ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN SUKU BUNGA BANK INDONESIA TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA (PERIODE 2012-2014) SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.) Disusun Oleh: ARIFIN ACHMAD IRFAN NIM. 21311012 PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015 i ii iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Assalamu’alaikum Wr. Wb. Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Arifin Achmad Irfan NIM : 21311012 Jurusan : S1 Perbankan Syariah Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Bank Indonesia Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2012-2014)” adalah benar-benar merupakan hasil karya penulis sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dimaklumi dan digunakan sebagaimana perlunya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, 2 November 2015 Yang menyatakan, Arifin Achmad Irfan iv HALAMAN MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap (Q.S Al-Insyirah: 6-8) Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. (Ernest Newman) Stop dreaming and start doing, Do the best and pray. God will take care of the rest. v HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk: Kedua orang tua dan keluarga tercinta Para guru dan dosenku Keluarga besarku Sahabat-sahabatku Almamater Institut Agama Islam Negeri Salatiga vi ABSTRAK Arifin Achmad Irfan, 2015. Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2012-2014). Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Program Studi S1 Perbankan Syariah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Fetria Eka Yudiana, M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel inflasi dan suku bunga BI terhadap kinerja keuangan yang diproksi oleh Return On Asset (ROA), dan Return On Equity (ROE). Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu empat bank umum syariah devisa periode 2012-2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulanan bank. Analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda menggunakan SPSS 21.0 dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap ROA dan ROE, variabel suku bunga BI berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan ROE. Dari hasil perhitungan statistic diketahui variabel suku bunga BI memberikan pengaruh terbesar terhadap ROA dan ROE. Kata Kunci: Inflasi, Suku Bunga BI, Kinerja Keuangan. vii KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur hanya bagi Allah SWT atas segala hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Bank Indonesia Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2012-2014)” ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga tetap terlimpah keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, dan sahabatnya. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pada penyusunan skripsi ini tentulah tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dalam ide, kritik, saran maupun dalam bentuk lainnya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sebagai penghargaan atau peran sertanya dalam penyusunan skripsi ini kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga sekaligus Pembimbing Akademik yang dengan bijaksana memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan menularkan ilmunya kepada penulis. viii 3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Perbankan Syariah yang bersedia membimbing dan memberi arahan kepada penulis. 4. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dan memberikan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Segenap dosen dan civitas akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan untuk penulis selama ini. 6. Bapak Achmad Munawi dan Ibu Kustiyah tercinta, saudara tersayang serta keluarga terdekat, atas doa yang senantiasa dipanjatkan dan dukungan baik moriil maupun materiil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. 7. Precious One, Giyarti yang tiada hentinya memberikan dukungan, bantuan, motivasi dan doa dari awal proses pengerjaan sampai terselesaikannya skripsi ini. 8. Rekan-rekan yang hebat, Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI) Salatiga yang selalu penulis sayangi. Terima kasih untuk ilmu berorganisasi yang sangat berharga dan pengalaman yang tak akan terlupakan. 9. Teman-teman seperjuangan di S1 Perbankan Syariah angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini. Kebersamaan kita selama ini akan menjadi kenangan yang indah. ix 10. Seluruh sahabat, teman, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan, motivasi, inspirasi dan membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan kalian. Amin. Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu segala saran dan kritik membangun sangat diharapkan. Terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb. Salatiga, 2 November 2015 Penulis x DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iv HALAMAN MOTTO ................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi ABSTRAK .................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ................................................................................ viii DAFTAR ISI ............................................................................................... xi DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1 A. Latar Belakang ........................................................................... 1 xi B. Rumusan Masalah ...................................................................... 9 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10 D. Manfaat Penelitian...................................................................... 10 E. Sistematika Penulisan ................................................................. 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 13 A. Telaah Pustaka............................................................................ 13 B. Telaah Teori................................................................................ 17 1. Bank Syariah ......................................................................... 17 2. Inflasi..................................................................................... 20 a. Jenis Inflasi Menurut Sebabnya ...................................... 22 b. Efek Inflasi ...................................................................... 23 c. Cara Mencegah Inflasi..................................................... 24 3. Suku Bunga BI ...................................................................... 25 a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga ........... 29 b. Komponen-Komponen Yang Menentukan Bunga .......... 31 c. Jenis-Jenis Pembebanan Suku Bunga ............................. 33 d. Hubungan Suku Bunga BI, Profit Lost Sharing, dan Margin Bank Syariah ...................................................... 36 4. Kinerja Keuangan Bank Syariah ........................................... 35 5. Analisis Rasio Keuangan ...................................................... 37 6. Analisis Kinerja Bank Syariah .............................................. 41 a. Return On Asset (ROA)................................................... 41 b. Return On Equity (ROE) ................................................. 42 xii 7. Pengembangan Hipotesis ...................................................... 43 8. Hipotesis................................................................................ 44 a. Pengaruh Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan ................ 44 b. Pengaruh Suku Bunga BI Terhadap Kinerja Keuangan .. 45 c. Rumus Regresi ................................................................ 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 47 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian................................................. 47 B. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 47 1. Sumber dan Jenis Data ......................................................... 47 2. Metode Pengumpulan Data .................................................. 48 C. Populasi dan Sampel .................................................................. 48 D. Definisi Operasional ................................................................... 49 1. Variabel Dependen ............................................................... 49 a. Return On Asset (ROA)................................................... 50 b. Return On Equity (ROE) ................................................. 50 2. Variabel Indepeden .............................................................. 51 E. Teknik Analisis Data .................................................................. 52 1. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 52 a. Uji Multikolonieritas ....................................................... 52 b. Uji Autokolerasi .............................................................. 53 c. Uji Heterokedastisitas ...................................................... 54 d. Uji Normalitas ................................................................. 55 e. Uji Linieritas .................................................................... 56 xiii 2. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................ 57 3. Koefisien Determinasi (R2) .................................................. 58 4. Pengujian Hipotesis .............................................................. 60 a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ...................... 60 b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .... 61 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 63 A. Deskripsi Objek Penelitian ......................................................... 63 1. Bank Muamalat Indonesia .................................................... 63 2. Bank Syariah Mandiri .......................................................... 65 3. Bank Mega Syariah Indonesia.............................................. 66 4.BNI Syariah ........................................................................... 66 B. Analisis Data ............................................................................... 67 1. Statistik Dekriptif Variabel .................................................. 67 2. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 69 a. Uji Multikolonieritas ....................................................... 69 b. Uji Autokolerasi .............................................................. 71 c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 73 d. Uji Normalitas ................................................................. 77 e. Uji Linieritas .................................................................... 81 3. Persamaan Regresi Linier Berganda .................................... 83 4. Koefisien Determinasi .......................................................... 85 5. Pengujian Hipotesis .............................................................. 87 a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) ...................... 87 xiv b. Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t) ..................... 88 C. Pembahasan Hasil Pengujian Statistik ........................................ 91 1. Pengaruh Variabel Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan ...... 91 2. Pengaruh Variabel Suku Bunga BI Terhadap Kinerja Keuangan ............................................................................. 92 BAB V PENUTUP ..................................................................................... 95 A. Kesimpulan ................................................................................. 95 B. Saran ........................................................................................... 96 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 88 LAMPIRAN-LAMPIRAN xv DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Research Gap .............................................................................. 14 Tabel 2.2 Hipotesis Penelitian .................................................................... 48 Tabel 3.1 Dasar Pengambilan Keputusan Autokolerasi .............................. 57 Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif Masing-Masing Variabel ............... 70 Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolonieritas Matriks Kolerasi ............................. 72 Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas Matriks Kolerasi ............................. 73 Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Nilai Tolerance dan VIF ................ 74 Tabel 4.5 Hasil Uji Autokolerasi ................................................................ 75 Tabel 4.6 Hasil Uji Autokolerasi ................................................................ 75 Tabel 4.7 Hasil Uji Park .............................................................................. 78 Tabel 4.8 Hasil Uji Park .............................................................................. 80 Tabel 4.9 Hasil Uji Linieritas ...................................................................... 85 Tabel 4.10 Hasil Uji Linieritas .................................................................... 85 Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ............................................ 87 Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ............................................ 87 Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................... 88 Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi ............................................... 89 Tabel 4.15 Hasil Uji Statistik F ................................................................... 90 Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik F ................................................................... 91 Tabel 4.17 Hasil Uji Statistik t .................................................................... 92 Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik t .................................................................... 93 xvi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Penelitian ................................................................ 45 Gambar 4.1 Diagram Heteroskedastisitas ................................................... 76 Gambar 4.2 Diagram Heteroskedastisitas ................................................... 79 Gambar 4.3 Histogram Uji Normalitas ....................................................... 81 Gambar 4.4 Histogram Uji Normalitas ....................................................... 82 Gambar 4.5 Uji Normalitas Dengan Normal P-P Plot ................................ 83 Gambar 4.6 Uji Normalitas Dengan Normal P-P Plot ................................ 84 xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada pertengahan tahun 1990 sistem keuangan Indonesia sangat tergantung pada sektor perbankan. Penguasaan pangsa pasar berubah begitu memasuki tahun 1998 menyusul dikeluarkannya kebijakan pemerintah yang melikuidasi 16 bank swasta nasional pada bulan November 1997 akibat krisis moneter. Namun pencabutan ijin usaha bank oleh pemerintah tidak sampai disitu saja, pada bulan April 1998 pemerintah juga menghentikan operasi tujuh bank lainnya yang kinerjanya dianggap buruk dan tujuh bank lainnya ditempatkan dalam pengawasan BPPN. Meski menghadapi krisis keuangan global yang dampaknya semakin lama semakin meluas, kinerja perbankan sepanjang tahun 2008 relatif stabil. Meningkatnya fungsi pengawasan dan adanya kerjasama dengan otoritas terkait perbankan yang disertai dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia cukup efektif menjaga ketahanan perbankan dari dampak krisis global yang tejadi pada saat itu. Perbankan berhasil meningkatkan fungsi intermediasinya dan melaksanakan proses konsolidasi dengan baik yang berdampak pada hasil yang positif. Perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan mengingat sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi pembayaran, serta alat pengendalian 1 kebijakan moneter. Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Pada era modern ini, perbankan syariah telah menjadi salah satu fenomena yang global, termasuk Indonesia yang merupakan salah satu negara yang masyarakatnya mayoritas beragama Islam. Pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia merupakan yang paling pesat baik dari pertambahan bank itu sendiri maupun dari segi asetnya. Dalam beberapa tahun terakhir, perbankan syariah mencapai pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 35% per tahun. Hal ini terlihat dari peningkatan aset perbankan syariah menjadi 2,1% dari keseluruhan aset perbankan syariah senilai Rp 50 triliun. Kredit yang disalurkan mencapai Rp 38 triliun dengan kredit usaha mencapai Rp 326 miliar. Sedangkan pembiayaan dari perbankan syariah naik dari Rp 5 triliun pada tahun 2003 menjadi Rp 27,94 triliun pada tahun 2007, dan Rp 38,19 triliun pada tahun 2008 (Sartika, 2012: 18). Inflasi menurut kamus adalah kemerosotan nilai mata uang (kertas) karena terlalu banyak beredar dan menyebabkan melambungnya harga barangbarang. Inflasi banyak terjadi di negara berkembang, karena struktur ekonomi negara berkembang masih rentan terhadap goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri atau yang berkaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya utang luar negeri, dan kurs valas, dapat menimbulkan fluktuasi 2 harga dipasar domestik. Inflasi adalah suatu keadaan di mana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama, seirama dengan kenaikan harga-harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding dengan kenaikan harga-harga tersebut (Khawalty, 2000: 6). Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga artinya tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. Dari segi fiskal, pemerintah menerapkan kenaikan prosentase pungutan pajak, mengadakan pinjaman sukarela atau pinjaman paksa, memotong uang, membekukan sebagian atau seluruhnya simpanan-simpanan (deposito) pihak-pihak swasta (bukan milik pemerintah) yang ada dalam bank-bank, serta penurunan pengeluaran pemerintah (Ridwan dan Barlian dalam Utomo, 2003: 6). Sasaran menengah (sasaran jumlah uang beredar) tidak dapat dipengaruhi secara langsung oleh kebijakan. Oleh karena itu, bank sentral dapat menggunakan sasaran lainnya, yaitu sasaran operasional, dengan mengendalikan cadangan (uang primer), atau suku bunga, yang lebih responsif terhadap kebijakan bank sentral, dan memiliki dampak langsung terhadap tingkat penggunaan tenaga kerja dan tingkat harga (inflasi), serta dampak terhadap tujuan kebijakan moneter lainnya. Suku bunga fed-funds adalah suku bunga pinjaman antar bank dari dana simpanan di bank sentral (Silvanita, 2009: 73). Kita perlu menganalisis pasar cadangan (reserves) untuk melihat bagaimana perubahan cadangan memepengaruhi suku bunga fed-funds. Suku bunga ini sangat penting dalam 3 menjalankan kebijakan moneter, karena bank sentral dapat mempengaruhi secara langsung. Dengan demikian, tinggi rendahnya suku bunga fed-funds dapat menjadi indikasi keberhasilan bank sentral dalam menjalankan kebijakan moneter. Operasi pasar terbuka, bunga diskonto, dan cadangan minimum adalah instrumen utama bank sentral dalam mempengaruhi suku bunga fed-funds. Penawaran cadangan muncul karena ada bank yang kelebihan cadangan minimum karena menurunnya aset mereka. Bank yang kelebihan cadangan di bank sentral lebih suka meminjamkannya kepada bank yang kekurangan cadangan karena bank sentral tidak memberikan pengembalian terhadap simpanan tersebut. Semakin tinggi suku bunga fed-funds, pinjaman bank komersial ke bank sentral meningkat sehingga meningkatkan penawaran cadangan. Oleh karena itu, kurva penawaran cadangan memiliki kemiringan positif. Permintaan cadangan muncul karena bank yang kekurangan cadangan lebih suka meminjam ke bank lain yang kelebihan cadangan daripada meminjam kepada bank sentral. Hal ini dilakukan bank untuk menjaga kredibilitas bank. Permintaan cadangan terdiri dari permintaan terhadap cadangan minimum dan cadangan lebih. Ongkos memiliki cadangan lebih adalah imbal balik yang hilang karena bank menyimpan uangnya dalam brankas, yang besarnya ekuivalen dengan suku bunga fed-funds. Oleh karena itu, makin rendah suku bunga fed-funds, makin rendah ongkos memiliki reserves, sehingga meningkatkan demand reserves. Jadi kurva permintaan cadangan memiliki kemiringan negatif (Silvanita, 2009: 74). Penurunan kinerja bank dapat menurunkan pula kepercayaan masyarakat. Pengertian bank dalam PSAK 31 salah satunya yaitu bank merupakan industri 4 yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank perlu dipelihara. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu. Kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat ini, menjadi semakin penting artinya mengingat peranan bank sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Di samping faktor likuiditas, keberhasilan usaha bank juga ditentukan oleh kesanggupan para pengelola dalam menjaga rahasia keuangan nasabah yang dipercayakan kepadanya serta keamanan atas uang atau aset lainnya yang dititipkan pada bank. Pentingnya menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank karena kegiatan utama bank adalah penghimpunan dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan. Oleh karenanya Bank Indonesia menerapkan aturan tentang kesehatan bank. Kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Dengan adanya aturan tentang kesehatan bank ini, perbankan diharapkan selalu dalam kondisi sehat sehingga tidak akan merugikan masyarakat yang berhubungan dengan perbankan. Aturan tentang kesehatan bank yang diterapkan oleh Indonesia mencakup berbagai aspek dalam kegiatan bank, mulai dari penghimpunan dana sampai dengan penggunaan dan penyaluran dana (Budisantoso dan Triandaru dalam Sumarti: 2006). Penilaian tingkat kesehatan 5 bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap resiko pasar. Kondisi kesehatan maupun kinerja bank dapat kita analisis melalui laporan keuangan. Salah satu tujuan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi bagi para pengguna laporan keuangan untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 tentang transparansi kondisi keuangan bank, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan bentuk dan cakupan sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini, yang terdiri dari: (1) Laporan Tahunan; (2) Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan; (3) Laporan Keuangan Publikasi Bulanan; dan (4) Laporan Keuangan Konsolidasi. Laporan keuangan yang diterbitkan diharapkan mencerminkan kinerja bank tersebut yang sebenarnya. Dari informasi yang bersifat fundamental tersebut dapat dilihat apakah bank tersebut telah mencapai tingkat efisiensi yang baik, dalam arti telah memanfaatkan, mengelola dan mencapai kinerja secara optimal dengan menggunakan sumber-sumber dana yang ada. Bank yang memiliki tingkat kesehatan yang baik dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik pula. Dengan memiliki kinerja yang baik masyarakat pemodal akan menanamkan dananya pada saham bank tersebut. Hal ini menunjukkan adanya kepercayaan masyarakat bahwa bank tersebut dapat memenuhi harapannya. Bank yang memperoleh dana dari masyarakat akan secara sadar bahwa memiliki tanggung jawab untuk mengelola aktiva serta sumbersumber dana yang dimiliki secara profesional. 6 Kriteria penilaian kinerja perbankan yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan kriteria yang diterapkan oleh Bank Indonesia. Penilaian kesehatan bank versi Bank Indonesia mengacu pada unsur-unsur Capital, Assets Quality, Management, Earning, Liquidity dan Sensitivity. Sedangkan dalam penelitian ini menerapkan rasio- rasio keuangan yang umum digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank. Penelitian ini tidak mencantumkan unsur manajemen suatu bank karena hal ini tidak bisa dilihat dari luar. Alasan dipilihnya Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) sebagai salah satu unsur di dalam variabel dependen dengan alasan bahwa ROA dan ROE digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. ROA juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan perputaran aktiva. Net Income Margin menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya. Apabila salah satu dari faktor tersebut meningkat (atau keduanya), maka ROA juga akan meningkat. Alasan dipilihnya industri perbankan karena kegiatan bank sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di sektor riil. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. 7 Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian dapat dikemukakan beberapa hal yaitu bahwa tidak ada kaitan langsung antara tingkat perekonomian suatu negara dengan kinerja bank-bank pada negara tersebut, kecuali menyangkut jumlah aset bank pada negara tersebut. Semakin tinggi tingkat perekonomian suatu negara semakin tinggi jumlah rata-rata aset bank pada negara tersebut dan sebaliknya. Bank-bank di Indonesia walaupun memiliki kinerja operasional yang relatif lebih baik khususnya dari sisi Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) meskipun kualitas aset produktif tergolong lebih rendah yang tercermin dari tingkat pencadangan piutang yang lebih tinggi (Utomo, 2009: 2). Hal yang perlu diperhatikan oleh industri perbankan di Indonesia, selain peningkatan efisiensi kegiatan operasional mengingat cost to income ratio yang lebih tinggi juga perlu untuk mendorong pertumbuhan kredit ke sektor riil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utomo (2009) menyebutkan bahwa inflasi dan suku bunga BI memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kinerja keuangan namun jika dilihat secara parsial, inflasi dan suku bunga BI tersebut tidak secara signifikan mempengaruhi kinerja keuangan pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Sedangkan penelitian yang dilakukan Sahara (2013) menyatakan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, namun pada pengujian inflasi menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif terhadap profitabilitas, dan secara bersama-sama inflasi, suku bunga BI berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. 8 Menurut Dwijayanty (2009) inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap profitabilitas, dan suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap profitabilitas pada bank syariah di Indonesia. Wibowo (2012) hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, dan suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap profitabilitas pada bank umum syariah di Indonesia. Oktavia (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Suku BI dan Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel suku bunga BI yang menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keungan pada bank umum syariah di Indonesia. Variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada bank umum syariah di Indonesia. Berdasarkan penelitian terdahulu ditemukan perbedaan hasil penelitian (research gap), mengenai dampak inflasi dan perubahan tingkat suku bunga terhadap kinerja perbankan syariah. Sangat penting untuk mengklarifikasikan hasil temuan di atas, dengan melakukan penelitian yang berjudul : “Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Bank Indonesia Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia (Periode 2012-2014) ”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu dimana hasil yang diperoleh tidak adanya kekonsistenan hubungan antara variabel suku bunga, inflasi terhadap kesehatan dan kinerja perbankan syariah maka diperlukan 9 penelitian ulang guna menguji variabel-variabel tersebut untuk mendapatkan konsistensi hasil. Dari latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian yang dapat diajukan adalah: 1. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap kinerja keuangan bank syariah? 2. Bagaimana pengaruh suku bunga BI terhadap kinerja keuangan bank syariah? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan pertanyaan penelitian diatas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap kinerja keuangan bank syariah. 2. Menganalisis pengaruh suku bunga BI terhadap kinerja keuangan bank syariah. D. Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian yang dilakukan berkaitan dengan tingkat kesehatan dan kinerja bank syariah beserta variabel-variabel yang mempengaruhi adalah sebagai berikut: 1. Bagi perbankan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang akan diambil terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan dan kinerja perbankan syariah sehingga kegiatan perbankan dapat berjalan dengan baik. 2. Bagi nasabah dan investor, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi ketika memilih produk bank syariah. Sehingga nasabah dan investor mempunyai gambaran tentang bagaimana kondisi perbankan yang dapat menguntungkan mereka. 10 3. Bagi pembaca akademisi, diharapkan dapat menambah wawasan di bidang perbankan khususnya perbankan syariah dalam hal yang berkaitan dengan kesehatan dan kinerja perbankan syariah. 4. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk memperluas pengetahuan mengenai dunia perbankan syariah, dan menerapkan ilmu yang didapat saat mengikuti perkuliahan, berpikir kritis, sistematis, dan mengaplikasikan teori. E. Sistematika Penulisan Untuk kejelasan dan ketepatan arah pembahassan dalam skripsi ini penulis menyusun sistematika sebagai berikut : BAB 1: PENDAHULUAN Menyajikan pendahuluan dari seluruh penulisan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Menguraikan tentang telaah pustaka yang berisi ringkasan penelitian terdahulu, kerangka teori yang berkaitan dengan topik penelitian, kerangka penelitian yang berisi telaah kritis untuk menghasilkan hipotesis dan model penelitian yang akan diuji, serta hipotesis penelitian yang menjadi pedoman dalam analisis data. BAB III : METODE PENELITIAN Bab Metode Penelitian berisi variabel penelitian yang digunakan, penentuan populasi dan sampel, jenis dan sumber data, definisi operasional 11 variabel, metode pengumpulan data dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian. BAB IV : ANALISIS PENELITIAN Menguraikan tentang diskripsi objek penelitian, analisis data dan interprestasi hasil pengolahan data. BAB V : PENUTUP Menguraikan tentang simpulan dari penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian serta saran-saran yang dapat diberikan kepada perusahaan dan pihak-pihak lain yang membutuhkan. 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka Penelitian yang dilakukan Utomo (2009) menyebutkan bahwa inflasi dan suku bunga BI memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap kinerja keuangan namun jika dilihat secara parsial, inflasi dan suku bunga BI tersebut tidak secara signifikan mempengaruhi kinerja keuangan pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Sedangkan penelitian yang dilakukan Sahara (2013) menyatakan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, namun pada pengujian inflasi menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif terhadap profitabilitas, dan secara bersama-sama inflasi, suku bunga BI berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Menurut Dwijayanty (2009) inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap profitabilitas, dan suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap profitabilitas pada bank syariah di Indonesia. Wibowo (2012) hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, dan suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap profitabilitas pada bank umum syariah di Indonesia. Oktavia (2009) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Suku BI Dan Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan Pada PT. Bank Mandiri Syariah, Tbk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel suku bunga BI yang menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keungan pada PT. Bank 13 Mandiri Syariah, Tbk. Variabel Inflasi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada PT. Bank Mandiri Syariah, Tbk. Tabel 2.1 Research Gap Judul Nama Peneliti Hasil Penelitian Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia Ayu Yanita Sahara (2013) Suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA, inflasi berpengaruh positif terhadap ROA, produk domestik bruto berpengaruh positif terhadap ROA, dan secara bersamasama inflasi, suku bunga BI dan produk domestik bruto berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga terhadap Simpanan Deposito Mudharabah (Pada bank Umum Syariah Periode 20092013) Dini Kurniati (2013) Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap simpanan deposito mudharabah, Suku Bunga BI berpengaruh secara signifikan terhadap simpanan deposito mudharabah. Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah Edhi Satriyo Wibowo (2012) Suku bunga berpengaruh negatif terhadap ROA, inflasi berpengaruh negatif terhadap ROA, CAR berpengaruh negatif terhadap ROA, BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA, NPF berpengaruh negatif terhadap ROA. Pengaruh Inflasi dan Erni Indah Sari (2013) Tingkat Suku Bunga Terhadap Return Bank Umum Syariah di Indonesia 14 Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap return Bank Umum Syariah, Suku Bunga BI tidak berpengaruh signifikan terhadap return Bank Umum Syariah. Pengaruh CAR, NPF, FDR, BOPO, Suku Bunga dan Inflasi Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2007-2011) Erni Kurniasih (2012) Suku Bunga BI berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas (ROA), Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah. Analisis Pengaruh CAR, NPL, BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap ROA Bank Umum Syariah Nasional Fajar Ari Juniarti (2013) Suku Bunga BI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah. Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Pengaruh Inflasi, BI Rate, CAR, NPF, BOPO, Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012) Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar dan BI Rate Terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah. Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Privatisasi Febriana Dwijayanty (2009) Inflasi berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, BI Rate berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, nilai tukar mata uang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Suku Bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA, Inflasi tidak berpengaruh terhadap ROA. Fitri Zulifah (2013) Friska Julianti (2013) Linda Dwi Oktavia (2009) Pengaruh Tingkat Muhammad Zuhdi Inflasi, Suku Bunga Amin (2012) SBI, Nilai Kurs Dollar (USD/IDR), dan Indeks Dow Jones 15 Inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tabungan mudharabah, BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tabungan mudharabah. Suku bunga SBI berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan, inflasi berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap IHSG, tingkat suku bunga SBI berpengaruh positifi terhadap IHSG (DJIA) Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesiai (BEI) Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi dan Suku Bunga BI Terhadap Kinerja keuangan Bank Muamalat. Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI Terhadap Kinerja Keuangan bank Mandiri. Pengaruh Return On Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Terhadap Return Saham Sektor Perbankan di Bursa Efek Indonesia. Analisis Pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia. Novianto Satrio Utomo (2009) Inflasi berpengaruh negatif tehadap kinerja keuangan bank, suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan bank. Neni Supriyanti (2012) Inflasi berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan bank, suku bunga BI berpengaruh negatif tehadap kinerja keuangan bank. Inflasi berpengaruh positif terhadap return saham sektor perbankan di BEI, suku bunga BI berpengaruh positif terhadap return saham sektor perbankan di BEI. Nini Safitri Aziz (2012) Syahirul Alim (2014) Inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Return on Asset, BI Rate berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Return on Asset. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya adalah Penulis mencoba meneliti bagaimana pengaruh inflasi dan suku bunga BI terhadap kinerja keuangan dengan objek yang diteliti dikhususkan kepada kinerja keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk, PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk, PT. Bank Mega Syariah Indonesia, Tbk, PT. Bank Nasional Indonesia Syariah, Tbk pada periode 2012-2014. 16 B. Telaah Teori 1. Bank Syariah Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 pengertian bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat, dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut UU No.19 tahun 1998, tugas bank adalah membantu pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas nilai rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan fungsi bank pada umumnya (Kasmir, 2013: 24). a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi. b. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat. c. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain. Perkembangan bank syariah di berbagai negara Islam lainnya memberikan dampak pengaruh yang positif bagi perkembangan bank syariah di Indonesia. Hal ini terbukti pada awal tahun 1980-an telah banyak diskusikan mengenai keberadaan bank syariah sebagai alternatif perbankan yang berbasis Islam dan sekaligus juga sebagai penopang kekuatan ekonomi Islam di Indonesia. Perbentukan Bank Syariah ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dengan lokakaryanya tentang bunga Bank. Lokakarya tersebut 17 menghasilkan terbentuknya sebuah tim perbankan yang bertugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi manfaat Bank Syariah. Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan keuntungan dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana, membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Akan tetapi perbedaanya terdapat pada prinsip pelaksanaanya yaitu berdasarkan prinsip hukum Islam yang melarang unsur-unsur di bawah ini (Antonio, 2001: 1): a. Perniagaan atas barang-barang haram b. Bunga (riba) c. Perjudian dan spekulasi yang disengaja (maysir) d. Ketidakjelasan dan manipulatif (gharar). Menurut (Antonio, 2001: 1) prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut: a. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah). Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. b. Prinsip Bagi Hasil. Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. c. Prinsip Jual Beli. Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan 18 pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan. d. Prinsip Sewa (Al-Ijarah). Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri. e. Prinsip Jasa (Fee-Based Service). Prinsip ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan bank. Adanya krisis moneter yang berawal pada tahun 1997 membawa dampak terhadap struktur perekonomian terutama struktur keuangan dan perbankan. Sehingga puluhan bank konvensional banyak yang ditutup dan dimerger, sementara bank syariah justru bertahan. Hal ini menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional. Pada awalnya hanya terdapat 1 Bank Umum Syariah (BUS) dan 9 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dan perkembangannya di akhir tahun 2007 sudah menjadi 3 Bank Umum Syariah (BUS), 26 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 114 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), serta terdapat 711 Kantor Bank Syariah (Direktori Syariah Republika, 2008). Mengingat semakin pesatnya pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia maka perlu dibentuk sebuah peraturan yang mengatur sistem perbankan syariah dan badan pengawas syariah agar prinsip syariah dijalankan sebagaimana mestinya. Pada tahun 2008 ditetapkanlah UU no. 21 tahun 2008 yang mengatur tentang Perbankan Syariah. Selain itu juga dibentuk Dewan 19 Pengawas Syariah yang berperan sebagai badan independen yang mengawasi jalannya Lembaga Keuangan Syariah sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah. Mengingat pentingnya perkembangan perbankan syariah di Indonesia, maka pihak bank syariah perlu meningkatkan kinerjanya agar tercipta perbankan dengan prinsip syariah yang sehat dan efisien. Profitabilitas merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. 2. Inflasi Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang (Wibowo, 2012: 19). Dapat diartikan sebagai proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi (Wibowo, 2012:19). Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator. Inflasi terbagi menjadi 4 tingkatan, yaitu 20 a. Inflasi Ringan, apabila kenaikan harga berada di bawah 10% setahun. b. Inflasi Sedang, apabila kenaikan harga berada di antara 10%-30% setahun. c. Inflasi Berat, apabila kenaikan harga berada di antara30%-100% setahun. d. Hiperinflasi, apabila kenaikan harga di atas 100% setahun. Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya: a. Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen. b. Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI). c. Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi. d. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditaskomoditas tertentu. e. Indeks harga barang-barang modal Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa (www.bi.go.id) a. Jenis Inflasi Menurut Sebabnya Menurut (Nopirin, 2009: 28), jenis inflasi menurut sebabnya ada 2 macam yaitu: 21 1) Demand Pull Inflation Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan kesempatan kerja hampir penuh, kenaikan permintaan total disamping kenaikan harga dapat juga menaikkan hasil produksi (output). Apabila kesempatan kerja penuh (full employment) telah tercapai, penambahan permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja. Apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas atau melebihi GNP pada kesempatan kerja penuh akan terdapat adanya inflationary gap yang kemudian akan menyebabkan inflasi. 2) Cost Push Inflation Cost push inflation biasanya ditandai dengan kenaikkan harga serta turunnya produksi atau inflasi yang dibarengi dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran total (agregat supply) sebagai akibat kenaikan biaya. b. Efek Inflasi Menurut (Nopirin, 2009: 32), efek inflasi ada 3 macam yaitu: 1) Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect) Efek terhadap pendapatan yang sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan 22 kekayaan masyarakat. Inflasi seolah-olah merupakan pajak bagi seseorang dan merupakan subsidi bagi orang lain. 2) Efek Terhadap Efisiensi (Efficincy Effects) Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang tersebut. Kenaikan produksi barang ini pada gilirannya akan merubah pola alokasi faktor produksi itu lebih efisien dalam keadaan tidak ada inflasi. Namun, kebanyakan ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi dapat mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien. 3) Efek Terhadap Output (Output Effects) Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikkan harga barang mendahului kenaikkan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi itu cukup tinggi (hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil akan turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak menyukai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dengan output. Inflasi bisa juga dibarengi dengan penurunan output. 23 c. Cara Mencegah Inflasi Menurut (Nopirin, 2009: 34), cara mencegah inflasi ada 2 macam yaitu: 1) Kebijakan Moneter Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah uang beredar. Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral (demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara; pertama, apabila seseorang memasukkan uang kas ke dalam bank dalam bentuk giro. Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan cara kedua sifatnya lebih inflatoir daripada cara pertama. Sebab cara pertama hanyalah pengalihan bentuk saja dari uang kas ke uang giral. 2) Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan. 3) Kebijakan yang Berkaitan Dengan Output Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga. 24 4) Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian gaji secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji juga dinaikkan. 3. Suku Bunga BI BI rate menurut Bank Indonesia adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id). BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter (www.bi.go.id). Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan (www.bi.go.id). Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditentukan (www.bi.go.id). Menurut Laksmono (2001:104) dalam nilai suku bunga domestik di Indonesia sangat terkait dengan suku bunga internasional. Hal ini disebabkan oleh 25 akses pasar keuangan domestik terhadap pasar keuangan internasional dan kebijakan nilai tukar yang kurang fleksibel. Pengertian dasar dari teori tingkat suku bunga yaitu harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Bunga merupakan imbalan atas ketidaknyamanan karena melepas uang, dengan demikian bunga adalah harga kredit. Tingkat suku bunga berkaitan dengan peranan waktu didalam kegiatan-kegiatan ekonomi. Tingkat suku bunga muncul dari kegemaran untuk mempunyai uang sekarang (Kurniawan, 2004: 143). Menurut Darmawi (2006:181) tingkat bunga merupakan harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh dana dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu yang disepakati. Dengan kata lain, tingkat bunga dalam hal ini merupakan harga dari kredit. Namun harga itu tidak sama dengan harga barang di pasar komoditi karena tingkat bunga sesungguhnya merupakan suatu angka perbandingan, yaitu jumlah biaya pinjaman dibagi jumlah uang yang sesungguhnya dipinjam, biasanya dinyatakan dalam persentase per tahun. Suku bunga terdiri dari suku bunga riil dan suku bunga nominal. Mankiw (2013:89) menyatakan bahwa “the nominal interest rate is sum of the real interest rate and the inflation rate”. Suku bunga nominal adalah jumlah suku bunga riil ditambah laju inflasi, yang dapat dirumuskan sebagai berikut: R=i–π Dimana : r = suku bunga riil i = suku bunga nominal 26 π = laju inflasi Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang digunakan sebagai ukuran untuk menentukan besarnya bunga yang harus dibayar oleh pihak peminjam dana. Sedangkan tingkat bunga riil menunjukkan presentase dari nilai riil modal ditambah bunganya dalam setahun, dinyatakan sebagai persentase dari nilai riil modal sebelum dibungakan (Sukirno, 2000:386). Sedangkan Sjahrial (2006:7) menyatakan bahwa tingkat bunga adalah kompensasi yang dibayarkan oleh peminjam kepada yang memberikan pinjaman. Dari sudut peminjam merupakan biaya dari dana yang mereka pinjam. Menurut Darmawi (2006:188) tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator moneter yang mempunyai dampak dalam berbagai kegiatan perekonomian sebagai berikut: a. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi keputusan melakukan investasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. b. Tingkat suku bunga juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pemilik modal apakah ia akan berinvestasi pada real assets ataukah pada financial assets. c. Tingkat suku bunga akan mempengaruhi kelangsungan usaha pihak bank dan lembaga keuangan lainnya. d. Tingkat suku bunga dapat mempengaruhi volume uang beredar. Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang yang merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan. Jumlah pinjaman tersebut disebut 27 pokok utang (principal). Persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu disebut suku bunga. Secara teoritis terdapat dua jalur utama mekanisme transmisi kebijakan moneter, yaitu melalui jalur jumlah uang yang beredar dan jalur harga melalui suku bunga. Jalur suku bunga ini merupakan channel yang penting untuk perekonomian Indonesia. (Sarwono dan Warjiyo dalam Wibowo, 1998). Pengujian empiris mengungkapkan bahwa pengaruh suku bunga terhadap inflasi mempunyai hubungan yang lebih stabil dibandingkan dengan agregat moneter. Upaya untuk menekan fluktuasi tingkat suku bunga tergantung pada keberhasilan mengendalikan gejolak di pasar uang. Menurut (Kasmir, 2013: 115) faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga adalah sebagai berikut: a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga 1) Kebutuhan Dana Apabila bank kekurangan dana (simpanan sedikit), sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Dengan meningkatnya suku bunga simpanan akan menarik nasabah untuk menyimpan uang di bank. Dengan demikian kebutuhan dana dapat dipenuhi. Sebaliknya, jika bank kelebihan dana, dimana simpanan banyak akan tetapi permohonan kredit sedikit, maka bank akan menurunkan bunga simpanan sehingga mengurangi minat nasabah untuk menyimpan. Atau dengan cara menurunkan juga bunga kredit sehingga permohonan kredit meningkat . 28 2) Persaingan Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% per tahun, maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan di atas bunga pesaing misalnya 17% per tahun. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada di bawah bunga pesaing. 3) Kebijakan Pemerintah Dalam kondisi tertentu pemerintah dapat menentukan batas maksimal atau minimal suku bunga, baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman. Dengan ketentuan batas minimal atau maksimal bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank tidak boleh melebihi batas yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. 4) Target Laba yang Diinginkan Target laba yang diinginkan, merupakan besarnya keuntungan yang diinginkan oleh bank. Jika laba yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu pihak bank harus hati-hati dalam menentukan persentase laba atau keuntungan yang diinginkan. 5) Jangka Waktu Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko di masa mendatang. Demikian sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunganya relatif lebih rendah. 29 6) Kualitas Jaminan Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya. 7) Reputasi Perusahaan Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit juga sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil dan sebaliknya. 8) Produk yang Kompetitif Maksudnya adalah produk yang dibiayai kredit tersebut laku dipasarkan. Untuk produk yang kompetitif, produk kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan tingkat pengembalian kredit terjamin, karena produk yang dibiayai laku dipasaran. 9) Hubungan Baik Biasanya pihak bank menggolongkan nasabahnya menjadi dua yaitu nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganyapun berbeda dengan nasabah biasa. 10) Jaminan Pihak Ketiga Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung segala resiko yang dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya 30 pihak yang memberikan jaminan bonafit baik dari segi kemampuan membayar, nama baik maupun loyalitasnya terhadap bank, sehingga bunga yang dibebankanpun juga berbeda. Demikian pula sebaliknya jika penjamin pihak ketiga kurang bonafid atau tidak dapat dipercaya, maka mungkin tidak dapat digunakan sebagai jaminan ketiga oleh pihak perbankan. b. Komponen-Komponen Yang Menentukan Bunga 1) Total Biaya Dana (Cost of Fund) Merupakan biaya untuk memperoleh simpanan setelah ditambah dengan cadangan wajib (reserve requirement) yang ditetapkan pemerintah. Biaya dana tergantung dari seberapa besar bunga yang ditentukan untuk memperoleh dana melalui produk simpanan. Semakin besar atau mahal bunga yang dibebankan, maka semakin tinggi pula biaya dananya. 2) Laba yang Diinginkan Merupakan laba atau keuntungan yang ingin diperoleh bank dan biasanya dalam persentase tertentu. Penentuan besarnya laba juga sangat mempengaruhi besarnya bunga kredit. Dalam hal ini biasanya bank disamping melihat kondisi pesaing juga melihat kondisi kondisi nasabah apakah nasabah utama atau bukan dan juga melihat sektor-sektor yang dibiayai, misalnya jika proyek pemerintah untuk pengusaha kecil, maka labanya berbeda dengan yang komersil. 3) Cadangan Resiko Kredit Macet Merupakan cadangan terhadap macetnya kredit yang diberikan, karena setiap kredit yang diberikan pasti mengandung suatu resiko tidak terbayar. Resiko 31 itu dapat timbul baik disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu pihak bank perlu mencadangkannya sebagai sikap bersiaga menghadapinya. 4) Biaya Operasi Biaya Operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Biaya ini terdiri dari biaya gaji, biaya administrasi, biaya pemeliharaan dan biaya-biaya lainnya. 5) Pajak Yaitu pajak yang dibebankan pemerintah kepada bank yang memberikan fasilitas kredit kepada nasabahnya. c. Jenis-Jenis Pembebanan Suku Bunga 1) Flat Rate Pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannya, demikian pula pokok pinjaman setiap bulan juga dibayar sama, sehingga angsuran setiap bulan juga sama sampai kredit tersebut lunas. Jenis flat rate ini diberikan kepada kredit yang bersifat konsumtif seperti pembelian rumah tinggal, pembelian mobil pribadi atau kredit konsumtif lainnya. 2) Sliding Rate Pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya, sehingga jumlah bunga yang dibayar setiap bulan menurun seiring dengan turunnya pokok pinjaman. Akan tetapi pembayaran pokok pinjaman setiap bulan sama. Angsuran nasabah (pokok pinjaman ditambah bunga) otomatis dari bulan ke bulan semakin menurun. Jenis sliding rate ini biasanya diberikan kepada sektor produktif, dengan maksud si nasabah merasa tidak terbebani oleh pinjamannya. 32 3) Floating Rate Metode floating rate menetapkan besar kecilnya bunga kredit dikaitkan dengan bunga yang berlaku di pasar uang, sehingga bunga yang dibayar setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar uang pada bulan tersebut. Jumlah bunga yang dibayarkan dapat lebih tinggi atau lebih rendah atau sama dari bulan yang bersangkutan. Pada akhirnya hal ini juga berpengaruh terhadap angsuran setiap bulan, yaitu bisa tetap, naik dan turun. d. Hubungan Suku Bunga BI, Profit Lost Sharing, dan Margin Bank Syariah Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan, sedangkan permintaan akan suatu barang adalah jumlah barang yang bersangkutan yang pembeli bersedia membelinya pada tingkat harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu dan dalam waktu tertentu. Pada penelitian ini barang diumpamakan adalah deposito dan harga dari suatu pasar adalah bunga dan bagi hasil. Permintaan pasar itu permintaan agregat untuk suatu komoditi yang menunjukkan jumlah alternatif dari komoditi yang diminta per periode waktu pada berbagai harga alternatif oleh semua individu di dalam pasar. Jadi, permintaan pasar untuk suatu komoditi tergantung pada semua faktor yang menentukan permintaan individu dan selanjutnya pada jumlah pembeli komoditi tersebut di pasar. Secara geometris kurva permintaan pasar untuk suatu komoditi diperoleh melalui penjumlahan horizontal dari semua kurva permintaan individu untuk komoditi tersebut. 33 Hubungan permintaan menjelaskan jika harga naik maka jumlah output yang diminta akan turun dan sebaliknya, jika harga turun maka output yang diminta akan naik. Artinya, jika harga atau bunga bank umum mengalami kenaikan maka permintaan akan deposito akanberkurang atau menurun dan sebaliknya, jika bagi hasil besar dari bunga bank umum maka permintaan akan deposito meningkat karena nasabah bersifat profit motif. Jika dilihat dari sisi permintaan akan deposito maka hubungan antara bunga dengan deposito adalah negatif. Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Fungsi permintaan dapat ditulis sebagai berikut: Qdx = f (Px,Py) Keterangan : Qdx : Deposito Px : Bunga Py : Bagi Hasil Dari fungsi permintaan diatas dapat dilihat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi deposito antara lain bunga dan bagi hasil. Hubungan antar variabel dapat dijeleaskan sebagai berikut: 1) Bunga Apabila bunga bank umum mengalami kenaikan maka permintatan akan deposito akan mengalami penurunan sedangkan jika bunga itu menurun maka permintaan akan deposito bertambah atau meningkat. 34 2) Bagi Hasil Bagi hasil adalah diasumsikan sebagai substitusi atau pembanding suku bunga pada bank umum dimana keinginan masyarakat dalam mendepositokan dananya adalah bersifat profit motif yang mana ingin mendapatkan keuntungan yang besar. Hubungan yang terjadi adalah apabila tingkat bunga bagi hasil yang diberikan mengalami kenaikan maka volume deposito juga akan meningkat dan sebaliknya jika bagi hasil yang diberikan menurun maka volume deposito menurun. 4. Kinerja Keuangan Bank Syariah Kinerja (performance) dalam kamus istilah akuntansi adalah kuantifikasi dari keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode tertentu. Kinerja bank secara umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan tersebut dipahami agar dapat dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan 35 perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan (Sugiharto dalam Kusumo, 2008: 111). Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Rasio merupakan alat ukur yang digunakan perusahaan untuk menganalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain (Zulfadin dalam Kusumo, 2008: 111). Dengan menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya. 5. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti) (Harahap, 2013: 296). Misalnya antara utang dan modal, antara kas dan total aset, antara harga pokok produksi dengan total penjualan, dan sebagainya. 36 Rasio keuangan hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainya. Dengan penyederhanaan kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkan dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian (Harahap, 2013: 297) Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang banyak digunakan. Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterprestasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Analisa rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Seperti alat analisis lainnya, rasio paling bermanfaat bila berorientasi ke depan. Hal ini berarti kita sering menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di masa depan. Kita juga harus menilai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi rasio di masa depan. Karenanya, kegunaan rasio tergantung pada keahlian penerapan dan interprestasinya dan inilah bagian yang paling menantang dari analisis rasio (Wild, Subramanyam, Halsey dalam Prasnanugraha, 2005: 15). Menurut (Kasmir, 2012: 105) dalam praktiknya , analisis rasio keuangan suatu perusahaan dapat digolongkan menjadi sebagai berikut: a. Rasio neraca, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari neraca. 37 b. Rasio laporan laba rugi, yaitu membandingkan angka-angka yang hanya bersumber dari laporan laba rugi. c. Rasio antar laporan, yaitu membandingkan angka-angka dari dua sember (dana campuran), baik yang ada di neraca maupun di laporan laba rugi. a. Bentuk-Bentuk Rasio Keuangan Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian, setiap hasil dari rasio yang diukur diinterprestasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambil keputusan. Menurut (J. Fred Weston dalam Kasmir, 2012: 106) bentuk-bentuk rasio keuangan adalah sebagai berikut: 1) Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (Fred Weston). Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan). Atau dengan kata lain, rasio likuiditas merupakan yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utangutang (kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo, atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban (utang) pada saat ditegang (Kasmir, 2012:106). Rasio likuiditas atau sering 38 disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan seluruh komponen yang ada di aktiva lancar dengan komponen di passiva lancar (utang jangka pendek). 2) Rasio Leverage (Leverage Ratio) Keputusan untuk memilih menggunakan modal sendiri atau modal pinjaman haruslah digunakan beberapa perhitungan yang matang. Dalam hal ini leverage ratio (rasio solvabilitas) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri. Agar perbandingan penggunaan kedua rasio ini dapat terlihat jelas, kita dapat menggunakan rasio leverage (Kasmir, 2012: 107). 3) Ratio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, sediaan, penagihan piutang, dan lainnya) atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktvitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola aset yang dimilikinya. 4) Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. 39 Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas menejemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi. Dikatakan perusahaan rentabilitasnya baik apabila mampu memenuhi target laba yang telah ditetapkan dengan menggunakan aktiva atau modal yang dimilikinya. Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas dibagi dua yaitu sebagai berikut: a. Rentabilitas ekonomi, yaitu dengan membandingkan laba usaha dengan seluruh modal (modal sendiri dan asing). b. Rentabilitas usaha (sendiri), yaitu dengan membandingkan laba yang disediakan untuk pemilik dengan modal sendiri. Rentabilitas tinggi lebih penting dari keuntungan yang besar. 5) Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan (growth ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per saham dan deviden per saham. 6) Rasio Penilaian Rasio penilaian (valuation ratio), yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya investasi. 40 6. Analisis Kinerja Bank Syariah a. Return On Assets (ROA) Menurut Lukman Dendawijaya (2009:118), rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bnak tersebut dari segi penggunaan aset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Laba Bersih x 100% ROA = x 100% Total Aktiva Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL, laba yang diperuntungkan adalah laba sebelum pajak. b. Return On Equity (ROE) Menurut Lukman Dendawijaya (2009:118), ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih x 100% ROE = x 100% Modal Sendiri 41 Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan (jika bank tersebut telah (go public). Dalam praktiknya, para investor di pasar modal mempunyai beberapa motif atau tujuan dalam membeli saham bank yang telah melakukan emisi sahamnya. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut. 1. Memperoleh deviden berdasarkan keputusan RUPS. 2. Mengejar capital gain jika bermain di bursa efek. 3. Menguasai perusahaan melalui pencapaian mayoritas saham. Dengan demikian, rasio ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya return on asset (ROA) dan tidak memasukkan unsur return on equity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. 42 7. Pengembangan Hipotesis Dari hasil analisa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti lain serta penjabaran teori mengenai masing-masing variabel dan hubungannya, maka dapat dirumuskan suatu kerangka penelitian sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Inflasi (X1) H1 Kinerja Keuangan Bank Syariah H2 Suku Bunga BI (X2) 8. Hipotesis Sugino dalam Nurlaili (2013:20), menyatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang dibuat untuk menjelaskan penelitian itu dan juga dapat menuntun atau mengarahkan penelitian selanjutnya. Hipotesis merupakan pernyataan singkat berisi dugaan yang disimpulkan sebagai jawaban sementara atau permasalahan yang akan diteliti. Suatu hipotesis akan diterima sebagai sebuah keputusan apabila hasil analisis data dapat membuktikan hipotesis tersebut benar. Sedangkan Hipotesis menurut Arikunto dalam Arwani (2009: 220) adalah suatu jawaban yang bersifat 43 sementara terhadap masalah penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. a. Pengaruh Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan Penelitian yang dilakukan Kurniasih (2012) menyatakan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan, hasil penelitian pada bank syariah di Indonesia,. Penelitian yang dilakukan Alim (2014) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan bank syariah di Indonesia. Berdasarkan penelitian di atas, maka penulis mengajukkan hipotesis sebagai berikut: H1 : Inflasi berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA) bank umum syariah di Indonesia. H3 : Inflasi berpengaruh positif terhadap Return on Equity (ROE) bank umum syariah di Indonesia. b. Pengaruh Suku Bunga BI Terhadap Kinerja Keuangan Penelitian yang dilakukan Dwijayanty (2009) menyatakan bahwa hasil penelitian di bank umum syariah di Indonesia, variabel suku bunga BI berpengaruh negatif dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan bank umum syariah di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Supriyanti (2012) menyatakan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif dan berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan bank umum syariah di Indonesia. Berdasarkan penelitian di atas, maka penulis mengajukkan hipotesis sebagai berikut: 44 H2 : Suku Bunga BI berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA) bank umum syariah di Indonesia. H4 :Suku Bunga BI berpengaruh negatif terhadap Return on Equity (ROE) bank umum syariah di Indonesia. Tabel 2.2 Hipotesis Penelitian H1 Inflasi berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA) bank umum syariah di Indonesia. H2 Suku Bunga BI berpengaruh negatif terhadap Return on Asset (ROA) bank umum syariah di Indonesia. H3 Inflasi berpengaruh positif terhadap Return on Equity (ROE) bank umum syariah di Indonesia. H4 Suku Bunga BI berpengaruh negatif terhadap Return on Equity (ROE) bank umum syariah di Indonesia. c. Rumus Regresi Y1 = a + β1X1 + β2X2 + e Y2 = a + β1X1 + B2X2 + e Dimana : Y1 = Return on Asset (ROA) Y2 = Return on Equity (ROE) a = Konstanta Persamaan β1 – β2 = Konstanta Variabel Independen X1 = Inflasi 45 X2 = Suku Bunga BI e = Variabel pengganggu atau faktor-faktor di luar yang tidak dimasukkan sebagai variabel model di atas (kesalahan residual). 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis dan pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Tujuannya untuk mengkonfirmasi data yang didapatkan dilapangan dengan teori yang ada. (Suharyadi dalam Yupitri, 2012: 52) menyatakan bahwa penelitian kuantitatif adalah desain penelitian yang diarahkan untuk bisa memaparkan berbagai temuan dengan dukungan statistik penelitian berdasarkan hasil laporan keuangan perusahaan. B. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber dan Jenis Data Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa data sekunder yang merupakan data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi berupa publikasi. Data kuantitatif adalah data yang diukur dalam skala numerik (Kuncoro, 2001 dalam Sartika, 2012: 64). Data kuantitatif yang diperoleh meliputi laporan keuangan Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Mega Syariah Indonesia dari periode kuartal pertama tahun 2012 sampai dengan 2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Bawono (2006: 30), data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau penelitian arsip yang memuat peristiwa masa lalu. Data sekunder dapat diperoleh oleh peneliti dari jurnal, majalah, buku, maupun dari internet. 47 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka dan metode dokumentasi. Metode studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data informasi dari artikel, jurnal, literature, dan hasil penelitian terdahulu yang digunakan untuk mempelajari dan memahami literature yang memuat pembahasan yang berkaitan dengan penelitian. Metode dokumentasi adalah proses pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yang diperoleh dari laporan keuangan bank yang menjadi sampel penelitian ini (Sartika, 2012: 65). C. Populasi dan Sampel Populasi adalah suatu kesatuan individu atau subyek pada suatu wilayah dan waktu serta dengan kualitas tertentu yang akan diamati dan diteliti (Supardi, 2005:101). Hingga saat ini terdapat 11 Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia yaitu PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah BNI, PT. Bank Syariah BRI, PT. Bank Syariah Mega Indonesia, PT. Bank Jabar dan Banten, PT. Bank Panin Syariah, PT. Bank Syariah Bukopin, PT. Bank Victoria Syariah, PT. BCA Syariah, PT. Maybank Indonesia Syariah. Sampel didefinisikan sebagai bagian atau keseluruhan populasi dengan metode tertentu sebagai bagian atau keseluruhan populasi dengan metode tertentu sebagai bagian representatif dari populasi (Sartika, 2012: 62). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode 48 purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang didasarkan pada beberapa pertimbangan atau kriteria tertentu (Sartika, 2012: 63). Kriteria bank yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan perbankan syariah yang tergolong dalam Bank Umum Syariah Devisa. 2. Bank Umum Syariah yang memiliki kelengkapan data selama periode pengamatan berdasarkan variabel yang diteliti. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel di atas, perusahaan-perusahaan perbankan syariah yang memenuhi kriteria untuk menjadi sampel adalah empat Bank Umum Syariah untuk periode 2012 sampai 2014 yaitu Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, dan Bank BNI Syariah. D. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjelasan tentang variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini. Terdapat tempat variabel yaitu variabel dependent dan independent. Berikut penjelasan dari kedua variabel tersebut menurut (Sarwono, 2006: 38-39). 1. Variabel Dependen Menurut (Sarwono, 2006: 38) variabel dependen adalah variabel yang memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah kinerja keuangan yang menggunakan rasio keuangan rentabilitas sebagai variabel dependen. Kinerja merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauhmana suatu kegiatan tertentu tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu 49 standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya dan bagaimana tidak lanjut atas perbedaan tersebut. Jadi, nampak jelas bahwa melakukan evaluasi terhadap suatu entitas apapun dibutuhkan tolak ukur tertentu sebagai acuan (Yahya, 2009 : 73). Terkhusus untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perushaan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah analisis rasio keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap dalam Andi, 2007: 44). Analisis laporan keuangan merupakan bagian dari analisis bisnis. Analisis bisnis merupakan analisis atas prospek dan resiko perusahaan untuk kepentingan pengambilan keputusan bisnis. Analisis bisnis membantu pengambilan keputusan dengan melakukan evaluasi atas lingkungan bisnis perusahaan, strateginya, serta kinerja keuangan (Yahya, 2009: 74). Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapi oleh bank yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Return On Equity digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin 50 baik pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Siamat, 2005: 95). Return On Equity (ROE), menurut Kasmir (2012: 204), adalah rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Sedangkan menurut Irham (2012: 98), ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. a. Return On Assets (ROA) Menurut Lukman Dendawijaya (2009:118), rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Laba Bersih x 100% ROA = x 100% Total Aktiva Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank, terdapat perbedaan kecil antara perhitungan ROA berdasarkan teoritis dan cara perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis, laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan dalam sistem CAMEL, laba yang diperuntungkan adalah laba sebelum pajak. 51 b. Return On Equity (ROE) Menurut Lukman Dendawijaya (2009:118), ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih x 100% ROE = x 100% Modal Sendiri Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang bersangkutan (jika bank tersebut telah (go public). Dalam praktiknya, para investor di pasar modal mempunyai beberapa motif atau tujuan dalam membeli saham bank yang telah melakukan emisi sahamnya. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut. 1. Memperoleh deviden berdasarkan keputusan RUPS. 2. Mengejar capital gain jika bermain di bursa efek. 3. Menguasai perusahaan melalui pencapaian mayoritas saham. Dengan demikian, rasio ROE ini merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank. 52 Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya return on asset (ROA) dan tidak memasukkan unsur return on equity (ROE). Hal ini dikarenakan Bank Indonesia sebagai Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. 2. Variabel Independen Variabel indepeden adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi dan suku bunga BI. Tingkat inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat inflasi di Indonesia yang diperoleh dari periode akhir tahun. Sedangkan tingkat suku bunga BI yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada periode akhir tahun. E. Teknik Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah analisis data kuantitatif, dilakukan dengan beberapa langkah antara lain: 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas Multikolonieritas adalah situasi di mana terdapat kolerasi variabel- variabel bebas di antara satu dengan lainnya. Dalam hal ini dapat disebut variabelvariabel ini tidak orthogonal. Variabel yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang nilai kolerasi antara sesamanya sama dengan nol. Masalah 53 multikolonieritas biasanya muncul pada data time series, yang apabila masalah multikolonieritas ini serius dapat mengakibatkan berubahnya tanda dari parameter estimasi (Bawono, 2006: 115). Jika variabel independent saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai kolerasi antar sesamam variabel independen sama dengan nol. Multikolonieritas dideteksi dengan menggunakan nilai tolerance dan variance inflasion factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabelitas variabel independen yang terpilih, yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut-off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan VIF ≥ 10. b. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi antara anggotaanggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu (time series). Autokorelasi ini menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-variabel yang sama. Autokorelasi ini dapat terjadi apabila suatu keadaan di mana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel pengganggu pada variabel lain. Jadi suatu penelitian memerlukan dilakukannya pengujian autokorelasi, jika penelitiannya menggunakan data runtut waktu (series time) (Bawono, 2006: 160). Durbin Watson test dilakukan dengan membuat hipotesis: 54 H0: tidak ada autokorelasi (r = 0) Ha: ada autokorelasi (r ≠ 0) Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai DW terletak diantara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du) maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl) maka autokorelasi > 0, berarti ada autokorelasi positif. 3. Bila DW lebih besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi < 0, berarti ada autokorelasi negatif. 4. Bila DW terletak antara (du) dan (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan. Tabel 3.1 Dasar Pengambilan Keputusan Autokolerasi Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 - du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ditolak du < d < 4 – du Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Sumber: Ghozali, 2013: 111 Keterangan d1 = batas bawah DW 55 du = batas atas DW c. Uji Heterokedastisitas Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik adalah bahwa varian setiap disturbance team yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabelvariabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan α2. Inilah yang disebut asumsi homocedasticity atau varian yang sama. Kebanyakan data cross-section mengandung situasi heteroscedasticity karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar). Dengan kata lain Heteroskedastisitas terjadi apabila varian dari variabel penganggu tidak sama untuk semua observasi, akibat yang timbul apabila terjadi heteroskendastisitas adalah penaksir tidak bias tetapi tidak efisien lagi baik dalam sampel besar maupun sampel kecil, serta uji t-test dan F-test akan menyebabkan kesimpulan yang salah (Bawono, 2006: 133). Salah satu cara untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali dalam Sartika, 2006: 126). Dasar analisisnya adalah sebagai berikut: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedasitas. 56 2. Jika tidak ada pola jelas, serta titik-titik menyebar di atas di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. d. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui suatu populasi suatu data dapat dilakukan dengan analisis grafik. Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2013: 147). Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Pada prisipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan: ï‚· Jika data menyebar disekitar diagonal dan menikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memnuhi asumsi normalitas. ï‚· Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memnuhi asumsi normalitas. Selain itu, untuk menguji normalitas data dapat digunakan uji satistik Kolmogorov Smirnov (K-S) yang dilakukan dengan membuat hipotesis nol (H0) untuk data distribusi normal dan hipotesis alternative (Ha) untuk data berdistribusi 57 tidak normal. Dengan uji statistik yaitu dengan menggunakan uji statistik nonparametrik Kolmogrov-Smirnov. Hipotesis yang dikemukakan: H0 = data residual berdistribusi normal (Asymp. Sig > 0,05) Ha = data residual tidak berdistribusi normal (Asymp. Sig , 0,05) e. Uji Linieritas Pengujian linieritas digunakan untuk menguji apakah spesifikasi model yang kita gunakan sudah tepat atau lebih baik dalam spesifikasi model bentuk lain. Spesifikasi model dapat berupa linier, kuadratik, atau kubik (Bawono, 20016: 179). Metode yang digunakan dalam uji ini adalah uji Durbin-Watson, seperti namanya dalam uji autokorelasi, maka uji ini untuk melihat ada tidaknya autokorelasi dalam model. 2. Analisis Regresi Linier Berganda Regresi ini digunakan untuk menganalisa data yang bersifat multivariate. Analisa ini digunakan untuk meramalkan nilai variabel dependen (Y) dengan variabel independen yang lebih dari satu (minimal dua), sehingga analisis regresi berganda sering disebut juga analisa multivariate, karena variabel yang mempengaruhi naik turunnya variabel dependen (Y) lebih dari satu variabel Independen (X). Kondisi variabel independen (X) dalam mempengaruhi variabel dependen (Y) bervariasi bisa positif bisa juga negatif, atau beraneka ragam kondisi yang mempengaruhi. Sehingga regresi berganda ini lebih real dengan kenyataan di lapangan, bahwa sesuatu hal pasti dipengaruhi oleh banyak hal. Sedangkan untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan kasual antara 58 beberapa variabel independen (X1, X2 …) mempengaruhi variabel dependen (Y) dapat dilakukan dengan dengan diuji statistik. Persamaan regresi berganda dapat berupa sebagai berikut: Y1 = a + β1X1 + β2X2 + e Y2 = a + β1X1 + β2X2 + e Dimana : Y1 = Return on Asset (ROA) Y2 = Return on Equity (ROE) a = Konstanta Persamaan β1 – β2 = Koefisien Variabel Independen X1 = Inflasi X2 = Suku Bunga BI e = Variabel pengganggu atau faktor-faktor di luar variabel yang tidak dimasukkan sebagai variabel model di atas (kesalahan residual). Besarnya konstanta dicerminkan oleh “a” dan besarnya koefisien regresi dari masing- masing variabel independen ditunjukkan dengan β1, β2. Pada model persamaan di atas, dapat diketahui tanda positif atau negatif dari masing-masing variabel dependen. Nilai koefisien regresi dalam penelitian ini sangat menentukan sebagai dasar analisis. Mengingat penelitian ini sangat menentukan sebagai dasar analisis. Mengingat penelitian ini bersifat fundamental method. Hal ini berarti jika koefisien β bernilai positif maka dapat dikatakan terjadi pengaruh searah antara variabel bebas dengan variabel terikat (dependen), setiap kenaikan nilai variabel bebas akan mengakibatkan kenaikan variabel terikat (dependen), demikian pula 59 sebaliknya, bila koefisen nilai β bernilai negative hal ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dimana kenaikan nilai variabel bebas akan mengakibatkan penurunan nilai variabel terikat (dependen). 3. Koefisien Determinasi (R2) Koefisen determinasi (R2) menunjukkan sejauh mana tingkat hubungan antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen (X1,2,3…), atau sejauh mana kontribusi variabel independen (X1,2,3…) mempengaruhi variabel dependen. Analisis koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar prosentase (%) pengaruh keseluruhan variabel independen yang digunakan (X1,2,3…) terhadap variabel dependen (Y). Pengujian ini dilakukan dengan melihat R2 pada hasil analisis persamaan regresi yang diperoleh. Apabila angka koefisien determinasi (R2) semakin mendekati 1 berarti model regresi yang digunakan sudah semakin tepat sebagai model penduga terhadap variabel dependen (Y) (Bawono, 2006: 92) Kelemahan mendasar penggunaan koefisen determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel dependnen yang dimasukkan dalam model. Setiap penambahan satu variabel independen R2 pasti meningkat, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. 60 Dalam penelitian ini digunakan adjusted R2 karena nilai variabel bebas yang diukur terdiri dari nilai rasio absolute dan nilai perbandingan. Kegunaan Adjusted R2 adalah: a. Sebagai ukuran ketetapan regresi yang ditetapkan suatu kelompok data hasil survey. Semakin besar nilai Adjusted R2 makan akan semakin tepat suatu garis regresi dan sebaliknya. b. Untuk mengukur besarnya proporsi atau prosentase dari jumlah variasi dari variabel dependen, atau untuk mengukur sumbangan dari variabel dependen terhadap variabel independen. 4. Pengujian Hipotesis Uji statistik di sini digunakan untuk melihat tingkat ketepatan atau keakuratan dari suatu fungsi atau persamaan untuk menaksir dari data yang kita analisa. Nilai ketepatan atau keaktualan ini dapat diukur goodness of fit nya. Uji statistik ini dapat dilihat dari nilai t hitung, F hitung dan nilai koefisen determinasinya. Berkaitan apakah uji statistik ini dikatakan lolos atau tidak, tergantung dari tingkat signifikansi dari hasil perhitungannya, jika hasilnya berada didaerah kritis atau yang menolak Ho maka dikatakan bahwa uji statistiknya lolos dan layak untuk uji selanjutnya dan ini berlaku sebaliknya jika berada di daerah yang menrima Ho. a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) 61 Uji statistic F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model dama dengan nol, atau: H0 : b1 = b2 = ….. = bk = 0 Artinya apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau: Ha : b1 ≠ b2 ≠ ….. ≠ bk ≠ 0 Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistic F dengan criteria pengambilan keputusan sebagai berikut (Ghozali, 2013: 88) : 1. Quict look: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain, kita menerima hipotesis alternative yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2. Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut table. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F, maka H0 ditolak dan Ha diterima. b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Uji statisti t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan hipotesis sebagai berikut : 62 1. Hipotesis nol atau H0 : bi = 0 artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. 2. Hipotesis alternatif atau Ha : bi ≠ 0 artinya variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui kebenaran hipotesis deigunakan criteria bila t hitung > t table maka menolak H0 dan menerima Ha (Sulaiman, 2004: 43 dalam Sartika 2012), artinya ada pengaruh antara variabel dependen terhadap variabel independen dengan derajat keyakinan yang digunakan 5% dan sebaliknya jika t hitung < t table berarti menerima H0 dan menolak Ha. Dalam menerima atau menolak hipotesis yang diajukkan dengan melihat hasil output SPSS, kita dapat hanya melihat nilai dari signifikan uji t masingmasing variabel. Jika nilai signifikan < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa menolak H0 dan menerima Ha. 63 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan bank umum syariah yang tergolong Bank Devisa di Indonesia. Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, dapat dihitung dan dianalisis kinerja keuangan masing-masing bank umum syariah. Laporan keuangan yang digunakan adalah laporan triwulanan mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Berikut adalah profil singkat bank yang dijadikan objek penelitian: 1. Bank Muamalat Indonesia PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. didirikan pada tanggal 1 November 1991 yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah Indonesia. Pendirian Bank Muamalat Indonesia mendapat dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI), pengusaha muslim serta dukungan masyarakat Indonesia. Dukungan masyarakat terbukti berdasarkan pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Pada tanggal 27 Oktober 1994, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa, hal ini memperkokoh posisi Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan (www.muamalatbank.com, diakses tanggal 15 Juni 2015). 64 Sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan sesuai dengan situasi dan kondisi di Indonesia, maka Bank Muamalat mempunyai tujuan sebagai berikut (Karnaen Perwaatmadja dan M. Syafi’i Antonio, 2001: 85). a. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, sehingga semakin berkurang kesenjangan sosial, ekonomi dan dengan demikian akan melestarikan pembangunan nasional, antara lain melalui: 1) Meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan usaha 2) Meningkatkan kesempatan kerja 3) Meningkatkan penghasilan masyarakat banyak b. Meningkatkan partisipasi masyarakat banyak dalam proses pembangunan terutama dalam bidang ekonomi keuangan, yang selama ini diketahui masih cukup banyak masyarakat yang enggan berhubungan dengan bank karena masih menganggap bahwa bunga bank itu riba. c. Mengembangkan lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan efisiensi dan keadilan, mampu meningkatkan partisipasi masyarakat banyak sehingga menggalakkan usaha-usaha ekonomi rakyat dengan memperluas jaringan lembaga perbankan ke daerah terpencil. Krisis ekonomi 1998 memberi dampak terhadap kinerja keuangan Bank Muamalat tercatat sebesar Rp 105 miliar. Sedangkan ekuitas mencapai titik terendah yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setoran awal. Kondisi ekuitas Bank Muamalat segera diperbaiki dengan penambahan modal yang berasal dari Islamic Development Bank (IDB), sehingga kondisi kerugian yang semula 65 diderita dapat dipulihkan kembali (www.muamalatbank.com, diakses tanggal 15 Juni 2015). 2. Bank Syariah Mandiri Terbentuknya Bank Syariah Mandiri melalui perjalanan yang panjang bermula dari merger empat bank yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo. Merger tersebut membentuk bank baru yang bernama PT. Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Menindaklanjuti keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk tim pengembangan perbankan syariah yang bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah dikelompok perusahaan Bank Mandiri, atas respon UU No. 10 Tahun 1998, yang memberikan peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (http://www.syariahmandiri.coi.id, diakses tanggal 15 Juni 2015). Terbentuknya Bank Syariah Mandiri diprakarsai oleh tim pengembangan perbankan syariah yang melakukan konversi PT. Bank Susila Bakti (BSB) dari bank konvensional menjadi bank syariah yang bernama PT. Bank Syariah Mandiri pada tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dilakukan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT. Bank Syariah Mandiri dan secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 (Ibid). Bank Syariah Mandiri memiliki modal dasar Rp 2.500.000.000.000 dan modal disetor Rp 858.243.565.000. Jumlah jaringan ATM BSM yang terdiri atas 220 ATM Syariah Mandiri, ATM Mandiri 4.795, ATM Prima 14.403 unit. 66 Kepemilikan saham PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 131.648.712 lembar saham (99,999999%) dan PT Mandiri Sekuritas sebanyak 1 lembar saham (0,000001%) (Ibid). 3. Bank Mega Syariah Indonesia PT. Bank Mega Syariah bermula dari sebuah bank konvensional bernama PT. Bank Umum Tugu. Pada tahun 2001 Para Grup mengakusisi PT. Bank Umum Tugu yang resmi bernama PT. Bank Mega Syariah Indonesia pada tanggal 23 September 2010. Pada tanggal 16 Oktober 2008 Bank Mega Syariah menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan tersebut semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank syariah yang dapat menjangkau bisnis yang lebih luas baik domestik maupun internasional (www.bsmi.co.id, diakses tanggal 25 Juni 2015). PT. Bank Mega Syariah hadir dengan visi menjadi “Bank Syariah Kebanggaan Bangsa”. Sejalan dengan perkembangannya baik diluar dari produk maupun fasilitas perbankan. Bank Mega Syariah memiliki 8 kantor cabang, 13 kantor cabang pembantu, 49 Gallery Mega Syariah, dan 234 kantor Mega Syariah (M2S) yang tersebar di Jabotabek, Pulau Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi (Ibid). 4. BNI Syariah Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin usaha kepada PT. Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2000 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan 67 beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat (www.bni.co.id, diakses tanggal 15 Juni 2015). Juni 2014 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 65 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20 Payment Point (www.bni.co.id, diakses tanggal 22 Juni 2015). B. Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Variabel Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan suatu data secara statistik. Untuk menginterpretasikan hasil statistik deskriptif dari ROA,ROE, inflasi, dan suku bunga BI. Dapat dilihat dari table 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif Masing-Masing Variabel Inflasi BI Rate ROA ROE Valid N (listwise) Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic 48 .04 .09 .0589 .01660 48 .06 .08 .0658 .00838 48 .00 .04 .0163 .01005 48 .02 .70 .2903 .21649 48 Sumber : Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. 68 Berdasarkan hasil perhitungan pada table 4.1 di atas dapat diketahui bahwa n atau jumlah total pada variabel yaitu 48 buah yang berasal dari 4 sampel bank umum syariah periode 2012 sampai 2014. Variabel inflasi mempunyai nilai minimum 0,04 dan nilai maksimum 0,09. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai mean nya menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan minimum selama periode pengamatan, atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan yang cukup besar dari inflasi terendah dan tertinggi. Berdasarkan hasil perhitungan pada table 4.1 di atas variabel suku bunga BI (BI rate) mempunyai nilai minimum 0,06 dan nilai maksimum 0,08. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai mean nya menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan minimum selama periode pengamatan, atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan yang cukup besar dari suku bunga BI (BI rate) terendah dan tertinggi. Variabel Return On Asset (ROA) mempunyai nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,04. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi lebih tinggi dari nilai mean nya menunjukkan tingginya variasi antara nilai maksimum dan minimum selama periode pengamatan, atau dengan kata lain ada kesenjangan yang cukup besar dari suku bunga Return On Asset (ROA) terendah dan tertinggi. Variabel Return On Equity (ROE) mempunyai nilai minimum 0,02 dan nilai maksimum 0,70. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai mean nya menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan minimum selama periode pengamatan, atau dengan kata lain tidak ada 69 kesenjangan yang cukup besar dari suku bunga Return On Equity (ROE) terendah dan tertinggi. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Deteksi multikonieritas dapat dilakukan dengan menganalisis matriks korelasi antar variabel independen dan dengan melihat nilai tolerance dan lawannya VIF. Adapun hasil uji multikolonieritas dengan menggunakan matriks korelasi sebagai berikut: Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolonieritas Dengan Matriks Korelasi Coefficient Correlationsa Model BI Rate Inflasi BI Rate 1.000 -.648 Correlations Inflasi -.648 1.000 1 BI Rate .034 -.011 Covariances Inflasi -.011 .009 a. Dependent Variable: ROA Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. 70 Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolonieritas Dengan Matriks Korelasi Coefficient Correlationsa Model BI Rate Inflasi BI Rate 1.000 -.648 Correlations Inflasi -.648 1.000 1 BI Rate 17.738 -5.800 Covariances Inflasi -5.800 4.513 a. Dependent Variable: ROE Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Pada tabel Coefficient Correlations, kita bisa melihat matriks korelasi, dari kedua variabel independen yang kita pakai, yaitu antara variabel inflasi dan BI rate nilainya adalah sebesar -0,648 atau sebesar 6,48%. Tetapi karena korelasi antara X1 dan X2 masih dibawah 95% maka bisa dikatakan, bahwa variabel independen yang kita pakai tidak ada yang memiliki gejala multikolonieritas. Selain menggunakan matriks korelasi, multikolonieritas juga dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan lawannya VIF. Tolerance mengukur variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (VIF=1/Tolerance) dan menunjukkan adanya kolonieritas yang tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF di atas 10. Tingkat kolonieritas yang dapat ditolerir adalah nilai tolerance 0,10 sama dengan tingkat multikolonieritas 0,95 (Ghozali, 2006:96). Berikut ini hasil uji multikolonieritas dengan melihat nilai tolerance dan lawannya VIF : 71 Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolonieritas Dengan Nilai Tolerance dan VIF Coefficientsa Collinearity Statistics Tolerance VIF Model (Constant) 1 Inflasi .580 1.725 BI Rate .580 1.725 a. Dependent Variable: ROA, ROE Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Hasil perhitungan nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama tidak ada satu variabel independen yang memeiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam regresi. b. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah hubungan yang terjadi antara anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersususun dalam rangkaian waktu (time series). Autokorelasi ini menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel-variabel yang sama. Autokorelasi ini dapat terjadi apabila suatu keadaan di mana variabel gangguan pada periode tertentu berkorelasi dengan variabel pengganggu pada periode lain (Bawono, 2006: 124). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai statistik 72 hitunng Durbin-Watson (D-W) pada perhitungan regresi dengan data statistik pada table Durbin-Watson. Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of the DurbinSquare Estimate Watson a 1 .904 .817 .805 .00432 2.148 a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate b. Dependent Variable: ROA Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Dengan nilai tabel pada tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel 48 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k=2), maka di tabel Durbin-Watson didapatkan nilai batas atas (du) 1,62 dan batas bawah (dl) 1,43. Karena nilai DW 2,148 lebih besar dari batas atas (du) 1,62 dan kurang dari 4-1,62 (4-du) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi ini. Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of the DurbinSquare Estimate Watson a 1 .864 .747 .729 .11291 1.961 a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate b. Dependent Variable: ROE Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Dengan nilai tabel pada tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel 48 (n) dan jumlah variabel independen 2 (k=2), maka di tabel Durbin-Watson didapatkan nilai batas atas (du) 1,62 dan batas bawah (dl) 1,43. Karena nilai DW 1,961 lebih 73 besar dari batas atas (du) 1,62 dan kurang dari 4-1,62 (4-du) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi ini. c. Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik adalah bahwa varian setiap disturbance team yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabelvariabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan α2. Inilah yang disebut asumsi homocedasticity atau varian yang sama. Kebanyakan data cross-section mengandung situasi heteroscedasticity karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan besar). Dengan kata lain Heteroskedastisitas terjadi apabila varian dari variabel penganggu tidak sama untuk semua observasi, akibat yang timbul apabila terjadi heteroskendastisitas adalah penaksir tidak bias tetapi tidak efisien lagi baik dalam sampel besar maupun sampel kecil, serta uji t-test dan F-test akan menyebabkan kesimpulan yang salah (Bawono, 2006: 133). Untuk melihat ada tidaknya gejala penyakit heterokedastisitas dengan grafik scatterplot antara ZPRED (nilai prediksi variabel dependen) dan SPESID (residualnya). Untuk mendeteksi grafik scatterplot tersebut, yaitu dengan melihat pola pergerakan grafik tersebut, kalau polanya beraturan (gelombangnya melebar dan menyempit), hal ini cenderung ada gejala penyakit heterokedastisitas. Tetapi jika polanya tidak beraturan, ini cenderung tidak ada gejala penyakit heterokedastisitas. 74 Gambar 4.1 Diagram Heterokedastisitas Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Dari gambar 4.1 di atas terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atass maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, tidak ada pola tertentu yang teratur. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi ini. 75 Tabel 4.7 Hasil Uji Park Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B Std. Error Standardized t Coefficients Beta (Constant) -2.122 1.136 -1.867 1 Inflasi -4.226 10.989 -.070 -.385 BI Rate -37.100 21.785 -.311 -1.703 a. Dependent Variable: LnU2i Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Sig. .068 .702 .095 Dari tabel 4.9 dapat diketahui persamaan regresi tersebut tidak signifikan secara statistik ini ditunjukkan nilai t-test < dari t-tabel (1,3006), hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat homokedastisity, dan dengan kata lan model yang kita pakai tidak terdapat gejala penyakit heterokedasticity. 76 Gambar 4.2 Diagram Heterokedastistas Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Dari gambar 4.2 di atas terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atass maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, tidak ada pola tertentu yang teratur. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi ini. 77 Tabel 4.8 Hasil Uji Park Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B Std. Error Standardized t Coefficients Beta (Constant) .153 1.225 .125 1 Inflasi -7.207 11.843 -.113 -.609 BI Rate -27.435 23.477 -.218 -1.169 a. Dependent Variable: LnU2i2 Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Sig. .901 .546 .249 Dari tabel 4.10 dapat diketahui persamaan regresi tersebut tidak signifikan secara statistik ini ditunjukkan nilai t-test < dari t-tabel (1,3006), hal ini menunjukkan bahwa dalam data model empiris yang diestimasi terdapat homokedastisity, dan dengan kata lan model yang kita pakai tidak terdapat gejala penyakit heterokedasticity. d. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui suatu populasi suatu data dapat dilakukan dengan analisis grafik. Salah satu cara termudah untuk melihat normlaitas residual adalah dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2006: 147). Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau 78 mendekati normal (Ghozali, 2006: 147). Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan beberpa cara, yaitu: 1) Analisa Grafik Gambar 4.3 Histogram Uji Normalitas Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. 79 Gambar 4.4 Histogram Uji Normalitas Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Dengan melihat tampilan histogram uji normalitas di atas, dapat disimpulkan bahwa histogram menunjukkan pola distribusi normal. Namum demikian hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat memberikan hasil yang meragukan khususnya untuk jumlah sampel kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2006: 147). Grafik normal probability plot terlihat dalam gambar berikut: 80 Gambar 4.5 Uji Normalitas Dengan Normal P-P Plot Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Pada grafik normal probability plot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar terhimpit di sekita diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dari kedua grafik tersebut maka dapat dinyatakan bahwa model regresi pada penelitian ini memnuhi asumsi normalitas. 81 Gambar 4.6 Uji Normalitas Dengan Normal P-P Plot Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Pada grafik normal probability plot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar terhimpit di sekita diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Dari kedua grafik tersebut maka dapat dinyatakan bahwa model regresi pada penelitian ini memnuhi asumsi normalitas. e. Uji Linieritas Pengujian linieritas digunakan untuk menguji apakah spesifikasi model yang kita gunakan sudah tepat atau lebih baik dalam spesifikasi model bentuk lain. Spesifikasi model dapat berupa linier, kuadratik, atau kubik (Bawono, 20016: 82 179). Pengujian ini dapat dilakuakan dengan pengujian autokorelasi sebagai berikut: Tabel 4.9 Hasil Uji Linieritas Model Summaryb Mode R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson l Square Estimate a 1 .904 .818 .805 .00431 2.126 a. Predictors: (Constant), Inflasi2, BIRate2 b. Dependent Variable: ROA Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Berdasarkan hasil di atas, maka dapat diketahui besarnya durbin-watson keduanya yaitu untuk persamaan linier sebesar 2,148 sedangkan persamaan kuadrat yaitu 2,126. Sedangkan nilai tabel dL = 1,43, nilai tabel dU = 1,62, nilai 4dU = 2,38, dikarenakan nilai DW test kedua persamaan tersebut diantara d U dan 4dU, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesalahan sepesifikasi model atau keduanya layak dipakai. Dengan kata lain spesifikasi model linier layak untuk digunakan untuk model linier untuk digunakan dalam model regresi. Tabel 4.10 Hasil Uji Linieritas Model Summaryb Mode R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson l Square Estimate a 1 .864 .746 .729 .11308 1.937 a. Predictors: (Constant), Inflasi2, BIRate2 b. Dependent Variable: ROE Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. 83 Berdasarkan hasil di atas, maka dapat diketahui besarnya durbin-watson keduanya yaitu untuk persamaan linier sebesar 1,961 sedangkan persamaan kuadrat yaitu 1,931. Sedangkan nilai tabel dL = 1,43, nilai tabel dU = 1,62, nilai 4dU = 2,38, dikarenakan nilai DW test kedua persamaan tersebut diantara d U dan 4dU, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat kesalahan sepesifikasi model atau keduanya layak dipakai. Dengan kata lain spesifikasi model linier layak untuk digunakan untuk model linier untuk digunakan dalam model regresi. 3. Persamaan Regresi Linier Berganda Regresi ini digunakan untuk menganalaisa data yang bersifat multivariate. Analisa ini digunakan untuk meramalkan nilai variabel dependen (Y), dengan variabel independen yang lebih dari satu (minimal dua), sehingga analisa regresi berganda sering disebut juga analisa multivariate, karena variabel yang mempengaruhi naik turunnya variabel dependen (Y) lebih dari satu variabel independen (X), kondisi variabel independen (X) dalam mempengaruhi variabel dependen (Y) bervariasi bisa positif bisa juga negative, atau beraneka ragam kondisi yang mempengaruhi. Sehingga regresi berganda ini lebih real dengan kenyataan di lapangan, bahwa sesuatu hal pasti dipengaruhi oleh banyak hal. Sedangkan untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara beberapa variabel independen (X1, X2,…) mempengaruhi variabel dependen (Y) dapat dilakukan dengan diuji dengan uji statistik (Bawono, 2006: 84). 84 Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model t Std. Error Beta (Constant) .067 .010 6.927 1 Inflasi .162 .093 .267 1.737 BI Rate -.910 .185 -.758 -4.930 a. Dependent Variable: ROA Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Sig. B .000 .089 .000 Dengan hasil perhitungan regresi linier berganda pada tabel 4.12 di atas, dapat diketahui hubungan antara variabel independnen dan variabel dependen yang dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut: ROA = 0,067 + 0,162 Inflasi – 0,910 BI Rate. Tabel 4.12 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Model Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients t Std. Error Beta (Constant) 1.264 .220 5.751 1 Inflasi 2.831 2.124 .217 1.333 BI Rate -17.315 4.212 -.670 -4.111 a. Dependent Variable: ROE Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Sig. B 85 .000 .189 .000 Dengan hasil perhitungan regresi linier berganda pada tabel 4.13 di atas, dapat diketahui hubungan antara variabel independnen dan variabel dependen yang dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut: ROE = 1,624 + 2,831 Inflasi – 17,315 BI Rate. 4. Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel kinerja keuangan (ROA, ROE). Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel independen penelitian memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel kinerja keuangan (ROA, ROE). Hasil koefisien determinasi dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 4.13 Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of the DurbinSquare Estimate Watson a 1 .904 .817 .805 .00432 2.148 a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate b. Dependent Variable: ROA Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Kelemahan mendasar penggunanan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Oleh karena itu, dianjurkan untuk menggunakan Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi terbaik (Ghozali, 2006: 87). Dari tabel koefisen determinasi di atas, dapat dilihat bahwa angka koefisien korelasi (R2) sebesar 0,817. Hal ini berarti hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen sebesar 81,7%. 86 Dari angka tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen cukup kuat. Besarnya Adjusted Square (R2) adalah 0,817. Hasil perhitungan statistik ini berarti bahwa kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi perubahan variabel dependen sebesar 81,7%, sedangkan sisanya 18,3% (100%81,7%) diterangkan oleh faktor-faktor lain di luar model regresi yang dianalisis. Tabel 4.14 Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square 1 .864a Adjusted R Std. Error of the DurbinSquare Estimate Watson .747 .729 .11291 1.961 a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate b. Dependent Variable: ROE Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Dari tabel koefisen determinasi di atas, dapat dilihat bahwa angka koefisien korelasi (R2) sebesar 0,747. Hal ini berarti hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen sebesar 74,7%. Dari angka tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen cukup kuat. Besarnya Adjusted Square (R2) adalah 0,747. Hasil perhitungan statistik ini berarti bahwa kemampuan variabel independen dalam menerangkan variasi perubahan variabel dependen sebesar 74,7%, sedangkan sisanya 25,3% (100%74,7%) diterangkan oleh faktor-faktor lain di luar model regresi yang dianalisis. 87 5. Pengujian Hipotesis a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji F menunjukkan semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil perhitungan F adalah sebagai berikut: Tabel 4.15 Hasil Uji Statistik F ANOVAa Model 1 Regression Residual Sum of Squares Df Mean Square F .002 .003 2 45 .001 .000 Sig. 13.988 .000b Total .005 47 a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), BI Rate, Inflasi Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Dari perhitungan uji F dapat diketahui bahwa nilai F adalah 13,998 dimana lebih besar dari 4 dengan nilai signifikan 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel independen yaitu inflasi dan BI Rate berpengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) terhadap kinerja keuangan bank umum syariah yang diproksikan dengan Return On Assets (ROA). 88 Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik F ANOVAa Model Sum of Squares Regression Df Mean Square F .677 2 .338 Sig. 9.982 .000b 1 Residual 1.526 45 .034 Total 2.203 47 a. Dependent Variable: ROE b. Predictors: (Constant), BI Rate, Inflasi Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. Dari perhitungan uji F dapat diketahui bahwa nilai F adalah 9,982 dimana lebih besar dari 4 dengan nilai signifikan 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa semua variabel independen yaitu inflasi dan BI Rate berpengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) terhadap kinerja keuangan bank umum syariah yang diproksikan dengan Return On Equity (ROE). b. Uji Signifikansi Individual (Uji Statistik t) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013: 88). 89 Tabel 4.17 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error Beta Model T Sig. (Constant) 1.824 .301 6.066 Inflasi .102 .029 .494 3.451 1 Suku Bunga -.350 .057 -.873 -6.095 BI a. Dependent Variable: ROA Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. .000 .001 .000 Berdasarkan hasil uji t di atas, terbukti bahwa variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Sedangkan variabel suku bunga BI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Assets (ROA). Berikut ini dijelaskan hasil perhitungan uji t masing-masing variabel : 1. H1 : Inflasi berpengaruh positif terhadap Return On Assets (ROA) Bank Syariah. Hipotesis pertama mengenai variabel inflasi diketahui bahwa t hitung adalah 3,451 (lebih besar dari t tabel sebesar 1,3006) hal ini berarti nilai inflasi berpengaruh positif terhadap ROA. Nilai signifikansi inflasi adalah 0,001 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel inflasi terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, sehingga dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Pertama (H1) diterima. 90 2. H2 : Suku Bunga BI berpengaruh negatif terhadap Return On Assets (ROA) Bank Syariah. Hipotesis kedua mengenai variabel inflasi diketahui bahwa t hitung adalah -6,095 (lebih kecil dari t tabel sebesar 1,3006) hal ini berarti nilai suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROA. Nilai signifikansi suku bunga BI adalah 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel suku bunga BI terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, sehingga dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Kedua (H2) diterima. Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik t Model (Constant) Coefficientsa Unstandardized Standardized t Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 3.328 .426 Sig. 7.821 .000 Inflasi .131 .042 .478 3.135 Suku Bunga BI -.427 .081 -.802 -5.260 a. Dependent Variable: ROE Sumber: Output SPSS 21.0, data sekunder yang diolah, 2012-2014. .003 .000 1 Berdasarkan hasil uji t di atas, terbukti bahwa variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Equity (ROE). Sedangkan variabel suku bunga BI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Equity (ROE). 91 1. H3 : Inflasi berpengaruh positif terhadap Return On Equity (ROE) Bank Syariah. Hipotesis pertama mengenai variabel inflasi diketahui bahwa t hitung adalah 3,135 (lebih besar dari t tabel sebesar 1,3006) hal ini berarti nilai inflasi berpengaruh positif terhadap ROE. Nilai signifikansi inflasi adalah 0,003 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel inflasi terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap ROE. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE, sehingga dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Pertama (H3) diterima. 2. H4 : Suku Bunga BI berpengaruh negatif terhadap Return On Equity (ROE) Bank Syariah. Hipotesis kedua mengenai variabel suku bunga BI diketahui bahwa t hitung adalah -5,260 (lebih kecil dari t tabel sebesar 1,3006) hal ini berarti nilai suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap ROE. Nilai signifikansi suku bunga BI adalah 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel inflasi terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROE. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE, sehingga dapat disimpulkan bahwa Hipotesis Kedua (H4) diterima. 92 C. Pembahasan Hasil Pengujian Statistik 1. Pengaruh Variabel Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa inflasi terbukti berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Sahara (2013), Syahirul (2013), dimana disebutkan inflasi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan pada Bank Syariah di Indonesia. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa semakin besar inflasi maka kinerja keuangan bank syariah akan semakin besar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Jika inflasi meningkat, maka BI akan meningkatkan suku bunganya dan kemudian bank syariah juga akan meningkatkan bagi hasil deposito maupun dari pembiayaan yang akan menimbulkan ketertarikan dari pada para nasabah yang akan berdampak pada peningkatan kinerja keuangan bank syariah tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang positif, hal ini terbukti dengan adanya kenaikan inflasi tertinggi yang terjadi pada triwulan III pada tahun 2013 sebesar 8,6 diikuti dengan kenaikan rata-rata kinerja keuangan bank syariah. Pada triwulan ke III tahun 2014 inflasi mengalami penurunan sebesar 2,76 diikuti dengan penurunan kinerja keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar inflasi maka semakin besar kinerja keuangan bank syariah dan semakin kecil inflasi maka semakin kecil pula kinerja keuangan bank syariah. Selama periode pengamatan, kenaikan inflasi diikuti dengan kenaikan asset dan dana pihak ketiga selama krisis global berlangsung, maka akan diikuti dengan 93 kenaikan profitabilitas bank syariah, sehingga inflasi meningkat profitabilitas bank syariah juga ikut meningkat. 2. Pengaruh Variabel Suku Bunga BI Terhadap Kinerja Keuangan Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif dan terbukti berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Wibowo (2012), Utomo (2009), dan Supriyanti (2012), dimana disebutkan bahwa suku bunga BI berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan bank. Meningkatnya suku bunga BI akan diikuti peningkatan suku bunga tabungan, sehingga akan mengakibatkan nasabah memindahkan dananya ke bank konvensional, untuk memperoleh pengembalian yang lebih tinggi. Naiknya suku bunga bank konvensional akan mempengaruhi kegiatan operasional bank syariah yaitu dalam hal pembiayaan dan penyaluran dana. Bila hal tersebut terjadi, maka pendapatan dan profit bank syariah akan menurun (Karim, 2006). Hasil dari pengujian ini sesuai dengan penelitian dari Suardani (2009) yang menyatakan bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap profitabilitas bank syariah. Hasil penelitaian ini juga didukung oleh Supriyanti (2012) yang menyatakan bahwa suku bunga BI berpengaruh negatif terhadap profitabilitas bank syariah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada saat suku bunga BI mengalami kenaikan tertinggi selama periode pengamatan yaitu pada triwulan III tahun 2014 rata-rata kinerja keuangan perbankan syariah mengalami penurunan. 94 Hal ini ditunjukkan dengan data ROA dan ROE bank syariah, pada kuartal III tahun 2014 kinerja keuangan mengalami penurunan yaitu pada titik terendah sedangkan suku bunga BI nya tetap, Bank Mega Syariah sebesar 0,0024 dan 0,0221, Bank Muamalat sebesar 0,001 dan 0,0156, BNI Syariah sebesar 0,0111 dan 0,1312, Bank Syariah Mandiri sebesar 0,008 dan 0,2464. Selama periode tahun 2012 suku bunga mengalami penurunan namun kinerja keuangan justru mengalami peningkatan sampai tingkat tertinggi, Bank Mega Syariah sebesar 0,0411 dan 0,5876, Bank Muamalat sebesar 0,0162 dan 0,2857, BNI Syariah sebesar 0,0131 dan 0,0862, Bank Syariah Mandiri sebesar 0,0222 dan 0,6843. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suku bunga BI, maka kinerja keuangan bank syariah akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya jika suku bunga BI menurun maka kinerja keuangan bank syariah akan meningkat. Penurunan BI rate yang berlangsung selama periode pengamatan hingga mencapai tingkat terendah sebesar 5,75% menjadi berkah bagi perbankan syariah. Sebab bank syariah menjadi lebih kompetitif dari sisi peningkatan nisbah bagi hasil untuk nasabah besar atau korporasi, sehingga produk-produk perbankan syariah baik dana maupun pembiayaan akan semakin kompetitif bersaing dengan bank konvensional. 95 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan latar belakang, landasan teori, analisis data, dan hasil pengujian yang dialkukan terhadap hipotesis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis (H1, H3) diketahui bahwa secara parsial, variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi inflasi maka akan berdampak meningkatnya Return On Assets pada perbankan syariah. Variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return On Equit (ROE). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi inflasi maka akan berdampak meningkatnya Return On Equity pada perbankan syariah. 2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis (H2, H4) diketahui bahwa secara parsial, variabel suku bunga BI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suku bunga BI maka akan berdampak menurunnya Return On Assets pada perbankan syariah. Variabel suku bunga BI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Equit (ROE). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi suku bunga BI maka akan berdampak menurunnya Return On Equity pada perbankan syariah. 96 B. Saran Saran yang bisa diberikan terkait penelitian ini antara lain: 1. Bagi manajemen a. Perbankan harus dapat menjaga tingkat kesehatan bank, baik dari faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, likuiditas. Jika kelima faktor tersebut terjaga dengan baik maka krisis perbankan tidak akan terjadi dan kepercayaan nasabah tetap terjaga dengan baik sehingga fungsi perbankan dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian perbankan membantu terciptanya perekonomian yang baik di suatu negara. 2. Bagi investor a. Para calon nasabah sebaiknya memperhatikan informasi-informasi mengenai inflasi dan suku bunga BI yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia karena dengan adanya informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk memperediksi kinerja perbankan yang kemudian mengambil keputusan yang tepat sehubungan dengan kebutuhan para nasabah. b. Untuk menilai kinerja perbankan yang sehat hendaknya calon nasabah selain melihat dari sisi pengaruh suku bunga dan inflasi hendaknya memperhatikan faktor eksternal di luar pengaruh suku bunga dan inflasi, seperti : unsurr informasi, issuer, atau news, kondisi persaingan, kebijakan pemerintah dalam jangka pendek dan jangka panjang serta variabel lainnya yang dapat memberikan dasar pertimbangan dalam penjelasan mengenai kondisi kinerja keuangan perbankan. 97 3. Bagi penelitian selanjutnya a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi peneliti selanjutnya di bidang yang sama yang akan datang untuk dikembangkan dan diperbaiki, misalnya dengan memperpanjang periode paradigm pengamatan sehingga dapat lebih mencerminkan hasil penelitian. b. Memperluas jangkauan sampel perusahaan agar tidak hanya terbatas pada satu perusahaan saja, tetapi juga mencakup perusahaan-perusahaan yang lebih banyak lagi. c. Penelitian selanjutnya dapat memperbanyak jumlah variabel yang dipergunakan, karena masih banyak variabel lain yang berpengaruh pada kinerja keuangan perbankan syariah. 98 Daftar Pustaka Alim, Syahirul. 2014. Analisis Pengaruh Inflasi dan BI Rate Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia. Malang: Universitas Islam Negeri Malang. Antonio, M. Syafi’I. 2001. Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani. Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi 2. Bogor: Ghalia Indonesia. Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Edisi 2. Bogor: Ghalia Indonesia. Dwijayanty, Febriana. 2009. Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang Terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007. Jakarta: Universitas Paramadina. Harahap, Sofyan Syafri. 2002. Teori Akuntansi Edisi Delapan. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada. Harahap, Sofyan Syafri. 2013. Analisis Kritis Atas Laporan Keuanga. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hermawan, Asep. 2008. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT Grasindo. Julianti, Friska. 2013. Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar dan BI Rate Terhadap Tabungan Mudharabah pada Perbankan Syariah. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kasmir. 2004. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kasmir. 2014. Analisa laporan Keuangan. Jakarta: Raja grafindo Persada. Kurniasih, Erni. 2012. Pengaruh Capital Adequity Ratio (CAR) Non Performing Financing (NPF) Financing to Deposit Ratio (FDR) Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Suku Bunga dan Inflasi Terhadap 99 Profitabilitas (Perbandingan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional Periode 2007-2011). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Kurniati, Dini. 2014. Pengaruh Inflasi dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Simpanan Deposito Mudharabah (Pada Beberapa Bank Umum Syariah Periode 2009-2013). Bandung : Universitas Islam Bandung. Kusumo, Yunanto Adi. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007. Jakarta: La Riba. Nopirin. 2009. Ekonomi Moneter. Buku 2. Yogyakarta: BPFE. Oktavia, Linda Dwi. 2009. Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Privatisasi. Jakarta: Universitas Gunadarma. Prasnanugraha, Pottie. 2007. Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Bank Umum di Indonesia. Semarang. Universitas Diponegoro. Rahardja, Prathama. 2004. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro Ekonomi dan Makro Ekonomi. Jakarta: Universitas Indonesia. Republika. 2008. Direktori Bank Syariah Republika. Jakarta: Republika. Sahara, Ayu Yanita. 2010. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Sari, Erni Indah. 2013. Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Terhadap Return Saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Jakarta: STIE MDP. Sartika, Dewi. 2012. Analisis pengaruh Ukuran perusahaan, Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif dan Likuiditas Terhadap Return On Asset (ROA). Makasar: Universitas Hasannudin. Silvanita, Ktut. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Erlangga. Supriyanti, Neni. 2009. Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI Terhadap Kinerja Keuangan PT Bank Mandiri Berdasarkan Rasio Keuangan. Jakarta: Universitas Gunadarma. Utomo, Novianto Satrio. 2009. Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi dan Suku Bunga BI Terhadap Kinerja keuangan PT. bank Muamalat Berdasarkan Rasio Keuangan. Jakarta: Universitas Gunadarma. 100 Wibowo, Edhi Satriyo. 2012. Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Semarang. Universitas Diponegoro. Zulifah, Fitri. 2013. Pengaruh Inflasi, BI Rate Capital Adequancy Ratio (CAR) Non Performing Finance (NPF) Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2005 Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2006 Statistik Perbankan Syariah 2014 www.muamalatbank.com diakses tanggal 15 Juni 2015 www.bsmi.co.id diakses tanggal 25 Juni 2015 www.syariahmandiri.co.id diakses tanggal 15 Juni 2015 www.bi.go.id diakses tanggal 05 Mei 2015 www.bni.go.id diakses tanggal 15 Juni 2015 101 LAMPIRAN 102 LAMPIRAN 1 TABEL INPUT DATA PENELITIAN TAHUN 2012 2013 2014 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 NAMA BANK BANK MUAMALAT BANK SYARIAH MANDIRI INFLASI BI RATE ROA ROE 3,72% 4,49% 4,48% 4,41% 5,26% 5,64% 8,60% 8,35% 7,76% 7,11% 4,35% 6,47% 3,72% 4,49% 4,48% 4,41% 5,26% 5,64% 8,60% 8,35% 7,76% 7,11% 4,35% 6,47% 5,83% 5,75% 5,75% 5,75% 5,75% 5,83% 6,81% 7,41% 7,50% 7,50% 7,50% 7,62% 5,83% 5,75% 5,75% 5,75% 5,75% 5,83% 6,81% 7,41% 7,50% 7,50% 7,50% 7,62% 1,51% 1,61% 1,62% 1,65% 1,72% 1,66% 1,68% 0,50% 1,44% 1,03% 0,10% 0,17% 2,17% 2,25% 2,22% 2,25% 2,56% 1,79% 1,51% 1,53% 1,77% 0,66% 0,80% 0,17% 26,03% 27,72% 28,57% 29,16% 41,77% 41,80% 41,69% 11,41% 21,77% 15,96% 1,56% 2,13% 66,56% 68,52% 68,43% 68,09% 70,11% 50,30% 43,49% 44,58% 53,86% 20,17% 24,64% 4,82% 103 2012 2013 2014 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 BANK MEGA SYARIAH BANK BNI SYARIAH 3,72% 4,49% 4,48% 4,41% 5,26% 5,64% 8,60% 8,35% 7,76% 7,11% 4,35% 6,47% 3,72% 4,49% 4,48% 4,41% 5,26% 5,64% 8,60% 8,35% 7,76% 7,11% 4,35% 6,47% 5,83% 5,75% 5,75% 5,75% 5,75% 5,83% 6,81% 7,41% 7,50% 7,50% 7,50% 7,62% 5,83% 5,75% 5,75% 5,75% 5,75% 5,83% 6,81% 7,41% 7,50% 7,50% 7,50% 7,62% 104 3,52% 4,13% 4,11% 3,81% 3,57% 2,94% 2,57% 2,33% 1,18% 0,99% 0,24% 0,29% 0,63% 0,65% 1,31% 1,48% 1,62% 1,24% 1,22% 1,37% 1,22% 1,11% 1,11% 1,27% 47,56% 56,14% 58,76% 57,98% 52,06% 35,62% 29,47% 26,23% 11,99% 9,98% 2,21% 2,50% 4,23% 4,20% 8,64% 10,18% 13,98% 10,87% 11,54% 11,73% 13,79% 13,28% 13,12% 13,96% LAMPIRAN 2 OUTPUT SPSS UJI ASUMSI KLASIK DAN REGRESI LINEAR BERGANDA Analisis Statistik Deskriptif Masing-Masing Variabel Inflasi BI Rate ROA ROE Valid N (listwise) Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic 48 .04 .09 .0589 .01660 48 .06 .08 .0658 .00838 48 .00 .04 .0163 .01005 48 .02 .70 .2903 .21649 48 Hasil Uji Multikolonieritas Dengan Matriks Korelasi Coefficient Correlationsa Model BI Rate Inflasi 1 BI Rate Covariances Inflasi a. Dependent Variable: ROA Correlations 105 BI Rate 1.000 -.648 .034 -.011 Inflasi -.648 1.000 -.011 .009 Hasil Uji Multikolonieritas Dengan Matriks Korelasi Coefficient Correlationsa Model BI Rate Inflasi BI Rate 1.000 -.648 Correlations Inflasi -.648 1.000 1 BI Rate 17.738 -5.800 Covariances Inflasi -5.800 4.513 a. Dependent Variable: ROE Hasil Uji Multikolonieritas Dengan Nilai Tolerance dan VIF Model Coefficientsa Collinearity Statistics Tolerance (Constant) 1 Inflasi .580 BI Rate .580 a. Dependent Variable: ROA, ROE VIF 1.725 1.725 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Std. Error of the DurbinSquare Estimate Watson a 1 .904 .817 .805 .00432 2.148 a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate b. Dependent Variable: ROA 106 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .864a .747 .729 a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate b. Dependent Variable: ROE Diagram Heterokedastisitas 107 .11291 DurbinWatson 1.961 Hasil Uji Park Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized t Coefficients Std. Error Beta (Constant) -2.122 1.136 1 Inflasi -4.226 10.989 BI Rate -37.100 21.785 a. Dependent Variable: LnU2i Sig. B Diagram Heterokedastistas 108 -.070 -.311 -1.867 -.385 -1.703 .068 .702 .095 Hasil Uji Park Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) .153 1.225 .125 .901 1 Inflasi -7.207 11.843 -.113 -.609 .546 BI Rate -27.435 23.477 -.218 -1.169 .249 a. Dependent Variable: LnU2i2 Histogram Uji Normalitas 109 Histogram Uji Normalitas 110 Uji Normalitas Dengan Normal P-P Plot 111 Uji Normalitas Dengan Normal P-P Plot Hasil Uji Linieritas Model Summaryb Mode R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson l Square Estimate a 1 .904 .818 .805 .00431 2.126 a. Predictors: (Constant), Inflasi2, BIRate2 b. Dependent Variable: ROA 112 Hasil Uji Linieritas Model Summaryb Mode R R Square Adjusted R l Square 1 .864a .746 .729 a. Predictors: (Constant), Inflasi2, BIRate2 b. Dependent Variable: ROE Std. Error of the Durbin-Watson Estimate .11308 1.937 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) .067 .010 6.927 .000 1 Inflasi .162 .093 .267 1.737 .089 BI Rate -.910 .185 -.758 -4.930 .000 a. Dependent Variable: ROA Hasil Uji Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 1.264 .220 5.751 .000 1 Inflasi 2.831 2.124 .217 1.333 .189 BI Rate -17.315 4.212 -.670 -4.111 .000 a. Dependent Variable: ROE 113 Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .904a .817 .805 a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate b. Dependent Variable: ROA DurbinWatson .00432 2.148 Hasil Koefisien Determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .864a .747 .729 a. Predictors: (Constant), Inflasi, BI Rate b. Dependent Variable: ROE DurbinWatson .11291 1.961 Hasil Uji Statistik F ANOVAa Model Sum of Squares Df Mean Square F Regression .002 2 1 Residual .003 45 Total .005 47 a. Dependent Variable: ROA b. Predictors: (Constant), BI Rate, Inflasi 114 .001 .000 Sig. 13.988 .000b Hasil Uji Statistik F ANOVAa Model Sum of Squares Df Mean Square F Regression .677 2 1 Residual 1.526 45 Total 2.203 47 a. Dependent Variable: ROE b. Predictors: (Constant), BI Rate, Inflasi .338 .034 Sig. 9.982 .000b Hasil Uji Statistik t Coefficientsa Model Unstandardized Standardized T Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta 1.824 .301 6.066 .000 .102 .029 .494 3.451 .001 -.350 .057 -.873 -6.095 .000 (Constant) Inflasi 1 Suku Bunga BI a. Dependent Variable: ROA Hasil Uji Statistik t Coefficientsa Model Unstandardized Standardized t Sig. Coefficients Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 3.328 .426 7.821 .000 1 Inflasi .131 .042 .478 3.135 .003 Suku Bunga BI -.427 .081 -.802 -5.260 .000 a. Dependent Variable: ROE 115 Lampiran 4 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Salatiga pada tanggal 22 Februari 1992 dari ayah yang bernama bpk. Achmad Munawi dan alm. ibu. Sri Sulistriyati. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Sidorejo Lor 06 pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Salatiga dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikannya di Madrasah Aliyah Negeri Salatiga dan lulus pada tahun 2010. Mulai tahun 2011, penulis mengikuti perkuliahan di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Program Studi S1 Perbankan Syariah. Kini Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga beralih status menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Hingga penulisan skripsi ini selesai, penulis masih terdaftar sebagai mahasiswi Program Studi S1 Perbankan Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. 116