BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Angka kematian bayi (infant mortality rate/IMR) di Indonesia mengalami sedikit penurunan dari 35 per 1.000 kelahiran hidup (Survey Demografi Kesehatan Indonesia atau SDKI 2002-2003) menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2007). Namun Pencapaian IMR tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan oleh RPJMN 2010-2014 yaitu 26 per 1.000 kelahiran hidup. Begitu pula jika dibandingkan dengan target Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MDG‟s) 2015 yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup.(Sari Pediatri, 2011, hal. 42) Angka tersebut dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan (Dinkes Jateng, 2011 , hal.10) Salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir adalah Ikterus patologis yang mengarah kepada ensefalopati bilirubin yang lebih dikenal dengan kernikterus. Ensefalopati bilirubin merupakan komplikasi yang paling berat, selain memiliki angka mortalitas yang tinggi juga menyebabkan mordibitas berkepanjangan. (Munir, 2009 , hal. 7) Bayi yang menderita ensefalopati bilirubin akut mempunyai risiko 5% untuk mengalami mortalitas dan 88% resiko untuk menimbulkan morbiditas anak jangka panjang. Meski kondisi ini jarang terjadi, namun dalam jangka panjang dapat menimbulkan morbiditas yang 1 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013 2 berkepanjangan, mencakup gangguan pergerakan, kelainan penglihatan, ketulian atau penurunan pendengaran (Fraser dan Cooper, 2009, h. 851). Banyak bayi, terutama bayi kecil (yang kurang dari 2.5 kg pada saat lahir atau sebelum usia gestasi 37 minggu), dapat mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupan. Pada sebagian besar kasus, kadar bilirubin yang menyebabkan ikterus tidak membahayakan dan tidak membutuhkan terapi.Akan tetapi, setiap ikterus muncul dalam 24 jam pertama kehidupan harus dianggap serius. (Karyuni dan Eny,2008, hal. 96) Peran bidan pada penatalaksanaan ikterus neonatal tergantung pada kondisi ikterus tersebut apakah masih dalam batas normal atau merupakan indikasi proses patologi, namun untuk pencegahan secara umum masih merupakan tanggung jawab bidan. Pencegahan ikterus patologi dapat dilakukan secara dini pada masa kehamilan dan pasca persalinan. Namun pada setiap bayi yang mengalami ikterus harus ditangani menurut keadaanya masing-masing (Surasmi, dkk, 2003, h. 61). Tujuan primer dari penanganan ikterus patologis adalah mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin yang akan berakibat fatal bagi bayi selanjutnya yaitu meningkatnya angka kesakitan berkepanjangan bahkan sampai menyebabkan kematian. (Wong, 2009, h. 324). Pengaruh atau komplikasi ikterus terhadap kehidupan bayi yaitu terjadinya kern-icterus. Kern icterus sendiri dapat diartikan sebagai suatu kerusakan otak akibat perlekatan bilirubin indirek pada otak. (Saifuddin. 2007, h. 381) Berdasarkan Angka kejadian bayi dengan ikterus patologis yang saya peroleh dari data register pasien pada tahun 2011 dari bulan Januari – Desember, di ruang Peristi RSUD Kebumen kasus ikterus sebesar 1,64% dari 1092 bayi yang dilahirkan. Pada tahun 2012 sebesar 4,35% dari 1033 bayi yang Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013 3 dilahirkan.Berdasarkan uraian diatas, dan banyaknya angka kejadian yang diakibatkan karena Ikterus patologi yang disebabkan karena faktor penyerta seperti : bayi dengan BBLR, Asfiksia, riwayat persalinan dengan tindakan. maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Ikterus Patologi di Ruang Peristi RSUD Kebumen pada tahun 2013. Harapan dalam penulisan karya tulis ini, penulis dapat mengetahui pencegahan, pengobatan dan penatalaksanaan medis serta asuhan kebidanan yang diberikan pada kasus ikterus patologis tersebut. Sehingga bayi baru lahir dapat sembuh dengan baik tanpa ada komplikasi yang dapat membahayakan kehidupan selanjutnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penyusun tertarik untuk mengambil kasus tentang Ikterus patologi pada bayi baru lahir dan rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “ Bagaimana asuhan kebidanan yang tepat pada bayi baru lahir dengan Ikterus Patologis Pada Bayi Ny. S Umur 3 Hari di Ruang Peristi RSUD Kebumen?” C. Tujuan Penyusunan KTI 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus Patologis dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan varney. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan objektif pada bayi Ny.S dengan ikterus Patologis. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013 4 b. Mampu mengidentifikasi terhadap bayi Ny. S dengan ikterus Patologis. c. Mampu mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan interpretasi data pada bayi Ny.S dengan ikterus Patologis. d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan segera atau kolaborasi dengan petugas kesehatan yang lain untuk penanganan bayi Ny.S dengan ikterus Patologis. e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan yang akan diberikan pada bayi Ny. S dengan ikterus Patologis. f. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi Ny.S dengan ikterus Patologis. g. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada bayi Ny.S dengan ikterus Patologis. D. Ruang Lingkup 1. Sasaran Sasaran pada kasus ini yaitu bayi Ny.S dengan ikterus Patologis. 2. Tempat Di rencanakan Asuhan Kebidanan akan dilaksanakan di Ruang Peristi RSUD kebumen. 3. Waktu a. Pembuatan proposal dimulai dari bulan Januari sampai Maret 2013 b. Ujian proposal dilkakukan pada Tanggal 23 Maret 2013 c. Pengkajian kasus dilakukan pada Tanggal 23 April 2013. d. Penyelesaian karya tulis ilmiah Tanggal 26 Juni 2013 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013 5 E. Manfaat 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Penulis Meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan dalam melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus Patologis serta menambah wawasan dalam pembuatan laporan praktik. b. Bagi Instansi Pendidikan Kesehatan Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus Patologis yang selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan sehingga dapat mengurangi dan mencegah terjadinya ikterus pada bayi baru lahir. b. Bagi Masyarakat Meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya tentang pentingnya pola hidup sehat dan meningkatkan taraf kesehatan, khususnya kesehatan pada bayi baru lahir F. Metode Memperoleh Data Dalam pengambilan kasus penulis menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan tujuh langkah varney yang meliputi : 1. Pengumpulan data dasarYaitu mengumpulkan suatu data yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien yang meliputi data subjektif dan data objektif. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013 6 2. Interpretasi data dasar Melakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. 3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi, dan membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. 4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan konsultasi dan kolaborasi Mengidentifikasi perklunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. 5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah – langkah sebelumnya. 6. Pelaksanaan tindakan Penatalaksanaan pemberian asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efesien dan aman. 7. Evaluasi tindakan Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara data primer dan sekunder Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013 7 a. Data Primer 1) Observasi Pengamatan atau observasi merupakan suatu prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan tarif aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Jadi dalam melakukan observasi bukan hanya mengunjungi, melihat, atau menonton saja, tetapi disertai keaktifan jiwa atau perhatian dan melakukan pencatatan-pencatatan (Notoatmojo, 2010, h.131) 2) Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk Mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmojo, 2010, h.139) 3) Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan terhadap seluruh organ/sistem tanpa kesuali, yang dilakukan secara sistematik dengan menggunakan cara-cara pemeriksaan yang sudah baku. Setiap temuan tanda fisis selalu langsung dikaitkan dengan jenis penyakit yang terkait. Dengan demikian secara bertahap akan semakin tersusun arah penetapan diagnosis kerja dan diagnosa diferensialnya (Widagdo. 2011, h. 15) Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013 8 4) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan dan pengawasan terhadap bayi baru lahir dengan ikterus patologis dapat dilakukan dengan cara pengambilan spesimen berupa darah, sputum dan urine (Hidayat, 2008, h. 140141) bisa juga dengan pemeriksaan Hb dengan menggunakan alat Sahli (Manuaba, 2010, h. 239). b. Data Skunder 1) Dokumentasi Kegiatan khusus berupa pengumpulan sesuatu yang tertulis, tercetak/terekam yang dapat dipakai sebagai bukti keterangan. Penulis menggunakan rekam medik klien yang ada kaitannya dengan pasien, contohnya status pasien. 2) Studi Pustaka Penulis menggunakan buku - buku, laporan – laporan penelitian, jurnal dan sebagainya untuk memperoleh informasi baik berupa teori – teori, generalisasi, dan konsep yang telah ditemukan oleh berbagai ahli. 3) Media Elektronik Dengan membuka situs website yang terkait dengan studi kasus dilakukan. (Notoatmodjo. 2010, h. 63-64) G. Sistematis Penulisan Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang terdiri dari 5 bab ini menggunakan sistematika sebagai berikut : Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013 9 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang,rumusan masalah,tujuan penyusunan karya tulis ilmiah,manfaat penulisan karya tulis ilmiah, ruang lingkup, pengumpulan data, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka meliputi definisi, etiologi, faktor predisposisi, fisiologi/ patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan medis. BAB III TINJAUAN KASUS Memuat intisari asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi BAB IV PEMBAHASAN Berisi perbandingan antara teori dan kasus yang disajikan sesuai dengan langkah-langkah manajemen kebidanan. BAB V PENUTUP Kesimpulan : Memuat pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan dari hasil studi kasus dan pembahasan untuk membuktikan kebenaran Karya Tulis Ilmiah. Saran: Memuat pengalaman dan pertimbngan penulis,ditujukan kepada para pembuat Karya Tulis Ilmiah dalm bidang sejenis yan ingin melanjutkan atau memperkembangkan Karya Tulis Ilmiah yang telah diselesaikan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Tita Meti Masitoh, Kebidanan DIII UMP, 2013