FAKTOR PENYEBAB, DAMPAK DAN STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK ANTAR WARGA DI KECAMATAN WAY PANJI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Oleh Dedi Kurniawan*), Abdul Syani**) *) Mahasiswa program sarjana Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung **) Staf Pengajar Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung ABSTRACT In living our lives in Indonesia, diversity is a good friend who has always been inherent in ourselves. The difference between the individual and the individual centres is a destiny which requires us to understand each other while living in the community. The existence of differences that caused this keberanekaragaman can give a crack against the onset of a conflict. The presence of such a conflict in this life must give an impact, be it in the form of a positive impact or a negative impact. Avoiding conflict in the life of the community by means of a personal nature in the form of improvements to rehabilitate ethics and increase levels of intellect is the most basic way to create a life that is secure, tranquil, peaceful and dignified manner. Conflicts between residents who fought in the South Lampung Regency Banner Way is an example of conflict arising from differences that exist in the life of society are not faced with the nature and attitude wise, finally creating a split in the form of war that makes life no longer can walk with harmony. Keywords: factors cause, impact, conflict resolution strategy PENDAHULUAN Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas, masyarakatnya terdiri beranekaragam suku, agama, budaya, ras. Namun keberaneka ragaman ini seharusnya tidak perlu dipermasalahkan, karena persatuan nasional telah terikat dalam satu ikatan NKRI. Sebagaimana slogan lambang Negara Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya walaupun berbeda-beda tetaplah satu jua. Berdasarkan slogan ini dapat disimpulkan bahwa sebenarnya dalam diri setiap warga negara telah mengakui keberaneka ragaman dan perbedaan ini, di samping warga negaranya pun telah mengikrarkan diri untuk menjadi satu kesatuan. Artinya dari kesadaran yang tinggi akan rasa memiliki dan mengakui bahwa, warga negara Indonesia yang beraneka ragam itu adalah satu bangsa. Keadaan sejahtera, aman, tentram dan damai adalah idaman setiap warga Negara. Harapan banyak yang digantungkan oleh masyarakat kepada aparat Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 1: 1-12 1 penegak hukum dan para pemimpin yang ada di negeri ini sangatlah dinatikan akan kebijakan yang memihak kepada rakyat. Untuk menciptakan dan mewujudkan perdamaian dunia yang merupakan tujuan dari pembukaan UUD 1945 bukanlah impian belaka, namun benar-benar bisa terealisasikan, karena bagaimanapun tujuan untuk senantiasa dalam perdamaian. Akan tetapi dengan keadaan warga negara yang multikultural selalu ada masalah, seperti konflik dan kerusuhan. TINJAUAN PUSTAKA Mayarakat Masyarakat adalah golongan masyarakat kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. (Hasan Shadily 1984:47). Dari penjelasan dan ciri-ciri ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia majemuk yang tinggal dalam satu teritorial tertentu dan terdiri dari beraneka ragam kelompok yang memiliki kesepakatan bersama berupa aturan-aturan ataupun adat istiadat yang timbul dan tercipta karena kebersamaan tersebut. Adanya aturan atau adat ini sangat bergantung dengan masyarakat itu sendiri dan juga kesepekatan bersama yang timbul setelah kehidupan itu berlangsung dalam waktu yang lama. Konflik Konflik adalah interaksi antar individu, kelompok dan organisasi yang membuat tujuan atau arti yang berlawanan, dan merasa bahwa orang lain sebagai pengganggu yang potensial terhadap pencapaian tujuan mereka. Putman dan Pool (dalam Sutarto wijono, 2012:203). Pendapat lain sebagaimana dikemukakan Simmel (dalam Poloma 2003:107) bahwa, konflik merupakan bentuk interaksi dimana tempat, waktu serta intensitas dan lain sebagainya tunduk pada perubahan, sebagaimana dengan isi segitiga yang dapat berubah. Sedangkan menurut Coser (dalam Zeitlin 1998:156) bahwa konflik sosial adalah suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuanya terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan dinetralisisr atau dilangsungkan, atau dieliminir saingan-sainganya. Dalam penjelasan K.J. Veeger (1993:211) menjelaskan keadaan yang dalam penampakanya satu dan tertib teratur, sebenarnya dihasilkan oleh strukturstruktur kuasa yang menutupi dan menyembunyikan keterbagian dan perpecahan yang ada dibawah permukaanya. Apa yang disangka keseimbangan sistem sosial akibat mekanisme-mekanisme fungsional mulai dilucuti kedoknya dan ditelanjangi menjadi tidak lain dari manipulasi pihak yang sedang berkuasa. Apa yang tadinya disebut “kestabilan masyarakat” (keadaan mantab) ternyata mengandung mesiu yang sewaktu-waktu bisa meledak dan menggoyahkan semua. Konflik merupakan hal yang sulit dihidari ketika kita hidup di Negara yang sangat kompleks seperti Negara Indonesia tercinta ini, karena keberanekaragaman yang begitu banyaknya sehingga perbedaan itu menjadi sangat sensitif dan rentan untuk terjadi perselisihan. Konflik sosial terutama yang 2 Faktor Penyebab, Dampak dan Strategi Penyelesaian Konflik antar Warga … bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) bukan hal yang baru dalam sejarah Indonesia, baik sebelum maupun sesudah proklamasi kemerdekaan. Konflik sangat erat kaitanya dengan kerusuhan. Dalam kerusuhan ini objek yang paling sering menjadi sasaran adalah benda-benda yang mudah dilihat dan ada di mana-mana, misalnya, fasilitas umum kota. Berikutnya, objek yang menjadi sasaran kerusuhan, adalah benda-benda yang mewakili atribut atau simbol kemapanan dan kemakmuran, seperti : kios, toko swalayan, bangunan megah, dan sebagainya. Benda lainnya adalah yang mewakili simbol kekuasaan dan otoritas, seperti : pos keamanan, kantor pemerintahan, dan sebagainya. Objek kerusuhan tidak hanya berupa material tetapi juga objek fisik yang lebih sering memakan korban jiwa. Kerusuhan itu sendiri adalah suatu keadaan yang kacau, ribut, gaduh, dan huru-hara. Kerusuhan merujuk pada aksi kolektif yang spontan, tidak terorganisasi, tidak bertujuan, dan biasanya melibatkan penggunaan kekerasan atau lebih tepatnya anarkis, baik untuk menghancurkan, menjarah barang, atau menyerang orang lain. Aksi kolektif merupakan sebuah bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh segerombolan orang (mob) dan kumpulan banyak orang (Selo Soemardjan, 1999:11). Kerusuhan sosial terutama yang bernuansa SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) bukanlah hal yang baru dalam sejarah Indonesia, baik sebelum maupun sesudah proklamasi kemerdekaan kerusuhan ini sering terjadi. Tindakan kerusuhan seperti aksi pembakaran sejumlah bangunan toko dan tempat-tempat peribadatan sebagai gerakan sosial yang melibatkan banyak massa sudah sering terjadi, hal ini dilakukan oleh masa dikarenakan banyak faktor yang diantaranya: adanya rasa ketidakpuasan akan menerima kenyataan dan keadaan yang ada pada diri dari personil tersebut, adanya rasa kecemburuan sosial yang begitu timpang, permasalahan pribadi yang dibesar besarkan, adanya luka lama yang terpendam (dendam), permasalahan harga diri, politik, ekonomi, budaya dan banyak lagi celah yang menjadi titik mula sebuah konflik itu timbul. Penyebab Konflik Yang menjadi penyebab timbulnya konflik itu dikarenakan kurangnya kontrol sosial yang masyarakat tidak diikuti dengan tindakan para penegak hukum sehingga para pelanggar peraturan ini tidak akan merasakan ketakutan katena telah memahami ketika melakukan peanggaran tidak akan mendapatkan hukuman yang tercantum dalam peraturan. Menurut Robin; Walton dan Duton (dalam Wijono 2012) menjelaskan tentang sumber konflik antarpribadi/kelompok melalui kondisi-kondisi pemula (antecedent conditions) yang meliputi: a) Persaingan terhadap sumber-sumber (competition resources) b) Ketergantungan terhadap tugas (task interdependence) c) Kekaburan deskripsi tugas (jurisdictional ambiguity) d) Masalah status (status problem) e) Rintangan komunikasi (communication barriers) f) Sifat-sifat individu (individual traits) Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 1: 1-12 3 Sedangkan menurut Franz Magnis-Suseno (2003:121) yang melatarbelakangi konflik itu timbul adalah: a) Modernisasi dan globalisasi b) Akumulasi kebencian dalam masyarakat c) Budaya kekerasan d) Sistem politik Masyarakat sudah tidak percaya lagi kepada hukum, sistem, dan aparatnya. Ketidakpercayaan itu sudah terakumulasi sedemikian lama, karena ketidakadilan telah menjadi tontonan masyarakat sehari-hari. Mereka yang selama ini diam, tiba-tiba memberontak. Ketika negara yang mewakili masyarakat sudah tidak dipercaya lagi, maka masyarakatlah yang akan mengambil alih kendali hukum. Keadaan masyarakat yang beranekaragam inilah yang membuat masyarakat itu mengambil kesimpulan dan memutuskan apa yang harus mereka lakukan sendiri, walaupun itu bertentangan dengan hukum yang ada. Tindakan yang terjadi di Way Panji adalah salah satu contoh dimana tidak adanya lagi kepercayaan terhadap aparat penegak hukum, sehingga masyarakat bertindak dengan sendirinya dan dengan cara masyarakat itu sendiri. Keberadaan aparat dan tokoh-tokoh hanyalah sebagai symbol yang kini tidak ada lagi fungsinya karena runtuhnya moral para petinggi yang ada dinegri ini. Perkembangan Konflik Menurut Sutarto Wijono (2012:232-234) atas dasar pemahaman bahwa konflik tersebut adalah proses yang dinamis dan bukan statis atau kaku yang berarti konflik itu dapat berubah ubah smengikuti perkembangan hal-hal yang terjadi ketika konflik. Maka konsekuensi terjadinya konflik ddapat digambarkan melalui proses perkembanganya. Adapun tahapan perkembangan konflik itu adalah: a) Konflik masih tersembunyi (laten) b) Kondisi yang mendahului (antecedent condition) c) Konflik yang dapat diamati (perceived conflict) d) Konflik terlihat secara terbuka (manifesr behavior) Dampak Konflik Dalam sebuah konflik akan menimbulkan berbagai macam dampak. Dampak konflik antar warga yang paling berbahaya adalah dampak terhadap psikologis, dampak terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan dampak terhadap budaya. Dari berbagai macam dampak tersebut tidak selamanya bernilai negatif, namun juga ada dampak yang bernilai positif, dampak-dampak tersebut adalah sebgai berikut: Psikologis Konflik dapat menimbulkan rasa trauma, selalu merasa tidak aman, bahkan berkurang/hilangnya rasa kepercayaan diri dari individu dalam masyarakat tersebut. Hal ini karena pada dasarnya setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda dengan yang lainya, dan kebutuhan itu harus terpenuhi sesuai dengan kadarnya msing-masing. Maslow (dalam Wijono, 2012) mengungkapkan tingkat kebutuhan individu yang kaitanya dengan kebutuhan hidup untuk mencapai 4 Faktor Penyebab, Dampak dan Strategi Penyelesaian Konflik antar Warga … sebuah ketenangan yang harus terpenuhi padda setiap individunya adalah: Kebutuhan fisiologis (physiologycal needs),kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan sosial dan kasih sayang (sosial and belongingness nedds),kebutuhan harga diri (self esteem needs), kebutuhan alkulturasi diri (self actualization needs). Adanya konflik antar warga ini merupakan suatu guncangan bagi warga yang berkonflik maupun bagi warga lain yang terkena imbasnya dari konflik ini. Sehingga rasa trauma, selalu merasa tidak aman, bahkan berkurang/hilangnya rasa kepercayaan diri itu akan sulit untuk dipulihkan kembali seperti semula. Ekonomi Masalah perekonomian yang timbul sesuai dengan dugaan penulis dalam tinjauan pustaka, dapaknya adalah: Pertama, kemiskinan, adalah dimana korban dari sebuah konflik tersebut menderita kerugian rusaknya fasilitas, penjarahan, bahkan ketika ada anggota keluarga yang terluka maka pengobatan secara pribadi. Kedua, turunya aktifitas perekonomian, dalam hal jual beli akan menurun, dimana adanya rasa trauma akan kepemilikan barang-barang yang telah dijarah, ataupun juga karena keadaan keuangan yang tidak memungkinkan. Ketiga, melonjaknya kebutuhan pokok, keadaan yang belum stabil dimanfaatkan para pedagang untuk menaikan harga kebutuhan pokok. Dampak pertama dari teori diatas adalah kemiskinan. Kadar seseorang bisa dikatakan miskin adalah relatif dan tidak bisa diukur dengan kasat mata. Dari dampak konflik yang terlihat dapat diketahui adanya perubahan-perubahan yang mencolok dari segi perekonomian ini. Masyarakat yang dahulu memiliki rumah bagus, pakaian yang banyak, kendaraan, pliharaan ternak, perabotan rumah tangga, alat elektronik dan asset-set berharga lainya kini setelah konflik itu terjadi semua harta benda itu telah musnah. Yang mereka miliki hanya pakaian yang menempel di badan dan tanah tempat berdirinya bangungan dan lading pertanian yang surat-suratnya pun sudah lenyap hangus terbakar. Dampak ini merupakan dampak yang akan sangat mudah kita ketahuhi secara kasat mata, karena hingga saat ini dampak rusaknhya pemukiman-pemukiman ini masih belum bisa terselesaikan dengan baik. Kedua, turunnya aktifitas perekonomian, dalam hal jual beli atau pertanian akan menurun. Adanya rasa trauma akan kepemilikan lahan-lahan perekonomian tersebut. Masyarakat Balinuraga berfikir yang menjadi penyebab konflik ini terjadi adalah dikarenakan tingkatan ekonomi yang berbeda, maka kegiatan perekonomian maysarakat Balinuraga menurun secara derastis, karena mereka takut apabila mereka tidak berbagi dengan masyarakat luas mengenai lahan pertanian yang menyangkut perekonomian ini akan menimbukan konflik lagi. Tindakan masyarakat Balinuraga yang membagikan lahan garapanya kepada warga lain diluar balinuraga ini merupakan langkah awal masayrakat Balinuraga membuka diri, mau menerima dan membaur dengan warga lain dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya kerjasama dibidang perekonomian ini secara tidak langsung hubungan antara warga Balinuraga selaku pemilik lahan dengan penggarap akan semakin sering dan apabila hal ini bisa terjalin dengan baik maka kemungkinan akan adanya perubahan kearah yang lebih baik dari masyarakat Balinuraga itu bisa terwujudkan. Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 1: 1-12 5 Dampak yang ketiga, adalah melonjaknya harga barang-barang kebutuhan pokok. Dugaan adanya pedagang yang nakal memanfaatkan situasi yang tidak kondusif ini untuk mencari keuuntungan pribadi ternyata tidak ditemukan. Keadaan harga barang-barang kebutuhan pokok pasca kerusuhan ini tidak ada peningkatah harga. Harga beras, sayur-sayuran, lauk, pakaian dan juga perabotan rumah tangga tidak bergejolak dan masih stabil. Namun yang mengalami peningkatan harga adalah barang kebutuhan bangunan seperti genting, bata, semen, pasir dan upah kerja tukang untuk membenahi bangunan yang terkena konflik. Sosial Menurut Wijono (2012:235), pola kehidupan sosial itulah yang dapat dengan mudah kita ketahui akan keberadaan konflik itu. Karena hal ini bisa kita lihat dampaknya dalam kehidupan, baik itu berupa dampak positif atau dampak negatif dari konflik bagi kehidupan sosial, adapun dampak-dampaknya adalah sebagai berikut: a) Dampak Positif Konflik 1) Membawa masalah-masalah yang diabaikan sebelumnya secara terbuka, 2) Memotovasi orang lain untuk memahami setiap posisi orang lain, 3) Mendorong ide-ide baru, memfasilitasi perbaikan dan perubahan, 4) Dapat meningkatkan kualitas keputusan dengan cara mendorong orang untuk membuat asumsi melakukan perbuatan. b) Dampak Negatif Konflik 1) Dapat menimbulkan emosi dan stress negatif, 2) Berkurangya komunikasi yang digunakan sebagai persyaratan untuk kordinasi, 3) Munculnya pertukaran gaya partisipasi menjadi gaya otoritatif, 4) Dapat menimbulkan prasangka-prasangka negatif, 5) Memberikan tekanan loyalitas terhadap sebuah kelompok. Pendapat lain menyatakan, dampak konflik yang terjad adalah tergantung dari jenis konflik itu sendiri dan bagaimana alur konflik itu berlangsung (Brown, 1997:89). Setidaknya ada tiga kemungkinan yang terjadi sebagai akibat perpecahan konflik etnis yakni: 1) Terjadinya rekonsiliasi secara damai; 2) Perpisahan etnis secara damai; 3) Perang saudara. Dengan kata lain, kelompok-kelompok yang berkonflik bisa setuju untuk hidup bersama secara damai, setuju secara damai untuk berpisan, atau terus berperang untuk menentukan siapa yang berhak menjadi penguasa atas semuanya. Budaya Runtuhnya nilai budaya dan hilangya kewibawaan sebuah budaya adalah dampak dari konflik antar warga, hal ini bisa neyebabkan tidak lagi adanya rasa bangga, kepercayaan diri kepada warga yang memiliki sebuah kebudayaan itu. Akibatnya kemodernisasian akan menghapuskan sebuah budaya yang ada. Nanang Martono (2011:86), menyatakan bahwa keadaan manusia modern akan 6 Faktor Penyebab, Dampak dan Strategi Penyelesaian Konflik antar Warga … mengubah cara pandang terhadap seorang individu, ketika individu tidak lagi dihargai dari sisi usia. Manusia modern lebih melihat dan menghargai individu dari sisi keahlian serta ketrampilan yang dimilikinya. Berbeda dengan masyarakat tradisional yang lebih melihat individu dari sisi usia, senioritas dan yunioritas. Upaya Penyelesaian Konflik Adalah suatu upaya yang diharapkan pihak-pihak yang berkonflik untuk menjalani kehidupan yang damai. Konflik adalah produk yang timbul dari sebuah hubungan antar individu, timbulnya konflik karena adanya sebuah perselisihanperselisihan, sehingg untuk menyelesaikan konflik dapat dilakukan dengan cara meluruskan kembali perselisihan-perselisihan yang terjadi. Komunikasi yang baik merupakan cara yang paling utama harus dilakukan untuk menjadikan konflik yang ada bisa terselsesaikan dan terpecahkan secara baik. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan data kualitatif. Penelitian ini dilakukan di desa Bali Nuraga Kecamatan Way Panjii Kabupaten Lampung Selatan. Alasan penulis memilih lokasi ini karena didaerah ini karena: Pertama, di daerah ini pernah terjadi kerusuhan yang sangat hebat dan menjadi sorotan internasional. Alasan kedua, karena kasus kerusuhan yang terjadi belum terlalu lama sehingga masih jarang yang mengambil sebagai bahan penelitian, sehingga penelitian ini bisa lebih bermanfaat bagi kepentingan pemerintah kabupaten Lampung Selatan dan warga masyarakatnya yang mendambakan kehidupan yang aman, tentram dan damai. Ketiga karena lokasi penelitian adalah daerah transmigran dan bersifat menerima tamu yang ingin masuk ke daerah itu, maka penulis bisa berinteraksi secara kekeluargaan sehingga bisa lebih dekat dengan informan ataupun warga masyarakat setempat. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian ini didapatkan informan berjumlah 12 orang, dengan rincian lima orang dari Desa Balinuraga, lima orang dari Desa Agom, satu orang dari Desa Sidoreno dan satu orang dari Kalianda. Sasaran terhadap perusakan rumah dan tempat ibadah merupaan sasaran yang banyak sekali terjadi dan merupakan sasaran utama. Hal ini dikarenakan motif utama penyerangan adalah ditujukan kepada warga, namun ketika warga itu telah kabur maka yang tersisa hanyalah rumah dan tempat ibadah yang menjadi symbol sekelompok warga tertentu. Akibatnya pembakaran dan penghacuran tempat ibadah yang menjadi sasaran pelampiasan masa ketka berkonflik. Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 1: 1-12 7 Tabel 1. Sasaran Konflik dan Jenis Tindakannya Sasaran Warga/Masyarakat Rumah Tempat ibadah Aset-aset produksi Perabotan isi rumah Tanaman kebun. Binatang ternak Harta benda berharga Jenis Tindakan Pengancaman, melukai dan pembunuhan. Perusakan, pembakaran dan perobohan. Perusakan, pembakaran dan perobohan. Perusakan Perusakan Perusakan Pembunuhan dan penjarahan. Penjarahan Sumber: Data primer, 2012 Fakta Konflik Antar Warga Menurut Wijono (2012:231-232), konflik itu dapat dipahami dan dipelajari sebagai suatu proses yang dinamis. Sebaliknya, konflik tidak dapat dipahami, jika konflik tersebut dipandang sebagai suatu yang sifatnya statis dan kaku. Konflik sering kali melibatkan intervensi di antara berbagai pihak yang saling betentangan, baik konflik dalam diri individu, konflik antar pribadi/kelompok, maupun konflik organisasi. Adanya proses yang dinamis dalam sebuah konflik anrtar warga ini tidak bisa dihindari, mengingat masa yang ikut dalam konflik sangat banyak dan untuk mengkordinir ketika konflik ini berlangsung tidaklah mungkin bisa dilakukan dengan baik. Adanya motif-motif tertentu yang dimanfaatkan sebagian oknum. Tabel 2. Faktor penyebab konflik Faktor Ekonomi Sosial Budaya Dendan Politik Keterangan Perbedaan strata kemampuan dalam ekonomi yang menyebabkan pemukiman warga Balinuraga ekslusif, terpisahkan dan adanya batasan-batasan yang diberikan oleh warga Balinuraga ketika berhubungan dengan warga lainya, hal ini kemudian menyebabkan kecemburuan sosial. Warga Balinuraga yang kurang membaur dengan warga lain. Prilaku para pemuda Balinuraga yang kurang baik (sok hebat, tidak sopan, arogan dan semena-mena). Sebagian warga Balinuraga yang kurang memiliki rasa empati terhadap warga lain. Membanggakan kelompoknya dan melihat warga lain lebih rendah dari kelompoknya (etnosentris). Budaya kekerasan yang sering dipakai sebagian warga Balinuraga. Kurang baiknya moral pemuda Balinuraga. Akumulasi kebencian dalam masyarakat Lampung terhadap masyarakat Balinuraga. Keadaan pemerintahan yang kurang baik. Sumber: Data primer, 2012 8 Faktor Penyebab, Dampak dan Strategi Penyelesaian Konflik antar Warga … Dari banyaknya faktor penyebab yang didapat dari penelitian, faktor kurang baiknya keadaan moral masyarakat pada umumnya dan pemuda Balinuraga khususnya merupakan faktor internal masyarakat yang merupakan sumber utama akan timbulnya konflik-konflik kecil yang ada. Timbulnya konflikkonflik kecil ini diiringi dengan budaya kekerasan yang semakin menjadikan keberadaan konflik ini tidak terselesaikan dengan baik yang kemudian menjadikan sebuah akumulasi kebencian masyarakat Lampung terhadap masyarakat Balinuraga itu sendiri.Keberadaan pemimpin yang tidak memperhatikan rakyatnya juga memperparah kondisi konflik latent yang ada dimasyarakat bawah sehingga perkembangan konflik yang ada tidak bisa diditeksi oleh para pejabat dan aparat penegak hukum akibatnya penanggulangan konflik akan sulit dilaksanakan yang menyebabkan konflik itu akan tetap ada dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Dari keseluruhan dampak yang timbul dampak yang paling sulit untuk dipulihkan adalah dampak dari aspek psikologis. Dampak psikologis ini sulit untuk dipulihkan karena menyangkut kepribadian, ingatan dan lingkungan. Kepribadian yang tertutup pasca konflik, ingatan yang sulit dihilangkan karena masih banyak sisa-sisa konflik yang bisa dilihat oleh mata dan lingkungan masyarakat Balinuraga sendiri yang masih sama-sama merasakan trauma. Model Perjanjian Damai yang Ideal Setelah kita mengetahui seluk beluk konflik antar warga ini, banyak cara dan jalan untuk mencapai sebuah perdamaian yang ideal. Namun syarat utamanya adalah ketika kedua belah pihak saling membuka diri dan membuka hati. Sulitnya membuka diri untuk menerima kelompok lain hadir dalam kehidupan kitan dan membuka hati untuk saling memaafkan ini dikarenakan dalam berkehidupan kita tidak sendiri, melainkan adanya orang lain yang semuanya itu harus kita dengarkan akan apa yang mereka ingingkan. Untuk memberikan solusi terhadap konflik antarpribadi/kelompok (interpersonal conflict), menurut Wijono (2012:271) diperlukan strategi yang efektif sebagai berikut: Dari ketiga strategi di atas, strategi kalah-kalah (lose-lose strategy), Strategi menang-kalah (win-lose strategy) dan Strategi menang-menang (win-win strategy) ini , strategi kalah-kalah (lose-lose strategy) adalah strategi yang dipakai dalam perjanian konflik antar warga dengan jenis strategi Arbitrase. Strategi perdamaian jenis Arbitrase ini merupakan prosedur perdamaian dengan cara adanya bantuan dari pihak ketiga yang mendengarkan kedua belah pihak berselisih. Pihak ketiga yang disebut arbitrator bertindak menjadi hakim dan penengah dalam menentukan penyelesaian konflik melalui suatu perjanjian yang mengikat. Model perjanjian dengan adanya suatu perjanjian yang mengikat dirasa tidak dapat memberikan kebebasan terhadap masing-masing pihak, sehingga ketika perjanjian itu telah dibuat perasaan tidak bebas disetiap pihak yang berkonflik itu akan selalu timbul. Dalam permasalahan konflik antar warga ini, adanya pihak ketiga yang dirasa memberikan ikatan perjanjian yang kurang pas dan tidak menyentuh pada keinginan masing-masing pihak maka perjanjian ini kurang sesuai untuk Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 1: 1-12 9 permasalahan ini dan perjanjian yang ada belum dianggap sebagai sebuah perjanjian yang diinginkan. Tabel 3. Dampak Konflik Aspek Dampak Pemerintahan Tidak stabilnya pemerintahan dengan mundurnya para aparat pemerintahan di tingkat desa Distribusi pemerintahan desa diambil alih langsung pemerintah Kabupaten melalui kecamatan Waypanji Fisik Sebuah bangunan SMP rusak 40% Bangunan SD rusak 20% Tempat ibadah berupa Pura Umum 1 buah rusak parah Rumah warga berjumlah 375 rumah beserta pura pribadi Korban meninggal 9 (Sembilan) orang dan puluhan orang lukaluka dari pihak Balinuraga dan 4 (empat) orang dari pihak Agom Psikologis Trauma Timbulnya prasangka-prasangka negatif Psikologis Turunya semangat kerja Keadaan masyarakat yang singklu, Semakin berhati-hati dalam bertindak dan berbicara, Takut berhubungan dengan masyarakat luas Ekonomi Kemiskinan Sosial Budaya Turunya aktifitas perekonomian Lahan pertanian dikerjakan kepada orang lain Meningkatnya barang-barang material bangunan Menurunya penggunaan barang-barang berharga (pakaian, perhiasan dan kendaraan) Membaiknya moral mayarakat Membawa masalah-masalah yang diabaikan sebelumnya menjadi terbuka (segera menyelesaikan masalah) Berhat-hati dalam menerima masyarakat luar yang memasuki desa (tamu, wartawan, pemvberi bantuan) Meningkatnya rasa empati masyarakat Hubungan internal masyarakat semakin meningkat Meningkatnya kegiatan masyarakat dalam keagamaan Budaya kekerasan berubah menjadi budaya yang santun Menurunya penggunaan atribut keagamaan/kesukuan dalam kehidupan bermasyarakat. Dari keseluruhan pembahasan data dan fakta yang ada maka bisa kita ketahui model perdamaian yang ideal dan tepat untuk menyelesaikan permasalahan konflik antar warga ini dengan menggunakan strategi menangmenang (win-win strategy,) dengan cara konsultasi proses antarpihak (inter-part process consultation). Strategi menang-menang ini dianggap pas untuk 10 Faktor Penyebab, Dampak dan Strategi Penyelesaian Konflik antar Warga … menyelesaikan permasalahan konflik antar warga ini, dikarenakan ketika masingmasing pihak merasakan kemenangan maka tidak ada pihak yang merasa bahwa pihaknya adalah lemah dan dalam posisi kalah. Mengkonsultasikan proses antar pihak ini merupakan cara terbaik untuk mengetahui keinginan masing-masing pihak. Posisi menang yang dirasakan warga Lampung dalam hal ini adalah, dimana keberadaan masyarakat Lampung yang dahulu mengalami ketakutan ketika bertemu dengan masyarakat Balinuraga, yang terkenal akan kebrutalanya ketika membuat masalah, kini pasca konflik masyarakat Lampung tidak lagi merasakan ketakutan itu. Sedangkan posisi menang untuk masyarakat Balinuraga adalah diterimanya kembali masyarakat Balinuraga ini dalam kehidupan sosial. Perlakuan tidak dikucilkan dan tidak lagi adanya ancaman-ancaman yang dilakukan oleh warga Lampung merupakan keinginan warga Balinuraga. Pengakuan rasa kalah ini merupakan sebuah penyesalan akan tindakan yang pernah dilakukan warga Balinuraga. Kejadian konflik pada bulan Oktober 2012 yang telah lewat merupakan pukulan keras terhadap warga Balinuraga untuk merubah etikanya dalam menjalani kehidupan bersama masyarakat luas. Perubahan etika warga Balinuraga ini merupakan dorongan dari individu warga tersebut, dikarenakan keinginan untuk bisa hidup tenang, damai dan bisa diterima kembali oleh masyarakat umum merupakan keinginan dan kemenangan warga Balinuraga. Dari model perjanjian strategi menang-menang (win-win strategy) ini diharapkan rasa bangga hati dan tidak merasa direndahkan akan menjadi sebuah solusi yang tepat untuk menghindari sebuah konflik laten susulan dikemudian hari. Sikap saling terbuka dan memaafkan seluruh kesalahan yang telah kedua belah pihak lakukan adalah langkah utama dalam menjalani kehidupan baru kearah yang lebih baik dan harmonis. PENUTUP Dalam bermasyarakat keberanekaragaman itu tidak bisa dihindarkan, adanya keberanekaragaman ini bisa menjadi celah akan munculnya sebuah konflik. Dari hasil penelitian didapatkan faktor utama yang menjadi penyebab konflik adalah: kurang baiknya keadaan moral pribadi masyarakat yang sering menggunakan budaya kekerasan dalam setiap menyelesaikan permasalahan, karena hal ini dapat menimbulkan sebuah dendam berupa akumulasi kebencian dari kelompk masyarakat lain yang merasa mendapatkan perlakuan kekerasan tersebut. kondisi pemerintahan yang kurang baik juga menjadi celah untuk menimbulkan konflik. Sebuah konflik pasti akan menimbulkan dampak baik itu negatif maupun positif. Dampak-dampak tersebut berupa dampak fisik, psikologis, sosial, ekonomi, dan budaya. Positif negatif dari dampak ini tentu akan membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat yang mengakibatkan kehidupan yang ada menjadi berbeda dengan kehidupan yang dahulu. Apabila dampak yang timbul itu adalah positif maka akan adanya peningkatan hubungan baik antar warga, namun apabila dampak yang timbul itu negatif, justru akan menjadikan kehidupan yang Jurnal Sosiologi, Vol. 15, No. 1: 1-12 11 sudah ada akan menjadi lebih buruk. Dampak negatif ini juga bisa mejadikan konflik yang telah terjadi tidak terselesaikan, melainkan akan berkembang semaki besar dan berbahaya bagi kehidupan dimasa yang akan datang. Ketika konflik itu tidak bisa dihindari maka solusi yang terbaik adalah sebuah perdamain. Perdamaian yang sifatnya terbuka dan disepakati oleh kedua belah pihak yang posisinya saling menguntungkan adalah sebuah jalan keluar terbaik untuk menghindari adanya konflik susulah. Keterbukaan ini berarti setelah terjadi konflik tidak ada lagi permasalahan yang belum terselesaikan dan aib-aib yang masih ditutupi. Sikap saling memahami dan memaafkan antar pihak menjadi kunci utama konflik itu bisa terselesaikan secara terbuka. DAFTAR PUSTAKA Veger, K.J. 1993. Realitas Sosial. Gramedia, Jakarta. Martono, Nanang. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Raja Grafindo Persada, Jakarta Soemardjan, Selo. 1999. Kisah Perjuangan Reformasi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Wijono, Sutarto. 2012. Psikologi Industri dan Organisasi. Kencana, Jakarta. 12 Faktor Penyebab, Dampak dan Strategi Penyelesaian Konflik antar Warga …