11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah kegiatan yang terkait dengan perdagangan
antara suatu tempat dengan tempat lain dan melewati batas-batas negara, bersifat
interdependensi dengan menerapkan aturan tradisional, bilateral, regional maupun
yang telah disepakati secara internasional melalui perjanjian atau dalam keanggotaan
dalam suatu institusi global. Menurut teori Adam Smith dalam “The Wealth of
Nations” (2005 : 53), bahwa produksi manufaktur yang dihasilkan sepanjang tahun
akan dilempar kepasar, sesuai dengan permintaan, menciptakan teori fundamental
yang digunakan oleh pakar ekonomi dan dikembangkan menjadi banyak model, dan
dikenal sebagai teori “supply and demand”.
Teori
Adam Smith keuntungan absolut menyatakan bahwa keuntungan
absolut merupakan basis perdagangan internasional suatu negara. Teori Adam
Smith membukakan jalan bagi teori-teori baru lainnya di era moderen, seperti teori
keuntungan komparatif oleh David Ricardo dan teori Hecksher-Ohlin. Teori
Ricardian menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah teori tentang nilai
atau value, dimana nilai atau value suatu barang tergantung dari banyaknya tenaga
kerja yang dicurahkan untuk memproduksi barang tersebut ( labour cost value
theory). Perdagangan antar negara akan timbul apabila masing-masing negara
memiliki comparative cost terkecil. Comparative cost timbul karena adanya
perbedaan teknologi antar negara (Basri & Munandar, 2010 : 35)
Teori Heckscher-Ohlin menjelaskan bahwa perbedaan dalam opportunity cost
suatu negara dengan negara lain karena adanya perbedaan dalam jumlah faktor
produksi yang dimilikinya. Suatu negara memiliki tenaga kerja daripada negara lain
sedang negara lain memiliki kapital lebih banyak daripada negara tersebut sehingga
dapat menyebabkan terjadinya pertukaran (Nopirin, 2000 : 7). Volume ekspor suatu
komoditas tertentu dari suatu negara ke negara lain merupakan selisih antara
penawaran domestik dan permintaan domestik yang disebut sebagai kelebihan
penawaran (excess supply). Kelebihan penawaran dari negara tersebut merupakan
permintaan impor bagi negara lain atau merupakan kelebihan permintaan (excess
11
12
demand ). Faktor-faktor pasar dunia seperti harga komoditas dan komoditas
substitusinya di pasar internasional serta hal-hal yang dapat mempengaruhi harga
baik langsung maupun tidak langsung mempengaruhi ekspor.
2.1.2 Ekspor
Ekspor adalah kegiatan penjualan atau pengiriman barang, jasa atau modal
yang berasal dari daerah pabean ke luar daerah pabean melalui perjanjian atau tidak,
yang dilakukan oleh orang, badan hukum dan negara, sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
2.1.3 Jenis Praktek Ekspor
a. Ekspor langsung merupakan kegiatan dimana terdapat 2 pihak yaitu di satu
sisi adalah konsumen atau pembeli yang berkeinginan untuk membeli barang
langsung dari tempat asal barang, sedangkan sisi lain adalah sebagai penjual.
Pelaksanaan ekspor langsung, biasanya dilakukan dengan cara mengirimkan
barang beserta dokumen pelindungnya ke pembeli.
b. Ekspor tidak langsung, dilakukan oleh pihak ketiga, yang disebabkan
beberapa hal yang melatarbelakangi, seperti lokasi pasar, ketersediaan sarana
dan prasarana (telekomunikasi, perbakan, transportasi) serta networking.
Barang-barang yang diekspor dapat merupakan barang setengah jadi dan
selanjutnya diolah atau barang jadi yang memerlukan pengemasan dan
labeling lebih lanjut sebelum dikirimkan ke negara pembeli.
c. Re-ekspor adalah kegiatan yang dilakukan oleh eksportir untuk mengekspor
barang-barang yang telah dipesan/dibeli dan sampai di pelabuhan tujuan. Halhal dilakukan dalam kegiatan re-ekspor adalah bahwa barang yang telah
tiba/dikirim tidak sesuai dengan pesanan atau adanya cacat yang mengganggu
kepemilikan atau penggunaan barang, adanya peraturan baru yang melarang
atau membatasi importasi barang tersebut.
d. Diekspor kembali suatu kegiatan yang dilakukan oleh eksportir dengan
menggunakan fasilitas impor sementara dan mendapatkan penangguhan
pembayaran bea masuk dan pajak dalam rangka ekspor. Ekspor sementara ini
digunakan terutama mendorong investasi dan meningkatkan mutu komoditi
ekspor dalam persaingan bebas.
13
2.1.4 Eksportir Dipandang dari Fungsinya
a. Eksportir produsen, merupakan perusahaan yang memproduksi barangbarang untuk diekspor. Produsen eksportir tidak menggunakan jasa perantara
yaitu perdagangan ekspor. Perusahaan yang bisa berperan sebagai produsen
eksportir merupakan perusahaan besar atau berskala internasional. Eksportir
ini dapat mengolah bahan baku menjadi barang jadi, yang bahannya dibeli
dari dalam negeri, kawasan berikat atau dengan cara mengimpor sendiri.
b. Eksportir terdaftar adalah perusahaan atau perorangan yang telah mendapat
pengakuan dari menteri perindustrian dan perdagangan untuk mengekspor
barang tertentu sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Pedagang ekspor, merupakan orang atau badan hukum yang diberi izin oleh
pemerintah untuk melakukan kegiatan ekspor, setelah memiliki izin
berbentuk surat pengakuan eksportir disertai dengan angka pengenal ekspor
(APE).
2.1.5 Kegiatan Ekspor
Gambar 2.1 Prosedur Ekspor
Sumber:(http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/94-flowchart-besar
kegiatan-ekspor)
14
2.1.6 Aneka Cara Ekspor
Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat ditempuh beberapa cara
antara lain sebagai berikut:
a. Ekspor Biasa
Dalam hal ini barang dikirim keluar negeri sesuai dengan peraturan umum
yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli diluar negeri untuk memenuhi
suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar
negeri. Sesuai dengan peraturan devisa yang berlaku maka hasil devisa yang
diperoleh dari ekspor ini dapat dijual kepada Bank Indonesia, sedangkan
eksportir menerima pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai dengan
penetapan nilai lawan valuta asing yang ditentukan dalam bursa valuta, atau
dapat juga dipakai sendiri oleh eksportir.
b. Barter
Yang dimaksud dengan barter adalah pengiriman barang-barang ke luar
negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang yang dibutuhkan dalam
negeri. Dalam hal ini berarti pengirim barang, tidak menerima pembayaran
dalam mata asing, tapi dalam bentuk barang yang dapat dijual didalam negeri
untuk mendapatkan kembali pembayaran dalam mata uang rupiah. Kalau kita
mempelajari sejarah masyarakat primitif ataupun masyarakat suku terasing,
maka kebanyakan cara yang mereka tempuh dalam memenuhi kebutuhannya
adalah dengan cara “tukar menukar” apa yang dipunyainya (diproduksinya)
dengan barang apa yang dimiliki tetangganya. Seseorang yang memiliki
seekor ayam namun membutuhkan sebuah kelapa, dapat menukarkan
ayamnya dengan tetangga yang kebetulan memiliki kelapa. Pertukaran dalam
bentuk natural ini disebut barter. Sistem barter yang sudah sangat usang ini
masih diteruskan dalam pergaulan antara bangsa dalam jaman modern dan
dikenal dengan aneka istilah seperti:
• Direct Barter
Yang dimaksud dengan direct barter atau barter langsung merupakan
sistem pertukaran barang dengan barang dengan mempergunakan alat
penentu nilai atau lazim pula disebut dengan denominator of value
suatu mata uang asing seperti dollar amerika dan penyelesaian
dilakukan melalui clearing pada neraca perdagangan antara kedua
negara yang bersangkutan. Sistem direct barter ini banyak
15
dikembangkan
untuk
menampung
kegiatan
perdagangan
internasional antara negara-negara sosialis dengan negara idustri
barat. Transaksi direct barter ini biasanya dilakukan memalui bank
yang mempunyai staff ahli yang bergiat dalam perdagangan barter
ini.
• Switch Barter
Switch barter atau barter ahli adalah bilamana salah satu pihak tidak
mungkin memanfaatkan sendiri barang yang diterimanya dari
pertukaran itu, maka negara pengimpor itu dapat mengalihkan barang
tersebut ke negara ketiga yang membutuhkan. Sebagai contoh
misalnya Rusia mengirim mesin pabrik baja ke India, dan India akan
membayarnya dengan mengirim teh atau karung goni ke Rusia. Oleh
karena itu Rusia tidak membutuhkan teh dan karung goni, maka
Rusia dapat mengalihkan pengapalan teh ini ke pasar london dengan
harga (lazimnya) lebih murah dibandingkan dengan teh atau karung
goni yang diekspor langsung dari India ke london. Dengan switch
trade semacam ini maka yang gawat adalah india karena teh india
akan bersaing dengan teh india di pasaran london.
• Counter Purchase
Counter Purchase atau imbal beli atau lazim juga disebut counter
trade adalah suatu sistem perdagangan timbal balik antar dua negara.
Suatu negara yang menjual suatu produk kepada negara lain harus
membeli pula suatu produk negara tersebut atau dengan mengaitkan
ekspor dengan impor. Perdagangan jenis ini dikenal sebagai counter
purchase frame agreement. Dengan paket ekspor 1982, Indonesia
sudah mencoba sistem imbal beli ini untuk mendorong ekspor non
migas, namun prakteknya menurut hemat kami akan menjurus pada
switch barter yang akan merugikan pihak Indonesia, kecuali sistem
ini memang sengaja dipakai sebagai alat untu mengurangi impor,
karena cadangan devisa yang mulai menipis.
• Buy-back barter
Buy-back barter atau barter beli kembali adalah suatu sistem
penerapan ahli teknologi dari suatu negara maju kepada negara
berkembang dengan cara membantu menciptakan kapasitas produksi
16
di negara berkembang, yang nantinya hasil produksinya ditampung
atau dibeli kembali oleh negara maju. Misalnya pengusaha jepang
membantu pengusaha Indonesia mendirikan pabrik tekstil di
indonesia dengan teknologi (Technical Know How) dari Jepang
dengan perjanjian bahwa tekstil yang dihasilkan pabrik tersebut, akan
diekspor ke Jepang. Jadi dalam hal ini Indonesia mengimpor
teknologi dan mengeskpor tekstil ke Jepang yang tentunya sesuai
dengan desain dan selera Jepang. Sistem ini cocok untuk
dikembangkan, untuk industri yang berorientasi pada ekspor.
c. Konsinyasi (Consignment)
Yang dimaksud dengan konsinyasi adalah pengiriman barang ke luar negeri
untuk dijual sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil
ekspor biasa. Barang dikirim ke luar negeri bukan untuk ditukarkan dengan
barang lain seperti dalam hal barter, dan juga bukan untuk memenuhi suatu
transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan seperti dalam hal ekspor biasa.
Tegasnya di dalam hal pengiriman barang sebagai barang konsinyasi belum
ada pembeli yang tertentu di luar negeri.
d. Package-deal
Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi kita terutama dengan negaranegara sosialis, pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan
(trade agreement) dengan salah satu negara. Pada perjanjian ditetapkan
sejumlah barang tertentu akan diekspor ke negara itu dan sebaliknya dari
negara itu akan diimpor sejumlah jenis barang yang dihasilkan dinegara
tersebut dan yang kiranya kita butuhkan. Pada prinsipnya semacam barter,
namun terdiri dari aneka komoditi.
e. Penyelundupan (Smuggling)
Di negara mana pun hampir selalu ada, baik perorangan maupun badan-badan
usaha yang hanya memikirkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri, tanpa
mengindahkan kepentingan masyarakat banyak, apalagi peraturan yang
berlaku. Perdagangan luar negeri khususnya, ada saja golongan-golongan
yang berusaha untuk meloloskan diri dari peraturan-peraturan pemerintah
yang dianggapnya merugikan kepentingannya, ataupun untuk mendapatkan
keunutngan yang sebesar-besarnya, ataupun untuk mendapatkan keuntungan
yang sebsar-sebesarnya, dengan cara yang melanggar peraturan yang berlaku.
17
Di samping itu ada pula golongan yang berusaha untuk memindahkan
kekayaan yang diperolehnya di Indonesia ke luar negeri dengan menepuh
cara yang ilegal. Adanya di satu pihak tingkat harga umum di dalam negeri
yang tinggi. Di lain pihak pemerintah menetapkan harga lawan valuta asing
yang relatif rendah, maka akibatnya ialah hasil ekspor dihitung dalam mata
uang rupiah tidak seimbang dengan biaya yang diperlukan, sehingga dengan
demikian eksportir menderita rugi. Kerugian yang disebabkan oleh
ketidakseimbangannya penerimaan dan pengeluaran, barang-barang ekspor
yang timbul sebagai akibat rupiah dinilai terlalu tinggi terhadap valuta asing,
maka hal ini disebut adanya “disparity” atau disparitas dalam perdagangan
ekspor.
Kemudian ada juga golongan yang tidak bertanggung jawab dengan sengaja
berusaha melarikan atau memindahkan kekayaan alam Indonesia ke luar
negeri. Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari suatu
negara ke negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat
dianggap sebagai usaha penyeludupan atau smuggling. Bahaya dari setiap
penyeludupan terletak adanya pelarian dari kekayaan ke luar negeri (assets
flight) tanpa mendapatkan suatu kompensasi. Hal ini berarti suatu pengurasan
atas kekayaan negara dan masyarakat. Penyeludupan dapat dibagi dalam garis
besarnya menjadi dua bagian yakni:
1. Yang seluruhnya dilakukan secara ilegal.
2. Penyeludupan administrative yang dilakukan dengan cara membonceng
pada produser yang legal.
2.1.
7
Impor
Impor adalah kegiatan ekonomi dengan mendatangkan barang dari luar
wilayah ke dalam wilayah.
2.1.8 Kebijakan Impor
Kegiatan impor di satu pihak sangat dibutuhkan oleh suatu negara untuk
memenuhi kebutuhannya, tetapi di lain pihak dapat merugikan perkembangan
industri dalam negeri. Agar tidak merugikan produk dalam negeri diperlukan adanya
kebijakan impor untuk melindungi produk dalam negeri (proteksi) dengan cara
berikut :
18
a) Pengenaan Bea Masuk
Barang impor yang masuk ke dalam negeri dikenakan bea masuk yang tinggi
sehingga harga jual barang impor menjadi mahal. Hal ini dapat mengurangi hasrat
masyarakat membeli barang impor dan produk dalam negeri dapat bersaing dengan
produk impor.
b) Kuota Impor
Kuota impor merupakan suatu kebijakan untuk membatasi jumlah barang
impor yang masuk ke dalam negeri. Dengan dibatasinya jumlah produk impor
mengakibatkan harga barang impor tetap mahal dan produk dalam negeri dapat
bersaing dan laku di pasaran.
c) Pengendalian Devisa
Dalam pengendalian devisa, jumlah devisa yang disediakan untuk membayar
barang impor dijatah dan dibatasi sehingga importir mau tidak mau juga membatasi
jumlah barang impor yang akan dibeli.
d) Substitusi Impor
Kebijakan mengadakan substitusi impor ditujukan untuk mengurangi
ketergantungan terhadap luar negeri dengan mendorong produsen dalam negeri agar
dapat membuat sendiri barang-barang yang diimpor dari luar negeri.
e) Devaluasi
Kebijakan berupa devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan
nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Misalnya: 1US$ = Rp 8.
000,00 menjadi 1USS$ = Rp 10.000,00. Dengan devaluasi dapat menyebabkan harga
barang impor menjadi lebih mahal, dihitung dengan mata uang dalam negeri,
sehingga akan mengurangi pembelian barang impor.
2.1.9 Valuta Asing
Valuta asing (valas) atau Foreign Exchange (FOREX) atau foreign currency
adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk
melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang
mempunyai catatan kurs resmi pada bank central (Hamdy, 2004 : 61).
Kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati
penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2006: 128).
Kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda,
yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.
19
Perbandingan nilai inilah yang disebut dengan kurs (exchange rate). Nilai tukar
dapat berubah-ubah, perubahannya dapat berupa depresiasi atau apresiasi. Depresiasi
mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika artinya terjadi suatu penurunan mata
uang Rupiah terhadap Dollar Amerika, depresiasi mata uang negara membuat harga
barang-barang domestik menjadi turun dan lebih murah bagi pihak luar negeri.
Sedangkan apresiasi mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika artinya terjadi suatu
kenaikan mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika, apresiasi mata uang negara
membuat harga barang-barang yang ada di negara tersebut menjadi naik dan lebih
mahal bagi pihak luar negeri (Sukirno, 2006 : 297).
Perdagangan antar negara dimana masing-masing negara mempunyai alat
tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang
dengan mata uang lainnya, yang disebut nilai turkar valuta asing atau nilai tukar
(Salvatore, 2008 : 8). Disamping berperan dalam perdagangan internasional, kurs
juga berperan dalam perdagangan valuta asing pada suatu negara ataupun antar
negara, sebab valuta asing juga merupakan komoditas yang dapat diperdagangkan.
Bagi negara yang kurang kuat nilai mata uangnya, maka valuta asing merupakan
salah satu alternatif investasi bagi masyarakat yang tinggal dinegara tersebut. Kurs
valuta asing akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran
valuta asing. Permintaan valuta asing diperlukan guna melakukan pembayaran ke
luar negeri (impor), diturunkan dari transaksi debit dalam neraca pembayaran
internasional. Suatu mata uang dikatakan kuat apa bila transaksi autonomous kredit
lebih besar dari transaksi autonomous debit (surplus neraca pembayaran), sebaliknya
dikatakan lemah apabila neraca pembayarannya mengalami defisit, atau bisa
dikatakan jika permintaan valuta asing melebihi penawaran dari valuta asing
(Nopirin, 2000 : 148).
Hard currency adalah mata uang yang berasal dari negara-negara maju yang
perekonomiannya kuat dan relatif stabil, dan biasanya mata uang tersebut sering
mengalami apresiasi (kenaikan nilai) dibandingkan dengan mata uang lainnya,
misalnya Jepang, AS, Jerman, Inggris, Perancis dan sebagainya.
Soft currency adalah mata uang yang berasal dari negara-negara yang sedang
berkembang, perekonomiannya relatif baru, sedang tumbuh dan kesatuan hitung serta
nilainya sering mengalami depresiasi (penurunan nilai), misalnya Indonesia,
Malaysia, Philipina dan sebagainya.
20
2.1.10 Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing
Berdasarkan sejarah dan perkembangannya, sistem kurs yang pernah ada dan
sedang dipraktekan adalah :
1. Sistem Kurs Tetap (FIER)
Sistem kurs tetap baik yang disetarakan oleh suatu lembaga keuangan
internasional (IMF), maupun oleh masing-masing negara sesuai dengan
kemampuan ekonominya (biasanya berdasarkan nilai dari Hard Currency)
2. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate – FER)
Yaitu sistem kurs menentukan bahwa nilai mata uang suatu negara ditentukan
oleh kekuatan permintaan dan penawaran pada pasar uang (resmi). Sistem ini
terbagi dua macam yaitu, Clean Float (mengambang murni) yaitu apabila
penentuan nilai kurs tanpa adanya campur tangan pemerintah. Dirty Float
(mengambang terkendali) yaitu campur tangan pemerintah biasanya secara
langsung masuk ke pasar uang dengan kebijakan moneter kuantitatif dan
kebijakan fiskalnya, ataupun bersifat tidak langsung seperti himbauan dan
semacamnya.
3. Sistem kurs terkait (Pegged Exchange Rate – PER)
Yaitu nilai tukar yang dikaitkan dengan nilai mata uang negara lain, atau
sejumlah mata uang tertentu. Bila kedua sistem nilai kurs yang telah
dijelaskan diatas adalah nilai kurs/tertinggi terakhir, maka sistem PER
menggunakan nilai kurs tengah mata uang tertentu yang mensyaratkan lebih
atau kurang dari kurs tengah sebesar 2,5%.
2.1.11 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing
1. Permintaan dan penawaran valas
Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, maka harga valas akan
menjadi lebih mahal dari nilai nominal – harga yang berlaku bila permintaan
melebihi jumlah yang ditawarkan, atau jumlah permintaan tetap sementara
penawaran berkurang. Sebaliknya harga valas akan menjadi lebih murah dari
harga nominal atau harga berlakunya bila permintaan sedikit sementara
penawaran banyak, atau permintaan semakin menurun meskipun jumlah
penawaran tetap.
Adapun sumber sumber permintaan untuk valuta asing :
a. Impor barang dan jasa
21
b. Ekspor modal atau transfer valas dari dalam negeri ke luar negeri
c. Ekspor barang dan jasa yang menghasilkan valas
d. Impor modal atau transfer valas dari luar negeri ke dalam negeri
Cara pasar merespon perubahan nilai kurs :
a. Mengurangi Impor
b. Mengurangi Ekspor
c. Mengurangi ekspor dan impor secara bersama-sama
2. Tingkat Inflasi
Tingginya inflasi yang terjadi pada suatu negara mengindikasikan mahalnya
harga barang-barang (tertentu) di negara tersebut. Dua negara A dan B yang
menghasilkan dan menjual barang yang sama yaitu X. Di negara A inflasi
meningkat dari periode tahun sebelumnya sementara di negara B relatif stabil.
Dalam kondisi tersebut maka harga barang X di negara A tentu saja lebih
mahal dibandingkan dengan di negara B, atau dengan kata lain harga barang
X di negara B lebih murah dibandingkan dengan di negara A, sehingga
negara A akan mengimpor barang X dari negara A. Bila ini terjadi maka
permintaan mata uang negara B akan meningkat sehingga nilainya akan naik.
Sementara itu di negara B impor barang X dari negara A menurun yang
berarti permintaan mata uang negara A menurun. Hal ini memberikan
jawaban kepada kita bahwa mata uang negara A relatif akan menjadi murah
dan nilainya akan turun/melemah terhadap mata uang negara B.
3. Tingkat bunga
Isu mengenai tingginya tingkat bunga dapat menarik para pemain uang
dengan memanfaatkan selisih nilai bunga pinjaman dan simpanan. Oleh
karena itu negara yang membutuhkan banyak mata uang asing dan berusaha
menarik peminat “petualang” uang, maka tingkat suku bunga simpanan di
negaranya dinaikan pada tingkat tertentu. Manakala jumlah mata uang asing
banyak yang masuk ke negara tersebut maka permintaan mata uang lokal
akan semakin tinggi, sehingga nilai mata uang lokal akan semakin naik,
sedangkan nilai mata uang asing tersebut akan relatif menurun.
4. Tingkat pendapatan dan produksi
Bila pada suatu periode tertentu terjadi pertumbuhan ekonomi yang relatif
pesat/tinggi yang mengindikasikan semakin tingginya tingkat pendapatan
22
masyarakat (termasuk tingkat pendapatan perkapita), maka daya beli
masyarakat akan semakin tinggi. Pada kondisi yang sama kapasitas produksi
negara tersebut tidak mampu memenui kebutuhan/permintaan masyarakatnya,
maka negara tersebut akan mengimpor dari negara lain. Semakin besar nilai
barang yang diimpor maksa akan semakin besar juga permintaan mata uang
asing tersebut, sehingga harganya relatif akan semakin naik dari harga semula
terhadap mata uang lokal.
5. Balance of payment (neraca pembayaran luar negeri)
Transaksi berjalan + neraca modal akan memperlihatkan besarnya perubahan
cadangan devisa. Bila TB > NM maka cadangan devisa berkurang sebesar
nilai minusnya. Sebaliknya bila TB < NM, maka berarti cadangan devisa
bertambah. Dari cadangan devisa yang bernilai positif akan mengindikasikan
bahwa penawaran mata uang asing lebih besar dari pada permintaannya, dan
ini akan memberikan sentimen positif kepada nilai tukar mata uang lokal,
sehingga nilainya akan semakin menguat. Sebaliknya bila nilai cadangan
devisa negatif maka ini mengindikasikan bahwa permintaan mata uang asing
tersebut lebih besar daripada penawarannya, dan ini akan memberikan
sentimen negatif hal mana permintaan mata uang asing tersebut akan semakin
tinggi sehingga nilai mata uang lokal akan semakin menurun.
6. Pengawasan pemerintah
Ada dua cara klasik yang dilakukan pemerintah dalam rangka mengawasi
nilai uangnya yaitu dengan kebijakan fiskal yaitu menaikan nilai pajak dan
mengetatkan belanja negara dan lain sebagainya agar jumlah penawaran mata
uang lokal semakin sendikit dan ini diharapkan akan berdampak pada
naiknya nilai mata uang lokal terhadap mata uang asing. Kebijakan lainnya
adalah kebijakan moneter. Kebijakan ini biasanya berupa pengetatan uang
beredar (atau sebaliknya), menaikan/menurunkan tingkat bunga dan lain
sebagainya.
7. Perkiraan
Perkiraan, terutama dari orang-orang yang dianggap berpengalaman dalam
bidang perdagangan uang dan bidang politik apabila sifatnya positif bagi
negara yang bersangkutan kemungkinan besar menyebabkan naiknya
permintaan mata uang lokal dari negara tersebut, sebaliknya bila perkiraanya
23
negatif maka akan semakin banyak permintaan mata uang asing, sehingga
nilai mata uang lokal akan semakin turun.
2.1.12 Faktor yang Dapat Merubah Nilai Tukar Mata Uang
Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan
berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu
negara yang menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena
tarik menariknya kekuatan‐kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar
(market mechanism) dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa
terjadi karena empat hal, yaitu:
a. Depresiasi (depreciation), adalah penurunan harga mata uang nasional
berbagai terhadap mata uang asing lainnya, karena tarik menariknya
kekuatan‐kekuatan supply and demand di dalam pasar (market mechanism).
b. Appresiasi (appreciation), adalah peningkatan harga mata uang nasional
terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik
menariknya kekuatan‐kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market
mechanism).
c. Devaluasi (devaluation), adalah penurunan harga mata uang nasional
terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh
pemerintah suatu negara.
d. Revaluasi (revaluation),adalah peningkatan harga mata uang nasional
terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh
pemerintah suatu negara. Secara teori ada dua sudut pandang tentang
keterkaitan antara harga saham dan nilai tukar. Di satu sisi, para pendukung
model “portfolio‐balance" meyakini bahwa harga saham mempengaruhi nilai
tukar uang secara negatif. Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan
(wealth) perusahaan dapat mempengaruhi nilai tukar uang melalui
permintaan uang. Sebagai contoh semakin tinggi harga saham akan
menyebabkan semakin tinggi permintaan uang dengan tingkat bunga yang
semakin tinggi pula, sehingga hal ini akan menarik minat investor asing
untuk menanamkan modalnya dan hasilnya terjadi apresiasi terhadap mata
uang domestik.
24
2.1.13 Inflasi
Yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum
secara terus-menerus. Sedangkan kebalikan dari inflasi adalah deflasi, yaitu
penurunan harga secara terus menerus, akibatnya daya beli masyarakat bertambah
besar, sehingga pada tahap awal barang-barang menjadi langka, akan tetapi pada
tahap berikutnya jumlah barang akan semakin banyak karena semakin berkurangnya
daya beli masyarakat, sedangkan lawan dari inflasi adalah deflasi, yaitu manakala
harga-harga secara umum turun dari periode sebelumnya (nilai inflasi minus).
Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena
secara riel tingkat pendapatannya juga menurun. Jadi misalkan besarnya inflasi pada
tahun yang bersangkutan naik sebesar 5%, sementara pendapatan tetap, maka itu
berarti secara riel pendapatan mengalami penurunan sebesar 5% yang akibatnya
secara relatif akan menurunkan daya beli sebesar 5% juga.
Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga
yang terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa (Pohan, 2008: 158). Bahkan
mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan
harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan
harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup
besar dan terus-menerus, bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000: 90). Kenaikan
sejumlah bentuk barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan
akan menyebabkan inflasi.
2.1.14 Jenis Inflasi
Menurut sifatnya, inflasi dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu (Putong, 2013
: 422) :
a. Inflasi merayap/rendah (creeping inflation) yaitu inflasi yang besarnya
kurang dari 10% pertahun.
b. Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya antara 10 – 30% pertahun.
Inflasi ini biasanya ditandai oleh naiknya harga-harga secara cepat dan relatif
besar. Angka inflasi pada kondisi ini biasanya disebut inflasi 2 digit, misalnya
15%, 20%, 30% dan sebagainya.
c. Inflasi tinggi (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30 – 100%
pertahun. Dalam kondisi ini harga-harga secara umum naik dan bahkan
menurut istilah ibu-ibu rumah tangga harga berubah.
25
Berdasarkan sebabnya
a. Demand pull inflation. Inflasi ini timbul karena adanya permintaan
keseluruhan yang tinggi disatu pihak, dipihak lain kondisi produksi telah
mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai
dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran
tetap maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus
menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan, oleh karena itu
untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru
dengan penambahan tenaga kerja baru.
b. Cost push inflation. Inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya
biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya
perusahaan, nilai tukar kurs mata uang negara yang bersangkutan
jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan
kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya
biaya produksi maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen yaitu :
pertama, langsung menaikan harga produknya dengan jumlah penawaran
yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik permintaan dan
penawaran) karena penurunan jumlah produksi.
Berdasarkan asalnya
a. Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation). Yang timbul karena
terjadinya defisit dalam pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada
anggaran belanja negara. Untuk mengatasinya biasanya pemerintah
mencetak uang baru. Selain itu harga-harga naik dikarenakan musim
paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan dan lain
sebagainya.
b. Inflasi dari luar negeri (imported inflation). Karena negara-negara yang
menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang tinggi,
dapatlah diketahui bahwa harga-harga barang dan juga ongkos produksi
relatif mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang
tersebut maka harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
26
2.1.15 Teori Inflasi
Terdapat 3 teori utama yang menerangkan mengenai inflasi yaitu (Putong, 2013 :
423) :
a. Teori Kuantitas
Kuantitas ini menyatakan bahwa proses inflasi itu terjadi karena 2 hal,
yaitu jumlah uang beredar dan psikologi (harapan) masyarakat mengenai
kenaikan harga-harga (expectations). Ada 2 hal penting dari teori Kuantitas
ini, adalah bahwa, pertama, laju inflasi terjadi jika ada penambahan volume
uang beredar. Kedua, laju inflasi oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan
harga di masa yang akan datang.
b. Teori Keynes
Teori ini menerangkan bahwa proses inflasi terjadi karena permintaan
masyarakatakan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang
tersedia. Hal ini yang disebut juga dengan inflationary gap. Inflationary gap
terjadi apabila jumlah dari permintaan-permintaan efektif dari semua
golongan tersebut, pada tingkat harga yang berlaku melebihi jumlah
maksimum dari barang-barang yang dihasilkan oleh masyarakat. Harga-harga
akan naik, karena permintaan total melebihi jumlah barang yang tersedia.
Adanya
kenaikan
harga-harga
tersebut
berarti
bahwa
kegiatan
rencana pembelian barang dari golongan-golongan tersebut tidak terpenuhi,
selanjutnya mereka akan berusaha untuk memperoleh dana yang lebih besar
lagi, baik golongan pemerintah melalui pencetakan uang baru, atau para
pengusaha swasta melalui kredit dari bank, atau pekerja kenaikan tingkat
upah yang lebih besar. Proses inflasi akan terus berlangsung selama jumlah
permintaan efektif dari semua golongan masyarakat melebihi jumlah output
yang bisa dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku.
c. Teori Strukturalis.
Teori Strukturalis lebih menekankan pada faktor-faktor struktural dari
perekonomian yang menyebabkan terjadinya inflasi, teori ini disebut juga
teori inflasi jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-faktor
struktural di sini adalah faktor-faktor yang hanya bisa berubah secara gradual
dan dalam jangka yang panjang. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran
dari struktur perekonomian negara-negara sedang berkembang. Ada dua
ketegaran yang menyebabkan inflasi, yaitu ketegaran berupa ketidak elastisan
27
dari penerimaan ekspor dan ketegaran berupa ketidak elastisan dari
penawaran bahan makanan dalam negeri. Kedua proses di atas pada
umumnya berkaitan dan memperkuat satu sama lain dalam menyebabkan
inflasi. Ketegaran yang merupakan “ketidakelastisan” dari penerimaan ekspor
ini adalah ketegaran dimana nilai dari ekspor tumbuh secara lamban
dibanding dengan pertumbuhan sektor-sektor lain. Dasar penukaran yang
makin memburuk dan penawaran barang-barang ekspor yang tidak elastis ini
akan
menyebabkan
terjadinya
kelambanan
tersebut.
Kelambanan
pertumbuhan penerimaan ekspor ini berarti kelambanan pertumbuhan
kemampuan untuk mengimpor barang-barang yang dibutuhkan. Sedangkan
bagi suatu negara untuk mencapai target pertumbuhannya mengambil
kebijaksanaan pembangunan “import substitution strategy”. Inflasi terjadi
jika proses substitusi impor ini makin meluas, sehingga menaikkan biaya
produksi ke berbagai barang, sehingga makin banyak harga-harga yang naik.
2.1.16 Efek Inflasi
Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi faktor produksi
serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity
effect, sedangkan efek terhadap alokasi faktor produksi dan pendapatan nasional
masing-masing disebut dengan efficiency dan output effects (Nopirin, 2000 : 32-34).
a. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi
ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang
memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian
juga orang yang menumpuk kekayaannya dalam bentuk uang kas akan
menderita kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang
mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang
memperoleh kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari
laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang dimana
nilainya naik dengan prosentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan
demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola
pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.
28
b. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effects)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan
ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang
yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi
beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang
tertentu mengalami kenaikan yang lebih besar dari barang lain, yang
kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi barang tertentu.
c. Efek Terhadap Output (Output Effects)
Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya
dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan
upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan
mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi
(hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan
output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilai uang riil turun dengan
drastis, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, ransaksi mengarah
ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara
inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa
juga dibarengi dengan penurunan output.
2.1.17 Dampak Inflasi
Beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi (Putong, 2013 :
426) adalah
a. Bila harga barang secara umum naik terus menerus maka masyarakat akan
panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada
masyarakat yang berlebihan uang memborong barang sementara yang
kekurangan uang tidak bisa membeli barang, akibatnya negara rentan
terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
b. Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk
menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak
bank di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup atau
bangkrut, atau rendahnya dana investasi yang tersedia.
29
c. Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk
memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran,
sehingga harga akan terus menerus naik.
d. Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penumpukan dan
konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber
produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
e. Bila inflasi berkepanjangan maka produsen banyak yang bangkrut karena
produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu
membeli.
f. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang
mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir
pada penjarahan dan perampasan.
g. Dampak positif dari inflasi adalah bagi pengusaha barang-barang mewah
(High end) yang mana barangnya lebih laku pada saat harganya semakin
tinggi.
h. Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan
diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifisme dapat ditekan.
i. Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri
menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
j. Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan
tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau
membuka usaha.
2.1.18 Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara berarti
(dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode perhitungan
tertentu (Putong, 2013 : 411). Menurut Schumpeter, pertumbuhan ekonomi adalah
pertambahan output (pendapatan nasional) yang disebabkan oleh pertambahan alami
dari tingkat pertambahan penduduk dan tingkat tabungan. Sedangkan menurut
beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi adalah merupakan
istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilan pembangunannya,
sementara itu untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan
ekonomi.
30
Apapun istilah dan definisinya, yang pasti adalah bahwa pertumbuhan
ekonomi mengkaitkan dan menghitung antara tingkat pendapatan nasional dari suatu
periode ke periode berikutnya. Angka pertumbuhan ekonomi umumnya dalam
bentuk prosentase dan bernilai positif, tapi juga mungkin saja bernilai negatif
(misalkan saja pertumbuhan ekonomi indonesia tahun 1998 minus sekitar 4%-6%).
Negatifnya pertumbuhan ekonomi tentu saja disebabkan adanya penurunan yang
lebih besar dari pendapatan nasional tahun berikutnya dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Dalam teori ekonomi banyak teori-teori dan model-model mengenai
pertumbuhan ekonomi baik yang berasal dari mashab klasik, neoklasik maupun yang
moderen (Keynesian). Teori pertumbuhan ekonomi yang masih relevan hingga kini
misalnya adalah teori pertumbuhan ekonomi klasik dari Adam Smith dan David
Ricardo, alasannya teori pertumbuhan ekonomi dari mashab klasik ini bertumpu pada
kekuatan modal dan SDM sebagai tulang punggung peningkatan pendapatan
nasional. Teori lain tentang pertumbuhan ekonomi misalnya adalah teori
pertumbuhan berimbang dan tak berimbang, model pertumbuhan Harrod-Domar
yang mengandalkan tabungan dan modal sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi,
model pertumbuhan neoklasik dari Meade dan lain sebagainya.
Pada umumnya semua teori dan model yang dikemukakan oleh para pelopor
teori ekonomi diatas bertujuan menjelaskan dan “menyarankan” tentang bagaimana
mengelola sumber daya (manusia, alam, dan teknologi) agar perekonomian dapat
berjalan dengan mantap dan stabil sesuai dengan kekuatan dan yang diinginkan oleh
masyarakatnya. Meskipun pada kenyataannya kebanyakan dari teori pertumbuhan
ekonomi hanya sebatas pada kajuan ilmiah karena sukar untuk dilaksanakan
(umumnya disebabkan oleh asumsi dan penyederhanaan telah), namun pada kasus
tertentu bagian dari teori tersebut sering disitir/dicuplik untuk menguatkan pendapat,
misalnya teori pertumbuhan tak berimbang yang banyak dijadikan tameng untuk
pembangunan yang menganut konsep trikle down effect dan lain sebagainya.
2.1.19 Teori Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi
Teori Adam Smith
Adam Smith memaparkan tentang pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi dengan memandang kepada :
31
a. Adanya hukum alam. Ia sangat percaya dengan prinsip bahwa hanya individu
sendirilah yang tahu akan kebutuhannya, tidak orang lain apalagi pemerintah.
Ia beranggapan bahwa adanya kekuatan yang tidak kentara (invinsible hand)
menyebabkan setiap perekonomian akan memperlakukan individu sesuai
dengan harapannya. Jadi bila semua orang dibebaskan berusaha, maka akan
memaksimalkan kesejahteraan mereka secara agregat.
b. Peningkatan daya produktivitas tenaga kerja berhubungan dengan :
a. Meningkatnya keterampilan pekerja
b. Penghematan waktu dalam memproduksi barang
c. Penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga
Kesemuanya itu berasal dari pembagian kerja
c. Proses pemumpukan (akumulasi) modal. Menurutnya, proses akumulasi
modal meningkat seiring dengan meningkatnya tabungan, dan dari
tabunganlah asalnya investasi. Dengan demikian bila pendapatan naik
sementara konsumsi relatif tetap maka tabungan akan semakin tinggi dan
berdampak pada penyediaan modal yang semakin banyak untuk investasi.
d. Tingkat keuntungan akan semakin menurun manakala tingkat persaingan
semakin tinggi. Padahal persaingan berasal dari kemampuan investasi yang
memajukan perekonomian. Pada masa ini tingkat suku bunga aka nsemakin
menurun karena meningkatnya kemakmuran, kesejahteraan dan jumlah
penduduk bertambah. Akibat dari ini maka cadangan modal semakin besar
sehingga investasi semakin murah dan akan berdampak pada semakin
murahnya produksi.
e. Petani, pengusaha dan produsen adalah merupakan agen pertumbuhan dalam
perekonomian. Bila pertanian meningkat maka usaha industri dan perniagaan
semakin meningkat dan tentu saja akan memberikan dampak yang bagus bagi
perekonomian karena adanya rantai kebutuhan dan kepentingan.
f. Proses
pertumbuhan
bersifat
menggumpal
(mengakumulatif),
setiap
peningkatan dibidang pertanian maka akan ada peningkatan dibidang industri
dan perniagaan dan seterusnya sampai terjadi kelangkaan sumber daya
sehingga perekonomian mengalami kondisi stasioner.
32
Teori David Richardo
Richardo membangun teorinya dengan melihat adanya hubungan antara
tuan tanah, kapitalis dan kaum buruh. Menurutnya keseluruhan pendapatan
nasional dibagikan kepada 3 kelompok itu berupa sewa, keuntungan dan upah.
Suatu perekonomian, menurut Richardo memiliki ciri sebagai berikut :
a. Tanah (sumber daya alam) terbatas jumlahnya.
b. Tenaga kerja/penduduk meningkat atau menurun sesuai dengan tingkat
upah batas minimal (tingkat upah alamiah).
c. Akumulasi modal akan terjadi apabila tingkat keuntungan pemilik modal
(pengusaha) meningkat diatas tingkat keuntungan minimal untuk
melakukan investasi.
d. Kemajuan teknologi bersifat given (bagi beberapa kalangan ekonom,
terjemahkan sebagai kemajuan teknologi selalu meningkat akan tetapi
berhenti tanpa perkembangan yang berarti, terutama teknologi efisiensi
pangan).
e. Sektor pertanian yang paling dominan.
Kondisi sationer yaitu suatu pertemuan antara menurunnya jumlah
produksi dan meningkatnya sewa dengan pertambahan penduduk yang terus saja
naik (sebelum akhirnya akan berhenti bertambah – tahap demografi yang ke 4).
Adapun ciri-ciri dari kondisi stasioner adalah :
a. Tingkat
pertambahan/pertumbuhan
output/pendapatan
nasional
relatif
konstan
b. Jumlah penduduk relatif tetap
c. Pendapatan perkapita konstan karena a dan b tetap
d. Tingkat upah pada tingkat alamiah
e. Akumulasi modal berhenti
f. Tingkat keuntungan minimal
g. Sewa tanah maksimal
Teori Harrod-Domar
Harrod dan Domar berbeda negara, Inggris dan Amerika. Harrod
mensyaratkan pertumbuhan yang terjamin (Warranted of Growth) yaitu
pertumbuhan pendapatan haruslah melaju dengan kecepatan setara dengan
kecengderungan menabung dikalikan dengan produktivitas modal, sedangkan
menurut Domar syarat pertumbuhan mantap (Steady of Growth) pertumbuhan
33
investasi haruslah melaju dengan kecepatan yang sama dengan kecenderungan
menabung dan produktivitas modal. Jadi kedua ekonom ini pada dasarnya samasama mensyaratkan bahwa agar pertumbuhan ekonomi dapat berjalan dengan
mantap dan terjamin maka pertumbuhan investasi haruslah sama dengan
pertumbuhan pendapatan nasional yang melaju dengan kecepatan sama dengan
nilai MPS dikalikan dengan 1/COR.
2.1.20 Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang
diproduksikan didalam negara tersebut dalam satu tahun tertentu. Didalam suatu
perekonomian, di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang, barang
dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara tersebut
tetapi oleh penduduk negara lain. Selalu didapati produksi nasional diciptakan oleh
faktor-faktor produksi yang berasal dari luar negeri. Perusahaan multinasional
beroperasi diberbagai negara dan membantu menaikkan nilai barang dan jasa yang
dihasilkan
oleh
negara-negara
tersebut.
Perusahaan
multinasonal
tersebut
menyediakan modal, teknologi dan tenaga ahli kepada negara dimana perusahaan itu
beroperasi. Operasinya membantu menambah barang dan jasa yang di produksikan di
dalam negara, menambah penggunaan tenaga kerja dan pendapatan dan sering sekali
juga membantu menambah ekpor. Operasi mereka merupakan bagian yang cukup
penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara dan nilai produksi yang
disumbangkannya perlu dihitung dalam pendapatan nasional. Produk domestik bruto
atau Gross Domestic Product (GDP), adalah nilai barang dan jasa dalam suatu
negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara negara
tersebut dan negara asing.
2.2
Kerangka Pemikiran
Dengan penelitian ini dapat diketahui pengaruh ekpor, impor, kurs dan inflasi
terhadap produk domestik bruto di indonesia tahun 2004-2013. Ekspor, impor, kurs
dan inflasi merupakan variabel independen dan produk domestik bruto di Indonesia
merupakan variabel dependen.
34
Ekspor (X1)
H1
Impor (X2)
H2
PDB (Y)
H3
Kurs (X3)
Inflasi (X4)
H4
H5
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
2.3
1.
Hipotesis
Hipotesis 1
Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara ekspor terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013?
Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara ekspor terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara ekspor terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
2.
Hipotesis 2
Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara impor terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013?
Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara impor terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara impor terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
35
3.
Hipotesis 3
Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara kurs terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013?
Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara kurs terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara kurs terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
4.
Hipotesis 4
Apakah terdapat pegaruh yang signifikan antara inflasi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013?
Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara inflasi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 2004-2013.
5.
Hipotesis 5
Apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara ekspor, impor, kurs dan
inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 20042013?
Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara ekspor, impor, kurs dan
inflasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun
2004-2013.
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara ekspor, impor, kurs dan inflasi
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia tahun 20042013.
36
Download