EKONOMI 2011 MENUNJUKAN PERKEMBANGAN YANG POSITIF

advertisement
KEMENTERIAN
KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Gedung Djuanda I
Jalan Dr. Wahidin Raya Nomor 1
Jakarta 10710
KOlak Pos 21
Telepon
Fakslmile
Website
3449230 (20 saluran),
3453710
www.depkeu.go.id
KeteranQan Pers
EKONOMI 2011 MENUNJUKAN PERKEMBANGAN
A. Kondisi Perekonomian
•
•
YANG POSITIF
Global
Kondisi perekonomian dunia menunjukkan kecenderungan yang positif, laju
pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2011 di proyeksikan meningkat menjadi 4,4%
yang sebelumnya 4,2%. Laju pertumbuhan ekonomi dunia masih dipimpin oleh
negara-negara Emerging Market. Tingginya laju pertumbuhan ekonomi negaranegara EM didukung oleh semakin meningkatnya aliran modal masuk ke negaranegara EM pada tahun 2011 diperkirakan lebih besar dari perkiraan awal yakni
US$960 miliar (Sebelumnya diperkirakan US$833 miliar.) Peningkatan arus modal
yang masuk ini didukung oleh kondisi fundamental perekonomian EM, investor
portofolio jangka panjang, dan likuiditas global yang melimpah. Dengan
meningkatnya arus modal masuk diharapkan dapat menjadi sumber dana murah bagi
pemerintah dan perusahaan yang akan ekspansi di tahun 2011 guna menghadapi
pertumbuhan konsumsi dan meningkatnya permintaan.
Pertumbuhan ekonomi AS tahun 2010 telah tumbuh sebesar 2,9% dan yang tertinggi
sejak tahun 2005. Sejalan dengan tingginya.tingkat pertumbuhan ekonomi AS, angka
pengangguran AS turun hingga level terendah selama 2 tahun yakni sebesar 9% di
bulan Januari 2011. Sektor manufaktur yang dianggap sebagai mesin pemulihan
ekonomi telah menambahkan 49.000 lapangan pekerjaan pada Januari lalu, terbesar
sejak Agustus 1998.
•
Untuk pertama kali dalam sembiIan tahun, S&P memangkas rating kredit Jepang dari
AA menjadi AA-. Dampak dari penurunan rating tersebut, mata uang Jepang
melemah terhadap dollar AS dan Euro, serta kecemasan investor akan
terdongkraknya suku bunga pinjaman Jepang.
•
Di tengah semakin membaiknya kondisi perekonomian dunia, terdapat beberapa
tantangan, seperti kenaikan harga pangan dan peningkatan harga minyak dunia yang
diperkirakan akan memicu laju inflasi.
B. Kondisi Perekonomian
Domestik
•
Realisasi pertumbuhan PDB 2010 mencapai 6,1%, petumbuhan ini didukung oleh
peningkatan pertumbuhan pada sektor industri, sektor perdagangan, dan sektor jasa.
Ketiga sektor ini memberikan kontribusi (share to growth) terbesar terhadap
pertumbuhan PDB, yaitu sekitar 48%. Pertumbuhan PDB 2010 juga turut didukung
oleh peningkatan pertumbuhan pada sektor transportasi dan komunikasi merupakan
sektor dengan pertumbuhan tertinggi selama 10 tahun terakhir.
•
Pertumbuhan PDB Q1-2011 diperkirakan dapat mencapai 6,5%. Hal ini didukung
oleh konsumsi, investasi, dan ekspor
•
Pada pertengahan Februari 2011 Rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar AS.
Selain itu, bursa saham domestic maupun regional mengalami
pelemahan,
pelemahan terse but diakibatkan oleh tekanan inflasi.
•
Neraca Pembayaran mencatat surplus tertinggi dalam sejarah neraca pembayaran
Indonesia. NPI mencatat surplus sebesar US$30,3 miliar, jauh lebih besar dari
surplus NPI tahun sebelumnya yaitu US$12,5 miliar. Penyumbang surplus terbesar
berasal dari surplus transaksi modal dan keuangan yang tinggi mencapai US$26,2
miliar, terutama dalam bentuk arus modal masuk investasi langsung (PMA) dan
investasi portfolio. Sementara itu, transaksi berjalan mengalami surplus US$6,3
miliar, kinerja ekspor yang positif masih memberikan kontribusi peningkatan surplus
transaksi berjalan, terutama ekspor komoditas non migas (sumber daya alam) yang
tumbuh sekitar 30 persen (yoy). Neraca Modal dan Finansial mengalami kenaikan
yang tinggi sebesar US$21 miliar. Kinerja neraca pembayaran diperkirakan masih
baik, cadangan devisa dalam tahun 2011 diperkirakan mencapai US$111 ,6 miliar.
•
Inflasi bulan Januari 2011 sebesar 0,89% (mtm) atau 7,02% (yoy), dengan didorong
oleh Inflasi volatile food masih tinggi mencapai 18,25% (yoy). Inflasi bulan Februari
diperkirakan akan lebih rendah seiring telah terjadinya panen di beberapa sentra
produksi beras serta percepatan penyaluran raskin pada Januari 2011, sehingga
harga beras dalam negeri diproyeksikan turun. Mengingat besarnya bobot inflasi
beras dalam perhitungan
inflasi, penurunan
harga beras diperkirakan
akan
menurunkan tekanan inflasi Februari.
c.
Pelaksanaan
APBN per 31 Januari 2011
Berdasarkan
perkembangan
berbagai indikator ekonomi makro tahun 2011
tersebut, dan didukung oleh pelaksanaan
kebijakan
pemerintah,
baik dari sisi
pendapatan maupun dari sisi belanja, maka kinerja realisasi APBN per 31 Januari
2011 masih sesuai dengan target yang diharapkan.
•
•
•
•
Defisit anggaran per 31 Januari 2011 mencapai Rp6,3 triliun, karena disebabkan oleh
tingginya realisasi belanja negara yang mencapai 5,4 persen dari pagu APBN 2011.
Realisasi Pendapatan negara dan hibah mencapai Rp60,6 triliun, meningkat 8,3%
dari tahun lalu, dengan pencapaian 5,5% dari APBN 2011. Kontribusi terbesar
berasal dari penerimaan perpajakan yang mencapai Rp53,5 triliun atau 6,3% dari
APBN 2011, meningkat
11,2% dari tahun lalu. Hal ini terutama dipengaruhi oleh
meningkatnya penerimaan PPh nonmigas yang tumbuh 32,1% hingga mencapai
Rp25,1 triliun didukung oleh membaiknya
kondisi ekonomi makro. Selain itu
peningkatan penerimaan perpajakan juga didukung oleh meningkatnya penerimaan
bea keluar yang dipengaruhi oleh tingginya harga CPO di pasar internasional.
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp7,1 triliun atau 2,8%
dari target APBN 2011, didominasi oleh penerimaan yang bersumber dari SDA migas
sebesar Rp2,6 triliun, SDA nonmigas sebesar Rp1,8 triliun dan PNBP lainnya
sebesar Rp2,6 triliun.
Realisasi Belanja Negara mencapai Rp66,9 triliun atau 5,4% dari APBN 2011, yang
didukung oleh realisasi Belanja Pusat mencapai Rp25,2 triliun atau 3,0% dari APBN
2011 dan Transfer ke Daerah Rp41, 7 triliun atau 10,6% dari APBN 2011. Realisasi
2
belanja pusat didominasi oleh Belanja pegawai Rp13,8 triliun atau 7,7% dari APBN
2011 dan Belanja pembayaran bunga utang Rp9,9 triliun atau 8,6% dari APBN 2011.
Sedangkan realisasi transfer ke daerah didominasi oleh DAU yang mencapai Rp37,6
triliun atau 16,7% dari APBN 2011 dan Dana Otsus dan Penyesuaian yang mencapai
Rp4,1 triliun atau 6,9% dari APBN 2011 .
•
Realisasi Pembiayaan mencapai Rp8,5 triliun atau 6,8% dari APBN 2011 yang terdiri
dari Pembiayaan Dalam Negeri sebesar Rp11, 1 triliun atau 8,8% dari APBN 2011
dan Pembiayaan Luar negeri sebesar negative Rp2,6 triliun.
(Sumber: Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan)
3
Download