44 BAB V PEMBAHASAN Pada penelitian ini untuk jenis kelamin

advertisement
BAB V
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini untuk jenis kelamin pada responden seluruhnya adalah
perempuan. Berdasarkan jenis kelamin menurut Suma’mur (2014) memiliki
kekuatan otot yang berbeda. Kekuatan otot merupakan penentu dari terjadinya
kelelahan pada seseorang karena akan mempengaruhi kemampuan bekerja
responden. Rata-rata usia dalam penelitian ini di unit spinning pada shift pagi, shift
siang, dan shift malam PT Delta Dunia Textile adalah 30 tahun. Menurut penelitian
yang dilakukan Montolalu, dkk (2013) semakin tinggi usia seseorang maka semakin
tinggi tekanan darahnya. Hal ini disebabkan elastisitas dinding pembuluh darah
semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar peningkatan darah
terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tekanan darah laki-laki lebih
tinggi dari wanita. Setelah usia 65 tahun tekanan darah pada perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki Namun di sini variabel usia telah dikendalikan jadi variabel usia
sudah tidak menjadi variabel penganggu. Selain usia, status gizi juga dapat
mempengaruhi tekanan darah seseorang seperti yang dinyatakan oleh Purwanto
(2012) bahwa kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal dapat
meningkatkan tekanan darah. Namun status gizi responden pada unit spinning unit
A pada shift pagi, shift siang dan shift malam PT Delta Dunia Textile yang
dijadikan responden sudah dikendalikan. Status gizi responden tersebut adalah
normal yaitu berkisar antara 18-25. Jadi variabel status gizi sudah bukan merupakan
variabel penganggu.
44
45
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman menunjukkan ada
hubungan Intensitas Kebisingan dengan Tekanan Darah Sistolik dengan arah
korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang lemah dan ada Hubungan intensitas
kebisingan dengan Tekanan Darah Diastolik dengan arah korelasi positif dengan
kekuatan korelasi yang lemah. Hal ini dapat terjadi karena kebisingan dapat di
respon oleh otak yang merasakan ini sebagai ancaman atau stres, yang kemudian
berhubungan dengan pengeluaran hormon stres seperti epinephrin (hormon
katekolamin yang disekresi oleh bagian mendula kelenjar adrenal dan sebuah
neurotransmiter yang dilepas oleh neuron-neuron tertentu yang bekerja aktif di
sistem susunan saraf pusat), Norepineprhrin (salah satu katakolamin alamia) dan
cortisol (glukokortikoid alami utama yang disintesis dalam zona fasciculata cortex
adrenalis; mempengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan lemak dan memiliki
aktivitas mineralokor tikoid yang cukup berarti). Stres akan mempengaruhi sistem
saraf yang kemudian berpengaruh pada deyutan jantung, yang mengakibatkan
perubahan tekanan darah. Stres yang berulang-ulang bisa menjadikan perubahan
tekanan darah itu menetap. Peningkatan tekanan darah yang terus menerus akan
berakibat pada hipertensi (Babba, 2007).
Penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Montolalu dkk (2013) tentang “Hubungan Kebisingan terhadap Tekanan Darah
pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa di Bandar Udara Sam Ratulangi
Manado”. Penelitian ini menggunakan metode Observasional dengan pendekatan
cross sectional dan menunjukan bahwa ada hubungan tekanan darah sistolik dan
diastolik.
46
Tekanan Darah juga dipengaruhi oleh Circardian Rhytm seseorang,
sedangkan Circardian Rhytm erat sekali kaitannya dengan Shift Kerja seseorang.
Hasil uji Kruskall Wallis antara Shift Kerja dan Tekanan Darah Sistolik didapatkan
ada Pengaruh Shift Kerja dan Tekanan Darah Diastolik yang berarti ada pengaruh
tekanan darah yang bermakna pada kelompok shift pagi, shift siang dan shift malam.
Hal ini sesuai dengan Nurmianto (2004) bahwa pekerja shift, terutama bekerja di
malam hari, dapat terkena berbagai masalah kesehatan salah satunya tekanan darah
tinggi.
Dari hasil pengukuran Tekanan Darah didapatkan hasil yaitu pada shift
pagi terdapat 4 responden dengan Tekanan Darah Normal (17 %), 15 responden
yang mengalami Prahipertensi (65 %), 4 responden mengalami Hipertensi derajat
1 (17 %). Pada shift pagi terjadi Prahipertensi dan Hipertensi derajat 1, hal ini dapat
terjadi karena waktu tidur tenaga kerja yang dimiliki sebelum bekerja lebih banyak,
sehingga kondisi tubuh pada saat bekerja masih bugar.
Pada shift siang terdapat 2 responden mengalami Tekanan Darah Normal
(9 %) dan 20 responden yang mengalami Prahipertensi (91 %). Hal ini dapat terjadi
karena pada shift siang kondisi tubuh responden mulai turun karena sebelum
bekerja tenaga kerja telah melakukan aktivitas, sehingga beban kerja dan tekanan
darah meningkat. Namun lebih banyak responden yang mengalami Prahipertensi.
Pada shift malam terdapat 2 responden mengalami Tekanan Darah Normal
(8 %), 17 responden yang mengalami Prahipertensi (65 %), dan 7 responden
mengalami Hipertensi derajat 1 (27 %). Pada shift malam terjadi Prahipertensi dan
Hipertensi derajat 1. Hal ini dikarenakan kondisi tubuh sudah menurun karena
47
adanya pengaruh dari Circardian rhtym. Malam hari adalah waktu yang seharusnya
digunakan tenaga kerja untuk beristirahat namun oleh responden shift malam
digunakan untuk bekerja, sehingga beban kerja dan Tekanan Darah terasa lebih
berat dan cenderung meningkat.
Dilihat dari hasil uji statistik pada analisis bivariat maka sesuai dengan
Setyawati (2010), yang menyatakan bahwa variabel utama manusia yang
berhubungan dengan shift kerja adalah circadian rhythm. Fungsi tubuh yang
ditandai dengan circadian adalah tidur, kesiapan untuk bekerja, proses otonom dan
vegetatif seperti metabolisme, temperatur tubuh, detak jantung, dan tekanan darah.
Semua fungsi manusia tersebut menujukan siklus harian yang teratur. Maka apabila
Circardian Rhtym seseorang terganggu akibat jam tidur yang terganggu oleh karena
Shift Kerja maka akan berakibat terganggu tekanan darah. Disini dapat dilihat dari
jumlah responden pada Shift malam yang mengalami tekanan darah tinggi lebih
banyak dari pada kelompok Shift lainnya. Hal tersebut dikarenakan pada malam
hari yang seharusnya digunakan untuk beristirahat dan tidur namun digunakan
untuk bekerja, kemudian menyebabkan terganggunya metabolisme tubuh seseorang
dan berpengaruh terhadap timbulnya tekanan darah tinggi (hipertensi).
PT. Delta Dunia Textile telah menerapkan rotasi kerja yaitu shift pagi, shift
siang dan shift malam serta one day shift dengan waktu kerja 8 jam kerja/hari
dengan waktu istirahat selama setengah jam. Hal ini belum sesuai dengan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal
77 yaitu “Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja” dan
“Waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi 7 jam 1 hari dan 40
48
jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu; atau 8 jam 1 hari dan 40 jam 1
minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu. Berdasarkan pengukuran kebisingan
yang telah dilakukan di PT. Delta Dunia Textile didapatkan rata- rata hasil
Intensitas Kebisingan shift pagi, shift siang, dan shift malam adalah > 85 dB. Hal
ini belum sesuai dengan Permenakertrans No. 13/Men/X/2011 tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja BAB II pasal 5
poin (1) yang berisi bahwa NAB Kebisingan ditetapkan sebesar 85 dBA untuk 8
jam kerja per hari atau 40 jam per minggu, sedangkan untuk kebisingan yang
melebihi NAB ditentukan dengan waktu pemajanan yang disesuaikan dengan
besarnya intensitas kebisingan.
Area Spinning dan area weaving di PT. Delta Dunia Textile Karanganyar
berada pada satu lokasi yang sama tanpa adanya sekat atau tembok yang membatasi.
Hal ini dapat meningkatkan risiko kebisingan karena mesin-mesin pada proses
Weaving juga mengeluarkan suara bising. Mesin-mesin yang menimbulkan suara
kebisingan tersebut juga belum diberi peredam untuk mengurangi intensitas
kebisingan, selain itu mesin-mesin yang digunakan dalam proses ini jarang di shut
down atau di matikan sehingga semakin lama mesin dinyalakan maka mesin akan
menjadi panas dan menimbulkan suara bising yang lebih keras lagi. Hal-hal tersebut
dapat menjadi faktor tambahan yang mengakibatkan meningkatnya intensitas
kebisingan yang akan mempengaruhi Tekanan Darah di PT. Delta Dunia Textile
Karanganyar. Maka dari itu perlunya pengendalian engineering control untuk
mengurangi intensitas kebisingan dari mesin-mesin unit spinning dengan cara
pemberian peredam suara untuk mesin-mesin tersebut.
49
PT. Delta Dunia Textile Karanganyar juga belum melakukan usaha
pengendalian administrasi berupa Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
mengatur pekerja ketika melakukan pekerjaan di area bising. Hal ini belum sejalan
dengan Permenakertrans RI No. 13/MEN/X/2011 pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) yang
menyatakan bahwa pengurus dan/atau pengusaha wajib melakukan pengendalian
faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja sehingga di bawah NAB dan apabila
faktor fisika dan faktor kimia pada suatu tempat kerja melampaui NAB, pengurus
dan/atau pengusaha wajib melakukan upaya-upaya teknis-teknologi untuk
menurunkan sehingga memenuhi ketentuan yang berlaku. Selain itu juga belum
adanya pengendalian terhadap bahaya kebisingan dengan memberikan Alat
Pelindung Diri (APD) berupa earmuff dan earplug.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, ada beberapa keterbatasan penelitian
yang berupa :
1. Penelitian ini belum mengukur tekanan panas pada lingkungan kerja, sehingga
tidak mengetahui seberapa sumbangan tekanan panas lingkungan kerja
terhadap tekanan darah pada responden.
2. Penelitian ini belum mengukur masa kerja pada seluruh responden, sehingga
tidak mengetahui apakah ada pengaruh masa kerja terhadap tekanan darah pada
responden
Download