Seks pada orang HIV positif yang berusia lebih dari 50 tahun

advertisement
Seks pada orang HIV positif yang berusia lebih dari 50 tahun
Oleh: Gus Cairns, 16 September 2011
Meskipun rata-rata usia populasi HIV-positif semakin meningkat, baik di negara kaya dan miskin, dan
meskipun seks antara orang tua telah sering dikutip sebagai faktor risiko yang mungkin untuk HIV,
hanya ada sangat sedikit investigasi ke dalam kehidupan seks dari orang dengan HIV yang berusia di atas
50 tahun.
Sebuah studi kualitatif kecil yang dipresentasikan pada konferensi Tenth AIDS Impact dari 38 orang
dengan HIV di Montreal, Kanada, sama-sama seimbang di antara kelompok yang terkena dampak
berbeda, berusaha untuk membangun pola aktivitas seksual pada populasi ini dan meminta orang-orang
tentang faktor di balik perilaku mereka.
Temuan utamanya adalah bahwa orang HIV-positif, setidaknya dalam kelompok ini, berhubungan seks
relatif sedikit – dan tidak selalu karena pilihan. Hal ini juga menemukan perbedaan yang jelas antara
responden laki-laki dan perempuan, gay dan heteroseksual, dan pengguna narkoba suntik (injecting drug
user/IDU) dan non-IDU.
Presenter Isabelle Wallach dari Clinique l’Actuel di Montreal mengatakan pada konferensi bahwa di
Kanada, pada tahun 2008, 15,3% dari diagnosis HIV baru melibatkan orang berusia 50 tahun ke atas, dan
satu-seperempat dari populasi HIV-positif sekarang berusia lebih dari 50 tahun. Oleh karena itu,
kelompok berniat untuk mendokumentasikan pengalaman seks dan hubungan pada kelompok orang
dengan HIV yang berusia lebih dari 50 tahun, dengan menyoroti pada titik persimpangan antara HIV,
seks dan usia lanjut.
Studi ini terdiri dari wawancara semi struktur mendalam pada individu, dengan durasi rata-rata dua
setengah jam, pada 38 orang dengan HIV yang berusia 50-74 tahun.
12 laki-laki gay, 12 laki-laki heteroseksual, dan 14 perempuan mengambil bagian dalam studi ini. 12
peserta non-kulit putih dan delapan etnis telah tertular HIV melalui penggunaan narkoba suntikan.
Dari 38 responden, hanya 13 yang saat ini berada dalam suatu hubungan, dan sementara sembilan
mengatakan mereka senang berada dalam suatu hubungan, empat orang mengatakan bahwa mereka
mengalami kesulitan dalam hubungan.
Dari 25 orang yang tidak memiliki pasangan, 11 orang menyatakan bahwa mereka memilih untuk tidak
memiliki pasangan, sementara 14 lainnya mengatakan bahwa mereka menginginkan untuk berada dalam
suatu hubungan. Ada kesenjangan jender yang jelas disini: sementara tujuh perempuan memilih untuk
tidak memiliki pasangan, hanya satu laki-laki yang memilih untuk tidak memiliki pasangan.
Hanya lima dari 38 narasumber yang mendefinisikan diri mereka sebagai ‘aktif secara seksual’ dan 17
menyatakan bahwa mereka tidak melakukan hubungan seks sama sekali. Sekali lagi, ada kesenjangan
jender yang jelas disini: sepuluh dari 14 perempuan dan tujuh dari delapan penasun mengatakan bahwa
mereka tidak melakukan hubungan seks, namun tidak ada dari laki-laki gay yang mengatakan bahwa
mereka tidak melakukan hubungan seks.
Ini menyisakan 16 peserta yang melakukan hubungan seks beberapa kali dan menyatakan bahwa
kehidupan seksual mereka sebagai “lambat atau tidak aktif.”
Wawancara kualitatif banyak menyoroti pada pandangan peserta terhadap seks.
Enam menyatakan bahwa takut menularkan HIV adalah penting bagi mereka sementara empat
menyatakan kematian pasangan AIDS telah mengubah sikap mereka terhadap seks (tidak ada sikap
kualitatif eksklusif yang dieksplorasi: peserta dapat memegang sejumlah sikap yang berbeda).
Enam menyatakan bahwa kesulitan mereka atau pasangan mereka dengan kondom adalah alasan mereka
melakukan sedikit hubungan seks. Seorang perempuan (59 tahun) mengatakan bahwa pasangan
laki-lakinya tidak pernah menggunakan kondom, memutuskan hubungan mereka yang berlanjut selama
18 tahun, dan tidak dapat mempertahankan ereksi jika menggunakan kondom. Seorang laki-laki
heteroseksual berusia 60 tahun mengatakan bahwa ia mendapati resistansi dari penggunaan kondom dari
Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/
Seks pada orang HIV positif yang berusia lebih dari 50 tahun
pasangan perempuan. “Beberapa perempuan mengganggap hal tersebut sebagai hinaan ketika ia
mengatakan bahwa mereka harus melakukan hubungan seks yang lebih aman. Satu orang berkata “Anda
pikir saya siapa?”
Beberapa orang sudah mengerti fakta bahwa kebutuhan untuk seks berkurang dengan usia, seperti halnya
kinerja seksual. Seorang perempuan yang berusia 62 tahun yang berada dalam suatu hubungan berkata:
“Sudah lima tahun sejak kami bertemu, dan, pada saat-saat ini kita lebih mengutamakan ‘kelembutan
cinta’.”
Beberapa orang lain kurang senang mengenai hal ini. Beberapa orang meratapi kenyataan bahwa usia
lanjut menyebabkan kurang kekuatan untuk merayu: “Setelah kita berusia lebih lanjut, kita menjadi
kurang dipandang,” kata seorang laki-laki gay yang mencapai usia tersebut. Beberapa orang melihatnya
sebagai diskriminasi langsung: “Saya sudah mendekati beberapa orang dan…mereka mengatakan
‘Apa yang Anda inginkan? Anda sudah tua’,” kata seorang laki-laki gay yang berusia 56 tahun.
Namun, ketidakbahagiaan dalam kurangnya seks dan hubungan menjadi seimbang dalam banyak kasus
oleh sikap yang positif terhadap hidup lajang dan tekad untuk tidak membiarkan hal tersebut merusak
kehidupan. “Jika Anda menipu diri sendiri dengan benar-benar menginginkannya; Anda akan lebih
kecewa karena Anda tidak akan mendapatkannya. Hal tersebut tetap akan terjadi,” kata seorang laki-laki
gay berusia 65 tahun. Seorang perempuan berusia 53 tahun berkata “Kita telah melewati hal-hal yang
sangat intens dan hal seperti itu tidak dapat menjadi obsesi. Anda tidak bisa menginginkannya dengan
cara apa pun…mampu bertahan hidup sudah merupakan sesuatu yang berarti.”
Dengan penelitian kualitatif seperti ini, mencapai kesimpulan yang pasti mengenai orang HV positif
yang berusia lebih tua dan seks bukan tujuannya, namun Isabelle Wallach berkomentar bahwa
pembagian jenis kelamin, seksualitas dan kelompok penularan yang muncul dalam studi ini menyarankan
eksplorasi yang lebih lanjut. Sementara banyak peserta menyatakan kehidupan seksual mereka (atau
kekurangan kehidupan seksual mereka), beberapa masih berjuang dengan masalah dari status HIV dan
usia lanjut. Penelitian yang lebih lanjut ke dalam seksualitas pada orang dengan HIV yang berusia lebih
lanjut harus dilakukan.
Ringkasan: The spirit is willing, but... sex in the HIV-positive over-50s
Sumber: Wallach I et al. Love and sex life of people living with HIV 50 years and over: a qualitative research conducted among men and women
in Montreal. Tenth AIDS Impact conference, Santa Fe, New Mexico, abstract 173, 2011.
–2–
Download