12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tidur 1. Definisi Tidur adalah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tidur
1. Definisi
Tidur adalah suatu keadaan yang ditandai dengan penurunan
kesadaran, berkurangnya aktivitas otot rangka dan penurunan metabolisme
tubuh (Harkreader et al, 2007). Tidur adalah waktu dimana terjadinya
penurunan status kesadaran yang terjadi pada periode waktu tertentu, terjadi
secara berulang, dan merupakan proses fisiologis tubuh yang normal (Potter
dan Perry, 2010).
Tidur merupakan sebuah proses biologis yang umum pada semua
orang dimana individu akan mengalami perubahan status kesadaran yang
didalamnya persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungannya (Kozier et
al, 2010). Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulangulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang
berbeda (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Kesimpulan yang dapat diambil peneliti yaitu, tidur merupakan suatu
keadaan dimana terjadi penurunan statatus kesadaran yang terjadi secara
berulang dan normal dialami oleh semua orang.
2. Fisiologis tidur
Fisiologis tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang melibatkan
hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan
12
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
13
menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun (Potter & Perry, 2010).
Pengaturan mekanisme tidur dan bangun tersebut dipengaruhi oleh sistem
aktivasi retikuler yang selanjutnya disingkat SAR. Sistem Aktivasi Retikuler
(SAR) berlokasi di batang otak teratas, dipercayai terdiri dari sel khusus
yang mempertahankan kewaspadaan dan terjaga. Bila aktivasi SAR
meningkat, oraang tersebut dalam skeadaan sadar. Bila aktivasi SAR
menurun, orang tersebut dalam kedaan tidur. Aktivitas SAR sangat
dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter. Aktivitas SAR juga dipengaruhi
oleh beberapa hormon seperti ACTH, TSH, dan LH (Triyono dalam
Rodiyati, 2011).
Mekanisme serebral secara bergantian mengaktifkan dan menekan
pusat otak agar dapat tertidur dan bangun. Aktivasi tidur diatur oleh sistem
pengaktivasi retikularis yang merupakan sitem yang mengatur seluruh
tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk pengaturan kewaspadaan
dan tidur. Pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons. Selain itu, reticular activating system
(RAS) dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses pikir (Hidayat, 2008).
Reticular
activating
sistem
(RAS)
di
bagian
batang
otak
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran serta memberikan stimulus
visual,
auditori,
nyeri,
dan
sensorik
raba.
Pada
keadaan
sadar
mengakibatkan neuron-neuron dalam RAS melepaskan katekolamin,
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
14
misalnya norepinefrin untuk tetap siaga, Mencoba untuk tidur menutup mata
dan berusaha dalam posisi rileks dengan ruangan gelap dan tenang aktivitas
RAS menurun, pada saat itu bulbar synchronizing regional (BSR)
mengeluarkan serum serotonin (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
3. Jenis dan Tahapan tidur
Dalam prosesnya, tidur dibagi kedalam dua jenis. Pertama, jenis tidur
yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktivasi
reticularis, disebut dengan tidur gelombang lambat (slow wave sleep) karena
gelombang otak bergerak sangat lambat, atau disebut juga tidur non rapid
aye movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh
penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun kegiatan otak
mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut dengan jenis tidur paradox,
atau disebut juga dengan rapid eye movement (REM) (Hidayat, 2008).
a. Tidur Non Rapid Eye Movement (NREM)
Tidur NREM atau tidur gelombang lambat dikenal dengan tidur
yang dalam, istirahat penuh, atau juga dikenal tidur yang nyenyak. Pada
tidur jenis ini, gelombang otak bergerak lebih lambat, sehingga
menyebabkan tidur tanpa mimpi. Tidur gelombang lambat disebut juga
tidur gelombang delta, dengan ciri-ciri; betul-betul istirahat penuh,
tekanan darah menurun, frekuensi nafas menurun, pergerakan bola mata
melambat, mimpi berkurang, dan metabolisme menurun.
1) NREM tahap 1. Tahap ini merupakan tahap antara bangun dan tahap
awal tidur dengan ciri sebagai berikut; rileks, masih sadar dengan
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
15
lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping
kesamping, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat bangun
segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit. Memasuki tahap
ini,
gambaran
EEG
memperlihatkan
gelombang
beta
yang
berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah (Hidayat, 2008)
2) Tahap 2. Tahap 2 merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus
menurun dengan cirri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap,
denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh
menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek dan berakhir
10-15 menit dan gambaran EEG memperlihatkan istirahat tenang pada
gelombang alfa (Hidayat, 2008).
3) Tahap 3. Tahap 3 merupakan tahap tidur dengan cirri denyut nadi dan
frekuensi nafas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh
adanya dominasi sistem saraf parasimpatis, sulit untuk bangun dan
gambaran
EEG
memperlihatkan
tidur
ringan
karena
terjadi
perlambatan gelombang alfa ke jenis teta atau delta yang bervoltase
rendah (Hidayat, 2008).
4) Tahap 4. Tahap 4 merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan
jantung dan pernafasan menurun, jarang bergerak dan sulit
dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun, tonus
otot menurun dan gambaran EEG memperlihatkan tidur nyenyak
karena gelombang lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi
dengan kecepatan 1-2 per detik (Hidayat, 2008).
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
16
b. Tidur Rapid Eye Movement (REM).
Tidur ini berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20
menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama terjadi selama 80-100
menit, akan tetapi apabila kondisi sangat lelah, maka awal tidur sangat
cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri-ciri tidur REM adalah sebagai
berikut (Hidayat, 2008): 1) Biasanya disertai dengan mimpi yang aktif. 2)
Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang
lambat. 3) Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan,
menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi
retikularis. 4) Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur. 5)
Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur. 6) Mata
cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah
meningkat ataua berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme
meningkat. 7) Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga
berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi
4. Fungsi tidur
Fungsi tidur ada lima menurut Harkreader, et al (2007), antara lain:
a. Sebagai penyimpan energi dan pemulihan, energi tinggi yang digunakan
selama beraktivitas di siang hari diseimbangkan dengan penurunan
energi di malam hari. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan tidak
adanya kontraksi otot, menyimpan energi kimia untuk proses seluler.
Laju metabolisme menurun 5-25% selama tidur, hal ini menunjukkan
bahwa tubuh berusaha untuk menyimpan energi.
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
17
b. NINDS (2005) berpendapat bahwa aktivitas pada bagian otak yang
mengatur emosi, proses membuat keputusan, dan interaksi sosial
menurun secara drastis selama tidur dalam, sehingga dapat membantu
seseorang untuk mempertahankan emosional, dan fungsi sosial secara
optimal ketika terbangun.
c. Tidur memberikan waktu kepada neuron untuk beristirahat dan
memulihkan diri. Tidur juga penting bagi sistem syaraf untuk bekerja
dengan baik. Seseorang yang hanya tidur sebentar saat terbangun masih
mengantuk dan tidak mampu berkonsentrasi di keesokan harinya dan
mengalami gangguan memori, penampilan fisik serta berkurangnya
kemampuan untuk berhitung. Untuk itu, tidur REM terlihat penting untuk
pemulihan kognitif, membantu penyimpanan memori dan pembelajaran.
Selama tidur, otak menyaring informasi yang disimpan tentang aktivitas
hari tersebut.
d. Ficca dan Salzarulo (2004) memberikan hipotesis bahwa tidur NREM
dan REM membantu dalam proses memori saat orang tertidur. Deprivasi
tidur merupakan hasil dari seseorang yang tidak mendapatkan waktu
tidur yang cukup. Selama tidur dalam (NREM tahap 4), tubuh
melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan
memperbaiki sel epitel dan khusus untuk sel otak. Tidur NREM menjadi
sangat penting khususnya pada anak-anak. Tidur juga memiliki peran
untuk memulihkan penyakit, mengontrol nyeri, mengurangi kelelahan,
meningkatkan sirkulasi darah ke otak, meningkatkan sintesis protein,
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
18
menyeimbangkan mekanisme melawan penyakit pada sistem imun,
membantu tubuh melakukan detoksifikasi alami untuk membuang racun
dalam
tubuh,
meningkatkan
perbaikan
dan
pertumbuhan
sel,
meningkatkan penyembuhan dan menurunkan ketegangan (Potter &
Perry, 2010).
e. Tidur memberikan pengaruh fisiologis pada sistem saraf dan struktur
tubuh lain. Tidur memulihkan tingkat aktivitas normal dan keseimbangan
normal nrmal di antara bagian sistem saraf. Tidur juga penting untuk
sintesis protein, yang memungkinkan terjadinya proses perbaikan. Peran
tidur
dalam
kesejahteraan
psikologis
paling
terlihat
dengan
memburuknya fungsi mental akibat tidak tidur (Kozier et al, 2010).
B. Kualitas Tidur
1. Definisi kualitas tidur
Kualitas tidur adalah karakter tidur yang penting yang diperlihatkan
oleh individu. Kualitas tidur merupakan perilaku individu mengenai
kenyenyakan tidur, persepsi tentang pergerakan selama dan pengkajian
umum dari kualitas tidur. Kualitas tidur yang baik diperlihatkan dengan
mudahnya seseorang memulai tidur pada jam tidur, mempertahankan tidur,
menginisiasi untuk tidur kembali setelah terbangun di malam hari, dan
peralihan dari tidur dan bangun di pagi hari dengan mudah (Le Bourgeosis
et al, 2005). Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk
mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur Rapid
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
Eye Movement (REM) dan Non Rapid Eye Movement (NREM) yang pantas
(Kozier et al, 2010).
Menurut Stamburg & Olsen (1997) dalam Syarif (2005), beberapa
variabel dan parameter yang berhubungan dengan tidur adalah waktu yang
dihabiskan ditempat tidur, kuantitas tidur atau total waktu yang dibutuhkan
untuk tidur, waktu atau persentase yang dihabiskan pada tahapan-tahapan
tidur, waktu yang diperlukan untuk tertidur, kesulitan atau kemudahan
dalam tertidur, kebiasaan tidur, penggunaan obat-obat untuk tidur,
kepuasaan terhadap tidur, kemudahan atau kesulitan untuk terbangun di pagi
hari, rasa segar saat bangun dari tidur, kecapekan dan rasa berenergi saat
beraktivitas. Persepsi mengenai kualitas tidur ini sangat bervariasi dan
individual dapat dikaji dengan cara subjektif yaitu hasil dari ungkapan
individu terhadap apa yang dirasakan sebelum dan sesudah tidur.
2. Faktor yang mempengaruhi kualitas tidur
Potter & Perry (2010) menyatakan bahwa kualiatas tidur individu
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas tidur antara lain :
a. Penyakit
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik
atau masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi dapat
mempengaruhi tidur. Penyakit juga memaksa klien untuk tidur dalam
posisi yang tidak bisa seperti ketika tangan atau lengan diimobilisasi
pada traksi yang pada akhirnya mengganggu tidur.
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
b. Stress emosional
Kecemasan tentang masalah pribadi dapat mempengaruhi situasi
tidur. Stres menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali
mengarah frustasi apabila tidak tdur. Kemudian seseorang tersebut
mencoba untuk tidur, namun selama siklus tidurnya klien sering
terbangun atau terlalu banyak tidur (hipersomnia). Stress yang berlanjut
dapat mempengaruhi kebiasaan tidur yang buruk.
c. Obat-obatan
Obat tidur seringkali membawa efek samping. Dewasa muda dan
dewasa tengah dapat mengalami ketergantungan obat tidur untuk
mengatasi stresor. Lansia seringkali menggunakan variasi obat untuk
mengontrol dan mengatasi sakit kroniknya, dan beberapa obat dapat
mengganggu tidur.
Dari daftar obat di PDR 1990, dengan 584 obat resep atau obat
bebas menuliskan mengantuk sebagai salah satu efek samping, 486
menulis insomnia, 281 menyebabkan kelelahan. Lansia seringkali
menggunakan variasi obat untuk mengontrol penyakit kroniknya (Potter
dan Perry, 2010). Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan
gangguan tidur antara lain: diuretik menyebabkan insomnia, antidepresan
menyupresi REM, kafein meningkatkan saraf simpatis, beta-bloker
menimbulkan insomnia dan Narkotika menyupresi REM (Tarwoto dan
Wartonah, 2010).
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
d. Lingkungan
Lingkungan tempat orang tidur berpengaruh pada kemampuan
untuk tertidur. Ventilasi yang baik memberikan kenyamanan untuk tidur
tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur mempengaruhi
kualitas tidur. Tingkat cahaya, suhu dan suara dapat mempengaruhi
kemampuan untuk tidur. Ada sebagian individu yang menyukai tidur
dengan lampu yang dimatikan, remang-remang atau tetap menyala. Suhu
yang panas atau dingin bisa menyebabkan individu gelisah. Beberapa
orang menyukai kondisi tenang untuk tidur dan ada yang menyukai suara
untuk membantu tidurnya seperti dengan musik lembut.
Ukuran, kekerasan, dan posisi mempengaruhi kualitas tidur. Tidur
tanpa ketenangan adanya suara keras atau tingkat kebisingan yang tinggi,
tingkat cahaya yang tinggi dan suhu ruangan yang tidak nyaman dapat
mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Suara juga mempengaruhi tidur,
Webster dan Thompson (1986) menyatakan tingkat suara yang
diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur
(Potter dan Perry, 2010).
e. Asupan Makanan
Makan besar, berat, dan atau berbumbu pada makan malam dapat
menyebabkan tidak dapat dicerna yang akhirnya mengganggu tidur.
Kafein dan alkohol yang dikonsumsi pada malam hari mempunyai efek
produksi-insomia sehingga mengurangi atau menghindari zat tersebut
secara
drastis
adalah
strategi
penting
yang
digunakan
untuk
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
meningkatkan tidur. Alergi makanan juga dapat menyembuhkan
insomnia.
f. Aktivitas Fisik dan kelelahan
Seseorang yang kelelahan menengah biassanya memeperoleh tidur
yang baik, khususnya jika kelelahan tersebut hasil dari kerja atau latihan
yang menyenangkan.
3. Pengukuran kualitas Tidur
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) adalah suatu metode penilaian
yang berbentuk kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur
dan gangguan tidur orang dewasa dalam interval satu bulan. PSQI
dikembangkan untuk beberapa tujuan, seperti untuk memberikan ukuran
yang valid dan memiliki nilai kualitas tidur yang terstandar, untuk
membedakan antara orang dengan tidur yang baik atau memiliki gangguan
tidur, dan untuk memudahkan peneliti untuk menafsirkan dan penilaian
klinis yang berguna untuk menentukan kualitas tidur seseorang. Ketentuan
kuisioner PSQI:
a. PSQI terdiri dari 19 kuesioner tersebut tidak diikutkan dalam perhitungan
dan hanya digunakan untuk informasi medis saja.
b. Sembilan belas kuesioner yang berkaitan untuk penilaian individu
tersebut diberikan mampu menilai varietas yang sangat luas berkaitan
dengan kualitas tidur seseorang termasuk estimasi dari durasi tidur,
latensi tidur, frekuensi tidur serta tingkat keparahan permasalahan tidur
seseorang.
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
c. Sembilan belas item ini akan digrupkan kedalam 7 komponen skor,
antara lain : kualitas tidur, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi kebiasaan
tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, disfungsi tidur di siang hari
d. Tiap itemnya dibobotkan dengan bobot seimbang dalam rentang skala 03. Ketujuh komponen tersebut pada akhirnya akan dijumlahkan sehingga
didapatkan skor global PSQI yang memiliki rentang skor 0-21.
C. Perawat
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan biopsikososial dan spiritual
yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia
(Hidayat, 2008).
Asuhan keperawatan dilakukan dilakukan dalam upaya peningkatan
kesehatan,
pencegahan
penyakit,
penyembuhan,
pemulihan
serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan
utama (primary health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai
kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai
dengan wewenang tanggung jawab serta etika profesi keperawatan, yang
memungkinkan setiap penduduk / orang mencapai kemampuan hidup sehat
dan produktif. Rangkaian kegiatan praktik keperawatan yang diberikan pada
klien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dalam menggunakan
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etika
dan etiket keperawatan disekolah secara profesional dalam kontek
kebutuhan asuhan keperawatan (Gaffar, 2009).
Menurut Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
perawat adalah mereka yang memiliki keahlian dan kualifikasi yang diberi
kewenangan berdasarkan pendidikannya setelah melalui proses registrasi
dan pemberian izin dari pemerintah sesuai dengan peraturan perundangundangan. Ellis dan Hartley (1984) menjelaskan pengertian perawat yaitu
seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan
melindungi seseorang karena sakit, cedera dan proses penuaan (Gaffar,
2009).
Organisasi Keperawatan Sedunia yaitu International Council of
Nurses atau ICN (1972) merumuskan fungsi unik perawat yaitu melakukan
pengkajian dari individu sehat maupun sakit dimana segala aktivitas yang
dilakukan berguna untuk kesehatan atau pemulihan kesehatan berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki. Aktivitas ini dilakukan dengan berbagai cara
untuk mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin (Gaffar, 2009).
Perawat
dalam
melaksanakan
tugas
perawatan
harus
selalu
mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien serta tidak mengabaikan
dirinya. Menurut Abraham Maslow, bahwa kebutuhan dasar manusia yang
nomor dua adalah kebutuhan rasa aman tersebut terhadap pasien yang
dirawatnya. Lingkungan tempat perawatan pasien yang tertib dan aman
akan membantu mempercepat penyembuhan pasien, untuk itu bila
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
melaksanakan tugas harus memperhatikan prinsip keamanan keselamatan
dan kesehatan kerja (Tarigan dalam Sriyati, 2008).
D. Tekanan Darah
1. Definisi
Tekanan darah adalah kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah
yang didorong dengan tekanan dari jantung (Potter dan Perry, 2010).
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri.
Tekanan puncakterjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan
sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung
beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan
sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar
dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80
(Smeltzer & Bare, 2012)
2. Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Tekanan darah tidak konstan namun dipengaruhi oleh banyak faktor
secara kontinu sepanjang hari. Tidak ada pengukuran tekanan darah yang
dapat secara adekuat menunjukan tekanan darah klien. Meskipun saat dalam
kondisi yang paling baik, tekanan darah berubah dari satu denyut jantung ke
denyut lainnya.
a. Usia
Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan.
Meningkat masa anak-anak. Tingkat tekanan darah anak-anak atau
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
remaja dikaji dengan memperhitungkan ukuran tubuh atau usia. Tekanan
darah dewasa cenderung meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Lansia tekanan sistoliknya meningkat sehubungan dengan penurunan
elastisitas pembuluh darah.
Tabel 2.1 Tekanan Darah Normal Rata - Rata
Usia
Tekanan darah mmHg
Bayi baru lahir ( 3000 gr )
40 ( rerata )
1 bulan
85/54
1 tahun
9565
6 tahun
105/65
10 – 13 tahun
110/65
14- 17 tahun
120/75
Dewasa tengah
120/80
Lansia
140/90
(Sumber : Potter dan Perry, 2005 dalam Hamarno, R, 2010 )
b. Stres
Ansietas, takut, nyeri dan stres emosi mengakibatkan stimulasi simpatik
yang meningkat frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vaskuler
perifer. Efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah. Stres
adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan
seseorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Potter dan
Perry, 2010).
c. Ras
Frekuensi hipertensi (tekanan darah tinggi) pada orang Afrika Amerika
lebih tinggi dari pada orang Eropa Amerika. Kematian yang dihubungkan
dengan
hipertensi
juga
lebih
banyak
orang
Afrika
Amerika.
Kecenderungan populasi ini terhadap hipertensi diyakini berhubungan
dengan genetik dan lingkungan.
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27
d. Jenis Kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah
pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah punertas, pria cenderung
memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause,
wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria
pada usia tersebut.
E. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit darah
tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada diatas
batas normal atau optimal yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg
untuk diastolik. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena
penderita
tidak
mengetahui
dirinya
mengidap
hipertensi
sebelum
memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka
waktu lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Baradero et al,
2008).
Hipertensi adalah tekanan darah dimana sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan diastolik lebih besar dari 90 mmHg (Casey dan Benson, 2006).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi
batas normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan
kecepatan denyut jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28
darah tepi dan peningkatan volume aliran darah darah (Hani et al, 2010).
Hipertensi (tekanan darah tinggi) didefinisikan sebagai peningkatan
dari tekanan darah sistolik pada tingkat 140 mmHg atau lebih tinggi dan
tekana darah diastolik pada tingkat 90 mmHg atau lebih tinggi yang
didasarkan dari rata-rata 2 atau lebih pengukuran dalam waktu yang berkala
(LeMone & Burke, 2008).
Menurut WHO, batas tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi. Batasan tersebut diperuntukkan bagi individu
dewasa di atas 18 tahun.
2. Patofisiologi Hipertensi
Patofisiologi pasti yang menyokong hipertensi primer belum
ditetapkan. Banyak faktor yang menghasilkan perubahan tekanan vakuler
perifer, jumlah nadi atau volume sekuncup yang mempengaruhi tekanan
darah arterial sistemik. Empat sistem kontrol yang berperan besar dalam
mempertahankan tekanan darah yaitu :
a. Sistem baroreseptor arteri dan kemoreseptor.
Baroreseptor dan kemoreseptor arteri bekerja untuk mengontrol tekanan
darah. Baroreseptor memonitor tingkat tekanan darah dan melakukan
perlawanan bila terjadi peningkatan dengan cara vasodilatasi dan
menurunkan kecepatan nadi melalui saraf vagus. Kemoreseptor peka
terhadap perubahan konsentrasi oksigen, karbondioksida dan ion
hidrogen dalam darah. Peran baroreseptor dan kemoreseptor dalam
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29
hipertensi belum dapat dipahami dengan baik. Reseptor yang teregang
mungkin menjadi tidak peka menyebabkan harus terus menerus untuk
disetel sehingga meningkatkan tekanan yang berkelanjutan. Autoregulasi
kemoreseptor mungkin menyebabkan perubahan volume darah dan
rangsangan berlebihan simpatik terjadi.
b. Regulasi volume cairan tubuh
Perubahan volume cairan mempengaruhi tekanan arteri sistemik. Ketidak
normalan transport sodium dalam tubulus ginjal mungkin menyebabkan
hipertensi primer. Peningkatan sodium dan cairan berlebih, volume darah
total meningkat sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat.
c. Sistem renin – angiotensin tubuh
Renin adalah enzim yang dihasilkan oleh ginjal untuk merubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I. Angiotensin I kemudian dirubah
oleh converting enzyme yang dikeluarkan oleh paru menjadi angiotensin
II. Angiotensin II sebagai vasokonstriktor dan merangsang pengeluaran
aldosteron.
d. Autoregulasi vaskuler
Hipertensi juga dapat terjadi karena kirangnya zat vasodilator seperti
prostaglandin, ketidaknormalan kongenital dalam tahanan pembuluh
darah atau gangguan sekresi neuroendokrin.
3. Tanda Gejala
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer atau idiopatik yang berarti hipertensi yang tidak jelas
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30
etiologinya. Hipertensi esensial bersifat multifaktor, antara lain faktor
genetik dan faktor lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan
terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga.
Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensitivitas terhadap natrium,
kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vaskuler, dan resistensi
urin. Pada faktor lingkungan ada 3 hal yang dapat menyebabkan
hipertensi, yaitu konsumsi garam (natrium) berlebihan, stress psikis dan
obesitas. Awitan hipertensi esensial biasanya terjadi antara usia 20
sampai 50 tahun (Casey dan Benson, 2006).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang dapat diketahui penyebabnya,
seperti penyakit ginjal (hipertensi renal), penyakit endokrin (hipertensi
endokrin) dan obat. Sekitar 20 % populasi dewasa mengalami hipertensi,
90 % diantaranya menderita hipertensi esensial dan 5 – 8 % diantaranya
tergolong hipertensi sekunder.
4. Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi
Menurut Black & Hawk (2005) dan LeMone & Burke (2008) faktor risiko
terjadinya hipertensi adalah :
a. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
1) Riwayat Keluarga
Hipertensi dihasilkan dari banyak gen dan faktor dalam seseorang
dalam suatu keluarga yang menderita hipertensi. Faktor genetik
membuat keluarga menderita hipertensi berkaitan dengan peningkatan
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31
jumlah sodium di intraseluler dan penurunan ratio potassium dan
sodium. Klien dengan kedua orangtuanya menderita hipertensi lebih
besar resikonya terjadi pada usia lebih muda.
2) Usia
Hipertensi primer muncul antara usia 30 - 50 tahun. Angka kejadian
meningkat pada usia 50 - 60 tahun dari pada usia 60 tahun lebih. Studi
epidemiologi, prognosis lebih buruk bila klien menderita hipertensi
usia muda.
3) Jenis Kelamin
Secara umum angka kejadian hipertensi lebih tinggi laki-laki dari pada
wanita sampai usia 55 tahun. Antara usia 55 – 74 tahun resikonya
hampir sama, setelah usia 74 tahun wanita lebih besar resikonya.
4) Etnik
Angka kematian pada hipertensi orang dewasa, berturut-turut terjadi
paling rendah pada wanita kulit putih yaitu 4,7 %, pria kulit putih 6,3
%, pria kulit hitam 22,5 %, dan yang paling tinggi adalah wanita kulit
hitam yaitu 29,3 %. Alasan peningkatan pada kulit hitam itu tidak
jelas tetapi peningkata ini didukung oleh tanda jumlah renin yang
lebih rendah, sensitivitas vasopresin lebih tinggi, pemasukan garam
lebih tinggi dan stres lingkungan yang lebiih tinggi.
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32
b. Faktor yang dapat dimodifikasi
1) Stres
Faktor lingkungan atau kejadian, tipe personal dan fenomena fisik
dapat menyebabkan stres. Stres meningkatkan tahanan vaskuler
perifer dan kardiak output dan merangsang aktifitas sistem saraf
simpatik, selanjutnya hipertensi dapat terjadi. Pada hipertensi primer
peran stres belum jelas, tetapi bila sering dan berkelanjutan dapat
menyebabkan hipertropi otot halus vaskuler atau mempengaruhi jalur
koordinasi pusat di otak.
2) Kegemukan
Kegemukan terutama pada bagian tubuh atas dimana terjadi
peningkatan jumlah lemak di pinggang, abdomen dapat dihubungkan
dengan perkembangan hipertensi. Seseorang yang kelebihan berat
badan pada daerah pantat, pinggul dan paha beresiko lebih rendah
untuk terjadi hipertensi sekunder.
3) Zat makanan
Mengkonsumsi tinggi sodium dapat menjadi faktor penting terjadinya
hipertensi
primer.
Diet
tinggi
garam
mungkin
merangsang
pengeluaran hormon natriuretik yang mungkin secara tidak langsung
meningkatkan tekanan darah. Muatan sodium juga merangsang
mekanisme vasopresor dalam sistem saraf pusat. Studi juga
menunjukan bahwa diet rendah kalsium, kalium, dan magnesium
berkontribusi terhadap hipertensi.
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33
4) Penyalahgunaan zat
Merokok, pengkonsumsi alkohol berat, penggunaan obat terlarang
merupakan faktor terjadinya hipertensi. Nikotin dan obat-obatan
seperti kokain dapat menyebabkan tekanan darah meningkat segera
dan menjadi ketergantungan sehingga dapat menyebabkan terjadinya
hipertensi di lain waktu. Angka kejadian hipertensi lebih tinggi pada
klien yang minum lebih dari 30 cc etanol setiap hari. Dampak kafein
masih kontroversial, kafein meningkatkan tekanan darah akut tetapi
tidak menghasilkan efek berkepanjangan.
5. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa menurut Program Pendidikan
Tekanan Darah Tinggi Nasional tahun 2003, laporan ketujuh menurut JNC
(The Joint National Committee) seperti pada tabel di bawah ini (Black &
Hawk, 2005)
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Dewasa
Klasifikasi tekanan
Sistolik
Diastolik
darah
Normal
Dibawah 130 mmHg
Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi
130 - 139 mmHg
85 – 89 mmHg
Hipertensi tingkat 1
140 – 159 mmHg
90 – 99 mmHg
Hipertensi tingkat 2
160 – 179 mmHg
100 - 109 mmHg
Hipertensi tingkat 3
180 – 209 mmHg
110 – 119 mmHg
Hipertensi tingkat 4 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(Sumber : Triyanto, 2014)
6. Manifestasi Klinik
Pada tahap awal perkembangan hipertensi, tidak ada manifestasi
klinik yang dirasakan oleh klien. Kadang – kadang tekanan darah akan naik
dan jika tidak dilakukan pemeriksaan dengan rutin klien tidak sadar tekanan
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
34
darahnya meningkat. Jika ini tidak terdiagnose maka tekanan darah akan
meningkat terun dan muncul manifestasi klinik. Klien akan melaporkan
keluhan seperti nyeri kepala yang menetap, kelelahan, pusing, berdebar –
debar, penglihatan kabur atau epistaksis (Black & Hawk, 2005). Penyakit
arteri koronaria seperti angina pectoris dan infark miokard juga dapat terjadi
sebagai konsekuensi adanya hipertensi. Hipertropi ventrikel kiri juga dapat
terjadi sebagai akibat peningkatan kerja ventrikel melawan tekanan sistemik
yang meningkat. Gagal jantung kerusakan ginjal dan gangguan vaskuler di
otak juga dapat ditemukan (Smeltzer & Bare, 2012).
7. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi akan menimbulkan komplikasi atau kerusakan pada berbagai
organ sasaran, yaitu pembuluh darah otak, mata, jantung, dan ginjal
(Sustrani, Alam & Hadibroto, 2015) sebagai berikut :
a. Komplikasi pada otak
Tekanan darah yang terus menerus tinggi menyebabkan kerusakan pada
dinding pembuluh darah yang disebut disfungsin endotel. Hal ini memicu
pembentukan plak aterosklerosis dan trombosis (pembekuan darah yang
berlebihan). Akibatnya, pembuluh darah tersumbat dan jika penyumbatan
terjadi pada pembuluh darah otak dapat menyebabkan stroke.
b. Komplikasi pada mata
Komplikasi pada mata dapat menyebabkan retinopati hipertensi dan
dapat menimbulkan kebutaan.
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
35
c. Komplikasi pada jantung
1) Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Selain pada otak, penyumbatan pembuluh darah juga dapat terjadi
pada pembuluh koroner dan dapat menyebabkan PJK dan kerusakan
otot jantung (infark jantung).
2) Gagal jantung
Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot
jantung akan menyesuaikan sehingga terjadi pembesaran jantung dan
semakin lama otot jantung akan mengendor dan berkurang
elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak
mampu lagi memompa dan menampung darah dari paru sehingga
banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak nafas atau edema. Kondisi seperti ini disebut
gagal jantung.
d. Komplikasi pada ginjal
Hipertensi dapat menyebabkan pembuluh darah pada ginjal mengkerut
(vasokonstriksi) sehingga aliran nutrisi ke ginjal terganggu dan
mengakibatkan kerusakan sel-sel ginjal yang pada akhirnya terjadi
gangguan fungsi ginjal.
8. Penatalaksanaan
a. Modifikasi gaya hidup
Fakta penelitian yang kuat menyatakan bahwa modifikasi gaya hidup
efektif menurunkan tekanan darah dan resiko yang minimal. Menurut
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36
JNC 7, modifikasi gaya hidup di sarankan untuk dijadikan terapi secara
definitif digaris pertama sekurang kurangnya 6-12 bulan setelah
diagnosis awal.
b. Penurunan berat badan
Turunkan berat badan ke normal (IMT 18,5-24,9 kg), menurunkan berat
badan bisa merendahkan tekanan darah sistolik 5-20 mmHg per 10 kg
penurunan berat badan (Karyawan, 2009). Kelebihan berat badan, yang
ditunjukan dengan IMT bila melebihi 27 kg, berhubungan kuat dengan
peningkatan tekanan darah (Black & Hawk, 2005).
c. Pembatasan sodium
Kira – kira 40 % orang dengan hipertensi peka terhadap sodium. Diet
garam < 100 mmol/hari (2,4 gr atau 6 gr) bisa menurunkan tekanan darah
sistolik 2-8 mmHg. Pembatsan sedang pemasukan sodium (6 gr garam)
dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada beberapa kasus
hipertensi tingkat 1.
d. Modifikasi diet lemak
Modifikasi masukan diet lemak dapat menurunkan lemak jenuh dan
meningkatkan lemak tak jenuh sehingga membeirikan dampak penurunan
tekanan darah tetapi juga menurunkan tingkat kolesterol. Ditambah lagi
rekomendasi DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) diet
yang dianjurkan adalah kaya buah-buahan, sayur-sayuran, kacangkacangan, dan makanan rendah lemak.
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
37
e. Latihan
Rutin olahraga minimal 30 menit per hari bisa menurunkan tekanan
darah sistolik 4-9 mmHg. Tekanan darah dapat diturunkan dengan
aktifitas sedang seperti berjalan cepat 30-45 menit sesering mungkin
dalam satu minggu.
f. Pembatasan alkohol
Konsumsi lebih dari 30 cc alkohol per hari meningkatkan kejadian
hipertensi, kadang-kadang sulit disembuhkan dan terapi anti hipertensi
yang jelek. Menghindari alkohol bisa menurunkan tekanan darah sistolik
2-4 mmHg.
g. Pembatasan kafein
Meskipun minum kafein yang cepat dapat meningkatkan tekanan darah,
minum yang terus menerus tidak memberikan efek terhadap peningkatan
tekanan darah. Bagaimanapun juga pembatasan kafein tidak begitu
penting kecuali memberikan respon yang berlebihan kepada jantung.
h. Teknik relaksasi
Berbagai terapi relaksasi seperti relaksasi otot progresif, meditasi
transcendental, yoga, biofeedback dan psikoterapi dapat menurunkan
tekanan darah pada klien hipertensi.
i. Larangan merokok
Meskipun merokok tidak berhubungan statistik terhadap perkembangan
hipertensi, nikotin dapat meningkatkan jumlah nadi dan menghasilkan
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
38
vasokonstriksi perifer yang mana tekanan darah dapat meningkat dalam
waktu pendek atau setelah merokok.
j. Suplemem kalium, kalsium, magnesium, serat dan vitamin C
Rasio yang tinggi dari netrium dan kalium dapat dipertanggungjawabkan
terjadinya perkembangan hipertensi. Mengkonsumsi makanan yang
mengandung kalium, kalsium, magnesium, serat dan vitamin C mungkin
membantu dalam menurunkan tekanan darah. Pola makan sehat dapat
menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mmHg.
k. Intervensi farmakologi
Obat anti hipertensi dapat diklasifikasikan dalam beberpa katagori yaitu
diuretik, antagonis adrenergic alfa dan beta (beta blocker), vasodilator,
kalsium antagonis, ACE inhibitor dan angiotensin reseptor bloker. Jika
terapi dipilih dengan hati-hati, lebih dari setengah kasus hipertensi ringan
dapat dikontrol dengan saru atau dua obat. Banyak klien membutuhkan
dua atau tiga obat untuk menurunkan tekanan darah.
F. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Tekanan Darah
Hipertensi dapat merusak sel-sel yang melapisi dinding dalam arteri,
sehingga tidak lagi halus. Biasanya lemak gemar menumpuk pada dinding
arteri yang rusak ini, sehingga menimbulkan plak dan mengeraskan dinding
arteri, ini dikenal dengan sebutan arterioskeloris. Kejadian ini menyebabkan
terhambatnya suplai darah ke organ-organ tubuh seperti ke jantung, ginjal,
otak, tangan dan kaki. Selanjutnya dapat menyebabkan angina (nyeri dada),
serangan jantung, gagal jantung, gagal ginjal, stroke, sumbatan pada tangan
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
39
dan kaki (penyakit arteri perifer), dan aneurisme (Sihombing, 2008).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu faktor umur,
jenis kelamin, genetik, nutrisi, obesitas, olah raga, stres, merokok dan kualitas
tidur (Susilo & Wulandari, 2011). Dari beberapa faktor yang mempengaruhi
tekanan darah, tidur merupakan suatu fenomena dasar yang penting bagi
kehidupan, kurang lebih sepertiga dari kehidupan manusia dijalankan dengan
tidur. Tidur adalah fenomena alami, tidur menjadi kebutuhan hidup manusia.
Tidur merupakan bagian hidup manusia yang memiliki porsi banyak, rata-rata
hampir seperempat hingga sepertiga waktu digunakan untuk tidur. Tidur
merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel
tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (Natural Healing
Mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk
menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Noviani et al,
2011).
Tidur dapat mempengaruhi fungsi sistem saraf otonom simpatis maupun
parasimpatis yang dapat menjejaskan tekanan darah. Pada waktu tidur yang
normal, akan terjadi penurunan tekanan darah relatif sekitar 10-20 persen jika
dibandingkan dengan saat kita berada keadaan sadar (Calhoun dan Harding,
2010). Walaupun mekanismenya belum jelas secara pasti, tetapi berdasarkan
penelitian yang diteliti pada journal of the American Heart Association,
ditemukan bahwa penurunan durasi tidur akan mengakibatkan gangguan
endokrin dan metabolik yang sangat berpengaruh dalam mengatur regulasi
tekanan darah sehingga terjadi gangguan dalam meningkatkan resiko terjadinya
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
40
hipertensi. Selain itu, juga dilaporkan bahwa durasi tidur yang rendah dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi, tetapi efisiensi tidur yang rendah
dilaporkan menyebabkan hipertensi dibandingkan dengan durasi tidur yang
rendah (Javaheri et al, 2012).
Menurut Calhoun & Harding (2010), apabila tidur mengalami gangguan
dan tidak terjadi penurunan tekanan darah saat tidur, maka akan meningkatkan
risiko terjadinya hipertensi yang berujung kepada penyakit kardiovaskular.
Setiap 5% penurunan normal yang seharusnya terjadi dan tidak dialami oleh
seseorang, maka kemungkinan 20% akan terjadi peningkatan tekanan darah.
Selain itu salah satu faktor dari kualitas tidur yang buruk yaitu kebiasaan durasi
tidur yang pendek juga dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah.
Kebutuhan waktu tidur bagi setiap orang adalah berlainan, tergantung pada
kebiasaan yang dibawa selama perkembangannya menjelang dewasa, aktivitas
pekerjaan, usia dan kondisi kesehatan. Kurang tidur yang berkepanjangan
dapat mengganggu kesehatan fisik dan psikis. Dari segi fisik, kurang tidur akan
menyebabkan muka pucat, mata sembab, badan lemas dan daya tahan tubuh
menurun sehingga mudah terserang penyakit. Adapun dari segi psikis, kurang
tidur akan menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga
penderita akan menjadi lesu, lamban menghadapi rangsangan dan sulit
berkonsentrasi (Endang, 2007 dalam Komalasari, 2012).
Ketidakcukupan kualitas dan kuantitas tidur dapat merusak memori dan
kemampuan kognitif. Bila hal ini berlanjut hingga bertahun-tahun, akan
berdampak pada tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke, hingga
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
41
masalah psikologis seperti depresi dan gangguan perasaan lain. Apabila hal ini
berlangsung dalam waktu yang lama, akan menyebabkan individu tersebut
mengalami kurang tidur yang mengakibatkan peningkatan risiko penyakit yang
dideritanya (Potter & Perry, 2010).
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
42
G. Kerangka Teori
Kerangka teori atau kerangka pikir adalah kesimpulan dari Tinjauan
Pustaka yang berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau
berhubungan dengan penelitian yang akan dilaksanakan (Suparyanto, 2009)
Tekanan Darah
1. Rendah
2. Normal
3. Tinggi
Faktor yang mempengaruhi
Tekanan Darah:
a. Faktor umur
b. Jenis kelamin
c. Genetic
d. Nutrisi
e. Obesitas
f. Olahraga
g. Stress
h. Merokok
i. Kualitas tidur
Faktor yang mempengaruhi
tidur:
a. Faktor dari dalam (intrinsik)
yaitu: kecemasan, motivasi
dan umur.
b. Faktor dari luar (ekstrinsik)
yaitu: gaya hidup, aktivitas,
penggunaan
obat-obatan,
gangguan medis umum dan
lingkungan)
Kualitas Tidur
1. Kualitas
tidur baik
2. Kualitas
tidur buruk
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber: Potter and Perry (2010), Maryam (2008), Susilo & Wulandari (2011)
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
43
H. Kerangka Konsep
Kerangka konsep atau kerangka berfikir merupakan dasar pemikiran
pada penelitian yang dirumuskan dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan
pustaka. Kerangka konsep menurut teori, dalil atau konsep-konsep yang akan
dijadikan dasar untuk melakukan penelitian (Saryono, 2009)
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Kualitas Tidur
Tekanan Darah
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Ket:
= diteliti
I. Hipotesis
Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,
patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian, maka hipotesis dapat benar
atau salah, bisa diterima bisa ditolak (Notoatmodjo, 2010). Adapun hipotesis
dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara kualitas tidur dengan tekanan
darah perawat kelas III di RSUD dr. R. Goetoeng Taroenadibrata Purbalingga
Tahun 2017.
Hubungan Antara Kualitas Tidur..., Ajeng Tyas Wijayanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
Download