Rahasia-Rahasia Penginjilan

advertisement
Bab Tigapuluh-Tiga (Chapter Thirty-Three)
Rahasia-Rahasia Penginjilan (Secrets of Evangelism)
Ketika Abraham membuktikan kesediaannya untuk memberikan anak yang
dikasihinya, Ishak, Allah berjanji kepadanya:
Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau
mendengarkan firman-Ku." (Kejadian 22:18).
Rasul Paulus menekankan bahwa janji itu dibuat kepada Abraham dan kepada
keturunannya (kata benda tunggal), bukan keturunan-keturunannya (kata benda jamak);
dan keturunannya (kata benda tunggal) adalah Kristus (lihat Galatia 3:16). Dalam
Kristus, semua bangsa, atau lebih tepatnya, semua kelompok etnis di seluruh bumi akan
diberkati. Janji kepada Abraham itu menubuatkan tentang dimasukkannya ribuan
kelompok etnis bukan Yahudi di seluruh dunia menjadi berkat-berkat dalam Kristus.
Kelompok-kelompok itu saling berbeda karena mereka hidup dalam wilayah-wilayah
geografi yang berbeda, berasal dari ras-ras berbeda, mengikuti budaya-budaya yang
berbeda dan bertutur bahasa-bahasa yang berbeda. Allah inginkan mereka semua
diberkati dalam Kristus, yang oleh karena itu Yesus mati untuk dosa-dosa seluruh dunia
(lihat 1 Yohanes 2:2).
Walaupun Yesus berkata bahwa jalan menuju kehidupan adalah sempit, dan sedikit
orang yang mencarinya (lihat Matius 7:14), rasul Yohanes memberikan alasan tepat
untuk kita percayai bahwa akan ada wakil dari semua kelompok etnis di dunia dalam
Kerajaan Allah kelak:
Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang
banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan
kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai
jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara
nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta
dan bagi Anak Domba!" (Wahyu 7:9-10, tambahkan penekanan).
Jadi, dengan sangat bersemangat, anak-anak Allah menantikan saat untuk bergabung
dengan orang banyak dari latar-belakang etnis yang sangat beragam untuk datang di
hadapan Tahta Allah suatu hari kelak!
Banyak ahli strategi misi kontemporer memberikan penekanan besar kepada
penjangkauan ribuan kelompok etnis yang masih “tersembunyi” di seluruh dunia, demi
melakukan perintisan gereja yang layak di setiap etnis. Tindakan ini tentu dianjurkan,
karena Yesus memerintahkan kita untuk pergi ke seluruh dunia dan “melakukan
pemuridan kepada semua bangsa (atau arti sebenarnya, kelompok etnis)” (Matius 28:19).
Tetapi, rencana-rencana manusia, sebaik apapun maksudnya, bisa menimbulkan lebih
banyak bahaya daripada kebaikan bila tanpa bimbingan Roh Kudus. Sangatlah penting
kita mengikuti hikmat Allah di saat kita berupaya membangun KerajaanNya. Roh Kudus
memberi lebih banyak informasi dan petunjuk mengenai bagaimana kita harus melakukan
pemuridan di seluruh dunia dibandingkan dengan hal-hal yang ada dalam Matius 28:19.
Mungkin fatkta yang paling sering diabaikan oleh mereka yang berupaya memenuhi
Amanat Agung adalah bahwa Allah adalah penginjil terbesar dari semuanya, dan kita
harus bekerja-sama denganNya, bukan untukNya. Dibandingkan siapapun, Ia jauh lebih
peduli dalam menjangkau dunia dengan Injil, dan Ia bekerja sampai tuntas yang jauh
lebih tekun dibandingkan siapapun. Ia dulu dan sekarang sangat seirus dengan maksud itu
sehingga Ia mati untuk itu, dan Ia memikirkan tentang hal itu bahkan sebelum Ia
menciptakan manusia, dan kini Ia masih memikirkannya! Itulah komitmen!
“Jamulah Dunia untuk Kristus” (“Wining the World For Christ”)
Adalah menarik bahwa ketika membaca suratan-suratan dalam Perjanjian Baru, kita
tak temukan permohonan yang sungguh-sungguh (seperti sering kita lakukan kini) bagi
orang-orang percaya untuk “keluar dan menjangkau dunia untuk Kristus!” Orang-orang
Kristen dan para pemimpin Kristen yang mula-mula menyadari bahwa Allah bekerja
berat untuk menebus dunia, dan tugas mereka adalah bekerjasama denganNya ketika Ia
membimbing mereka. Jika orang yang tahu tentang hal itu adalah rasul Paulus, yang tak
seorangpun “membawanya kepada Tuhan.” Sebaliknya, ia bertobat melalui tindakan
langsung Allah ketika ia dalam perjalanan ke Damaskus. Dan di seluruh kitab Kisah Para
Rasul, kita dapati pertumbuhan gereja karena orang-orang yang diurapi dan dipimpin
oleh Roh Kudus yang bekerjasama dengan Roh Kudus. Kitab Kisah Para Rasul itu,
walaupun sering disebut sebagai “Kisah Perbuatan-Perbuatan Para Rasul”, sebenarnya
disebut sebagai “Kisah Perbuatan-Perbuatan Allah.” Pada pendahuluan kitab Kisah Para
Rasul oleh Lukas, ia menyatakan bahwa kisahnya yang pertama (Injil yang sesuai
namanya) adalah catatan mengenai “segala sesuatu yang Yesus mulai kerjakan dan
ajarkan” (Kisah Para Rasul 1:1, tambahkan penekanan). Lukas percaya bahwa Kisah Para
Rasul adalah ungkapan tentang hal yang Yesus terus lakukan dan ajarkan. Ia bekerja
melalui hamba-hambaNya yang diurapi dan dipimpin oleh Roh Kudus yang bekerja-sama
denganNya.
Jika orang-orang Kristen yang mula-mula tidak merasa terdorong untuk “keluar dan
bersaksi kepada sesamanya dan membantu memenangkan dunia untuk Kristus,” apakah
tanggung-jawab mereka dalam membangun Kerajaan Allah? Orang-orang yang tidak
secara khusus dipanggil dan diberikan karunia untuk memberitakan Injil kepada orang
banyak (para rasul dan penginjil) dipanggil untuk hidup taat dan suci, dan selalu siap
membuat pertahanan terhadap siapapun yang menghina atau menyangsikan mereka.
Misalnya, Petrus menuliskan,
Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan
berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah
gentar. Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap
sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap
orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang
ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati
nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang
saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. (1 Petrus 3:14-16).
Perlu dicatat, orang-orang Kristen, yang disurati oleh Petrus, mengalami aniaya.
Tetapi, jika orang-orang Kristen tak berbeda dengan dunia, dunia (sudah tentu) tak akan
menganiaya mereka. Itulah alasannya kini ada penganiayaan terhadap orang-orang
Kristen di banyak tempat —karena orang-orang yang konon menyebut diri Kristen
bertindak tidak berbeda dengan orang lain. Ternyata, mereka bukanlah orang-orang
Kristen, sehingga tak seorangpun menganiaya mereka. Namun banyak jenis “orang
Kristen” seperti itu didesak-desak pada hari-hari Minggu untuk “berbagi iman mereka
dengan sesamanya.” Ketika mereka bersaksi kepada sesamanya, sesamanya terkejut
mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang Kristen yang (diduga) lahir baru. Yang
lebih buruk, “injil” yang mereka ceritakan tidak lebih dari cerita “kabar baik” kepada
sesamanya, sehingga mereka keliru jika menganggap perbuatan baik atau ketaatan
kepada Allah terkait dengan keselamatan. Masalahnya adalah mereka hanya “menerima
Yesus sebagai Juruselamat pribadi mereka.”
Berbeda dengan hal itu, orang-orang Kristen mula-mula (Tuhan mereka adalah Yesus)
berdiri bagaikan cahaya dalam kegelapan, sehingga mereka tak perlu mengikuti pelajaran
untuk bersaksi atau membangkitkan keberanian untuk bercerita kepada sesama mereka
bahwa mereka adalah pengikut Kristus. Dan, mereka punya banyak kesempatan untuk
berbagi Injil ketika mereka difitnah atau dihina karena kebenaran. Juga, mereka hanya
perlu menguduskan Yesus sebagai Tuhan di dalam hati dan siap sedia dalam segala
waktu untuk memberi pertangung-jawaban, sesuai kata Petrus.
Mungkin perbedaan utama antara orang-orang Kristen modern dan orang-orang
Kristen mula-mula adalah: Orang-orang Kristen modern cenderung berpikir bahwa
seorang Kristen ditandai dengan pengetahuan dan keyakinannya —kita menyebutnya
“doktrin”, sehingga mereka fokus pada mempelajarinya. Sebaliknya, orang-orang Kristen
mula-mula percaya bahwa seorang Kristen ditandai dengan perbuatannya —sehingga
mereka fokus pada menaati perintah-perintah Kristus. Perlu disadari bahwa, selama
empat-belas abad awal, praktis tak ada orang Kristen yang memiliki Alkitab secara
pribadi, sehingga mustahil baginya untuk “membaca Alkitab setiap hari”; kejadian ini
menjadi salah satu aturan terpenting dari tanggung-jawab orang Kristen masa kini. Saya
tentu tidak berkata bahwa orang-orang Kristen masa kini tak boleh membaca Alkitab
setiap hari. Saya hanya ingin berkata bahwa terlalu banyak orang Kristen telah
menjadikan pelajaran Alkitab lebih penting dibandingkan menaati Alkitab. Pada
akhirnya, kita menyombongkan diri kita karena memiliki doktrin yang benar
(bertentangan dengan para anggota dari 29,999 denominasi lain yang tidak sesuai dengan
level kita) namun masih bergosip, berbohong dan mengumpulkan harta di bumi.
Jika kita ingin melunakkan hati orang-orang sehingga mereka menjadi lebih terbuka
untuk menerima Injil, lebih besar kemungkinan kita melakukannya dengan perbuatanperbuatan kita daripada dengan doktrin-doktrin kita.
Allah, Penginjil Terbesar (God, the Greatest Evangelist)
Perhatikanlah lebih rinci pekerjaan Allah dalam membangun KerajaanNya. Semakin
kita mengerti pekerjaanNya, semakin baik kita dapat bekerjasama denganNya.
Ketika seseorang percaya kepada Yesus, itulah yang ia lakukan dengan hatinya (lihat
Roma 10:9-10). Ia percaya kepada Tuhan Yesus sehingga ia bertobat. Ia menurunkan
dirinya dari tahta keinginannya dan menaikkan Yesus ke atas tahta keinginannya.
Tindakan mempercayai tentu melibatkan perubahan hati.
Demikian juga, ketika seseorang tidak mempercayai Yesus, itulah yang ia lakukan
dengan hatinya. Ia melawan Allah, sehingga ia tidak bertobat. Dengan keputusan secara
sadar, ia menjauhkan Yesus dari tahta hatinya. Ketidakpercayaan menyebabkan lahirnya
keputusan untuk seterusnya tidak mengubah hati seseorang.
Yesus menunjukkan bahwa hati seseorang sangat keras sehingga tak seorangpun akan
datang padaNya jika ia tidak ditarik oleh sang Bapa (lihat Yohanes 6:44). Allah dengan
penuh kasih dan tak henti-hentinya menarik setiap orang kepada Yesus dengan berbagai
cara, semua caraNya menyentuh hatinya, dan melalui caraNya ia harus memutuskan
apakah melunakkan atau mengeraskan hatinya.
Apakah cara Allah untuk menyentuh hati orang agar ia dapat ditarik kepada Yesus?
Pertama, Ia memakai ciptaanNya. Paulus menulis,
Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia,
yang menindas kebenaran dengan kelaliman. Karena apa yang dapat mereka
ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada
mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatanNya yang
kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia
diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. (Roma 1:18-20, tambahkan
penekanan).
Perhatikan Paulus berkata bahwa orang-orang “menindas kebenaran” yang “terbukti
ada di dalam diri mereka.” Yakni, kebenaran bertambah di dalam mereka dan menantang
mereka, namun mereka menahannya dan melawan keyakinan di dalam diri mereka.
Apa sebenarnya kebenaran yang ada di hati setiap orang? Paulus berkata kebenarankebenaran dengan atribut-atribut yang tak terlihat dari Allah, kuasa kekal dan hakekat
ilahiNya”, yang terungkap melalui “apa yang telah dibuat.” Di dalam hati mereka, orang-
orang tahu melalui ciptaanNya bahwa Allah jelas ada,1 bahwa Ia sangat kuat, benar-benar
kreatif dan sangat berbudi dan bijak.
Kesimpulan Paulus, orang-orang tersebut “tak punya alasan”, dan ia benar. Allah
senantiasa berseru kepada setiap orang, mengungkapkan diriNya dan memohon mereka
untuk melembutkan hati mereka, tetapi sebagian besar tak mau mendengar. Tetapi, Allah
tak pernah berhenti berseru selama hidup mereka, dengan terus menunjukkan mujizatmujizat —melalui bunga, burung, bayi, hujan salju, pisang, apel, dan sejuta hal lain lagi.
Jika Allah ada dan Ia sama besarnya dengan ungkapan ciptaanNya, maka kita patut
menaatiNya. Pewahyuan di dalam diri menyerukan satu pesan: Bertobatlah! Karena itu,
Paulus menegaskan agar setiap orang mendengarkan panggilan Allah untuk bertobat:
Tetapi aku bertanya: Adakah mereka tidak mendengarnya? Memang mereka telah
mendengarnya: "Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka
sampai ke ujung bumi." (Roma 10:18).
Paulus sebenarnya mengutip ayat terkenal dari Mazmur 19, yang teksnya berbunyi,
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu
kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada
berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka
terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia
memasang kemah di langit untuk matahari, (Mazmur 19:1-4a, tambahkan
penekanan).
Hal itu menunjukkan bahwa Allah sedang berbicara kepada setiap orang, siang dan
malam, melalui ciptaanNya. Jika orang-orang bereaksi dengan benar kepada pesan
penciptaan Allah, mereka akan menundukkan wajahnya dan meratapi sesuatu seperti,
“Pencipta yang Agung, Engkau telah menciptakanku, tentunya untuk melakukan
kehendakMu. Jadi, saya berserah kepadaMu!”
Cara Lain Allah Berbicara (Another Means by Which God Speaks)
Kaitan dengan pewahyuan ke dalam/ke luar adalah pewahyuan lain ke dalam,
1
Itu sebabnya Alkitab menyatakan, “Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." (Mazmur
14:1, tambahkan penekanan). Hanya orang bodoh yang menutup-nutupi kebenaran yang sudah jelas.
pewahyuan yang juga diberikan oleh Allah, dan pewahyuan yang tidak tergantung pada
orang yang mengalami mujizat-mujizat penciptaan. Pewahyuan ke dalam adalah kata-hati
setiap orang, yakni suara yang selalu menyatakan hukum Tuhan. Paulus menulis,
Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri
sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak
memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.
Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di
dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling
menuduh atau saling membela. Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah,
sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang
tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus. (Roma 2:14-16).
Jadi, setiap orang tahu yang benar dari yang salah, atau lebih tegasnya, setiap orang
tahu hal yang menyenangkan Allah dan yang tidak menyenangkanNya, dan Ia akan
meminta pertanggung-jawaban setiap orang pada hari penghakiman atas perbuatannya
yang tak menyenangkan Dia. Ketika usia seseorang bertambah, ia tentu makin tahu
bagaimana memperbaiki dosanya dan mengabaikan suara kata-hatinya, tetapi Allah tak
pernah berhenti mengatakan hukum-hukumNya di dalam diri orang itu.
Cara Ketiga (A Third Means)
Tetapi, hal di atas belum lengkap. Allah, penginjil terbesar yang bekerja untuk
membimbing setiap orang agar bertobat, berbicara kepada orang-orang dengan cara lain.
Sekali lagi, bacalah kata-kata Paulus:
Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman
manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman. (Roma 1:18, tambahkan
penekanan).
Perhatikan, Paulus berkata bahwa murka Allah diungkapkan, bukan akan diungkapkan
nanti. Murka Allah nyata pada orang-orang dalam banyak kejadian yang menyedihkan
dan tragis, besar dan kecil, yang melanda umat manusia. Jika Allah maha-kuasa, sanggup
melakukan dan mencegah apapun, maka hal-hal tersebut hanyalah wujud dari murkaNya,
ketika hal-hal itu melanda mereka yang mengabaikanNya. Hanya teolog tak berperasaan
dan filsuf bodoh tak mampu memahami hal itu. Namun, dalam murkaNya, belas-kasihan
dan kasih Allah dinyatakan, ketika obyek murkaNya sering mendapat murka jauh lebih
sedikit dibanding yang layak dia dapatkan, sehingga obyek itu diingatkan akan murka
kekal yang menanti orang yang tidak bertobat setelah ia mati. Itulah cara lain dari Allah
untuk menarik perhatian orang yang perlu bertobat.
Cara Keempat (A Fourth Means)
Akhirnya, Allah tidak hanya menarik perhatian orang-orang melalui ciptaan, kata-hati
dan bencana, tetapi juga melalui panggilan Injil. Ketika hamba-hambaNya menaati Dia
dan mengabarkan kabar baik, pesan yang sama tentang ciptaan, kata-hati dan bencana
dipertegas sekali lagi: Bertobatlah!
Anda dapat saksikan bahwa hal yang kami lakukan dalam penginjilan tak sebanding
dengan perbuatan Tuhan. Hamba Tuhan terus-menerus menginjili setiap orang di setiap
saat setiap hari dalam hidupnya, sedangkan para penginjil besar dapat berbicara kepada
ratusan ribu orang selama puluhan tahun. Dan para penginjil itu biasanya mengabarkan
Injil kepada kelompok orang tertentu hanya sekali dalam waktu singkat. Ternyata, satu
kesempatan itulah yang seorang penginjil dapatkan untuk menginjili orang-orang sesuai
perintah Yesus untuk mengebaskan debu dari kaki mereka kapanpun sebuah kota, desa
atau rumah tidak menerima mereka (lihat Matius 10:14). Dengan kata lain, adalah benarbenar tiada bandingan bila kita bandingkan antara penginjilan kita yang sangat terbatas
dan penginjilan Allah yang terus-menerus, universal, dramatik, dan menuntut batin
manusia.
Perspektif itu membantu kita untuk memahami lebih baik tentang tanggung-jawab
dalam penginjilan dan membangun Kerajaan Allah. Tetapi, sebelum kita memikul peran
itu secara lebih khusus, ada satu faktor penting lain yang tidak boleh kita abaikan.
Seperti dinyatakan sebelumnnya, yang dilakukan orang-orang dengan hati mereka
adalah bertobat dan percaya. Allah mau tiap orang untuk merendahkan diri, melembutkan
hati, bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Untuk mencapai hal itu, Allah terus
bekerja dalam hati setiap orang dalam banyak cara.
Tentunya, Allah juga tahu, kondisi hati setiap orang. Ia tahu hati siapa yang sedang
melunak dan hati siapa yang mengeras. Ia tahu siapa yang mendengarkan pesanpesanNya yang tak ada hentinya dan siapa yang mengabaikan pesan-pesanNya. Ia tahu
hati siapa yang merasakan bencana dalam hidupnya yang akan membuatnya membuka
hatinya dan bertobat. Ia tahu hati siapa yang sangat keras sehingga tak ada harapan untuk
bertobat. (Misalnya, Ia berkata kepada Yeremia tiga kali, tidak untuk berdoa bagi Israel
karena hati mereka jauh dari pertobatan; lihat Yeremia 7:16; 11:14; 14:11).2 Ia tahu hati
siapa yang sedang melunak sampai titik di mana hanya ada sedikit tuduhan dari RohNya
yang akan membuat orang itu bertobat.
Dengan mengingat semua hal, apa yang dapat kita pelajari tentang tanggung-jawab
gereja untuk mengabarkan Injil dan membangun Kerajaan Allah?
Prinsip #1 (Principle #1)
Pertama, sebagai sang Penginjil Agung yang melakukan 95% dari seluruh pekerjaan
dan yang sudah dari dulu terus-menerus berseru-seru kepada setiap orang setiap hari,
apakah tak sewajarnya bila Allah mengutus hamba-hambaNya untuk mengabarkan Injil
kepada mereka yang hatinya paling siap menerima Injil, bukannya mereka yang hatinya
tak mau menerima Injil? Saya sependapat.
Apakah tak mungkin Allah, sang Penginjil Agung yang telah mengabarkan Injil
kepada semua orang setiap saat dalam hidup mereka, memilih untuk tidak peduli pada
pengabaran Injil bagi mereka yang sungguh mengabaikan segala sesuatu yang
dikatakanNya kepada mereka selama bertahun-tahun? Mengapa Ia akan sia-siakan
upayaNya untuk mengatakan 5% terakhir kehendaknya kepada orang-orang agar mereka
tahu apakah mereka benar-benar mengabaikan 95% pertama hal yang hendak dikatakan
kepada mereka? Saya anggap, mungkin Allah akan menghukum orang-orang itu, sambil
berharap agar mereka melunakkan hatinya. Jika mereka melunakkan hati, wajarlah bila
kita anggap bahwa Ia akan utus hamba-hambaNya untuk mengabarkan Injil.
Sebagian orang berkata bahwa Allah akan mengutus hamba-hambaNya kepada mereka
yang, Ia tahu, tidak akan bertobat sehingga mereka tak punya alasan lagi saat berdiri di
hadapan penghakimanNya. Tetapi, ingat bahwa menurut Alkitab, orang-orang tersebut
tak punya alasan lagi di hadapan Allah karena pewahyuanNya yang terus-menerus
mengenai diriNya melalui ciptaanNya (lihat Roma 1:20). Jadi, jika Allah benar-benar
mengutus salah seorang hambaNya kepada orang-orang itu, mereka akan jadi lebih
2
Di luar ini, Alkitab mengajarkan bahwa Allah bahkan aktif mengeraskan hati orang yang terus
mengeraskan hatinya melawan Dia (seperti Firaun). Tidaklah mungkin ada harapan orang itu bertobat.
bertanggung-jawab.
Jika ternyata benar Allah akan memimpin hambaNya kepada orang yang mau
menerima Injil, lalu kita, hamba-hambaNya, akan sepenuh hati memohon hikmatNya
sehingga kita dapat dipimpin menjangkau mereka yang, Ia tahu, siap untuk dituai.
Teladan Alkitabiah (A Scriptural Example)
Prinsip itu tampak indah dalam pelayanan Filipus si penginjil seperti dalam kitab
Kisah Para Rasul. Filipus berkhotbah kepada banyak orang yang menerima Injil di
Samaria, tetapi kemudian diarahkan oleh malaikat untuk menuju arah tertentu. Filipus
dibimbing kepada orang yang sedang mencari berita Injil:
Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: "Bangunlah
dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke
Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang
Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu
negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Sekarang orang itu
sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab
nabi Yesaya. Lalu kata Roh kepada Filipus: "Pergilah ke situ dan dekatilah kereta
itu!" Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi
Yesaya. Kata Filipus: "Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?" Jawabnya:
"Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?" Lalu
ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. Nas yang dibacanya itu
berbunyi seperti berikut:
Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang
kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak
membuka mulut-Nya.
dalam kehinaanNya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan
menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawaNya diambil dari bumi. Maka kata
sida-sida itu kepada Filipus: "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi
berkata demikian? tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?" Maka mulailah
Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu
kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?"
(Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku
percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.") Lalu orang Etiopia itu
menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus
maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari
air, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi.
Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita. (Kisah Para Rasul 8:26-39).
Filipus dibimbing secara ilahi untuk melayani orang yang lapar rohani sehingga ia
melakukan perjalanan dari Afrika ke Yerusalem untuk menyembah Allah dan telah
membeli sebagian salinan gulungan yang berisikan nubuatan-nubuatan Yesaya. Ketika ia
membaca Yesaya pasal 53, bagian jelas dalam Perjanjian Lama yang merinci
pengorbanan Kristus sebagai penebusan, dan ia heran kepada siapa Yesaya menuliskan
nubuatan itu; ada Filipus yang siap menjelaskan apa yang sedang dibacanya! Ada orang
yang siap untuk bertobat! Allah tahu hatinya dan mengutus Filipus.
Cara yang Lebih Baik (A Better Way)
Betapa lebih diberkati orang-orang yang dipimpin oleh Roh dan yang mau menerima
Injil dibandingkan mendekati orang-orang secara acak atau sistematis yang tak mau
menerima Injil karena kita keliru menganggap bahwa mereka tidak akan mendapat kabar
Injil. Jangan lupa —setiap orang yang anda temui terus-menerus diinjili oleh Allah. Kita
lebih baik bertanya kepada orang-orang bagaimana perlakuan kata-hati mereka untuk
pertama-tama menentukan apakah mereka akan menerima Allah atau tidak, karena setiap
orang menghadapi rasa bersalah dengan berbagai cara.
Contoh lain dari prinsip itu adalah pertobatan seisi rumah Kornelius melalui pelayanan
Petrus, yang secara adikodrati dipimpin untuk mengabarkan Injil kepada orang-orang
bukan Yahudi yang sangat rindu menerima berita itu. Kornelius mendengar kata-hatinya
dan mencari Allah, yang diilustrasikan melalui pemberian sedekah dan senantiasa berdoa
(lihat Kisah Para Rasul 10:2). Allah mempertemukan Kornelius dengan Petrus, dan ia
mendengarkan pesan Petrus dengan hati terbuka dan secara ajaib ia diselamatkan.
Betapa lebih bijak kita berdoa dan meminta Roh Kudus untuk memimpin kita kepada
mereka yang berhati terbuka daripada kita merumuskan rencana-rencana menyeluruh dan
buang-buang waktu untuk membagi kota-kota menjadi kuadran-kuadran dan menyusun
tim-tim saksi untuk mengunjungi setiap rumah dan apartemen. Seandainya Petrus
mengunjungi pertemuan yang membahas berbagai strategi misi di Yerusalem atau jika
Filipus terus berkhotbah di Samaria, maka seisi rumah Kornelius dan sida Etiopia tidak
akan pernah diselamatkan.
Setiap penginjil dan rasul tentu mendapat bimbingan untuk mengabarkan Injil di
hadapan kerumunan orang yang mau menerima dan yang tak mau menerima Injil.
Bahkan mereka mencari Tuhan untuk mengetahui tempat mereka menginjil sesuai
keinginanNya. Lagi-lagi, catatan yang ditemukan dalam kitab Kisah Para Rasul berisikan
tentang orang-orang yang dipimpin dan diurapi oleh Roh Kudus yang bekerja-sama
dengan Roh Kudus ketika Ia membangun Kerajaan Allah. Betapa berbedanya metodemetode dalam gereja mula-mula dibandingkan dengan metode-metode dalam gereja masa
kini. Betapa berbeda hasil-hasilnya! Mengapa tidak meniru hal yang sudah memberikan
hasil?
Prinsip #2 (Principle #2)
Bagaimana prinsip-prinsip Alkitab yang disebut di bagian awal bab ini dapat
membantu dalam memahami peran kita dalam penginjilan dan pembangunan Kerajaan
Allah?
Jika Allah telah mendesain sedemikian sehingga semua ciptaan, kata-hati dan bencana
menjadi hal-hal yang merupakan pesan kepada umat manusia untuk bertobat, maka
seorang pekabar Injil perlu yakin agar ia takkan menyampaikan pesan yang bertentangan.
Tetapi, ternyata ada banyak penginjil yang menyampaikan pesan demikian! Penyampaian
khotbah secara langsung oleh mereka bertentangan dengan segala hal yang telah Allah
katakan kepada orang-orang berdosa! Pesan para penginjil itu tentang kasih karunia
yang tak sesuai dengan Alkitab mendukung ide bahwa kesucian dan ketaatan tidaklah
penting demi memperoleh hidup kekal. Tanpa menyebutkan perlunya pertobatan bagi
keselamatan, dengan menekankan bahwa keselamatan bukanlah hasil usaha (dalam cara
pemahaman yang tidak dimaksudkan oleh Paulus), mereka sebenarnya menentang Allah,
dengan lebih menipu orang-orang yang menegaskan nasib kekal mereka, karena mereka
yakin telah diselamatkan ketika ternyata tidak diselamatkan. Betapa tragisnya, ketika
utusan-utusan Allah ternyata menentang Allah yang mereka wakili menurut klaim
mereka!
Yesus memerintahkan kita untuk menyerukan “pertobatan bagi pengampunan dosa”
(Lukas 24:47). Pesan itu mempertegas perkataan Allah kepada orang berdosa selama
hidupnya. Pemberitaan Injil menusuk hati orang-orang dan menyerang orang yang keras
hatinya. Namun, injil modern yang lunak menyatakan kepada orang-orang betapa Allah
mengasihi mereka (hal yang tak pernah disebutkan oleh seorang rasulpun ketika
mengabarkan Injil dalam kitab Kisah Para Rasul), dan injil itu menyesatkan mereka
dengan anggapan bahwa Allah tidak marah atau menyerang mereka. Mereka sering
berkata bahwa mereka hanya perlu “menerima Yesus.” Tetapi Raja segala raja dan Tuhan
segala tuhan tidak perlu kita terima. Pertanyaannya bukan, “Apakah anda menerima
Yesus?”, tetapi “Apakah Yesus menerima anda?” Jawaban: jika anda tak bertobat dan
mulai mengikutiNya, maka anda tak berkenan bagiNya, dan hanya belas-kasihanNya
mencegah nasib anda agar tak sampai ke neraka.
Dengan injil modern yang menganggap murah kasih karunia Allah, saya heran
mengapa begitu banyak bangsa, yang dipimpin oleh orang-orang yang Allah beri kuasa
untuk memerintah (dan hal ini tak dapat diperdebatkan; lihat Daniel 4:17, 25, 32l 5:21;
Yohanes 19:11; Kisah Para Rasul 12:23; Roma 13:1), telah menutup pintu bangsabangsanya untuk para misionaris Barat. Apakah itu karena Allah coba menjauhkan injil
sesat dari negara-negara itu?
Prinsip #3 (Principle #3)
Prinsip-prinsip yang disebut di awal bab ini juga membantu dalam memahami cara
Allah memandang orang-orang yang mengikuti agama-agama sesat. Apakah mereka
orang-orang yang tak peduli dan tak perlu dikasihani karena tak pernah mendengarkan
kebenaran? Apakah semua kesalahan terletak pada gereja karena tidak menginjili mereka
secara efektif?
Tidak, orang-orang itu bukan tak peduli kepada kebenaran. Mereka mungkin tak tahu
segala sesuatu yang diketahui oleh orang Kristen yang percaya Alkitab, tetapi mereka
tahu semua yang Allah ungkapkan tentang diriNya melalui semua ciptaan, kata-hati dan
bencana. Merekalah orang-orang yang Allah sedang panggil untuk bertobat dari seluruh
hidupnya, meskipun mereka tak pernah bertemu orang Kristen atau mendengarkan Injil.
Lagipula, bisa saja mereka sudah melembutkan atau mengeraskan hati kepada Allah.
Paulus menulis tentang ketidakpedulian orang-orang yang tak percaya dan menyatakan
alasan bagi ketidakpedulian mereka:
Sebab itu kukatakan dan kutegaskan ini kepadamu di dalam Tuhan: Jangan hidup
lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang
sia-sia dan pengertiannya yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah,
karena kebodohan yang ada di dalam mereka dan karena kedegilan hati mereka.
Perasaan mereka telah tumpul, sehingga mereka menyerahkan diri kepada hawa
nafsu dan mengerjakan dengan serakah segala macam kecemaran. (Efesus 4:17-19).
Perhatikanlah, alasan ketidakpedulian orang-orang bukan Yahudi adalah “karena
kekerasan hati mereka.” Paulus juga berkata bahwa perasaan mereka telah “menjadi
tumpul atau keras.” Ia jelas berbicara tentang kondisi hati mereka. Kulit keras muncul di
tangan karena kontak terus-menerus dengan benda kasar dengan kulit lunak. Kulit yang
sudah keras menjadi kurang peka. Demikian juga, ketika seseorang terus-menerus
melawan panggilan Allah melalui semua ciptaan, kata-hati dan bencana, hatinya menjadi
tumpul atau keras, sehingga membuatnya menjadi semakin kurang peka dengan
panggilan ilahi. Itu sebabnya statistik menunjukkan bahwa seseorang umumnya makin
enggan menerima Injil ketika ia makin tua. Makin tua seseorang, makin kecil
kemungkinan ia akan bertobat. Para penginjil yang bijak menargetkan orang-orang
muda.
Rasa Bersalah dari Orang yang Tidak Percaya (The Guilt of the Unbelieving)
Bukti selanjutnya di mana Allah menganggap seseorang bersalah meskipun ia belum
pernah mendengar berita Injil dari penginjil Kristen adalah fakta bahwa Allah mengadili
setiap orang secara aktif. Jika Allah tak menganggap seseorang bertanggung-jawab atas
dosa-dosanya, maka Ia tak akan menghukumnya. Tetapi, karena Ia benar-benar
menghukumnya, Ia menganggap orang itu bertanggung-jawab, dan jika demikian, maka
ia harus tahu bahwa apa yang tengah dilakukannya adalah tidak berkenan di hadapanNya.
Satu cara Allah menghukum orang yang menentang panggilanNya kepada pertobatan
adalah “menyerahkan mereka” kepada keinginan-keinginan dosa sehingga mereka
menjadi budak sampai semakin dalam. Paulus menulis:
Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai
Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi siasia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka
penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh. Mereka menggantikan
kemuliaan Allah yang tidak fana dengan gambaran yang mirip dengan manusia
yang fana, burung-burung, binatang-binatang yang berkaki empat atau binatangbinatang yang menjalar.
Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan hati mereka akan
kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka. Sebab mereka
menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah
makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin.
Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab
isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.
Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri
mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain,
sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu
mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan
mereka.
Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah
menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka
melakukan apa yang tidak pantas: penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan,
keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu
muslihat dan kefasikan. Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah,
kurang ajar, congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang
tua, tidak berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan.
Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa
setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati, mereka bukan
saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka yang
melakukannya. (Roma 1:21-32, tambahkan penekanan).
Perhatikan bagaimana cara Paulus menekankan fakta-fakta tentang kesalahan dan
pertanggungjawaban manusia di hadapan Allah. Orang yang belum dilahirkan kembali
“mengenal Allah”, tetapi “ia tidak menghargaiNya sebagai Allah, atau mengucap
syukur.” Ia “menukar kebenaran Allah dengan dusta”, sehingga pastilah ia telah temukan
kebenaran Allah. Jadi, Allah “menyerahkan mereka” kepada status rendah yang makin
dalam, sampai pada titik di mana orang-orang melakukan hal-hal yang paling aneh, tidak
lazim dan menyimpang ketika mereka makin diperbudak oleh dosa. Sehingga Allah
berkata, “Jadi, engkau ingin melayani dosa pada saat engkau akan melayaniKu?
Teruskan. Saya tak akan menghentikanmu, dan engkau akan makin diperbudak oleh allah
yang engkau kasihi.”
Saya menduga bahwa seseorang bisa saja menganggap bentuk hukuman itu sebagai
indikasi belas-kasihan Allah, karena wajar bila kita berpikir bahwa ketika seseorang
makin menyimpang dan berdosa, ia akan menyadarinya dan bangkit. Orang akan heran
mengapa banyak pria homoseks tidak bertanya pada diri mereka sendiri, “Mengapa saya
tertarik secara seksual kepada orang-orang dengan jenis kelamin yang sama dengan orang
yang sebenarnya tak bisa saya punya hubungan seks yang wajar? Ini aneh!” Dalam satu
hal, ada pendapat bahwa Allah memang benar-benar “membuat mereka demikian”
(karena mereka sendiri sering menyangkal demi membenarkan penyimpangan mereka),
tetapi hanya dalam arti permisif, dan hanya karena Ia ingin menyadarkan mereka agar
bertobat dan mengalami belas-kasihanNya yang ajaib.
Tidak hanya kaum homoseks yang harus bertanya pada diri mereka sendiri. Paulus
membuat daftar banyak dosa yang memperbudak manusia dan menjadi bukti hukuman
Allah kepada mereka yang menolak melayaniNya. Milyaran orang akan bertanya kepada
diri mereka sendiri tentang perilaku mereka yang aneh. “Mengapa saya membenci
keluarga saya sendiri?” “Mengapa saya mendapat kepuasan dalam menyebarkan gosip?”
“Mengapa saya tak pernah puas dengan yang saya miliki?” “Mengapa saya terpaksa terus
menatapi gambar-gambar porno yang terpapar jelas?” Allah telah menyerahkan mereka
semua untuk diperbudak oleh allah mereka.
Sudah tentu, siapapun dapat melembutkan hatinya, bertobat dan percaya kepada
Yesus. Sebagian orang berdosa yang sangat keras hati telah melakukannya, dan Allah
telah mentahirkan dan membebaskan mereka dari dosa-dosa! Selama seseorang masih
bernafas, Allah masih memberi kesempatan kepadanya untuk bertobat.
Tak Ada Alasan (No Excuses)
Menurut Paulus, orang berdosa tak punya alasan untuk membenarkan dirinya. Pada
kenyataannya, mereka tahu yang benar dan yang salah ketika menghakimi orang lain,
sehingga mereka layak dihukum Tuhan:
Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain,
engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau
menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain,
melakukan hal-hal yang sama. Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung
secara jujur atas mereka yang berbuat demikian. Dan engkau, hai manusia, engkau
yang menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri
melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari
hukuman Allah? Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya,
kesabaranNya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud
kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan? (Roma 2:1-4).
Paulus berkata bahwa alasan kesabaran dan kesetiaan Allah adalah untuk memberi
kesempatan bagi tiap orang untuk bertobat. Juga, ketika Paulus melanjutkan, ia
ungkapkan bahwa hanya orang yang bertobat dan hidup kudus akan mewarisi Kerajaan
Allah:
Tetapi oleh kekerasan hatimu yang tidak mau bertobat, engkau menimbun murka
atas dirimu sendiri pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan
dinyatakan. Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup
kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan,
kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang
mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat
kepada kelaliman. Penderitaan dan kesesakan akan menimpa setiap orang yang
hidup yang berbuat jahat, pertama-tama orang Yahudi dan juga orang Yunani,
tetapi kemuliaan, kehormatan dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang
yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani. (Roma 2:510).
Paulus jelas tak sependapat dengan orang yang mengajarkan bahwa siapapun yang
hanya “menerima Yesus sebagai Juruselamat” dijamin akan mendapatkan hidup kekal.
Sebaliknya, Paulus sependapat bahwa Allah akan membalas setiap orang menurut
perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang tekun berbuat baik, mencari
kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan.”
Tetapi, apakah hal itu tidak menunjukkan bahwa orang-orang dapat terus menekuni
agama-agama selain agama Kristen dan diselamatkan selama mereka bertobat dan
menaati Allah? Tidak, apapun alasannya, tiada keselamatan di luar Yesus; salah satunya
adalah hanya Yesus dapat membebaskan orang-orang dari perbudakan dosa. Tetapi, jika
mereka ingin bertobat, bagaimana mereka dapat memanggil nama Yesus jika mereka tak
pernah mendengar namaNya?
Allah, yang tahu isi hati semua orang, akan mengungkapkan Sendiri kepada siapapun
yang dengan tulus hati mencari. Yesus berjanji, “Carilah, maka kamu akan mendapatkan”
(Matius 7:7), dan Allah mengharapkan setiap orang mencari Dia (lihat Kisah Para Rasul
17:26-27). Ketika Ia melihat orang yang hatinya merespon penginjilan yang Ia lakukan,
Ia akan mengirim Injil kepada orang itu, seperti yang dilakukanNya kepada orang Etiopia
dan seisi rumah Kornelius. Allah bahkan tidak dibatasi oleh peran-serta gereja, seperti
yang Ia buktikan dalam pertobatan Saulus dari Tarsus. Jika tak ada orang yang
mengabarkan Injil kepada orang yang mencari dengan tulus hati, Allah akan pergi
sendiri! Saya telah dengar banyak contoh kini, di negara-negara yang tertutup Injil,
orang-orang telah bertobat melalui pengalaman penglihatan tentang Yesus.
Alasan Orang Menjadi Religius (Men Why People Are Religious)
Faktanya, sebagian besar orang yang mempraktekkan agama-agama sesat bukanlah
pencari kebenaran yang tulus. Sebaliknya, mereka adalah religius karena hanya mencari
pembenaran atau pembungkus dosa-dosa mereka. Ketika terus melanggar kata-hati
mereka, mereka bersembunyi di balik topeng agama. Dengan sikapnya yang religius,
mereka meyakini bahwa mereka tak layak menuju neraka. Itu berlaku bagi “orang-orang
Kristen” religius (termasuk orang-orang Kristen Injili yang murah kasih karunia) seperti
juga untuk orang-orang Buddha, Muslim dan Hindu. Bahkan ketika mereka melakukan
agamanya, kata-hati mereka menuduh mereka.
Ketika seorang penganut agama Buddha membungkuk dengan khusuk di hadapan para
dewa atau pendeta-pendeta yang duduk bangga di depannya, kata hatinya berkata bahwa
ia sedang berbuat salah. Ketika seorang Hindu membenarkan tiadanya belas-kasihan bagi
pengemis jalanan yang penyakitan, ia percaya bahwa pengemis harus menderita karena
dosa-dosa yang ia lakukan dalam kehidupan sebelumnya, tetapi kata-hatinya
menuduhnya. Ketika seorang Muslim ekstrim memenggal kepala seorang “kafir” atas
nama Allah, kata-hatinya berteriak demi kemunafikannya untuk membunuh. Ketika
orang “Kristen” injili mengumpulkan harta di bumi, terus menonton televisi yang
menayangkan tontonan seks, dan gosip-gosip tentang sesama anggota gereja, sambil
meyakini bahwa ia diselamatkan oleh kasih karunia, hatinya menuduhnya. Semua itu
adalah contoh orang-orang yang ingin terus berbuat dan yang melakukan dan
mempercayai dusta religius sehingga mereka dapat terus berbuat dosa. “Kebenaran”
orang-orang yang belum dilahiran kembali namun religius sangat, sangat, dan sangat
mengecewakan harapan Allah.
Dengan kata lain, Allah tak mempedulikan orang-orang yang mengikuti agama-agama
sesat demi menjadi orang-orang yang tidak peduli, yang harus dikasihani karena mereka
tak pernah mendengarkan kebenaran. Kesalahan karena ketidakpedulian tidak juga
terletak pada gereja karena tidak menginjili mereka secara efektif.
Walaupun kita tahu bahwa Allah mau gereja untuk mengabarkan Injil ke seluruh
dunia, kita harus ikuti pimpinan RohNya ke tempat “ladang-ladang yang sudah
menguning dan matang untuk dituai” (lihat Yohanes 4:35), di mana orang-orang
menerima Injil karena mereka telah melembutkan hati mereka sesuai upaya Allah yang
tanpa henti untuk menjangkau mereka.
Prinsip #4 (Principle #4)
Satu prinsip akhir yang dapat kita pelajari dari kebenaran Alkitab yang dibahas di awal
bab ini adalah: Jika Allah aktif menghakimi orang-orang berdosa agar mereka
melunakkan hati mereka, kita berharap bahwa, setelah sebagian orang berdosa
menghadapi hukuman Allah atau memperhatikan orang lain menghadapi hukuman Allah,
mereka akan melembutkan hati. Jadi, setelah terjadi berbagai malapetaka, ada
kesempatan untuk menjangkau orang-orang yang sebelumnnya tak terjangkau.
Orang-orang Kristen harus mencari kesempatan mengabarkan Injil ke tempat orangorang yang sedang menderita. Misalnya, orang yang baru kehilangan orang yang ia kasihi
dapat bersikap lebih terbuka kepada perkara yang Allah mau ia dengar. Ketika melayani
sebagai pendeta, saya selalu punya kesempatan untuk mengabarkan Injil ketika acara
pemakaman, dengan mengingat kata Alkitab, “Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada
pergi ke rumah pesta, karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia; hendaknya
orang yang hidup memperhatikannya. (Pengkhotbah 7:2, tambahkan penekanan).
Ketika seseorang menderita sakit, kerugian keuangan, hubungan yang hancur, bencana
alam dan banyak konsekwensi dosa dan hukuman atas dosa, ia perlu tahu bahwa berbagai
penderitaannya adalah pangilan untuk bangkit. Melalui berbagai penderitaan di dunia,
Allah mencoba menyelamatkan setiap orang berdosa dari hukuman kekal.
Kesimpulan (In Summary)
Allah melakukan sebagian besar pekerjaan pembangunan KerajaanNya. Kita memikul
tanggung-jawab untuk bekerja-sama denganNya.
Setiap orang percaya harus hidup suci dan taat sehingga jadi perhatian orang-orang
yang dalam kegelapan, dan ia selalu siap membela diri demi harapan yang diyakininya.
Allah selalu bekerja untuk memotivasi semua orang agar mereka mau melunakkan hati
dan bertobat, dengan cara terus-menerus berbicara kepada mereka melalui segala ciptaan,
kata-hati dan bencana, dan kadang-kadang melalui panggilan Injil.
Seorang berdosa tahu bahwa ia sedang tidak menaati Allah, dan bertanggung-jawab
kepadaNya meskipun ia tak pernah mendengar Injil. Dosanya menjadi bukti kekerasan
hatinya. Indikasi murka Allah terhadap mereka adalah degradasi dan perbudakan oleh
dosa yang semakin dalam yang mereka alami.
Orang-orang religius tidak secara langsung mencari kebenaran. Mereka lebih
cenderung membenarkan dosa mereka melalui keyakinan akan dusta-dusta dalam agama
mereka.
Allah mengetahui kondisi hati setiap orang. Walaupun Ia dapat memimpin kita untuk
berbagi Injil dengan mereka yang tak mau menerima Injil, Ia lebih sanggup membimbing
kita kepada mereka yang mau menerima Injil.
Ketika Allah bekerja untuk melembutkan hati orang-orang melalui berbagai
penderitaan mereka, kita harus mengambil kesempatan itu untuk memberitakan Injil.
Allah menghendaki kita agar memberitakan Injil ke seluruh dunia, tetapi Ia ingin kita
mengikuti RohNya ketika kita hendak memenuhi Amanat Agung, seperti gambaran
dalam Kisah Para Rasul.
Allah akan mengungkapkan diriNya kepada siapapun yang berusaha mengenalNya
dengan tulus hati.
Allah mau agar pesan kita selaras dengan pesanNya.
Suatu hari nanti akan ada utusan-utusan dari setiap kelompok etnis yang menyembah
di hadapan Tahta Allah, dan kita semua harus melakukan bagian kita dalam kerjasama
dengan Allah untuk bekerja sampai akhir. Jadi, semua umat Allah harus menunjukkan
kasih Kristus kepada setiap anggota dari tiap kelompok etnis yang mereka jumpai. Allah
dapat membimbing sebagian hambaNya untuk secara khusus mendatangi orang-orang
dari latar-belakang budaya berbeda, apakah dengan mengirim dan mendukung para
perintis gereja, atau langsung pergi sendiri. Seseorang yang diutus harus melakukan
pemuridan, sehingga ia dapat membuktikan dirinya sebagai pelayan pemuridan!
Akhir Kata (Final Words)
Saya sangat bersyukur kepada Allah yang telah memampukan kami untuk mencetak
buku ini dalam bahasa anda dan memungkinkan anda untuk memiliki dan membaca
salinan buku ini. Saya harap buku ini menjadi berkat bagi anda. Jika buku ini menjadi
berkat, sudikah anda mengabari saya dan berbagi cerita dengan saya? Saya hanya dapat
membaca dalam Bahasa Inggris, jadi anda boleh kirim surat dalam Bahasa Inggris atau
suruh orang lain menerjemahkan surat anda ke Bahasa Inggris sebelum dikirim ke saya!
Untuk menghubungi saya, kirim e-mail ke alamat [email protected]. Bila
anda tidak memiliki e-mail, kirimkan surat ke alamat pelayanan saya; namun, saat anda
menerima buku ini, bisa saja alamat saya sudah berubah. Bagaimanapun juga, selama
tahun 2007, alamat saya: Shepherd Serve, P.O. Box 12854, Pittsburgh, PA15241 USA.
Download