Usulan Pengembangan Customer Relationship Management (CRM) PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Best Practice Pengembangan CRM Customer Relationship Management (CRM) lahir akibat dari adanya pergeseran model bisnis yang terfokus kepada bisnis itu sendiri menjadi terfokus pada pelanggan. Pergeseran ini terjadi pada berbagai area industri, terutama pada bisnis-bisnis yang berbasis pada pelanggan (consumerbased). Penelitian yang dilakukan oleh Forester dan Gartner menunjukkan bahwa investasi pengembangan dan implementasi CRM mencapai 11 Milyar Dollar pada tahun 2004. Peningkatan investasi CRM ini tidak lepas dari meningkatnya perkembangan Electronic Business (Gartner Group). Perkembangan teknologi dan tren electronic business menyebabkan pemasaran barang dan jasa dapat dilakukan dengan lebih cepat, menjangkau pasar lebih luas, dan meningkatkan pelayanan kepada pelanggan. Perspektif CRM didalam mendukung pergeseran paradigma di atas adalah: Business strategy that involves focusing knowledge business processes, organizational structures around customers and prospects enterprise-wide. and Sementara paradigma kedua yang diharapkan dari penggunaan metode CRM adalah: provides the ability to have a personalized dialogue/conversation with each individual customer seamlessly across channels/touchpoints and over time has evolved. Evolusi CRM Dunia bisnis telah mengalami perubahan yang sangat drastis dalam lima puluh tahun terakhir ini dalam hal kecepatan pemasaran produk dan jasa, dan bagaiman hubungan dengan pelanggan dimaksudkan. Jika diperhatikan, perubahan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Dari gambar di atas, terlihat bahwa pola hubungan antara perusahaan dengan pelanggan telah mengalami evolusi sebagai berikut: ­ Mass Marketing (1 to Many Interaction) Pada awalnya, proses marketing dilakukan dengan penjualan langsung pintu ke pintu (door to door). Proses marketing ini dilakukan dengan penciptaan identitas merek. Berbagai kanal komunikasi dilakukan melalui berbagai media seperti TV, Radio, Koran dan majalah. Media-media tersebut digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi produk dan jasa. Meskipun terbilang sukses, akan tetapi pendekatan marketing cara ini dinilai tidak efektif karena banyak perusahaan merasa bahwa mereka dihadapkan pada pelanggan yang mudah sekali berubah-ubah dan tidak memiliki loyalitas tertentu pada sebuah produk atau jasa. Pada masa itu bisa dikatakan perusahaan memiliki kemampuan luar biasa dalam produksi atau operasi, akan tetapi sangat lemah dalam hal memberikan kualitas pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan. ­ Target Marketing (1 to Target Group Interaction) Pendekatan ini berkembang pesat pada tahun 1980-an dengan metode telemarketing, direct mail dan e-mail. Metode ini menggunakan aplikasi database yang berisikan berbagai data pelanggan potensial. Pola ini didasarkan pada pengenalan produk terhadap pelanggan potensial tanpa membina hubungan dengan pelanggan sama sekali. Belakangan kemudian banyak perusahaan yang mulai menyadari bahwa metode ini memakan biaya tidak sedikit, tidak efektif dan terkesan menekan calon pelanggan. ­ Customer Relationship Marketing (1 to 1 Marketing) Mulai tahun 1990-an, berbagai studi mennunjukkan bahwa untuk mendapatkan satu orang pelanggan ternyata jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan mempertahankan hubungan dengan pelanggan yang sudah ada. Berdasarkan hasil studi tersebut, maka diperoleh berbagai rekomendasi untuk meningkatkan loyalitas pelanggan, memperbaiki efisiensi dan efektivitas biaya marketing, menekan tingkat kekecewaan pelanggan akibat pelayanan yang tidak berkualias, memperbaiki biaya dan komponen produk untuk disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan dan menyediakan sarana kontak langsung dengan pelanggan. Dalam rangka meningkatkan Customer Relationship marketing, Peppers dan Rogers mengembangkan sebuah metodologi sebagai berikut. Menurut Peppers dan Rogers, langkah pertama berdasarkan metodologi di atas adalah mengindentifikasikan pelanggan dan sekaligus memahami perilaku dari pelanggan tersebut. Memahami perilaku dilakukan agar dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan, kebiasaan dan keputusan dari pelanggan. Hasil identifikasi tersebut yang digunakan untuk mengenalkan produk, melakukan perencanaan dan strategi bisnis. Langkah kedua adalah mulai memanajemen hubungan secara langsung dengan pelanggan dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan interaksi dengan berbagai kanal komunikasi yang dimiliki oleh pelanggan. Memahami pelanggan dilakukan dengan memahami bagaimana gaya hidup pelanggan. Pola ini kerap disebut dengan “one-to-one Enterprise” yang memberikan nilai tambah bagi pelanggan dengan penciptaan produk dan jasa yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Prinsip-prinsip Mengembangkan CRM Untuk dapat mengembangkan CRM, beberapa prinsip-prinsip dasar berikut dapat digunakan. ­ Prinsip 1: Dengan memahami lebih banyak tentang hal-hal apa saja yang diinginkan dan melakukan antisipasi hubungan seperti apa yang akan dibangun dengan pelanggan. ­ Prinsip 2: Melakukan konsolidasi ketersediaan informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan melalui berbagai kanal komunikasi. ­ Prinsip 3: Mengembangkan infrastruktur yang terfokus pada pelanggan sehingga dapat mendukung semua kebutuhan pelanggan. ­ Prinsip 4: Menetapkan sumber daya orang-orang, proses dan teknologi untuk menciptakan berbagai keuntungan. Dipandang dari segi teknologi, pengembangan CRM dilakukan dengan melakukan penggabungan model data mart dan data warehouse sebagai komponen utama untuk membantu proses pembuatan keputusan sales dan marketing. Data warehouse sendiri merupakan teknologi yang bertugas sebagai repositori data-data yang berhubungan dengan pelanggan untuk keperluan pengambilan keputusan. Data-data yang disimpan ke dalam warehouse biasanya dipilah berdasarkan model seperti Customer Segmentation, Life Time Value, Campaign Analysis, dan Profitablity Analysis. Meskipun demikian, di dalam pengembangan CRM berbagai kendala kerapkali ditemui seperti: ­ Strategi bisnis dan strategi implementasi teknologi informasi tidak sejalan. ­ CRM yang digunakan tidak dapat menciptakan berbagai value yang ditawarkan. ­ Operasional keseharian perusahaan belum tepat untuk diterapkan sistem CRM. Jika teknologi yang akan digunakan sudah siap, maka langkah selanjutnya adalah mempersiapkan pola hubungan dengan pelanggan. Proses integrasi contact history, customer profile, channel integration dan sebagainya. Sampai pada bagian ini, seharusnya teknologi CRM sudah dapat menyediakan berbagai informasi yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan. Arsitektur Pengembangan arsitektur CRM dilakukan dengan pertama kali dilakukan dengan mengevaluasi rantai nilai perusahaan. Agar proses pengembangan arsitektur CRM dapat dilakukan dengan benar, maka terdapat dua langkah besar yang harus dilakukan. Kedua langkah tersebut harus memperhatikan aspek-aspek seperti teknologi, aplikasi & data, layanan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya. Langkah pertama adalah mengembangkan arsitektur fungsional sistem antara teknologi dan komponen fungsional serta antarmuka yang digunakan untuk menjembatani keduanya. Metode ini kerap digunakan selain dapat digunakan untuk memahami kebutuhan penggerak bisnis utama, akan tetapi lebih jauh lagi dapat digunakan untuk menentukan desain sistem secara menyeluruh. Prinsip ini sekaligus dapat digunakan untuk mengidentifikasikan visi bisnis organisasi dengan mengidentifikasikan fungsionalitas dan operasi solusi CRM yang digunakan. Hasil dari identifikasi inilah yang digunakan untuk menentukan obyektif teknologi yang akan digunakan. Identifikasi ini juga biasanya berjalan secara parallel untuk menseleraskan fungsi teknologi yang akan digunakan dengan marketing, sales, customer care dan management. Proses ini juga meminta adanya proses pengkajian (assessment) yang mendalam terhadap visi perusahaan dan bagaimana visi tersebut diimplementasikan. Langkah kedua yang harus dilakukan adalah mengembangkan arsitektuf teknis atau fisik CRM. Langkah ini sekaligus melahirkan rekomendasi metodologi pengembangan yang akan digunakan. Critical Success Factor Beberapa poin yang perlu mendapatkan perhatikan utama di dalam implementasi CRM adalah sebagai berikut: ­ Adanya dukungan dari pihak eksekutif atau manajemen atas organisasi. ­ Menentukan arsitektur CRM yang sejalan dengan bisnis utama organisasi. ­ Adanya masukan-masukan yang berasal dari pelanggan. ­ Manajemen perubahan (change management) ­ Berfokus pada pelanggan. CRM pada PT. PLN (Persero) Mengacu pada pendapat Peppers dan Rogers di atas, maka terdapat dua langkah yang menjadi perhatian utama dari pengembangan CRM pada PT. PLN. Kedua langkah yang dimaksud adalah: ­ Langkah pertama terdiri atas dua bagian, yaitu melakukan identifikasi dan diferensiasi dari produk yang dimaksud; dan ­ Langkah kedua terdiri melakukan kustomisasi produk dan bagaimana berinteraksi dengan pelanggan. ­ Pada langkah pertama, yang perlu diperhatikan adalah menentukan apa saja kegiatan bisnis utama pada PT. PLN yang menjadi produk atau layanan PT. PLN kepada para pelanggannya. Jika diperhatikan, maka kegiatan bisnis utama dari PT. PLN adalah sebagai berikut: ­ ­ Dari beberapa kegiatan bisnis utama dari PT. PLN, pelayanan kepada pelanggan merupakan salah satu kegiatan bisnis utama yang dilakukan oleh PT. PLN. Setelah dapat menentukan layanan apa saja yang dapat dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan diferensiasi terhadap berbagai produk dan layanan yang ada. Langkah kedua adalah dengan melakukan kustomisasi produk dan layanan apa saja yang akan dibawa ke dalam sistem CRM. Proses kustomisasi dilakukan dengan memetakan: ­ Dynamic Customer Profiling. Proses ini melakukan pemetaan pelanggan PT. PLN berdasarkan kategori tertentu. Pada fase ini biasanya dilakukan analisa mendalam apakah pelanggan dimaksud adalah pribadi, perusahaan, pemerintahan, militer, atau bahkan partner. ­ Channel Integration. Setelah melakukan pemetaan berdasarkan tipe pelanggan, langkah selanjutnya adalah melakukan integrasi kanal komunikasi apa saja yang akan dipakai ke dalam database profiling pelanggan. ­ Event Management. Merupakan kanal komunikasi dengan pelanggan berdasarkan event atau kejadian khusus tertentu, dimana perlu dilakukan hubungan khusus dengan pelanggan. ­ Resource Management. Manajemen sumber daya merupakan salah satu bagian dari sistem aplikasi CRM yang digunakan untuk mempersiapkan sumber daya yang mungkin dibutuhkan oleh para pelanggan. ­ Contact History. Merupakan sistem CRM yang digunakan untuk mencatat history tiap pelanggan. ­ Berdasarkan kustmisasi produk dan layanan, diferensiasi, dan kustomisasi, maka dapat ditentukan kanal komunikasi seperti apa yang dapat digunakan untuk berhubungan dengan pelanggan. Penentuan kanal komunikasi pada dasarnya tidak mudah untuk dilakukan karena harus ditentukan setelah proses pemetaan terhadap pelanggan dilakukan. Pemetaan tersebut juga sekaligus melihat, kanal komunikasi seperti apa yang kerap atau sering digunakan oleh pelanggan. Dari sisi idealisme, pembuatan kanal komunikasi dapat dilakukan dengan memegang prinsip agar pelanggan dapat memiliki akses terhadap produk dan layanan PT. PLN secara ”Anytime, Anywhere dan Anyplace”. Melihat berbagai penerapan CRM pada berbagai jenis industri, pengembangan CRM sangat bervariasi bergantung pada kebutuhan spesifik tiap industri. Pemenuhan kebutuhan spesifik tersebut harus dilakukan dengan melakukan analisa mendalam dengan mengkaji aspek demand, supply dan plan dari pengembangan CRM. Dari berbagai kajian terhadap penerapan CRM pada industri penyedia energi, maka secara umum CRM digunakan untuk dapat menjawab berbagai fitur-fitur berikut: ­ Opportunity Management. Digunakan untuk dapat melihatkan peluang apa saja yang mungkin bisa dilakukan untuk memperluas jangkauan produk dan layanan. ­ Quoting, Pricing dan Configuration. Digunakan untuk melayani adanya permintaan layanan, penentuan harga dan juga konfigurasi dari layanan yang dimaksud. ­ Forecasting. Digunakan untuk memberikan perkiraan harga atau berapa jumlah yang harus dibayar oleh pelanggan sebelum jatuh tempo terjadi. ­ Pipeline analysis. Digunakan untuk dapat memberikan analisa perkiraan atas informasi layanan apa saja yang akan disediakan oleh PT. PLN ­ Sales Methodology. Digunakan untuk memberikan pelayanan kepada pelanggan berdasarkan tipe pelanggan tersebut atau customer profiling. ­ Contoh best practice di atas memang belum tentu sesuai dengan yang dibutuhkan oleh PT. PLN. Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah pengembangan yang komprehensif untuk dapat menentukan CRM seperti apa yang dibutuhkan oleh PT. PLN. ­ Usulan Langkah-langkah Pengembangan CRM pada PT PLN Untuk dapat mengembangan sistem Customer Relationship Management (CRM) antara PT. PLN dengan para pelanggannya, kami mengusulkan tiga tahapan pengembangan/Term of Reference seperti terlihat pada gambar berikut. Gambar di atas memperlihatkan bahwa pengembangan dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek analisa terhadap adanya: ­ Permintaan (demand) terhadap pengembangan CRM (Part One), ­ Hubungannya dengan faktor ketersediaan (Supply) yang berada pada bagian kedua (Part Two). ­ Hasil analisa antara faktor permintaan dan pemenuhan kebutuhan (gap analysis) dijadikan masukan ke pada bagian ketiga (Part Three). Gap analysis inilah yang kemudian menjadi panduan utama untuk dapat mengembangkan sistem CRM. Panduan tersebut dituangkan ke dalam bentuk perencanaan pengembangan dan implementasi sistem CRM. Ketiga langkah pengembangan di atas (TOR) jika digambarkan secara detail, maka akan diperoleh langkah-langkah sebagai berikut: TOR I. Menentukan Kebutuhan Pengembangan CRM PHASE A. Analisa dan Assesment Perencanaan Strategis Organisasi Pada bagian pertama dari TOR I, dilakukan analisa terhadap perencanaan strategis organisasi. Tujuan dari analisa tersebut adalah agar dapat mempertemukan apa yang menjadi visi, misi dan rencana strategis PT. PLN dengan sistem CRM yang akan dikembangkan. Hasil analisa perencanaan stragegis organisasi tersebut nantinya yang akan dituangkan ke dalam sistem CRM seperti apa yang dapat dikembangkan. Hasil analisa terhadap visi dan misi PT. PLN akan dituangkan ke dalam bentuk obyektif yang ingin dicapai dengan CRM. Selain itu akan ditentukan poin apa saja yang menjadi penentu keberhasilan pengembangan sistem CRM. Sampai pada bagian ini juga sudah dapat diformulasikan, bagaimana strategi penggabungan antara strategi bisnis dan strategi CRM dilakukan. Penggabungan inilah yang kemudian menjadi prosedur untuk masuk ke dalam tahap berikutnya: Selengkapnya untuk analisa pada PHASE A dapat dilihat pada gambar berikut: Hasil akhir dari analisa tersebut adalah untuk melihat bagaimana operasional bisnis dan sistem CRM nantinya dilakukan. PHASE B. Pemetaan Proses Bisnis Organisasi Pemetaan proses bisnis organisasi dilakukan berdasarkan kerangka analisa mata rantai nilai aktivitas organisasi. Proses pemetaan dilakukan dengan memetakan proses bisnis mana saja yang termasuk ke dalam aktivitas utama dan mana saja yang termasuk ke dalam aktivias pendukung. Aktivitas utama dalam pemetaan proses bisnis dilakukan dengan melihat berdasasrkan kategori berikut: ­ Siapa dan bagaimana proses pengadaan dilakukan, dan siapa saja yang menjadi pemasok kebutuhan material PT. PLN. ­ Bagaimana operasi dilakukan untuk dapat menciptakan produk dan layanan yang akan menjadi binis utama PT. PLN. ­ Produk dan layanan apa saja yang menjadi andalan utama PT. PLN. ­ Bagaimana proses marketing dan sales dilakukan terhadap produk dan layanan yang dilakukan oleh PT. PLN. ­ Bagaimana layanan diberikan kepada pelanggan, tipe pelanggan seperti apa saja yang sudah masuk ke dalam layanan PT. PLN, bagaimana mengukut tingkat kepuasan pelanggan dan sebagainya. ­ Selain aktivitas utama, aktivitas kedua yang perlu diperhatikan adalah aktivitas pendukung. Aktivitas pendukung ini biasanya terdiri atas empat bagian utama,. Meskipun dalam banyak organisasi kerap ditemukan aktivitas pendukung tambahan lainnya. ­ Aktivitas yang berhubungan dengan pengadaan. ­ Aktivitas yang berhubungan dengan pengembangan teknologi ­ Aktivitas yang berhubungan dengan manajemen sumber daya manusia ­ Aktivitas yang berhubungan dengan infrastruktur organisasi ­ PHASE C. Pemetaan Karakteristik Informasi dan Kebutuhan Data Pada bagian ini dilakukan analisa terhadap kebutuhan informasi terhadap stakeholder yang berhubungan dengan PT. PLN. Pemetaan tipe stakeholder ini biasanya dilakukan dengan melihat informasi dan data seperti apa saja yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan PT. PLN. ­ Steholder biasanya dilakukan mulai dari tipe informasi untuk: ­ Pelanggan. ­ Pengguna ­ Kedua tipe stakeholder ini biasanya dimasukkan ke dalam aplikasi transaksi pada sistem CRM. Stakeholder selebihnya biasanya ditujuakan kepada stakeholder setingkat supervisor atau koordinator yang membutuhkan profiling pelanggan seperti apa sampaidengan tingkat manajer menengah dan eksekutif. ­ Gambaran umum terhadap pemetaan stakeholder adalah dilakukan sesuai dengan gambar berikut: ­ ­ PHASE D. Analisa aktivitas informasi ke dalam Rantai aktivitas Fase ini berhubungan erat dengan fase C, dimana masing-masing aktivitas kemudian dilakukan analisa nilai informasi. Tiap-tiap aktivitas pada fase ini akan dilihat sejauh mana tingkat ketergantungan terhadap informasi. Fase ini dilakukan karena sangat menentukan jenis informasi dan data seperti apa nantinya yang dapat terkait dengan sistem CRM yang akan dikembangkan. PHASE E. Analisa Prioritas Aktivitas Tiap-tiap aktivitas pada fase ini kemduian dinilai berdasarkan atas kategori berikut: ­ Biaya yang dibutuhkan ­ Waktu yang diperlukan ­ Potensi pendapatan yang mungkin terjadi ­ Berbagai peluang yang bisa diciptakan Setelah dapat menentukan nilai tiap aktivitas, maka dapat dengan mudah dilakukan pemetaan skala prioritas aktivitas apa saja yang akan dibangun untuk dapat dimasukkan ke dalam sistem CRM nantinya. TOR II. Menentukan Spesifikasi Kebutuhan Teknologi CRM PHASE F. Pemetaan dan Analisa proses bisnis Organisasi dan sistem CRM Berdasarkan pemetaan berbagai aktivitas dalam mata rantai nilai yang dilakukan pada Fase C, D dan E pada TOR I, maka dilakukan penyesuaian aktivitas mana saja yang membutuhkan sistem CRM atau harus dikenakan aplikasi CRM. Tujuan dari fase ini adalah untuk memberikan berbagai dukungan bagi sistem CRM yang nantinya akan dikembangkan. Fase ini sekaligus memperlihatkan kepada pihak manajemen bahwa terdapat aktivitas yang harus menggunakan sistem teknologi informasi untuk mendukung jalannya operasional CRM PHASE G Pengembangan kerangka arsitektur Konseptual CRM Setelah dapat memetakan dan mengukur elemen pendukung CRM dimulai dari fase A sampai dengan fase F, maka pada fase G sudah mulai dapat ditentukan kerangka arsitektur yang dibutuhkan untuk dapat mengembangkan CRM. Hal ini dikarenakan hal-hal yang terkait dengan proses (aktivitas) manusia dan tool sudah dapat dipetakan dengan baik. Kerangka arsitektur tersebut memberikan gambaran teknologi seperti apa saja yang dibutuhkan di dalam mendukung sistem CRM. Gambar di atas memperlihatkan bahwa pada fase ini sudah dapat ditentukan jaringan yang dibutuhkan seperti apa, media transmisi, sistem operasi, database, bahasa pemrograman, modul-modul, sampai dengan kanal komunikasi yang nantinya dapat digunakan oleh pelanggan. PHASE H Spesifikasi standar modul database dan Aplikasi Setelah pada fase G dapat ditentukan teknologi yang akan digunakan seperti apa, maka pada fase H sudah dapat ditentukan kerangkat aplikasi dan modul seperti apa saja yang dapat digunakan untuk dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan. Pada fase ini bahkan sudah dapat ditentukan, teknologi dan informasi apa saja yang dapat digunakan untuk membantu fungsi kanal komunikasi antara PT. PLN dengan Pelanggan. PHASE I Spesifikasi perangkat keras standar infrastruktur, Jaringan dan Setelah standar arsitektur dan aplikasi dapat ditentukan, maka yang tak kalah pentingnya adalah menentukan spesifikasi standar infrastruktu, jaringan dan perangkat keras berdasarkan dua fase sebelumnya. Pada fase ini penentuan infrastruktur sudah dapat dikatakan tepat arah dan tepat sasaran karena dilakukan berdasarkan kebutuhan arsitektur sistem dan aplikasi yang akan digunakan. PHASE J Menentukan manajemen user penjaminan kualitas Aplikasi dan Setelah arsitektur, aplikasi dan teknologi pendukungnya sudah dapat ditentukan, maka pada fase J dilakukan bagaimana penjaminan kualitas terhadap teknologi yang akan digunakan. Penjaminan kualitas yang dimaksud adalah sebagai berikut: ­ Product Operation • Correctness -- memenuhi kebutuhan yg diinginkan • Reliability -- terpercaya proses dan outputnya • Efficiency -- hemat sumber daya yg dialokasikan • Integrity -- pengendalian akses terhadap teknologi • Usability -- mudah penggunaannya ­ Product Revision • Maintainability -- dapat dipelihara dengan mudah • Flexibility -- mampu beradaptasi dengan perubahan • Testability -- teruji secara berkala kinerjanya ­ Product Transition • Portability -- mudah dipindahkan secara fisik dan logika • Reusability -- memiliki komponen yg dapat dipergunakan kembali • Interoperability -- dapat beroperasi dalam berbagai standar TOR III Strategi Manajemen dan Pengembangan CRM PHASE K. Menentukan gugus tugas dan tanggung Jawab pengembangan Setelah semua kebutuhan akan sistem CRM yang akan dikembangkan mulai terdefinisi, maka langkah selanjutnya adalah menentukan alokasi SDM dalam bentuk gugus tugas dan tanggung jawab. Penentuan ini bertujuan untuk dapat membantu pengembangan sistem CRM yang dimaksud agar mendapatkan hasil yang maksimal. PHASE L Pengembangan jadwal dan pemetaan Portfolio pekerjaan Pada fase ini sudah dilakukan penjadwalan pengembangan dan pemetaan portfolio pekerjaan. Pemetaan ini dilakukan berdasarkan aktivitas yang sudah berhasil diperoleh pada TOR I dan tingkat kritikal tiap aktivitas. PHASE M Pengembangan Manajemen proyek CRM secara umum Dikarenakan pengembangan CRM melibatkan tiga sumber daya utama yaitu manusia, tool dan proses, maka untuk manajemen proyek pengembangan diperlukan metodologi yang tepat untuk dapat memenuhi pekerjaan sesuai dengan target waktu, target biaya dan target kualitas. Manajemen proyek yang dimaksud mengacu kepada standar PMBOK (Project Management Body of Knowledge). PMBOK mensyaratkan ada sembilan area yang harus diperhatikan dengan seksama selama proses pekerjaan dilakukan berdasarkan gambar di atas. PHASE N Struktur IT Governance dan Kebutuhan sumber daya manusia Setelah dapat menentukan manajemen proyek dari pengembangan CRM, tentunya dibutuhkan tim khusus yang secara berkesinambungan harus dapat menjalankan sistem yang sudah dibuat. Kebutuhan akan tenaga pendukung ini biasanya dapat ditentukan setelah aplikasi yang dimaksud selesai atau sudah dapat digunakan. PHASE O IT Master Plan dan Strategi Lanjutan Pada fase ini sudah mulai dapat dilakukan strategi untuk dapat menjalankan atau mengembangkan sistem CRM yang dimaksud. Jika kemudian terjadi perubahan atau penambangan fungsionalitas, maka dapat dilakukan penambahan atau koreksi pada IT Master Plan yang sudah ada. Executive Summary Customer Relationship Management Implementasi CRM (Customer Relationship Management) sebagai strategi bisnis sudah diterima sebagai best practice. Walaupun secara kajian bisnis implementasi CRM akan menguntungkan bisnis, tetapi statistik di lapangan menunjukkan bahwa implementasi CRM bukanlah masalah sederhana. Statistik industri global menunjukkan bahwa 60% implementasi ERP (Enterprise Resource Planning) menemui kegagalan. Statistik ERP ini mencakup juga di dalamnya implementasi CRM. Statistik nasional tahun 2002 menunjukkan bahwa sekitar 75% instalasi ERP dan 80% CRM mengalami kegagalan dalam implementasinya Masih terkait dengan hal ini, di tahun 2003 ada analisa bahwa sekitar 60% perusahaan di Indonesia dinilai gagal menerapkan ERP. PT. PLN (Persero) telah memiliki beberapa inisiatif yang berhubungan dengan pelayanan pelanggan, baik yang di tingkat korporat maupun di beberapa business unit. Inisiatif-inisiatif tersebut lebih bersifat bottom-up, sehingga pola pelayanan pelanggan belum benar-benar terintegrasi. Dengan pola sharedservices yang menjadi strategi dalam ITMP (IT Master Plan) PLN, keberadaan satu solusi CRM yang di-share di semua business unit akan mengefisienkan investasi dan meningkatkan efektifitas pelayanan pelanggan, serta memudahkan pemeliharaan. Realisasi CRM shared-service tersebut membutuhkan informasi awal mengenai kondisi terkini di tingkat korporat dan semua business unit mengenai pelayanan pelanggan. Informasi tersebut sangat penting untuk menyusun rekomendasirekomendasi mengenai CRM shared-service yang akan direalisasikan. Pendekatan ini akan meminimalkan resiko realisasi CRM shared-service, sehingga benefit yang diharapkan dapat tercapai. Untuk mendapatkan informasi kondisi terkini dan rekomendasi tersebut diperlukan adanya langkah-langkah pendekatan yang dituangkan ke dalam rangkai TOR (Term of Reference) yang menggambarkan bagaimana mengali seperti apa CRM yang dimaksudkan, bagaimana teknologi yang digunakan dan seperti apa usulan perencanaan dan pengembangannya. Kesatuan dari TOR tersebut harus dapat dirangkai dalam sebuah kerangka kerja (framework) yang menggambarkan bagaimana aspek demand dan supply dapat dianalisis. Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat tiga TOR yang harus dilakukan. Ketiganya adalah sebagai berikut: ­ Faktor Demand. Merupakan bagian pertama dari TOR yang bertujuan untuk dapat menentukan kebutuhan CRM. ­ Faktor Supply. Merupakan bagian kedua dari TOR yang bertujuan untuk menentukan spesifikasi teknologi pendukung CRM ­ Faktor Plan. Merupakan bagian ketiga dari TOR yang bertujuan untuk menentukan Strategi manajemen dan pengembangan CRM. Masing-masing dari ketiga TOR di atas memiliki detail proses untuk dapat menentukan obyektif masing-masing yang ingin dicapai. Detail proses yang dimaksud masing-masing terdiri atas lima fase pengembangan. Tiap lima fase pada masing-masing TOR akan sangat mempengerahui bagaimana hasil akhir dari sistem CRM yang dimaksud. Proses detail untuk setiap proses yang dimaksud adalah seperti pada gambar berikut: TOR I. Menentukan Kebutuhan Pengembangan CRM Terdiri atas lima proses, yaitu: ­ Analisis dan Assessment Perencanaan Strategis Organisasi ­ Pemetaan proses bisnis organisasi ­ Pemetaan karakteristik informasi dengan kebutuhan data ­ Analisa aktivitas informasi ke dalam rantai aktivitas ­ Analisa prioritas aktivitas TOR II. Menentukan Spesifikasi Teknologi Pendukung CRM Terdiri atas lima proses, yaitu: ­ Pemetaan dan analisa Proses bisnis organisasi dan sistem CRM ­ Pengembangan kerangka arsitektur konseptual CRM ­ Spesifikasi standar modul database dan aplikasi ­ Spesifikasi standar infrastruktur, jaringan dan perangkat keras ­ Menentukan penjaminan kualitas aplikasi dan manajemen user TOR III. Strategi Manajemen dan Pengembangan CRM Terdiri atas lima proses, yaitu: ­ Menentukan gugus tugas dan tanggung jawab pengembangan ­ Pengembangan jadwal dan pemetaan portfolio pekerjaan ­ Pengembangan manajemen proyek CRM secara umum ­ Struktur IT Governance dan kebutuhan sumber daya manusia ­ IT Master Plan dan Strategi Lanjutan