1 Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai surat berharga yang ditransaksikan di pasar modal, harga saham selalu mengalami fluktuasi, naik dan turun dari satu waktu ke waktu yang lain. Fluktuasi harga saham dapat berubah-ubah, sehingga investor terkadang bisa terheran-heran. Saham A bisa naik mendadak 30% dalam waktu beberapa menit dan bisa turun 70% dalam waktu beberapa jam. Untuk dapat memperoleh keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian ketika mengambil keputusan membeli atau menjual suatu saham setiap pelaku di pasar modal memerlukan suatu alat analisis. Terdapat dua tipe dasar analisis pasar untuk pedoman para pelaku di pasar modal. Kedua tipe analisis tersebut adalah analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknik ini menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan (www.wikipedia.org). Data yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan, dan lain sebagainya. Salah satu kesulitan analisis fundamental adalah mengukur secara akurat hubungan antara variabel-variabel, sehingga para analisis harus membuat estimasi berdasarkan pengalaman mereka. 2 Analisis teknikal adalah suatu metoda meramalkan pergerakan harga saham dan meramalkan kecenderungan pasar di masa mendatang dengan cara mempelajari grafik harga saham, volume perdagangan dan indeks harga saham gabungan. Analisis teknikal lebih memperhatikan pada apa yang telah terjadi di pasar, daripada apa yang seharusnya terjadi. Para analisis teknikal tidak begitu peduli terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pasar (Susanto & Sabardi, 2002: 2). Penggunaan laporan keuangan sebagai dasar pembuatan keputusan investasi, seperti dalam analisis fundamental, memerlukan ketepatan dan waktu analisis yang lebih lama dibanding penggunaan data-data pasar. Terkadang dalam kenyataannya angka-angka dalam laporan keuangan dapat dimanipulasi. Dalam analisis teknikal, dengan menggunakan datadata pasar, investor hanya perlu mengidentifikasi bagaimana kecenderungan pergerakan harga saham dan menentukan kapan waktu yang tepat untuk mengambil tindakan membeli atau menjual saham, untuk memanfaatkan waktu penyesuaian harga saham sehingga bisa memperoleh keuntungan. Selain itu analisis teknikal dapat digunakan secara luas hampir di semua pasar modal di seluruh dunia dan banyak terdapat alatalat analisis teknikal dan teknik-teknik yang tersedia untuk digunakan sesuai kebutuhan di berbagai sektor pasar yang berbeda. CRISMA trading system mengintegrasikan tiga indikator analisis teknikal yaitu Cumulative volume, RelatIve Strength index,dan Moving Average, dimana dari analisis ini dapat diperoleh sinyal perdagangan 3 (trading signal). Untuk menentukan trend apakah yang berlangsung seorang investor tidak boleh “hanya” mengandalkan satu indikator saja, lebih baik dikonfirmasikan dengan indikator lain. Penggunaan ketiga grafik indikator dari the CRISMA trading system ini untuk menghindari terjadinya whipsawing atau kesalahan dalam mengidentifikasi trend dan timing CRISMA trading system pertama kali diperkenalkan oleh Pruitt dan White (1988). Dalam penelitian Pruitt dan White (1988, 1989) dan Pruitt et al. (1992) menunjukkan keberhasilan dari CRISMA trading system pada bursa saham di AS. Baru-baru ini, Wai-Yan Cheng et all (2003) juga mencoba meneliti kembali keefektifan dari CRISMA trading system pada emerging market (Asia dan Amerika Latin) dan developed market (Asia Pasifik, Eropa, dan Dunia). Hasil penelitian Wai-Yan Cheng et all menunjukkan bahwa untuk pasar Asia dan emerging market memperoleh return lebih besar daripada developed market. Dari penelitian ini membuktikan bahwa CRISMA trading system dapat dijadikan pilihan yang menguntungkan bagi para trader untuk meramalkan pergerakan harga saham di bursa saham. Berdasarkan latar belakang di atas dan untuk melihat apakah ada abnormal return saham di di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan menggunakan analisa teknikal the CRISMA trading system maka saya tertarik untuk meneliti tentang “Perhitungan Abnormal Return pada 4 Saham LQ45 dengan Menggunakan Analisa Teknikal The CRISMA Trading System di Bursa Efek Jakarta”. 1.2. Perumusan Masalah Para pelaku pasar modal semakin menyadari bahwa harga-harga saham tidak bergerak secara random. Harga saham bergerak membentuk pola-pola yang dapat diidentifikasikan dan cenderung terulang kembali. Tujuan utama dari analisis ini adalah menentukan bagaimana caranya mendapatkan gain terutama abnormal return dari suatu transaksi. Oleh karena itu permasalahan yang ingin diangkat dalam penelitian ini adalah : “Apakah ada abnormal return pada saham LQ45 dengan menggunakan analisa teknikal the CRISMA trading system di Bursa Efek Jakarta ?” 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan umtuk mengamati dan menguji keefektifan dari The CRISMA (Cummulative volume, Relative Strength, dan Moving Average) Trading System dalam memberikan sinyal sell / jual dan buy / beli pada investasi di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sehingga dapat diperoleh abnormal return. 1.4. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara teoritis dan praktis sebagai berikut : 5 a Bagi investor, dapat menjadi bahan masukan dalam rangka mengurangi risiko ketidakpastian terhadap pengambilan keputusan investasi. b Bagi pelaku pasar modal, dapat dijadikan sebagai pedoman dan strategi utama untuk investor dalam melakukan perdagangan saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ). c Bagi para pembaca lainnya, dapat menjadi tambahan wawasan dan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang pasar modal, keuangan, dan investasi. 1.5. Batasan Penelitian Agar pembahasan terhadap obyek yang diteliti tidak terlalu luas maka perlu adanya fokus penelitian sehingga menjadi lebih terarah terhadap permasalahan yang ada. Penelitian ini dibatasi pada : a Data yang dipergunakan adalah data perdagangan dari tanggal 04 Januari 2000 sampai dengan tanggal 30 Juni 2005. Pemilihan terhadap indeks LQ45 dilakukan dengan tujuan untuk menghindari penelitian ini menjadi bias karena banyaknya saham yang tidak aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta yang terkenal dengan sebutan saham-saham tidur. b Harga saham perusahaan yang dipergunakan adalah harga saham harian empat puluh lima saham paling likuid (LQ45) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). 6 c Harga saham perusahaan tersebut harus tetap terdaftar pada saham LQ45 secara berturut-turut selama periode penelitian (04 Januari 2000 – 30 Juni 2005). d Indikator yang digunakan dalam menentukan signal buy dan sell adalah Cummulative volume, RelatIve Strength index, dan Moving Average (CRISMA).