnosa ketulian tidak dapat dipastikan.
Test Rinne
Dasar:
Bila garputala dibunyikan → getaran melalui udara didengar dua kali
lebih lama dari pada melalui tulang.
Normal melalui tulang : 70 detik dan melalui udara 140 detik.
Tujuan:
Membandingkan pendengaran melalui tulang dan udara pada
penderita.
Teknik:
Garputala 512 Hz dibunyikan keras.
Diletakkan pada planum mastoid penderita secara tegak lurus ( posisi I ).
Penderita tidak mendengar lagi → garputala diangkat dan dibawa ke
permukaan MAE dalam posisi vertikal ( posisi II ).
Kedua kaki garputala terletak pada garis lurus menghubungkan MAE
kanan dan kiri pada jarak 1 cm dari tragus.
Hasil:
Bila pada posisi I penderita masih mendengar → Rinne + ;
bila sebaliknya → Rinne -.
Normal: Rinne +.
Tuli konduksi: Rinne -, karena getaran dapat didengar melalui
tulang lebih lama.
Tuli persepsi:
1. Rinne + → posisi II masih mendengar.
2. Rinne ± → posisi II ragu ragu mendengar atau tidak.
3. Pseudonegatif → posisi I mendengar, telinga kiri normal,
sehingga mula2 positif timbul negative → tuli persepsi kanan.
Penilaian test pendengaran:
•Tuli konduksi: Terapi perbaikan pendengaran lebih banyak dengan
pengobatan atau operasi kecil → prognosa lebih baik.
•Tuli persepsi: Usaha terbatas → keadaan berat , pengobatan tidak
memuaskan → prognosa lebih jelek
Skema perbedaan tuli konduksi dan tuli persepsi
Keterangan
No
1
Test suara bisik
- Huruf lunak
- Huruf desis
2
Batas bawah
3
Batas atas
4
Test Schwabach
5
6
Tuli konduksi
(Conduction hearing loss)
Tuli persepsi
(Perseption hearing loss)
-+
+
--
Naik
Normal
Normal
Menurun
Memanjang
Memendek
Test Weber
Lateralisasi ke sisi sakit
Lateralisasi ke sisi sehat
Test Rinne
--
+
± ( ragu ragu ) pseudonegatif
BIOOPTIK
Dr. H. Moefid Wibisono,Sp.FK
Laboratorium Fisika Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang
OPTIK DAN REFRAKSI
•
Lensa digunakan untuk menambah tajam
penglihatan yang kurang pada ametropia.
• Lensa yang dipakai untuk koreksi ametropia.
1. Lensa sferik positif dan negatif ( S+ & S- )
2. Lensa silinder positif dan negatif ( C+ & C- )
3. Lensa kontak
Lensa Sferik Positif
Membiaskan sinar sejajar sumbu lensa sferis
pada titik api F2. Sinar F1 dibiaskan seperti
sinar sejajar sumbu lensa dan sinar melalui
titik pusat tidak dibiaskan.
Dengan lensa S+ → bayangan dapat digeser
ke depan → bintik kuning untuk dapat dilihat
dengan jelas.
Pada koreksi hipermetropia: Lensa S+
mempunyai daya pembiasan divergen,
kekuatan lensa (dioptri = D) → dalam meter
karena ada hubungan langsung atau
terbalik dengan fokus dan kekuatan
lensanya.
Lensa S+ 1D → titik api berjarak 100 / 1 cm
Lensa S+ 2D →titik api jarak 100 / 2 cm
Lensa Sferik Negatif
• Membiaskan sinar sejajar sumbu
lensa sferik se-akan2 berasal
dari F2. Sinar melaui F1 dibiaskan
• seperti sejajar sumbu lensa, sinar
• melalui titik pusat tidak dibiaskan.
• Dengan lensa S- → bayangan
• digeser kebelakang bintik kuning
untuk dapat dilihat benda dengan
jelas.
• Pada koreksi myopia: Lensa S- →
daya pembiasan divergen
Lensa Silinder
Meneruskan sinar dengan letak
focus tidak 1 titik tetapi 2titik atau
garis yang berbeda. Lensa
silinder disusun sedemikian rupa
→ bayangan akan membentuk
sebuah titik pada bintik kuning
agar benda terlihat jelas.
Digunakan untuk koreksi
astigmatismus pada kornea yang
teratur.
Lensa Kontak
Lensa kontak adalah lensa yang diletakkan diatas
kornea mata untuk astigmatismus kornea yang tidak
teratur.
Macam lensa kontak
Hard plastic contact lens:
 Relatif murah
 Untuk koreksi astigmatismus > 2D
 Perlu waktu penyesuaian mata
Soft plastic contact lens:
 Mahal
 Mengikuti bentuk kornea.
 Untuk koreksi astigmatismus < 2D
 Tidak perlu waktu penyesuaian mata
Keuntungan Lensa Kontak
1. Pada keluhan refraksi berat penglihatan tidak berubah, kaca
mata dengan lensa + / - berat → penglihatan lebih besar /
kecil.
2. Luas pandang tak berubah ; lensa ukuran berat → pandangan
menciut.
3. Koreksi > 2,5 - 3D penglihatan kanan kiri ± sama.
4. Koreksi astigmatismus cornea, karena air mata antara lensa
kontak dan cornea berfungsi sebagai lensa silinder (cylinder
tear lens).
5. Mencegah fotophobia pada aniridia dan albinismus.
6. Pada olahragawan, kegiatan tidak terganggu.
7. Kosmetik
Kerugian Lensa Kontak
1. Mata mudah infeksi
2. Cornea mudah erosi karena pemakaian
terlalu lama dan tidak teratur.
Kelainan Refraksi
• Kelainan refraksi ( refraksi anomali ) adalah keadaan di
mana bayangan tidak terbentuk pada macula lutea / bintik
kuning. Kelainan refraksi → ketidakseimbangan sistem optik
pada mata → menghasilkan bayangan kabur.
• Pada mata normal, kornea dan lensa akan membelokkan
sinar pada titik fokus yang tepat pada fovea centralis →
susunan kornea dan lensa = panjang bola mata.
• Pada kelainan refraksi sinar tidak dapat dibiaskan tepat
pada fovea centralis tetapi di depan (rabun jauh / miopia),
belakang (rabun dekat / hipermetropia), dan tidak satu fokus
titik api (astigmatismus).
Wildan Aulia Firdaus@dokumen
fisika
Bagian-bagian mata yang pegang
peranan pada refraksi mata
1. Cornea
2. Iris
3. Pupil
4. Lensa
5. Retina
6. Saraf optik
Vitreous
Humor
Retina
Sclera
Choroid
Fovea
Lens Muscle
Ligaments
lig. Suspensorium lentis
Iris
cones
The
Human
Eye
Optic Nerve
Blind Spot
Lens
Pupil
Cornea
eyelid
Aqueous
Humor
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Bagian-bagian mata yang pegang
peranan pada refraksi mata
Cornea sebagai jendela paling depan mata, sinar masuk dan difokuskan
ke dalam pupil. Lengkung transparan, Sinar masuk 80 % dengan
kekuatan 40 Dioptri dibiaskan cornea
Iris Selaput pelangi berwarna coklat akan menghalangi sinar masuk ke
dalam mata. Mengatur jumlah sinar ke dalam pupil melalui besarnya
pupil.
Pupil Warna hitam pekat dengan tengah selaput pelangi (iris). Mengatur
jumlah sinar masuk ke dalam bola mata.
Lensa yang jernih mengambil peranan membiaskan sinar 10 Dioptri di
dalam mata. Peran yang terbesar saat melihat dekat / berakomodasi.
Menjadi kaku dengan bertambahnya usia → Presbiopia.
Retina bungkus bola mata bagian dalam dibelakang pupil. Melalui macula
lutea akan meneruskan rangsangan sebagai bayangan benda →
rangsangan elektrik ke otak sebagai bayangan benda dikenal
Saraf optik Meneruskan rangsangan elektrik dari kortek visual untuk
dikenali bayangannya di otak.
Faktor yang Mempengaruhi
Sinar Masuk kedalam Mata
a. Kornea: Dengan lengkungannya sebagai tempat
pembiasan terkuat di mata.
b. Lensa : mempunyai daya bias lensa langsung ke
fovea centralis.
c. Panjang bola mata
Bila salah satu factor tak sesuai → sinar tidak di
fokuskan ke fovea centralis→ otak, bayangan jadi
kabur.
Susunan Bola Mata pada
Kelainan Refraksi
a. Miopia: Kornea dan lensa berkekuatan lebih atau bola mata
terlalu panjang → titik fokus sinar yang dibiaskan di depan
fovea centralis
b. Hipermetropia: Kekuatan antara panjang bola mata dan
pembiasan kornea dan lensa tak sesuai → titik fokus sinar
dibelakang fovea centralis.
c. Astigmatismus: Kornea dan lensa mempunyai permukaan
tidak rata → tidak dapat memberikan satu focus titik api.
d. Presbiopia: Akibat penuaan lensa → sukar memfokuskan
sinar pada saat melihat dekat.
Macam-macam Visus
1. Visus centralis (vacies):
– Menggunakan macula lutea (fovea centralis ) karena
cones cells lebih banyak.
2. Visus field (perifer):
– Menggunakan retina seluruhnya.
3. Visus warna :
– Menggunakan cones cells.
4. Visus ruangan :
– Menggunakan dua mata → melihat 3 dimensi
Pemeriksaan Visus Centralis
( Tajam Penglihatan )
1. Kartu Snellen (ophthotype Snellen)
•
VC < 5/10 → jarak lima meter hanya melihat huruf yang seharusnya
dapat dilihat jarak 10 meter ( huruf pada baris tanda 10 )
2. Hitung jari
•
VC < 5/50 – x/60 → jarak x meter melihat / hitung jari pada orang
normal pada 60 meter.
3. Gerakan tangan
•
VC 1/300 = jarak 1 meter melihat gerakan tangan pemeriksa .
4. Lampu 1 lux
•
VC 1/~ → membedakan gelap terang VC 0 → tak bisa
membedakan gelap terang
Kartu Snellen
• Dibuat sedemikian rupa → huruf tertentu dengan pusat optik
mata (nodal point) membentuk sudut 50 untuk jarak
tertentu.
• Jarak kartu Snellen dengan mata (jarak pemeriksaan) 5 (6)
meter (20 kaki). Sinar dari titik 5 meter dinggap sejajar atau
berasal dari titik jarak ~ di depan mata.
• Mata diperiksa satu persatu, misal OD kemudian OS
dinyatakan pembilang per penyebut. Pembilang ~ jarak
kartu Snellen dengan mata ( biasanya 5 meter ). Penyebut
~ jarak dimana huruf tertentu harus dilihat.
Photoreceptor / Visual Cells
Cones cell :
a. Tiap mata mempunyai ± 6,5 juta.
b. Berfungsi melihat siang hari ~ Photopic vision
c. Bentuk botol / kerucut (cone), terdiri segmen luar dan
d. Tidak mengandung visual purple, mengandung tipe-tipe
sensitive warna kuning dan hijau.
e. Terutama dalam fovea centralis
dalam
pigmen yang
Rods cell :
a. Tiap mata mempunyai ± 120 juta
b. Fungsi : melihat malam hari → Scotopic vision
c. Bentuk panjang dan ramping ,tersusun vertical.
d. Terdiri segmen dalam, mengandung cytoplasmic
organela :
segmen luar tebal dan mengkilat → polarisasi sinar.
e. Sensitif cahaya biru dan hijau.
Akomodasi
Akomodasi adalah kemampuan lensa
untuk mencembung akibat kontraksi
m.cilliar → daya pembiasan lensa lebih
kuat. Pada keadaan normal, cahaya
terfokus pada retina → benda letaknya
jauh didekatkan dengan daya akomodasi,
benda difokuskan pada fovea centralis.
Saat Akomodasi
1. Volume lensa tetap → diameter lebih
kecil.
2. Tebal lensa bertambah 0,5 mm.
3. Kekuatan akomodasi meningkat sesuai
kebutuhan, makin dekat benda makin
kuat akomodasi (mencembung).
4. Kekuatan akomodasi diatur reflek
akomodasi.
Teori Akomodasi
a. Hemholz :
Zonula zinii kendor akibat kontraksi m. Cilliaris sirkuler,
lensa elastis → cembung dan diameter lebih kecil
b. Tsernig :
Dasar : nucleus lensa tetap, bagian superficial / kortex lensa
berubah bentuk.
Waktu akomodasi: Zonula zinii tegang → nucleus
lensa terjepit dan bagian lensa superficial depan nuleus
cembung.
Dengan bertambahnya usia → daya akomodasi menurun
akibat berkurangnya daya elastisitas lensa → sukar
cembung → Presbiopia
Titik pada Sistem Refraksi Mata
a. Punctum Proksimum = Titik dekat mata
Jarak terdekat benda dapat dilihat mata dengan
akomodasi maksimum. Pada mata normal 30
cm, myopia < 30 cm
b. Punctum Remotum = Titik jauh mata
Jarak terjauh benda dapat dilihat mata tanpa
akomodasi. Pada mata normal ~ (>6 meter),
myopia < 6 meter
Emetropia
Emetropia adalah mata normal yang
mempunyai refraksi bila:
a. Sinar2 sejajar sumbu mata tanpa
akomodasi dibias sampai fovea
centralis → tajam penglihatan
maksimum.
b. Daya bias mata normal.
Presbiopia
Dengan bertambahnya usia → setiap lensa akan
mengalami kemunduran kemampuan mencembung →
kesukaran melihat dekat, melihat jauh tetap normal.
Presbiopia berjalan progresif sesuai dengan
bertambahnya umur.
Gangguan akomodasi usia lanjut akibat :
– Kelemahan otot akomodasi
– Lensa mata elastis menurun akibat sklerosis lensa
Akibat gangguan akomodasi pada usia 40 tahun / lebih →
setelah membaca mata lelah, berair dan berasa pedas.
Koreksi pada Presbiopia
Adisi S+
Untuk baca
dekat
+ 1.0 D
Usia 40 tahun
+ 1,5 D
Usia 45 tahun
+ 2,0 D
Usia 50 tahun
+ 2,5 D
Usia 55 tahun
+ 3,0 D
Usia 60 tahun
Karena jarak baca 33 cm → adisi +
3,0 D adalah lensa positif kuat
yang dapat diberikan. Pada
keadaan ini mata tidak
berakomodasi karena benda yang
dibaca terletak pada fokus lensa
sferis + 3,0 D sehingga sinar yang
keluar akan sejajar. Presbiopi perlu
kacamata bifokus ~ bagian atas
lensa untuk melihat jauh, bagian
bawah untuk melihat dekat. PP >
25 cm, PR ~( tak hingga )
Ametropia
Ametropia adalah kelainan refraksi (pembiasan)
pada mata, sinar tidak dapat terfokus pada
fovea centralis karena kornea mendatar
(mencembung) atau perubahan panjang bola
mata.
1. Hypermetropia
2. Myopia
3. Astigmatismus
Hypermetropia
Hipermetropia adalah kelainan refraksi, sinar
sejajar sumbu mata tanpa akomodasi, dibias
dibelakang fovea centralis ( VC 5/10 ).
Penyebab :
a. Sumbu mata lebih pendek → Hypermetropia
sumbu.
b. Daya bias kornea, lensa, humor aquaeus
sangat lemah → Hypermetropia pembiasan
Gejala : Asthenopia PP > 25 cm, PR >
Koreksi : Lensa S+ yang terbesar (S+B)
disesuaikan dengan derajat
hipermetropi
manifestasinya
Wildan Aulia Firdaus@dokumen
fisika
Myopia
Miopia adalah kelainan refraksi, sinar sejajar sumbu
mata tanpa akomodasi dibias dimuka FC (Vc <
5/50).
Penyebab :
a. Sumbu mata dibias lebih panjang → Miopia sumbu
/ Axial miopia.
b. Daya bias kornea, lensa, humor aquaeus lb kuat
→ Miopia pembiasan / Refraksi miopia
Gejala : Melihat jauh → kabur
PR < (< 6 m), PP < 30 cm
Koreksi : Lensa S- yang terkecil (S- K) sampai
dengan tanpa akomodasi melihat baik
Derajat Miopia
a. Miopia ringan → 0 – 3 D
b. Miopia menengah → 3 –6 D
c. Miopia tinggi → >6 D
Astigmatisma
Astigmatismus adalah kelainan refraksi dimana
sinar sejajar sumbu mata dibias pada banyak
titik.Tajam penglihatan dengan lensa sferis
tidak tercapai Vc 5/5.
Penyebab: Lengkungan jari2 satu meridian kornea lebih
panjang dari jari2 meridian yang tegak lurus padanya →
pembiasan sinar pada mata tidak sama pada semua
bidang / meridian.
Macam (berdasar bidang meridian):
a. Astigmatismus regulair : Sinar dibiaskan pada bidang
horizontal dan vertical sebagai 2 titik dalam satu garis
b. Astigmatismus irregulair : Sinar dibiaskan pada bidang
horizontal dan vertikal sebagai kumpulan titik- titik yang
tidak satu garis
Gejala: Melihat garis sebagai bayangan kabur
Asthenopia
Koreksi: Astigmatismus ringan tidak perlu diberi
kacamata. Astigmatismus berat / dalam diberi kacamata
silinder, kontak lens atau pembedahan
Koreksi mata
Myopia dan Hyperopia
Afakia (mata pasca bedah)
• Suatu keadaan dimana mata tidak mempunyai
lensa setelah penbedahan lensa dan mata
mengalami hipermetropia tinggi.
• Gejala : Melihat benda lebih besar ± 25 %,
terlihat bagian ventral benda tetapi kabur.
• Koreksi :
Kaca mata tebal
Lensa tanam
Cara Mengatasi Kelainan
Refraksi
1. Kaca mata
2. Lensa kontak
3. Bedah refraksi kornea
a. Keratotomi radial ( RK )
Sayatan radial permukaan kornea berbentuk jari2 roda. Untuk memperbaiki myopia –
2,00 sampai dengan –6, 00 dan astigmatismus ringan.
b. Photo refractive keratectomy ( PRK )
Sinar Laser dipergunakan untuk memperbaiki kelainan refraksi
Menggunakan sinar eximer untuk membentuk permukaan kornea
c. Keratoplasti lamelar automated ( ALK ):
Memakai mikrokeratomi halus untuk membuat flap kornea dan penyayatan dengan
keratome
Sesuai dengan kelainan refraksi
d. Laser assisted intrastromal keratomileusis ( LASIK ):
Menggunakan excimer Laser setelah dilakukan flap kornea
Sangat efektif untuk Miopi tinggi dan berat
4. Bedah refraksi lensa
Pada penderita tidak dapat memakai kaca mata dan lensa kontak
Mengganti kekuatan lensa dengan lensa tanam
BIO ELEKTRIK
OLEH:
dr. MUFIED WIBISONO, SpFK
FAK. Kedokteran UNIBRAW
2006
PENDAHULUAN
• Tubuh penuh aktivitas listrik dengan
intensitas kecil.
• Organ tubuh yang dominan dengan
aktifitas listrik:
• a. Central nervus system dan saraf perifer
• b. Cor (jantung)
• c. Neuro-muskuler system
SEL
• Sel dibagi menjadi 2 bagian yaitu intra dan extra cellulair.
•
Intra cellulair
Extra cellulair
Ion K+
ion Na+
Dinding sel
• Sel dalam keadaan istirahat (resting potensial) atau
keadaan seimbang, berlaku hukum Difusi: Kondisi di
extra sel = intra sel. Fisika murni menjelaskan tentang
jumlah ion.
• Fisika Kedokteran menjelaskan :
• Na+ dominan di extra sel.
• K+ dominan di intra sel.
• Kompartemen intra sel lebih besar negatif ~-> - 90 mV.
• Kompartemen ekstra sel lebih besar positif.
• Bila sel dalam keadaan resting dirangsang maka akan
terjadi depolarisasi:
• Na+ masuk ke intra sel
• K+ masuk ke extra sel
• Ion-ion lain mengalami pertukaran tempat atau kebalikan
dari tempat sebelumnya.
• Elektro-fisiologi dasar sel terbagi menjadi
3 keadaan :
• Polarisasi (diam)
• Depolarisasi (terangsang)
• Repolarisasi (perbaikan)
POLARISASI
Ion-ion bermuatan + terletak di permukaan luar membran
sel dan ion-ion di permukaan dalam membran, dalam
jumlah sama. Pasangan ion + dan – disebut dipole
(doublet). Muatan potensial membran 100 mV. Selama
dalam keadaan polarisasi, membran sel mempunyai
tekanan listrik tinggi sehigga tidak ada aliran- aliran ion
pada membran sel.
Depolarisasi
Sel otot diberikan stimulus sehigga
tahanan listrik menurun maka ion
+ melalui membran sel ke dalam,
dan ion – ke permukaan luar
membran sel. Karena sel
merupakan konduktor homogen
maka stimulus diteruskan ke
seluruh sel dalam keadaan
terangsang (aktif) ~->
depolarisasi. Pada otot cor
berkontraksi diantara 0,02 sampai
0,04 detik setelah stimulus.
Selama depolarisasi belum selesai
ada daerah yang sudah aktif dan
ada keadaan diam terdapat garis
batas berpotensial 0. Depolarisasi
dipole bergerak dg ion + di depan
dan – di belakang, sampai seluruh
sel menjadi aktif.
Repolarisasi
Setelah beberapa saat sel
otot aktif akan menjalani
proses kembali dalam
keadaan diam (polarisasi)
terjadi ~-> proses
repolarisasi.
Repolarisasi secara spontan
terjadi perubahan letak ion
dengan perjalanan yang
sama dengan proses
depolarisasi, hanya
bergerak dengan ion –
didepan dan ion + di
belakang (kebalikan arah
proses depolarisasi). Pada
setiap proses depolarisasi
atau repolarisasi
menimbulkan potensialpotensial listrik.
Syaraf
• Jenis syaraf :
•
a. Bermyelin
•
b. Tidak myelin
• Myelin adalah selubung syaraf berfungsi
sebagai isolator jika ada rangsangan tidak
terjadi kebocoran potensial listriknya.
Impuls dari A, bila lemah tidak bisa langsung ke Z karena
dititik B terdapat kapasitor (penyimpanan potensial listrik)
adalah Node of Renvier(NR) maka rangsangan akan
diteruskan ke C lalu ke Z. Melalui NR, seolah-olah aliran
listrik melonjak – lonjak sehingga terjadi lompatan –
lompatan konduksi dari NR satu ke NR lain yang disebut
Saltatory conduction.
Kecepatan penjalaran impuls listrik serabut
bermyelin lebih cepat dari pada serabut
tak bermyelin karena:
• Dengan myelin ~> kebocoran ke jaringan
sekitar lebih minimal
• Sistem kapasitor NR mempercepat dan
memperjauh jarak tempuh
• Diameter serabut myelin lebih besar.
Jantung
Pacu jantung (pace maker)
sino atrial (SA) node,
atrio ventriculsar (AV)
node dan purkinje fibers,
bersifat khusus yang
berfungsi merangsang
denyut cor secara
keseluruhan pada
frekuensi yang berbeda:
a. SA node: 70 – 80 x /
menit
b. AV node: 40 – 60 x /
menit
c. Purkinje f: 15 – 40 x /
menit
• Sifat khas SA node, AV node dan purkinje
fibers: Menjalarkan impuls tanpa
rangsangan dari luar oleh karena dinding
sel cor lebih permeable dari pada sel
normal lain.
• Purkinje fibers kiri lebih banyak dan lebih
dari pada kanan karena diding ventrikel
kiri lebih tebal dan kontraksi lebih kuat
untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh.
Pada payah jantung (cardiac failure, decompensasi cardio)
dengan kelainan konduksi:
• Terjadi kerusakan SA node (tidak berfungsi), maka
fungsi diambil alih AV node sehingga irama cor 40 – 60 x
/ menit mengakibatkan aktifitas tubuh berkurang.
• Bila AV node rusak, maka fungsi diambil alih purkinje
fibers dan menyebabkan aktifitas tubuh berkurang,
kondisi tubuh semakin lemah.
Kemajuan tehnologi dengan alat Pace maker artificial
mengeluarkan impuls listrik untuk mengganti pacu
jantung dan juga sebagai pengontrol tachiarythmia.
Keistimewaan myocard:
• Aliran konduktifitas tinggi.
• Periode refrakter panjang yaitu  100 x otot biasa.
• Otomatisasi dari SA node, AV node, dan purkinje fibers.
• Konsisten / reguler sehingga irama denyut cor tetap
teratur.
• Kontraksi cor mengikuti hukum All or none.
Aktivitas organ tubuh dapat direkam (dicatat) dan
disebut sesuai dengan nama organ :
• Elektro-cardiogram (ECG)
• Elektro-encephalogram (EEG)
• Elektro-myogram (EMG)
• Elektro-retinogram (ERG)
• Elektro-okulogram (EOG)
• Elektro-gastrogram (EGG)
ELEKTROKARDIOGRAFI
(EKG)
• ECG adalah elektro-diagnostik untuk
mencatat grafik potensial listrik cor pada
waktu kontraksi.
• Alat ini penting di bidang kedokteran dan
ditemukan pertama oleh Einthoven.
• Pemeriksaan cor tanpa ECG kurang
lengkap walaupun tidak semua kelainan
cor dapat dinilai ECG, data-data klinis,
anamnese, dan pemeriksaan fisik tidak
dapat diabaikan.
• Membran sel otot jantung ternyata lebih permeabel untuk
ion K+ dari pada untuk ion Na+.
• Dalam keadaan istirahat, karena perbedaan kadar ionion, potensial membran bagian dalam dan bagian luar
tidak sama, berada dalam keadaan polarisasi,
• Dengan bagian luar berpotensial positif dibandingkan
bagian dalam. Selisih potensial ini disebut Potensial
membran, yang dalam keadaan istirahat berkisar 90 mV.
• Bila membran otot jantung dirangsang, maka sifat
permeabel membran berubah dari –90mV menjadi
+20mV (potensial diukur intraseluler terhadap
ekstraseluler).
• Perubahan potensial membran karena stimulasi ini
disebut depolarisasi. Setelah proses depolarisasi
selesai, maka potensial membran kembali mencapai
keadaan semula, yaitu proses repolarisasi
Potensial Aksi
Bila kita mengukur potensial listrik yang terjadi dalam sel
otot jantung dibandingkan dengan potensial di luar sel,
pada saat sel mendapat stimulus, maka perubahan
potensial yang terjadi sebagai fungsi dari waktu, disebut
potensial aksi. Kurva potensial aksi menunjukkan
karakteristik yang khas, yang dibagi menjadi 4 fase.
• Fase 0
adalah awal dari potensial aksi yang berupa
garis vertikal ke atas yang merupakan lonjakan potensial
hingga mencapai +20 mV. lonjakan potensial dalam
daerah intra selular ini disebabkan karena masuknya ion
Na+ dari luar ke dalam sel.
• Fase 1
adalah masa repolarisasi awal yang pendek
dimana potensial kembali dari + 20mV mendekati 0 mV.
• Fase 2
iadalah fase datar dimana potensial berkisar
pada 0 mV. Dalam fase ini terjadi gerak masuk dari ion
Ca++ untuk mengimbangi gerak keluar dari ion K+.
• Fase 3
ialah masa repolarisasi cepat di mana
potensial kembali secara tajam pada tingkat awal yaitu
fase 4.
Potensial Aksi
+20 mV
0
1
2
3
4
-90
SISTEM SANDAPAN (LEAD)
PADA ELEKTROKARDIOGRAFI
• Bila elektrode ECG dipasang ditempat-tempat
tertentu pada tubuh memperoleh 1 sandapan.
Garis hipotesisi yang menghubungkan ke
elektrode disebut garis sandapan.
• Pada rekaman EKG yang konvensional dipakai
10 buah elektroda, yaitu 4 buah elektroda
ekstremitas dan 6 buah elektroda prekordial.
• Macam sandapan :
– Sandapan bipolar ( s. standard)
– Sandapan unipolar ekstremitas
– Sandapan unipolar prekordial
Pemasangan elektroda pada
pembuatan ECG:
• Sand. I : Elektroda +
dihub.lengan kiri (LA),
elektroda – dengan lengan
kanan (RA). Menunjukkan
beda potensial LA dan RA atau
VL–VR
• Sand.II : Elektroda + dihub.
kaki kiri (LL), elektroda –
dengan lengan kanan (RA).
Menunjukkan beda potensial
LL dan RA atau VF–VR
• Sand. III: Elektroda + dihub.
kaki kiri (LL), elektroda –
dengan lengan kiri (LA)
Menunjukkan beda potensial
LL dan LA atau VF–VL
Sandapan bipolar
Elektroda TKa selalu dihubungkan dengan
bumi untuk menjamin potensial nol yang
stabil.
Einthoven menghubungkan elektroda
sedemikian rupa sehingga menurut hukum
Kirchoff : I + II + III = 0, kemudian
merubah polaritas sandapan II supaya
memperoleh defleksi (+), rumus menjadi : I
+ (-II) + III = 0 atau II = I + III.
Sandapan Unipolar Ekstremitas
•
•
•
Pertama kali oleh Wilson untuk merekam titik- titik tertentu dengan
menghubungkan elektroda lengan kiri, lengan kanan dan kaki kiri menjadi
satu terminal pusat (central terminal) menurut hk. Kirchoff maka jumlah
potensial ketiga sandapan = 0 sehingga potensial terminal pusat = 0.
Elektroda yang dihubungkan dengan terminal pusat merupakan elektroda
indifferen.
Dengan demikian VR + VL + VF = 0
Untuk mengurangi tahanan kulit, tiap saluran sandapan diberi tahanan 5000
ohm. Karena defleksi yang diperoleh kecil, maka Goldberger memutuskan
hubungan antara terminal pusat dengan ekstremitas yang akan diukur
sehingga menambah defleksi sampai 50 % disebut Augmented extremity
leads dan diberi tanda huruf a ( augmented ) didepan tanda ekstremitas
lead (aVR, aVL, aVF) ~-> Sandapan unipolar Goldberger.
Sandapan Unipolar Precordial
•
Sandapan ini merekam potensial
listrik jantung dibagian dada,
dengan diberi tanda V (voltage).
• Elektroda-elektroda prekordial
diberi nama-nama V1 sampai V6,
dengan lokalisasi sbb:
V1 : garis parasternal kanan, pada
interkostal IV.
V2 : garis parasternal kiri, pada
interkostal IV.
V3 : titik tengah antara V2 dan V4.
V4 : garis klavikula-tengah, pada
interkostal V.
V5 : garis aksila tengah, sama tinggi
dengan V4 dan V5.
V6 : garis aksila tengah, sama tinggi
dengan V4 dan V5.
Kadang-kadang diperlukan elektrodaelektroda prekordial sebelah
kanan, yang disebut V3R, V4R,
V5R dan V6R yang letaknya
berseberangan dengn V3, V4, V5
dan V6.
ELEKTROKARDIOGRAM
NORMAL
• EKG terdiri garis iso-elektris dan gelombanggelombang P, Q, R, S, T dan U tercatat pada
kertas EKG dengan skala 1 mm2.
• Garis datar 1mm menunjukkan waktu detik dan
garis vertikal menunjukkan voltase 0,1 mvolt.
• Setiap 5 kotak kecil ada garis batas yang lebih
tebal menunjukkan waktu 0,20 dtk.
• Setiap melakukan EKG harus di kalibrasi
setinggi 10 mm bernilai 1 mvolt.
• Kertas EKG dijalankan dengan kecepatan 25
mm/detik atau 50 mm/detik.
• Gelombang-gelombang positif bila defleksi
diatas dan negatif dibawah garis iso-elektris.
Gelombang P
Terjadi akibat depolarisasi atrium kanan dan kiri,
menerima stimulus dari SA Node menyebar
ke AV Node sehingga waktu gelombang P =
waktu impuls dari SA Node sampai ke AV
Node disebut Atrial conduction time.
Panjang gelombang P normal 0,08 – 0,11 detik
dan tingginya 2,5 mm, tampak pada lead I
dan II. Pada irama sinus, gelombang P
positif di lead I, II, III, aVL, aVF, V2 sampai
V6 dan negatif di aVR serta difasis di V1
dan V2.
P – R interval
Adalah waktu dari permulaan depolarisasi
atrium sampai permulaan depolarisasi
ventrikel. Normal 0,12 – 0,20 detik, dihitung
dari permulaan P sampai permulaan QRS
(permulaan Q bila ada Q atau permulaan R
bila tak ada Q).
Gelombang. QRS atau QRS komplek
Menunjukkan depolarisasi ventrikel.
Durasi normal 0,08 – 0,10 detik, dari permukaan
Q sampai akhir gel. S.
Gelombang Q: Defleksi negatif pertama dan
diikuti defleksi positif
Gelombang R: Defleksi positif pertama yang
didahului gel. Q
Gelombang S: Defleksi negatif setelah R
Gelombang R`: Defleksi positif kedua
Gelombang S`: Defleksi negatif setelah R`
S – T segmen
Gelombang U negatif menunjukkan ischemia
dan hipertrofi jantung, bila lebih tinggi dari
pada gelombang T adalah hipokalemi
S – T interval
Adalah waktu antara akhir depolarisasi sampai
akhir repolarisasi, dimulai dari QRS
komplek sampai akhir T.
Q – T interval
Adalah waktu untuk depolarisasi dan
repolarisasi ventrikel, dimulai dari
permulaan QRS kompleks sampai akhir T;
pada orang dewasa 0,35 sampai 0,44 detik
dan tergantung rata-rata heart rate, bila
tachycardi lebih pendek dan bradicardi lebih
panjang.
Gelombang T
proses repolarisasi ventrikel. Waktu gelombang
T normal: 0,10–0,25 detik.
Pada EKG normal gelombang T:
- Positif di lead I, II, aVL, V2 sampai V6
- Negatif di lead aVR
- Difasis di lead III, aVF dan V1
Gelombang U
Gelombang U menunjukkan defleksi positif yang
kecil setelah gelombang T, juga disebut
after potensial. Gelombang U negatif
menunjukkan ischemia dan hipertrofi
jantung, bila lebih tinggi dari pada
gelombang T adalah hipokalemi
Menghitung frekuensi denyut
jantung ( heart rate ) pada EKG
•
Denyut jantung yang terakhir
dapat dihitung dengan R – R
interval adalah jarak antara
gelombang R ke R komplek QRS
berikutnya:
a. Garis datar tiap 1 mm
menunjukkan waktu 0,04 detik,
dalam 1 menit terdiri 1500 mm
sebagai pembanding denyut
jantung tiap 1 menit.
Cara: R – R interval = 25
mm (kotak kecil)
Denyut jantung
= (1500/25) / menit = 60 / menit.
b. Kotak Besar ( 5x kotak kecil ), per
kotak menunjukkan 0,20 detik,
dalam 1 menit terdiri 300 kotak
besar.
Cara: R – R interval = 4
kotak besar (20 kotak kecil).
Denyut jantung = (300/4) / menit =
75 / menit.
VEKTOR PADA ELEKTROKARDIOGRAFI
•
• Vektor EKG adalah suatu
kesatuan tenaga yang
mempunyai besar, arah
dan muatan yang positif
dan negatif dari tenaga
mekanik dan listrik.
Mekanisme proses
depolarisasi atau
repolarisasi adalah
gerakan ion-ion (dipole)
sehingga tenaga listrik
yang ditimbulkan dapat
diukur dengan vektor
(cardiac vector).
Hipotesis Einthoven pada
EKG
Teori EKG terdapat pada
hipotesis Einthoven:
a. Tubuh merupakan konduktor
isi homogen
b. Bagian proksimal lengan kiri
dan kaki kiri merupakan titik
puncak segi tiga sama sisi,
yang terletak sama jauh dari
jantung.
c. Tenaga listrik yang ditimbulkan
jantung disamakan sebuah
dipole yang ekuivalen atau
vektor yang terletak dipusat
segi tiga sama sisi tersebut.
Segi tiga Einthoven
•
•
•
Ketiga sandapan bipolar (I, II, III)
masing-masing merupakan sisi segi
tiga sama sisi dalam pengertian listrik
bukan anatomis.
Titik sudut segitiga adalah elektroda
yang diikatkan lengan kanan, lengan
kiri dan kaki kiri yang pada hakekatnya
letaknya sama dengan pundak kanan,
pundak kiri dan panggul kiri. Jika
aktivitas jantung menimbulkan
potensial listrik dan vektor tenaga
listrik arahnya ke elektroda positif,
maka EKG akan mencatat defleksi
positif (ke atas). Sebaliknya, bila
vektor menuju ke elektroda negatif,
maka EKG akan menunjukkan defleksi
negatif (ke bawah).
Dengan teori Baily untuk memahami
dan mengapa gelombang EKG
bervariasi, misalnya QRS di aVR
selalu negative, di lead III bisa negatif
atau positif.
SISTEM HANTARAN (KONDUKSI) JANTUNG
• SA node ( simpul sino – atrial ) berfungsi sebagai pace
maker di atrium kanan, dekat tempat masuk vena cava
superior.
• Stimulus yang ditimbulkan SA node diteruskan melalui
kedua atrium terjadi gelombang P kemudian ke AV (atrioventikular) node yang terletak diposterior septum
intertriatium, dekat sinus coronarius.
• Selanjutnya diteruskan ke berkas His melalui bagian
atas septum antara kedua ventrikel kemudian
bercabang ke kanan dan kiri. Cabang berkas kanan
(right bundle brach) dan kiri (left bundle brach) masingmasing berjalan di kanan dan kiri endocard septum
kemudian bercabang ke kanan dan kiri (bercabang
anterior dan posterior) kedalam plexus Purkinje
• Konduksi stimulus melalui jaringan jantung:
- Atrium: 800 – 1000 mm/detik
- AV node: 100 – 200 mm/detik
- Berkas His dan cabangnya, plexus Purkinje 4000
mm/detik
• Sesudah stimulus di AV node terjadilah aktivitas septum
dari kiri ke kanan kemudian anteroseptal dan kedua
ventrikel akhirnya aktivitas seluruh myocard yang
berarah dari endocard menuju ke epicard.
ELEKTRO ENCEPHALO GRAFI
( EEG )
•
•
1.
2.
3.
4.
5.
6.
•
Elektro-encephalografi adalah tehnik merekam
aktifitas elektrik otak melalui elektroda yang
ditempatkan di kulit kepala.
EEG memberikan informasi tanda-tanda
gangguan fungsi otak lokal atau general disebut
disfungsi otak :
epilepsi,
tumor cerebri,
infark,
hemorhagia,
contusio cerebri,
encephalitis dan berbagai keadaan psikiatri,
Sehingga praktisnya pada pemeriksaan
gangguan convultatif dan proses tekanan
intrakranial
• Tehnik perekaman:
1. Memasang 16 elektroda pada
berbagai tempat di daerah
cranium,
2. biasanya ditempatkan sekurangkurangnya 1 elektroda kiri dan
kanan di daerah frontal, parietal,
temporal dan oksipital.
3. Perekaman dipermudah secara
bipolar sehingga didapatkan
selisih potensial pada 2 tempat.
4. Perekam berlaku terus menerus
untuk episode beberapa menit.
Hasilnya dicatat pada kertas
berjalan dengan kecepatan 1,5;
3 dan 6 cm per detik.
5. Voltase direkam galvanometer,
diperbesar dengan amplifier
sehingga potensial otak 50 volt
dan oleh pencatat diubah
menjadi gelombang
•
•
•
Seluruh cortex cerebri
merupakan medan listrik yang
diproduksi ujung-ujung dendrit.
Potensial neuron setiap waktu
berbeda sehingga potensial
dendrit cortex cerebri telah
berubah.
Fluktuasi- fluktuasi potensial
mengakibatkan gelombang
yang tercatat kertas EEG.
Gelombang EEG menurut
frekuensi:
1. Gel Alfa : Siklus 8 –
13 perdetik ( spd )
2. Gel Beta : Siklus >
13 perdetik ( spd )
3. Gel Teta :Siklus 4 – 7
perdetik ( spd )
4. Gel Delta: Siklus < 4
perdetik ( spd )
Pola gelombang EEG normal:
1. Gel. Lambda : - sebagai gelombang
positif sepintas lalu.
- terletak dekat lobus oksipitalis.
- pada waktu mata terbuka, saat
kedua mata melihat penuh perhatian
2. Gel. Tidur: - frekuensi 10 – 15 spd,
hilang waktu tidur dangkal.
- awal dan akhir gelombang voltase
rendah, ditengah-tengah tinggi disebut
Sleep spindle.
3. Gel. komplek : - pola gabungan satu
atau beberapa gelombag lambat dan
terbaur
gelombang cepat.
4. Gel. verteks : - pola gelombang tajam
sepintas lalu, bilateral simetrik
- didaerah para sagital antara daerah
pre sentral dan post sentral
- sering bersama-sama dengan
gelombang komplek K
- terjadi pada waktu tidur dangkal
Pola gel EEG abnormal
1. Gel. Runcing (spike): - meruncing dan berlalu cepat
kurang 60 milidetik
- polifasik dengan defleksi keatas dan kebawah
berselingan
2. Gel. tajam (sharp wave): - meruncing dan berlalu
lebih 60 milidetik.
- gelombang tajam timbul secara polifasik.
3. Gel. runcing lambat (spike wave): - komplek gel.
runcing disusul gel.lambat.
- frekuensi 3 spd, teratur, sinkron bilateral dan hilang
timbul secara tiba-tiba.
4. Gel. runcing multiple : - gelombang-gelombang
runcing bangkit sekali atau berulang disusul
gelombang lambat.
5. Hipsaritmia: - komplek gelombang lambat, voltase
tinggi, irama tidak teratur, terbaur dengan
gelombang runcing dan tajam.
Irama EEG abnormal :
1. Disritmia : Irama tidak teratur, sekali-kali regularitasnya
diganggu pola gelombang patologik secara fokal, bilateral
atau bihemisferik difus global.
2. Aritmia: Irama yang memperlihatkan gelombang delta
baik secara menyeluruh atau fokal.
•
Gangguan fungsi otak oleh karena kelainan faktor
fisiologis, biokimiawi dan anatomis mengakibatkan
kelainan EEG atau normal maka harus didampingi
pemeriksaan klinis, radiologis dan laboratoris.
• Abnormalitas EEG ditentukan atas dasar :
1. Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah
yang sama di kedua hemisfer otak.
2. Irama gelombang yang tidak teratur
3. Irama gelombang yang lebih lambat dari pada
seharusnya, mis : gelombang delta pada keadaan sadar,
gelombang teta berlebihan pada anak besar atau orang
dewasa sadar.
4. Gelombang yang biasanya tidak dijumpai (gelombang
patologik) pada orang normal
• Apilkasi klinis EEG
1. Spesifik dan praktis : sindroma-sindroma disfungsi otak,
seperti epilepsi, tumor cerebri, hematoma subdural.
2. Kelengkapan: meningitis, sclerosis multiple, keadaan
psikiatrik perdarahan subarachnoid.
SHOCK LISTRIK :
Macam shock listrik
1. Kecelakaan
Parameter yg mempengaruhi shock listrik:
- Basah pada lantai dan bagian badan
- Voltage besar akibatnya lebih bahaya dari pada voltase
kecil
- Durasi (lama) makin lama kontak aliran listrik lebih
bahaya
- Berat badan, orang gemuk lebih mudah gangguan
jantung bila
kontak aliran listrik
- Daerah yang dilalui listrik, dada lebih bahaya dari pada
kaki
Akibat shock listrik Arus (1 – 2 detik) :
- 1 mA → Tak ada sensasi terkena listrik
- > 1 – 8 mA → Ada sensasi, tidak sakit, masih
bisa melakukan gerakan
menghindar (let go)
- > 8 – 10 mA → Sakit , dapat menghindar> 10 – 20
mATidak dapat menghindar,
terdapat luka bakar
- > 20 – 50 mA → Kejang otot-otot
- 100 – 300 mA → Gangguan kelistrikan jantung dan
pernafasan6AFibrilasi jantung,
pernafasan berhenti
2. Therapi : Electro convulsion therapy (electro shock therapy
Electro Convulsion Therapy
(ECT)
• Pertama kali 1963 Carletti dan Bini untuk terapi
Schizophrenia.
• Tehnik terapi menggunakan elektrode, arus dan
stimulasi dengan prinsip E = IR.
• Dosis dihitung sebagai kombinasi tegangan
(volt) dan waktu (detik).
• Pada konvulsator tedapat pengatur tegangan
listrik dan waktu secara otomatis.
• Dosis lazim : 70 – 120 V dengan rentang 0,1 –
0,2 detik.
• Dosis terapi dimulai 80 Volt selama 0,2 detik,
dengan perkiraan arus melalui otak 200 – 1600
mA, bila tidak terjadi konvulsi (kejang) diulang 3
kali dan ternyata tidak konvulsi ditunda esok hari
Mekanisme kerja:
Cerebral anoxia :
1. ECT menyebabkan perbaikan keadaan
mental sehingga otak memanfaatkan
energi dan metabolisme oksidatif
mengakibatkan aktifitas otot meningkat
sampai cukup tinggi.
2. Peningkatan sintesa dan pemanfaatan
norephinephrin di otak
Frekuensi dan jumlah penggunaan:
• Tergantung keadaan penderita, dapat diberikan :
1. Secara blok 2 – 4 hari ber turut-turut 1–2 kali
sehari.
2. 2 – 3 kali seminggu.
3. Maintenance (dosis pemeliharaan) sekali tiap 2 –
4 minggu.
4. Bersama psikotropik, bila ada perbaikan
dihentikan kemudian dilanjutkan dengan obat saja
• Pada Acut Schizophrenia 3 – 4 kali terapi, gejalagejalanya menghilang.
Efek pada system tubuh:
1. Endokrin:
a. Obesitas: Rangsangan hipotalamus pada pusat lapar, sel
 pankreas menyebabkan insulin resistensi terjadi
hiperinsulinemia mengakibatkan hypertropi sel lemah.
b. Aneorhea: Rangsangan hipotalamus menyebabkan
produksi FSH– RH menghasilkan folikel de Graaf
sehingga estrogen meningkat akan merangsang hipofise
anterior memproduksi LH yang mempengaruhi Corpus
luteum dan mengakibatkan progesteron meningkat
tidakterjadi mensturasi.
2. Neurovegetatif:
• Hipotalamus ke perifer menyebabkan regulasi
kardiovaskuler terjadi peningkatan systole 50 mmHg.
Efek pada system tubuh:
3. Psikopatologi:
Fungsi metabolisme cerebral menyebabkan gangguan
otak organik seperti amnesia, emosi euphoria.
4. Neurologi :
- Reflek menurun / hilang seperti patella, biceps dan triceps
refleks
- Pupil medriasis akibat hiperaktif simpatis.
- Pembuluh darah retina mengakibatkan vasodilatasi
- Involuntary movement seperti atethose
- Kelainan akibat gangguan korteks (area Broca, Werniche)
menyebabkan gangguan cara berbahasa (aphasia),
motorik dan sensorik.
Indikasi ECT:
1.
2.
3.
4.
Depresi merupakan indikasi utama.
Ancaman bunuh diri.
Episode manik.
Psikoneurotik gejala neurotik dengan
depresi (acute anxiety)
Efek samping:
samping
1. Luxatio rahang.
2. Fractur kompresi vertebrae.
3. Robekan otot.
Kontra indikasi:
1. Absolut : tumor otak
2. Relatif : hypertensi, kelainan jantung dan
kehamilan.
Download