5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pemasaran Sejalan

advertisement
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pemasaran
Sejalan dengan pertumbuhan pembangunan ekonomi, banyak lahir
perusahaan baru sehingga berdampak pada semakin tingginya persaingan.
Setiap perusahaan bertujuan agar usahanya dapat terus berkembang dan
mendapatkan laba seperti apa yang diharapkan. Strategi pemasaran yang
efektif sangat dibutuhkan perusahaan untuk mencapai target yang diinginkan
tersebut. Namun, terkadang masih banyak orang yang selalu mengartikan arti
pemasaran dengan penjualan, perdagangan atau bahkan distribusi. Anggapan
tersebut menjadikan pemasaran sulit diterima. Seiring berjalannya waktu
banyak orang yang telah menyadari kekeliruan dan mulai mengerti bahwa
pemasaran telah dimulai sejak sebelum barang atau jasa diproduksi sampai
dengan mengetahui tanggapan konsumen terhadap barang dan jasa tersebut.
Kotler dan Armstrong (2008) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu
proses sosial dan manajerial di mana pribadi atau organisasi memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, dan pertukaran nilai
dengan yang lain. Pemasaran mencakup menciptakan hubungan pertukaran
muatan nilai dengan pelanggan yang menguntungkan. Pemasaran juga
merupakan proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan
membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan
menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.
2.2. Konsep Pemasaran
Persaingan yang semakin ketat serta berkembangnya pengetahuan
konsumen akan kebutuhan dan keinginan yang lebih tinggi dari konsumen,
memunculkan konsep baru di bidang pemasaran yaitu konsep pemasaran.
Konsep
pemasaran
merupakan
filosofi
manajemen
pemasaran
yang
menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi tergantung pada pengetahuan
akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan kepuasan yang
diinginkan secara lebih baik daripada pesaing (Kotler dan Armstrong, 2008).
Jadi konsep pemasaran merupakan orientasi perusahaan yang menekankan
6
bahwa tugas pokok perusahaan adalah menentukan dan memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen sehingga dicapai tingkat kepuasan yang melebihi
kepuasan yang diberikan oleh pesaingnya. Pada hakekatnya, konsep
pemasaran menekankan orientasi pada kebutuhan dan keinginan konsumen
yang didukung oleh kegiatan pemasaran, yang ditujukan untuk keberhasilan
mencapai tujuan perusahaan. Sebuah perusahaan yang didirikan mempunyai
tujuan utama yaitu mencapai tingkat keuntungan tertentu dan pertumbuhan
perusahaan. Tujuan perusahaan ini dicapai melalui kepuasan konsumen.
Perusahaan dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dengan
menjalankan konsep pemasaran secara tepat.
2.3. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran terdiri dari unsur-unsur pemasaran yang terpadu
(4P dari marketing mix, yaitu product, price, promotion, place) yang selalu
berkembang sejalan dengan gerak perusahaan dan perubahan-perubahan
lingkungan pemasarannya serta perubahan perilaku konsumen. Perilaku
konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan
jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan
dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Dapat disimpulkan bahwa perilaku
konsumen adalah tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau
organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam
mendapatkan serta menggunakan barang dan jasa. (Swasta dan Handoko,
2000).
Rencana
strategis
menentukan
keseluruhan
misi
dan
tujuan
perusahaan. Strategi pemasaran merupakan logika pemasaran dimana
perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai
hubungan yang menguntungkan (Kotler dan Armstrong, 2000). Perilaku
konsumen merupakan unsur penting dalam kegiatan pemasaran suatu produk
yang perlu diketahui oleh perusahaan, karena perusahaan pada dasarnya tidak
mengetahui mengenai apa yang ada dalam pikiran seorang konsumen pada
waktu sebelum, sedang, dan setelah melakukan pembelian produk tersebut.
7
Manajer akan mempunyai pandangan yang lebih luas dengan
melakukan analisa perilaku konsumen ini, dan akan mengetahui kesempatan
baru yang berasal dari belum terpenuhinya kebutuhan konsumen. Suatu
kegiatan pembelian yang nyata hanyalah merupakan salah satu tahap dari
keseluruhan proses mental dan kegiatan-kegiatan fisik lainnya yang terjadi
dalam proses pembelian pada suatu periode tertentu serta pemenuhan
kebutuhan tertentu. Bagian proses lainnya yang mempersiapkan dan mengikuti
pembelian nyata tersebut amatlah penting dipahami.
Analisa suatu proses pembelian merupakan suatu rangkaian tahapan
yang diambil oleh seorang konsumen. Perilaku konsumen akan menentukan
proses pengambilan keputusan dalam pembelian mereka. Proses tersebut
merupakan sebuah pendekatan masalah pada kegiatan manusia untuk membeli
suatu barang dan jasa dalam memenuhi kegiatan dan kebutuhannya. Proses
pengambilan keputusan untuk membeli sama untuk setiap orang, hanya
seluruh proses tersebut tidak selalu dilaksanakan oleh konsumen. Proses
perilaku konsumen adalah suatu disiplin terapan. Pendekatan proses dalam
analisa perilaku konsumen dibutuhkan oleh perusahaan yang beroperasi di
masyarakat untuk menginterpretasikan permintaan konsumen.
Perilaku dan kepuasan konsumen terhadap suatu merek produk sangat
dipengaruhi oleh peran dari kepribadian dan citra diri (self concept) yang ada.
Kepribadian mengacu pada karakteristik psikologi unik yang menyebabkan
respon yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungan itu
sendiri. Kepribadian dapat digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen
untuk produk atau merek tertentu. Idenya adalah bahwa merek tersebut juga
memiliki kepribadian, dan bahwa konsumen senang memilih merek dengan
kepribadian yang sesuai dengan kepribadian mereka. Kepribadian merek
adalah bauran khusus karakteristik perilaku manusia yang dikaitkan dengan
merek tertentu (Kotler dan Armstrong, 2008).
Seorang periset mengidentifikasi lima karakteristik perilaku kepribadian
merek, sebagai berikut:
1. Ketulusan/sincerity (membumi, jujur, sehat, dan ceria)
2. Kegembiraan/excitement (berani, bersemangat, imaginative, dan modern)
8
3. Kompeten/competence (dapat diandalkan, cerdas, dan sukses)
4. Kesempurnaan/sophistication (kelas atas dan menarik)
5. Ketahanan/ruggedness (petualang sejati dan tangguh)
Banyak pemasar menggunakan konsep yang berhubungan dengan
kepribadian konsep diri seseorang. Gagasan dasar konsep diri adalah bahwa
kepemilikan seseorang menunjukkan dan mencerminkan identitas mereka
yaitu “kami adalah apa yang kami miliki”. Oleh karena itu, untuk memahami
perilaku konsumen, mula-mula pemasar harus memahami hubungan antara
konsep diri konsumen dengan kepemilikan.
Produk
Brand image
Perilaku
Pencarian merek
dan produk yang
meningkatkan
atau memelihara
kosep diri
Hubungan
Self Concept
dan Brand
Image
Konsumen
Self Concept
Kepuasan
Pembelian
untuk
mendapatkan
konsep diri
yang
diinginkan
Gambar 1. Pengaruh Hubungan antara Kosep Diri/Self Concept dan Citra
Produk/Brand Image (Hawkins, et. al, 2001)
2.4. Produk
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk-produk yang dipasarkan
meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara-acara, orang, tempat, property,
organisasi, dan gagasan (Kotler, 2005)
2.4.1 Tingkat Produk
Pemasar perlu memikirkan secara mendalam lima tingkat produk
ketika
merencanakan
tawaran
pasarnya.
Masing-masing
tingkat
menambahkan lebih banyak pelanggan, dan kelimanya membentuk
hierarki nilai pelanggan (customer value hierarchy). Tingkat yang paling
mendasar adalah manfaat inti (core benefit) yaitu layanan atau manfaat
mendasar yang sesungguhnya dibeli pelanggan.
9
Pemasar harus mengubah manfaat inti tersebut menjadi produk
dasar (basic product) pada tingkat kedua. Tingkat ketiga, pemasar
menyiapkan produk yang diharapkan (expected product), yaitu beberapa
atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan pembeli ketika mereka
membeli produk ini. Pemasar menyiapkan produk yang ditingkatkan
(augmented product) yang melampaui harapan pelanggan pada tingkat
keempat.
2.4.2 Diferensiasi Produk
Produk-produk fisik itu bervariasi dalam potensinya untuk
diferensiasi. Penjual menghadapi banyak sekali parameter rancangan
yang mencakup bentuk, keistimewaan (feature), kinerja, kesesuaian, daya
tahan, keandalan, kemudahan untuk diperbaiki, gaya dan rancangan.
Keterangannya sebagai berikut:
1. Bentuk
Banyak produk yang didiferensiasikan berdasarkan bentuk, ukuran
model, atau struktur fisik sebuah produk.
2. Keistimewaan (feature)
Sebagian
besar
produk
dapat
ditawarkan
dengan
berbagai
keistimewaan, yakni karakteristik yang melengkapi fungsi dasar
produk. Upaya untuk menjadi yang pertama dalam memperkenalkan
keistimewaan baru yang berharga merupakan salah satu dari cara yang
paling efektif untuk bersaing.
3. Mutu Kinerja
Sebagian besar produk ditetapkan pada salah satu dari empat level
kinerja: rendah, rata-rata, tinggi, dan super. Mutu kinerja mengacu
pada level dimana karakteristik dasar produk itu beroperasi. Suatu
perusahaan harus memutuskan bagaimana mengelola kualitas kinerja
seiring dengan waktu. Terdapat tiga strategi. Pertama, perusahaan
terus
meningkatkan
produk,
sering
menghasilkan
tingkat
pengembalian investasi dan pangsa pasar tertinggi. Strategi kedua
adalah mempertahankan mutu produk pada level tertentu, dan strategi
ketiga adalah mengurangi mutu produk seiring dengan waktu.
10
4. Mutu Kesesuaian
Kualitas kesesuian adalah tingkat dimana semua unit yang diproduksi
adalah identik dan memenuhi spesifikasi sasaran yang dijanjikan.
5. Daya Tahan
Daya tahan (durability), merupakan suatu ukuran usia operasi produk
yang diharapkan dalam kondisi normal dan/ atau berat, merupakan
atribut yang berharga untuk produk-produk tertentu.
6. Keandalan
Keandalan (reliability) adalah ukuran kemungkinan suatu produk
tidak akan rusak atau gagal dalam suatu periode waktu tertentu.
7. Mudah Diperbaiki
Mudah diperbaiki adalah suatu ukuran kemudahan untuk memperbaiki
suatu produk yang rusak atau gagal. Sifat mudah diperbaiki yang ideal
adalah jika pemakai dapat membetulkan sendiri produk itu dengan
biaya atau waktu yang relatif kecil.
8. Gaya
Gaya (style) menggambarkan penampilan dan perasaan yang
ditimbulkan oleh produk itu bagi pembeli. Terlalu banyak produk
yang kelihatan biasa-biasa saja dan tidak menonjol. Gaya memiliki
keunggulan menciptakan perbedaan produk yang sukar ditiru. Di sisi
negatif, gaya yang menarik tidak selalu berarti kinerja yang tinggi.
Pembeli biasanya bersedia membayar harga tambahan untuk produkproduk yang diberi gaya menarik.
9. Rancangan (design)
Rancangan adalah totalitas keistimewaan yang mempengaruhi
penampilan dan fungsi suatu produk dari segi kebutuhan pelanggan.
Rancangan sangat penting dalam membuat dan memasarkan peralatan
tahan lama, pakaian, produk eceran dan produk kemasan. Bagi
perusahaan produk yang dirancang dengan baik adalah produk yang
mudah diproduksi dan didistribusikan, sedangkan bagi pelanggan
produk
yang
dirancang
dengan
baik
adalah
produk
yang
11
menyenangkan untuk dilihat dan mudah dibuka, dipasang, digunakan,
diperbaiki, serta dibuang.
2.5. Merek (Brand)
Kegiatan branding telah berlangsung selama berabad-abad. Kata
“brand” dalam bahasa Inggris berasal dari kata “brandr” dalam bahasa Old
Norse yang berarti “to burn”, yang mengacu pada pengidentifikasian ternak.
Pemilik peternakan pada waktu itu menggunakan tanda khusus untuk
menandai ternak dan untuk membedakannya dengan milik orang lain.
Menurut UU Merek No. 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah “tanda
yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna
dan kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan
digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.
Professor Brand Marketing dari University of Brimingham, Leslie de
Chernatony mengindetifikasi setidaknya terdapat 14 intepretasi terhadap
merek yang dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu intepretasi berbasis
input (branding dipandang sebagai cara manajer mengalokasikan sumber
dayanya dalam rangka meyakinkan konsumen), intepretasi berbasis output
(intepretasi dan pertimbangan konsumen terhadap kemampuan merek
memberikan nilai tambah bagi mereka) dan intepretasi berbasis waktu
menekankan branding sebagai proses yang berlangsung terus-menerus
(Tjiptono, 2005).
Menurut Swastha dan Sukotjo (1998) merek adalah suatu nama, istilah,
simbol, atau desain (rancangan) atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk
memberi tanda pengenal barang atau jasa dari seorang penjual atau
sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari barang-barang yang
dihasilkan oleh pesaing.
2.6. Peranan Merek
Terdapat empat konsep merek, pertama intangible product, yaitu
merupakan basis pilihan konsumen yang rasional. Kedua adalah basic brand
yang bertujuan untuk mewujudkan penjualan dalam lingkungan yang
kompetitif. Basic brand adalah dimana atribut-atribut yang mampu mengajak
12
atau menstimuli konsumen pertama kali untuk memilih produk pertama kali.
Contoh basic brand adalah bahwa produk harus dikemas dengan rapi dan
menarik.
Ketiga adalah augmented brand yang bertujuan untuk memperluas
merek dalam meningkatkan nilainya. Keempat adalah potential brand yaitu
menambahkan berbagai atribut tambahan yang berperan dalam membentuk
preferensi dan loyalitas pelanggan. Keempat konsep di atas memang
seharusnya mampu dimiliki oleh setiap merek produk yang ditawarkan oleh
perusahaan kepada konsumen, akan tetapi sekarang ini merek yang ditawarkan
selalu memfokuskan posisi (positioning) dirinya pada salah satu konsep
sebagai keunggulan tersendiri (Tjiptono, 2005)
Merek menurut Kartajaya (2004) merek bukan hanya sebuah nama,
bukan juga sekedar sebuah logo atau simbol. Merek adalah “payung” yang
mempresentasikan produk atau layanan. Merek juga merupakan cerminan
value yang diberikan pada pelanggan. Menurut Kotler (2005) penggunaan
merek memberikan beberapa keunggulan bagi penjual, antara lain:
1. Nama merek tersebut lebih memudahkan penjual memproses pesanan dan
menelusuri masalah
2. Nama merek dan tanda merek penjual tersebut memberikan perlindungan
hukum atau ciri-ciri produk yang unik.
3. Penggunaan merek memberikan kesempatan kepada penjual untuk
menarik pelanggan-pelanggan yang setia dan memberikan keuntungan.
Loyalitas merek memberikan suatu perlindungan kepada penjual dari
persaingan.
4. Penggunaan merek membantu penjual tersebut melakukan segmentasi
pasar. Merek yang kuat membantu membangun citra perusahaan tersebut,
yang lebih memudahkannya meluncurkan merek-merek baru dan diterima
oleh distributor dan konsumen.
13
Tabel 1. Fungsi Merek bagi Konsumen
No.
Fungsi
Manfaat bagi Pelanggan
1. Identifikasi
Bisa dilihat dengan jelas, memberikan makna bagi
produk, gampang mengindentifikasi produk yang
dibutuhkan atau dicari.
2. Praktikalisasi Memfasilitasi penghematan waktu dan energi
melalui pembelian uang identik dan loyalitas.
3. Jaminan
Memberikan jaminan bagi konsumen bahwa mereka
bisa mendapatkan kualitas yang sama sekalipun
pembelian dilakukan pada waktu dan di tempat
yang berbeda.
4. Optimalisasi Memberikan kepastian bahwa konsumen dapat
membeli alternatif terbaik dalam kategori produk
tertentu dan pilihan terbaik untuk tujuan spesifik.
5. Karakterisasi Mendapatkan konfirmasi mengenai citra diri
konsumen atau citra yang ditampilkannya kepada
orang lain.
6. Kontinuitas
Kepuasan terwujud melalui familiaritas dan intimasi
dengan merek yang telah digunakan atau
dikonsumsi pelanggan selama bertahun-tahun.
7. Hedonistik
Kepuasan terkait dengan daya tarik merek, logo,
dan komunikasinya.
8. Etis
Kepuasan berkaitan dengan perilaku bertanggung
jawab merek bersangkutan dalam hubungannya
dengan masyarakat.
Sumber : Tjiptono (2005)
2.7. Citra Merek
Citra adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau produknya.
Citra dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di luar kontrol perusahaan.
Menurut Kotler (2000) citra yang efektif melakukan tiga hal. Pertama,
memantapkan karakter produk dan usulan nilai. Kedua, menyampaikan
karakter tersebut dengan cara yang berbeda sehingga tidak dikacaukan dengan
karakter pesaing. Ketiga, memberikan kekuatan emosional yang lebih dari
sekedar citra mental. Supaya citra berfungsi dengan baik, maka harus
disampaikan melalui setiap sarana komunikasi yang tersedia dengan kontak
merek.
Menurut Tjiptono (2005), citra merek adalah deskripsi tentang asosiasi
dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu. Citra merek (asosiasi
merek) adalah pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam
14
kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis,
harga, pesaing, selebriti dan lain-lain. Kesan-kesan yang terkait merek akan
semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman konsumen dalam
mengkonsumsi suatu merek atau dengan semakin seringnya penampakan
merek tersebut dalam strategi komunikasi. Sebuah merek adalah seperangkat
asosiasi, biasanya terangkai dalam berbagai bentuk yang bermanfaat. Menurut
Kartajaya
(2002),
pengaitan
suatu
merek
dengan
kategori
tertentu
memungkinkan pencapaian kedudukan top of mind yang sangat erat
hubungannya dengan brand association. Empat asosiasi utama yang bisa
terjadi, yakni product feature, consumer benefit, usage situation dan product
category.
2.8. Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk pada dasarnya
erat kaitannya dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen merupakan
unsur penting dalam kegiatan pemasaran suatu produk yang perlu diketahui
oleh perusahaan, karena perusahaan pada dasarnya tidak mengetahui
mengenai apa yang ada dalam pikiran seorang konsumen pada waktu sebelum,
sedang, dan setelah melakukan pembelian produk tersebut. Keputusan
pembelian adalah sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan
manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi keinginan
dan kebutuhannya yang terdiri dari pengenalan kebutuhan dan keinginan,
pencarian informasi, evaluasi terhadap alternatif pembelian, keputusan
pembelian, dan tingkah laku setelah pembelian (Swasta dan Handoko, 2000).
Menurut Kotler (2000), yang dimaksud dengan keputusan pembelian
adalah suatu proses penyelesaian masalah yang terdiri dari menganalisa atau
pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi, penilaian sumbersumber seleksi terhadap alternatif pembelian, keputusan pembelian, dan
perilaku setelah pembelian. Berdasarkan pengertian keputusan pembelian di
atas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah perilaku pembelian
seseorang dalam menentukan suatu pilihan produk untuk mencapai kepuasan
sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen yang meliputi pengenalan masalah,
15
pencarian informasi, evaluasi terhadap alternatif pembelian, keputusan
pembelian, dan perilaku setelah pembelian.
2.8.1 Tahap-Tahap dalam Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dan Armstrong (2008), proses pengambilan
keputusan pembelian suatu produk dapat digambarkan dalam bentuk
proses kegiatan pembelian dengan tahapan sebagai berikut:
Pengenalan
kebutuhan
Pencarian
informasi
Evaluasi
alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku
pasca
pembelian
Gambar 2. Tahap-tahap Keputusan Pembelian
1.
Pengenalan kebutuhan
Proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan
ketika pembeli menyadari suatu masalah atau kebutuhan.
Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu
kebutuhan normal seseorang (rasa lapar, haus, seks) timbul pada
tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan
juga dapat dipicu oleh rangsangan eksternal seperti iklan atau hasil
diskusi dengan teman. Pemasar harus meneliti konsumen untuk
menentukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang timbul, apa
yang
menyebabkannya,
dan
bagaimana
masalah
itu
bisa
mengarahkan konsumen pada produk tertentu ini.
Pengenalan kebutuhan ini ditujukan untuk mengetahui
adanya kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi dan
terpuaskan. Jika kebutuhan tersebut diketahui, maka konsumen
akan segera memahami adanya kebutuhan yang belum segera
dipenuhi atau masih bisa ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan
yang sama-sama harus segera dipenuhi. Pengenalan masalah adalah
suatu proses yang komplek yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Proses ini melibatkan secara bersama-sama banyak variabelvariabel
termasuk
pengamatan,
proses
belajar,
sikap,
16
karakteristik kepribadian dan macam-macam kelompok sosial
dan referensi yang mempengaruhinya
b. Proses pengenalan masalah merupakan suatu proses yang lebih
kompleks dari penganalisaan motivasi. Walaupun proses
tersebut melibatkan motif-motif pembelian, tetapi selain itu
melibatkan juga sikap, konsep diri, dan pengaruh-pengaruh lain
c. Proses ini melibatkan juga proses perbandingan dan pembobotan
yang kompleks terhadap macam-macam kebutuhan yang relatif
penting, sikap tentang bagaimana menggunakan sumber
keuangan yang terbatas untuk berbagai alternatif pembelian, dan
sikap tentang kualitatif dari kebutuhan yang harus dipuaskan.
(Swasta dan Handoko, 2000)
2.
Pencarian informasi
Konsumen yang tertarik mungkin mencari lebih banyak
informasi atau mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat
dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen itu, konsumen
mungkin akan membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen bisa
menyimpan kebutuhan itu dalam ingatannya atau melakukan
pencarian
informasi
yang berhubungan dengan kebutuhan.
Konsumen yang tergerak oleh stimulus akan berusaha mencari
lebih banyak informasi yang terlibat dalam pencarian akan
kebutuhan.
Sumber informasi konsumen terdiri atas empat kelompok,
yaitu:
a. Sumber pribadi meliputi keluarga, teman, tetangga, kenalan
b. Sumber komersial meliputi iklan, tenaga penjual, wiraniaga,
situs Web, pedagang perantara, kemasan
c. Sumber publik meliputi media massa, organisasi ranting
konsumen, pencarian internet
d. Sumber
pengalaman
penggunaan produk.
meliputi
penanganan,
pemeriksaan,
17
3.
Evaluasi alternatif
Evaluasi alternatif yaitu bagaimana konsumen memproses
informasi untuk sampai pada pilihan merek. Konsep dasar dalam
proses evaluasi konsumen terdiri atas empat macam (Kotler, 2000):
a. Konsumen berusaha memenuhi kebutuhan
b. Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk
c. Konsumen memandang setiap produk sebagai kumpulan atribut
dengan kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan
manfaat yang dicari dalam memuaskan kebutuhan
d. Konsumen
mempunyai
sifat
yang
berbeda-beda
dalam
memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting.
Konsumen akan memberikan perhatian besar pada atribut yang
memberikan manfaat yang dicarinya.
4.
Keputusan membeli
Keputusan untuk membeli di sini merupakan proses dalam
pembelian yang nyata. Jadi, setelah tahap-tahap di muka dilakukan,
maka konsumen harus mengambil keputusan apakah membeli atau
tidak. Konsumen mungkin juga akan membentuk suatu maksud
membeli dan cenderung membeli merek yang disukainya. Namun,
ada faktor-faktor lain yang ikut menentukan keputusan pembelian,
yaitu sikap orang lain dan faktor-faktor situasional yang tidak
terduga. Bila konsumen menentukan keputusan untuk membeli,
konsumen akan menjumpai keputusan yang harus diambil
menyangkut jenis produk, merek, penjual, kuantitas, waktu
pembelian, dan cara pembayarannya.
5.
Perilaku setelah pembelian
Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan
berlanjut hingga periode pasca pembelian. Setelah pembelian
produk terjadi, konsumen akan mengalami suatu tingkat kepuasan
atau ketidakpuasan. Kepuasan atau ketidakpuasan pembeli dengan
produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya.
18
Konsumen yang merasa puas akan memperlihatkan peluang
membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya.
Konsumen yang merasa puas akan cenderung mengatakan sesuatu
yang serba baik tentang produk yang bersangkutan kepada orang
lain. Apabila konsumen dalam melakukan pembelian tidak merasa
puas dengan produk yang telah dibelinya ada dua kemungkinan
yang
akan
dilakukan
oleh
konsumen.
Pertama,
dengan
meninggalkan atau konsumen tidak mau melakukan pembelian
ulang. Kedua, ia akan mencari informasi tambahan mengenai
produk yang telah dibelinya untuk menguatkan pendiriannya
mengapa ia memilih produk itu sehingga ketidakpuasan tersebut
dapat dikurangi.
2.8.2 Peranan dalam Proses Keputusan Pembelian
Konsumen seringkali melibatkan beberapa pihak dalam proses
pertukaran atau pembeliannya. Umumnya ada lima macam peranan yang
dapat dilakukan seseorang. Ada kalanya kelima peran ini dipegang oleh
satu orang, namun seringkali peran tersebut dilakukan oleh beberapa
orang. Menurut Kotler (2005) menjelaskan ada lima macam peranan
dalam perilaku konsumen. Kelima peranan tersebut meliputi:
1. pengambil inisiatif (initiator) yaitu individu dalam keluarga yang
mempunyai inisiatif pembelian barang atau jasa tertentu atau
mempunyai keinginan dan kebutuhan tetapi tidak mempunyai
wewenang untuk melakukan sendiri
2. orang
yang
mempengaruhi
(influencer)
yaitu
individu
yang
mempengaruhi keputusan untuk membeli baik secara disengaja atau
tidak disengaja
3. pembuat keputusan (decider) yaitu individu yang memutuskan apakah
akan membeli atau tidak, apakah yang akan dibeli, bagaimana
membelinya, kapan dan di mana membelinya
4. pembeli (buyer) yaitu individu yang melakukan transaksi pembelian
sesungguhnya
19
5. pemakai (user) yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa
yang dibeli.
Bila unit pembelian adalah individu yang membuat pilihan untuk
konsumsi
pribadinya,
individu
bersangkutan
umumnya
akan
menjalankan semua peranan, walaupun akan selalu ada berbagai jenis
pengaruh dari teman dan kerabat. Namun, di dalam keluarga besar
(mencakupi kerabat), lima orang atau lebih dapat menjalankan peranan
yang sepenuhnya berbeda.
2.8.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Membeli
Pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai apa yang
dibeli, kapan membeli, dimana membeli, dan bagaimana cara
pembayarannya. Niat pembelian konsumen biasanya dapat digolongkan
menjadi dua kategori, yang pertama produk maupun merek dan kedua
adalah kelas produk. Niat pembelian kategori pertama umumnya disebut
sebagai pembelian yang terencana penuh dimana pembelian yang terjadi
merupakan hasil dari keteribatan tinggi dan pemecahan masalah yang
diperluas. Kategori kedua disebut juga sebagai pembelian yang
terencana jika pilihan merek dibuat di tempat pembelian.
Tujuan kegiatan pemasaran adalah mempengaruhi pembeli untuk
bersedia membeli barang dan jasa perusahaan pada saat mereka
membutuhkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan membeli
berbeda-beda untuk masing-masing pembeli di samping produk yang
dibeli. Engel, et, al, (1994) mengemukakan bahwa terdapat tiga faktor
utama yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan
pembelian produk yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan
proses psikologi seperti yang terlihat pada Gambar 3
20
Pengaruh Lingkungan
Perbedaan Individu
Budaya
Kelas Sosial
Pengaruh Pribadi
Keluarga
Situasi
Proses Psikologi
Sumberdaya konsumen
Motivasi dan Keterlibatan
Pengetahuan
Sikap
Kepribadian, Gaya Hidup
dan Demografi
Pengolahan Informasi
Pembelajaran
Perubahan
Sikap/Perilaku
Proses Keputusan
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
dan Seleksi
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Setelah
Pembelian
Gambar 3. Model Perilaku Pengambilan Keputusan dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhinya (Engel, et. al, 1994)
1.
Pengaruh Lingkungan
Perilaku proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Menurut Engel, et. al, (1994) proses tersebut dipengaruhi
oleh budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga, dan situasi.
Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak, dan simbol
lain yang bermakna yang melayani manusia untuk berkomunikasi,
membuat
tafsiran,
dan
mengevaluasi
sebagai
anggota
masyarakat.budaya melengkapi orang dengan rasa identitas dan
pengertian akan perilaku yang dapat diterima di dalam masyarakat.
Pengaruh budaya terhadap perilaku konsumen adalah mempengaruhi
pola konsumsi, mempengaruhi bagaimana individu mengambil
keputusan, merupakan variabel utama di dalam penciptaan dan
komunikasi makna di dalam produk.
Kelas Sosial mengacu pada pengelompokkan orang yang sama
dalam perilaku mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka di dalam
pasar. Kelompok status mencerminkan suatu harapan komunitas akan
21
gaya hidup di kalangan masing-masing kelas dan juga estimasi sosial
yang positif atau negatif mengenai kehormatan yang diberikan kepada
masing-masing kelas.
Pengaruh Pribadi kerap memainkan peranan penting dalam
pengambilan keputusan. Variabel yang penting di dalam pengaruh
pribadi adalah keterlibatan.ini diekspresikan baik melalui kelompok
acuan maupun komunikasi lisan. Pemasar dapat memanfaatkan
pengaruh pribadi dengan memonitor komunikasi lisan dan berusaha
mengendalikannya bila komunikasi itu bersifat negatif. Strategi lain
mencakup penciptaan pemberi pengaruh yang baru, menstimulasi
pencarian informasi melalui sumber ini, mengandalkan sepenuhnya
pada pengaruh antar pribadi untuk mempromosikan produk dan
memerangi komunikasi lisan yang negatif.
Keluarga (family) adalah kelompok yang terdiri dari dua atau
lebih orang yang berhubungan melalui darah, perkawinan, arau adopsi
dan tinggal bersama. Keluarga inti (nuclear family) adalah kelompok
langsung yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang tinggal bersama.
Keluarga besar (extended family) mencakupi keluarga inti, ditambah
kerabat lain, seperti kakek-nenek, paman dan bibi, sepupu, dan kerabat
karena perkawinan. Keluarga dimana sesorang dilahirkan disebut
keluarga orientasi (family of orientation), sementara keluarga yang
ditegakkan melalui perkawinan adalah keluarga prokreasi (family of
procreation).
Keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk mencapai
fungsi tertentu yang lebih efektif dibandingkan individu yang hidup
sendiri dan merupakan “pusat pembelian” yang merefleksikan kegiatan
dan pengaruh individu yang membentuk keluarga bersangkutan.
Pentingnya keluarga timbul karena dua alasan. Pertama, banyak
produk dibeli oleh konsumen ganda yang bertindak sebagai unit
keluarga. Rumah adalah contoh produk yang dibeli oleh kedua
pasangan. Kedua, bahkan ketika pembelian dilakukan oleh individu,
22
keputusan
pembelian
individu
bersangkutan
mungkin
sangat
dipengaruhi oleh anggota lain dalam keluarganya.
2.
Perbedaan Individu
Setiap individu akan berbeda dalam cara melakukan pembelian,
hal ini disebabkan karena adanya perbedaan individu. Engel, et. al,
(1994) mengindefikasikan lima cara penting di mana konsumen akan
berbeda, yaitu sumber daya konsumen, motivasi dan keterlibatan,
pengetahuan, sikap, dan terakhir adalah kepribadian, gaya hidup, dan
demografi. Tiap orang membawa tiga sumber daya ke dalam setiap
situasi pengambilan keputusan, yaitu waktu, uang, dan perhatian
(penerimaan informasi dan kemampuan pengolahan). Keterbatasan
sumber daya yang dimiliki konsumen menjadi pertimbangan utama
dalam membuat keputusan pembelian, sehingga memerlukan semacam
alokasi yang cermat.
Motivasi merupakan suatu dorongan dari dala diri seseorang
untuk memenuhi kebutuhannya dan memperoleh kepuasan dari
pemenuhan kebutuhan tersebut. Perilaku yang termotivasi diprakarsai
oleh pengaktifan kebutuhan atau pengenalan kebutuhan. Kebutuhan
atau motif diaktifkan ketika ada ketidakcocokan yang memadai antara
keadaan aktual dan keadaan yang diinginkan atau disukai. Keterlibatan
adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan atau minat yang
dibangkitkan oleh stimulus didalam situasi spesifik. Keterlibatan
merupakan refleksi dari motivasi yang kuat di dalam bentuk relevansi
pribadi yang sangat dirasakan dari suatu produk atau jasa di dalam
konteks tertentu.
Pengetahuan
dapat
diartikan
secara
sederhana
sebagai
informasi yang disimpan dalam ingatan. Pengetahuan konsumen
mencakup informasi, seperti ketersediaan produk, di mana dan kapan
harus membeli dan bagaimana cara menggunakan produk. Sikap
didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang
merespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan
secara konsisten berkenaan dengan obyek atau alternatif yang
23
diberikan. Sikap diekspresikan bilamana seseorang suka atau tidak
suka terhadap suatu obyek. Kepribadian, gaya hidup, demografi.
Kepribadian pada perilaku konsumen didefinisikan sebagai respon
yang konsisten terhadap stimulasi lingkungan. Gaya hidup merupakan
pola yang digerakan orang untuk menghabiskan sumber daya yang
dimilikinya. Demografi mendeskipsikan pasar konsumen dalam usia,
pendapatan, dan pendidikan.
3.
Proses Psikologis
Engel et, al, (1994) mengemukakan tiga proses psikologis
sentral yang membentuk semua aspek motivasi dan perilaku
konsumen, yaitu pemrosesan, informasi, pembelajaran dan perubahan
sikap dan perilaku. Pemrosesan informasi mengacu pada proses yang
dengannya suatu stimulus diterima, ditafsirkan, disimpan, dalam
ingatan dan kemudian diambil kembali. William McGuire dalam
Engel, et, al., (1994) mengambangkan proses ini dalam lima tahap,
yaitu pemaparan yang merupakan pencapaian kedekatan terhadap
stimulus sehingga muncul peluang diaktifkannya satu atau lebih dari
kelima indera manusia, perhatian adalah alokasi kapasitas pemrosesan
untuk stimulus yang baru masuk, pemahaman adalah tafsiran atau
stimulus,
penerimaan
adalah
tingkat
sejauh
mana
stimulus
mempengaruhi pengetahuan dan atau sikap seseorang, dan terakhir
retensi yang merupakan pemindahan tafsiran stimulus ke dalam
ingatan jangka panjang.
Pembelajaran
merupakan
proses
dimana
pengalaman
menyebabkan perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku.
Watson dalam Engel et. al, (1994) menyatakan bahwa pengulangan
yang konstan akan mengukuhkan respon dan membina kebiasaan
membeli. Perubahan sikap dan perilaku. Mempengaruhi sikap dan
mengetahui perilaku konsumen adalah salah satu dari tugas yang
paling mendasar tetapi sangat menantang bagi perusahaan. Mengetahui
bagaimana cara mempengaruhi sikap dan atau perilaku konsumen
24
merupakan salah satu dari keterampilan paling berharga yang mungkin
dimiliki oleh seorang pemasar.
2.9. Uji Cochran
Citra terhadap suatu merek (brand image) terbentuk oleh konsumen
yang mengaitkan sebuah merek dengan satu atau beberapa atribut. Untuk
mengukur seberapa jauh konsumen mengaitkan merek dengan atribut hingga
mampu membentuk atribut citra merek perusahaan menggunakan Uji
Cochran. Uji Cochran menggunakan syarat jenis data yang bersifat nominal
dan dikotomi yaitu pilihan jawaban kuesioner “Ya” atau “Tidak”.
Uji Cochran diawali dengan membuat kuesioner yang berisi penilaian
responden terhadap atribut yang membentuk brand image. Masing-masing
atribut dapat diarahkan untuk mendapatkan jawaban “Ya” atau “Tidak”.
Setiap jawaban responden diberikan penilaian, jawaban “Ya” diberi nilai 1 dan
jawaban “Tidak” bernilai 0 (nol). Jawaban yang telah bernilai satu atau nol
tersebut selanjutnya dibuat matrik jawaban. Selanjutnya, melakukan proses
Cochran, dalam satu kasus mungkin memerlukan beberapa proses Cochran
sampai akhirnya atribut membentuk suatu brand image (Arifin, 2006).
Hipotesis yang digunakan adalah:
H = Atribut sudah bisa digunakan untuk penelitian lanjutan
H = Atribut belum bisa digunakan untuk penelitian lanjutan
Rumus yang digunakan dalam penggunaan uji Cochran adalah
sebagai berikut:
Q=
(
Keterangan :
)∑
∑
∑
(∑
)
..............................(1)
k = Jumlah atribut
L = Jumlah jawaban Ya untuk atribut ke-1
G = Isian tiap atribut mulai dari 1 sampai ke-K atribut
n = Jumlah sampel yang diamati
Hasil dari perhitungan Cochran di atas selanjutnya dibandingkan
dengan Chi Square Tabel. Apabila nilai Cochran lebih kecil dibandingkan
25
nilai Chi Square Tabel, maka
ditolak atau dengan kata lain harus dilakukan
proses Cochran lagi dengan menghilangkan nilai jawaban “Ya” paling sedikit.
Akan tetapi jika nilai Cochran lebih besar dibandingkan nilai Chi Square
Tabel maka
diterima atau dengan kata lain proses uji Cochran dihentikan
dan atribut-atribut yang ada dapat dilakukan untuk penelitian lebih lanjut.
2.10. Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan adalah teknik multivariate yang termasuk
dependence methode, yaitu adanya variabel terikat (dependen) dan variabel
bebas (independen), dengan ciri khusus adalah data variabel terikat harus
berupa kategori dan variabel bebas berupa non kategori
Model analisis diskriminan dengan kombinasi linear adalah sebagai
berikut :
D=
Keterangan :
D
+
+
+ ………+
................... (2)
= Perilaku pasca pembelian, terdiri dari tiga grup, yaitu repeat
costumer, clients dan advocates
= Konstanta persamaan diskriminan
= Penduga parameter (koefisien)
= Faktor komponen utama 1 (X1a), faktor komponen utama 2
(X2a), sampai dengan faktor komponen utama ke-na.
Hasil berupa model diskriminan diperoleh dengan baik apabila telah
memenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut: terdapat tiga asumsi penting
sebelum proses pengolahan dengan analisis diskriminan dilakukan (Santoso,
2004), yaitu:
1. Multivariate normality, yaitu variabel bebas terdistribusi normal. Asumsi
ini akan diuji dengan metode Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk.
Variabel akan valid apabila signifikan lebih besar dari 0.05
2. Matriks kovarians dari semua variabel dalam populasi harus sama. Nilai
signifikansi dan probabilitas F Box’s kurang dari 0.05 digunakan untuk
menguji asumsi ini valid.
3. Tidak ada korelasi antar variabel bebas. Hasil dari analisis faktor dapat
memberikan faktor-faktor yang tidak berkorelasi satu sama lain.
26
Variabel yang diteliti diukur menggunakan teknik skala pengukuran.
Tujuan teknik skala pengukuran adalah untuk mengklasifikasi variabel yang
akan diukur agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan
la ngkah penelitian selanjutnya. Teknik skala pengukuran ada empat, yaitu (1)
nominal, (2) skala ordinal, (3) skala interval, (4) skala rasio (rangkuti, 1997).
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert (ordinal) dan
skala interval. Skala likert yang digunakan yaitu 1, 2, 3, 4, dan 5, tergantung
dari variabel masing-masing. Skala likert adalah ukuran gabungan yang
didasarkan pada stuktur intensitas pertanyaan-pertanyaan.
Skala interval adalah skala suatu variabel yang selain dibedakan dan
mempunyai tingkatan, juga diasumsikan mempunyai jarak yang pasti antara
satu kategori dan kategori yang lain dalam satu variabel. Menurut Joreskog
(2002), variabel ordinal tidak memiliki keaslian suatu unit pengukuran. Mean,
variasi dan kovarian dari variabel ordinal tidak memiliki arti. Variabel ordinal
bukanlah suatu variabel yang kontinyu dan tidak seharusnya dipakai dalam
penelitian. Oleh karena itu variabel ordinal perlu dikonversi menjadi variabel
interval sehingga perlu diketahui jaraknya (Hays dalam Waryanto).
2.11. Buying Decision Process
Buying Decision Process untuk mengetahui proses keputusan
pembelian suatu produk. Proses dimulai saat konsumen mencari produk
barang yang akan dibeli, membuat evaluasi terhadap produk tersebut, antara
lain dengan membandingkan merek produk sejenis. Konsumen yang sedang
mencari, mengevaluasi dan membandingkan merek suatu produk pada
dasarnya menggunakan berbagai metode walaupun tanpa disadarinya.
Pengambilan keputusan pembelian oleh konsumen ini menggunakan
metode conjunctive rule, hal ini dilakukan karena dalam pembelian
smartphone ini memerlukan keterlibatan konsumen yang cukup tinggi dan
pemikiran secara detail. Konsumen hanya membeli merek yang semua
atributnya mampu melebihi cut off point yang diberikan konsumen. Metode
lain selain conjunctive rule terdapat metode disjunctive rule yang digunakan
untuk pembelian yang dilakukan dengan cepat tanpa adanya pemilihan yang
lebih rinci dengan berbagai criteria seperti untuk barang kebutuhan sehari-hari
27
dan bersifat rutin, seperti gula, kopi dan sebagainya. Metode lainnya adalah
lexicograpic rule dan elimination rule.
2.12. Penelitian Terdahulu
Eriquina (2008), melakukan penelitian dengan judul analisis pengaruh
brand image TELKOMFlexi terhadap perilaku pembelian SIMCard FLEXI
dengan menggunakan analisis deskriptif dan regresi logistic berganda. Hasil
analisis brand image diperoleh bahwa sebagian besar konsumen di kota
Kendal, baik pengguna maupun non pengguna mengasosiasikan bahwa
TelkomFlexi Prabayar memiliki ketersediaan dan kemudahan memperoleh
kartu perdana dan voucher isi ulang, kualitas suara yang jernih dan fitur
layanan yang lengkap, tarif yang murah, jaringan yang luas, serta harga
voucher yang murah.
Bhakti (2009), mengangkat topik tentang Analisis Diskriminan dalam
Klasifikasi Pola Pengembalian Kredit Sektor Pertanian (Studi Kasus PT Bank
XYZ). Penelitian ini dilakukan dengan analisis diskriminan untuk memperoleh
lima fungsi pembeda dari setiap hubungan variabel system kelayakan kredit
dan untuk memperoleh kolektibilitas kredit berdasarkan model diskriminan.
Berdasarkan hasil analisis, ketepatan perkiraan seluruh debitur sebesar 80.4%
yang artinya analisis diskriminan sudah dapat mengklasifikasikan pola
pengembalian debitur secara akurat.
Download