Kanker dan toksisitas jangka panjang pada anak yang terpajan pada ARV sebelum kelahiran Oleh: Liz Highleyman, hivandhepatitis.com, 21 Oktober 2008 Penggunaan terapi antiretroviral (ART) sebagai profilaksis selama kehamilan telah mengurangi risiko penularan HIV dari ibu-ke-bayi (MTCT) secara bermakna. Secara keseluruhan penelitian menunjukkan bahwa manfaat profilaksis melampaui risikonya, tetapi tetap bermasalah terhadap dampak jangka panjang pada pajanan sebelum kelahiran. Kanker pada anak yang terpajan NRTI Dalam jurnal AIDS edisi 18 Oktober 2008 para peneliti Prancis menjelaskan tentang penelitian yang mengamati kejadian kanker pada anak yang terpajan NRTI sebelum kelahiran. Kasus kanker ditentukan pada kohort bayi yang tidak terinfeksi HIV yang lahir dari ibu terinfeksi HIV, secara prospektif di seluruh Prancis dengan memakai angket yang dibakukan selama dua tahun masa tindak lanjut. Setelah itu kanker dideteksi dengan pernyataan “pharmacovigilance” (kewaspadaan terhadap efek samping obat) secara langsung dan mencocokkan data tersebut dengan daftar kanker anak nasional. Rasio kejadian yang dibakukan dihitung untuk perbandingan kejadian dengan populasi Prancis secara umum. Hasil • Seluruhnya ada sepuluh kasus kanker yang terdeteksi di antara 9.127 anak terpajan NRTI yang tidak terinfeksi HIV (seluruhnya 53.052 orang tahun masa tindak lanjut). • Median usia saat diagnosis kanker adalah 5,4 tahun. • Secara keseluruhan kejadian kanker pada anak terpajan tidak berbeda secara bermakna dengan yang diperkirakan pada populasi umum: - 10 kasus diamati pada anak terpajan; - 8,9 diperkirakan berdasarkan angka nasional 1990-1999; - 9,6 diperkirakan berdasarkan angka nasional 2000-2004. • Rasio perbandingan yang dibakukan adalah 1,1 pada anak terpajan dan 1,0 pada populasi umum. • Lima kasus kanker susunan saraf pusat (SSP) diamati (rasio perbandingan yang dibakukan adalah 3,1 pada anak terpajan dan 2,4 pada populasi umum). • Risiko relatif terhadap kanker pada anak terpajan pada ddI plus 3TC adalah lebih tinggi dibandingkan anak terpajan monoterapi AZT (rasio hazard 13,6) “Penelitian tersebut tidak membuktikan peningkatan risiko kanker secara keseluruhan pada anak yang terpajan NRTI sampai usia lima tahun,” penulis penelitian menyimpulkan. “Hasil memberi kesan bahwa hubungan yang khusus terkait dengan kombinasi NRTI perlu diteliti lebih lanjut,” mereka menambahkan. “Pengamatan yang lebih lama diperlukan termasuk analisis yang berbeda pada tempat kanker yang berbeda dan berbagai NRTI yang diberikan.” Toksisitas darah dan hati W.H. Bae dari Universitas Harvard dan rekan menilai toksisitas hematologi (darah) dan hepatik (hati) yang dikaitkan dengan pajanan ART yang dipakai ibu selama kehamilan dan menyusui di antara bayi di Botswana (kohort dalam penelitian Mashi). Hasil dilaporkan dalam jurnal AIDS edisi 20 Agustus 2008. Toksisitas darah di antara bayi yang lahir dari ibu yang mulai ART sebelum melahirkan dibandingkan dengan toksisitas di antara bayi yang lahir dari ibu yang menerima AZT dan nevirapine dosis tunggal atau plasebo selama sakit kelahiran. Bayi secara acak ditunjuk untuk disusui, dengan AZT yang diperpanjang, atau diberi susu formula. Para peneliti mengukur kepadatan hemoglobin bayi, neutrofil mutlak (sejenis sel darah putih sistem kekebalan) dan jumlah trombosit serta tingkat ALT (SGPT) dan AST (SGOT), sejak lahir hingga usia tujuh bulan. Toksisitas grade 3 dan 4 dibandingkan berdasarkan status pajanan ARV. Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Kanker dan toksisitas jangka panjang pada anak yang terpajan pada ARV sebelum kelahiran Hasil • Pajanan ART dalam kandungan dikaitkan dengan peningkatan risiko neutropenia (jumlah neutrofil rendah) pada bayi sampai dengan usia satu bulan. • 21,7% bayi yang terpajan ART mengembangkan neutropenia dibandingkan dengan 5,5% bayi yang hanya terpajan pada AZT saja (p < 0,01). • Namun neutropenia tidak lagi dikaitkan dengan pajanan ART sebelum kelahiran setelah usia satu bulan. • Pajanan ART setelah kelahiran tidak dikaitkan dengan toksisitas darah atau hati. • Toksisitas darah adalah tidak bergejala secara klinis pada seluruh bayi kecuali satu. “Pajanan ART yang dipakai ibu selama kehamilan mungkin meningkatkan risiko neutropenia pada bayi, khususnya di antara bayi yang disusui, tetapi makna temuan tersebut secara klinis belum pasti,” para peneliti menyimpulkan. “Ketiadaan hubungan antara pajanan ART melalui menyusui dan toksisitas jangka panjang pada bayi melegakan tetapi patut diteliti dalam kohort yang lebih besar.” Fungsi mitokondria Dalam sebuah penelitian baru lain, Helene Cote dari Universitas British Columbia dan rekan mengamati dampak ART sebelum kelahiran terhadap fungsi mitokondria pada bayi. Toksisitas mitokondria diketahui sebagai efek samping dari NRTI tertentu dan dapat mengakibatkan bentuk perubahan misalnya lipoatrofi dan kerusakan hati. Hasil temuan tersebut diterbitkan dalam Journal of Infectious Diseases edisi 15 September 2008. Para peneliti membandingkan tingkat DNA mitokondria (mtDNA) dalam darah dan bentuk genetik mtDNA (mtRNA) pada bayi terpajan ART tetapi tidak terinfeksi HIV, yang lahir dari ibu terinfeksi HIV, membandingkannya dengan tingkat mtDNA dan mtRNA bayi dalam kelompok kontrol yang lahir dari ibu yang HIV-negatif. Contoh darah diambil pada berbagai titik waktu sejak lahir hingga delapan bulan. Hasil • Tingkat mtDNA waktu kelahiran lebih tinggi pada bayi terpajan ARV dibandingkan bayi dalam kelompok kontrol, walaupun perbedaannya tidak mencapai angka yang bermakna secara statistik (p = 0,07 pada contoh yang diambil pada hari 0-3 setelah kelahiran). • Tingkat mtDNA pada bayi terpajan ARV terus meningkat selama masa penggunaan profilaksis AZT pascakelahiran, dari usia empat hari hingga enam minggu (p = 0,001). • Tingkat mtDNA tetap lebih tinggi secara bermakna dibandingkan tingkat yang diamati pada bayi dalam kelompok kontrol hingga akhir penelitian. • Sebaliknya tingkat mtRNA waktu kelahiran lebih rendah pada bayi yang terpajan ARV dibandingkan bayi dalam kelompok kontrol (p = 0,03). • Namun tingkat mtRNA selanjutnya tidak berbeda secara statistik. Berdasarkan temuan tersebut para penulis penelitian menulis, “Apabila bayi dalam kelompok kontrol dan pada bayi terpajan ARV dibandingkan, tingkat mtDNA meningkat tetapi tingkat mtRNA menurun pada bayi terpajan ARV.” “Perbedaan tersebut tetap ada setelah AZT dihentikan, memberi kesan bahwa perubahan tingkat mtDNA dan mtRNA terjadi selama dan setelah pajanan ART,” mereka menambahkan. “Perubahan tersebut mungkin dampak ARV terhadap mitokondria. Makna secara klinis dan dampak jangka panjang perubahan tersebut harus diteliti.” Ringkasan: Cancer and Long-term Toxicities in Children Exposed to Antiretroviral Drugs before Birth Sumber: V Benhammou, J Warszawski, S Bellec, and others. Incidence of cancer in children perinatally exposed to nucleoside reverse transcriptase inhibitors. AIDS 22(16): 2165-2177. October 18, 2008. (Abstract). WH Bae, C Wester, LM Smeaton, and others. Hematologic and hepatic toxicities associated with antenatal and postnatal exposure to maternal highly active antiretroviral therapy among infants. AIDS 22(13): 1633-1640. August 20, 2008. (Abstract). HCF Cote, J Raboud, A Bitnun, and others. Perinatal exposure to antiretroviral therapy is associated with increased blood mitochondrial DNA levels and decreased mitochondrial gene expression in infants. Journal of Infectious Diseases 198(6): 851-859. September 15, 2008. (Abstract). –2–