perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN KONSENTRASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOLIK BATANG PISANG KLUTHUK (Musa balbisiana Colla) TERHADAP Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi ASTY INTAN LESTARI NINGTYAS NIM. M3509011 DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis di dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut. Surakarta, 30 Juli 2012 Asty Intan Lestari N NIM. M3509011 commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERBEDAAN KONSENTRASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOLIK BATANG PISANG KLUTHUK (Musa balbisiana Colla) TERHADAP Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa ASTY INTAN LESTARI NINGTYAS Jurusan D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret INTISARI Secara tradisional getah batang pisang sudah lama dipercaya sebagai obat penyembuh luka. Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas antibakteri pada ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa yang sering ditemukan pada luka. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Post Test Only Controlled Group Design . Ekstraksi dilakukan dengan maserasi dengan pelarut etanol 70%. Terdapat 3 kelompok yaitu kelompok kontrol positif, kontrol negatif dan kelompok perlakuan. Seri konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 0%, 10%, 20%,30%, 40%,50%, 60%, 70% 80%, 90%, 100%. Kontrol positif menggunakan antibiotik amoxicillin 500 mg. Bakteri yang digunakan adalah Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi, selanjutnya diamati diameter zona hambat dan sifat antibakterinya. Data diolah menggunakan SPSS 16 for windows Hasil penelitian menunjukkan diameter zona hambat terbesar terhadap kedua bakteri uji pada konsentrasi 80%. Hasil uji one way ANOVA menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antar perlakuan (0,000)<p(0,05). Hasil uji fitokimia menunjukan adanya senyawa flavonoid, saponin dan tanin. Sifat antibakteri menunjukan bakteriostatik. Keyword : aktivitas antibakteri, batang pisang kluthuk, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DIFFERENCE OF CONCENTRATION AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF ETHANOLIC EXTRACT Musa balbisiana Colla’s AGAINST Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa ASTY INTAN LESTARI NINGTYAS D3 Department of Pharmacy, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Sebelas Maret University ABSTRACT Traditionally banana stem sap has long been believed to cure wounds. The wound is a disruption of the normal condition of the skin. This study aims to determine antibacterial activity of the ethanolic extract Musa balbisiana Colla’s against Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa which often found in wounds. This study was an experimental research using Post Test Only Controlled Group Design. Extraction was done by maceration with 70% ethanol solvent. There are three groups: positive control group, negative control and treatment groups. Series that used the extract concentration were 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70% 80%, 90%, 100%. Positive control using antibiotics amoxicillin 500 mg. The bacteria used were Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa. Antibacterial activity test carried out by the method of diffusion, then the observed inhibition zone diameter and antibacterial properties. Data processed using SPSS 16 for windows The results showed the largest inhibition zone diameter against both bacteria at a concentration of 80%. Results of one way ANOVA test showed significant difference among the treatments (0.000) <p (0.05). Phytochemical test showed flavonoids, saponins and tannins. The antibacterial activity was bacteriostatic. Keyword : Antibacterial, Kluthuk banana stem, Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya adalah sesuatu yang utama. Jangan tunda sampai besuk apa yang bisa engkau kerjakan hari ini. Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. (Confusius) commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Tugas Akhir ini kupersembahkan kepada : ALLAH SWT yang senantiasa memberikan Rahmat dan AnugrahNYA kepada penulis Mama and Papa yang selalu memberikan semangat, doa dan material “thank you for everything” Adik ku (incha) tersayang dan Deddy Tri wijaya yang selalu memotivasi ku.. My Best friend Anafia, Loreta, Riska (Geng es teh)…yang selalu menemani, memberi semangat, dan mewarnai hari-hariku Teman2 seperjuangan mikrobiologi dyta, okti, evi, alin dan tiwi yang selalu semangat lembur sampai malem... All friend farmasi 09’ yang tidak bisa disebutkan satu-satu, selalu kompak...3 tahun bersama kalian is Unforgettable moment.. commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Batang Pisang Kluthuk (Musa balbisiana Colla) Terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Diploma 3 di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik atas dukungan dan bantuan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan semangat. 2. Bapak Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, H.M.Sc. (Hons), Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt. selaku Ketua Program D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Wisnu Kundarto, S.Farm, Apt., selaku pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dari awal hingga akhir penyusunan tugas akhir ini. 5. Bapak dan Ibu dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis. 6. Bapak dan Ibu karyawan perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang membantu mendapatkan buku-buku sebagai pedoman pembuatan tugas akhir ini. commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 7. Teman-teman seperjuangan farmasi angkatan 2009 yang membantu memberikan semangat untuk terus menyelesaikan tugas akhir ini. 8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu tersusunnya tugas akhir ini. Harapan kami selaku penulis adalah tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan dalam penelitian selanjutnya . Surakarta, 30 Juli 2012 Penulis commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................... i PENGESAHAN ..................................................................................................... ii PERNYATAAN ..................................................................................................... iii INTISARI................................................................................................................ iv ABSTRACT ............................................................................................................. v MOTTO ................................................................................................................. vi PERSEMBAHAN .................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2 C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tumbuhan .................................................................................. 4 B. Zat Antimiokroba Tanaman ....................................................................... commit to user 7 x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id C. Ekstraksi ................................................................................................ D. Uraian Mikroba ..................................................................................... 10 E. Pengujian Aktivitas Antimikroba .............................................................. 17 F. Zat Antibakteri ....................................................................................... 18 G. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 20 H. Hipotesis ................................................................................................ 20 BAB III 9 METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 21 B. Alat dan Bahan Penelitian ..................................................................... 21 C. Variable Penelitian ................................................................................ 22 D. Preparasi Sampel ................................................................................... 22 E. Uji Flavonoid, Saponin, dan Tanin ......................................................... 23 F. Uji Aktivitas Antibakteri ....................................................................... 24 G. Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba ............................................. 26 H. Pengumpulan Data dan Analisis Data ................................................... 28 I. Diagram Alir Cara Kerja ....................................................................... 29 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Tumbuhan ............................................................................ 30 B. Pembuatan Ekstrak ................................................................................ 30 C. Uji flavonoid, saponin, tanin ................................................................. 31 D. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri .............................................................. 33 E. Hasil Penentuan Sifat Bakteri .......................................................................... commit to user xi 40 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................................ 42 B. Saran ...................................................................................................... 42 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 43 commit to user xii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel I. Perbedaan relatif bakteri gram positif dan gram negatif ....................................... 11 Tabel II. Jumlah ekstrak yang digunakan untuk pembuatan stok konsentrasi ekstrak ................................................... 26 Tabel III. Hasil uji flavonoid, saponin, tanin ..................................................................... 31 Tabel IV. Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan Bakteri .......................................................... 34 Tabel V. Hasil uji LSD Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa .......................................................................... commit to user xiii 36 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pohon pisang kluthuk ( Musa balbisiana Colla ) ..................................... 7 Gambar 2. Bakteri Staphylococcus aureus ................................................................ 13 Gambar 3. Bakteri Pseudomonas aeruginosa ........................................................ 15 Gambar 4. Grafik Pertumbuhan Bakteri .................................................................... 16 Gambar 5. Alur kerangka pemikiran .......................................................................... 21 Gambar 6. Diagram alur cara kerja ............................................................................ 31 Gambar 7. Hasil uji flavonid, saponin dan tanin .................................................... 32 Gambar 8. Hasil daya hambat antibakteri .............................................................. 35 Gambar 9. Perbedaan struktur dinding sel bakteri ................................................. 38 Gambar 10. Hasil uji sifat penghambatan antibakteri ................................................ 40 commit to user xiv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Determinasi Tanaman ........................................................................ 47 Lampiran 2. Gambar Preparasi Sampel ................................................................. 48 Lampiran 3. Perhitungan rendemen ....................................................................... 49 Lampiran 4. Gambar hasil uji terhadap bakteri Staphylococcus aureus ................ 50 Lampiran 5. Gambar hasil uji terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa ........... 52 Lampiran 6. Gambar hasil uji sifat penghambatan antibakteri .............................. 54 Lampiran 7. Hasil analisa data normalitas .............................................................. 55 Lampiran 8. Hasil analisa data homogenitas .......................................................... 56 Lampiran 9. Hasil analisa data One Way ANOVA .......................................................... 56 Lampiran 10. Hasil analisa data Posthoc Test ....................................................... 58 Lampiran 11. Seri Konsentrasi ............................................................................... 64 commit to user xv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR SINGKATAN CMC : Carboxyl Methyl Celullose Kg : Kilogram mg : Miligam MHA : Muller Hinton Agar ml : Mililiter mm : Milimeter NA : Nutrient Agar NB : Nutrient Broth µg : Mikrogram µl : Mikroliter µm : Mikrometer °C : Derajat Celcius commit to user xvi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Luka akan menimbulkan efek kematian sel, kontaminasi dengan bakteri. Ditinjau dari penyebabnya, luka dibedakan menjadi dua yaitu luka iris dan luka bakar. Luka iris merupakan luka yang disebabkan oleh benda tajam. Luka ini memiliki sifat tepi-tepi luka licin, tidak terdapat hubungan antara jaringan dan tidak ada jaringan nekrosa (Marzoeki, 1993). Luka tidak dapat dibiarkan sembuh sendiri karena jika luka tidak dirawat dapat menyebabkan infeksi ataupun perdarahan. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dapat disebabkan oleh bakteri maupun jamur (Subekti, 2012). Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk bulat menimbulkan infeksi pada luka yang dapat menyebabkan terjadinya bisul. Bakteri ini terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan dan melalui pembentukan berbagai zat ekstraseluler seperti enzim dan toksin (Jawetz et al., 2001). Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di lingkungan yang lembab. Bakteri ini menyebabkan penyakit bila pertahanan tubuh inang abnormal. Dalam jumlah kecil, bakteri ini sering terdapat dalam flora usus normal dan pada kulit manusia serta merupakan patogen utama dari kelompok commit to user 1 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pseudomonas. Bakteri ini menimbulkan infeksi pada luka, meningitis, infeksi saluran kemih, dan infeksi mata (Jawetz et al., 2001). Secara tradisional batang pisang dapat digunakan untuk berbagai tujuan antara lain untuk bahan dekorasi, pembungkus tembakau dan untuk obat-obatan . Air yang keluar dari batang pisang yang baru ditebang biasa juga dipakai untuk mencuci rambut. Getahnya mengandung bahan yang tidak mudah luntur sehingga dapat menodai baju seperti halnya daun sirih (Rivai,1976) dan juga getahnya sudah lama dipercaya sebagai obat penyembuh luka. Sampai saat ini belum ada pengolahan lebih lanjut dari getah pohon pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla). Ekstrak batang pohon pisang ambon mengandung beberapa jenis senyawa kimia yaitu saponin, flavonoid dan tanin dengan kandungan terbesar yaitu saponin (Prasetyo dkk., 2008). Saponin mempunyai efek antibakteri dan antijamur yang bagus (Cheeke, 2000). Flavonoida berkhasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan inflamasi (Harborne, 1987). Tanin mempunyai aktivitas antibakteri melalui aksi molekulernya yaitu membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan hidrgen dan ikatan hidrofobik (Cowan, 1999). Belum terdapat penelitian untuk aktivitas antibakteri ekstrak batang pisang kluthuk terhadap bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian mengenai uji aktifitas antibakteri ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. commit to user 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Perumusan Masalah 1. Apakah ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) mengandung flavonid, tanin dan saponin ? 2. Apakah ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa? 3. Bagaimana sifat antibakteri ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk membuktikan bahwa ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) memiliki kandungan flavonoid, tanin dan saponin 2. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri yang dihasilkan oleh ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa 3. Untuk mengetahui sifat antibakteri yang dihasilkan ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang aktivitas antibakteri ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa, serta sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Uraian Tumbuhan 1. Tanaman pisang Pohon pisang merupakan tanaman yang berasal dari Asia dan tersebar luas di Spanyol, Italia, Indonesia, Amerika, dan bagian dunia yang lain. Pohon pisang merupakan tanaman yang sangat populer di Indonesia, jumlahnya melimpah karena kondisi iklim indonesia yang sangat mendukung dalam pembudidayaannya. Pohon ini menyukai daerah alam terbuka yang cukup sinar matahari, cocok tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter lebih di atas permukaan laut (Kalangi, 2004). Pada dasarnya pohon pisang merupakan pohon yang tidak memiliki batang sejati. Batang pohonnya terbentuk dari perkembangan pelepah-pelepah yang mengelilingi poros lunak panjang. Batang pisang yang sebenarnya terdapat pada bonggol yang tersembunyi di dalam tanah. Hampir setiap pekarangan rumah di Indonesia terdapat pohon pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat menghasilkan buah, berumur panjang, mudah berbuah, dan mudah dipelihara. Tanaman pisang melambangkan kesejahteraan pemiliknya dan merupakan bagian dari peradaban kehidupan manusia. Tanaman ataupun buah pisang sering digunakan dalam upacara keagamaan, perkawinan, pembangunan rumah, maupun dalam upacara kematian. Batang pohon pisang sudah sejak lama digunakan untuk berbagai tujuan antara lain untuk bahan dekorasi, pembungkus tembakau, dan untuk obat-obatan. Air yang commit to user 4 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id keluar dari batang pisang yang baru ditebang biasanya juga dipakai untuk mencuci rambut (Rivai, 1996) Pohon pisang merupakan tanaman herba tahunan dengan sistem perakaran di bawah tanah. Batangnya berada dalam tanah sedangkan batang di atas permukaan tanah merupakan batang semu yang terdiri dari kumpulan seludang daun yang saling membungkus rapat. Daun berkembang dari bagian tengah batang semu dalam keadaan tergulung rapat sewaktu muncul dan akan berkembang sampai ukuran yang maksimum. Akar dan tunas-tunas samping keluar dari bonggol, sehingga tunas-tunas inilah yang akan tumbuh ke atas membentuk batang semu. Tunas-tunas ini yang sering disebut sebagai anakan (Ernawati et al., 1994) Pisang termasuk tanaman yang mudah tumbuh dan produktivitasnya akan menjadi optimal jika ditanam di daerah dataran rendah. Iklim yang dikehendaki adalah iklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Tanaman pisang menyukai tanah liat yang mengandung sedikit kapur(Rukmana, 1999 ). Pisang kluthuk memiliki ciri-ciri : a. Tinggi pohon 3 meter, lingkar batang 60 cm -70 cm, berwarna hijau dengan bercak ataupun tanpa bercak b. Daun besar dan panjang (2 m x 0,6 m), kadang berlapis lilin tipis, sukar sobek. c. Tandan buah panjangnya 20 cm – 100 cm dengan 5 – 7 sisir dan tiap sisir berjumlah 12 – 18 buah yang tersusun rapat. commit to user 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id d. Buah berpenampang segi tiga atau segi empat, berkulit tebal, daging berwarna putih atau kekuningan, teksturnya agak kasar, buah berbiji banyak(Rukmana, 1999). 2. Manfaat Getah Pohon Pisang Getah pohon pisang secara umum bermanfaat dalam mempercepat proses persembuhan luka dan memberikan efek estetika dengan memperbaiki struktur kulit yang rusak tanpa meninggalkan bekas luka atau jaringan parut. Getah tersebut juga mempercepat re-epitelisasi jaringan epidermis, pembentukan pembuluh darah baru (neokapilerisasi), pembentukan jaringan ikat (fibroblas) dan infiltrasi sel-sel radang di daerah luka (Maiwahyudi, 1999). Gambar 1. Pohon pisang kluthuk ( Musa balbisiana Colla ) (Prasetyo dkk., 2008) 3. Taksonomi Taksonomi tanaman pisang kluthuk kedudukannya adalah sebagai berikut : commit to user menurut (Rusyana, 2011) perpustakaan.uns.ac.id Kingdom digilib.uns.ac.id : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Superdivision : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Bangsa : Musaceae Marga : Musa Jenis :Musa balbisiana Colla B. Zat Antimiokroba Tanaman 1. Flavonoid Flavonoida merupakan salah satu golongan fenol alam yang tersebar luas pada tumbuhan hijau dan mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 Yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga (Markham, 1988). Umumnya senyawa flavonoida dalam tumbuhan terikat dengan gula disebut sebagai glikosida dan aglikon flavonoida yang berbeda-beda mungkin saja terdapat pada satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi glikosida. Oleh karena itu dalam menganalisis flavonoida biasanya lebih baik memeriksa aglikon yang telah dihidrolisis dibandingkan dalam bentuk glukosida dengan kerumitan strukturnya. Flavonoida berkhasiat sebagai antioksidan, antibakteri dan inflamasi (Harborne, 1987). commit to user 7 perpustakaan.uns.ac.id 8 digilib.uns.ac.id 2. Saponin Senyawa golongan ini banyak terdapat pada tumbuhan tinggi. Keberadaan saponin sangat mudah ditandai dengan pembentukan larutan koloidal dengan air yang apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil. Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk, menyebabkan bersin, dan sering mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir (Gunawan & Mulyani, 1995) Saponin merupakan senyawa aktif permukaan, bersifat seperti sabun dan dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau pada waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan adanya saponin (Harborne, 1987). Saponin mempunyai efek membranolitik yaitu membentuk komplek dengan kolesterol pada membran sel protozoa. Saponin mempunyai efek antibakteri dan antijamur yang bagus. Efek antibakteri dan antijamur terganggu dengan adanya gugus monosakarida dan turunannya (Cheeke, 2000). 3. Tanin Tanin merupakan senyawa kimia komplek, terdiri dari berbagai senyawa polifenol. Tanin tersebar luas pada seluruh bagian tumbuhan, terutama pada daun dan buah yang belum masak, kulit kayu. Tanin berbentuk amorf dan tidak dapat dikristalkan. Dalam air membentuk larutan koloidal, bereaksi asam, dan mempunyai rasa sepat (Rusdi, 1988) molekul tanin berukuran antara 500 sampai 28000 dalton dan ditemukan pada bagian tanaman kuncup, batang, daun, buah, dan akar (Cowan, 1999). Tanin mempunyai aktivitas antibakteri melalui aksi molekulernya yaitu membentuk kompleks dengan protein melalui ikatan hidrgen dan ikatan hidrofobik commit to user 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (Cowan, 1999). Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanismenya adalah dengan merusak membran sel bakteri, senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan ikatan senyawa kompleks terhadap enzim atau substrat mikroba dan pembentukan suatu ikatan kompleks tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri. (Akiyama et al., 2001). Menurut (Ajizah, 2004), aktivitas antibakteri senyawa tanin adalah dengan cara mengkerutkan dinding sel atau membran sel, sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. C. Ekstraksi Ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut di antara dua pelarut yang saling bercampur. Pada umumnya zat terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam suatu pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat ditemukan oleh tekstur kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan senyawasenyawa yang akan diisolasi (Harborne, 1987). Proses pemisahan senyawa dalam simplisia, menggunakan pelarut tertentu sesuai dengan sifat senyawa yang akan dipisahkan. Pemisahan pelarut berdasarkan kaidah ‘like dissolved like’ artinya suatu senyawa polar akan larut dalam pelarut polar. Ekstraksi dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode, tergantung dari tujuan ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan dan senyawa yang diinginkan. Menurut(Anonim, 2000) beberapa metode ekstraksi: commit to user 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id a. Cara dingin 1) Maserasi, adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). 2) Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. b. Cara panas 1) Refluks, adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 2) Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 3) Digesti, adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC. 4) Infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 9698oC) selama waktu tertentu (15-20 menit). 5) Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik didih air. commit to user 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. Uraian Mikroba Mikroba atau mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroba dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu organisme prokariot dan organisme eukariot. Bakteri termasuk ke dalam organisme prokariot dan jamur termasuk organisme eukariot (Pratiwi, 2008). Bakteri merupakan mikroorganisme yang bersel satu, sel prokariotik, berkembang biak dengan pembelahan diri yaitu aseksual (Dwidjoseputro, 1994). Berdasarkan pewarnaan gram bakteri dibedakan menjadi bakteri gram positif dan gram negatif. Dinding sel bakteri gram positif mengandung banyak lapisan peptidoglikan yang membentuk struktur yang tebal dan kaku, dan asam teikoat. Pada dinding sel bakteri gram negatif terdapat membran luar (yang terdiri dari protein, lipoprotein, fosfolipid dan lipopolisakarida), beberapa lapisan peptidoglikan pada daerah periplasma (yang terikat pada lipoprotein pada membran luar) dan membran dalam (Pratiwi, 2008). Perbedaan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dapat dilihat pada tabel I berikut : Tabel I. Perbedaan relatif bakteri gram positif dan gram negatif(Pelczar dan Chan, 1986) Sifat Komposisi dinding sel Ketahanan terhadap penisilin Penghambatan oleh pewarna basa. Contoh violet, kristal Kebutuhan nutrien Ketahanan terhadap perlakuan fisik Perbedaan Relatif Bakteri Gram Positif Bakteri Gram Negatif Kandungan lipidrendah Kandungan lipid tinggi (1-4%) (11-22%) Lebih sensitif Lebih tahan Lebih dihambat Kurang dihambat Kebanyakan spesies relatif kompleks Kebanyakan spesies relatif sederhana commit to user Lebih tahan Kurang tahan 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1. Staphylococcus aureus Sistematika Staphylococcus aureus menurut Dwidjoseputro, 1994 adalah sebagai berikut: Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Micrococcaceae Marga : Staphylococcus Jenis : Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus termasuk bakteri gram positif, berbentuk kokus, bila diamati di bawah mikroskop, berpasangan atau berkelompok, yang memiliki warna keemasan muda. Bakteri ini merupakan bakteri patogen berupa anaerob fakultatif dan tumbuh pada suhu optimum 37°C (Jawetzet al., 2001). Bakteri ini menyebabkan infeksi pada luka yang mungkin menyebar ke lapisan subkutan kulit yang menyebabkan terjadinya abses permukaan yang terlokalisasi atau bisul. Bakteri ini merupakan mikroorganisme flora normal manusia yang terdapat pada saluran nafas atas dan kulit yang jarang menyebabkan penyakit individu yang sehat (Volk, 1989). Gambar bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat pada Gambar 2. commit to user Gambar 2. Bakteri Staphylococcus aureus (Anonima, 2012) 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Pseudomonas aeruginosa Sistematika bakteri menurut Holtiet al., (1994) adalah : Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Ordo : Pseudomonadales Sub Ordo : Pseudomonadinae Familia : Pseudomonadaceae Genus : Pseudomonas Species : Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif aerob obligat, berbentuk batang, bergerak, berukuran sekitar 0,5-8 x 1,5-3,0 µm, terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan dan kadang-kadang membentuk rantai yang pendek. Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni halus bulat dengan warna floresensi kehijauan. Bakteri ini menghasilkan piosianin, suatu pigmen kebiru-biruan yang tak berfluoresensi, yang berdifusi ke dalam agar. Fluoresensi dapat dihasilkan bila biakan diinkubasi pada suhu 20-30°C dari pada yang dibiakkan pada suhu 3537°C. Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di lingkungan yang lembab. Bakteri ini menyebabkan penyakit bila pertahanan tubuh inang abnormal. Dalam jumlah kecil, bakteri ini sering terdapat dalam flora usus normal dan pada kulit manusia serta merupakan patogen utama dari kelompok Pseudomonas. Bakteri ini menimbulkan infeksi pada luka, meningitis, infeksi commit to user 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id saluran kemih, dan infeksi mata (Jawetz et al., 2001).Gambar Pseudomonas aeruginosa dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar3.BakteriPseudomonas aeruginosa (Anonimb, 2012) 3. Fase Pertumbuhan Bakteri a. Fase Penyesuaian Diri (Lag phase) Fase lag merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel, yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan (Pratiwi,2008). b. Fase Pembelahan (Fase log / fase eksponensial) Fase log merupakan fase yang ditandai dengan membelahnya mikroorganisme pada kecepatan maksimum, fase ini tergantung pada genetika mikroorganisme, sifat media dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa yang bertambah secara eksponensial. Bila konsentrasi sel mikroorganisme melebihi 1x107/ml, maka laju pertumbuhan akan berkurang, bila konsentrasi sel mencapai 4-5x109/ml, maka laju penyebaran oksigen tidak dapat memenuhi kebutuhan meskipun dalam kultur tersebut diberikan udara yang commit to user cukup, dan pertumbuhan akan diperlambat secara progresif (Pratiwi, 2008). 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c. Fase Stasioner (Stationary phase) Kekurangan nutrien atau akumulasi produk toksik menyebabkan pertumbuhan sama sekali berhenti, terdapat kehilangan sel perlahan-lahan melalui kematian yang diimbangi oleh pembentukan sel baru melalui pertumbuhan dan pembelahan. Pada saat ini , jumlah sel total secara perlahan meningkat walaupun jumlah sel yang dapat hidup tetap konstan(Jawetz et al., 2001) d. Fase Kematian (Death phase) Pada fase ini terjadi akumulasi bahan toksik, zat hara yang diperlukan oleh bakteri berkurang sehingga bakteri akan memasuki fase kematian. Fase ini merupakan kebalikan dari fase logaritmik. Jumlah sel menurun terus sampai didapatkan jumlah sel yang konstan untuk beberapa waktu (Lay, 1996). Gambar grafik pertumbuhan bakteri dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Grafik Pertumbuhan Bakteri (Saputra, 2012) commit to user 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 4. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, yaitu : a. Temperatur Temperatur menentukan aktivitas enzim yang terlibat dalam aktivitas kimia. Peningkatan temperatur sebesar 10°C dapat meningkatkan aktivitas enzim sebesar dua kali lipat. Pada temperatur yang sangat tinggi akan terjadi denaturasi protein yang tidak dapat balik (irreversible), sedangkan pada temperatur yang sangat rendah aktivitas enzim akan berhenti. Pada temperatur pertumbuhan optimal akan terjadi kecepatan pertumbuhan optimal dan dihasilkan jumlah sel yang maksimal. Berdasarkan batas temperatur dibagi atas tiga golongan yaitu: 1) Psikrofil (oligotermik), tumbuh pada temperatur -5 sampai 30°C dengan suhu optimum 10 - 20°C. 2) Mesofil (mesotermik), tumbuh pada temperatur 10 - 45°C dengan suhu optimum 20 - 40°C. 3) Termofil (politermik), tumbuh pada temperatur 25 - 80°C dengan suhu optimum 50°C - 60°C (Pratiwi, 2008). b. pH Pertumbuhan bakteri pada pH optimal antara 6,5 dan 7,5. Namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau sangat alkali. Bagi kebanyakan spesies, nilai pH minimum dan maksimum ialah antara 4 dan 9. Bila bakteri dibiakan dalam suatu medium, yang mula-mula disesuaikan adalah pHnya maka mungkin sekali pH ini berubah karena adanya senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhan (Pelczar dan Chan, 1986). commit to user 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c. Tekanan Osmosis Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Medium yang baik untuk pertumbuhan sel adalah medium isotonis terhadap sel. Dalam larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan pecahnya sel (plasmolisis), sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari sel sehingga membran plasma mengerut dan lepas dari dinding sel (Lay, 1996). d. Oksigen Berdasarkan kebutuhan oksigen mikroorganisme dapat bagi menjadi 5 golongan yaitu: 1) Anaerob obligat, hidup tanpa oksigen, oksigen toksik terhadap golongan ini. Anaerob aerotoleran, tidak mati dengan adanya oksigen. 2) Anaerob fakultatif, mampu tumbuh baik dalam suasana dengan atau tanpa oksigen. 3) Aerob obligat, tumbuh subur bila ada oksigen dalam jumlah besar. 4) Mikroaerofilik, hanya tumbuh baik dalam tekanan oksigen yang rendah (Pratiwi, 2008). e. Nutrisi Sumber zat makanan (nutrisi) bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi, tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi-fungsi metabolik dan pertumbuhannya (Dwijoseputro, 1994). commit to user 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id E. Pengujian Aktivitas Antimikroba Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode dilusi (pengenceran) atau dengan metode difusi (Jawetz et al., 2001) 1. Metode Dilusi Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian media diinokulasi bakteri uji dan dieramkan. Tahap akhir dilarutkan antimikroba dengan kadar yang menghambat atau mematikan. (Jawetz et al., 2001). 2. Metode Difusi Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar. Cakram kertas saring berisi sejumlah tertentu obat ditempatkan pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah inkubasi, diameter zona hambatan sekitar cakram dipergunakan mengukur kekuatan hambatan obat terhadap organisme uji. Metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik dan kimia, selain faktor antara obat dan organisme (misalnya sifat medium dan kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas obat). Meskipun demikian, standarisasi faktor-faktor tersebut memungkinkan melakukan uji kepekaan dengan baik (Jawetz et al., 2001). F. Zat Antibakteri Antibakteri adalah salah satu senyawa dalam konsentrasi kecil mampu menghambat bahkan membunuh proses kehidupan suatu mikroorganisme (Jawetz et al., 2005). Aktivitas antibakteri ditentukan oleh interaksi zat tersebut dengan bakteri. Oleh karena itu, kualitas zat antibakteri dapat ditentukan berdasarkan afinitas obat dengan reseptor yang terdapat dalam sel bakteri (Hadinegoro, 1999). commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Zat antibakteri dapat dibedakan menjadi dua kelompok, berdasarkan efek yang dihasilkan terhadap pertumbuhan bakteri (Madigan, 2003) yaitu: 1. Bakteriostatik Bakteriostatik merupakan efek yang menghambat pertumbuhan bakteri, tetapi tidak menyebabkan kematian seluruh bakteri. Mekanisme bakteriostatik biasanya terjadi pada ribosom yang menyebabkan penghambatan sintesis protein (ditandai dengan tumbuhnya bakteri). 2. Bakterisidal Zat yang bersifat bakterisidal dapat mencegah pertumbuhan dan membunuh bakteri, tetapi tidak menyebabkan lisis atau pecahnya sel bakteri (ditandai dengan tidak tumbuhnya bakteri). Uji aktivitas antibakteri dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari suatu zat uji. Pengujian dapat dilakukan melalui metode difusi agar atau melalui turbidimetri (Wanger, 2007). Metode difusi agar dapat dilakukan melalui beberapa teknik diantaranya teknik perforasi (Madigan, 2003). Pada teknik perforasi, perforator digunakan untuk membuat lubang-lubang pada agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri uji, lalu zat uji dimasukkan ke dalam lubang-lubang tersebut. Aktivitas antibakteri dapat terlihat sebagai daerah hambat atau zona bening yang terbentuk di sekeliling lubang (Hugo & Russel, 1997). commit to user 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id G. Kerangka Pemikiran Getah batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) secara empiris memiliki manfaat sebagai penyembuh luka Perlu adanya penelitian aktivitas antibakteri ekstrak batang pisang kluthuk terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa Bakteri yang sering ditemui pada luka yaitu Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa Batang pisang kluthuk diduga memiliki kandungan kimia tanin, saponin dan flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri Gambar 5. Alur kerangka pemikiran H. Hipotesis 1. Ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) diduga memiliki kandugan flavonoid, tanin, saponin 2. Ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) diduga memiliki aktivitas sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa 3. Ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) diduga memiliki sifat antibakteri bakteriostatik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari April - Juli 2012 di Laboratorium Pusat FMIPA UNS dan Laboratorium Mikrobiologi FK UNS. B. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex), autoklaf (Sturdy Industrial), blender (Philips), inkubator, jangka sorong(bdq electronic digital caliper), jarum ose , hotplate (kika labortechnik staufen), lemari pendingin (P selecta), mortir dan stamper, pipet mikro (Masterpette), rotary evaporator, neraca analitik (Mettler toledo), pisau, tabung reaksi (Pyrex), batang pengaduk, cawan petri (Pyrex), yellow tip, oven (Memmert), lampu bunsen, dan Laminar Air Flow (LAF), pipet tetes. 2. Bahan Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah batang pohon pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla), biakan Staphylococcus aureus (Fak.Kedokteran UNS), biakan Pseudomonas aeruginosa (Fak.Kedokteran UNS), CMC (Lab. Farmasetika UNS) , Aquadest (Lab. Kimia), disk amoxicillin 500 mg (Fak.Kedokteran UNS), etanol 70% (CV. Agung Jaya), media nutrient agar (Oxoid), MHA (Meuller Hinton Agar) (Merck), kertas saring (CV. Agung Jaya), HCl 2 N(Lab. Biologi UNS), FeCl3 (Lab. Kimia UNS), Mg (Lab. Kimia UNS). commit to user 21 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi: 1. Variabel Bebas. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanolik batang pisang kluthuk dengan berbagai konsentrasi 2. Variabel Terikat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas antibakteri ekstrak etanolik batang pisang kluthuk dengan parameter diameter zona hambat 3. Variabel Terkendali Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah variabel yang diusahakan sama untuk setiap perlakuan meliputi, suhu, waktu inkubasi, kondisi steril, dan media. D. Preparasi Sampel 1. Pengambilan Bahan Pengambilan bahan dilakukan tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan adalah batang pisang kluthuk yang diambil di daerah Mojosongo, Surakarta. 2. Determinasi Determinasi tanaman dilakukan dilakukan Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta. 3. Pembuatan Simplisia Batang pohon pisang kluthuk yang telah dikumpulkan sebanyak 10 kg dicuci bersih dengan air mengalir, ditiriskan kemudian dipotong-potong. commit to user 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Batang yang sudah dipotong kemudian dikeringkan di lemari pengering pada suhu 40-60°C hingga kering, selanjutnya simplisia diserbuk menggunakan blender, disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat, terlindung dari panas dan sinar matahari. 4. Pembuatan Ekstrak Dengan Metode Maserasi Pembuatan ekstrak batang pisang kluthuk dilakukan dengan cara maserasi dengan pelarut etanol 70%, penyarian dilakukan selama 5 hari terlindung dari cahaya matahari sambil sering diaduk, lalu diserkai, diperas dengan kain flanel. Kemudian ditampung menjadi satu dan diuapkan, untuk memisahkan pelarutnya. Penguapan dilakukan dengan menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 4550°C, sampai pelarut habis menguap, sehingga didapatkan ekstrak kental batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) sebanyak 50 gram. E. Uji Flavonoid, Saponin, dan Tanin Skrining fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan bahan aktif ekstrak batang pisang kluthuk yaitu: 1. Uji Flavonoid : Sampel dicampur dengan 10 ml air, dikocok, dipanaskan, dan dikocok lagi kemudian disaring. Kemudian ditambahkan Mg 0,2 g, 3 tetes HCl, dan 2 ml amil alkohol pada masing-masing filtrat. Terbentuknya warna merah pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid (Harborne, 1987) 2. Uji Tanin: Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan lalu commit to user 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tannin (Farnsworth, 1966). 3. Uji Saponin : Sebanyak 0,5 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 1- 10 cm. Ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2 N, bila buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin (Harborne, 1987) F. Uji Aktivitas Antibakteri 1. Pembuatan media a. Media NA (Nutrient Agar) Komposisi : Beef Extract 3 g Peptone 5 g Agar 15 g Air suling 1 L Cara pembuatan : Sebanyak 23 g serbuk NA dilarutkan dalam air suling hingga 1 liter dengan bantuan pemanasan sampai semua bahan larut sempurna. Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit. b. Media NB (Nutrient Broth). Komposisi : Beef Extract 10 g Peptone 10 g NaCl 5 g commit to user 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Air desitilat 1.000 ml 15 g agar/L. Cara pembuatan : Sebanyak 8 gram serbuk NB dilarutkan dalam air suling hingga 1 liter dengan bantuan pemanasan sampai semua bahan larut sempurna. Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit. c. Media MHA (Muller Hinton Agar). Komposisi : Beef dehydrated infusion 300,0 g/L Casein hydrolysate 17,5 g/L Starch 1,5 g/L Agar 17,0 g/l Cara pembuatan : Sebanyak 34 gram serbuk MHA dilarutkan dalam air suling hingga 1 liter dengan bantuan pemanasan sampai semua bahan larut sempurna. Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121ºC selama 15 menit. 2. Pembuatan Agar Miring Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml media nutrient agar, didiamkan pada suhu kamar sampai sediaan membeku pada posisi miring kira-kira 45º kemudian disimpan dalam lemari pendingin. 3. Pembuatan stok bakteri uji 1) Membiakkan kultur bakteri uji ke dalam NB dalam tabung reaksi yang kemudian diinkubasi pada suhu 35-37ºC selama 24 jam. 2) Menyiapkan media agar miring dalam tabung reaksi. commit to user 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Memindahkan kultur bakteri uji setelah 18-24 jam ke dalam media agar miring dengan metode stright. Diinkubasi selama 24 jam dalam suhu kamar dan digunakan sebagai stok. 4. Pembuatan Larutan Uji dengan Berbagai konsentrasi Ekstrak kental batang pisang, dibuat 10 seri konsentrasi (10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 100%) dengan menggunakan larutan CMC 0,5%. Larutan CMC 0,5% dibuat dengan melarutkan 0,5 gram CMC ke dalam aquadest steril sampai 100 mL. Setiap seri konsentrasi dibuat dengan menambahkan larutan CMC 0,5% ke dalam beberapa gram ekstrak kental batang pisang kluthuk, sampai volumenya 3 mL. Jumlah ekstrak yang digunakan untuk pembuatan stok konsentrasi ekstrak dapat dilihat pada Tabel II. Tabel II. Jumlah ekstrak yang digunakan untuk pembuatan stok konsentrasi ekstrak. Seri Konsetrasi 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Ekstrak etanolik batang pisang 0,3 g 0,6 g 0,9 g 1,2 g 1,5 g 1,8 g 2,1 g 2,4 g 2,7 g 3g G. Metode Pengujian Aktivitas Antimikroba Pengujiannya dengan melakukan tahapan sebagai berikut : 1. Menyiapkan media uji MHA disterilisasi pada suhu 121°C kemudian didinginkan hingga 10-15°C. commit to user 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Bakteri uji yang telah dibiakkan dipindahkan ke dalam MHA kemudian dihomogenkan. 3. Menuang media MHA ke dalam cawan petri sebanyak 20 mL dan dibiarkan memadat. 4. Membuat lubang sumuran dengan menggunakan pelubang gabus pada media MHA padat. 5. Memasukkan 25 µl tiap seri konsentrasi ekstrak etanolik batang pisang kluthuk ke dalam lubang sumuran, kemudian diberi label dan diinkubasi pada suhu 35-37°C selama 24 jam. 6. Mengukur diameter zona hambat pada masing-masing sumuran menggunakan jangka sorong. 7. Melakukan pengujian 3 kali replikasi. Nilai diameter zona hambat diperoleh dari rata-rata 3 kali pengukuran diameter. 8. Memilih diameter zona hambat yang mencapai range 10-20 mm atau diameter yang terbesar untuk selanjutnya dilakukan uji daya hambat atau daya bunuh (bakterisida atau bakteriostatik). Untuk mengetahui bakterisida atau bakteriostatik ekstrak etanolik batang pisang kluthuk tersebut maka dilakukan pengujian lebih lanjut, yaitu : 1) Menyiapkan media NB. 2) Menyiapkan 3 tabung untuk metode dilusi a) Tabung 1 : Menambahkan 1 ose kultur bakteri ke dalam 5 ml media NB. commit to user 28 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam. Kemudian ditanam sebanyak 1 ml ke dalam media MHA (blangko). b) Tabung 2 : Menambahkan 1 ose kultur bakteri ke dalam 5 ml campuran media NB dan ekstrak, kemudian diinkubasi selama 24 jam. c) Tabung 3 : Menambahkan 1 ose kultur bakteri ke dalam 5 ml campuran media NB dan amoxicillin 0,025% (sebagai kontrol). Kemudian diinkubasi selam 24 jam. 3) Masing – masing tabung diambil 1 ose kemudian ditanam di media MHA dengan cara digoreskan pada media. Setelah itu di inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 35-37ºC. Lalu diamati ada tidaknya koloni bakteri. 4) Membandingkan hasil pengamatan antara blangko, sampel uji dan kontrol. H. Pengumpulan Data dan Analisis Data Data yang diperoleh berupa diameter zona hambat dari tiap konsentrasi ekstrak etanolik batang pisang kluthuk. Data diolah dengan One Way Analisis of Varians (ANOVA) menggunakan program SPSS 16 for windows. Sebelum dilakukan uji ANOVA dilakukan uji normalitas dan homogenitas. commit to user 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id I. Diagram Alir Cara Kerja Simplisia batang pisang kluthuk Maserasi dengan pelarut etanol 70% Dikentalkan dengan Rotary evaporator Ekstrak kental batang pisang kluthuk Uji fitokimia Uji aktivitas antibakteri Uji flavonoid, saponin, tanin Metode difusi cakram Media MHA (Muller Hinton agar) Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa Konsentrasi ekstrak Diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 36-37°C 0%-100% Cawan petri Diukur diameter zona hambatnya dan sifat antibakteri Gambar 6. Diagram alur cara kerja commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) terhadap bakteri penyebab infeksi pada luka. Apabila aktivitasnya dapat menghambat atau membunuh bakteri, kemungkinan dapat diaplikasikan sebagai alternatif obat penyembuh luka topikal. A. Identifikasi Tumbuhan Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan di Laboratorium Morfologi Sistematik Tumbuhan Universitas Setia Budi Surakarta menyatakan bahwa tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla), family Musaceae. Berdasarkan buku Flora Of Java. Hasil Identifikasi dapat dilihat pada lampiran 1. B. Pembuatan Ekstrak Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi. Maserasi adalah metode perendaman, dilakukan dengan cara merendam serbuk sampel dalam pelarut. Pemilihan metode maserasi dikarenakan proses maserasi tidak menggunakan panas sehingga senyawa aktif yang terdapat dalam batang pisang tidak rusak, selain itu peralatan untuk maserasi sederhana dan mudah digunakan. Pelarut yang digunakan adalah etanol 70% yang merupakan pelarut yang bersifat polar, sehingga dapat menyari senyawa aktif yang bersifat polar. Flavonoid, tanin dan saponin merupakan senyawa yang bersifat polar (Markham, 1988 dan Robinson, 1995) Maserasi dilakukan selama 5 hari di tempat yang terlindung dari cahaya matahari sambil sering diaduk, pengadukan ini bertujuan untuk mempercepat kontak antara sampel dengan pelarut. Larutan lalu diserkai, diperas dengan kain flanel. Kemudian ditampung menjadi satu dan diuapkan, untuk memisahkan pelarutnya. Penguapan dilakukan dengan menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 4550°C, sampai pelarut habis menguap, sehingga didapatkan ekstrak kental batang pisang kluthuk (Musa bakbisiana Colla) berwarna coklat kehitaman sebanyak 50 gram. commit to user 30 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Uji flavonoid, saponin, dan tanin Uji fitokimia adalah uji kualitatif kandungan senyawa aktif dalam suatu sampel. Analisis kandungan kimia dilakukan di Laboratorium Pusat FMIPA UNS, dengan melihat ada tidaknya reaksi perubahan warna yang terjadi pada uji tabung. Ekstrak batang pohon pisang mengandung beberapa jenis fitokimia yaitu saponin dengan kandungan yang paling banyak, kemudian flavonoid dan tanin (Prasetyo dkk., 2008). Hasil skrining fitokimia ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) menunjukkan adanya golongan senyawa saponin, flavonoid,dan tanin. Hasil skrining dapat dilihat pada Tabel III dan pada Gambar 7. Tabel III. Hasil uji flavonoid, saponin, dan tanin No Golongan senyawa yang diperiksa Hasil Uji Keterangan 1 Saponin Positif Terbentuk busa 2 Flavonoid Positif Terbentuk cincin warna jingga 3 Tanin Positif Warna berubah menjadi kehitaman Adanya kandungan senyawa flavonoid menunjukkan bahwa ekstrak etanolik batang pisang kluthuk mempunyai aktivitas antimikroba. Flavonoida juga merupakan golongan senyawa fenol (Robinson, 1995). Golongan fenol memiliki aktivitas antimikroba yang bersifat bakterisida namun tidak bersifat sporisida (Pratiwi, 2008). Senyawa fenol bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel dan merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri mati, juga dapat mempresipitasikan protein secara aktif dan merusak lipid pada membran sel melalui mekanisme penurunan tegangan permukaan membran sel (Pelczar dan Chan, 1986). I II III commit userjingga (I), hasil uji saponin terbentuk Gambar 7. Hasil uji flavonid terbentuk cincin to warna busa (II), hasil uji tanin terbentuk warna kehitaman (III) 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Flavonoida bekerja pada bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma. Membran sitoplasma bakteri sendiri berfungsi mengatur masuknya bahan-bahan makanan atau nutrisi, apabila membran sitoplasma rusak maka metabolit penting dalam bakteri akan keluar dan bahan makanan untuk menghasilkan energi tidak dapat masuk sehingga terjadi ketidakmampuan sel bakteri untuk tumbuh dan pada akhirnya terjadi kematian (Dzen, 2003) Tanin memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanismenya adalah dengan merusak membran sel bakteri, senyawa astringent tanin dapat menginduksi pembentukan ikatan senyawa kompleks terhadap enzim atau substrat mikroba dan pembentukan suatu ikatan kompleks tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri. (Akiyama et al., 2001). Menurut (Ajizah, 2004), aktivitas antibakteri senyawa tanin adalah dengan cara mengkerutkan dinding sel atau membran sel, sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri. Akibat terganggunya permeabilitas, sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya terhambat atau bahkan mati. Saponin adalah senyawa aktif yang kuat dan menimbulkan busa jika digojok dalam air sehinnga bersifat seperti sabun (Robinson, 1995). Saponin dapat meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel akan rusak dan lisis. Menurut Dwidjoseputro (1994) menyatakan bahwa saponin memiliki molekul yang dapat menarik air atau hidrofilik dan molekul yang dapat melarutkan lemak atau lipofilik sehingga dapat menurunkan tegangan permukaan sel yang akhirnya menyebabkan kehancuran kuman. D. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Hasil pengukuran diameter daerah hambatan ekstrak etanolik batang pisang kluthuk terhadap kedua bakteri tersebut dapat dilihat pada Tabel IV. commit to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel IV. Hasil Pengukuran Diameter Daerah Hambatan Pertumbuhan Bakteri Konsentrasi ekstrak Rata-rata diameter daya hambat *(mm) Staphylococcus aureus Pseudomonas aeruginosa 10% 7,80±0,40 7,04±0,24 20% 9,21±0.18 7,25±0,20 30% 10,00±0,07 8,72±0,31 40% 10,42±0,27 9,26±0,42 50% 10,72±0,37 10,02±0,18 60% 11,20±0,20 10,48±0,42 70% 12,57±0,30 10,96±0,06 80% 13,73±0,29 12,08±0,44 90% 10,46±0,21 10,07±0,02 100% 9,45±0,26 9,09±0,43 Keterangan : Nilai dinyatakan dari hasil rata-rata 3 kali pengukuran ± Standard Deviations (SD) Hasil pengukuran diameter zona hambat menunjukkan bahwa ekstrak etanolik batang pisang kluthuk memiliki daya hambat sedang sampai kuat terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Penentuan kriteria ini berdasarkan Davis dan Stout (1971) yang melaporkan bahwa ketentuan kekuatan daya antibakteri sebagai berikut: daerah hambatan 20 mm atau lebih termasuk sangat kuat, daerah hambatan 10-20 mm kategori kuat, daerah hambatan 5-10 mm kategori sedang, dan daerah hambatan 5 mm atau kurang termasuk kategori lemah. Hasil pengujian menunjukkan diameter zona penghambatan pada bakteri gram positif secara umum cenderung lebih besar daripada bakteri gram negatif. Diameter zona hambat terbesar pada bakteri Staphylococcus aureus terdapat pada konsentrasi 80% (13,37 mm),dan pada bakteri Pseudomonas aeruginosa terdapat pada konsentrasi 80% ( 12,08 mm). Hal ini menunjukan bahwa bakteri gram positif lebih rentan oleh senyawa antibakteri ekstrak etanolik batang pisang kluthuk daripada bakteri gram negatif. Hasil dapat dilihat pada Gambar 8. commit to user 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id A B Gambar 8. Hasil daya hambat antibakteri terbesar pada konsentrasi 80% pada bakteri Staphylococcus aureus (A) dan bakteri Pseudomonas aeruginosa(B) Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak batang pisang kluthuk terhadap diameter daya hambat bakteri uji antar kelompok maka digunakan uji statistik parametric One Way ANOVA, tetapi sebelum dilakukan analisa data dengan uji one way ANOVA, maka data terlebih dahulu harus dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Dari hasil uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk (data dapat dilihat pada lampiran 7) didapatkan nilai signifikansi untuk masing-masing data >0,05 yang artinya data terdistribusi normal, setelah itu dilakukan uji homogenitas menggunakan uji Lavene (data dapat dilihat pada lampiran 8) didapatkan nilai signifikansi untuk daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus (0,709> 0,05) dan daya hambat terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa (0,060>0,05) yang artinya bahwa varian data homogen, dengan hasil tersebut maka dapat dilakukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan uji one way ANOVA. Berdasarkan uji one way ANOVA (data dapat dilihat pada lampiran 9) diketahui bahwa pada variabel terikat daya hambat Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa nilai signifikannya (0,000 <0,05) yang berarti terdapat perbedaan yang bermakna atau ada pengaruh perlakuan konsentrasi ekstrak batang pisang kluthuk terhadap daya hambat Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa yang dihasilkan pada media agar. Setelah mengetahui bahwa ada perbedaan yang bermakna pada daya hambat bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa yang dihasilkan pada media nutrient agar akibat pengaruh perlakuan dari ke-10 variasi commit to user konsentrasi ekstrak ekstrak batang pisang kluthuk yang diberikan, kemudian 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id untuk mengetahui konsentrasi ekstrak batang pisang kluthuk mana saja yang berbeda dan tidak berbeda pengaruhnya terhadap daya hambat bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa tersebut maka dilakukan uji LSD (data dapt dilihat pada Lampiran 10 dan Tabel V ). Tabel V. Hasil uji LSD Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa Konsentrasi ekstrak Rata-rata diameter daya hambat *(mm) Staphylococcus aureus Pseudomonas aeruginosa 10% 7,80a 7,04a 20% 9,21b 7,25a 30% 10,00c 8,72b 40% 10,42cd 9,26b 50% 10,72d 10,02c 60% 11,20e 10,48cd 70% 12,57f 10,96d 80% 13,73g 12,08e 90% 10,46cd 10,07c 100% 9,45b 9,09b Keterangan : Pada angka yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan nilai yang tidak berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Dari hasil uji LSD didapatkan hasil bahwa daya hambat ekstrak batang pisang kluthuk terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa berbeda signifikan dengan konsentrasi yang lainnya dan terbesar pada konsentrasi 80%. Perlakuan etanol 70% berbeda nyata dengan semua perlakuan konsentrasi (0%-100%). Hal tersebut menunjukan bahwa etanol 70% tidak mempunyai daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Pada perlakuan konsentrasi (0%-100%) berbeda nyata dengan kontrol antibiotik amoxicillin. Hal tersebut dikarenakan antibiotik amoxicillin merupakan turunan penicillin yang mempunyai spektrum luas (dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif) sehingga diameter zona hambat yang dihasilkan oleh antibiotik lebih besar daripada zona commit to pisang user kluthuk. hambat yang dihasilkan oleh ekstrak batang perpustakaan.uns.ac.id 36 digilib.uns.ac.id Pada umumnya, diameter zona hambat cenderung meningkat sebanding dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Tetapi ada penurunan luas zona hambat pada beberapa konsentrasi yang lebih besar, seperti pada bakteri gram negatif saat konsentrasi 80%. Hal serupa dialami juga pada penelitian Elifah (2010), Ambarwati (2007) dan Noor dkk., (2006), yang menyebabkan diameter zona hambat tidak selalu berbanding lurus dengan naiknya konsentrasi antibakteri, hal ini terjadi karena perbedaan kecepatan difusi senyawa antibakteri pada media agar serta jenis dan konsentrasi senyawa antibakteri yang berbeda Richardson dkk., (1986) juga telah meneliti fenomena tersebut dan memperoleh hasil bahwa jenis dan konsentrasi senyawa antibakteri yang berbeda memberikan diameter zona hambat yang berbeda pada lama waktu tertentu. Perbedaan sensitivitas bakteri terhadap antibakteri dipengaruhi oleh struktur dinding sel bakteri. Bakteri gram positif cenderung lebih sensitif terhadap antibakteri, karena struktur dinding sel bakteri gram positif lebih sederhana dibandingkan struktur dinding sel bakteri gram negatif (dapat dilihat pada Gambar 9) sehingga memudahkan senyawa antibakteri untuk masuk ke dalam sel bakteri gram positif. Sesuai hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusmayati dan Agustini (2007). Gambar 9. Perbedaan struktur dinding sel bakteri gram negatif dan bakteri gram positif (Anonimc, 2012) Perbedaan struktur dinding sel menentukan penetrasi, ikatan dan commit to user aktivitas senyawa antibakteri (Jawetz dkk., 2005). Bakteri gram positif memiliki 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id struktur dinding sel dengan lebih banyak peptidoglikan, sedikit lipid dan dinding sel mengandung polisakarida (asam teikoat). Asam teikoat merupakan polimer yang larut dalam air, yang berfungsi sebagai transport ion positif untuk keluar atau masuk. Sifat larut air inilah yang menunjukkan bahwa dinding sel bakteri gram positif bersifat lebih polar. Sedangkan senyawa flavonoid dalam batang pisang kluthuk merupakan bagian yang bersifat polar sehingga lebih mudah menembus lapisan peptidoglikan yang bersifat polar daripada lapisan lipid yang nonpolar. Sehingga menyebabkan aktivitas penghambatan pada bakteri gram positif lebih besar daripada bakteri gram negatif. Bakteri gram negatif lebih banyak mengandung lipid, sedikit peptigoglikan, membran luar berupa bilayer. Membran luar terdiri dari fosfolipid (lapisan dalam), dan lipopolisakarida (lapisan luar) tersusun atas lipid yang bersifat nonpolar. Hal ini yang menyebabkan senyawa antibakteri pada ekstrak etanolik batang pisang kluthuk lebih sulit untuk masuk ke dalam sel sehingga aktivitas antibakterinya lebih lemah dibandingkan pada bakteri gram positif (Purwoko, 2007) Kontrol terhadap pelarut etanol serta kontrol CMC tidak menunjukkan adanya zona hambat. Hal ini mengindikasikan bahwa kontrol yang digunakan tidak berpengaruh pada uji antibakteri. Kontrol amoxicillin berpengaruh terhadap kedua jenis bakteri baik gram positif maupun negatif, aktifitas penghambatannya dalam kategori kuat. Amoxicillin merupakan turunan penicillin yang mempunyai spektrum luas (dapat menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan gram negatif), mekanisme kerjanya menghambat sintesis dinding sel bakteri (Mycek dkk., 1997). E. Hasil Penentuan Sifat Antibakteri Penentuan sifat ini bertujuan untuk mengetahui sifat antibakteri yang dihasilkan oleh ekstrak etanolik batang pisang kluthuk bersifat bakteriostatik atau bakteriosidal. Bakteriostatik merupakan efek yang menghambat pertumbuhan bakteri, tetapi tidak menyebabkan kematian seluruh bakteri. Mekanisme bakteriostatik biasanya terjadi pada ribosom yang menyebabkan penghambatan sintesis protein, sedangkan zat yang bersifat bakterisidal dapat membunuh bakteri, tetapi tidak menyebabkan lisis atau pecahnya sel bakteri (Madigan, 2003). Hasil dari pengukuran diameter daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa yang paling besar ditunjukan pada konsentrasi 80 %. Hasil uji sifat antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) memiliki sifat penghambatan terhadap bakteri, karena pada saat dilakukan uji lanjut diketahui bakteri yang tumbuh lebih sedikit jika todibandingkan kontrol negatifnya pada commit user media MHA. Hasil dapat dilihat pada Gambar 10 dan pada Lampiran 6. 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (A) (C) (B) (D) Gambar 10. Hasil uji penghambatan bakteri, (A) bakteri Staphylococcus aureus tumbuh pada media MHA. (B) bakteri Pseudomonas aeruginosa tumbuh pada media MHA.(C) kontrol negatif bakteri Staphylococcus aureus. (D) kontrol negatif bakteri Pseudomonas aeruginosa Pada penelitian ini membuktikan bahwa ekstrak etanolik batang pisang kluthuk mengandung senyawa flavonoid, saponin dan tanin yang bersifat sebagai antibakteri. Sehingga ekstrak batang pisang kluthuk memiliki aktivitas antibakteri. Daya antibakteri yang terbesar dihasilkan pada konsentrasi ekstrak 80% termasuk dalam golongan kuat (10-20 mm) berdasarkan Davis dan Stout (1971). Hal ini dibuktikan dengan ekstrak batang pisang kluthuk mampu menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri gram positif dan Pseudomonas aeruginosa yang merupakan bakteri gram negatif. F. Keterbatasan Penelitian Penelitian uji aktivitas antibakteri ekstrak batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) ini dilakukan dengan mengikuti prosedur penelitian yang seharusnya, namun masih terdapat beberapa keterbatasan dalam pelaksanaannya antara lain : commit to user 39 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1. Metode pengujian sifat antibakteri memiliki keterbatasan pada jumlah konsentrasi yang digunakan yaitu konsentrasi ekstrak batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) hanya 0,8% dan keterbatasan pada cara kerja pengujian sifat antibakteri. 2. Proses pembuatan ekstrak memiliki keterbatasan pada pengaturan suhu rotary evaporator yang terlalu tinggi sehingga dimungkinkan beberapa senyawa dapat teroksidasi. 3. Media yang digunakan memiliki keterbatasan dalam mendifusikan ekstrak secara maksimal. Ekstrak yang kental akan sulit untuk berdifusi dan menggangu hasil dari penelitian. commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Secara kualitatif ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) mengandung flavonoid, tanin, dan saponin. 2. Ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa dengan diameter paling besar pada konsentrasi 80% ( 13,37 mm dan 12,08 mm ) 3. Ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) memiliki sifat antibakteri dengan ditandai penurunan jumlah koloni. B. SARAN 1. Disarankan kepada peneliti selanjutnya dapat memanfaatkan ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) dengan memformulasinya untuk sediaan topikal. 2. Meneliti lebih lanjut sifat antibakteri yang dihasilkan oleh ekstrak etanolik batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla). 3. Meneliti lebih lanjut khasiat ekstrak batang pisang kluthuk (Musa balbisiana Colla) dalam proses penyembuhan luka terhadap hewan uji. commit to user 40