1. Bahan Vulkanik Pembentuk Kota Jember Keadaan geologi di Kabupaten Jember disusun oleh batuan Kuarter Tua, terutama pada daerah Gunung Argopuro. Menurut Widodo dkk. (2011)menyatakan bahwa proses pelapukan Breksi Argopuro yang berumur Kuarter Tua telah mencapai kedalaman lebih dari 20 meter dari muka tanah terdiri dari tanah residu dengan tebal 16 meter, tanah lapuk sedikit dengan tebal 4 meter dari batuan dasar. Dan menjelaskan bahwa G. Argopuro terletak di atas batuan dasar yang keras dengan SPT (Pengujian Penetrasi Standart) lebih dari 60 pukulan/kaki, dengan kemiringan lereng lebih dari 300 serta didominasi oleh material ukuran lempung-lanau, maka tanah residu volkanik Kuarter Tua G. Argopuro dalam keadaan kritis. Menurutnya, G. Argopuro juga dipengaruhi oleh terbentuknya endapan breksi volkanik hasil aliran lahar G. Merapi bulan Juni 2006, dan aktifitas endapan volkanisme G. Argopuro Panti Jember sudah berhenti lama dan endapan lahar yang sudah terbentuk langsung mengalami pelapukan. Tanah hasil pelapukan terus mengalami penebalan dan perubahan fisik-kimia dan terus semakin menghalus ukuran butirnya atau semakin melunak. Oleh karena waktu dan oleh karena terletak di lereng yang tajam maka tanah hasil pelapukan akan retak, kritis, dan atau longsor. Hal ini terjadi di daerah Panti Jember. Gambar 1. Daerah Gunung Argopuro, Kabupaten Jember 1 Menurut Tain dkk. (2005) fisiografi Jember termasuk dalam lajur Pegunungan Selatan Jawa, serta keadaan morfologinya berupa pedataran sepanjang Kali Sanen, sedangkan morfologi perbukitan atau tonjolan berupa gunung solitaire di daerah bagian barat, untuk morfologi pegunungan serta perbukitan berkelombang yang menempati daerah bagian tengah. Geologi daerah ini yang dianggap sebagai host rock adalah batuan berumur Oligosen Awal hingga Miosen Tengah, terdiri dari batuan “ignimbrite” mungkin serupa dengan batuan ignimbrite yang terdapat pada daerah Jampang, yang termasuk dalam lajur Selatan Jawa Bagian Barat (termasuk dalam Formasi Ciletuh berumur PraTersier). Batuan gunungapi andesit terpropilitkan serta terpiritkan yang dapat disetarakan dengan Formasi Meru Betiri (Tomm; Sapei T., 1992 dalam Tain dkk., 2005), dan secara umum dikenal dengan sebutan Formasi Andesit Tua (Bemmelen, 1949dalam Tain dkk., 2005), serta batuan lain mungkin dianggap sebagai batuan host rock adalah batuan sedimen yang dapat disetarakan dengan Formasi Batu Ampar/ Formasi Sukamade (Sapei T., dkk., 1992dalam Tain dkk., 2005) berupa perselingan batupasir dengan batu lempung tak terpisahkan bersisipan tufa dengan batupasir, batulempung, breksi dan konglomerat. Sedangkan tidak selaras diatas Formasi Meru Betiri berupa satuan batuan batugamping terumbu yang setempat telah termarmerkan dan mengandung logam mangan serta dapat disetarakan dengan Formasi Puger (Sapei T.,dkk.,1992dalam Tain dkk., 2005) serta satuan batuan breksi gunungapi berkomposisi andesit dengan sisipan batugamping tufaan yang disetarakan dengan Formasi Mandiku, diperkirakan berumur Miosen Akhir (Sapei T., dkk.,1992dalam Tain dkk., 2005) tidak termineralisasi. Hubungan struktur dan mineralisasi di daerah ini hanya dapat diperkirakan sebagai konseptual mungkin berhubungan dengan tempat kedudukan beberapa tubuh batuan intrusi yang termineralisasi. Daerah Jember terletak dalam jalur orogenesa Pegunungan Selatan Jawa di bagian ujung Jawa Timur, yang dikenal sebagai tempat kedudukan mineralisasi logam mulia dan logam dasar di ujung timur Pulau Jawa. Geologi sepanjang Kali Sanen anatara Kampung Baban Timur sampai Kapung Baban Barat banyak ditemukan batuan terobosan bersifat granodioritik dan dioritik(Tanin dkk., 2005). Daerah Sanenrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember dijumpai intrusi batuan dioritik telah mengalami alterasi propylitik 2 sampai phylic dengan mineralisasi antara lain; malachite, azurite dan pyrite disseminated. Daerah ini merupakan batas bagian utara Taman Nasional Meru Betiri, meskipun penduduk telah memasuki dan menjadikan daerah ini sebagai tempat perkebunan dan pertanian rakyat. Melihat kenampakan dilapangan kemungkinan prospek ini berkembang kearah Taman Nasional Meru Betiri. Karena larangan dari pihak kehutanan untuk tidak melakukan kegiatan dalam lahan Taman Nasional, maka kegiatan eksplorasi tidak dapat dilanjutkan. Hasil analisa petrografi (ZT.04/R) disebutkan sebagai batuan Andesit Tersilisifikasi (Tanin dkk., 2005). Gambar 2. Gunung Argopuro Perbatasan dengan Bondowoso Gambar 3. Gunung Argopuro Perbatasan Kabupaten Jember dan BondowosoSecara Tiga Dimensi 3 Gambar 4. Gunung Raung Perbatasan Kabupaten Jember dan Banyuwangi Gambar 4. Gunung Bromo dan SemeruPerbatasan Kabupaten Jember dengan Lumajangdan Probolinggo 2. Bahan Vulkanik Pembentuk Kota Lumajang Berdasarkan pengamatan peta geologi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Geologi dan Pertambangan tahun 1977, maka di Kabupaten Lumajang terdapat 4 peristiwa geologi yaitu Kuartier Tua, Kuartier Muda, Halosen, dan Miosen. Hasil gunung api Kuartier Muda maupun Tua (Vulkanik) merupakan batuan pembentuk tanah yang paling luas terdapat pada Kabupaten Lumajang 71,76 % dari luas wilayah. Batuan pembentuk lain yang cukup luas adalah Aluvium yaitu 21,06 %, dan fasies Sedimen merupakan areal yang paling sedikit yaitu 7,18 %. Dilihat dari penyebaran letak batuan 4 yang dibentuk pada zaman Kuartier hampir seluruhnya berada pada daerah yang berlereng lebih 2% dan pada ketinggian antara 100 m sampai lebih dari 1000 m. Sejalan dengan keadaan tersebut batuan yang dibentuk pada zaman Meosen (Melosen sedimentary) menyebar pada daerah datar maupun berlereng, tetapi dengan ketinggian kurang dari 1000 m dan terbanyak pada daerah 100-500 m dari permukaan laut (dpl). Sedangkan batuan yang dibentuk pada zaman Halocen (aluvium) terdapat pada daerah berlereng 0 – 2 % dengan ketinggian kurang dari 100 m dari permukaan laut (dpl). Daerah Kabupaten Lumajang disusun secara geologi oleh batuan-batuan dari Formasi Mandalika (Formasi Wuni, Tuf Argopuro), Batuan Gunung api Jembangan (Tengger, Semeru, dan Lamongan), Endapan Rawa, dan Aluvium. Secara stratigrafi Formasi Mandalika merupakan satuan tertua di wilayah ini yang diperkirakan berumur Oligosen Akhir-Miosen Awal menempati sebagian kecil wilayah kabupaten Lumajang bagian barat daya. Wilayah ini juga terdiri atas batuan piroklastik dan lava bersusunan andesitik – basaltik yang umumnya telah terpropilitkan. Tidak selaras diatas batuan gunung api tua ini diendapkan Formasi Wuni berumur Miosen Tengah yang bercirikan perselingan breksi, lava, breksi tufa, breksi lahar, dan tufa pasiran yang tersebar di sebagian kecil daerah bagian barat daya. Kedua formasi diatas ditutupi oleh satuansatuan stratigrafi berumur Plistosen yang disusun oleh Tuf Argopuro di bagian timur, hasil kegiatan gunung api Jembangan, Tengger, dan Semeru di bagian utara dan tengah, serta hasil kegiatan gunung api Lamongan di bagian timur laut. Endapan rawa diendapkan di bagian selatan wilayah Kecamatan Pronojiwo sementara aluvium menempati bagian pedataran di sebelah timur wilayah Kabupaten Lumajang. Mengacu kepada kondisi geologi daerah Kabupaten Lumajang yang disusun terutama oleh batuan-batuan piroklastik dan lava, maka produk gunung api di daerah tersebut dapat dikategorikan ke dalam sekwen susunan batuan dari gunung api komposit. Luas sebaran dan besarnya volume produk gunung api tersebut telah membentuk sumber daya bahan galian C yang signifikan di wilayah Lumajang sehingga menciptakan potensi untuk dikelola dan dimanfaatkan secara optimal sebagai penunjang perekonomian daerah. Teridentifikasi berbagai jenis bahan galian golongan C yang 5 dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan bahan industri sebagai berikut ( Pemerintah Kabupaten Lumajang, Bagian Ekonomi dan Kesra, 2003 ) : 1. Pasir dan batuan Pasir dan beraneka ragam ukuran batu mempunyai potensi terbesar di wilayah kabupaten Lumajang yang tersebar di beberapa daerah kecamatan terutama pada aliran kali-kali Leprak, Glidik, Besuksat, Mujur, Rejali, dan sungai-sungai lain berukuran besar/kecil yang berperan sebagai saluran transportasi bahan-bahan rombakan hasil erupsi G. Mahameru. Teridentifikasi bahwa sumber daya bahan galian pasir dan batu hasil kegiatan erupsi G. Mahameru yang berkesinambungan telah menciptakan pendangkalan badan-badan sungai yang dilaluinya dan sekaligus menjadi lahan penambangan utama bahan galian dimaksud. Kuantitas bahan galian termasuk ke dalam kategori sumber daya tereka dengan jumlah total ± 2.333.000 m3. 2. Tanah atau pasir urug Jenis bahan galian tanah urug ditambang dari daerah perbukitan, sementara pasir urug digali dari endapan sungai purba dengan penambangan dibawah pengawasan instansi terkait dan bekas penambangan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. 3. Andesit Jenis bahan galian ini berasal dari pegunungan yang berada di beberapa kecamatan, terdiri atas batuan andesit tidak terubah berwarna abu-abu dan terubah hidrotermal berwarna kehijauan. Bahan galian andesit tidak terubah berasal dari Gunung Ketuk, Kali Gede, dan Kali Uling. Sedangkan andesit yang terubah ditambang dari sekitar daerah Gunung Mesigit, Gunung Berangkal, dan Gladak Perak. Kedua jenis bahan galian tersebut mempunyai kuantitas yang termasuk ke dalam 6 sumber daya tereka dengan jumlah ± 8.766.456 m3, yang dapat digunakan untuk bahan bangunan dan ornamen dinding bangunan. 4. Diorit Diorit dari Gunung Jugo di Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro dikenal sebagai salah satu bahan galian golongan C yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan dan lantai. Kuantitas bahan galian ini dikategorikan sebagai sumber daya tereka dengan jumlah ± 62.500 m3 memiliki cukup kekerasan, kekuatan tekan, dan apabila dipoles memperlihatkan tekstur menyerupai gabro atau granit. 5. Tuf lapili Bahan galian ini tersebar di Gunung Licing bagian selatan, Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian pada ketinggian 200 – 300 meter dan juga ditemukan di lereng barat perbukitan sebelah utara Dusun Dampar, merupakan sisipan dalam breksi vulkanik dengan warna putih keabuabuan, kuantitasnya termasuk ke dalam kategori sumber daya tereka sebesar ± 193.110 m3 sehingga dapat dimanfaatkan untuk ornamen dinding bangunan. 6. Batu gamping pasiran Bahan galian ini terdapat di Desa Wareng dan Umbulsari, Kecamatan Tempursari. Bahan galian ini berwarna coklat muda, berlapis, dan sangat keras. Bahan ini mengandung kuarsa, pecahan batuan, dan fosil bentos dengan kuantitas sebesar ± 1.395.728 m3, dapat dianggap sebagai sumber daya tereka. 7. Bahan galian logam Jenis bahan galian berupa mineral-mineral mengandung tembaga (Cu), molybdenum (Mo), seng (Zn), emas (Au), perak (Ag), dan arsen 7 (As), yang masih merupakan indikasi dalam zona mineralisasi di daerahdaerah Desa Oro-oro Ombo di Kecamatan Pronojiwo, Gladak Perak di Kecamatan Candipuro, dan Kali Sukosari di Kecamatan Tempursari. Bahan galian pasir besi teridentifikasi sebagai endapan pantai di Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun telah dieksplorasi dan menghasilkan informasi tentang kandungan Fe rata-rata 48,75%. Pembentukan jenis tanah dipengaruhi oleh iklim, bahan induk, dan keadaan topografi. Berdasarkan Peta Tanah Tinjau yang dikeluarkan Lembaga Penelitian Bogor tahun 1966, jenis tanah di Kabupaten Lumajang terdiri dari alluvial, regosol, andosol, mediteran, dan latosol. Sedangkan secara geomorfologinya kota lumajang terbentuk atas landform volkanik dan landform marine terbukti dengan adanya aktivitas gunung berapi dan pantai-pantai yang ada dikota Lumajang. Landform volkanik pada Gunung semeru terbentuk karena aktivitas volkan / gunung berapi (resen atau subresen ). Landform ini dicirikan dengan adanya bentukan kerucut volkan , aliran lahar , lava ataupun dataran yang merupakan akumulasi bahan volkan. Landform dari bahan volkan mengalami proses patahan dan pelipatan. 8 3. Bahan Vulkanik Pembentuk Kota Probolinggo Gambar 1. Peta Jawa Timur Gambar 2. Peta Kawasan Probolinggo Secara fisiografis, wilayah Provinsi Jawa Timur dapat dikelompokkan dalam tiga zona, yaitu zona selatan (plato), zona tengah (gunung berapi), dan zona utara (lipatan) (Script2, 2012). Di daerah Jawa Timur bagian tengah, khususnya Probolinggo, proses tenaga endogen terjadi melalui adanya proses volkanisme, yaitu peristiwa yang sehubungan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi. Magma adalah campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat serta sangat panas yang berada dalam perut bumi. Aktivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang terkandung di dalamnya sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran lempeng kulit bumi. Magma dapat berbentuk gas padat dan cair. Proses terjadinya vulkanisme 9 dipengaruhi oleh aktivitas magma yang menyusup ke lithosfer (kulit bumi). Apabila penyusupan magma hanya sebatas kulit bumi bagian dalam dinamakan intrusi magma. Sedangkan penyusupan magma sampai keluar ke permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Probolinggo merupakan daerah gunung api, hal tersebut ditandai dengan adanya bahan induk alluvial dan vulkanik muda (kwarter) yang ditemukan di daerah tersebut. Gunung-gunung yang berada di kawasan Probolinggo antara lain, Gunung Bromo (2.192 meter), Gunung Semeru (3.676 meter), Pegunungan Tengger, Gunung Lamongan, dan Gunung Argopuro (3.088 meter—saat ini tidak aktif). Bromo merupakan salah satu yang memiliki pengaruh paling kuat terhadap pembentukan dataran di wilayah Probolinggo. Dari bentuk gunung tersebut pernah terjadi letusan yang kuat sehingga menghancurkan bagian permukaan dan membentuk corong pada kawahnya (kawah di dalam kawah). Gunung Bromo kemungkinan terbentuk dari ledakan yang sangat kuat yang melempar ujung atas gunung sehingga membentuk cekungan, oleh karena itu disebut sebagai kaldera. Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah 800 meter (utaraselatan) dan sekitar 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo. Kompleks kaldera seperti yang disebut di atas diperkirakan terbentuk sekitar 150.000 tahun yang lalu dan kini telah mengering karena airnya mengalir melalui Lembah Sapikerep. Selain itu terdapat lautan pasir seluas 9×10 km pada kawasan kaldera yang terletak pada ujung barat daya dari kompleks kaldera. Diperkirakan terbentuk secara bertahap selama Pleistosen akhir dan Holosen awal, atau sekitar 2 juta tahun lalu. Sebuah cluster tumpang tindih kerucut pasca kaldera dibangun di lantai kaldera lautan pasir dalam beberapa ribu tahun terakhir. Menurut Ananta (2012), Bromo adalah gunung api tipe cinder cone, yaitu gunung api yang dibentuk oleh litifikasi abu gunungapi, yang berada di dalam kaldera Tengger. Kaldera Tengger berukuran hampir 100 km per segi, dasarnya tertutup oleh endapan pasir lepas hasil erupsi. Dari kaldera ini muncul lima gunungapi: Bromo, Widodaren, Kursi, Giri, dan Batok, tetapi hanya Bromo yang aktif. Pengaruh lain yang ditimbulkan adalah, adanya beberapa danau seperti Ranu Agung dan Ranu Segaran di Kecamatan Tiris yang dipengaruhi oleh aktivitas Gunung 10 Lamongan (Probolinggo-Lumajang). Selain itu juga ada Danau Taman Hidup di wilayah Bremi, Kaki gunung Argopuro. Danau-danau ini terbentuk akibat adanya letusan gunung berapi yang kemudian membentuk ceungan kedap air. Disamping adanya danau, beberapa tempat di Probolinggo juga memiliki sumber mata air panas, Contohnya dekat Ranu Segaran Tiris. Air panas ini menunjukkan bahwa dibawah Probolinggo adanya intrusi magma yang masih aktif dan dekat sekali dengan permukaan bumi. Wilayah Probolinggo dibentuk dari bahan induk batuan vulkanik dan zaman quarter muda (young quarternary volcanic product) dan batuan endapan (alluvium) (Lihat tabel 1). Bahan induk tersebut terbentuk pada wilayah bagian utara dan tenggara, sedangkan bahan induk volcanic product terdapat pada bagian lainnya (BPS Kota Probolinggo, 2011). Tabel 1 Luas Wilayah Berdasarkan pada Jenis Batuan Induknya No Jenis Bahan Induk Luas (Ha) Luas (%) 1 Alluvium 1.899,90 33,53 2 Young Quartenary Volcanic Product 3.766,9 66,47 Jumlah 5.666,8 100,00 Sumber: BPS Kota Probolinggo Bukti di lapangan menyebutkan bahwa wilayah Probolinggo dikelilingi oleh beberapa gunung di daerah Tenggara hingga Barat Daya, gunung-gunung tersebut meliputi Gunung Argopuro, Gunung Lamongan, dan Pegunungan Tengger (BromoSemeru). Gunung-gunung tersebut yang menyebabkan adanya tanah-tanah vulkanis di daerah sekitarnya yang salah satunya adalah Probolinggo. Ketika gunung-gunung tersebut erupsi, dampaknya terasa hingga pesisir utara bagian Probolinggo. Hal ini mengakibatkan terdapat partikel-partikel letusan yang berupa abu volkanik yang terbawa oleh udara, dan partikel-partikel tanah yang dibawa oleh sungai-sungai yang ada di Probolinggo (29 sungai) (Dinas PU Kabupaten Probolinggo, 2011). Tanah Regosol yang ditemukan di Probolinggo menjadi salah satu bukti tandanya. Tanah Regosol adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api; materialnya berupa tanah abu vulkan, napal, dan pasir. Menurut Badan Pusat Statistik (2011), Regosol terdapat pada daerah paling utara yaitu daerah pesisir pantai Probolinggo. Tabel 2 Luas Jenis Tanah di Kota Probolinggo No Jenis Tanah Luas (Ha) Luas (%) 1 Regosol 273,01 4,82 2 Mediteran 1.768,34 31,2 3 Aluvial 3.625,80 63,98 Jumlah 5.667,15 100,00 11 Sumber: BPS Kota Probolinggo Tanah alluvial merupakan jenis tanah yang sering dijumpai di wilayah Probolinggo. Hal ini dinyatakan oleh data BPS Kota Probolinggo yang menyebutkan jenis tanah di kota tersebut mayoritas adalah tanah Aluvial sebesar 63,98% dari total luas lahan Kota Probolinggo (lihat tabel). Jika didasarkan pada kondisi wilayah Probolinggo yang memiliki 29 sungai (25 sungai di kabupaten dan 4 sungai di kota) hal tersebut benar adanya. Tanah alluvial di daerah tersebut terdapat dua jenis yaitu alluvial kelabu tua yang terdapat pada bagian tengah ke utara dan jenis tanah yang terluas di wilayah Probolinggo, yaitu alluvial coklat kelabuan yang berada di bagian tengah hingga selatan kota. Adanya jenis tanah (alluvial) ini, terbentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah. Tanah alluvial memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian karena banyak mengandung mineral-mineral yang didapat sepanjang aliran sungai sebelum diendapkan. Tanah alluvial hanya terdapat pada lahan yang sering atau baru saja mengalami banjir. Hal yang mencirikan pada pembentukan alluvial ialah bahwa pada bagian terbesar bahan kasar akan diendapkan tidak jauh dari sumbernya. Tekstur bahan yang diendapkan pada waktu tempat yang sama akan lebih seragam, makin jauh dari sumbernya makin halus butir yang diangkut. Selain Aluvial dan Regosol, terdapat pula jenis tanah Mediteran (31,20%) yang merupakan jenis tanah kapur. Jenis tanah ini salah satunya banyak terdapat di Desa Bata (perjalanan menuju Bromo dari arah utara Kota Probolinggo) yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk digunakan sebagai bahan bangunan. Tanah ini terbentuk dari bebatuan kapur yang sudah melapuk. Kandungan Cad an Mg yang tinggi dalam tanah kapur berhubungan dengan taraf perkembangan tanah tersebut, semakin tua tanahnya, akan semakin kecil pula kandungan kedua zat tersebut. 12 4. Bahan Vulkanik Pembentuk Kota Pasuruan Gambar 1. Peta Kawasan Pasuruan Secara geologis daerah Kabupaten Pasuruan dilewati oleh lempeng Eurasia, lempeng ini terus bergerak dari waktu ke waktu. Gerakan ini akan menimbulkan pergeseran lempeng, yang akan membentuk lipatan atau patahan. Dapat kita temui deretan perbukitan mulai dari jalan sepanjang daerah Purwodadi-Nongkojajar. Perbukitan ini terjadi karena proses tektonik,yaitu bentukan lahan yang terjadi sebagai akibat deformasi kulit bumi oleh proses angkatan, patahan, dan atau lipatan (proses tektonik). Dengan adanya proses ini maka terbentuklah perbukitan yang memanjang sepanjang daerah daerah Purwodadi-Nongkojajar. Selain dipengaruhi oleh proses tektonisme, Pasuruan juga dipengaruhi oleh proses vulkanisme. Landform yang terbentuk karena aktivitas volkan/gunung berapi (resen atau subresen). Landform ini dicirikan dengan adanya bentukan kerucut volkan, aliran lahar, lava ataupun dataran yang merupakan akumulasi bahan volkan. Wilayah Pasuruan dikelilingi oleh beberapa gunung aktif seperti G.Semeru, G.Welirang serta G.Bromo. Pada wilayah Nongkojajar, daerahnya relative subur, karena dekat dengan pegunungan yang mengandung bahan- bahan yang kaya akan hara. Sehingga di daerah ini banyak terdapat kegiatan pertanian seperti bercocok tanam sayur dan buah-buahan. Pada daerah Pasuruan khususnya bagian utara, seringkali terjadi peristiwa banjir, hal ini dikarenakan pada daerah Pasuruan dilewati oleh enam sungai serta daerah ini 13 meruakan daerah dataran rendah sehingga banjir tidak dapat dihindari. Sungai yang mengalir di daerah Pasuruan antara lain : Sungai Lawean : Bermuara di Desa Penunggul, Kec. Nguling. Sugai Rejoso : Bermuara di Wilayah Kec. Rejoso. Sungai Gembong : Bermuara di Wilayah kota Pasuruan. Sungai Welang : Bermuara di Desa Pulokerto. Kec, Kraton. Sungai Masangan : Bermuara di Desa Raci, Kec. Bangil. Sungai Kedunglarangan : Bermuara di Desa Kalianyar, Kec. Bangil. Karena sering terjadi banjir, maka daerah ini dapat disebut sebagai daerah dataran banjir. Pembentukan daerah ini dipengaruhi oleh sungai-sungai yang melewati. Aktivitas sungai akan membawa bahan endapan sungai dalam jumlah yang relative banyak dalam kurun waktu yang lama. Dengan adanya penendapan bahan-bahan sedimentasi ini maka terbentuk wilayah yang dipengaruhi oleh aktifitas sungai dan disebut dengan landform alluvial. Dengan demikian, proses pembentukan daerah Pasuruan dipengaruhi oleh proses Tektonik, vulkanisme serta aktivitas sungai (Aluvial) 14 DAFTAR PUSTAKA Anonymousa. 2014. http://www.jica.go.jp/project/indonesia/0800040/materials/pdf/sabo_01.pdf. Diakses pada tanggal 9 Maret 2014. b Anonymous . 2014. Kota Probolinggo [Online]. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Probolinggo. Diakses pada tanggal 9 Maret 2014. Anonymousc. 2014. Tanah [Online]. Available at http://d3masamirulblumarine.blogspot.com/2009/04/tanah.html .Diakses pada tanggal 9 Maret 2014. Anonymousd. 2014. Tanah Alluvial / Tanah Endapan [Online]. Available athttp://allaboutpertanian.blogspot.com/2012/04/tanah-alluvial/tanahendapan.html . Diakses pada tanggal 9 Maret 2014. Anonymouse. 2014. Tanah Kapur [Online]. Available at http://allaboutpertanian.blogspot.com/2012/04/tanah-kapur.html . Diakses pada tanggal 9 Maret 2014. Tenaga Endogen – Vulkanisme [Online]. Available at Budisma. 2010. http://budisma.web.id/materi/sma/geografi/tenaga-endogen-vulkanisme/ . Diakses pada tanggal 9 Maret 2014. Badan Pusat Statistik Kota Probolinggo. 2011. Tanah dan Lahan Kota Probolinggo. Pemerintah Kota Probolinggo. Dinas Pekerjaan Umum. 2012. Pedologi Kota Probolinggo [Online]. Available athttp://dpu.probolinggokota.go.id/website/index.php/kotaprobolinggo/pedologi . Diakses pada tanggal 9 Maret 2014. Widodo, Amien. 2011. Peranan Gekimia Terhadap Stabilitas Lerneg Tanah Residu Volkanik di Daerah Panti Jember Jawa Timur. Pascasarjana Teknik Geologi, Program Pascasarjana Fakultas Teknik UGM, Yogyakarta. Tanin, Zamri, Sutrisno, Pohan M. P dan Herudiyanto. 2005. Penilaian Sumber Daya TembagaEmas Tipe Porfiri Daerah Pulau Sumatera Dan Pulau Jawa. Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA 2005. 15