11 rigiditas suku bunga kredit bank kepada umkm dalam

advertisement
RIGIDITAS SUKU BUNGA KREDIT BANK KEPADA UMKM DALAM KERANGKA
ANALISIS MAKRO EKONOMI (Eugenia Mardanugraha)
RIGIDITAS SUKU BUNGA KREDIT BANK KEPADA UMKM DALAM KERANGKA
ANALISIS MAKROEKONOMI
THE RIGIDITY OF BANK LENDING RATES TO SMES IN MACROENOMIC ANALYSIS
FRAMEWORK
Eugenia Mardanugraha
Dosen dan Peneliti Bidang Keuangan dan UKM
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Target pemerintah agar UMKM dapat menikmati suku bunga rendah di bawah 10% pada
akhir tahun 2016, diupayakan dengan memberikan subsidi suku bunga bagi bank penyalur
Kredit Usaha Rakyat (KUR). Nampaknya upaya tersebut belum berhasil, hal ini ditunjukkan
masih tingginya suku bunga pinjaman KUR/pinjaman non KUR? di Indonesia, yaitu sekitar 12%
tertinggi jika dibandingkan dengan beberapa negara di Asia yang rata-rata 6%-8%. Akhir-akhir ini
suku bunga pinjaman tersebut memiliki kecenderungan meningkat. Kekakuan atau rigiditas suku
bunga pinjaman disebabkan oleh keengganan bank untuk meminjamkan kepada sektor UMKM
(jika ada data terkini dapat dimunculkan porsi atau jumlah pinjaman KUR dan non KUR untuk
KUKM) sehingga tambahan uang beredar dalam perekonomian belum cukup untuk membawa
perekonomian pada pertumbuhan ekonomi tinggi dengan tingkat suku bunga rendah sesuai
yang ditargetkan. Tulisan ini membahas rigiditas suku bunga dengan kerangka makroekonomi
Keynesian. Rigiditas suku bunga dapat dikurangi dengan pemerintah mengintervensi secara
langsung pasar kredit dengan mendirikan sebuah bank yang khusus meminjamkan kepada UMKM.
Bank ini bekerja dengan lebih efisien daripada bank penyalur KUR yang ada saat ini, sehingga
dapat menyalurkan kredit dengan bunga lebih rendah. Bank ini menjadi kepanjangan tangan
pemerintah sehingga kebijakan fiskal ekspansi yang dijalankan mencapai target pertumbuhan
ekonomi dan suku bunga yang diinginkan.
Kata Kunci: Suku Bunga, Pertumbuhan Ekonomi, Subsidi, Kebijakan Fiskal, UKM
Abstract
The Indonesian government objective that SMEs can enjoy low-interest rates loan below
10% at the end of this year is stimulated by giving interest rate subsidy to the banks that channel
Kredit Usaha Rakyat (KUR). This effort seems has not been successful yet. It is indicated by
persistently high rates on loans in Indonesia. Currently, the Indonesian loan rate is about 12%
while other Asian countries only 6%-8%. Lately, the trend of Indonesian interest rate is increasing.
The rigidity of interest rate is caused by the refutation of commercial banks to lend SMEs. The
additional money supply to the economy is not enough to decrease the interest rate and increase
the economic growth as the government expects. This paper discusses the rigidity of interest rates
using the Keynesian macroeconomic framework. The rigidity of interest rates can be eliminated
by the government direct intervention to the credit market. The government should establish a
special bank that only lend to the SMEs. This bank has a role as a government agent to supply
more money to the economy especially to the SMEs. The bank operates more efficiently than
existing commercial banks, so it needs not high-interest rate margin. Then SMEs can borrow
11
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 11-21
money from this bank with the low-interest rate as targeted by the government, at the end, the
targeted economic growth can be achieved as well.
Key words: interest rate, economic growth, fiscal policy, subsidy, SME
1.
Pengantar
Pada Gambar di atas dapat dilihat
terjadinya penurunan cukup tajam di tahun
2012, namun
pada tahun
selanjutnya
UMKM.
Targetnya
sukumengalami
bunga
trend kenaikan. Suku bunga pinjaman masih
pinjaman
akhirditahun
2016 sebesar
single
berada
padadilevel
atas 10%.
Dibandingkan
dengan
negara-negara
lainnya,
suku
digit atau
di bawahdi10Asia
persen.
Menurut
bunga pinjaman di Indonesia adalah yang
Data Bank Indonesia terkini, suku bunga
tertinggi. Gambar 2 berikut ini menyajikan
perbandingan
suku bunga jenis
kreditkredit
di beberapa
pinjaman berdasarkan
dapat
negara Asia.
Dalam periode kepemimpinan presiden
Jokowi,
pemerintah sering sekali mengeluarkan
1. Pengantar
kebijakan ekonomi terkait dengan UMKM.
Dalam periode kepemimpinan presiden
Fokus kebijakan adalah memudahkan akses
Jokowi,UMKM
pemerintah
sering sukusekali
kredit
dan memberikan
bunga
rendah bagi
mengeluarkan kebijakan ekonomi terkait
UMKM. Targetnya suku bunga pinjaman
dengan
UMKM. Fokus kebijakan adalah
di akhir tahun 2016 sebesar single digit atau di
memudahkan
kredit
dan
bawah
10 persen.akses
Menurut
DataUMKM
Bank Indonesia
terkini,
suku bunga
pinjaman
berdasarkan
memberikan
suku bunga
rendah
bagi jenis
dilihat pada Gambar 1 berikut ini:
kredit dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1
Gambar 1
Suku Bunga Pinjaman Perbankan untuk Berbagai Jenis Kredit
Suku Bunga Pinjaman Perbankan untuk Berbagai Jenis Kredit
14,50
14,00
13,50
13,00
12,50
Modal Kerja
12,00
Investasi
11,50
Konsumsi
11,00
10,50
10,00
Ags
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
2013
Jan
Des
Nov
Okt
Sep
Ags
Jul
Jun
20112012
2015
Sumber: Bank
Bank Indonesia
Indonesia
Sumber:
Pada Gambar di atas dapat dilihat
terjadinya penurunan cukup tajam di tahun
2012, namun pada tahun selanjutnya
12
mengalami trend kenaikan. Suku bunga
pinjaman masih berada pada level di atas
di Asia lainnya, suku bunga pinjaman di
Indonesia adalah yang tertinggi. Gambar 2
berikut ini menyajikan perbandingan suku
bunga kredit di beberapa negara Asia.
RIGIDITAS SUKU BUNGA KREDIT BANK KEPADA UMKM DALAM KERANGKA
ANALISIS MAKRO EKONOMI (Eugenia Mardanugraha)
Gambar 2
Gambar 2
Suku bunga pinjaman negara-negara tetangga
Suku bunga pinjaman negara-negara tetangga
14
12
Singapore
10
Philippines
8
Malaysia
6
Thailand
China
4
Japan
2
Indonesia
2011
2012
2013
2014
Sumber: World
WorldBank
Bank
Sumber:
Hampir
semua
negara
maju
dan
Hampir semua
negara maju
dan
berkembang
di Asia memberikan
suku bunga
di
bawah 10%di atau
Suku bunga
berkembang
Asia1 digit.
memberikan
suku di
negara-negara
untuk
bunga di bawahtersebut
10% ataucenderung
1 digit. Suku
turun, sementara suku bunga di Indonesia
bunga di negara-negara tersebut cenderung
cenderung meningkat. Pemerintah Indonesia
untuk turun,
sementara
bunga dapat
di
berupaya
dengan
berbagai suku
cara untuk
Indonesia tingkat
cenderung
meningkat.
menurunkan
suku bunga
pinjaman
Pemerintah
berupaya
dengan
pada
tingkat Indonesia
yang rendah,
khususnya
bagi
UMKM,
meningkatkan
daya saing
berbagai sehingga
cara untuk
dapat menurunkan
produk
yang
dihasilkan.
Perbankan
yang
tingkat suku bunga pinjaman pada tingkat
merupakan pelaku utama dalam pasar kredit
yang rendah, khususnya bagi UMKM,
kepada UMKM memiliki peranan terpenting
sehinggamewujudkan
meningkatkankeinginan
daya saingpemerintah
produk
dalam
yang dihasilkan.
Perbankan
yang
menurunkan
suku bunga.
Tanpa dukungan
perbankan,
bunga
kredit
di Indonesia
merupakan suku
pelaku
utama
dalam
pasar
tidak
dapat
turun.
Pada
akhirnya,
target
kredit kepada UMKM memiliki peranan
pemerintah menumbuhkan perekonomian dan
terpenting dalam mewujudkan keinginan
menurunkan suku bunga tidak tercapai.
pemerintah menurunkan suku bunga. Tanpa
Analisis kebijakan pemerintah dan bank
dukungan perbankan, suku bunga kredit di
sentral dalam teori ekonomi, sampai saat ini
Indonesia tidak
dapatmenggunakan
turun. Pada akhirnya,
dipelajari
dengan
kerangka
target
pemerintah
menumbuhkan
Keynesian, yang merupakan buah pikir
John
Maynarddan
Keynes
pada suku
Tahun
1930
perekonomian
menurunkan
bunga
dalam
bukunya yang berjudul The General
tidak tercapai.
Theory of Employment, Interest, and Money.
Analisis kebijakan pemerintah dan
bank sentral dalam teori ekonomi, sampai
saat ini dipelajari dengan menggunakan
Kebijakan ekonomi digolongkan menjadi
kerangkafiscal
Keynesian,
yang merupakan
buah
kebijakan
dan moneter.
Kebijakan fiscal
adalah
pemerintah
pikir kebijakan
John Maynard
Keynesmeningkatkan
pada Tahun
pengeluaran
atau berjudul
mengurangi
1930 dalam (ekspansi)
bukunya yang
The
penerimaannya
(kontraksi).
Sedangkan
General Theory of Employment, Interest,
kebijakan moneter adalah kebijakan bank
and meningkatkan
Money. (ekspansi)
Kebijakan atauekonomi
sentral
menarik
digolongkan
menjadi
kebijakan
fiscal
dan
(kontraksi) uang beredar dalam perekonomian
moneter.
Kebijakan
yang
dilaksanakan
olehfiscal
bankadalah
sentral.kebijakan
Dampak
dari
keempat tindakan
otoritas, yaitu
ekspansi
pemerintah
meningkatkan
pengeluaran
fiscal,
kontraksi
fiscal,
ekspansi
moneter,
(ekspansi) atau mengurangi penerimaannya
dan kontraksi moneter terhadap perubahan
(kontraksi). Sedangkan kebijakan moneter
suku bunga dan pertumbuhan ekonomi suatu
adalahdianalisis
kebijakandenganbank
sentral
negara
menggunakan
meningkatkan
(ekspansi)
atau menarik
kerangka
pemikiran
Keynes. Dalam
sejarah
pemikiran
ekonomiuang
disebut Keynesian.
Dalam
(kontraksi)
beredar
dalam
kerangka
pemikiran
ini,
ekspansi
fiscal
perekonomian yang dilaksanakan oleh tanpa
bank
disertai ekpansi moneter tidak menghasilkan
sentral. Dampak dari keempat tindakan
pertumbuhan ekonomi yang optimal. Sehingga,
otoritas, yaitu
fiscal, kontraksi
kebijakan
fiskal ekspansi
harus diimbangi
dengan
fiscal, ekspansi
moneter,
kontraksi
tambahan
uang beredar
yang dan
cukup
dalam
perekonomian.
moneter terhadap perubahan suku bunga
danTulisan
pertumbuhan
ekonomi
suatu subsidi
negara
ini mengulas
kebijakan
suku
bunga dengan
kredit KUR
kepada perbankan
dianalisis
menggunakan
kerangka
sebagai
salah Keynes.
satu upaya
pemikiran
Dalampemerintah
sejarah
memperluas akses UMKM dalam pasar kredit.
pemikiran ekonomi disebut Keynesian.
Dalam kerangka pemikiran ini, ekspansi
fiscal tanpa disertai ekpansi moneter tidak
13
4
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 11-21
Subsidi suku bunga KUR merupakan bagian
dari ekspansi fiskal yang dampaknya diharapkan
dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan
menurunkan tingkat suku bunga pinjaman di
dalam negeri. Tulisan ini merupakan hipotesis
penulis terhadap rigiditas atau kekakuan suku
bunga kredit perbankan, yang perlu dilanjutkan
dengan penelitian untuk membuktikan secara
empiris. Rigiditas disebabkan oleh tidak
cukupnya tambahan kredit yang disalurkan
bank ke dalam perekonomian. Rigiditas ini
menyebabkan target pemerintah menurunkan
suku bunga kredit menjadi satu digit tidak
tercapai. Pada bagian akhir tulisan ini terdapat
analisis mengenai penyebab rigiditas suku
bunga serta rekomendasi kepada pemerintah
untuk melonggarkan rigiditas tersebut.
2.
Kebijakan subsidi suku bunga KUR
Dalam rangka pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi
(UMKMK), penciptaan lapangan kerja, dan
penanggulangan kemiskinan, terlebih pada
pemerintahan Presiden Jokowi seringkali
menerbitkan paket kebijakan yang bertujuan
meningkatkan memberdayakan UMKM.
Kebijakan pengembangan dan pemberdayaan
UMKMK mencakup 1) Peningkatan akses
pada sumber pembiayaan; 2) Pengembangan
kewirausahan; 3) Peningkatan pasar produk
UMKM; dan 4) Reformasi regulasi UMKM.
kemampuan untuk mengembalikan, namun
belum memenuhi persyaratan untuk dapat
meminjam kredit komersial bank. UMKM dan
Koperasi yang diharapkan dapat mengakses
KUR adalah yang bergerak di sektor usaha
produktif antara lain: pertanian, perikanan dan
kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa
keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR
dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM
dan Koperasi dapat langsung mengakses
KUR di Kantor Cabang atau Kantor Cabang
Pembantu Bank Pelaksana. Untuk lebih
mendekatkan pelayanan kepada usaha mikro,
maka penyaluran KUR dapat juga dilakukan
secara tidak langsung, dimana usaha mikro
dapat mengakses KUR melalui Lembaga
Keuangan Mikro dan KSP/USP Koperasi, atau
melalui kegiatan linkage program lainnya yang
bekerjasama dengan Bank Pelaksana.
Upaya peningkatan akses pada sumber
pembiayaan antara lain dilakukan dengan
memberikan penjaminan kredit bagi UMKMK
melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR
sudah diluncurkan sejak tanggal 5 November
2007, dengan fasilitas penjaminan kredit dari
Pemerintah melalui PT Askrindo dan Perum
Jamkrindo. Adapun Bank Pelaksana yang
menyalurkan KUR ini adalah Bank BRI, Bank
Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah
Mandiri, dan Bank Bukopin.
Kredit KUR dijamin oleh perusahaan
penjamin yaitu PT (Persero) Asuransi Kredit
Indonesia (PT Askrindo) dan Perusahaan Umum
Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo)
serta perusahaan lainnya yang secara sukarela
mengikatkan diri dan tunduk kepada Nota
Kesepahaman Bersama untuk melakukan
dan memberikan sebagian penjaminan
kredit/pembiayaan secara otomatis bersyarat
(conditional automatic cover) kepada Bank
Pelaksana. Kredit Modal Kerja dan atau Kredit
Investasi dengan plafon kredit sampai dengan
Rp 500 juta yang diberikan kepada usaha
mikro, kecil dan koperasi yang memiliki usaha
produktif yang akan mendapat penjaminan dari
Perusahaan Penjamin. Dengan adanya jaminan
dari kedua perusahaan tersebut, bank pelaksana
merasa lebih yakin untuk dapat meminjamkan
kepada UMKM. Penjaminan merupakan salah
satu upaya pemerintah agar bank pelaksana
menambah besaran jumlah uang beredar di
masyarakat, yaitu dengan menyalurkan kredit
kepada UMKM.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/
pembiayaan yang diberikan oleh perbankan
kepada UMKMK yang feasible tapi belum
bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut
memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki
KUR bertujuan untuk 1) Meningkatkan
akses pembiayaan UMKMK kepada Bank;
2) Pembelajaran UMKM untuk menjadi
debitur yang bankable sehingga dapat dilayani
sesuai ketentuan komersial perbankan pada
14
RIGIDITAS SUKU BUNGA KREDIT BANK KEPADA UMKM DALAM KERANGKA
ANALISIS MAKRO EKONOMI (Eugenia Mardanugraha)
umumnya (Sebagai embrio debitur komersial).
3) agar usaha yang dibiayai dapat tumbuh dan
berkembang secara berkesinambungan.
Ketentuan kur di setiap bank berbedabeda, sesuai dengan kebijakan internal masingmasing bank pelaksana. Berikut ini adalah
ketentuan KUR dari Bank Rakyat Indonesia,
sebagai bank yang menyalurkan KUR
terbanyak. 1) KUR Mikro. Calon debitur adalah
individu yang melakukan usaha produktif yang
layak memiliki legalitas yang lengkap, yaitu
KTP / SIM, Kartu Keluarga (KK), Lama usaha
minimal 6 bulan 2) KUR Ritel. Calon debitur
adalah individu (perorangan / badan hukum),
Kelompok, Koperasi yang melakukan usaha
produktif yang layak Memiliki legalitas yang
lengkap, yaitu: Individu: KTP / SIM, & KK,
Kelompok: Surat Pengukuhan dari Instansi
terkait atau Surat Keterangan dari Kepala Desa /
Kelurahan atau Akte Notaris, Koperasi / Badan
Usaha Lain: Sesuai ketentuan yang berlaku;
Lama usaha minimal 6 bulan; Perijinan: Plafond
kredit s/d Rp. 100 juta: SIUP, TDP & SITU arau
Surat Keterangan Usaha dari Lurah/ Kepala
Desa, Plafond kredit > Rp. 100 juta : Minimal
SIUP atau sesuai ketentuan yang berlaku. 3)
KUR Linkage Program (Executing). Calon
debitur adalah BKD, Koperasi Sekunder, KSP/
USP, BPR/BPRS, Lembaga Keuangan Non
Bank, Kelompok Usaha, LKM diperbolehkan
mendapatkan fasilitas pembiayaan dari
perbankan namun tidak sedang menikmati
Kredit Program Pemerintah. Memiliki legalitas
yang lengkap, yaitu: AD/ART, Memliki ijin
usaha dari pihak yang berwenang, Pengurus
aktif, Lama usaha minimal 6 bulan. 5) KUR
Linkage Program (Channelling). Calon debitur
adalah: End user, yang tidak sedang menikmati
KMK (Kredit Modal Kerja) atau KI (Kredit
Investasi) dan atau Kredit Pemerintah, namun
Kredit Konsumtif diperbolehkan Lembaga
Linkage, diperbolehkan sedang mendapatkan
pembiayaan dari Perbankan maupun Kredit
Program Pemerintah. Legalitas: end user,
sesuai dengan ketentuan KUR Mikro dan KUR
Ritel.
Persyaratan kredit KUR pada bank BRI
adalah sebagai berikut: 1) KUR Mikro. Plafond
kredit maksimal Rp 20 juta, Suku bunga efektif
maks 22% per tahun, Jangka waktu & jenis
kredit: KMK: maksimal 3 tahun, KI: maksimal
5 tahun Dalam hal perpanjangan,suplesi dan
restrukturisasi: KMK: maksimal 6 tahun,
KI: maksimal 10 tahun. Agunan: Pokok:
Dapat hanya berupa agunan Pokok apabila
sesuai keyakinan Bank Proyek yang dibiayai
cashflownya mampu memenuhi seluruh
kewajiban kepada bank (layak). Tambahan:
Sesuai dengan ketentuan pada Bank Pelaksana.
2) KUR Ritel. Plafond kredit > Rp 20 juta s/d
Rp 500 juta, Suku bunga efektif maksimum
13 % per tahun, Jangka waktu & jenis kredit:
KMK: maksimal 3 tahun, KI: maksimal 5
tahun Dalam hal perpanjangan,suplesi dan
restrukturisasi KMK : maksimal 6 tahun,
KI : maksimal 10 tahun. Agunan:Pokok:
Dapat hanya berupa agunan Pokok apabila
sesuai keyakinan Bank Proyek yang dibiayai
cashflownya mampu memenuhi seluruh
kewajiban kepada bank (layak), Tambahan:
Sesuai dengan ketentuan pada Bank Pelaksana.
3) KUR Linkage Program (Executing). Plafond
kredit: Plafond maks Rp. 2 Miliar, Pinjaman
BKD, KSP/USP, BMT, LKM ke end user maks
Rp. 100 juta. Jangka waktu & jenis kredit:
KMK: maksimal 3 tahun, KI : maksimal 5
tahun. Dalam hal perpanjangan,suplesi dan
restrukturisasi: KMK: maksimal 6 tahun, KI:
maksimal 10 tahun, Suku bunga: Lembaga
Linkage : Efektif maksimal 13 % per tahun.
Dari Lembaga Linkage ke UMKM: Efektif
maksimal 22 %, Agunan: Pokok: Piutang
kepada nasabah, Tambahan: sesuai dengan
ketentuan pada Bank Pelaksana. 4) KUR
Linkage Program (Channelling). Plafond
kredit sesuai dengan ketentuan KUR Mikro
dan KUR Ritel. Jangka waktu & jenis kredit:
KMK: maksimal 3 tahun, KI: maksimal 5
tahun. Dalam hal perpanjangan,suplesi dan
restrukturisasi: KMK: maksimal 6 tahun,
KI: maksimal 10 tahun, Suku bunga: sesuai
dengan, ketentuan KUR Mikro dan KUR Ritel.
Agunan: Pokok: Piutang kepada nasabah,
Tambahan: sesuai dengan ketentuan pada Bank
Pelaksana.
15
(Executing). Plafond kredit: Plafond maks
Rp. 2 Miliar, Pinjaman BKD, KSP/USP,
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 11-21
BMT, LKM ke end user maks Rp. 100 juta.
Jangka waktu & jenis kredit: KMK:
maksimal 3 tahun, KI : maksimal 5 tahun.
Pemberian subsidi suku bunga KUR
perpanjangan,suplesi
dan
kepada Dalam
bank halpelaksana
diatur dalam
restrukturisasi:
maksimalRepublik
6 tahun,
Keputusan
Menteri KMK:
Keuangan
Indonesia
Nomor
1355/KMK.05/2015
Tentang
KI: maksimal 10 tahun, Suku bunga:
Besaran Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat.
Lembaga Linkage : Efektif maksimal 13 %
Menetapkan besaran subsidi bunga Kredit
per tahun.
Darikepada
Lembaga
Linkage
ke
Usaha Rakyat
(KUR)
Penyalur
KUR
dengan UMKM:
Ketentuan
sebagai
berikut:
untuk
Efektif
maksimal
22 %,a.Agunan:
KUR Mikro
10% (sepuluh
b.
Pokok:sebesar
Piutang
kepada persen);
nasabah,
untuk KUR Ritel sebesar 4,5% (empat koma
Tambahan:
pada
lima persen);
c. sesuai
untukdengan
KUR ketentuan
Penempatan
TKI sebesar 12% (dua belas persen). Dengan
adanya peraturan ini diharapkan bank
pelaksana dapat menyalurkan kredit KUR
dengan bunga di bawah 10%, namun bank
Bank pelaksana mempunyai kesempatan
pelaksana masih dapat menerima return di atas
untukTabel
memperoleh
return
cukup tinggiilustrasi
jika
10%.
1 berikut
ini menyajikan
menyalurkan
KUR.
Returnbank
yangpelaksana
tinggi
return
yang bisa
diperoleh
apabila
kredit
sebesar
tersebutmengenakan
telah beradabunga
di atas
suku
bunga9%
untuk
setiap
jenis
KUR.
deposito. Artinya bank telah memperoleh
profit margin yang cukup besar apabila
atas 10%. Tabel 1 berikut ini menyajikan
ilustrasi return yang bisa diperoleh bank
pelaksana apabila mengenakan bunga
kredit sebesar 9% untuk setiap jenis KUR.
Tabel 1
Tabel 1
Persentase
Return
dan
Margin
Bank
Persentase Return
dan
Margin
Bank
Pelaksana KUR
Pelaksana KUR
Jenis KUR
Subsidi Return Margin
10%
19.00% 12%
Mikro
4.50% 13.50% 6%
Ritel
21.00% 14%
Penempatan TKI 12%
Bank pelaksana mempunyai kesempatan
untuk memperoleh return cukup tinggi jika
7
menyalurkan KUR.
Return yang tinggi
tersebut telah berada di atas suku bunga
deposito.
ArtinyaKUR.
bank telah
memperoleh
profit
menyalurkan
Gambar
3 berikut
ini
margin
yang cukup
apabila
menyalurkan
menyajikan
sukubesar
bunga
deposito
bank
KUR. Gambar 3 berikut ini menyajikan suku
umum jangka waktu 3 bulan periode
bunga deposito bank umum jangka waktu 3
Januari
2010Januari
sampai2010
dengan
September
bulan
periode
sampai
dengan
2015.
Rata-rata
suku
bunga
pada
periode
September 2015. Rata-rata suku bunga pada
periode
tersebut
tersebut
adalahadalah
7.3%.7.3%.
Gambar 3
Gambar 3
Tingkat Suku Bunga Deposito Berjangka 3 Bulan Bank Umum
Tingkat Suku
Bunga
Deposito
Berjangka 2015
3 Bulan Bank Umum
Periode
Januari
2010-September
Periode Januari 2010-September 2015
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
Jul-15
Apr-15
Jan-15
Okt-14
Jul-14
Apr-14
Jan-14
Okt-13
Jul-13
Apr-13
Jan-13
Okt-12
Jul-12
Apr-12
Jan-12
Okt-11
Jul-11
Apr-11
Jan-11
Okt-10
Jul-10
Apr-10
Jan-10
0
Sumber:Bank
BankIndonesia
Indonesia
Sumber:
Bank pelaksana memiliki kesempatan
untuk memperoleh interest margin sebesar
6%-14% jika menyalurkan KUR, seperti
16
dapat dilihat pada Tabel 1 di atas. Artinya
Jika dalam 1 tahun ditargetkan penyaluran
KUR adalah sebesar 100 trilyun rupiah,
maka kesempatan bank memperoleh profit
penjaminan dari PT Askrindo dan Perum
Jamkrindo. Salah satu diantaranya adalah
kredit yang disalurkan dalam skala kecil,
sementara kredit kepada korporasi
langsung disalurkan dalam skala besar.
Alasan lainnya adalah UMKM tidak
memiliki catatan keuangan, sehingga sulit
RIGIDITAS SUKU BUNGA KREDIT BANK KEPADA UMKM DALAM KERANGKA
ANALISIS MAKRO EKONOMI (Eugenia Mardanugraha)
Bank pelaksana memiliki kesempatan
untuk memperoleh interest margin sebesar
6%-14% jika menyalurkan KUR, seperti dapat
dilihat pada Tabel 1 di atas. Artinya Jika dalam
1 tahun ditargetkan penyaluran KUR adalah
sebesar 100 trilyun rupiah, maka kesempatan
bank memperoleh profit margin adalah sebesar
6 – 14 trilyun rupiah dalam periode 1 tahun.
Sebenarnya bagi perekomian Indonesia, jumlah
ini tidak sedikit. Namun demikian bank masih
memiliki berbagai alasan untuk menghidari
menyalurkan kredit kepada UMKM.
Alasan yang paling sering dikemukakan
adalah risiko kegagalan bayar dari UMKM
yang tinggi, meskipun sudah ada skema
penjaminan dari PT Askrindo dan Perum
Jamkrindo. Salah satu diantaranya adalah
kredit yang disalurkan dalam skala kecil,
sementara kredit kepada korporasi langsung
disalurkan dalam skala besar. Alasan lainnya
adalah UMKM tidak memiliki catatan
keuangan, sehingga sulit bagi bank untuk
mengukur kemampuan atau ketidakmampuan
UMKM dalam mengembalikan kredit yang
akan diberikan.
Aturan lainnya mengenai subsidi suku
bunga KUR terdapat dalam Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 20 /
PMK.05/2016 tentang tata cara pelaksanaan
subsidi bunga untuk kredit usaha rakyat.
Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa
subsidi bunga KUR yang selanjutnya disebut
Subsidi Bunga adalah subsidi berupa bagian
bunga yang menjadi beban pemerintah sebesar
selisih antara tingkat bunga yang diterima oleh
penyalur KUR dengan tingkat bunga yang
dibebankan kepada penerima KUR. Dengan
subsidi sebesar 10% untuk KUR mikro, maka
bank penyalur KUR akan menerima bunga
sebesar 19%, jika UMKM dikenakan bunga
sebesar 9%. Dibandingkan dengan negaranegara Asia, seperti terdapat pada Gambar 2
di atas, tingkat bunga 9% sebenarnya masih
tergolong tinggi. Negara-negara lainnya
menerapkan suku bunga di bawah 8%. Dalam
peraturan ini juga disebutkan bahwa subsidi
bunga bertujuan untuk mendukung pelaksanaan
program KUR kepada Penerima KUR. Subsidi
Bunga dibayarkan oleh KPA mewakili
pemerintah kepada Penyalur KUR. Dana
Subsidi Bunga dialokasikan dalam APBN.
Pemerintah memperbesar pengeluarannya,
dengan demikian kebijakan subsidi bunga
KUR adalah kebijakan fiskal yang bersifat
ekspansif.
3.
Teori Makroekonomi dalam Analisis
Kebijakan
Teori makroekonomi yang sering
digunakan dalam menganalisis kebijakan
ekonomi adalah ide Keynes yang menjelaskan
fluktuasi makroekonomi pada jangka pendek.
Sejak pemikiran ini muncul di tahun 1930-an,
sampai saat ini masih menjadi acuan berbagai
negara dalam menganalisis kebijakan fiscal dan
moneter, dan dampaknya bagi perekonomian
suatu
negara.
Pengambil
kebijakan
mempertimbangkan kebijakan terbaik agar
permintaan agregat dan pendapatan masyarakat
meningkat. Permintaan agregat (aggregate
demand – AD) dibagi menjadi 2 bagian. Model
IS (investment-saving) menggambarkan pasar
barang dan jasa, dan model LM (liquidity
money) menggambarkan pasar keuangan.
Model IS-LM menggambarkan bagaimana
perekonomian bekerja dalam jangka pendek.
Harga diasumsikan tetap, sehingga penyebab
perubahan pendapatan dan suku bunga
yang dianalisis dalam model ini. Kurva IS
menggambarkan hubungan antara tingkat
suku bunga dan tingkat pendapatan pada
pasar barang dan jasa. Sedangkan kurva LM
menggambarkan hubungan antara suku bunga
dan tingkat pendapatan pada pasar keuangan.
Karena tingkat suku bunga mempengaruhi
investasi dan permintaan uang, maka variable
tersebutlah yang menghubungkan antara kedua
kurva. Model IS LM menunjukan interaksi
antara kedua pasar ini, sehingga diperoleh
keseimbangan tingkat pendapatan dalam
jangka pendek.
Keynes mengemukakan bahwa dalam
jangka pendek total pendapatan sangat
ditentukan oleh keingingan rumah tangga,
17
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 11-21
perusahaan dan pemerintah untuk berbelanja.
Semakin tinggi keinginan untuk berbelanja,
semakin banyak barang dan jasa yang dapat
dijual oleh perusahaan. Semakin banyak
perusahaan dapat menjual, semakin banyak
output yang mereka hasilkan dan semakin
banyak pekerja yang mereka bayar. Sehingga
menurut Keynes, masalah yang terjadi selama
resesi dan depresi adalah kurangnya belanja.
Kurva IS digunakan untuk menganalisis
kebijakan fiscal. Perubahan dalam kebijakan
fiskal yang meningkatkan permintaan barang
dan jasa sehingga menggeser kurva IS ke
kanan. Istilah lainnya dari kebijakan ini
adalah ekspansi fiscal. Sementara perubahan
kebijakan fiskal yang menurunkan permintaan
bahrang dan jasa (kontraksi fiskal) menggeser
kurva IS ke kiri. Kebijakan ekspansi fiscal
berarti bahwa pemerintah menambah belanja
barang dan jasa atau mengurangi pajak,
sementara kebijakan kontraksi fiscal memiliki
arti bahwa pemerintah mengurangi belanja
barang dan jasa atau meningkatkan pajak untuk
menambah penerimaan. Kebijakan kontraksi
fiscal menggeser kurva IS ke kiri (ke bawah),
sedangkan ekspansi fiscal menggeser kurva IS
ke kanan (ke atas).
Kurva LM digunakan untuk menganalisis
kebijakan moneter, yaitu kebijakan bank
sentral menarik atau menambah uang
beredar dalam masyarakat (penawaran uang).
Pergeseran kurva LM juga dapat disebabkan
oleh perubahan pendapatan masyarakat
(permintaan uang). Semakin tinggi pendapatan
masyarakat, maka masyarakat semakin banyak
membutuhkan uang untuk kebutuhan transaksi.
Kurva LM meringkas perubahan keseimbangan
permintaan dan penawaran uang. Kebijakan
bank sentral menarik uang beredar disebut
juga kebijakan moneter kontraksi, sedangkan
kebijakan menambah uang beredar disebut
kebijakan moneter ekspansi. Kebijakan
kontraksi moneter dilakukan bank sentral
dengan menaikan suku bunga, untuk menarik
18
masyarakat tidak memegang uang tunai untuk
berbelanja, tetapi menyimpannya di bank.
Sebaliknya, kebijakan ekspansi moneter
menurunkan suku bunga. Kontraksi moneter
menggeser kurva LM ke kiri (ke atas),
sedangkan ekspansi moneter menggeser kurva
LM ke kanan (ke bawah). Pergeseran kurva IS
dan LM dapat dilihat pada penjelasan Gambar
4 pada bagian berikut ini.
4.
Rigiditas
Suku
Perbankan
Bunga
Kredit
Gambar 4 berikut ini menjelaskan
perubahan pendapatan masyarakat (output)
dan suku bunga yang terjadi sebagai dampak
dari kebijakan subsidi suku bunga KUR
dengan menggunakan kerangka IS-LM.
Sebelum adanya kebijakan subsidi suku
bunga perekonomian berada pada titik A,
dimana tingkat pendapatan nasional adalah
Y* dan tingkat suku bunga r*. Kebijakan
subsidi suku bunga merupakan kebijakan
ekspansi fiscal karena pemerintah menambah
pengeluarannya. Kebijakan ini membuat
perekonomian berpindah pada titik B, dimana
tingkat pendapatan meningkat menjadi Y*1
demikian pula suku bunga meningkat pada r*1.
Tujuan pemerintah memberikan subsidi
suku bunga adalah mendorong agar bank
menyalurkan kredit kepada UMKM dengan
bunga yang rendah. Bertambahnya kredit yang
disalurkan oleh bank, akan menambah uang
beredar dalam masyarakat, atau menggeser
kurva LM ke kanan. Harapan pemerintah
adalah
bank
menyalurkan
kreditnya
sampai menggeser kurva LM ke LM’ atau
perekonomian ke titik C. Kondisi ekonomi
pada titik ini adalah tingkat pertumbuhan
yang tinggi Y*2 dan suku bunga yang rendah
r*2. Pemerintah tidak menjelaskan berapa
persentase tingkat pertumbuhan ekonomi yang
diinginkan, namun seringkali menyebutkan
tingkat suku bunga kredit adalah satu digit atau
kurang dari 10% pada akhir tahun 2016.
RIGIDITAS SUKU BUNGA KREDIT BANK KEPADA UMKM DALAM KERANGKA
ANALISIS MAKRO EKONOMI (Eugenia Mardanugraha)
Gambar
4
Gambar
4
Kurva
IS-LM
dan
perubahannya
kebijakan
subsidi
suku bunga KUR
Kurva IS-LM
dan
perubahannya
akibat akibat
kebijakan
subsidi suku
bunga KUR
Suku Bunga (R)
LM
LM’
B
r*1
r*
r*2
LM’’
D
A
C
IS’
IS
Y*
Y
*1
Y
*3
Y
*2
Output /
Pendapatan (Y)
Namun demikan, kebijakan memberikan apabila menyalurkan kredit kepada UMKM,
subsidi suku bunga kepada bank tidak serta tetap saja tambahan kredit yang disalurkan
merta membuat bank menambah penyaluran belum cukup untuk membawa suku bunga
kreditnya
kepada UMKM.
Inilah yangkebijakan
saya pinjaman pada trend yang menurun, terlebih
Namun
demikan,
5. Simpulan dan Saran
maksud sebagai rigiditas suku bunga kredit lagi mencapai target yang diharapkan
memberikan subsidi suku bunga kepada
perbankan. Langkah pemerintah mendorong pemerintah yaitu 1 digit (di bawah 10%) pada
bank
tidak agar
sertamencapai
merta titik
membuat
perekonomian
C denganbank
akhir tahunPemerintah
2016. Suku bunga
pinjaman disulit
sangat
dalam
pertumbuhan
ekonomi
Y*2
dan
suku
bunga
Indonesia
bersifat
rigit.
menambah penyaluran kreditnya kepada
mengupayakan agar suku bunga pinjaman
r*2
tidak
didukung
oleh
perbankan.
Perbankan
UMKM. Inilah yang saya maksud sebagai Rigiditas
bunga kreditmenurun.
di Indonesia Suku bunga
di suku
Indonesia
hanya menambah penyaluran kreditnya
menunjukkan hilangnya otoritas pemerintah
rigiditas
suku bunga
kredit
perbankan.
pinjaman masih berada di atas 10% dan
sehingga menggeser
kurva LM
sampai
pada
terhadap bank miliknya sendiri. Bank penyalur
Langkah
pemerintah
LM’’, atau perekonomian
pada titik mendorong
D. Pada
trend terbesar
meningkat.
Meskipun
KUR yang menunjukkan
merupakan bank-bank
di
titik ini tingkat suku
bungamencapai
tidak turun, tetap
perekonomian
agar
titik Indonesia,
C
perbankan
subsidi suku bunga
belum
mampudiberikan
untuk mewujudkan
pada r* dan pertumbuhan ekonomi*2hanya
keinginan oleh
pemerintah
agar UMKM
dapat menyalurkan
dengan pertumbuhan ekonomi Y dan suku
pemerintah
apabila
mencapai*2 Y*3, tidak sesuai dengan target
memperoleh
pinjaman
dengan
suku
bunga
bunga
r tidak
kredit kepada UMKM, tetap saja tambahan
pemerintah
yaitu didukung
Y*2. Suku oleh
bungaperbankan.
tidak
rendah sesuai target. Penyaluran KUR belum
bergerak turunhanya
atau rigit.
Perbankan
menambah penyaluran
kredit
yang disalurkan
belum
cukup untuk
menambah
uang beredar
di cukup untuk
kreditnya sehingga menggeser kurva LM
masyarakatmembawa
sehingga dapat
menurunkan
suku
suku
bunga pinjaman
pada trend
5. Kesimpulan dan Saran
bunga
sekaligus
meningkatkan
pendapatan
sampai pada LM’’, atau perekonomian
yang menurun, terlebih lagi mencapai
Pemerintah
sangat
sulit
dalam nasional sesuai dengan target.
pada
titik
D.
Pada
titik
ini
tingkat
suku
target yang diharapkan pemerintah yaitu 1
mengupayakan agar suku bunga pinjaman
*
IS-LM
menjelaskan persoalan ekonomi
bunga
tidakmenurun.
turun,Suku
tetap
r dan
di Indonesia
bungapada
pinjaman
digit (di bawah 10%) pada akhir tahun
yang dihadapi suatu negara dengan cara yang
masih berada di ekonomi
atas 10% dan
menunjukkan
pertumbuhan
hanya
mencapai
2016. banyak
Suku sekali
bungaasumsi
pinjaman
terlalu sederhana,
yang di Indonesia
trend
meningkat.
Meskipun perbankan
*3
Y , tidak sesuai dengan target pemerintah
digunakan. bersifat
Terlebih rigit.
lagi untuk menjelaskan
diberikan
subsidi suku bunga oleh pemerintah
*2
kebijakan ekonomi yang dilakukan pemerintah
yaitu Y . Suku bunga tidak bergerak turun
atau rigit.
Rigiditas suku bunga kredit di Indonesia
19
menunjukkan
hilangnya
otoritas
pemerintah terhadap bank miliknya sendiri.
Bank penyalur KUR yang merupakan bank-
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 11-21
untuk mendorong bertumbuhnya sektor
UMKM. Namun dengan kerangka pemikiran
Keynes ini dapat ditarik pelajaran bahwa harus
adanya koordinasi yang kuat antara otoritas
moneter dan otoritas fiscal. Di Indonesia,
otoritas moneter adalah Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan. Sementara otoritas
fiscal ada di tangan pemerintah, dalam hal
ini kementerian keuangan. Kedua otoritas
bersama dengan kementerian terkait harus
menyadari pentingnya koordinasi. Tanpa
adanya kebijakan moneter, kebijakan fiskal
memperbesar pengeluaran melalui subsidi
suku bunga tidak mencapai sasaran yang
diinginkan. Studi selanjutnya mengenai
20
rigiditas suku bunga perbankan di Indonesia
perlu diuji secara empiris.
Pemerintah harus dapat melakukan
intervensi secara langsung pada pasar kredit
ketika perbankan tidak dapat memenuhi
harapan pemerintah untuk dapat menurunkan
suku bunga. Caranya adalah dengan mendirikan
bank khusus yang hanya meminjamkan kepada
UMKM. Subsidi suku bunga hanya diberikan
kepada bank ini, bank ini beroperasi secara
lebih efisien sehingga dapat meminjamkan
dengan suku bunga rendah. Pada akhirnya misi
pemerintah untuk mencapai suku bunga rendah
seperti di negara-negara maju dan berkembang
lainnya tercapai.
RIGIDITAS SUKU BUNGA KREDIT BANK KEPADA UMKM DALAM KERANGKA
ANALISIS MAKRO EKONOMI (Eugenia Mardanugraha)
Daftar Pustaka
N. Gregory Mankiw, Macroeconomics, 8th
Edition. Worth Publishers; June 1, 2012.
ISBN-10: 1429240024, ISBN-13: 9781429240024
Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 1355/KMK.05/2015
Tentang Besaran Subsidi Bunga Kredit
Usaha Rakyat.
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 20 /PMK.05/2016
tentang tata cara pelaksanaan subsidi
bunga untuk kredit usaha rakyat
http://komite-kur.com/
Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
April 2016, Bank Indonesia.
http://data.worldbank.org/indicator/FR.INR.
LEND
21
Download