BAB II PEMBAHASAN 2.1. Metode Seismik Refraksi Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui penampang struktur bawah permukaan, merupakan salah satu metode untuk memberikan tambahan informasi yang diharapkan dapat menunjang penelitian lainnya. Metode ini mencoba menentukan kecepatan gelombang seismik yang menjalar di bawah permukaan. Metode seismik refraksi didasarkan pada sifat penjalaran gelombang yang mengalami refraksi dengan sudut kritis tertentu yaitu bila dalam perambatannya, gelombang tersebut melalui bidang batas yang memisahkan suatu lapisan dengan lapisan yang di bawahnya yang mempunyai kecepatan gelombang lebih besar. Parameter yang diamati adalah karakteristik waktu tiba gelombang pada masing-masing geophone. Ada beberapa metode interpretasi dasar yang bisa digunakan dalam metode seismik refraksi, antara lain metode waktu tunda, metode Intercept Time, dan metode rekonstruksi muka gelombang (Raharjo, 2002). Pada perkembangan lebih lanjut, dikenal beberapa metode lain yang digunakan untuk menginterpretasikan bentuk topografi dari suatu bidang batas, antara lain metode Time Plus Minus, metode Hagiwara dan Matsuda, dan metode Reciprocal Hawkins. Untuk sistem perlapisan yang cukup homogen dan relatif rata, metode Intercept Time mampu memberikan hasil yang memadai atau yang dapat diartikan dengan kesalahan relatif kecil (Sismanto, 1999). Metode seismik dikategorikan ke dalam dua bagian yaitu seismik refraksi (seismik bias) dan seismik refleksi (seismik pantul). Dalam penulisan ini metode yang dibahas hanya sebatas metode seismik refraksi. Dalam metode seismik refraksi, yang diukur adalah waktu tempuh dari gelombang dari sumber menuju geophone. Dari bentuk kurva waktu tempuh terhadap jarak, dapat ditafsirkan kondisi batuan di daerah penelitian. Keterbatasan metode ini adalah tidak dapat dipergunakan pada daerah dengan kondisi geologi yang terlalu kompleks. Metode ini telah dipergunakan untuk mendeteksi perlapisan dangkal dan hasilnya cukup memuaskan. Menurut Sismanto (1999), asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk penelitian perlapisan dangkal adalah: 1. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan gelombang seismik dengan kecepatan yang berbedabeda. 2. Semakin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin kompak. 3. Panjang gelombang seismik lebih kecil daripada ketebalan lapisan bumi. 4. Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga mematuhi hukum – hukum dasar lintasan sinar. 5. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan kecepatan pada lapisan dibawahnya. 6. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman. 2.2. Inversi Impedansi Akustik Inversi impedansi akustik merupakan suatu proses untuk mengubah trace seismik menjadi trace impedansi akustik semu pada tiap Common Mid Point (CMP). Permasalahan yang sering dihadapi dalam proses inversi yaitu tidak adanya komponen frekuensi rendah dari data seismik sehingga akan menyebabkan lebar pita (bandwidth) frekuensi hasil inversi tidak mencakup nilai keseluruhan data lapangan. Metode inversi constraint sparse-spike in eigenvalue basis menyertakan constraint sebagai pengisi komponen frekuensi rendah dan pembatasan nilai impedansi akustik berdasarkan nilai log sumur. Penurunan porositas batuan reservoir dari impedansi akustik berdasarkan hubungan linear antara porositas dengan impedansi akustik telah dilakukan antara lain oleh Buxton dkk., Pendrel dan Riel. Penurunan tersebut mampumemberikan informasi porositas reservoir dari data seismik untuk karakterisasi reservoir. 2.3. Analisis Inversi Setelah mendapatkan data seismik, data kemudian diolah dengan analisis inversi. Dalam analisis invrsi digunakan dua metode yaitu metode Inversi Maximum Likelihood Sparse Spike dan Inversi Berbasis Model. Inversi berbasis model adalah inversi yang dilakukan dengan membuat model geologi dan membandingkannya dengan data rill seismik. Sedangkan setode Sparse Spike merupakan metode yang mengasumsikan bahwa reflesivitas yang sebenarnya dapat diasumsikan sebagai spike besaryang bertumpukan dengan spike kecil sebagai background. Proses analisis inversi Maximum Likelihood Sparse Spike akan menghasilkan data 2D yang menunjukan kuat lemahnya inpedansi suatu lapisan. Lapisan batubara akan memiliki impedansi yang rendah sehingga dapat terlihat jelas block dari lapisan batubara yang merupakan reservoar dari coal bed methane. Pada inversi berbasis model akan didapat hasil yang lebih jelas dibanding dengan metode sebelumnya dan didapat nilai korelasi yang lebih tinggi. Setelah semua data didapat yang dilakukan selanjutnya adalah analisis porositas dengan masih menggunakan metode inversi berbasis model.dari analisis ini akan didapat hasil berupa estimasi porositas dimana biasanya lapisan batubara yang merupakan reservoar dari coal bed methane memiliki porositas yang tinggi, sebesar 35-45%, lebih tinggi dari porositas batuan sand stone yang memiliki nilai porositas 5-10%. Porositas yang tinngi juga menyebabkan impedansi akustik lapisan menjadi rendah. Pemanfaatan Metode Geofisika Seismik Refleksi dan Inversi Impedansi Akustik dalam Eksplorasi Reservoar Coal Bed Metane BAB III KESIMPULAN Dari pembahasan mengenai metode seismik refleksi dan inversi impedansi akustik dalam eksplorasi reservoar CBM dapat disimpulkan bahwa: 1. Inversi impedansi akustik dapat memprediksi distribusi lapisan batubara yang baik, sehingga informasi mengenaikedalaman lapisan batubara dan juga ketebalannya sehingga dapat mengetahui dan memisahkan antara lapisan reservoar dan non-reservoar. 2. Reservoar coal bed methane berupa lapisan batubara yang memiliki nilai porositas yang sangat tinggi, berkisar antara 35%-45%. 3. Nilai porositas yang tinggi akan menyebabkan nilai impedansi akustik lapisan menjadi rendah. DAFTAR PUSATAKA Adyendra, Gemmy, (2011), Pemodelan Impedansi Akustik untuk Karakterisasi Reservoar Coalbed Methane pada Daerah X, Riau, Universitas Indonesia, Depok. Ibrahim, Eddy, (2013), Peranan Metode Geofisika Dalam Eksplorasi Gas Metana Batubara (Coalbed Methane), Universitas Sriwijaya, Palembang. Kartika, Arista Uniek, G. Yulianto, dan U. Harmoko, (2007), Penentuan Struktur Bawah Permukaan dengan Menggunakan Metode Seismik Refraksi di Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Universitas Diponegoro, Semarang.