BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma’mur (2014) memiliki kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot merupakan penentu dari terjadinya kelelahan pada seseorang karena akan mempengaruhi kemampuan bekerja responden. Rata-rata usia dalam penelitian ini di unit spinning pada shift pagi, shift siang, dan shift malam PT Delta Dunia Textile adalah 30 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan Montolalu, dkk (2013) semakin tinggi usia seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar peningkatan darah terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tekanan darah laki-laki lebih tinggi dari wanita. Setelah usia 65 tahun tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki Namun di sini variabel usia telah dikendalikan jadi variabel usia sudah tidak menjadi variabel penganggu. Selain usia, status gizi juga dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang seperti yang dinyatakan oleh Purwanto (2012) bahwa kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal dapat meningkatkan tekanan darah. Namun status gizi responden pada unit spinning unit A pada shift pagi, shift siang dan shift malam PT Delta Dunia Textile yang dijadikan responden sudah dikendalikan. Status gizi responden tersebut adalah normal yaitu berkisar antara 18-25. Jadi variabel status gizi sudah bukan merupakan variabel penganggu. 44 45 Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman menunjukkan ada hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah Sistolik dengan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah dan ada Hubungan intensitas kebisingan dengan Tekanan Darah Diastolik dengan arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah. Hal ini dapat terjadi karena kebisingan dapat di respon oleh otak yang merasakan ini sebagai ancaman atau stres, yang kemudian berhubungan dengan pengeluaran hormon stres seperti epinephrin (hormon katekolamin yang disekresi oleh bagian mendula kelenjar adrenal dan sebuah neurotransmiter yang dilepas oleh neuron-neuron tertentu yang bekerja aktif di sistem susunan saraf pusat), Norepineprhrin (salah satu katakolamin alamia) dan cortisol (glukokortikoid alami utama yang disintesis dalam zona fasciculata cortex adrenalis; mempengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak dan memiliki aktivitas mineralokor tikoid yang cukup berarti). Stres akan mempengaruhi sistem saraf yang kemudian berpengaruh pada deyutan jantung, yang mengakibatkan perubahan tekanan darah. Stres yang berulang-ulang bisa menjadikan perubahan tekanan darah itu menetap. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan berakibat pada hipertensi (Babba, 2007). Penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Montolalu dkk (2013) tentang “Hubungan Kebisingan terhadap Tekanan Darah pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa di Bandar Udara Sam Ratulangi Manado”. Penelitian ini menggunakan metode Observasional dengan pendekatan cross sectional dan menunjukan bahwa ada hubungan tekanan darah sistolik dan diastolik. 46 Tekanan Darah juga dipengaruhi oleh Circardian Rhytm seseorang, sedangkan Circardian Rhytm erat sekali kaitannya dengan Shift Kerja seseorang. Hasil uji Kruskall Wallis antara Shift Kerja dan Tekanan Darah Sistolik didapatkan ada Pengaruh Shift Kerja dan Tekanan Darah Diastolik yang berarti ada pengaruh tekanan darah yang bermakna pada kelompok shift pagi, shift siang dan shift malam. Hal ini sesuai dengan Nurmianto (2004) bahwa pekerja shift, terutama bekerja di malam hari, dapat terkena berbagai masalah kesehatan salah satunya tekanan darah tinggi. Dari hasil pengukuran Tekanan Darah didapatkan hasil yaitu pada shift pagi terdapat 4 responden dengan Tekanan Darah Normal (17 %), 15 responden yang mengalami Prahipertensi (65 %), 4 responden mengalami Hipertensi derajat 1 (17 %). Pada shift pagi terjadi Prahipertensi dan Hipertensi derajat 1, hal ini dapat terjadi karena waktu tidur tenaga kerja yang dimiliki sebelum bekerja lebih banyak, sehingga kondisi tubuh pada saat bekerja masih bugar. Pada shift siang terdapat 2 responden mengalami Tekanan Darah Normal (9 %) dan 20 responden yang mengalami Prahipertensi (91 %). Hal ini dapat terjadi karena pada shift siang kondisi tubuh responden mulai turun karena sebelum bekerja tenaga kerja telah melakukan aktivitas, sehingga beban kerja dan tekanan darah meningkat. Namun lebih banyak responden yang mengalami Prahipertensi. Pada shift malam terdapat 2 responden mengalami Tekanan Darah Normal (8 %), 17 responden yang mengalami Prahipertensi (65 %), dan 7 responden mengalami Hipertensi derajat 1 (27 %). Pada shift malam terjadi Prahipertensi dan Hipertensi derajat 1. Hal ini dikarenakan kondisi tubuh sudah menurun karena 47 adanya pengaruh dari Circardian rhtym. Malam hari adalah waktu yang seharusnya digunakan tenaga kerja untuk beristirahat namun oleh responden shift malam digunakan untuk bekerja, sehingga beban kerja dan Tekanan Darah terasa lebih berat dan cenderung meningkat. Dilihat dari hasil uji statistik pada analisis bivariat maka sesuai dengan Setyawati (2010), yang menyatakan bahwa variabel utama manusia yang berhubungan dengan shift kerja adalah circadian rhythm. Fungsi tubuh yang ditandai dengan circadian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, proses otonom dan vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah. Semua fungsi manusia tersebut menujukan siklus harian yang teratur. Maka apabila Circardian Rhtym seseorang terganggu akibat jam tidur yang terganggu oleh karena Shift Kerja maka akan berakibat terganggu tekanan darah. Disini dapat dilihat dari jumlah responden pada Shift malam yang mengalami tekanan darah tinggi lebih banyak dari pada kelompok Shift lainnya. Hal tersebut dikarenakan pada malam hari yang seharusnya digunakan untuk beristirahat dan tidur namun digunakan untuk bekerja, kemudian menyebabkan terganggunya metabolisme tubuh seseorang dan berpengaruh terhadap timbulnya tekanan darah tinggi (hipertensi). PT. Delta Dunia Textile telah menerapkan rotasi kerja yaitu shift pagi, shift siang dan shift malam serta one day shift dengan waktu kerja 8 jam kerja/hari dengan waktu istirahat selama setengah jam. Hal ini belum sesuai dengan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 77 yaitu “Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja” dan “Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi 7 jam 1 hari dan 40 48 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Berdasarkan pengukuran kebisingan yang telah dilakukan di PT. Delta Dunia Textile didapatkan rata- rata hasil Intensitas Kebisingan shift pagi, shift siang, dan shift malam adalah > 85 dB. Hal ini belum sesuai dengan Permenakertrans No. 13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja BAB II pasal 5 poin (1) yang berisi bahwa NAB Kebisingan ditetapkan sebesar 85 dBA untuk 8 jam kerja per hari atau 40 jam per minggu, sedangkan untuk kebisingan yang melebihi NAB ditentukan dengan waktu pemajanan yang disesuaikan dengan besarnya intensitas kebisingan. Area Spinning dan area weaving di PT. Delta Dunia Textile Karanganyar berada pada satu lokasi yang sama tanpa adanya sekat atau tembok yang membatasi. Hal ini dapat meningkatkan risiko kebisingan karena mesin-mesin pada proses Weaving juga mengeluarkan suara bising. Mesin-mesin yang menimbulkan suara kebisingan tersebut juga belum diberi peredam untuk mengurangi intensitas kebisingan, selain itu mesin-mesin yang digunakan dalam proses ini jarang di shut down atau di matikan sehingga semakin lama mesin dinyalakan maka mesin akan menjadi panas dan menimbulkan suara bising yang lebih keras lagi. Hal-hal tersebut dapat menjadi faktor tambahan yang mengakibatkan meningkatnya intensitas kebisingan yang akan mempengaruhi Tekanan Darah di PT. Delta Dunia Textile Karanganyar. Maka dari itu perlunya pengendalian engineering control untuk mengurangi intensitas kebisingan dari mesin-mesin unit spinning dengan cara pemberian peredam suara untuk mesin-mesin tersebut. 49 PT. Delta Dunia Textile Karanganyar juga belum melakukan usaha pengendalian administrasi berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) yang mengatur pekerja ketika melakukan pekerjaan di area bising. Hal ini belum sejalan dengan Permenakertrans RI No. 13/MEN/X/2011 pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) yang menyatakan bahwa pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan pengendalian faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja sehingga di bawah NAB dan apabila faktor fisika dan faktor kimia pada suatu tempat kerja melampaui NAB, pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan upaya-upaya teknis-teknologi untuk menurunkan sehingga memenuhi ketentuan yang berlaku. Selain itu juga belum adanya pengendalian terhadap bahaya kebisingan dengan memberikan Alat Pelindung Diri (APD) berupa earmuff dan earplug. Dalam pelaksanaan penelitian ini, ada beberapa keterbatasan penelitian yang berupa : 1. Penelitian ini belum mengukur tekanan panas pada lingkungan kerja, sehingga tidak mengetahui seberapa sumbangan tekanan panas lingkungan kerja terhadap tekanan darah pada responden. 2. Penelitian ini belum mengukur masa kerja pada seluruh responden, sehingga tidak mengetahui apakah ada pengaruh masa kerja terhadap tekanan darah pada responden