program pasca sarjana universitas sebelas maret surakarta 2011

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RESPON PROLIFERASI LIMFOSIT PADA ORGAN LIMPA DAN
TIMUS MENCIT BALB/C YANG TERINFEKSI BAKTERI
Salmonella thypi PADA PEMBERIAN EKSTRAK
MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria)
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh gelar Magister Sains
Program Studi Biosains
Oleh
Ifandari
NIM: S900809008
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN ORININALITAS DAN PUBLIKASI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenar – benarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul:“Respon Proliferasi Limfosit pada Organ Limpa dan Timus
Mencit Balb/C yang Terinfeksi Bakteri Salmonella thypi pada Pemberian
Ekstrak Meniran Merah (Phyllantus urinaria )“ ini adalah karya penelitian saya
sendiri dan tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain
untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar
pustaka. Apabila ternyata di dalam naskah tesis ini dapat dibuktikan unsur –
unsur jiplakan, maka saya bersedia Tesis beserta gelar MAGISTER saya
dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang – undangan
yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, Pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).
2. Tesis ini merupakan hak milik Prodi Biosains PPs-UNS. Publikasi sebagian
atau keseluruhan isi Tesis pada Jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin Ketua
Prodi Biosains PPs-UNS dan minimal satu kali publikasi menyertakan tim
pembimbing sebagai Author. Apabila sekurang – kurangnya satu semester (6
bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian
atau keseluruhan isi Tesis ini, maka Prodi Biosains PPs-UNS berhak
mempubilkasikanya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Biosains
PPs-UNS dan atau media yang ditunjuk. Apabila saya melakukan pelanggaran
dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik
yang berlaku.
Surakarta, 23Agustus 2011
Mahasiswa
Ifandari
S900809008
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
RESPON PROLIFERASI LIMFOSIT PADA ORGAN LIMPA DAN
TIMUS MENCIT BALB/C YANG TERINFEKSI BAKTERI
Salmonella thypi PADA PEMBERIAN EKSTRAK
MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria)
Ifandari, Suranto dan Y Nining Sri Wuryaningsih
Program Studi Magister Biosains, PPS-UNS Surakarta
Abstrak
Meniran merah merupakan salah satu anggota dalam genus Phyllanthus. Anggota
dalam genus ini memiliki variasi karakter morfologi dimana beberapa diantaranya telah
digunakan sebagai tanaman obat tradisional. Meniran merah digunakan dalam penelitian
sebagai diuretik dan hipoglikemik. Akan tetapi kemanfaatan tanaman ini sebagaii
immunomodulator belum digali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proliferasi limfosit
pada organ Limpa dan Timus Mencit Balb/C yang diinfeksi bakteri Salmonella thypi akibat
pemberian ekstrak meniran merah dan mengetahui pengaruh variasi dosis ekstrak meniran
merah terhadap respon proliferasi limfosit.
Penelitian ini menggunakan rancangan the post test-only control group terhadap 48 ekor
mencit Balb/C yang terbagi dalam 8 kelompok dan dilakukan selama 10 hari. Kelompok
kontrol negatif, kontrol positif, kelompok perlakuan dengan variasi dosis masing-masing 3x
0,065 mg/hr, 3x 0,130 mg/hr dan 3x 0,260 mg/hr untuk tiap jenis ekstrak meniran merah dan
hijau. Mencit diinfeksi pada hari ke-4 S. typhi dan hari ke-11 dikorbankan. Limfosit diisolasi
dari organ limpa dan timus, kemudian dihitung jumlahnya dan viabilitas dalam berproliferasi
dengan metode MTT assay. Data dianalisis dengan T test untuk melihat perbedaanya dan
kurva estimasi untuk korelasinya.
Pemberian ekstrak meniran merah mampu menguatkan respon proliferasi limfosit ke
arah lebih baik dengan meningkatkan proliferasi limfosit pada organ Limpa dan pada organ
Timus menekan. Variasi penambahan dosis ekstrak meniran merah cenderung menguatkan
respon proliferasi limfosit. Waktu inkubasi 48 jam merupakan waktu terbaik untuk pengamatan
proliferasi limfosit.
Kata kunci: Phyllanthus urinaria, Respon, Proliferasi, Limfosit,.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LYMPHOCYTE PROLIFERATION RESPONS ON SPLEEN AND THYMUS
ORGANS OF MICE BALB/C INFECTED WITH Salmonella thypi
in Phyllanthus urinaria EXTRACT TREATMENTS
Ifandari, Suranto and Y Nining Sri Wuryaningsih
Program Study of Biosains, Post Graduate Program
Sebelas Maret University of Surakarta
Abstract
Phyllanthus urinaria is one of the species in the genus of Phyllanthus, which has
variety of the morphologycal characters and ussually used as herb medicines
traditionally. Now days, this plant has been intensivelly treated for laboratory
experiment especially for diuretic and hipoglicemic. The aims of this study were to
investigated the lymphocyte proliferation in spleen and thymus organs of mice Balb/C
infected after treated by Salmonella thypi with P urinaria extract treatments. Beside the
above, and studies effect dosage variety of P,urinaria extracts to the lymphocyte
proliferation respons was also conducted.
The study designed with post test only control group to 48 Balb/C mice. The
groups of experiment was 8 groups consist of control negative, control positive, groups
of treatment with variety dosage 3x0,065 mg/day, 3x0,130 mg/day and 3x0,260
mg/day for P.urinaria and P.niruri. The experiment was doing 10 days with orally
treatments, and Salmonella infection injected in mice at 4th. At day 11th day mice were
killed and isolated the lymphocyte from spleen and Thymus. Lymphocyte were counted
and cultured. The culture cell tested proliferation capability with MTT assay method.
The results showed, P.urinaria treatments has resulted increased lymphocyte
proliferation on spleen but descreassion on the thymus organ therefore lymphocyte
proliferation respons
strongher on mice Balb/C. The best time for counting the
proliferation lymphocyte cell as 48 hour.
Key Words: Phyllanthus urinaria, Response, Proliferation, Lymphocyte,
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ilmiyah ini dipersembahkan kepada
Almamater tercinta sebagai wujud peran sertaku dalam Ilmu Pengetahuan
Ayah Bundaku tercinta
Anak dan suamiku tercinta
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Alloh SWT, atas limpahan rahmad
dan hidayah-Mu penulis dapat menyajikan tulisan tesis yang berjudul ”Respon
Proliferasi Limfosit pada organ Limpa dan Timus Mencit Balb/C yang terinfeksi Bakteri
Salmonella thypi pada Pemberian Meniran Merah (Phyllantus urinaria)“.
Dalam tulisan ini, disajikan pokok pokok bahasan yang meliputi efek dari
perlakuan ekstrak Meniran Merah secara in vivo dengan jumlah limfosit dari organ
limpa dan Timus, viabilitas sel untuk berproliferasi akibat perlakuan meniran merah
diperbandingkan dengan perlakuan meniran hijau dan keberhasilan kultur sel dengan
variasi lama waktu inkubasi.
Nilai penting dari penelitian ini adalah menggali potensi meniran merah dalam
pemanfaatanya sebagai immunomodulator dengan membandingkanya dengan efek
imunomodulator pada pemberian meniran hijau. Dari penelitian ini ditemukan adanya
perbedaan respon proliferasi limfosit dari kedua jenis meniran sehingga dapat
memberikan masukan kepada peneliti bagaimana potensi dari meniran merah yang
perlu digali. Adapun kendala yang ada dalam penelitian ini adalah faktor fasilitas
penunjang seperti ketersediaan hewan coba dan fasilitas laboratorium hewan yang
masih kurang sehingga waktu penelitian harus mundur sehingga nantinya dapat
diperbaiki dengan pengaturan waktu yang sesuai.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam
penelitian maupun penulisan, walaupun telah diupayakan dengan sekuat tenaga untuk
dapat memberikan kesempurnaan. Oleh karena itu penulis berharap segala saran
yang bersifat membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih setulusnya kami sampaikan kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Prof.Dr. Ravik Karsidi,M.S yang berkenan
menerima penulis sebagai Mahasiswa S2
2. Direktur Program Pasca sarjana Prof. Drs. Suranto,M.Sc.Ph.D atas fasilitas dan
ijinya dalam menepuh semua proses pembelajaran S2
3. Ketua Program Studi Biosain Dr. Sugiyarto, M.Si. atas segala fasilitas dan
arahanya dalam proses penelitian maupun pembelajaran
4. Prof. Drs. Suranto,M.Sc.Ph.D dan Dr. Y Nining Sri Wuryaningsih dr.Sp PK
selaku pembimbing atas segala curahan pemikiran dalam membimbing
Penelitian dan penulisan Tesis.
5. Dr.Edwi Mahajoeno atas bantuan informasi dan saran dalam penelitian dan
penulisan Tesis
6. Laboratorium LPPT UGM atas ijin penggunaan laboratorium sebagai tempat
penelitiam
7. Laboratorium Hewan Coba PAU Bioteknologi UGM atas bantuanya sebagaii
tempat pemeliharaan hewan.
8. Laboratorium Pusat sub lab Kimia atas ijin sebagai tempat penelitian
9. Seluruh teknisi LPPT UGM atas bimbingan teknis pelaksanaan penelitian
10. Tim penelitian Bapak Amar Ibhn Lash dan Bapak Pariyanto atas kerjasamanya
dalam penelitian
11. Teman – teman prodi Biosain angkatan 2009 atas semangat dan segala
bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini
12. Dr. R.C Hidayat Soesilohadi, M.S yang telah memberikan bimbingan analisis
statistik.
13. Ibu Daning Nuriliani M.Kes atas diskusi keilmuan dan teknis penelitian
14. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas segala
bantuan dalam penelitian ini.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL..............................
...............................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING TESIS.................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI TESIS........................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS........................................................... iv
HALAMAN ABSTRAK............................................................................................
v
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR............................................................................
viii
HALAMAN UCAPAN TERIMAKASIH...................................................................
ix
DAFTAR ISI........................................... ...............................................................
x
DAFTAR TABEL................................... ...............................................................
xi
DAFTAR GAMBAR............................... ...............................................................
xii
DAFTAR SINGKATAN......................... ...............................................................
xiii
Bab I Pendahuluan
a. Latarbelakang................... ..... ..............................................................
1
b. Rumusan masalah.................. ................................................................
4
c. Tujuan penelitian..................... ................................................................
4
d. Manfaat penelitian.................. ................................................................
4
Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Konsep Penelitian
A. Tinjauan Pustaka
1. Meniran.................... ........ ................................................................
5
2. Salmonella thypi............... ................................................................
10
3. Demam Tifoid.................. ................................................................
11
4. Sistem pertahanan tubuh.. ...............................................................
13
5. Immunomodulator............ ...............................................................
16
B. Kerangka penelitian................ ...............................................................
17
C. Hipotesa ................................. ...............................................................
17
Bab III Metodologi Penelitian
A. Waktu dan tempat penelitian.... ................................................................
18
B. Rancangan penelitian.............. ................................................................
18
C. Alat dan bahan penelitian........ ...............................................................
20
D. Prosedur penelitian................. ................................................................
20
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Analisis data ........................... ................................................................
26
Bab IV Hasil dan Pembahasan
A. Hasil........................................................................................................... 27
B. Pembahasan........................... ................................................................
48
Bab V Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan............................ ................................................................
61
B. Saran.....................................
...............................................................
61
DAFTAR PUSTAKA............................
................................................................
62
LAMPIRAN........................................
................................................................
67
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Jumlah sel Limfosit mencit hasil isolasi organ Limpa……………………. 27
Tabel 2. Jumlah sel Limfosit mencit hasil isolasi organ Timus……………………. 31
Tabel 3. Nilai Kerapatan Optik Kultur Limfosit mencit hasil isolasi organ Limpa
36
Tabel 4. Nilai Kerapatan Optik Kultur Limfosit mencit hasil isolasi organ Timus
39
Tabel 5. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Meniran Hijau dan Merah….
43
Tabel 6. Nilai Rf yang ada pada senyawa aktif pada Meniran Hijau dan Merah
44
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Meniran Hijau (Phyllanthus niruri )………......................
Hal
………….... 6
Gambar 2. Meniran Merah (Phyllanthus urinaria)……………………. ……………. 7
Gambar 3. Kerangka Penelitian……………………………………….. ……………… 17
Gambar 4. Alur penelitian………………………………………………………………. 19
Gambar 5. Jumlah sel limfosit hasil isolasi dari organ limpa dan simpangan
bakunya…………………………………………………………………
Gambar 6. Pola Kecenderungan antara kenaikan dosis ekstrak Meniran Hijau
P. niruri dengan jumlah Sel Limfosit pada organ Limpa……………
Gambar 7. Pola kecenderungan antara kenaikan dosis ekstrak Meniran Merah
P. urinaria dengan jumlah Sel Limfosit pada organ Limpa…………..
Gambar 8. Jumlah sel hasil isolasi dari organ Timus dan simpangan
bakunya……………………………………………………………………
Gambar 9. Pola kecenderungan jumlah limfosit Timus mencit terhadap dosis
ekstrak meniran hijau P.niruri yang diberikan…………………………
Gambar 10. Pola kecenderungan jumlah limfosit Timus mencit terhadap dosis
ekstrak meniran merah P.urinaria yang diberikan…………………….
Gambar 11. Limfosit dari limpa berproliferasi………………………………………..
28
29
29
32
33
33
35
Gambar 12. Limfosit dari Timus berproliferasi……………………………………… 35
Gambar 13.Nilai Kerapatan Optik Kultur Limfosit hasil isolasi dari organ Limpa
38
Gambar 14.Nilai Kerapatan Optik Kultur Limfosit hasil isolasi dari organ Timus… 40
Gambar 15. Pemisahan senyawa aktif pada lempeng silica gel metode
Kromatografi lapis Tipis…………………………………………………... 42
Gambar 16. Kultur limfosit dari Limpa pada inkubasi 24 jam……………………… 45
Gambar 17. Kultur limfosit dari Timus pada Inkubasi 24 jam……………………… 45
Gambar 18. Kultur limfosit dari Limpa pada inkubasi 48 jam……………………… 46
Gambar 19. Kultur limfosit dari Timus pada Inkubasi 48 jam…………………….
46
Gambar 20. Kultur limfosit dari Limpa pada inkubasi 72 jam……………………… 47
Gambar 21. Kultur Limfosit dari Timus yang diinkubasi selama 72jam………….. 47
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hitung Jumlah sel limfosit dari organ limpa…………………………….
Hal
65
Lampiran 2. Analisa T Test Sel Limfosit Hasil Isolasi dari Limpa…………………..
66
Lampiran 3. Hitung Jumlah sel limfosit dari organ Timus……………………………
67
Lampiran 4. Analisa T Test Sel Limfosit Hasil Isolasi dari Timus…………………..
69
Lampiran 5. Analisa nilai kerapatan optic limfosit dari organ limpa………………..
70
Lampiran 6 Tabel Nilai Signifikasi Hasil Uji T Test Nilai Kerapatan Optik Kultur limfosit
71
Hasil Isolasi Organ Limpa Dengan waktu inkubasi 24 jam…………………..
Lampiran 7 Tabel Nilai Signifikasi Hasil Uji T Test Nilai Kerapatan Optik Kultur limfosit
Hasil Isolasi Organ Limpa Dengan waktu inkubasi 48 jam…………………..
Lampiran 8 Tabel Nilai Signifikasi Hasil Uji T Test Nilai Kerapatan Optik Kultur limfosit
Hasil Isolasi Organ Limpa Dengan waktu inkubasi 72 jam…………………..
Lampiran 9 Estimasi Kurva Pola Kecenderungan Besarnya Kerapatan Optik
Dengan Besarnya Dosis Pada Waktu Inkubasi 48 Iam…………………….
Lampiran 10 Hasil Kerapatan Optik Kultur Limfosit dari Organ Timus,……………………
Lampiran 11 Tabel Nilai Signifikasi Hasil Uji T Test Nilai Kerapatan Optik Kultur limfosit
72
72
73
76
77
Hasil Isolasi Organ timus Dengan waktu inkubasi 24 jam………………….
Lampiran 12 Tabel Nilai Signifikasi Hasil Uji T Test Nilai Kerapatan Optik Kultur limfosit
Hasil Isolasi Organ timus Dengan waktu inkubasi 48 jam………………….
Lampiran 13 Tabel Nilai Signifikasi Hasil Uji T Test Nilai Kerapatan Optik Kultur limfosit
Hasil Isolasi Organ timus Dengan waktu inkubasi 72 jam………………….
Lampiran 14 Estimasi Kurva Pola Kecenderungan Besarnya Kerapatan Optik
Dengan Besarnya Dosis Pada Waktu Inkubasi 48 Iam…………………..
78
78
79
Lampiran 15 Keterangan Kelaikan Etik………………………………………………..
82
Lampiran 16 Surat Ijin penelitian………………………………………………………
83
Lampiran 17 Biodata Mahasiswa………………………………………………………
85
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR SINGKATAN
CFU
:
colony forming unit
DC
:
Dendritik cel
Fetal Bovine serum
FBS
HIV
:
Human immunodeficiency virus
IFNγ
:
Interferon gamma
KLT
Kromatografi lapis tipis
LPPT
Laboratorium penelitian dan pengijian terpadu
M.H
:
Meniran Hijau
M.M
:
meniran Merah
SB
:
Simpangan Baku
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Penelitian
Indonesia
sebagai pemilik kekayaan plasma nutfah
yang besar,
menyimpan keberagaman jenis tanaman obat. Tanaman obat merupakan
salah satu unsur penting dalam penanganan kesehatan. Jenis – jenis
tanaman obat telah digunakan oleh masyarakat tradisional dalam penanganan
kesehatan. Seiring dengan berubahnya pola hidup masyarakat yang kembali
ke alam, maka tanaman obat sekarang ini banyak digunakan kembali.
Seiring
dengan
perkembangan
penelitian
mengenai
fitokimia,
telah
diketemukan senyawa – senyawa aktif yang berpotensi sebagai obat.
Senyawa aktif dari tumbuhan dapat berperan sebagai anti bakteri, anti viral,
antiplasmodial,
anti
oksidan,
antiinflamasi,
anti
alergi,
anti
kanker,
immunomodulator dan lain sebagainya. Kelompok senyawa aktif yang umum
dijumpai pada tanaman antara lain : kelompok Alkaloid, Terpenoid, Flavonoid,
Saponin, Polifenol, Vitamin, Polisakarida dan lain sebagainya. Penelitian
tentang kandungan fitokimia dari jenis – jenis tumbuhan masih sangat kecil
dibandingkan jumlah spesies tumbuhan yang ada, oleh karena itu diperlukan
penelitian yang menggali potensi spesies – spesies tumbuhan.
Penelitian tentang immunomodulator banyak dilakukan pada akhir –
akhir ini. Hal ini didorong oleh adanya sistem penyembuhan penyakit yang
meminimalkan penggunaan obat kimia dengan meningkatkan sistem imunitas
tubuh. Sistem imunitas yang meningkat dapat menanggulangi berbagai
macam jenis penyakit. Dengan menggunakan senyawa yang berperan
sebagai immunomodulator, efek negatif dari suatu pengobatan dapat
commit to immunomodulator
user
diminimalkan. Penggunaan senyawa
sering digunakan
1
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai pendamping pengobatan yang bersifat intensif (Radityawan,2005).
Jenis tumbuhan yang telah diteliti sebagai peningkat daya immunomodulator
salah satunya adalah Meniran Hijau. Penelitian mengenai manfaat Meniran
hijau telah banyak dilakukan. Jenis ini telah diteliti berperan sebagai anti
hepatotoksik, anti litik, anti hipersensitif, anti HIV, tuberkulosis (Radityawan,
2005)
dan anti hepatitis B (Bagalkotkar et al. 2006) dan juga sebagai
immunomodulator (Ma’at, 1997).
Bentuk keragaman spesies yang terdapat dalam genus Phyllanthus,
membuat meniran ini dibagi menjadi beberapa spesies berdasarkan karakter
morfologi. Berdasarkan klasifikasi Hadad, Meniran dibedakan menjadi tiga
macam yaitu Meniran Merah, Meniran Kuning dan meniran Hijau (Hidayat dkk.
2008). Untuk Meniran merah dengan nama latin Phyllanthus urinaria dan
meniran Hijau dengan nama Phyllanthus niruri. Berdasarkan perbedaan
spesies dalam satu genus maka dimungkinkan ada perbedaan kandungan
fitokimianya.
Penelitian tentang manfaat meniran hijau telah banyak dilakukan, salah
satunya berperan sebagai immunomodulator. Berdasarkan penelitian Lestarini
(2008), Pemberian ekstrak Meniran Hijau diketahui mempunyai efek
peningkatan respons imun seluler terhadap mencit yang diinfeksi dengan
Bakteri S. thypmurium. Sedangkan bagaimana potensi Meniran Merah
sebagai immunomodulator belum banyak digali. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengetahui
potensi daya immunomodulator
yang dimiliki meniran merah
dibandingkan meniran hijau dalam mengatasi infeksi bakteri S. typhi.
Demam tifoid
atau sering disebut sebagai tifus, merupakan penyakit
pada saluran pencernaan. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella
commit to user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
enterica serovar typhi atau sering disebut Salmonella typhi. Bakteri ini masuk
ke dalam tubuh melalui jalan oral dan menyebar setelah masuk pada sistem
pencernaan (Widoyono, 2008). Penyakit demam tifoid merupakan salah satu
penyakit yang banyak diderita masyarakat pada negara berkembang.
Menurut
laporan
WHO terdapat 5 negara berkembang yang tercatat
penderita demam tifoid besar adalah: Cina, India, Pakistan, Vietnam dan
Indonesia. Kasus demam tifoid diperkirakan mencapai 16 hingga 33 juta
pertahun di dunia. Dari jumlah kasus ini diperkirakan 600.000 penderita
mengalami kematian (Chatterjee,2010). Penyakit ini berkaitan secara
langsung dengan kebersihan makanan, air dan lingkungan Oleh karena itu,
penyakit ini frekuensinya tinggi pada negara berkembang. Hal ini berkaitan
dengan tingkat kebersihan lingkungan dan pola hidup masyarakat yang
kurang bersih.
Usaha penanggulangan dari penyakit demam tifoid dilakukan dengan
pemberian antibiotik dan vaksinasi.
Penggunaan antibiotik paling luas
digunakan untuk menganggulangi penyakit ini. Di Indonesia, antibiotik yang
digunakan untuk pengobatan penyakit ini adalah Kloramfenikol (Widoyono,
2008).
Akan tetapi penggunaan antibiotik ini tidak bisa digunakan dalam
jangka relatif panjang karena menimbulkan resistensi (Triadmodjo, 1989).
Selain penggunan antibiotik, dilakukan pula pencegahan dengan penggunaan
vaksin (Azze et al, 2003). Dengan penggunaan meniran hijau sebagai
penanggulangan deman tifoid mampu memberikan solusi dari permasalahan
ini. Meniran hijau dan merah masih dalam genus yang sama, apakah respon
yang ditimbulkan sama atau tidak dalam mengatasi penyakit demam tifoid.
commit to user
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah respon proliferasi limfosit pada organ Limpa dan Timus
mencit Balb/C yang terinfeksi bakteri Salmonella thypi akibat pemberian
ekstrak Meniran merah (Phyllanthus urinaria)
2. Bagaimanakah pengaruh variasi
penambahan dosis ekstrak meniran
merah terhadap respon proliferasi limfosit tubuh mencit Balb/C yang
terinfeksi bakteri S. thypi
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui respon proliferasi limfosit pada organ Limpa dan Timus Mencit
Balb/C yang diinfeksi bakteri Salmonella thypi dengan pemberian ekstrak
meniran merah (Phyllanthus urinaria) .
2. Mengetahui pengaruh variasi penambahan dosis ekstrak meniran merah
terhadap respon proliferasi limfosit tubuh mencit Balb/C yang diinfeksi
bakteri S. thypi
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki kemanfaatan baik secara teoritis maupun praktis.
Kemanfaatan secara teoritis diharapkan: memberikan informasi tentang efek
immunomodulator ekstrak meniran Merah.
Kemanfaatan secara praktis diharapkan : pemberian ekstrak meniran merah
dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk
meningkatkan
daya
immunomodulator untuk penyakit demam tifoid maupun infeksi penyakit lain.
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Meniran
Tumbuhan Meniran merupakan salah satu tumbuhan obat yang
berbentuk herba dan tumbuh secara liar. Tumbuhan ini memiliki karakter
morfologis berbeda. Dari perbedaan karakter morfologinya, meniran
diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu Meniran Merah, Meniran Kuning
dan Meniran Hijau. Dari ketiga jenis meniran tersebut, meniran hijau dan
merah saja yang sering dijumpai disekitar kita. Oleh karena itu, meniran
hijau dan merah yang dipilih dalam penelitian ini.
a. Taksonomi
Tumbuhan Meniran dalam nama latinnya Phyllanthus spp memiliki
kedudukan dalam system taksonomi menurut Tjitrosoepomo (1989)
adalah:
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Euphorbiales
Familia
: Euphorbiaceae
Genus
: Phyllanthus
Spesies
: Phyllanthus niruri L., Phyllanthus urinaria Lin.
Meniran memiliki variasi warna batang, meniran hijau dengan
nama latin Phyllanthus niruri L dan meniran merah dengan nama latin
Phyllanthus urinaria Lin. Perbedaan warna batang pada kedua jenis ini
commit to user
5
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan salah satu pembeda menurut klasifikasi yang dibuat oleh
Hadad dkk pada tahun 1993 (Hidayat dkk, 2008).
b. Deskripsi Morfologi
Meniran secara umum berbentuk tumbuhan terna dengan
tinggi antara 50 - 100 cm. Tumbuhan ini berumah satu dan bunganya
berkelamin tunggal. Tumbuhan ini memiliki daun majemuk dengan
helaian berbentuk bulat lonjong. Bunga mempunyai antera memecah
secara horizontal. Buah bertekstur licin, menempel pada bawah tangkai
anak daun. Bunga berukuran kecil berwarna putih dan letaknya sama
dengan munculnya buah. Batang dan tangkai daun berwarna sama.
Meniran mempunyai variasi karakter morfologi yang besar. Terutama
warna batang dan cabang. (Hidayat dkk. 2008). Pada meniran hijau
warna batang dan cabang hijau (Gambar 1), sedangkan pada meniran
merah berwarna merah (Gambar 2).
commit
to user
Gambar 1. Meniran
Hiaju (Phyllanthus
niruri L.)
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 2. Meniran Merah (Phyllanthus urinaria Lin).
Secara umum kedua meniran memiliki struktur histologi yang
sama. Struktur primer akar memiliki pola jaringan pembuluh diark. Pola
ikatan pembuluh pada batang, cabang dan daun adalah kolateral.
Bentuk kristal prisma dan druse terdapat di batang muda. Tipe jalan
daun kedua species ini adalah unilakunar. Epidermis daun memiliki
papila. Kedua spesies ini memiliki dua tipe stomata yaitu parasitik dan
anisositik. Kristal druse pada daun dapat ditemukan pada jaringan
palisade.
Perbedaan yang ditemukan dari kedua species meniran
terdapat pada : bentuk batang muda, bentuk cabang, bentuk dan
penyebaran kristal, serta ada tidaknya trikoma pada tepi daun (Qonit,
2010).
Meniran hijau memiliki warna batang dan tangkai daun hijau
dengan bentuk sayatan batang muda bulat. Jenis ini tidak memiliki
bentuk Kristal polyhedral. Bentuk sayatan cabang berbentuk bulat
commit
to user
berlekuk tiga. Kristal druse
pada
daun dapat ditemukan hanya pada
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jaringan palisade. Jenis ini tidak memiliki trikoma uniseluler (Qonit,
2010).
Meniran merah memiliki warna batang dan tangkai daun merah
walaupun kadang agak kehijauan. Sayatan batang muda berbentuk
persegi lima .
Jenis ini memiliki
bentuk kristal polihedral.
sayatan cabang berbentuk pipih bersayap.
Bentuk
Meniran merah memiliki
kristal druse pada jaringan palisade dan tulang daun. Pada tepi daun
meniran merah dapat ditemukan trikoma uniseluler (Qonit, 2010).
c. Kandungan Kimia
Kandungan kimia Meniran yang telah diteliti adalah kandungan
kimia Meniran hijau, sedangkan untuk kandungan kimia Meniran merah
belum diteliti. Kandungan kimia meniran Hijau berupa kelompok Lignan,
Terpen, Flavanoid, Lipid, Benzoid, Alkaloid, Steroid, Alcanes dan
senyawa lain seperti Vitamin C, Tannin, Saponin (Bagalkotkar et al.
2006).
d. Habitat
Meniran dapat kita temui pada tempat terbuka. Tumbuhan ini
dapat hidup baik pada dataran rendah maupun tinggi. Selama ini
tumbuhan ini tumbuh secara liar dan belum dibudidayakan. Hal ini
dikarenakan tumbuhan ini cepat tumbuh dan berkembangbiak. Meniran
memiliki daerah distribusi yang luas, meliputi Asia, Australia, Amerika,
dan Afrika ( Unader et al dalam Hidayat dkk. 2008)
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Meniran hijau banyak ditemukan pada lahan yang agak teduh.
Jenis ini mendominasi pada lingkungan sekitar rumah, kebun dan tepi
jalan, akan tetapi pada lingkungan persawahan dan ladang sangat
sedikit keberadaannya. Meniran merah banyak ditemukan pada lahan
terbuka yang langsung terpapar sinar matahari seperti sawah dan
ladang, walaupun kadang dijumpai disekitar rumah dan kebun dengan
jumlah yang relative kecil.
e. Kegunaan
Meniran hijau dapat berguna sebagai anti viral jenis infeksi virus
morbili, influenza, bronkhitis, rhinovirus, pneumonia dan bahkan virus
HIV dapat dihambat replikasinya dengan ekstrak tumbuhan ini (Naik and
Juvekar. 2003). Menurut penelitian Maat (1997), ekstrak meniran hijau
mempengaruhi fungsi dan aktivitas komponen sistem imun. Hasil yang
sama pada penelitian yang dilakukan oleh Lestarini (2008). Pemberian
ekstrak Meniran Hijau diketahui mempunyai efek peningkatan respons
imun seluler terhadap mencit yang diinfeksi dengan Bakteri S.
thypmurium. Penyakit gangguan pencernaan seperti kondisi dispepsia,
kolik, diare dan disentri meniran hijau dapat digunakan (Khatoon et al.
2006). Selain itu, ekstrak meniran hijau yang diberikan ke sel
mononuklear, dapat menurunkan viabilitas sel tumor (Chodijah, 2003).
Manfaat meniran merah yang telah diteliti adalah
bersifat
diuretic, hopoglikemik, mempengaruhi apoptosis sel kanker paru – paru
(Huang et al. 2004) dan anti viral herpes simplek (Yang et al, 2007),
sedangkan kegunaan sebagai immunomodulator belum diteliti.
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Salmonella thypi
a. Taksonomi
Salmonella thypi dalam kedudukan pada system taksonomi
menurut Kauffman and Edwards (1952) (dalam Pelczar and Chan 1988)
digolongkan dalam:
Kingdom:
Eubacteria
Phylum:
Proteobacteria
Class:
Gammaproteobacteria
Order:
Enterobacteriales
Family:
Enterobacteriaceae
Genus:
Salmonella
Species:
Salmonella enteriditis
Dalam satu spesies Salmonella enteriditis, terdapat beberapa
serotipe yaitu Salmonella enteriditis bioserotipe paratyphi A atau S.
paratyphi A, Salmonella enteriditis bioserotipe paratyphi B atau S.
paratyphi B, Salmonella enteriditis bioserotipe paratyphi C atau S.
paratyphi C (Kresno,1996).
b. Deskripsi Morfologi
Salmonella typhii merupakan bakteri gram negatif, baciliform,
pendek, fakultatif anaerob intraseluler yang dapat hidup bahkan
berkembang biak dalam makrofag, tahan terhadap enzim-enzim
lisosom, mempunyai kemampuan untuk mencegah fusi
lysosome
phagosome-
sehingga sulit dibunuh. Salmonella bersifat motil dengan
commit to user
peritrichous flagella dan mempunyai faktor virulensi utama yang berupa
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lipopolisakarida (LPS) yang dapat menstimulasi respons imun pada
inang (Bauman,2006: Talaro, 2008).
c. Biologi Salmonella thypi
Salmonella bersifat motil dan patogenik. Bakteri ini mempunyai
karateristik memfermentasikan glukosa dan tidak memproduksi laktosa,
sukrosa dan indol. Bakteri ini hidup optimum pada rentang suhu 350C –
370C, pH 3.8 – 9,5. S. thypi hidup pada air, atau media lain seperti
makanan Sebagian besar Salmonella memproduksi gas H2S dan
mereduksi nitrat. Salmonella tahan terhadap bahan kimia tertentu
seperti brilliant green, sodium tetrathionat dan sodium dioksilat, yang
menghambat
bakteri
lain
sehingga
senyawa
tersebut
sering
ditambahkan pada media untuk mengkultur Salmonella (Pelczar and
Chan,1988).
3. Penyakit Demam Tifoid
a. Agen pernyebab
Demam Tifoid atau sering disebut Tifus merupakan penyakit
infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
Bakteri ini masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan air
yang tercemar (Widoyono, 2008). Penyebaran penyakit ini berkaitan erat
dengan kebersihan lingkungan dan makanan.
Masa inkubasi penyakit ini 8 sampai 48 jam. Sebagian bakteri ini
dapat dimusnahkan oleh asam lambung tetapi masih ada yang masuk
ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid dan bersarang di jaringan
tersebut, selain itu bakteri ini juga bersarang di limpa, hati dan bagian-
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bagian lain system retikulo endotelial. Endotoksin atau racun dari S.
typhi berperan dalam proses inflamasi lokal pada jaringan tempat bakteri
tersebut berkembang biak. S.typhi dan endotoksinnya merangsang
sintesis, pelepasan zat pirogen dan leukosit pada jaringan yang
meradang, sehingga terjadi demam (Bauman, 2006).
Gejala-gejala yang muncul bervariasi, dalam minggu pertama
sama dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, sakit
kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,hilang nafsu makan,
diare, perasaan tidak enak pada perut, batuk dan peningkatan suhu
badan. Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa
demam, perforasi dinding usus dan peritonitis (Bauman, 2006).
b. Mekanisme penyerangan
Mekanisme penyerangan S. thypi berlangsung dalam beberapa
stadium. Pada stadium awal bersifat asimtomatik. Pada fase ini bakteri
tersebar pada system retikulo endhotelial dan mengivasi makrofag.
Sedang pada minggu kedua mulai terbentuk bintik merah, abdominal
pain dan spenomegaly. Pada minggu ketiga mulai terjadi inflamasi usus
halus yang akut dan kadang terjadi perforasi dan haemoragi. Pada hari
7 – 14 terjadi poliferasi dan penyebaran bakteri dari aliran darah menuju
system retikulo endotelial pada hati, limpa, sumsum tulang dan empedu
(Bauman, 2006)
d. Penanggulangan penyakit
Penaggulangan
demam
tifoid
banyak
dilakukan
dengan
penggunaaan antibiotic. Jenis antibiotic yang paling banyak digunakan
di Indonesia yaitu Kloramfenikol (Widoyono, 2008).
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain pada pengobatan, tahap penanggulangan juga dilakukan
pada taraf pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan kebersihan
lingkungan dan juga kebersihan dari makanan.
4. Sistem pertahanan Tubuh.
Tubuh
organisme
khususnya
manusia
mempunyai
suatu
mekanisme kekebalan atau imunitas. System ini menjamin tubuh dari
kerusakan yang disebabkan oleh pathogen.
System pertahanan tubuh
dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan fungsinya.
a. Respon Imun Non-spesifik
Respon Imun non-spesifik merupakan bentuk respon yang dapat
dilakukan oleh system imun tubuh walaupun belum pernah terpapar
benda asing sebelumnya. System respon ini merupakan bawaan
(innate) dalam tubuh (Bellanti, 1993). Bentuk respon ini bersifat sama
tanpa pembedaan jenis antigen yang masuk. Sifat imunitas ini
merupakan bawaan langsung tubuh tanpa rekayasa sebelumnya.
Bentuk dari respon ini dapat berupa proses fagositosis dan reaksi
inflamasi. Fagositosis merupakan suatu proses penghancuran antigen
dengan cara menelan dalam sel fagosit. Sel yang berperan dalam
proses ini antara lain: makrofag, neutrofil dan monosit (Kresno, 1996).
Makrofag merupakan sel
jaringan dalam proses
fagosit mononuclear yang utama di
fagositosis. Makrofag diproduksi di sumsum
tulang belakang dari sel induk mieloid yang mengalami proliferasi dan
dilepaskan ke dalam darah sesudah atau satu periode melalui fase
monoblas-fase
promonosit-fase
monosit.
commit to user
Monosit
yang
telah
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
meninggalkan sirkulasi darah akan mengalami perubahan-perubahan
untuk kemudian menetap di jaringan sebagai makrofag (Bellanti, 1993).
Neutrofil merupakan granulosit dalam aliran darah. Sel ini dapat
bergerak menuju daerah inflamasi. Rangsang yang menggerakan
neutrofil adanya kemotaktik yang dikeluarkan oleh komplemen atau
limfosit teraktivasi. Sel ini berfungsi untuk memfagositosis antigen
(Bellanti, 1993).
b. Respon Imun spesifik
Respon imun spesifik merupakan bentuk respon tubuh yang dapat
mengenali jenis antigen. Respon ini hanya terjadi bila sebelumnya telah
terpapar dengan jenis antigen tertentu. Respon imun spesifik ini
diperankan oleh sel – sel limfosit (Bellanti, 1993).
Sel limfosit mampu mengenali setiap jenis antigen baik secara
intraseluler maupun ekstraseluler. Sel limfosit dibedakan menjadi dua
yaitu sel limfosit T dan sel Limfosit B. Pembedaan ini berdasarkan
fungsinya. Sel limfosit T bertanggungjawab pada respon imun seluler
dan limfosit B bertanggungjawab terhadap respon imun humoral
(Bellanti, 1993).
Limfosit T
mempunyai peran utama
dalam mengontrol dan
mengatasi infeksi intraseluler pathogen dengan memproduksi sitokin.
Limfosit T dapat memediasi secara langsung proses pelisisan sel yang
terinfeksi.
Infeksi
Salmonella
dapat
memberikan
penghambatan
terhadap pembentukan sel Dendritik (DC). Sel Dendritik ini berperan
secara langsung dalam proliferasi Limfosit T. Jika limfosit T terganggu,
maka aktivasi limfosit B juga terganggu (Velden et al.2005).
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Walaupun respon imun dibedakan menjadi spesifik dan non
spesifik, akan tetapi kedua bentuk respon imun ini saling melengkapi
dan
bekerja
secara sinergis. Bentuk
dari kerjasama
ini akan
membangun system imun tubuh yang optimal (Kresno, 1996).
c. Organ Limfoid
Sistem pertahanan tubuh dibangun oleh jaringan dan organ.
Organ – organ yang berperan dalam memproduksi sel limfosit adalah
organ limfoid. Organ limfoid dibagi menjadi dua yaitu organ limfoid
primer dan sekunder. Organ limfoid primer adalah Timus dan sumsum
tulang, sedangkan organ limfoid sekunder adalah Limpa dan Limfonodi.
Timus sebagai organ limfoid primer berperan dalam pematangan sel
limfosit T. Limfosit T yang terbentuk kemudian bermigrasi ke jaringan
limfoid sekunder. Organ limpa berperan sebagai tempat pertemuan
limfosit dengan antigen (Velden et al.2005). Contoh antigen yang dapat
diamati pada organ limpa adalah koloni bakteri.
Hasil penelitian
Sunarno (2007) , jumlah koloni bakteri S. thypimurium pada organ
limpa dapat dihitung dan pengaruh pemberian meniran hijau terhadap
koloni bakteri dapat dilihat.
5. Immunomodulator
Immunomodulator
merupakan rangkaian reaksi
tubuh untuk
memperbaiki diri dari serangan pathogen. Pathogen yang menyerang dapat
berupa virus, bakteri, protozoa, jamur dan antigen lain. Kemampuan ini
dipegang sepenuhnya oleh sistem pertahanan tubuh baik secara seluler
maupun humoral. Proses yang diperankan oleh sistem pertahanan tubuh
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat bekerja bila terdapat rangsang yang berupa antigen asing. Daya
immunomodulator pada tubuh organism dapat berlangsung cepat atau juga
lambat. Kecepatan kerja dari immunomodulator tergantung dari keadaan
tubuh organism dan juga ketersediaan senyawa tertentu yang berguna
sebagai imunostimulan. Respon immunologis terhadap antigen dipacu oleh
terlepasnya senyawa sitokin dalam darah. Adanya sitokin dalam darah
dipengaruhi oleh respon imun seluler yaitu limfosit. Respon proliferasi
limfosit
mempengaruhi
kecepatan
pengeluaran
sitokin,
Kecepatan
pengeluaran sitokin merupakan indicator daya immunomodulator (Spelman
et al, 2006). Jadi, respon proliferasi limfosit secara tidak langsung sebagai
indicator daya immunomodulator.
Stimulasi pengeluaran sitokin dapat dipacu oleh beberapa senyawa
aktif. Jenis – jenis senyawa aktif banyak ditemukan pada tumbuhan.
Penelitian mengenai flavanoid telah memberikan keterangan bahwa
senyawa ini mampu sebagai immunostimulator dan antioksidan (Saraf et al
2007).
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Penelitian
Meniran
Berdasarkan perbedaan karakter morfologi
Meniran Hijau (Phyllanthus niruri )
Meniran Merah (Phyllanthus urinaria)
Meningkatkan
Daya Immunomodulator
Belum ada penelitian mengenai efek
Daya Immunomodulator
Mencit yang diinfeksi Salmonella thypi
Daya Immunomodulator setelah pemberian ekstrak dengan indicator
proliferasi limfositnya sehingga meningkatkan respon imun seluler
Proliferasi Limfosit
Perlakuan Phyllanthus urinaria Lin
Proliferasi Limfosit
Perlakuan Phyllanthus niruri L
Diperbandingkan
Kesimpulan
Gambar 3. Kerangka Penelitian
C. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1. Respon proliferasi limfosit pada organ Limpa dan Timus pada mencit
Balb/C
yang diinfeksi bakteri Salmonella
thypi dipengaruhi oleh
pemberian ekstrak meniran Merah.
2. Respon proliferasi limfosit dipengaruhi oleh variasi penambahan dosis
commit
pemberian ekstrak meniran
merah.to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian laboratorik yang meliputi penelitian
respon proliferasi limfosit secara in vivo dan in vitro. Adapun metode penelitian
yang digunakan akan diuraikan dibawah ini.
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan mulai bulan Januari sampai dengan April
2011 . Adapun tempat penelitian dilakukan pada laboratorium Pusat sub unit
Kimia UNS, Laboratorium PAU Bioteknologi UGM dan Laboratorium LPPT
UGM.
B. Rancangan Penelitian
Rancangan yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan the
post test-only control groups . Subjek penelitian diambil dari populasi mencit
Galur Balb/C dengan jenis kelamin jantan, berat badan 20 – 30 gr/ekor, aktif
dan berumur 6 – 10 minggu.
Pemilihan individu sebagai kelompok
perlakuan dilakukan secara acak dari dalam satu populasi. Jumlah sampel
48 ekor mencit dengan 8 perlakuan dan 6 ulangan. Delapan perlakuan terdiri
dari Kontrol negative, Kontrol positif, Ekstrak meniran merah dengan tiga
variasi dosis dan Ekstrak meniran hijau dengan tiga variasi dosis. Variasi
dosis
yang
dipakai
dalam
penelitian
3x0,130mg/hari dan 3x0,260mg/hari.
commit to user
18
ini
adalah:
3x0,065mg/hari,
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Mencit Balb/C
Tanpa
perlakuan
Dengan
perlakuan
Pemberian pelarut
ekstrak hari ke 1 -10
Pemberian ekstrak
hari ke 1 - 10
Dipelihara 10
hari
Diinfeksi S
thypi hari ke -4
Dikorbankan hari ke-11 diisolasi limfositnya dan dihitung jumlahnya
Dikultur dengan variasi waktu inkubasi 24, 48 dan 72 jam
P K+
P H1
P H2
P H3
P M1
P M2
P M3
PK-
Gambar. 4 Alur Penelitian
Keterangan Gambar 4 :
H1: kelompok perlakuan 1 (pemberian ekstrak meniran Hijau 3 x 0,065mg/hari)
H2: kelompok perlakuan 2 (pemberian ekstrak meniran Hijau 3 x 0,130 mg/hari)
H3: kelompok perlakuan 3 (pemberian ekstrak meniran Hijau 3 x 0,260 mg/hari)
M1: kelompok perlakuan 1 (pemberian ekstrak meniran Merah 3 x 0,065 mg/hari)
M2: kelompok perlakuan 2 (pemberian ekstrak meniran Merah 3 x 0,130 mg/hari)
M3: kelompok perlakuan 3 (pemberian ekstrak meniran Merah 3 x 0,260 mg/hari)
Kontrol negative: tanpa pemberian ekstrak maupun infeksi bakteri
Kontrol positif : Diinfeksi bakteri dan diberikan pelarut ekstrak
PH1:Proliferasi limfosit kelompok perlakuan meniran hijau 1
PH2: Proliferasi limfosit kelompok perlakuan meniran hijau 2
PH3: Proliferasi limfosit kelompok perlakuan meniran hijau 3
PM1: Proliferasi limfosit kelompok perlakuan meniran merah 1
PM2: Proliferasi limfosit kelompok perlakuan meniran merah 2
PM3: Proliferasi limfosit kelompok perlakuan meniran merah 3
PK-: Proliferasi limfositv kelompok perlakuan control negatif
PK+: Proliferasi limfositv kelompok perlakuan control positif
commit to user
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Alat dan Bahan Penelitian
Alat – alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: tabung reaksi,
shiringe,kandang
pemeliharaan
mencit,cawan
petri,timbangan
analitik,seperangkat alat ekstraksi sokhetasi,sonde lambung, spuit , kaca
objek, mikroskop cahaya, seperangkat alat bedah steril, inkubator CO2 5%,
laminar air flow, pipet eppendorf, sentrifugasi, microplate 96 well dasar rata,
MTT assay, Eliza reader, Filter 0,2, Hemocytometer, bejana pengembang ,
dan pipa kapiler.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:hewan uji mencit,
pellet, lempeng silica gel GF254, ekstrak meniran merah, ekstrak meniran
hijau, medium trypticase soy broth, strain bakteri Salmonella thypi, NaCl
isotonic, akuabides steril dan sampel berupa limfosit yang diambil dari
kelenjar timus, dan limpa.
Reagen yang digunakan adalah: alkohol 70%, methanol 90%, asam
asetat 3%, Phosphate Buffered Saline(PBS), RPMI medium 1640, Penstrep,
Fungasol, NaHC03, Hepes, CHCl3, ethyl asetat, Toluen, Diethylamina,
Methanol, n-heksan dan sebagai bahan penyemprot uap ammonia,
dragendrof, anisaldehid dan FeCl3.
D. Prosedur Penelitian
1. Penyiapan inokulum
Inokula
bakteri
strain
Salmonella
thypi
didapatkan
dari
laboratorium PAU Pangan dan Gizi UGM. Jumlah koloni yang diperlukan
untuk proses infeksi adalah 105 CFU. Bakteri dihitung jumlah koloninya
sebelum diinokulasi pada mediun garam fisiologis. Inokula bakteri dalam
commit to user
medium diletakkan pada botol kaca dan dibawa dengan thermafreezer.
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peneliti dan teknisi menggunakan alat pelindung diri berupa jas lab,
sarung tangan karet dan masker.
2. Penyiapan hewan uji
Hewan uji merupakan mencit galur BaLB/C yang berumur 4 – 7
minggu dengan jenis kelamin jantan, aktif dan berat badan antara 20 – 30
gr/ekor. Sebanyak 48 ekor dengan setiap perlakuan 5 ulangan. Dasar dari
perulangan menurut WHO dengan jumlah minimal 5 ekor ulangan tiap
perlakuan. Mencit didapatkan dari Unit bidang praklinis UGM, sedangkan
perlakuan penelitian pada laboratorium hewan coba PAU Bioteknologi.
Mencit diletakkan pada kandang dengan jumlah maksimal 5 ekor per
kandang. Pengelompokan didasarkan pada jenis perlakuan. Untuk
kelompok control diletakkan pada bagian rak terpisah. Ruangan penelitian
terpisah dengan hewan uji lain dan tertutup. Mencit dipelihara dan diberi
makan pellet dan diberi minum secara reserve osmosis secara ad libitum.
Sebelum perlakuan dilakukan aklimatisasi selama 7 hari.
3. Pembuatan Ekstrak meniran
Tumbuhan meniran hijau didapatkan dari BPTO Tawangmanggu.
Tumbuhan meniran kemudian diekstraksi dengan metode Sohxetasi.
Pelarut yang digunakan adalah etanol 70 %. Sedangkan meniran merah
didapatkan di daerah Ngemplak, Boyolali. Tumbuhan tersebut kemudian
di ekstraksi dengan metode Sohxletasi dengan pelarut etanol 70%.
Ekstrak
berupa pasta dan dicairkan dengan CMCMA 0,25%
(LPPT UGM) dengan konsentrasi sesuai dosis. Untuk pemberian ekstrak
per mencit sebanyak 0,5 mL untuk tiap dosisnya.
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Analisis Senyawa dengan Kromatografi Lapis Tipis.
Senyawa
kimia
hasil
ekstraksi
dianalisis
dengan
metode
kromatografi lapis tipis (KLT). Masing-masing ekstrak ditotolkan pada
lempeng KLT dengan fase diam berupa gel GF254 dan dielusi dengan
menggunakan fase gerak.
Fase gerak berupa CHCl3 : Ethyl asetat (6:4) untuk mengelusi
senyawa Flavonoid, Toluen: Ethyl asetat: diethylamina (7:2:1) untuk
mengelusi senyawa Alkaloid,
n-heksan dan etilasetat (3:7)
untuk
mengelusi senyawa Tanin ,CHCl3: Metanol: air (6:3:1) untuk mengelusi
senyawa saponin dan Ethylasetat: Metanol: Air (10: 1,5:1)
untuk
mengelusi senyawa fenol dalam bejana pengembang. Setelah ekstrak
meniran ditotolkan pada lempeng silic gel KLT, kemudian ditandai dengan
pensil untuk titik startnya. Setelah itu, lempeng dimasukkan ke bejana
pengembang yang berisi fase gerak dan ditunggu sampai fase gerak
mencapai sisi atas lempeng. Waktu yang dibutuhkan sekitar 20 – 30
menit. Lempeng KLT kemudian diangkat dari bejana pengembang dan
dilakukan penyemprotan dalam lemari asam.
Senyawa penyemprot untuk mendeteksi senyawa Flavonoid
adalah uap ammonia, senyawa Alkaloid adalah Dragendrof, Saponin
adalah Anisaldehid, Tanin dan Fenol dengan FeCl3 . Setelah disemprot,
lempeng dikeringkan dan dilihat pada lampu UV dan visible, setelah itu
didokumentasikan. Hasil yang diperoleh merupakan spot dengan warna
tertentu, setelah itu diukur jarak dan dihitung nilai Rf-nya.
commit to user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jenis senyawa penyusun diidentifikasi berdasarkan pada nilai Rf
(retardation
faktor)
yang
terbentuk
pada kromatogram.
Nilai
Rf
dirumuskan :
Rf =
Jarak gerakan zat terlarut
Jarak gerakan pelarut
5. Perlakuan pada Hewan uji
Mencit diberi makan dan minum dengan cukup. Sebelum
perlakuan dilakukan aklimatisasi selama 7 hari. Setelah itu baru dilakukan
perlakuan pemberian ekstrak.
Pemberian ekstrak Meniran Hijau sesuai dosis selama 10 hari.
Dengan dosis 3 x dosis perlakuan per hari dalam volume 0,5 cc. Dosis
perlakuan baik Meniran Hijau maupun Meniran Merah adalah 3x0,065
mg/hari, 3x0,130mg/hari dan 3x0,260mg/hari. Mencit diberi ekstrak
meniran dengan cara ekstrak dimasukkan ke dalam sonde lambung
dengan ukuran jarum 2,5. Selanjutnya, hewan dipegang dengan tangan
kiri (dihindari leher jangan sampai tercekik). Setelah dalam kondisi hewan
terfiksir dengan benar dan tenang, dimasukkan sonde lambung sampai
mendekati lambung atau bila seluruh jarum spuit masuk, ekstrak
disuntikkan. Beberapa saat setelah penyuntikan, hewan diamati sampai
beraktivitas kembali (Standart LPPT UGM).
Proses penginfeksian dilakukan oleh teknisi dengan alat pelindung
diri lengkap dan lingkungan aseptic. Mencit diberi ekstrak meniran mulai
hari 1 sampai hari ke 10. Pada hari ke-4, mencit diinfeksi bakteri
Salmonella typhi. Cara penginfeksian Bakteri Sallmonella thypi
pada
commit tomencit
user teranesthesi. Mencit sebelum
mencit dilakukan dalam keadaan
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
infeksi dianasthesi dengan Ketamin dengan dosis 10ml/kg BB sebanyak
0,1mL/ekor. Setelah mencit teranesthesi dengan sempurna, Mencit
diinfeksi dengan bakteri Salmonella thypi secara intraperitoneal. Jumlah
bakteri yang diinokulasi adalah 105/0,5 cc per ekor (Standard LPPT
UGM).
Pada hari ke-11, mencit dikorbankan. Proses terminasi dengan
cara Mencit dikorbankan dengan narkose ether secara over dosis.
Awalnya, Mencit yang akan dikorbankan dimasukkan ke dalam stoples,
kemudian ditutup rapat. Selanjutnya, 10–20 ml ether dituang kedalam
kapas dan dimasukkan ke dalam stoples yang telah dihuni mencit
tersebut Dua sampai 5 menit kemudian, dilakukan pengamatan terhadap
nafas, dan denyut jantung. Apabila mencit sudah tidak bernafas, tutup
toples dibuka, hewan diletakkan di tempat nekropsi. Sebelum dilakukan
pembedahan, dilakukan pengamatan kembali terhadap denyut jantung
dan nafas untuk memastikan hewan telah benar-benar mati (Standard
LPPT UGM). Setelah mencit diyakini mati kemudian direntangkan pada
bak bedah dengan posisi terlentang. Kulit bagian perut dibuka dan
dibersihkan selubung peritoneumnya dengan alcohol 70%. Kelenjar limpa
yang berada disisi kiri atas dengan bentuk memanjang berwarna merah,
diambil dengan cara mencari ujungnya dan digunting. Limpa dibersihkan
dari selubung pengikatnya. Kelenjar timus yang berada diatas dada juga
diambil dan diperlakukan yang sama dengan limpa. Limpa dan timus
diletakkan dalam cawan petri diameter 50 mm yang berisi 5 mL RPMI.
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Uji Proliferasi Limfosit
Langkah pertama merupakan isolasi limfosit dari organ limfoid
yaitu : timus dan limfa. Isolasi limfosit menggunakan medium RPMI.
Media RPMI dipompakan ke dalam organ sehingga limfosit ikut keluar
bersama media. Suspensi sel dimasukkan dalam tabung sentrifus 10 mL
dan disentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 1500 rpm. Pelet yang
didapat, disuspensikan ke dalam 2 mL Tris Buffered Ammonium Chloride
untuk melisiskan eritrosit. Sel dicampur hingga homogen dan didiamkan
pada suhu ruang selama 2 menit. Ditambahkan 1 mL FBS pada dasar
tabung, campur, sentrifus pada 1200 rpm 4°C selama 5 menit dan
supernatan dibuang. Pelet dicuci 2 kali dengan RPMI dan dilakukan
proses seperti awal hingga didapatkan beningan dan sel limfosit
disuspensikan dengan medium komplit.
Sebelum dikultur, limfosit
dihitung jumlahnya dengan hemositometer dengan pewarnaan biru tripan.
Rumus yang dipakai adalah:
N = A × FP × 104sel/mL
Keterangan :
N = jumlah sel limfosit/mL,
A = Jumlah sel hidup rata-rata per bidang pandang
FP = Faktor pengenceran
Pengujian yang kedua adalah aktivitas limfosit atau disebut
viabilitas sel limfosit. Untuk proses uji aktivitas limfosit sel ditepatkan
jumlahnya menjadi 1,5 x 106 sel/mL. Uji Aktivitas limfosit dilakukan dalam
sumuran-sumuran mikroplate 96-wells sesuai dengan masing-masing
kelompok perlakuan dan diinkubasi selama 24, 48 dan 72 jam dalam
inkubator dengan aliran 5% CO2 pada suhu 37°C. Suspensi sel yang
to user
telah ditepatkan jumlanya,commit
kemudian
diambil sebanyak 100µL untuk tiap 1
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sumuran(well). Untuk tiap kelompok perlakuan dengan 2 replikasi. Tiap
sumuran kemudian ditambahkan Phytohaemaglutinin (PHA)
konsentrasi
akhir
50µL/mL
sebanyak
10
µL/sumuran
dengan
sebelum
diinkubasikan. Setelah diinkubasi selama 24 jam, Kultur limfosit difoto
setelah itu masing-masing sumuran ditambahkan larutan MTT dengan
konsentrasi akhir 5 mg/mL sebanyak 10µL. Kultur kemudian diinkubasi
lagi selama 4 jam pada suhu 37°C. Sel yang hidup akan bereaksi dengan
MTT membentuk warna ungu. Reaksi dengan MTT dihentikan dengan
menambah reagen stopper yaitu larutan SDS 10% dalam asam klorida
0,01N sebanyak 100µL pada tiap sumuran. Hasilnya
dibaca dengan
ELISA Reader dengan panjang gelombang 550 nm 24 jam setelah reaksi
Stopper. Proses yang sama dilakukan untuk waktu inkubasi 48 jam dan
72 jam.
E. Cara Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dilakukan editing, coding dan entry dalam file
komputer. Setelah dilakukan
clearing, data dianalisis secara statistik
dengan bantuan program SPSS versi 12. Analisis deskriptif menampilkan
nilai rerata dan simpangan baku dari variabel tergantung (jumlah limfosit
aktif). Hasil dibuat dalam bentuk grafik
error bar. Uji statistic yang
digunakan adalah Independent T Test dan estimasi kurva untuk melihat
pola kencenderungan dari perlakuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan:
1.
Pemberian ekstrak meniran merah berpengaruh lebih baik terhadap respon
proliferasi limfosit dengan meningkatkan proliferasi limfosit pada organ Limpa
dan pada organ Timus menekan mendekati proliferasi limfosit keadaan
sehat.
2.
Pemberian
penambahan
dosis
ekstrak
meniran
merah
cenderung
menguatkan respon proliferasi limfosit.
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut isolasi senyawa flavonoid dan saponin
dari meniran merah dari segi kuantitas dan fungsinya dalam peningkatan daya
immunomodulator.
2. Perlu dilakukan penelitian mengenai uji sitotoksisistas akibat perlakuan
meniran merah
3. Perlu dilakukan penelitian fitofarmaka dari meniran merah.
commit to user
61
Download