Teks Ulasan Film dan Drama

advertisement
K-13
bahasa indonesia
TEKS ULASAN DRAMA DAN FILM
SEMESTER 2 KELAS XI SMA/MA/SMK/MAK – KURIKULUM 2013
Kompetensi Inti
3.
Kompetensi Dasar
Memahami, menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan
faktual,
konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
3.1
Memahami struktur dan unsur
kebahasaan teks drama dan
film, baik melalui lisan maupun
tulisan.
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut.
1.
Memahami konsep dasar teks ulasan (review) drama dan film.
2.
Memahami struktur teks ulasan drama dan film.
3.
Memahami unsur kebahasaan teks ulasan drama dan film.
K
e
l
a
s
XI
A. Teks Ulasan Drama dan Film
1. Pengertian Drama dan Film
Drama adalah karangan yang menggambarkan kehidupan dan watak manusia dalam
bertingkah laku yang dipentaskan dalam beberapa babak. Adapun pengertian film adalah
alat media massa yang mempunyai sifat lihat dengar dan dapat mencapai khalayak yang
banyak. Film merupakan fenomena sosial, psikologi, dan estetika yang kompleks dan
multidimensional terdiri dari gabungan seni akting, fotografi, teknologi optik, komunikasi
visual, industri perfilman, ide, cita-cita, dan imajinasi. Fungsi film adalah untuk hiburan
yang di dalamnya terkandung fungsi informatif, edukatif, dan persuasif.
2.
Pengertian dan Tujuan Teks Ulasan Drama dan Film
Teks ulasan drama dan film adalah teks yang isinya meninjau, menimbang, dan menilai
keunggulan dan kelemahan drama dan film yang dipentaskan atau ditayangkan. Adapun
tujuan teks ulasan drama dan film adalah sebagai berikut.
a.
Memberikan penilaian, kritik, saran, dan komentar terhadap drama dan film dengan
memberikan deskripsi dan pendapat mengenai karya tersebut agar mereka tertarik
untuk menonton film atau drama tersebut.
b.
Memberikan informasi atau pemahaman yang menyeluruh tentang apa yang tampak
dan terungkap dalam sebuah pementasan drama atau penayangan film.
c.
Mengajak penikmat drama atau film untuk merenungkan, memikirkan, dan
mendiskusikan fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah produk.
d.
Memberikan pertimbangan kepada calon penonton atau penikmat film apakah
sebuah produk drama atau film layak mendapat sambutan atau tidak.
B. Struktur Teks Ulasan Drama dan Film
1. Bagian Struktur Teks Ulasan Drama dan Film
a.
Orientasi adalah bagian yang berisi gambaran umum dari sebuah drama atau film
yang diulas. Bagian ini berisi paparan tentang identitas drama atau film: judul, penulis
skenario, sutradara, para pelaku, koreografer, adaptasi dari sebuah novel, tempat
dan tanggal pementasan drama atau film. Orientasi juga berisi latar belakang bagi
pembaca mengenai apa yang akan diulas.
b.
Tafsiran isi adalah interpretasi atau pandangan penulis yang berisi gambaran rinci
suatu karya yang sedang diulas. Bagian tafsiran isi meliputi hal berikut ini.
2
•
Unsur dari karya drama atau film: sinopsis, kepiawaian pemeran, tata panggung
(drama), tata musik, tata lampu, tata suara (sound effect), serius-tidaknya
pementasan, keserasian musik pengiring, ketelitian pendeskripsian seting ke
dalam layar, dan ciri khas produksinya.
•
Nilai-nilai yang terdapat pada drama atau film: nilai pendidikan, nilai moral,
nilai agama, nilai sosial, nilai kebudayaan, dan nilai kejujuran.
•
Perbandingan dengan karya drama atau film lainnya yang mirip.
c.
Evaluasi adalah penilaian pribadi terhadap drama dan film yang diulas. Evaluasi
harus objektif atau sesuai dengan fakta yang terjadi saat pementasan drama atau
pemutaran film. Bagian ini berisi keunggulan dan kelemahan dari pementasan
drama atau produksi film.
d.
Rangkuman adalah bagian akhir yang memuat simpulan dan pendapat dari
pengulas tentang drama atau film: berkualitas atau tidak, layak untuk ditonton atau
tidak.
Berikut adalah bagan struktur teks ulasan drama dan film.
ORIENTASI
TAFSIRAN
STRUKTUR TEKS ULASAN
DRAMA DAN FILM
EVALUASI
RANGKUMAN
3
2.
Contoh Teks Ulasan Drama
Suara-Suara Mati
Oleh: Ronny P. – Pengamat Teater
Orientasi 1
Bagaimanapun sebuah pertunjukan teater membutuhkan apreasiasi sekaligus
pemikiran untuk pengembangannya. Istilah teater remaja dan amatir perlu diposisikan
dengan tepat. Teater Cermin dengan fasilitas gedung yang kurang memadai serta
pendanaan yang dapat dibilang minim untuk sebuah pertunjukan sama dengan
kelompok teater “remaja” umumnya telah menjadi “martir”. Namun, dengan program
pembinaan Komite Teater DKJ, diharapkan muncul grup-grup teater yang dapat tampil
jauh lebih baik dan terencana.
Orientasi 2
Di atas panggung proscenium Gelanggang Remaja Jakarta Barat, setting pentas dengan
meja, tempat tidur, dan beberapa dekorasi seadanya dapat dikatakan cukup membantu
dalam menghadirkan suasana kenyataan teater di hadapan penonton. Namun, naskah
Suara Suara Mati karya Manuel Van (?) –dalam katalog undangan– (seharusnya drama
pendek satu babak karya Manuel van Logem) hanya mengalir sejauh kata-kata yang
diucapkan dengan istilah sutradara sendiri ‘baru mengikuti text-book’, sebenarnya
tidak lagi menjadi terbatas pada pembenaran bahkan apologi. Karena bagaimanapun,
meminjam istilah yang dikemukakan salah satu penonton yang ikut dalam diskusi,
sutradara dan aktor/pemain/pelakon wajib mempertanggungjawabkan apa yang
ditampilkannya, yang dengan demikian, akan memengaruhi kredibilitasnya. Sekadar
alasan yang diliputi kerendahan hati barangkali ada tempat dan waktunya.
Tafsiran 1
Drama pendek ini bercerita tentang“persahabatan yang jarang terjadi, sudah merupakan
tri tunggal” antara seorang suami yang lumpuh dengan istri dan sahabatnya. Teks
naskah ini saja dapat mengundang diskusi misalnya bagaimana dengan tata bahasa
dan terjemahan dari bahasa aslinya ke bahasa Indonesia. Suara-suara mati itu sendiri
adalah simbol dari suara-suara (anak mereka yang sudah mati, juga dari kesetiaan dan
pergumulan pikiran dan perasaan di antara mereka sendiri).
4
Tafsiran 2
Drama ini sangat menarik tidak hanya bagi teater pemula, tetapi juga untuk grup
teater yang serius, mengingat dramaturgi naskah yang cukup menantang dalam
pelakonannya. Lebih dari itu, drama ini juga dapat menjadi ajang pergumulan aktor.
Seorang aktor dalam melakonkan “teater naskah realis” mau tak mau, suka tak suka,
menyandarkan diri pada setiap ‘teks’ yang ada; karena lebih dari itu adalah apa yang
ada dibalik kata-kata (text) itu sendiri, yang lalu dapat menghadirkan sebuah drama.
Melakonkan naskah saduran karya asing sebenarnya memiliki tantangan sendiri karena
selain masalah terjemahan, ada banyak persoalan yang perlu dicermati misalnya
penafsiran dan adaptasi terhadap kondisi Indonesia. Pergelaran Teater Cermin kali ini
terlihat belum sejauh itu padahal masalah adaptasi kini menjadi sangat penting bagi
naskah saduran yang akan menjadikan pertunjukan teater lebih menarik dan memikat
sebagai ajang diskusi yang lebih mendalam dan bahkan dapat melibatkan banyak
disiplin seni atau ilmu.
Evaluasi 1
Sutradara, Anto Ristargi, apakah menyerahkan begitu saja pemahaman naskah
kepada aktor, atau sejauh mana peran sutradara mendampingi lalu dapat mengolah
adegan demi adegan pada setiap babak yang dengan demikian mempermudah
aktor memahaminya dan dengan demikian menantang aktor melakonkannya di atas
panggung? Buku kerja sutradara terang menjadi basis pemahaman dan perdebatan
utama bagi sutradara, aktor, artistic director, bahkan stage manager, music director,
dan umumnya semua staf. Peran sutradara dalam hal ini sangat penting. Dia sebagai
motivator bagi aktor.
Penyutradaraan Anto Ristargi kiranya dapat lebih jauh lagi dalam penguasaannya atas
naskah, blocking, dan pemeranan. Naskah adalah sumber permasalahan utama. Dan
dari situ, berdasar pemilahan-pemilahan setiap babak, lalu dan terutama “adegan”,
maka akan kita dapati bagaimana bangunan drama itu terbangun sejak awal hingga
akhir. Pada bagian akhir kelemahan sutradara yang tak dapat menampilkan drama yang
sesungguhnya, tak hanya menjadi masalah sutradara tetapi juga aktor; akan membuat
penonton kecewa, apalagi bagi mereka yang telah mengetahui naskah drama yang
ditontonnya. Banyak penonton tidak merasakan drama yang sesungguhnya dari
pergelaran Teater Cermin ini.
5
Evaluasi 2
Pelaku: Lisa Ristargi, Aldy Saza, Yoss Parbu, Karsimin. Aktor teater naskah realis, lagilagi menyandarkan diri pada naskah. Boleh jadi teknik awal dengan menghapal
naskah. Tetapi ketika aktor hadir di atas pentas maka aktor akan menjadi seperti watak
(karakter). Ada beberapa teori yang dapat dipergunakan oleh aktor sejauh pemahaman
dan interpretasi sutradara, dari kesepakatan yang ada dalam buku kerja sutradara.
Di dalam teater, umumnya aktor adalah “lebih penting” dan menjadi pusat perhatian
penonton. Lisa Ristargi telah berupaya maksimal menjadi perempuan yang menjadi
korban “kesetiaan”. Jika sutradara menekankan pada “ketika kesetiaan telah ternoda,
maka kemudian ….” (kesetiaan telah ternoda), seluruh bangunan interpretasi naskah
sutradara bertumpu pada kesetiaan telah ternoda. Penghayatan dan permainan
Lisa tak diragukan. Umumnya aktor Indonesia sangat menghayati peran dan dapat
mengekspresikannya dengan baik. Mungkin masalah kesadaran ruang saja dan teknik
akting, misalnya bagaimana “membagi” ekspresi pada lawan main tetapi juga sekaligus
pada penonton.
Demikian juga dengan aktor yang lain (Aldy Saza, Yoss Parbu, Karsimin), ekspresi
yang baik menjadi tak dapat dinikmati penonton karena pada beberapa bagian
membelakangi penonton. Profil dan membelakangi penonton memang menjadi
“kesengajaan” pada beberapa teori akting, tetapi hal ini masih menjadi perdebatan
penting. Aktor Teater Cermin, saya pikir, masih lebih perlu menghadapi penonton
ketimbang membelakangi spektator. Masalah aktor setelah naskah adalah bagaimana
“mendagingkan” sastra (teks, kata) di atas panggung. Penghayatan secara internal
tak dapat dipisahkan dengan keterampilan tubuh yang luwes dan suara yang dapat
mencapai relung-relung hati dan pikiran penonton. Lisa telah menunjukkan bakat
yang cukup untuk ini, kendati memang beberapa masalah teknis seperti blocking dan
suara (intonasi, pitch) masih perlu dilatih lebih baik lagi.
Evaluasi 3
Artistik: Gie; musik: Ary Bunga Camar; kostum; dan penata lampu; secara umum baik.
Musik memang memiliki kekuatan yang luar biasa untuk turut membangun suasana,
tetapi keseluruhan musik menjadi begitu mencekam. Drama “Suara-Suara Mati” dapat
juga dikatakan sebagai suatu rangkaian bunyi yang dihasilkan alat musik dan suara
kata-kata yang diucapkan aktor. Namun, antara suara aktor dengan bunyi musik pada
banyak adegan tidak sinkron menunjang dramaturgi naskah. Tidak semua bagian lakon
kira saya, perlu diisi musik. Keheningan dan aktor yang diam tanpa suara bahkan “tak
berekspresi” sebenarnya perlu juga dan memang dimaksudkan juga dalam drama ini.
6
Kostum biasanya untuk teater (remaja) jarang diperhatikan secara khusus selain
umumnya memakai kostum yang ada, bukan merancangnya sendiri. Kostum untuk
pagelaran kali ini memang tidak ada suatu rancangan khusus. Sebenarnya suatu
rancangan kostum tidak mesti sesuatu yang sama sekali baru, tetapi kreativitas yang
ada dapat membuat “perencanaan” menjadi bagian yang dipikirkan untuk sebuah
pementasan.
Penataan lampu yang lemah yang hanya mengandalkan beberapa lampu pijar biasa
akan menyulitkan semua bagian artistik pergelaran ini. Standar tata cahaya di dalam
teater memang sangat tidak diperhatikan padahal lampu dan penataannya sangat
berperan besar. Bayangkan pemain yang sudah “berakting” baik tetapi tidak didukung
cahaya dan penataannya, maka “akting” tersebut tidak sampai kepada penonton.
Penataan lampu dengan ‘gelatine’ warna yang tidak sesuai dan tidak tepat akan
menghasilkan efek warna yang sama sekali bertentangan dengan maksud adegan.
Lampu sebeng dan lampu kaki, sebenarnya standar cahaya yang mesti dimiliki oleh
sebuah gedung teater, tetapi apakah ini lalu menjadi sebuah hal yang mustahil?
Rangkuman
Beberapa penonton secara terus terang mengatakan bahwa mereka tak dapat
menangkap apa yang diinginkan naskah. Ada juga yang kecewa karena menilai
sutradara tak dapat mempertanggungjawabkan pergelaran ini, di samping mendapat
kesan sutradara tak mampu mengarahkan aktor. Satu hal perlu dicatat adalah pergelaran
ini merupakan produksi XV, berarti dapat dikatakan kelompok teater ini telah memiliki
anggota yang cukup banyak. Pembinaan untuk kelompok teater ini sungguh penting
mengingat banyaknya jumlah produksi dan jumlah anggota.
(Sumber: dkj.or.id dengan pengubahan)
3.
Contoh Teks Ulasan Film
Film Filosofi Kopi
“Temukan Hidupmu dalam Sebuah Cangkir Kopi”
7
Orientasi
Sineas perfilman Indonesia sepertinya kian dewasa untuk memilih tema cerita yang
akan diangkat ke layar lebar. Tidak hanya mementingkan nilai komersial, tetapi juga
mulai terasa menunjukan passion dan budaya dari film tanah air. Filosofi Kopi yang
diangkat dari novel karya Dewi Lestari jadi satu pilihan yang sangat kompeten untuk
semua kriteria tersebut. Film ini tentang salah satu kedai kopi di Jakarta yang masih
dalam masa perkembangan. Kedai ini dirintis oleh dua pemuda yang bersahabat, yakni
Jody yang diperankan oleh Rio Dewanto dan Ben yang diperankan oleh Chico Jericho.
“Filosofi Kopi” adalah dua kata tepat untuk disematkan ke kedai kopi mereka.
Tafsiran 1
Bercerita tentang Ben (Chicco Jerickho) yang tergila-gila dengan kopi dan setelah
berpetualang dunia untuk mencari tahu segala hal mengenai kopi, akhirnya Ben
dibantu oleh temannya (Rio Dewanto) membuat sebuah kedai yang dinamakan Filosofi
Kopi. Nama tersebut diambil karena jenis kopi yang dipesan oleh para pengunjung
akan diberikan sebuah kartu ucapan mengenai filosofi kopi tersebut.
Sampai akhirnya datang tantangan dari pengusaha kaya yang merasa hidupnya
sempurna, dia rela memberi satu miliar bila kafe tersebut dapat membuat sebuah
kopi yang sesuai dengan hidupnya, yaitu kesempurnaan. Ben yang amat “gila” dengan
kopi berhasil menciptakan sebuah mahakaryanya, yaitu sajian kopi dengan filosofi
kesempurnaan karena rasa yang dihadirkan sangat luar biasa hingga Ben berhasil
memenangkan tantangan tersebut. Masalah mulai datang ketika bapak bernama
El datang ke kafe tersebut dan memberitahu Ben kalau kopi yang diberikan dengan
tagline sempurna itu masih kalah dengan kopi yang pernah dirasakannya di sebuah
desa kecil. Ben langsung penasaran seperti apa kopi tiwus yang dibilang bisa
mengalahkan mahakaryanya itu dan mengajak Jody untuk berpetualang mencari.
Masalah yang dianggap sepele oleh Jody ini justru akan mengancam persahabatan
dan kelangsungan kafe Filosofi Kopi mereka.
Evaluasi
Alur cerita Filosofi Kopi dalam film, berkesan sederhana tapi menyampaikan banyak
hal. Terutama jika Anda pecinta kopi, film ini akan punya nilai tersendiri untuk Anda.
Bagaimana secangkir kopi dibuat kemudian menceritakan berbagai momen dengan
kesan berbeda bagi tiap penikmatnya. Mungkin film ini berubah menjadi terasa
membosankan jika penontonnya sendiri tidak terlalu tertarik dengan dunia kopi,
tetapi tetap masih ada nilai lain yang ditawarkan seperti pesan moral kekeluargaan,
persahabatan, kesederhanaan, dan lain-lain.
8
Filosofi tidak hanya mendewasakan film itu sendiri, tetapi juga para audience-nya. Kita
tahu penonton tanah air secara mayoritas masih kurang begitu suka dengan adegan
banyak dialog dan plot flashback yang memaksa penonton mengambil kesimpulan
dari keseluruhan tayangan. Justru Filosofi Kopi melatih kita untuk memahami bahwa
drama tak selamanya membosankan, tetapi justru nilai tertinggi dalam film.
Akting para pemeran dalam film ini sudah sangat tidak diragukan. Persiapan yang
dilakukan oleh masing-masing pemeran film ini sangat keren. Mereka benar-benar
belajar meracik secangkir kopi dan menikmati filosofi di balik secangkir kopi itu.
Rangkuman
Adakah yang saya sayangkan secara peran dalam film ini? Tidak ada. Jika Anda adalah
penggila atau penikmat kopi, film besutan Angga Dwimas Sasongko ini merupakan
film yang sangat recommended buat para coffee lovers.
(Sumber: classicroastcoffe.blogspot.co.id)
C. Ciri Kebahasaan Teks Ulasan Drama dan Film
1. Istilah Drama dan Film
Teks ulasan drama dan film di dalamnya menggunakan istilah-istlah di bidang drama
dan film. Istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan
makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas di bidang tertentu. Contoh istilah
yang terdapat pada teks ulasan di atas.
Istilah
Arti
teater
pementasan drama sebagai suatu seni atau profesi, seni drama,
sandiwara, drama.
sutradara
orang yang memberi pengarahan dan bertanggung jawab
atas masalah artistik dan teknis dalam pementasan drama,
pembuatan film, dan sebagainya.
aktor
pria yang berperan sebagai pelaku di pementasan cerita, drama
di atas panggung, radio, televisi, atau film.
dramaturgi
keahlian dan teknik penyusunan karya dramatik.
teater naskah realis
sebuah teater yang menampilkan naskah-naskah realis
stage manager
orang yang bertanggung jawab terhadap penataan panggung
dalam pementasan drama.
9
Istilah
2.
Arti
artistic director
orang yang bertanggung jawab terhadap kostum, tata cahaya,
tata suara dalam pementasan panggung.
music director
orang yang bertanggung jawab terhadap tata musik, sound effect.
blocking
kondisi penentuan di mana pemain teater hendak berpindahpindah posisi di panggung, sedangkan dalam film blocking
juga dibantu oleh pencahayaan dan sudut kamera.
adegan
bagian babak dalam pementasan drama atau film.
ekspresi
pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang.
kostum
pakaian khusus untuk pertunjukkan.
sineas perfilman
orang yang ahli tentang cara dan teknik pembuatan film.
layar lebar
nama lain untuk film yang khusus ditayangkan di gedung bioskop.
alur cerita
rangkaian peristiwa-peristiwa dalam cerita .
plot flashback
alur cerita yang mengisahkan peristiwa masa lalu.
peran
pemain sandiwara atau film.
Adjektiva
Teks ulasan drama dan film pada bagian interpretasi dan evaluasi sering menggunakan
adjektiva untuk mendeskripsikan objek yang diulas. Adjetiva adalah kata yang
menerangkan keadaan, sifat, watak, tabiat suatu benda. Ciri adjektiva memberikan
jawaban atas pertanyaan bagaimana atau dalam keadaan apa. Adjektiva dapat diperluas
dengan kata sangat... atau ... sekali.
Contoh:
•
Drama ini sangat tidak hanya menarik bagi teater pemula, tetapi juga untuk
grup teater yang serius mengingat dramaturgi naskah yang cukup menantang
dalam pelakonannya.
•
Seorang aktor dalam melakonkan “teater naskah realis” mau tak mau, suka tak suka,
menyandarkan diri pada setiap ‘teks’ yang ada.
•
Pada bagian akhir kelemahan sutradara yang tak dapat menampilkan drama yang
sesungguhnya tidak hanya menjadi masalah sutradara, tetapi juga aktor akan
membuat penonton kecewa.
10
3.
•
Penghayatan secara internal tak dapat dipisahkan dengan keterampilan tubuh yang
luwes dan suara yang dapat mencapai relung-relung hati dan pikiran penonton.
•
Sampai akhirnya datang tantangan dari pengusaha kaya yang merasa hidupnya
sempurna.
•
Ben yang amat “gila” dengan kopi berhasil menciptakan sebuah mahakaryanya,
yaitu sajian kopi dengan filosofi kesempurnaan.
•
Alur cerita Filosofi Kopi dalam film, berkesan sederhana, tetapi menyampaikan
banyak hal.
•
Mungkin film ini berubah menjadi terasa membosankan jika penontonnya sendiri
tidak terlalu tertarik dengan dunia kopi, tetapi tetap masih ada nilai lain yang
ditawarkan seperti pesan moral kekeluargaan, persahabatan, kesederhanaan,
dan lain-lain.
Kalimat persuasif
Teks ulasan drama dan film menggunakan kalimat persuasif terutama bagian rangkuman/
simpulan. Kalimat persuasif adalah kalimat yang mengimbau atau mengajak orang lain.
Contoh:
4.
•
Jika Anda adalah penggila atau penikmat kopi, film besutan Angga Dwimas Sasongko
ini merupakan film yang sangat recommended buat para coffee lovers.
•
Justru Filosofi Kopi melatih kita untuk memahami bahwa drama tak selamanya
membosankan, tetapi justru nilai tertinggi dalam film.
Preposisi Perbandingan
Preposisi merupakan kata yang posisinya di depan nomina, adjektiva, atau adverbial dan
secara semantis menyatakan hubungan makna. Teks ulasan drama dan film di dalamnya
terdapat preposisi perbandingan seperti daripada, sebagaimana, demikian halnya, berbeda
dengan, seperti, seperti halnya, dan serupa dengan.
Contoh:
•
Sineas perfilman Indonesia sepertinya kian dewasa untuk memilih tema cerita yang
akan diangkat ke layar lebar.
•
Ben langsung penasaran seperti apa kopi tiwus yang dibilang bisa mengalahkan
mahakaryanya itu dan mengajak Jody untuk berpetualang mencarinya.
•
Aktor Teater Cermin, saya pikir, masih lebih perlu menghadapi penonton
ketimbang membelakanginya.
11
5.
Verba Relasional
Verba relasional adalah verba yang berfungsi membentuk predikat nomina (kata-kata
kopulatif ) dan dapat juga membantu memperjelas predikat (kata kerja bantu).
a.
Kopulatif seperti bernama, disebut, jadi, menjadi, merupakan, adalah, ialah, yaitu,
dan yakni.
b.
Kata bantu seperti pasti, harus, perlu, wajib, jadi, mungkin, boleh, harap, bisa, hendak,
ingin, mau, akan, dapat, bisa, dan ada.
Contoh:
•
Suara-suara mati itu sendiri adalah simbol dari suara-suara (anak mereka yang sudah
mati, juga dari kesetiaan dan pergumulan pikiran dan perasaan di antara mereka
sendiri).
•
Mungkin film ini berubah menjadi terasa membosankan jika penontonnya sendiri
tidak terlalu tertarik dengan dunia kopi, tetapi tetap masih ada nilai lain yang
ditawarkan seperti pesan moral kekeluargaan, persahabatan, kesederhanaan, dan
lain-lain.
•
Nama tersebut diambil karena jenis kopi yang dipesan oleh para pengunjung akan
diberikan sebuah kartu ucapan mengenai filosofi kopi tersebut.
LATIHAN SOAL
Bacalah teks ulasan drama di bawah ini dengan cermat untuk menjawab soal nomor 1 – 3.
Penghayatan secara internal tak dapat dipisahkan dengan keterampilan tubuh yang luwes dan
suara yang dapat mencapai relung-relung hati dan pikiran penonton. Lisa telah menunjukkan
bakat yang cukup untuk ini, kendati memang beberapa masalah teknis seperti blocking dan
suara (intonasi, pitch) masih perlu dilatih lebih baik lagi.
1.
Potongan teks ulasan tersebut merupakan bagian dari struktur teks ulasan drama,
yaitu ….
A. orientasi
B. interpretasi
C. evaluasi
D. rangkuman
E. simpulan
12
2.
Teks ulasan drama di atas yang merupakan keunggulan dari pemain (Lisa) adalah ….
A. Blocking dan suara Lisa dalam beradegan sudah bagus dan tidak perlu dilatih lagi.
B. Penghayatan secara internal, keterampilan tubuh yang luwes, dan suara yang dapat
mencapai relung-relung hati dan pikiran penonton sudah cukup dimiliki Lisa.
C. Masalah-masalah teknis dalam adegan Lisa masih bermasalah terutama intonasi
perlu dilatih lebih baik lagi.
D. Suara yang baik bagi pemain adalah dapat mencapai relung-relung hati penonton
dan hal ini sudah sangat baik dilakukan Lisa.
E. Penghayatan internal dari dalam hati harus dilakukan oleh para pemain drama dan
Lisa sudah sangat mahir melakukannya.
3.
Arti istilah blocking dalam drama dan film yang tepat adalah ….
A. pandangan air muka yang memperlihatkan perasaan seseorang
B. bagian babak dalam pementasan drama atau film
C. rangkaian peristiwa-peristiwa dalam cerita
D. kondisi penentuan pemain teater hendak berpindah-pindah posisi di panggung
E. keahlian dan teknik penyusunan karya dramatik
Bacalah dengan saksama penggalan teks ulasan drama ini untuk menjawab soal nomor 4 – 6.
(1) Drama pendek ini bercerita tentang “persahabatan yang jarang terjadi, sudah merupakan tri
tunggal” antara seorang suami yang lumpuh dengan istri dan sahabatnya. (2) Teks naskah ini
saja dapat mengundang diskusi misalnya bagaimana dengan tata bahasa dan terjemahan dari
bahasa aslinya ke bahasa Indonesia. (3) Suara-suara mati itu sendiri adalah simbol dari suarasuara (anak mereka yang sudah mati, juga dari kesetiaan, pergumulan pikiran, dan perasaan di
antara mereka sendiri).
4.
Penggalan teks ulasan tersebut merupakan bagian dari struktur teks ulasan drama,
yaitu ….
A. orientasi
B. interpretasi
C. evaluasi
D. rangkuman
E. simpulan
5.
Penafsiran penulis teks ulasan drama terhadap Suara-Suara Mati dalam penggalan teks
tersebut adalah ….
A. simbol suara-suara tokoh suami yang lumpuh, istri, dan sahabatnya yang sudah mati
B. simbol hanya dari suara-suara anak mereka yang sudah mati saja
13
C.
simbol hanya dari suara-suara kesetiaan dan pergumulan pikiran dan perasaan di
antara mereka sendiri saja.
D. simbol dari suara-suara anak mereka yang sudah mati juga dari kesetiaan, pergumulan
pikiran, dan perasaan di antara mereka sendiri
E. simbol suara-suara tri tunggal dari tiga tokoh yang sudah mati
6.
Pada penggalan teks ulasan drama tersebut, verba kopulatif terdapat pada kalimat ….
A. (1) dan (2)
B. (2) dan (3)
C. (1) dan (3)
D. (1), (2), dan (3)
E. (3) saja
Bacalah penggalan teks ulasan film di bawah ini untuk menjawab soal nomor 7 dan 8.
Hal terpenting dari semua ini, bentuk penuturan Sokola Rimba memberi kesempatan kepada
kita untuk tidak hanya mengenal Butet, tetapi juga para Orang Rimba. Suara mereka mendapat
tempat dalam film, dalam posisi yang krusial pula. Dari awal kita mendengar narasi suara Butet
menjelaskan pandangannya, apa yang dia temui sepanjang berinteraksi dengan Orang Rimba,
dan apa yang ia pelajari selama mengajar mereka baca tulis. Sepanjang film, kita melihat
mereka belajar mengenal aksara dan pada akhirnya mereka “bersuara”. Puitis sekali. Film ini
perlu ditonton oleh pengamat pendidikan dan siapa pun yang peduli dengan pendidikan.
7.
Penggalan teks ulasan film tersebut merupakan bagian dari struktur teks ulasan film,
yaitu ….
A. orientasi
B. interpretasi
C. sinopsis
D. evaluasi
E. rangkuman
8.
Kalimat persuasif yang terdapat pada penggalan teks ulasan tersebut adalah ….
A. Sepanjang film, kita melihat mereka belajar mengenal aksara dan pada akhirnya
mereka “bersuara”.
B. Film ini perlu ditonton oleh pengamat pendidikan dan siapa pun yang peduli dengan
pendidikan.
C. Hal terpenting dari semua ini, bentuk penuturan Sokola Rimba memberi kesempatan
kepada kita untuk tidak hanya mengenal Butet, tetapi juga para Orang Rimba.
14
D. Dari awal kita mendengar narasi suara Butet menjelaskan pandangannya, apa yang
dia temui sepanjang berinteraksi dengan Orang Rimba, dan apa yang ia pelajari
selama mengajar mereka baca tulis.
E. Suara mereka mendapat tempat dalam film, dalam posisi yang krusial pula.
9.
Berikut ini merupakan tujuan membuat teks ulasan film, yaitu ….
A. mengajak penikmat film untuk mendiskusikan film-film berkualitas
B. memberikan informasi dan pemahaman yang menyeluruh mengenai pembiayaan
untuk pembuatan film
C. mempromosikan agar film yang diulas ditonton masyarakat
D. memberikan masukan kepada calon penonton untuk pertimbangan perlu atau
tidaknya menonton film
E. menjelaskan bagaimana pembuatan film mulai dari skenario sampai dengan
produksi
10.
Penggambaran pendidikan dalam Sokola Rimba yang kerap absen dalam sinema Indonesia
belakangan ini. Semenjak Laskar Pelangi pada 2008 (yang kebetulan juga disutradarai
Riri Riza), film-film bioskop kita giat menyiarkan iming-iming luar biasa yang menanti
seseorang di ujung jenjang pendidikan—baik itu kekayaan maupun kesempatan ke luar
negeri. Gambaran iming-iming semacam itu tertuturkan dalam Negeri 5 Menara, Semesta
Mendukung, hingga 9 Summers 10 Autumns.
Pernyataan yang tidak sesuai dengan penggalan teks ulasan film tersebut adalah ….
A. Film Sokola Rimba dan Laskar Pelangi disutradarai oleh Riri Riza.
B. Penggalan teks tersebut merupakan bagian orientasi pada struktur teks ulasan karena
memperkenalkan film Sokola Rimba dan film-film yang bertema sama.
C. Penggalan teks tersebut merupakan bagian interpretasi dari struktur teks ulasan film
karena ada perbandingan film Sokola Rimba dengan film yang bertema sama.
D. Film Negeri 5 Menara merupakan film yang memberikan iming-iming luar biasa yang
menanti seseorang di ujung jenjang pendidikan—baik itu kekakayaan maupun
kesempatan ke luar negeri.
E. Penggambaran pendidikan dalam Sokola Rimba kerap absen dalam sinema Indonesia
belakangan ini.
15
Download