BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan
perubahan ke arah yang lebih baik. Proses pembangunan meliputi berbagai
perubahan untuk masing-masing aspek yang berbeda seperti halnya aspek sosial,
politik, ekonomi, dan budaya. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat
mutlak bagi kelangsungan suatu negara (Baeti, 2013). Indonesia merupakan salah
satu dari beberapa negara yang menerapkan strategi pembangunan yang
menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi. Tujuan pembangunan adalah
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan indikator gross
domestic product/gross national product (GDP/GNP). Maka, dalam hal ini,
disadari atau tidak disadari, manusia adalah sebagai input dalam proses
pertumbuhan, bukan sebagai sasaran pertumbuhan ekonomi (Ginting et al., 2008).
Suatu upaya yang paling ambisius dan terbaru dalam menganalisis
perbandingan status pembangunan sosial ekonomi, baik di negara sedang
berkembang (NSB) maupun negara maju telah dilakukan oleh UNDP (United
Nations Development Program) secara sistematis dan komperhensif (Kuncoro,
1997). Pada tahun 1990, UNDP memperkenalkan Human Development Indeks
(HDI) dan menerbitkan seri tahunan dalam publikasi berjudul Human
Development Reports (HRDs). Dalam kata pengantar pada publikasi tersebut,
dinyatakan bahwa munculnya HDI bukan berarti mengenyampingkan peran GDP,
tetapi bagaimana menerjemahkan GDP tersebut ke dalam pembangunan manusia
(Drapper, 1990 dalam Ginting et al., 2008).
Pembangunan juga merupakan sebuah proses untuk meningkatkan
kapabililtas masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Dalam
meningkatkan kesejahteraan manusia tidak sekedar memerlukan atau tidak hanya
mementingkan pertumbuhan ekonomi dalam produksi barang dan jasa yang
disertai dengan perkembangan pada pendapatan per kapita, tapi lebih kepada
kemudahan masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar agar mempunyai
kehidupan sosial yang produktif dan bermakna (Sen, 1985; Dasgupta, 1993;
UNDP,1990 dalam Ghosh, 2006). Pembangunan berawal dan bertitik tolak dari
manusia, dilakukan oleh manusia, maka sudah semestinya ditunjukkan pula untuk
manusia. Di dalam konsep IPM terdapat perpaduan antara aspek-aspek sosial dan
ekonomi (Arsyad, 2010). Selain itu, pembangunan manusia menurut definisi
UNDP adalah proses memperluas pilihan-pilihan masyarakat (people’s choices).
Dari beberapa pilihan, terdapat tiga pilihan yang dianggap paling penting, yaitu
panjang umur dan sehat, berpendidikan, dan standar hidup yang layak. Pilihan lain
yang dianggap mendukung tiga pilihan di atas adalah kebebasan politik, hak asasi
manusia, dan penghormatan hak pribadi (HDR’s, 1990 dalam Ginting et al.,
2008).
Untuk mengukur ketiga pilihan tersebut, UNDP menyusun suatu indeks
komposit berdasarkan tiga indikator, yaitu angka harapan hidup pada waktu lahir
(life expectancy at birth), angka melek huruf penduduk dewasa (adult literacy
rate) dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling), serta kemampuan daya
beli (purchasing power parity). Indikator angka harapan hidup mengukur
kesehatan, sedangkan indikator angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata
lama sekolah mengukur pendidikan, dan yang terakhir untuk indikator daya beli
digunakan mengukur standar hidup.
Pendapatan per kapita riil umumnya dianggap sebagai sebuah hal yang
mencerminkan hidup layak dan menangkap atau menggunakan semua variabel
yang
menggambarkan
aspek-aspek
dari
kesejahteraan,
namun
tidak
merepresentasikan harapan hidup dan melek huruf. Meskipun pendapatan per
kapita tidak menggambarkan aspek yang lebih luas dari kesejahteraan seperti
halnya IPM, pendapatan per kapita merupakan hal yang sangat penting dalam
perbaikan pembangunan manusia. Pada dasarnya, hubungan yang erat antara
pertumbuhan ekonomi (yang diukur dengan kenaikan pendapatan per kapita) dan
pembangunan manusia merupakan hal yang diharapkan. Pertumbuhan ekonomi
menyediakan sumber daya untuk mencapai perbaikan dalam pembangunan
manusia, sedangkan perbaikan dalam modal manusia memiliki peran penting
dalam mencapai pertumbuhan ekonomi (Ghosh, 2006).
Kuncoro (1997) juga menyatakan bahwa indikator IPM jauh melebihi
pertumbuhan konvensional. Memang suatu pertumbuhan ekonomi adalah penting
untuk mempertahankan kesejahteraan rakyatnya. Namun pertumbuhan bukan
merupakan akhir dari pembangunan manusia. Pertumbuhan ekonomi hanyalah
satu alat yang penting, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
pertumbuhan ekonomi digunakan untuk memperbaiki kapabilitas manusianya, dan
pada gilirannya bagaimana rakyat menggunakan kapabilitasnya.
Amartya Sen dalam Kuncoro (1997), seorang ahli ekonomi dari Havard,
menegaskan bahwa pembangunan ekonomi seharusnya diterjemahkan sebagai
suatu proses ekspansi dari kebebasan positif yang dinikmati oleh masyarakat.
Beliau mengamati bahwa masalah riil di NSB adalah menurunnya kualitas
kehidupan
daripada
rendahnya
pendapatan.
Sen
menginterpresentasikan
pembangunan sebagai proses yang memperluas entitlement dan kapabiltas
manusia untuk hidup sesuai dengan yang diinginkannya. Entitlement adalah
sejumlah komoditi yang dapat diperoleh seseorang dalam masyarakat dengan
menggunakan seluruh hak dan peluang yang dia miliki. Kapabilitas diartikan
sebagai mencakup apa yang dapat maupun tidak dapat dilakukan, misalnya bebas
dari kelaparan, dari kekurangan gizi, partisipasi dalam masyarakat, bebas
bepergian menengok teman, memperoleh tempat tinggal yang memadai, dan lainlain.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, faktor tingkat pendapatan
sejatinya merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan pembangunan
manusia, namun faktor-faktor lain seperti halnya distribusi pendapatan dalam
masyarakat, termasuk perempuan dan peran pemerintah juga menjadi faktor
pendukung
dalam
pencapaian
pembangunan
manusia.
Brata
(2002)
mengemukakan pendapatnya bahwa kecenderungan rumah tangga untuk
membelanjakan pendapatan bersih mereka untuk barang-barang yang memliki
kontribusi langsung terhadap pembangunan manusia (seperti makanan, air,
pendidikan, dan kesehatan) tergantung dari sejumlah faktor seperti tingkat dan
distribusi pendapatan antar rumah tangga dan juga pada siapa yang mengontrol
alokasi pengeluaran dalam rumah tangga. Seperti yang sudah umum diketahui
bahwa penduduk miskin menghabiskan porsi pendapatannya lebih banyak
dibandingkan penduduk kaya untuk kebutuhan pembangunan manusia. Dicatat
pula bahwa perempuan yang berpendidikan baik dapat menyediakan kondisi
sanitasi yang lebih baik bagi seluruh anggota keluarga dan makanan yang lebih
bergizi (Meier dan Rauch, 2000 dalam Brata, 2002). Oleh sebab itu, makin tinggi
pendidikan perempuan akan makin positif pula manfaatnya bagi pembangunan
manusia.
Menurut Bagi (2007) secara umum perawatan kesehatan dan pendidikan
diyakini mempengaruhi pembangunan manusia. Informasi atau pengetahuan
terhadap hubungan antara pengeluaran publik dan pembangunan manusia
merupakan hal yang penting dalam meningkatkan pembangunan manusia,
khususnya di negara dengan tingkat pembangunan manusia yang tinggi dan
rendah. Penekanan pada peningkatan pengeluaran publik untuk pendidikan dan
kesehatan tersebut berdasarkan atas fakta bahwa pengeluaran publik untuk
keduanya
akan
meningkatkan
potensi
masyarakat
dalam
meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan mereka.
Pernyataan tersebut juga sesuai dengan pandangan Arsyad (2010) yang
menjelaskan bahwa nilai IPM suatu negara atau daerah sangat dipengaruhi oleh
kebijakan-kebijakan internal pemerintah suatu negara atau daerah terkait
mengenai aspek pembangunan manusianya, bukan hanya pada tinggi rendahnya
pendapatan per kapita. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendukung aspek
pembangunan manusia dapat dilihat dari proporsi anggaran pemerintah untuk
pembangunan sektor pendidikan dan kesehatan. Besarnya proporsi anggaran
pemerintah yang dialokasikan untuk kedua sektor tersebut mencerminkan
keberpihakan pemerintah terhadap aspek pembangunan manusia.
Pembangunan manusia masih perlu mendapat perhatian disebabkan oleh
berbagai hal seperti halnya banyak negara berkembang (termasuk Indonesia)
berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi gagal mengurangi
kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan. Hal kedua yaitu banyak negara maju
yang mempunyai tingkat pendapatan tinggi ternyata tidak berhasil mengurangi
masalah-masalah sosial, seperti penyalahgunaan obat, AIDS, ketergantungan
terhadap alkohol, gelandangan, dan kekerasan dalam rumah tangga. Terakhir
adalah beberapa negara mampu mencapai tingkat pembangunan manusia yang
tinggi, karena mampu menggunakan secara bijaksana semua sumber daya untuk
mengembangkan kemampuan dasar manusia (Ginting et al., 2008).
Pada umumnya, negara-negara berkembang, khususnya seperti Indonesia
cenderung memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun di sisi lain
dihadapkan pada persoalan rendahnya pembangunan manusia dan tingginya angka
kemiskinan (BPS, 2013 dalam Novitasari, 2015).
Tingkat pencapaian suatu pembangunan untuk setiap Provinsi maupun
kabupaten/kota memiliki perbedaan. Indonesia memiliki 34 Provinsi dan 514
kabupaten/kota, salah satu yang ada di dalamnya adalah Provinsi Bali.
Angka Indeks Pembangunan Manusia pada tahun 2009 sampai dengan 2013
yang dimiliki oleh Provinsi Bali terus-menerus mengalami peningkatan (Gambar
1.1), namun masih terdapat ketimpangan antar kabupaten/kota yang dikarenakan
oleh perbedaan pola dan struktur perekonomian, serta pengaruh sosial dan budaya
di setiap kabupaten/kota. Berdasarkan grafik tersebut PDRB per kapita Provinsi
Bali selama lima tahun juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Peningkatan PDRB per kapita tersebut menunjukkan bahwa Provinsi Bali telah
cukup berhasil menjalankan program otonomi daerah (Dewi & Sutrisna, 2014).
Dengan adanya penelitian ini akan melihat apakah peningkatan dalam PDRB per
kapita tersebut mampu merefleksikan atau dapat membuktikan bahwa
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Bali yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia.
Gambar 1.1 PDRB Per Kapita dan Indeks Pembangunan Manusia Provinsi
Bali tahun 2009-2013
9000000,00
74,50
74,00
8500000,00
73,50
8000000,00
73,00
72,50
7500000,00
72,00
7000000,00
PDRB Per Kapita
IPM
71,50
71,00
6500000,00
70,50
6000000,00
70,00
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: Badan Pusat Statistik Bali, 2015 (diolah)
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga diketahui sebagai acuan untuk
mengukur proses pencapaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen
dasar kualitas hidup. Oleh karena itu, IPM dibangun melalui pendekatan tiga
dimensi dasar (BPS). Dimensi tersebut terdiri dari:
Tabel 1.1 Dimensi, Indikator, dan Indeks Berdasarkan BPS
Dimensi
Indikator
Indeks
Umur Panjang dan Sehat
- Angka
Harapan Indeks Harapan Hidup
Hidup
Pengetahuan
- Angka Melek
Indeks Pendidikan
Huruf
- Rata-Rata Lama
Sekolah
Standar Layak Hidup
- Pengeluaran Per
Indeks Pendapatan
kapita Riil yang
Disesuaikan (PPP
Rupiah)
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2008
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, Human Development Index atau
Indeks Pembangunan Manusia merupakan suatu indeks yang juga dipergunakan
oleh UNDP (United Nations Developments Programmes), dimana angka IPM
dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar, namun pendekatan dimensi
tersebut memiliki sedikit perbedaan dari yang dikemukakan oleh BPS:
Tabel 1.2 Dimensi, Indikator, dan Indeks IPM Berdasarkan United Nations
Developments Programmes
Dimensi
Indikator
Indeks
Umur Panjang
- Angka
Harapan Indeks Harapan Hidup
Hidup pada saat
Lahir
Pengetahuan
- Angka Melek
Indeks Pendidikan
Huruf
- Rasio Gabungan
Partisipasi Sekolah
di Tingkat Dasar,
Menengah, dan
Tinggi.
Standar Layak Hidup
- GDP Per kapita Indeks Pendapatan
yang disesuaikan
(PPP US$)
Sumber: UNDP, 1990
Indikator-indikator tersebut untuk setiap tahunnya memiliki angka yang
berbeda-beda. Untuk itu, beberapa diagram batang di bawah ini akan
menunjukkan perubahaan angka yang dimiliki untuk setiap indikator dari tahun ke
tahun di Provinsi Bali:
Gambar 1.2 Angka Harapan Hidup Provinsi Bali 2009-2013 (Tahun)
2009
2010
2011
2012
2013
71,20
70,84
70,78
70,72
70,67
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 (diolah)
Sesuai yang ditunjukkan pada diagram batang di atas, indikator angka
harapan hidup yang mencerminkan kualitas kesehatan di Provinsi Bali mengalami
peningkatan yang tidak terlalu signifikan dari tahun 2009-2013. Angka harapan
hidup tertinggi ditunjukkan pada tahun 2013, yaitu sebesar 71,20. Hal itu
menunjukan bahwa pada tahun tersebut masyarakat di Bali mulai memperhatikan
kesehatannya dengan cara hidup bersih yang diterapkan pada diri sendiri dan juga
tidak mengabaikan keadaan lingkungan sekitar yang menjadi pendukung kualitas
kesehatan masyarakat di Provinsi Bali. Selain itu, peran pemerintah juga turut
memberi dampak positif pada kualitas kesehatan yang ada di Provinsi Bali, seperti
halnya meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, contohnya melalui
program asuransi kesehatan keluarga miskin untuk keluarga miskin.
Untuk dimensi pengetahuan atau pendidikan, kombinasi antara indikator
angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah digunakan dalam mengukur salah
satu pendekatan dimensi dari Indeks Pembangunan Manusia. Dapat dilihat pada
kedua diagram batang di bawah ini bagaimana angka melek huruf dan rata-rata
lama sekolah yang telah dicapai oleh Provinsi Bali dari tahun 2009-2013. Kedua
indikator tersebut akan mencerminkan kualitas pendidikan yang dimiliki oleh
masyarakat Provinsi Bali.
Gambar 1.3 Angka Melek Huruf Provinsi Bali 2009-2013 (%)
2009
2010
2011
2012
2013
91,03
90,17
89,17
88,40
87,22
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 (diolah)
Gambar 1.4 Rata-Rata Lama Sekolah Provinsi Bali 2009-2013 (Tahun)
2009
2010
2011
2012
2013
8,57
8,58
8,35
8,21
7,83
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 (diolah)
Sesuai dengan data yang tertera di atas, angka melek huruf dan rata-rata
lama sekolah sama-sama memiliki angka tertinggi pada tahun 2013. Pada tahun
tersebut menyiratkan bahwa masyarakat di Provinsi Bali mulai sadar akan
pentingnya meningkatkan kualitas diri agar dapat meningkatkan taraf hidupnya.
Hal tersebut juga didukung dengan peningkatan sarana prasana dalam pendidikan,
seperti halnya peningkatan kualitas guru, alat-alat belajar mengajar, dan
peningkatan materi.
Sementara itu, dalam mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator
kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang
dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan
pendapatan yang mewakili pencapaian pembangunan untuk hidup layak. Melalui
diagram batang di bawah ini, kemampuan daya beli masyarakat di Provinsi Bali
akan diketahui setiap tahunnya:
Gambar 1.5 Pengeluaran Per Kapita yang Disesuaikan (Purchasing Power
Parity) Provinsi Bali 2009-2013 (Rp)
2009
2010
2011
2012
2013
643,78
640,86
637,86
634,67
632,15
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 (diolah)
Dengan melihat diagram batang di atas, pengeluaran per kapita yang
disesuaikan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan pengeluaran
per kapita yang terus-menerus dapat terjadi karena tingkat konsumsi dari
masyarakat Provinsi Bali yang juga meningkat disertai dengan tingkat pendapatan
yang juga mengalami peningkatan.
Data-data yang sudah tertera di atas menggambarkan bahwa angka harapan
hidup, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi, tentunya
disebabkan oleh beberapa faktor. Dengan adanya hal tersebut, mengetahui
beberapa faktor seperti PDRB per kapita, belanja pendidikan, dan belanja
kesehatan sangatlah diperlukan untuk melihat seberapa besar pengaruh ketiganya
dalam proses pencapaian suatu pembangunan di Indonesia, khususnya di Provinsi
Bali.
1.2
Rumusan Masalah
IPM adalah suatu indeks yang dipergunakan oleh UNDP untuk
mengetahui sejauh apa proses pencapaian dari suatu pembangunan. Berdasarkan
penjelasan sebelumnya, di dalam konsep IPM terdapat perpaduan antara aspekaspek sosial dan ekonomi. Aspek ekonomi seperti halnya pertumbuhan ekonomi
merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pencapaian pembangunan
manusia. Kendati begitu, aspek-aspek lainnya seperti aspek pendidikan dan
kesehatan juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan pembangunan
manusia. Adanya pengeluaran pemerintah untuk kedua sektor tersebut sangat
diperlukan dalam menunjang kualitas dari pendidikan dan kesehatan di suatu
negara atau daerah. Untuk itu, selain memperhatikan aspek ekonomi, hal-hal
lainnya seperti kebijakan pemerintah dalam mengalokasikan pengeluaran publik
untuk aspek pendidikan dan kesehatan juga tidak dapat diacuhkan begitu saja.
Adapun beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ghosh
(2006), penelitan tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang
diukur dengan PDRB per kapita atas dasar harga konstan mempunyai pengaruh
signifikan dan positif terhadap seluruh indikator pembangunan manusia. Selain
itu, pada penelitian tersebut juga ditemukan bahwa pengeluaran sektor sosial
memiliki kontribusi yang signifikan terhadap variabel pembangunan manusia.
Beberapa penelitian lainnya, seperti yang dilakukan oleh Hojman (1996)
menemukan bahwa belanja publik yang digunakan untuk kesehatan secara
statistik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kesehatan. Lain
halnya penelitian yang dilakukan oleh Bagi (2007), secara keseluruhan dalam
penelitian tersebut ditemukan bahwa pengeluaran publik untuk pendidikan lebih
efektif dibandingkan pengeluaran publik yang dialokasikan untuk kesehatan
terhadap pencapaian tingkat pembangunan manusia. Hal tersebut khususnya
terjadi pada negara-negara yang memiliki tingkat pembangunan manusia yang
menengah dan rendah.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, hasil yang ditunjukkan oleh setiap
penelitian berbeda-beda. Di Indonesia, khususnya Provinsi Bali, penelitian dengan
topik yang serupa masih sedikit dilakukan. Dengan alasan itu, penelitian dengan
pembahasan yang serupa masih perlu dilakukan kembali. Beberapa diagram
batang di atas juga telah menggambarkan bagaimana perkembangan yang
ditunjukkan oleh masing-masing pendekatan dimensi yang dimiliki oleh Indeks
Pembangunan Manusia di Provinsi Bali. Dengan adanya perkembangan yang
sedemikian rupa, sangatlah penting untuk mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya perkembangan oleh setiap dimensi yang telah
membentuk Indeks Pembangunan Manusia.
Maka dari itu, dengan adanya penelitian ini akan diketahui bagaimana
pertumbuhan ekonomi daerah yang diukur dengan PDRB per kapita atas dasar
harga konstan, belanja pendidikan, dan belanja kesehatan akan mempengaruhi
proses pencapaian suatu pembangunan.
1.3
Pertanyaan Penelitian
1.
Bagaimanakah pengaruh PDRB per kapita terhadap pembangunan
manusia di Provinsi Bali tahun 2009-2013?
2.
Bagaimanakah pengaruh belanja pendidikan terhadap pembangunan
manusia di Provinsi Bali tahun 2009-2013?
3.
Bagaimanakah pengaruh belanja kesehatan terhadap pembangunan
manusia di Provinsi Bali tahun 2009-2013?
1.4
Tujuan Penelitian
1.
Untuk
menganalisis
pengaruh
PDRB
per
kapita
terhadap
pembangunan manusia di Provinsi Bali tahun 2009-2013.
2.
Untuk
menganalisis
pengaruh
belanja
pendidikan
terhadap
pembangunan manusia di Provinsi Bali tahun 2009-2013.
3.
Untuk
menganalisis
pengaruh
belanja
kesehatan
terhadap
pembangunan manusia di Provinsi Bali tahun 2009-2013.
1.5
Manfaat Penelitian
1.
Mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan manusia yang
tercermin dari penduduk yang memiliki kualitas kesehatan yang baik
dan memiliki umur panjang, mempunyai kualitas pendidikan yang
tinggi serta terampil.
2.
Saran untuk pihak pemerintah Provinsi Bali sebagai pendukung bagi
perencanaan agar lebih memperhatikan setiap dimensi pembangunan
manusia
3.
Memberikan petunjuk mengenai pencapaian sasaran untuk setiap
sektor yang memiliki peranan penting bagi perumusan dan
pengambilan kebijakan.
4.
Sebagai suatu kritik ataupun pembenahan pembangunan dalam
menetapkan suatu hakikat pembangunan
1.6
Sistematika Penulisan
Penelitian ini memiliki sistematika penulisan skripsi yang terdiri dari lima
bab, yaitu Bab 1 perihal pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan,
rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitan,
serta sistematika penulisan. Bab 2 mengenai penjelasan landasan teori yang
digunakan dalam suatu penelitian maupun studi literatur yang memuat penelitian
– penelitian sebelumnya dengan bahasan atau tema serupa untuk memperkuat
penelitian ini, dan hipotesis. Sedangkan bab 3, menjelaskan metodologi penelitian
yang terdiri dari jenis dan sumber data, model penelitian, variabel penelitian, alat
analisis, pemilihan model estimasi, uji asumsi klasik, serta uji signifikansi. Pada
bab 4 mencakup hasil penelitian dan pembahasan. Selanjutnya dalam bab akhir,
yaitu bab 5 berisi tentang kesimpulan dan saran setelah melakukan penelitian ini.
Download