BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim adalah biomolekul protein yang berfungsi sebagai katalis dalam suatu reaksi kimia. Produk yang dihasilkannya spesifik sehingga dapat diperhitungkan dengan mudah. Enzim menjadi primadona industri saat ini dan di masa yang akan datang, karena enzim ramah lingkungan dan dapat menghemat energi secara signifikan. Salah satu enzim yang penting dalam industri adalah enzim lipase. Enzim lipase berperan penting dalam reaksi-reaksi esterifikasi, transesterifikasi (Wang et al., 2009; Jaeger et al., 1994; Saxena et al., 2003) dan berfungsi dalam hidrolisis lemak, mono-, di-, dan trigliserida untuk menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol (Suzuki et al., 1988; Kosugi et al., 1990). Enzim ini juga berfungsi sebagai katalis reaksi organik (Jaeger et al., 1999). Lipase adalah enzim yang penting dan banyak digunakan pada berbagai aplikasi industri, seperti industri farmasi, makanan, detergen, kertas (Pogori et al., 2007 ; Sharma et al., 2001) Lipase telah secara luas digunakan untuk modifikasi lemak dan sintesis senyawa khusus seperti obat, polimer, biodiesel, biosurfaktan dan lain-lain (Kazlauskas dan Bornscheuer, 1998). Bell et al. (2002) melaporkan, sebanyak 1000 ton lipase digunakan dalam industri detergen sebagai bahan pendegradasi lemak setiap tahunnya. Produksi lipase telah dilakukan di beberapa negara maju. Harga lipase impor relatif mahal, misalnya harga lipase dengan merk dagang Lipozyme IM, BIO-lipase, dan Lipolase mencapai 25 juta rupiah per Kg (Kao Corporation, 2004). Penggunaan yang begitu luas membuat permintaan pasar akan enzim lipase meningkat, sehingga mendorong pencarian sumber-sumber baru untuk menghasilkan enzim ini. Lipase dapat dihasilkan dari berbagai sumber, seperti binatang, tanaman dan mikroorganisme. Namun, dalam aplikasi industri, lipase dari mikroorganisme dianggap lebih menarik, karena pertumbuhan mikroba yang cepat, dapat dikembangkan pada media yang murah, mudah dimodifikasi secara 1 2 genetik, dapat menghasilkan enzim dengan yield dan fleksibilitas yang tinggi dan relatif stabil terhadap pengaruh musiman (Jaeger dan Eggert, 2002). Indonesia dengan keanekaragaman hayatinya berpeluang besar untuk mengembangkan produksi lipase dari mikroba lokal. Eksplorasi mikroba lipolitik lokal telah banyak dilakukan, namun hingga saat ini produksi lipase skala komersial belum terdapat di pasaran. Beberapa genus bakteri yang telah diketahui sebagai penghasil lipase antara lain Bacillus, Pseudomonas, Alcaligenes, Arthrobacter, Chromobacterium, dan Staphylococcus (Jaeger et al.1999; Pandey et al. 1999; Beisson et al. 2000). Diantara mikroba penghasil lipase adalah bakteri Azospirillum. Azospirillum merupakan bakteri tanah penambat nitrogen nonsimbiotik. Bakteri ini hidup bebas di dalam tanah, baik di sekitar maupun dekat dengan perakaran. Azospirillum sp. JG3 adalah salah satu spesies dari genus Azospirillum yang diisolasi dari akar tanaman jagung. Bakteri ini menunjukkan aktivitas lipase yang cukup tinggi sehingga menarik untuk dikaji sebagai sumber lipase. Cowan (1996) dalam pembahasannya mengenai teknologi enzim dalam industri melaporkan bahwa sebagian besar enzim yang telah digunakan di industri ternyata merupakan hasil rekayasa, baik rekayasa pada tingkat genetik maupun protein. Salah satu pendekatan untuk memproduksi enzim rekombinan pada skala komersial adalah dengan cara kloning, yaitu dengan memindahkan gen pengkode enzim tertentu ke inang (host), dengan harapan tingkat sekresi yang tinggi dari inang terhadap enzim tertentu, karena tingkat jumlah enzim yang disekresi dari mikroba asalnya (tanpa kloning) biasanya lebih rendah dibandingkan dengan hasil rekombinan. Apabila gen pengkode lipase dari bakteri Azosprillum sp. JG3 dengan sifat unggul diekspresikan ke dalam bakteri inang/host seperti Escherischia coli, maka bakteri inang akan dapat menghasilkan lipase dengan sifat yang unggul pula. Salah satu pendekatan untuk melakukan penggandaan/kloning gen lipase Azosprillum sp. JG3 secara lengkap adalah dengan memperoleh informasi mengenai bagian gen tersebut. Informasi ini dapat diperoleh dengan melakukan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR) terhadap DNA genom Azospirillum sp. 3 JG3 dengan menggunakan primer yang didesain berdasarkan urutan nukleotida pengkode gen lipase bakteri Azospirillum lain yang telah dipublikasi dalam genebank. Kajian molekuler terhadap gen penyandi lipase dari bakteri Azospirillum sp. JG3 menarik untuk dilakukan dalam kepentingan analisis struktur dan fungsi dari gen tersebut, sehingga dapat digunakan untuk penggandaan (kloning gen), ekspresi dan manipulasi gen lipase ke arah upaya produksi enzim lipase dalam skala besar yang memiliki sifat-sifat unggul, sehingga diharapkan akan menjadi sumber penghasil enzim lipase yang potensial di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimana urutan primer untuk mengamplifikasi fragmen gen pengkode lipase bakteri Azospirillum sp. JG3? 2. Bagaimana urutan nukleotida pengkode enzim lipase dari bakteri Azospirillum sp. JG3? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendapatkan primer untuk amplifikasi fragmen gen pengkode enzim lipase bakteri Azospirillum sp. JG3 2. Mendapatkan urutan fragmen nukleotida pengkode enzim lipase dari bakteri Azospirillum sp. JG3 3. Mendapatkan informasi homologi/kemiripan urutan nukleotida fragmen gen pengkode enzim lipase antara Azospirillum sp. JG3 dengan Azospirillum lain dalam satu genus. 1.4 Manfaat Penelitian Informasi yang diperoleh dari penelitian ini berupa urutan nukleotida pengkode enzim lipase dari bakteri Azospirillum sp JG3. Urutan ini selanjutnya 4 dapat digunakan dalam rangka proses penggandaan (kloning gen), ekspresi dan manipulasi gen lipase ke arah upaya produksi enzim lipase dalam skala besar yang memiliki sifat-sifat unggul, sehingga diharapkan akan menjadi sumber penghasil enzim lipase yang potensial di Indonesia.