BAM UMJ 2017 TAK KENAL MAKA TAK SAYANG : “MUHAMMADIYAH” MATERI II : PRINSIP-PRINSIP IBADAH DALAM ISLAM KOMPETENSI CAPAIAN Dalil Ibadah; Ikhlas Karena Allah; Tidak Boleh Bertawasul; Pengamalan Sesuai Sunnah Rasul. PENGERTIAN 3 a. Bahasa: taat (al-tha’ah), tunduk (al- khudhu’), hina (al-dzull), dan pengabdian (al-tanassuk) b.Istilah : التقرب الى هللا بامتثال اوامره واجتناب نواهيه والعمل بما اذن به الشارع “Mendekatkan diri kepada Allah dengan cara mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dan mengamalkan segala yang diizinkan Allah” 8/30/2017 PEMBAGIAN 4 JENIS MAHDAH KHUSUS KAIFIYAH IBADAH GHAIR MAHDAH UMUM BAIK/ MANFAAT NIAT IBADAH 8/30/2017 5 1. IBADAH MAHDHAH (khusus): ibadah yang sudah ditentukan Allah secara terperinci tentang jenis dan tatacaranya. Contoh : wudu, tayammum, mandi, salat, puasa, hajji dan umrah 2. IBADAH GHAIR MAHDHAH (umum) : segala amal (hati,lisan,perbuatan) yang diizinkan Allah. Contoh : menuntut ilmu, bekerja, berkarya, kuliah, dsb 8/30/2017 Ibadah Mahdhah 6 1. Cakupan : hubungan vertikal (hablum minallah) mengatur hubungan manusia dengan Allah 2. Tsabit : tetap, tidak berubah sejak zaman Nabi Muhammad sampai sekarang, bahkan sampai hari kiamat, tidak boleh ditambah dan dikurangi 3. Ta’abbudi, ghair ma’qulatul ma’na : tidak dapat dijangkau rasionalisasinya, pokoknya begitu 4. Sikap : sami’na wa atha’na, kita dengar dan kita ikuti, tidak boleh berkreasi (tidak ada peran akal) 8/30/2017 Ibadah Ghair Mahdhah 7 1. Cakupan : hubungan horizontal (hablum minannas) mengatur hub. manusia dengan manusia dan alam sekitarnya 2. Dinamis : bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman (shalihun likulli zamanin wamakanin) 3. Ta’aqquli, ma’qulatul ma’na : dapat dijangkau rasionalitasnya, mengapa begini, mengapa begitu 4. Sikap : bebas berkreasi, akal berperan 8/30/2017 KAIDAH IBADAH 8 A. Ibadah Mahdlah : االصل فى العبادة التوقيف-1 “pada prinsipnya dalam ibadah itu menunggu (sampai datangnya dalil)” االصل فى العبادة البطالن حتى يدل الدليل- 2 على االمر “pada prinsipnya dalam ibadah itu batal (tidak diterima) sampai ada dalil yang memerintahkannya” 8/30/2017 9 Ibadah Mahdhah : harus berdasarkan dalil yaitu al- Qur’an dan Hadis Maqbul, kalaupun awalnya mengikuti pendapat ulama selanjutnya harus dicarikan rujukannya dalam kedua sumber tersebut Apabila tidak ada dalilnya itu termasuk bid’ah seperti : salat sunnah Nishfu Sya’ban, puasa Rabu Wekasan, mengumandangkan adzan setelah mayat dikubur, dsb. 8/30/2017 Prinsip Ibadah 1. Ada Perintah dan Ketentuan Islam tidak memberikan otoritas kepada manusia untuk turut menentukan ibadah, kecuali Nabi utusan-Nya. Dalam melakukan ibadah kepada Allah manusia tidak mempunyai kekuasaan menentukannya, bahkan sebaliknya manusia terikat pada ketentuan-ketentuan yang diberikan Allah dan Rasul-Nya. Berbeda halnya dengan mu’amalah (masalah keduniaan), terdapat kelonggaran yang demikian luas bagi manusia untuk menentukannya. Lanjutan Prinsip Ibadah 2. Meniadakan Kesukaran dan tidak banyak beban Keseluruhan ibadah dalam syari’at Islam tidak ada yang menyukarkan dan memberatkan mukallaf (orang yang terkena beban kewajiban beribadah). Perintah ibadah itu tidak banyak hanya beberapa saja. Semua ibadah itu dalam batas kewajiban dan berjalan dengan kadar kesanggupan manusia. Lanjutan; Prinsip kedua ini sebagaimana diterangkan Allah dalam al-Quran berikut : “.…Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesukaran….” )QS.2/Al-Baqarah : 185) “Allah tidak mebebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapatkan pahala (dari kejahatan) yang di usahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya "QS. 2/Al-Baqarah : 286) 3. Yang Berhak Disembah Hanyalah Allah. Bahwa kerinduan untuk berhubungan dengan Tuhan Hampir 2000 tahun yang lalu, Prlutarcus, seorang ahli sejarah bangsa Yunani mengatakan bahwa mungkin kita menjumpai kota-kota tanpa benteng-benteng, raja-raja yang kaya, sastra maupun teaterteater. Tetapi tidak ada satu kota pun tanpa tempat ibadah, atau tidak ada satu kota pun penduduknya yang tidak melakukan ibadah. Dari dalam jiwa manusia sendiri. hanya saja dalam kenyataan bahwa tempat ibadah itu terdapat di mana-mana, menunjukkan keanekaragaman dalam tatacara pelaksanaan serta bermacammacamnya tujuan ibadah tersebut. Hal ini membuktikan bahwa keanekaragaman itu tidak berasal dari satu sumber.Oleh karena itu, ajaran Islam yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW., sebagai nabi terakhir yang memperoleh wahyu terakhir pula, menegaskan bahwa satu hal yang mutlak dalam hidup beragama, dan memberi pernyataan bahwa hanya Allah saja yang berhak disembah. Lanjutan Prinsip Ibadah 4. Ibadah itu Tanpa Perantara Praktek beribadah sebagian umat manusia telah banyak mengalami kekeliruan. Kekeliruan itu sebenarnya atas inisiatif dan konsepsi dari para tokoh agamanya sendiri, di mana mereka membuat jarak antara manusia dengan Tuhannya. Islam sebagai agama lebih mempertegas bahwa hubungan manusia dengan Tuhan (melalui ibadah) tidak perlu dengan perantara apa-apa, dan melalui siapa pun. Manusia harus melakukan langsung dengan Allah SWT. Lanjutan Prinsip Ibadah 5. Ikhlas dalam Beribadah Dalam beribadah harus didasari dengan niat yang tulus, semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah. Niat adalah sikap jiwa, dan merupakan motivator dalam mewujudkan suatu perbuatan. Dalam hadis Nabi dinyatakan bahwa segala sesuatu itu tergantung niatnya (innama al-a’amal bi al-niat). Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa orang-orang ahli kitab hanya diperintah untuk beribadah kepada Allah dengan niat yang tulus dan murni, taat kepada Allah dan menjauhi kemusyrikan serta mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Firman Allah dalam al-Quran: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. (QS: alBayyinah/98: 5) BID’AH 17 Pengertian : 1. Bahasa : ( الشيء المستحدثsesuatu yang diada-ada) 2. Istilah : التعبد هلل بما ليس عليه النبي “Beribadah kepada Allah yang tidak ada contohnya dari Nabi saw.”Berlaku dalam ibadah mahdlah”. 8/30/2017 Hukum Bid’ah 18 )132 ص/ 5 (ج- صحيح مسلم َم ْن-صلى هللا عليه وسلم- َِّللا سو ُل ه ُ ع َْن عَا ِئشَةَ قَالَتْ قَا َل َر َ أ َ ْحد . س ِم ْنهُ فَ ُُه َو َرد َ َث فِى أ َ ْم ِرنَا َهذَا َما لَ ْي علَ ْي ِه أ َ ْم ُرنَا فَ ُُه َو َرد َ س َ َم ْن ع َِم َل َ ع َم ٍال لَ ْي “Barang siapa yang mengada-ada dalam perkara kami yang tidak ada contohnya maka akan ditolak” “Barang siapa yang beramal yang tidak bersumber dari kami akan ditolak” 8/30/2017 artinya 19 “Rasulullah salat Subuh bersama kami, kemudian beliau menghadap kami seraya memberi nasehat yang membuat hati kami bergetar dan meneteskan air mata. Lalu kami merespon, wahai Rasulullah sepertinya nasehat itu nasehat terakhir darimu, oleh karena itu sampaikanlah kepada kami.Beliau bersabda, “Saya berwasiat pada kalian untuk bertakwa hanya kepada Allah, dengar dan taatilah pemimpinmu meskipun ia berasal dari hamba sahaya. Sesungguhnya di antara kamu akan menyaksikan banyak perselisihan. Oleh karena itu, kalian wajib mengikuti sunnahku dan sunnah khalifah-khalifah sesudahku. Hati-hati terhadap bid’ah karena semua bid’ah itu sesat” 8/30/2017 PERHATIAN !!!!!! HAL-HAL TERKAIT DENGAN PERTANYAAN YG BELUM DISAMPAIKAN DLM MATERI INI MHN DIKUMPULKAN KE INSTRUKTUR DAN DIAKHIR AKAN ADA PENJELASAN OLEH NARASUMBER