Laki-laki gay muda berbicara dengan teman

advertisement
Laki-laki gay muda berbicara dengan teman mereka tentang
kesehatan seksual, tetapi tidak selalu mendapatkan saran
terbaik
Oleh: aidsmap.com, 6 Januari 2011
Laki-laki gay muda di California sering membahas risiko seksual dengan teman baik mereka, para
peneliti menunjukkan. Sementara diskusi ini memiliki potensi untuk mendorong dan mempengaruhi
perilaku seks yang lebih aman, kebanyakan diskusi ini didasarkan oleh asumsi yang salah, seperti
‘mengetahui’ pasangan Anda dengan baik cukup untuk melindungi terhadap infeksi HIV. Selain itu,
saran yang diberikan oleh sahabat perempuan sering berbeda dari yang ditawarkan oleh sahabat gay
laki-laki.
Melaporkan temuan mereka dalam jurnal Health Education Research, Matt Mutchler dan Bryce
McDavitt merekomendasikan bahwa intervensi pencegahan HIV harus dapat membantu anak muda
untuk memiliki diskusi yang lebih membangun dengan teman mereka mengenai kesehatan seksual dan
mengambil risiko seksual.
Para peneliti merekrut 24 laki-laki gay muda (berusia 18 hingga 21 tahun) di Los Angeles. Para peserta
yang mengikuti studi ini harus memiliki teman baik yang mereka kenal selama setidaknya satu tahun dan
yang juga bersedia untuk diwawancarai. Separuh dari peserta menyatakan bahwa teman mereka juga
seorang laki-laki gay, sedangkan separuh mengidentifikasi teman mereka sebagai perempuan
heteroseksual.
Wawancara mendalam untuk setiap pasangan, yang berlangsung sekitar dua jam, kemudian dilakukan
dengan kedua orang bersama-sama. Wawancara ini berfokus pada cara seorang teman berdiskusi satu
dengan yang lain mengenai kencan, hubungan, seks, seks yang lebih aman dan kondom.
Di hampir semua persahabatan, pentingnya seks yang lebih aman telah ditekankan. Banyak yang
mengerti mengenai istilah “harga diri” (mengutamakan kesehatan dan keamanan diri sendiri di atas
keinginan pasangan seksual)/ Banyak teman yang mendorong untuk mempertahankan standar yang
tinggi dalam hal keamanan seksual, dan beberapa akan menanyakan secara spesifik mengenai apakah
teman mereka telah menggunakan kondom dengan pasangan tertentu.
Namun, banyak dari peserta perempuan dan beberapa peserta laki-laki yang berbicara sebagian besar
mengenai memilih pasangan seksual secara hati-hati, dan menaruh sedikit perhatian mengenai
penggunaan kondom atau kegiatan seksual lainnya. Sebagai contoh, mereka menyarankan risiko yang
dapat dihilangkan dengan berada di dalam hubungan monogami, atau dengan menanyai calon pasangan
tentang sejarah seksualnya.
Meskipun teman-teman perempuan sering ingin membantu teman laki-laki gaynya untuk ‘menetap’ dan
memiliki pasangan yang baik, mereka juga terkadang mendorong teman gay mereka untuk mengadopsi
praktek berdasarkan kepercayaan pasangan tanpa mengalamatkan risiko potensial bahwa strategi tersebut
harus dilakukan. Sebagai contoh satu teman perempuan berkata:
“Jika Anda benar-benar tahu orang itu, maka Anda tidak harus khawatir mengenai infeksi menular
seksual… Sebab jika Anda benar-benar mengenal orang tersebut, Anda mengetahui bahwa mereka
tidak memiliki apa pun karena Anda telah mengenal mereka sejak lama. Seperti yang saya katakan
kepada Gary – ia biasanya memiliki pasangan yang acak – bahwa ia tidak tahu apa-apa karena ia baru
saja bertemu dengan orang tersebut. Jadi, maksud saya ia memiliki lebih banyak risiko…Saya
masih berpikir bahwa ia harus belajar dari contoh saya.”
Namun, sejumlah peserta laki-laki berbicara mengenai menggunakan kondom ‘tidak peduli apa pun yang
terjadi’. Ungkapan yang menyampaikan ide bahwa kondom harus digunakan tanpa memandang keadaan,
karakter dari pasangan, keintiman hubungan atau kepercayaan pasangan bahwa ia HIV negatif. Satu
laki-laki muda berkata:
“Anda tidak akan pernah tahu jika pasangan Anda berselingkuh dari Anda atau tidak. Itu sebabnya saya
selalu mengatakan untuk menggunakan kondom, tidak peduli apa pun yang terjadi.”
Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/
Laki-laki gay muda berbicara dengan teman mereka tentang kesehatan seksual, tetapi tidak selalu
mendapatkan saran terbaik
Perilaku menggunakan kondom “tidak peduli apa pun yang terjadi” hanya diungkapkan oleh laki-laki
gay muda dan tidak pernah diungkapkan oleh para perempuan. Ketika para laki-laki memiliki teman
dekat seorang laki-laki gay, hal tersebut menjadi standar bersama dari perilaku yang tegas dan dianjurkan
berulang kali. Ketika teman baik mereka adalah perempuan, para laki-laki terkadang mencoba membujuk
teman perempuan mereka bahwa mereka perlu untuk lebih realistis dan kurang mempercayai tentang
pasangan mereka.
Namun sejumlah laki-laki gay yang menyatakan sikap ini tidak pada saat yang sama mengungkapkan
ide-ide yang tampaknya bertentangan tentang pentingnya memilih pasangan dengan hati-hati.
Selanjutnya, perilaku mereka yang sebenarnya tidak selalu konsisten dengan nasihat mereka.
Secara umum, para peneliti menemukan bahwa diskusi tentang kondom dan seks aman itu biasanya
terbatas dalam perbedaan kecil atau detail. Para teman mungkin bertanya apakah kondom telah
digunakan, tetapi jika jawabannya negatif, mereka tidak akan mengeksplorasi motivasi teman mereka
atau keadaan dari pertemuan itu. Percakapan jarang menyentuh pada pertanyaan tentang bagaimana
untuk mengadvokasi penggunaan kondom dengan pasangan yang enggan menggunakan, apakah akan
menggunakan kondom untuk seks oral atau langkah-langkah yang terlibat dalam menyerah
menggunakan kondom dalam sebuah hubungan.
Para peneliti percaya bahwa melalui percakapan seperti ini, norma kesehatan seksual dan perilaku
seksual dikomunikasikan dan terbentuk.
“Karena dukungan sosial secara umum dikaitkan dengan keseluruhan kesejahteraan seksual di kalangan
pemuda minoritas, membangun niat baik teman-teman pria gay muda tampaknya menjadi jalan yang
menjanjikan untuk meningkatkan perilaku kesehatan,” kata mereka. “Intervensi dapat membangun pada
keinginan yang kuat dari teman sebaya untuk saling membantu, memungkinkan teman untuk
memfasilitasi revisi pola kegiatan seksual yang mencegah hubungan seksual yang tidak aman dan
memperkuat nilai-nilai yang mendasari seks yang lebih aman.”
Mereka berpendapat bahwa intervensi harus membantu teman-teman berkomunikasi satu sama lain,
menantang asumsi bermasalah dan bekerja dengan nilai-nilai yang berbeda dinyatakan oleh teman-teman
laki-laki dan perempuan. Intervensi harus membantu orang muda berpikir mengenai praktek seksual
yang berisiko dan bukan tentang pasangan yang berisiko.
Ringkasan: Young gay men talk to their friends about sexual health, but they don’t always get the best
advice
Sumber: Mutchler MG & McDavitt B. ‘Gay boy talk’ meets ‘girl talk’: HIV risk assessment assumptions in young gay men’s sexual health
communication with best friends. Health Education Research, published online ahead of print, 2010. doi: 10.1093/her/cyq069
–2–
Download