Analisis Pengaruh Variabel…(Antoni, dkk) Jurnal - AKBP

advertisement
Analisis Pengaruh Variabel…(Antoni, dkk)
Jurnal KBP
Volume 3- No. 1, Juli 2015
ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
Fadilla Quratul Akyun., S.E
Antoni., S.E., M.E., Ph.D*
Elva Dona., S.E., M.E**
* Dosen tetap Fak Ekonomi Univeristas Bung Hatta Padang
** Dosen Tetap STIE-KBP Padang
ABSTRAK
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi dalam jangka
panjang.Pertumbuhan ekonomi di suatu negara dapat bernilai positif dan negatif. Hal
ini pernah terjadi pada negara Indonesia pada pertengahan tahun 1997 sampai
pertengahan tahun 1998 yang menggambarkan keadaan perkembangan ekonomi
Indonesia menurun. Salah satu penyebabnya adalah masih belum intensifnya kegiatan
investasi dalam negeri, termasuk arus investasi dari luar terutama dalam bentuk
penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder 21 tahun (1993-2013), dengan
menggunakan metode analisis regresi linear berganda. Variabel Dependen yang
digunakan yaitu Pertumbuhan Ekonomi, sedangkan variabel Independen yang
digunakan Inflasi, Penanaman Modal Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) dan Tenaga Kerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Inflasi, PMA, PMDN dan
Tenaga Kerja berpengaruh signifikan terhadap Persamaan Pertumbuhan Ekonomi,
Kecuali Inflasi dan PMA.
Kata Kunci : PDB, Inflasi, PMA, PMDN dan Tenaga Kerja
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah
makroekonomi dalam jangka panjang. Di
setiap periode sesuatu masyarakat akan
menambah kemampuan untuk memproduksi
barang dan jasa.Investasi masa lalu yang
akan menambah barang-barangmodal dan
kapasitas
memproduksi
masa
kini.Disamping itu investasi biasanya diikuti
oleh perkembangan teknologi teknologi alatalat produksi dan mempercepat kemampuan
memproduksi. Berbagai negara tidak selalu
61
Jurnal KBP, Vol.3, No. 1, Juli 2015: 61-73
dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang
sesuai dengan perkembangan kemampuan
memproduksi yang dimiliki oleh faktorfaktor produksi yang semakin meningkat
(Sukirno, 2005).
Pertumbuhan ekonomi di suatu
negaradapat melihat bagaimana peningkatan
dan perkembangan ekonomi di suatu negara.
Pertumbuhan ekonomi di suatu negara itu
dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai
negatif.Jika
pada
suatu
periode
perekonomian mengalami pertumbuhan
yang positif, menandakan kegiatan ekonomi
di
negara
tersebut
mengalami
peningkatan.Sedangkan jika pada suatu
periode
perekonomian
mengalami
pertumbuhan yang negatif, menandakan
bahwa kegiatan ekonomi di negara tersebut
mengalami penurunan.
Hal tersebut pernah terjadi pada
negara Indonesia pada pertengahan tahun
1997 sampai pertengahan tahun 1998 yang
menggambarkan keadaan perkembangan
ekonomi Indonesia menurun, hal tersebut
yang membuat penurunan perkembangan
ekonomi Indonesia juga disebabkan karena
tabungan
domestik
rendah
yang
menyebabkan penanaman modal dalam
negeri (PMDN) menurunyang akhirnya
berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Walaupun satu atau dua tahun
setelah krisis ekonomi 1997-1998, ekonomi
Indonesia sudah kembali menunjukkan
pertumbuhan ekonomi yang positif, namun
hingga saat ini pertumbuhannya rata-rata per
tahun relatif masih lambat dibandingkan
negara-negara tetangga yang juga terkena
krisis seperti Korea Selatan dan Thailand,
atau masih jauh lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan rata-rata per tahun yang
62
pernah dicapai oleh pemerintahan Orde Baru
(ORBA).
Salah satu penyebabnya adalah masih belum
intensifnya kegiatan investasi dalam negeri,
termasuk arus investasi dari luar terutama
dalam bentuk penanaman modal asing
(PMA).Padahal era ORBA mengalami
penurunan dari sebesar 8,45 persen menjadi
dengan sebesar (19,85) persen. Selanjutnya
keadaan inflasi pada tahun 1999 kembali
meningkat setelah mengalami krisis moneter
pada tahun sebelumnya sebesar 27,64
persen. Padatahun 2000 nilai inflasi kembali
mengalami penurunan sebesar 3,69 persen
dan nilai membuktikan bahwa investasi,
khususnya
PMA,
merupakan
faktor
pendorong yang sangat krusial bagi
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dan berkelanjutan.Terutama melihat
kenyataan bahwa sumber perkembangan
teknologi, perubahan struktural, dan
pertumbuhan ekspor di Indonesia selama
ORBA sebagian besar karena kehadiran
PMA di Indonesia (Tambunan, 2006).
Untuklebihjelasnya perkembangan
GDP, Inflasi, PMA, PMDN, dan Tenaga
Kerja yang terjadi di Indonesia selama
kurun waktu 1993-2013 dapat dilihat pada
tabel 1.1 dibawah ini : Perkembangan GDP
Indonesia dari tahun 1993 sampai 1997
mengalami peningkatan dari sebesar Rp.
1.151.490,15 miliar menjadi sebesar Rp.
1.512.780,45 miliar namun pada tahun 1998
terjadi penurunan GDP Indonesia menjadi
Rp. 1.313.073,04 miliar hal ini disebabkan
oleh krisismenjadi Rp. 1.313.073,04 miliar
hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi tahun
1998 yang berdampak pada GDP Indonesia.
Pada tahun berikutnya dari tahun
1999 sampai 2009 GDP Indonesia
Analisis Pengaruh Variabel…(Antoni, dkk)
mengalami peningkatan dari tahun 1999 Rp.
1.325.315,41
miliar
menjadi
Rp.
2.178.850,40 miliar namun pada tahun 2010
GDP Indonesia mengalami penurunan
dengan total GDP Indonesia mencapai Rp.
2.134.458,80 miliar. Sampai akhir tahun
2013 GDP Indonesia mencapai Rp.
2.770.345,10miliar.
Sedangkan perkembangan inflasi
dari tahun 1993 sampai 2013 mengalami
fluktuasi, hal ini terlihat dari nilai
inflasipada tahun 1993 sebesar 9,75 persen.
Pada inflasi kembali meningkat pada tahun
2001 sampai 2002 sebesar 11,50 persen
menjadi sebesar 11,88 persen. Beberapa
tahun berikutnya nilai inflasi mengalami
fluktuasi, hingga akhir 2013 nilai inflasi
Indonesia mencapai 6,98 persen.Selanjutnya
perkembangan investasi PMA dari dari
tahun 1993 sampai 2000
tahun 1994 sampai 1998 nilai inflasi
mengalami mengalami keadaan berfluktuasi
dari sebesar 5.653,10 juta dollar pada tahun
1993 menurun menjadi 4.628,20 juta dollar
pada tahun 1996 dan kembali mengalami
peningkatan pada tahun 2000 dengan nilai
sebesar 9.877,40 juta dollar. Dan sampai
akhir tahun 2013 investasi PMA yang
direalisasikan di Indonesia mencapai
28.617,50 juta dollar.
Sedangkan perkembangan realisasi
investasi PMDN di Indonesia dari tahun
1993 sampai 1997 mengalami peningkatan
dari sebesar Rp. 8.286,00 miliar menjadi Rp.
18.628,80 miliar, namun pada tahun 1998
realisasi PMDN di Indonesia mengalami
penurunan menjadi Rp. 16.512,50 miliar.
Hingga akhir tahun 2013 realisasi investasi
PMDN di Indonesia mencapai Rp.
34.038,00 miliar.Proporsi penanaman modal
dalam negeri di dalam PDB dan pesatnya
pertumbuhan
investasi
tidak
berarti
pembangun ekonomi berjalan dengan baik
dan sebaliknya, karena penting bukan
besarnya investasi dalam nilai uang tetapi
bagaimana pemanfaatan dari investasi
tersebut.
Sedangkan perkembangan tenaga
kerja Indonesia terlihat bahwa dari tahun
1993 sampai 2013 mengalami peningkatan,
pada
tahun
1993
tenaga
kerja
Indonesiasebesar 79.200.000 orang, dan
terus meningkat pada tahun 1994 sampai
2007 tenaga kerja Indonesia sebesar
82.039.000
orang
menjadi
sebesar
99.930.217 orang. tahun 2008 tenaga kerja
Indonesia sebesar 102.334.245 orang.Di
tahun berikutnya peningkatan tenaga kerja
Indonesia terus mengalami peningkatan
sampai akhir tahun 2013 tenaga kerja
Indonesiamenjadisebesar
114.021.189
orang. Tinjauan Pustaka
Pertumbuhan
ekonomi
adalah
peningkatan dalam kemampuan dari suatu
perekonomian dalam memproduksi barangbarang dan jasa-jasa.Pertumbuhan ekonomi
lebih menunjukan pada perubahan yang
bersifat kuantitatif dan biasanya diukur
dengan menggunakan data Gross Domestic
Product (GDP) atau pendapatan perkapita.
GDP adalah total nilai pasar dari
barang akhir dan jasa (final good and
service) yang dihasilkan di dalam negeri di
suatu perekonomian selama kurun waktu
tertentu (biasanya satu tahun).
Konsep lain yang berkaitan dengan
GDP adalah Gross National Product (GNP)
yaitu total nilai pasar dari barang akhir dan
jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu
negara selama kurun waktu tertentu.
63
Jurnal KBP, Vol.3, No. 1, Juli 2015: 61-73
Perbedaan antara GDP dan GNP adalah
GDP mengukur dari faktor-faktor produksi
di dalam batas teritori negara (nation’s
territory boundaries), tanpa mempersoalkan
siapa yang menerima pendapatan tersebut,
sedangkan GNP mengukur pendapatan dari
penduduk suatu negara atau perekonomian,
tanpa mempersoalkan apakah pendapatan itu
dihasilkan oleh produksi di dalam negeri
ataukah produksi di luar negeri (Nanga,
2005).
Teori
Pertumbuhan Ekonomi
Klasik (Adam Smith) berpendapat bahwa
sistem mekanisme pasar akan mewujudkan
kegiatan ekonomi yang efisien dan
pertumbuhan ekonomi yang teguh. Smith
merasa pemerintah tidak perlu melakukan
kegiatan ekonomi yang menghasilkan
barang dan jasa.Fungsi pemerintah perlu
dibatasi dalam penyediaan fasilitas yang
mendukung perkembangan kegiatan pihak
swasta. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Harrod-Domar (Roy Harrod dan Evsey
Domar) berpendapat untuk mewujudkan
hubungan diantara analisis Keynes dengan
teori Harrod-Domar terlebih dahulu akan
diperhatikan kembali teori keseimbangan
kegiatan ekonomi yang dikemukakan oleh
teori Keynes.
Teori Keynes pada
hakikatnya menerangkan bahwa pada
hakikatnya
menerangkan
perbelanjaan
agregat akan menentukan tingkat kegiatan
perekonomian.
Dalam perekonomian dua sektor
pertambahan perbelanjaan agregat terutama
harus terwujud dari kenaikan investasi.
Untuk menjamin pertumbuhan ekonomi
yang teguh, investasi harus terus-menerus
mengalami pertambahan dari tahun ke tahun
Keadaan ini tidak berlaku, pertumbuhan
64
ekonomi akan mengalami perlambatan atau
penurunan (Sukirno, 2005).
Teori pertumbuhan Neo-Klasik
pertama kali dikembangkan oleh Solow,
Teori Neo-Klasik dipandang sebagai teori
yang lebih cepat dan lebih sempurna
menerangkan
fenomena
pertumbuhan
ekonomi jangka panjang dibandingkan
dengan teori klasik.Teori ini melihat
bagaimana setiap faktor produksi dan
perkembangan teknologi mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi.
Sedangkan dalam teori klasik yang
diperhatikan hanyalah hubungan antara
pertambahan
penduduk
dengan
pertumbuhan
ekonomi.Bukan
hanya
memperhatikan peran tenaga kerja dalam
pertumbuhan ekonomi, tetapi menganalisis
sumbangan dari perkembangan stok modal
dan
teknologi
dalam
melakukan
penyelidikan empiris mengenai peranan
relatif dari modal, teknologi dan tenaga
kerja dalam pertumbuhan ekonomi (Sukirno,
2005). Menurut (Samuelson, 1995) salah
satu gejala ekonomi makro adalah inflasi.
Inflasi adalah sebuah kecenderungan yang
ditandai dengan naiknya harga komoditi
kebutuhan pokok yang disebabkan oleh
mata uang lokal mengalami penurunan nilai
yang disebabkan karena jumlah uang
beredar terlalu banyak.
Inflasi menimbulkan gejolak dalam
ekonomi dan cenderung mempengaruhi
terjadinya resesi. Salah satu dampak buruk
dari inflasi adalah angka investasi yang
semakin menurun, dan menurunnya volume
penjualan perusahaan yang terjadi akibat
harga produk industri relatif meningkat
sedangkan jika diasumsikan pendapatan
konstan atau tetap tentu daya beli
Analisis Pengaruh Variabel…(Antoni, dkk)
masyarakat terhadap produk industri akan
semakin berkurang.
Inflasi
didefinisikan
sebagai
peningkatan harga berbagai komoditi yang
disebabkan karena melemahnya nilai tukar
mata uang lokal yang disebabkan karena
jumlah mata uang lokal yang beredar terlalu
banyak. Inflasi akan mendorong terjadi
penurunan
kinerja
ekonomi,
yang
disebabkan sektor riil yang memiliki
performance yang menurun. Oleh sebab itu
untuk mengantisipati terjadinya peningkatan
inflasi maka diperlukan peranan Bank
Sentral untuk mengatur sirkulasi peredaran
uang yang beredar (Sukirno, 2005).
Kenaikan
harga
menyebabkan
barang yang diproduksikan di negara tidak
dapat bersaing dengan barang yang sama
dipasaran luar negeri. Oleh sebab itu ekspor
negara tersebut akan turun dan tidak
berkembang. Sebaliknya kenaikan hargahargadalam negeri menyebabkan barangbarang dari negara lain menjadi relatif
lebihmurah dan percepatan pertambahan
impor. Salvatore (1997) menyatakan bahwa
penanaman modal asing langsung meliputi
investasi ke dalam asset-asset secara nyata
berupa
pembangunan
pabrik-pabrik,
pengadaan berbagai macam barang modal,
pembelian tanah untuk keperluan produksi,
pembelanjaan berbagai peralatan inventaris,
dan sebagainya.
Penanaman modal asing tidak
langsung disebut penanaman modal jangka
pendek.Investasi jenis ini berbentuk
portofolio (Portofolio Investment). Mishkin
(1999) mengemukakan teori pilihan
portofolio (Theory of Portofolio Choice)
yang menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk membeli
asset, yaitu: (1) kekayaan (wealth), jika
kekayaan seseorang semakin meningkat
maka ia akan memiliki sumber yang lebih
banyak untuk membeli aset-aset, (2) hasil
yang diharapkan (expected return), yaitu
hasil yang mungkin didapatkan dengan
memegang asset tersebut, (3) risiko (risk),
yaitu
derajat
ketidakpastian
yang
dihubungkan dengan suatu asset relatif
terhadap aset-aset lainnya, dan (4) likuiditas
(liquidity), yaitu seberapa cepat dan mudah
suatu asset diubah dalam bentuk uang tunai
(cash).
Penanaman modal dalam negeri
(PMDN) adalah perseorangan warga negara
Indonesia, badan usaha Indonesia, Negara
Republik
Indonesia,
atau
daerah
yangmelakukan
penanamanmodal
di
wilayah
negara
republik
Indonesia.
PMDNdilaksanakan berdasarkan Undangundang No. 25 tahun 2005 tentang
penanamanmodal.
Tenaga kerja adalah mencakup penduduk
yang sudah atau sedang bekerja,sedang
mencari pekerjaandan melakukankegiatan
kegiatan lain, seperti bersekolah dan
mengurus rumah tangga. Menurut BPS
penduduk berumur 15 tahun ke atas terbagi
sebagai angkatan kerja (AK) dan bukan
angkatan kerja.Jumlah angkatan kerja yang
bekerja merupakan gambaran kondisi dan
lapangan kerja yang tersedia. Semakin
bertambah besar lapangan kerja yang
tersedia maka akan menyebabkan semakin
meningkatkan total produksi di Indonesia
(Simanjuntak, 2007).
Fungsi produksi suatu barang atau
jasa tertentu (q) = f (K,L) dimana K
merupakan modal, dan L adalah tenaga kerja
yang memperhatikan jumlah maksimal suatu
65
Jurnal KBP, Vol.3, No. 1, Juli 2015: 61-73
barang atau jasa yang dapat diproduksi
dengan menggunakan kombinasi alternatif
antara K dan L, maka apabila salah satu
masukan ditambah satu unit tambahan dan
masukan lainnya dianggap tetap akan
menyebabkan tambahan keluaran yang dapat
diproduksi(Tambunan, 2006).
Tinjauan Empiris
Beberapa hasil penelitian mengenai
Inflasi, Penanaman Modal Asing (PMA),
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN),
dan Tenaga Kerja yang pernah dilakukan
sebelumnya di Indonesia maupun yang
terkait dengan penelitian ini. Penelitian
Engla Desnim Silvia, (2013) membuktikan
Inflasi tidak berpengaruh signifikan
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Hal ini
disebabkan antara inflasi dengan investasi
yang artinya kenaikan inflasi akan
menurunkaninvestasi
menyebabkan
pengaruh
yang
negatif
terhadap
pertumbuhan ekonomi,karena mengganggu
investasi masuk ke dalam negeri negeri.
Dengan hasil penelitian tingkat inflasi
sebesar 2,160 dan t-tabeldengan tingkat
kepercayaan 95% (α = 5%), df=17 diperoleh
2,268. Terlihat t-hitung lebih kecil dari ttabel
(2,160<2,268),
maka
dapat
disimpulkan bahwa tingkat inflasi tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Penelitian Tri Handayani (2011)
membuktikan Penanaman Modal Asing
(PMA) tidak berpengaruh signifikan
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Hal ini
disebabkan tingkat kepercayaan investor
asing terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia berkurang. Sejak krisis 1997
hingga sekarang pertumbuhan arus masuk
66
PMA ke Indonesia relatif lambat, jika
dibandingkan
dengan
negara-negara
tetangga yang juga mengalami krisis yang
sama seperti : Thailand, dan Korea Selatan.
Penurunan arus masuk PMA ke Indonesia
menyebabkan penurunan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
Penelitian Iskandar Ben Hasan
(2013) membuktikan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) berpengaruh
signifikan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia.Hal ini disebabkan Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) di Indonesia
yang bersumber dari tabungan masyarakat
Indonesia tersebut meningkat.Pendapatan
masyarakat sepenuhnya tidak hanya
digunakan untuk konsumsi saja, melainkan
dipergunakan untuk berinvestasi di dalam
negeri.Tentu
hal
ini
meningkatkan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Penelitian
Totok
Yunianto
(2011)
membuktikan Tenaga Kerja berpengaruh
signifikan Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia Indonesia. Hal ini disebabkan oleh
makin tingginya produktifitas sumberdaya
manusia yang mengalokasikan pada sumbersumber
pendapatan
yang
dapat
meningkattingginya
produktivitas
sumberdaya manusia yang mengalokasikan
pada sumber-sumber pendapatan yang dapat
meningkatkan barang-barang ekspor yaitu
sektor
yang
memiliki
keunggulan
komparatif serta adanya efek langsung
terhadap pertumbuhan ekonomi melalui
jumlah tenaga kerja.
Metode Penelitian
Model Analisis
Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh Inflasi, penanaman Modal Asing
Analisis Pengaruh Variabel…(Antoni, dkk)
(PMA), penanaman modal dalam negeri
(PMDN), da Tenaga Kerja sebagai variabel
independen
yang
mempengaruhi
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebagai
variabel dependen dapat dinyatakan dalam
fungsi sebagai berikut :
variabel bebas yaitu untuk menunjukkan
Y = f (X1, X2, X3, X4)………….…(1)
berikut :
Dengan
metode
statistik
ekonometrika, selanjutnya fungsi di atas
secara linier dapat dibentuk kepersamaan
regresi, sehingga fungsi di atas dapat
dituliskan persamaannya sebagai berikut : (J.
Supranto,2001).
Log Y = b0 + b1 logX1+ b2 logX2 + b3
Y
=
b0+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+µ……(2)
di Indonesia
dimana :
Y = Pertumbuhan Ekonomi (Persen)
X1 = Inflasi (Persen)
X2 = Penanaman Modal Asing (PMA) (Juta
Dollar)
X3 = Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) (Miliar Rupiah)
X4 = Tenaga Kerja (Orang)
b0= koefisien konstanta
b1= koefisien regresi Inflasi
persentase perubahan pada variabel bebas
maka dibentuk logaritma, dari persamaan (2)
ditransformasikan dalam bentuk persamaan
(3)
yang
berbentuk
logaritma
sebagai
logX3 + b4 logX4 + µ………….(3)
dimana :
Log Y = elastisitas Pertumbuhan Ekonomi
b0
= konstanta
b1
= nilai elastisitas Inflasi
X1
= Inflasi
b2
= nilai elastisitas PMA
X2
= Penanaman Modal Asing
b3
= nilai elastisitas PMDN
X3
= Penanaman Modal Dalam Negeri
b4
= nilai elastisitas Tenaga Kerja
X4
= tingkatTenaga Kerja
µ
= disturbance terms
b2= koefisien regresi Penanaman Modal
Asing (PMA)
b3= koefisien Penanaman Modal Dalam
Hasil Penelitian
Uji Asumsi Klasik
Negeri (PMDN)
b4= koefisien Tenaga Kerja
µ= disturbance terms
Sedangkan
untuk
mengukur
elastisitas dari variabel terikat terhadap
1. Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk
menguji keadaan dimana variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain terjadi ketidaksamaan (beragam).
Terjadinya gejala ini sebagai akibat adanya
ketidaksamaan data yang diteliti. Data time
67
Jurnal KBP, Vol.3, No. 1, Juli 2015: 61-73
series
jarang
mengandung
unsur
heteroskedastisitas, karena di dalam data
time series residualnya diduga akan saling
berhubungan antara satu observasi dengan
observasi lainnya. Jika nilai probabilitas
Chi-Square pada hasil uji White tanpa cross
terms lebih besar dari α = 5% maka dapat
dikatakan bahwa model persamaan regresi
tersebut tidak ada heteroskedastisitas.
Pada perhitungan tabel 2 di bawah
ini dapat diketahui bahwa analisis data untuk
heteroskedastisitas pada penelitian ini
menggunakan program Eviews 6. Menurut
Winarno (2009) untuk mendeteksi adanya
masalah heteroskedastisitas pada hasil
penelitian apabila :
1. Nilai probability dari Obs*R-squared
lebih kecil dari α = 0,05 berarti ada
heteroskedastisitas.
2. Uji autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah terjadi korelasi antara
residual (anggota) pada serangkaian
observasi tertentu dalam suatu periode
tertentu. Pada data cross section jarang
ditemui adanya unsur autokorelasi. Pada
data
time
series
sering
muncul
masalahautokorelasi, karena pada data time
series sering kali menunjukkan adanya trend
yang sama yaitu adanya kesamaan
pergerakan naik dan turun.
Ada
berbagai
metode
yang
digunakan untuk menguji tidaknya gejala
autokorelasi.Dalam penelitian ini digunakan
metode Uji Durbin Watson.
Menurut Durbin Watson, besarnya koefisien
Durbin Watson adalah antara0-4. Jika dilihat
koefisien Durbin Watson sekitar 2 (dua),
maka dapat dikatakan tidak ada korelasi,
kalau besarnya mendekati 0, maka terdapat
autokorelasi
positif dan jika besarnya
mendekati 4 (empat) maka terdapat
autokorelasi negatif.
Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6 pada
tabel 3di bawah ini, terlihat bahwa nilai
Durbin Watson sebesar 1,979044 berada di
Durbin Watson mendekati 2, dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
autokorelasi pada persamaan tersebut
2. Nilai probability dari Obs*R-squared
lebih besar dari α = 0,05 berarti tidak ada
heteroskedastisitas.
Dari ketentuan yang ada bahwa jika
nilai probability dari Obs*R-squared lebih
besar dari α = 0,05 berarti tidak ada
heteroskedastisitas dan nilai yang didapat
dari perhitungan adalah sesuai dengan
ketetapan nilai probability, pertumbuhan
ekonomi svariabel dependen lebih dari 0,05.
Maka dapat disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Tabel 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
1.952900 Prob. F(4,16)
0.1506
Obs*R-squared
6.889232 Prob. Chi-Square(4)
0.1419
Scaled explained SS
3.075982 Prob. Chi-Square(4)
0.5452
Sumber: Data olahan Eviews 6, 2014
68
Analisis Pengaruh Variabel…(Antoni, dkk)
Model
R Square
Tabel 3. Hasil Uji Autokorelasi
Adjusted R
S.E. of Regresion
Square
1
0.233252
-0.095354
Sumber: Data olahan Eviews 6, 2014
Hasil Estimasi Data
Berdasrkan hasil analisis estimasi
persamaan regresi yang diolah dengan
menggunakan eviews 6 yang telah dilakukan
di dapat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
logYt = -6,611 – 0,002Inft + 0,077
logPMAt + 0,029logPMDNt +
1,558logTKt
R-squared
= 0,84169
Adjusted R-squared = 0,79947
Uji Hipotesis
Uji F
Nilai F-hitung yang dihasilkan dari
perhitungan dengan tingkat kesalahan
sebesar 5% atau α = 0,05 dan derajat
kebebasan sebesar (n-k-1). F-tabel dengan
derajat kepercayaan sebesar 95% adalah
F0,025,(4)(16) = 3,01. Sedangkan F-hitung
sebesar 22,3381. Karena
F-hitung
lebihbesar dari F-tabel (22,3381>3,01). Ini
berarti bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Indonesia.
Dari perhitungan nilai R-Squared adalah
0,8417 atau 84,17 persen. Artinya
sumbangan variabel inflasi, PMA, PMDN
dan tenaga kerja adalah 84,17 persen.
Sedangkan sisanya 15,83 persen dipengaruhi
oleh variabel lain di luar penelitian.
0.029001
Durbin
Watson
1.979044
Uji t
1.Pengaruh Inflasi (INFt) terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
(Yt) tahun 1993-2013
Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6
diperoleh nilai t-hitung untuk Inflasi sebesar
-1,114 dan t-tabel dengan tingkat
kepercayaan 95%
(α = 5%), df= 16
diperoleh sebesar 2,120. Terlihat t-hitung
kecil dari t-tabel (-1,114<2,120), maka H0
diterima dan Ha ditolak. Berarti tidak
terdapat
pengaruh
yang
signifikan
antaraInflasi
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia pada tingkat
kepercayaan 95%.
2. Pengaruh Penanaman Modal Asing
(PMAt)
terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia tahun 19932013
Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6
diperoleh nilai t-hitung untuk Penanaman
Modal Asing (PMA) sebesar 0,903 dan ttabel dengan tingkat kepercayaan 95% (α
=5%), df= 16 diperoleh sebesar 2,120.
Terlihat t-hitung kecil dari t-tabel
(0,903<2,120), maka H0 diterima dan Ha
ditolak. Berarti tidak terdapat pengaruhyang
signifikan antara Penanaman Modal Asing
(PMA) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.
69
Jurnal KBP, Vol.3, No. 1, Juli 2015: 61-73
3. Pengaruh Penanaman Modal Dalam
Negeri
(PMDNt)
terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia
tahun 1993-2013
Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6
diperoleh nilai t-hitung untuk Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar 2,352
dan t-tabel dengan tingkat kepercayaan 95%
(α = 5%), df= 16 diperoleh sebesar 2,120.
Terlihat t-hitung besar dari t-tabel
(2,352>2,120), maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Berarti terdapat pengaruh yang
signifikan antara Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia pada tingkat
kepercayaan 95%.
4. Pengaruh Tenaga Kerja (TKt)
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia tahun 1993-2013
Berdasarkan hasil pengolahan eviews 6
diperoleh nilai t-hitung untuk Tenaga Kerja
sebesar 2,642 dan t-tabel dengan tingkat
kepercayaan 95%
(α = 5%), df= 16
diperoleh sebesar 2,120. Terlihat t-hitung
besar dari t-tabel (2,642>2,120), maka H0
ditolak dan Ha diterima. Berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara Tenaga
Kerja terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia pada tingkat kepercayaan 95%.
Pembahasan
Beberapa pengujian telah dilakukan
sebelumnya ternyata menunjukkan bahwa
pada model regresi yang digunakan sudah
baik, terbebas dari penyakit uji asumsi
klasik.
70
Interprestasi
ekonomi
dari
persamaan yang diperoleh adalah -6,611.
Hal ini berarti apabila semua variabel
independen yaitu Inflasi, Penanaman Modal
Asing (PMA), Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) danTenaga Kerja dianggap
konstan atau tidak mengalami perubahan
maka Pertumbuhan Ekonomi akan turun
adalah sebesar 6,611 persen.
1. Nilai koefisien estimasi Inflasi estimasi
sebesar -0,002. Hal ini berarti bahwa
dengan kenaikan inflasi sebesar 1 persen
maka pertumbuhan ekonomi akan turun
sebesar 0,002 persen, dengan asumsi
cateris paribus (variabel lain dianggap
tetap atau konstan).
2. Nilai koefisien estimasi penanaman modal
asing (PMA) yaitu sebesar 0,077. Artinya
apabila terjadi kenaikan PMA 1 persen,
maka akan menyebabkan pertumbuhan
ekonomi meningkat sebesar 0,077 persen,
dengan asumsi cateris paribus (variabel
lain dianggap tetap atau konstan).
3. Nilai koefisien estimasi penanaman modal
dalam negeri (PMDN) yaitu sebesar
0,029. Artinya apabila terjadi kenaikan
PMDN
1
persen,
maka
akan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi
meningkat sebesar 0,029 persen, dengan
asumsi cateris paribus (variabel lain
dianggap tetap atau konstan).
4. Nilai koefisien estimasi Tenaga Kerja
1,558. Artinya jika terjadi kenaikan
tenaga kerja 1 persen, maka akan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi
meningkat 1,558 persen dengan asumsi
Analisis Pengaruh Variabel…(Antoni, dkk)
cateris paribus (variabel lain dianggap
tetap atau konstan).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penemuan empiris
yang diperkuat oleh hasil perhitungan
statistik,
maka
penulis
mengambil
kesimpulan sebagai berikut :
Secara umum inflasi, penanaman
modal asing (PMA), penanaman modal
dalam negeri (PMDN) dan tenaga kerja
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia ditandai
dengan perkembangan PDB. Hasil ini
diperkuat oleh (uji F), dimana F-hitung lebih
besar dari F-tabel (22,338>3,01) pada
tingkat kepercayaan 95% dan didukung
dengan Nilai R-Squared dari persamaan
pertumbuhan ekonomi adalah 0,8417 atau
84,17 persen. Artinya sumbangan variabel
inflasi, PMA, PMDN dan tenaga kerja
adalah 84,17 persen. Sedangkan sisanya
15,83 persen dipengaruhi oleh variabel lain
di luar penelitian.
Pada (Uji t) masing-masing variabel
independen (Inflasi, PMA, PMDN dan
tenaga kerja) menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap PDB Indonesia pada
tingkat kepercayaan 95%.Kecuali inflasi dan
PMA menunjukkan pengaruh yang tidak
signifikan terhadap PDB Indonesia pada
tingkat kepercayaan 95%.Berarti inflasi dan
PMA
tidak
berpengaruh
terhadap
peningkatan PDB Indonesia.
Perkembangan inflasi di Indonesia selama
kurun waktu penelitian mengalami keadaan
yang
fluktuatif.Berdasarkan
hasil
pengolahan
data
diperoleh
inflasi
berpengaruh
negatif
terhadap
PDB
Indonesia.
Dimana
nilai
koefisien
estimasiinflasi sebesar -0,002 berarti dengan
kenaikan inflasi 1 persen, maka akan
menyebabkan pertumbuhan ekonomi turun
sebesar 0,002 persen. Dengan asumsi cateris
paribus (variabel lain dianggap tetap atau
konstan).
Perkembangan penanaman modal
asing (PMA) di Indonesia selama kurun
waktu penelitian mengalami keadaan yang
fluktuatif.Berdasarkan hasil pengolahan data
diperoleh PMA berpengaruh positif terhadap
PDB Indonesia. Dimana nilai koefisien
estimasi PMA sebesar 0,077 berarti dengan
kenaikan PMA 1 persen, maka akan
menyebabkan
pertumbuhan
ekonomi
meningkat sebesar 0,077 persen, dengan
asumsi cateris paribus (variabel lain
dianggap tetap atau konstan).
Perkembangan penanaman modal
dalam negeri (PMDN) di Indonesia selama
kurun waktu penelitian menunjukkan
keadaan yang fluktuatif.Berdasarkan hasil
pengolahan
data
diperoleh
PMDN
berpengaruh
positif
terhadap
PDB
Indonesia. Dimana nilai koefisien estimasi
PMDN sebesar 0,029 berarti dengan
kenaikan PMDN 1 persen, maka akan
menyebabkan
pertumbuhan
ekonomi
meningkat sebesar 0,029 persen, dengan
asumsi cateris paribus (variabel lain
dianggap tetap atau konstan).
Perkembangan tenaga kerja di Indonesia
mengalami peningkatan.Berdasarkan hasil
pengolahan data diperoleh tenaga kerja
berpengaruh
positif
terhadap
PDB
Indonesia. Dimana nilai koefisien estimasi
tenaga kerja sebesar1,558 berarti dengan
kenaikan tenaga kerja 1 persen, maka akan
menyebabkan
pertumbuhan
ekonomi
meningkat 1,558 persen, dengan asumsi
71
Jurnal KBP, Vol.3, No. 1, Juli 2015: 61-73
cateris paribus (variabel lain dianggap tetap
atau konstan). Saran
Pemerintah
harus
lebih
meningkatkan kinerja variabel-variabel
makro
ekonomi
sehingga
dapat
memperhatikan pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang tumbuh secara berkelanjutan
tanpa campur tangan asing
yang
mengendalikan variabel-varibel
makro
ekonomi
yang
dianggap
mampu
menumbuhkan perekonomian nasional yang
maju dan berkembang dalam jangka pendek,
sehingga untuk jangka panjang dengan
kondusifnya investasi Indonesia sebagai
kontribusi
yang
seimbang
dalam
perekonomian Indonesia dengan cara
menekan laju inflasi untuk tetap stabil.
Pemerintah lebih fokus memikirkan
ekonomi yang mandiri dan berbasis
kerakyatan dengan menekan laju inflasi
yang tinggi, untuk menyeimbangkan jumlah
uang beredar yang ada di tangan
masyarakat,
untuk
dapat
membantu
masyarakat miskin untuk merasakan
kehidupan sejahtera, salah satunya menekan
harga-harga dan barang-barang pokok yang
relatif
terjangkau
untuk
kalangan
masyarakat kelas bawah. Sehingga tidak
terjadi kesenjangan dalam pertumbuhan
ekonomi, terutama untuk masyarakat miskin
di Indonesia yang ingin memenuhi
kebutuhan dasarnya.
Pemerintah harus memperhatikan
tenaga kerja Indonesia supaya tidak banyak
yang bekerja di luar negeri untuk
menyelamatkan
devisa.Dengan
cara
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
(SDM), menggali dan memanfaatkan
potensi sumberdaya alam (SDA) yang
tersedia untuk dapat dikelola dan menjalin
72
kerjasama internasional. Supaya tidak
banyak jumlah tenaga kerja sebagai buruh
dan pembantu.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar., Sanusi. 2004. Analisis Pengaruh
Jumlah Uang Beredar dan Suku
Bunga SBI terhadap Inflasi 20002002. Pasca Sarjana. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Badan
Pusat
Statistik., Indikator
Ekonomi
Indonesia, Berbagai
edisi, 1993-2013.
___________________.,
Statistik
Ekonomi
Indonesia, Berbagai
edisi, 1993-2013.
Ben Hasan., Iskandar. 2013. Analisis
Pengaruh Investasi domestik,
Tenaga Kerja, dan Pengeluaran
Pemerintah
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
di
Indonesia.
Pasca
Sarjana.
Universitas Darul Ulum Jombang.
Boediono.,
1983.
Internasional.Penerbit
Universitas
Gajah
Yogyakarta.
Ekonomi
BPFE
Mada.
Desnim Silvia., Engla. 2013. Analisis
Pertumbuhan Ekonomi, Investasi,
dan Inflasi di Indonesia. Jurnal
Kajian Ekonomi Nomor 2
Volume 1.
Ernita., Dewi, Syamsul Amar dan Efrizal
Syofyan. Analisis Pertumbuhan
Ekonomi, Investasi dan Konsumsi
di Indonesia. Jurnal Kajian
Ekonomi, 2013.
Gujarati., Damodar. 2003. Ekonometrika
Dasar. Jakarta : Erlangga.
Handayani., Tri. 2011. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia Periode
1999-2008. Yogyakarta, 2011.
Analisis Pengaruh Variabel…(Antoni, dkk)
Mishkin., F. S. 1999. The Economics of
Money, Banking, and Financial
Market. Columbia University,
Boson.
Tambunan., Tulus. 2006. Iklim Investasi
di
Indonesia:
Masalah,
Tantangan dan Potensi: Kadin
Indonesia, Jetra.
Nachrowi.,
Nachrowi
D.
2006.
Ekonometrika
:
Pendekatan
Populer dan Praktis untuk
Ekonomi dan Keuangan. Penerbit
Lembaga. FE UI.
Timotius Depari., Meihendra. 2009.
Analisis
Pengaruh
Investasi,
Tenaga Kerja, dan
Inflasi
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
di Indonesia. Tesis. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Nanga., Muana. 2005. Makro Ekonomi:
Teori, Masalah, dan Kebijakan:
Edisi Kedua. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Salvatore.,
D., 1997. Ekonomi
Internasional. Haris Munandar [
Penerjemah ]. Erlangga : Jakarta.
Samuelson., Paul A., dan Nordhaous,
William
D.
1995.
Macro
Economics. 15thed. New York:
McGraw Hill.
Simanjuntak., Payaman J. 2007. Sumber
Daya Manusia dan Tenaga
Kerja.LPFF.Universitas
Indonesia. Jakarta.
Sukirno., Sadono. 2005. Makro Ekonomi
Modern:
Perkembangan
Pemikiran Dari Klasik Hingga
Keynesian Baru. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Winarno., Wing Wahyu. 2009. Analisis
Ekonometrika
dan
Statistika
dengan Eviews. Edisi Kedua. UPP
STIM YKPN. Yogyakarta.
Yunianto., Totok. 2011. Analisis Pengaruh
Investasi, Tenaga Kerja, dan
Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
di
Kabupaten Nganjuk. Tesis. Pasca
Sarjana. Universitas Darul Ulum
Jombang.
Http://www.bi.go.id, Laporan
Bank Indonesia.
Tahunan
Http://www.jbs.co.id.
Http://www.BKPM. co. id.
http://www.jbs.co.id/penanamanmodal-dalam-negeri-pmdn-menuperijinan96.html
73
Download