Komunikasi Politik Pemerintah Provinsi Bali dari Local Wisdom ke

advertisement
KOMUNIKASI POLITIK PEMERINTAH PROVINSI BALI DARI
LOCAL WISDOM HINGGA MEDIA SOSIAL
Dr. Ni Made Ras Amanda G. S.Sos M.Si
Dosen Ilmu Komunikasi , FISIP, Universitas Udayana
[email protected]
Abstrak
Indonesia adalah Negara Demokrasi di mana nilai-nilai demokrasi perlu dipelihara dan terus
ditingkatkan. Secara keseluruhan Indeks Demokrasi Indonesia di kategori sedang yakni di
indeks 63,68 dalam skala terbesar 100. Di Bali, indeks demokrasi di Bali berada di peringkat
keempat di angka 72,22. Salah satu aspek dari demokrasi adalah terjalinnya komunikasi
politik. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana bentuk
komunikasi politik yang dilakukan Pemerintah Provinsi Bali. Penelitian menggunakan jenis
penelitian kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi dan
wawancara. Bentuk komunikasi politik yang dilakukan Pemprov Bali antara lain dengan rutin
melakukan simakrama, Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) hingga akun media
sosial Facebook. Beragam langkah komunikasi politik yang dilakukan ini untuk menyasar
masyarakat di Bali yang memiliki keberagaman. Walau belum sempurna, namun langkah
yang dilakukan Pemerintah Provinsi Bali adalah langkah awal membuka sistem komunikasi
politik untuk berjalan dua arah dan memberikan kesempatan kepada masyarakat menjadi
komunikator.
Kata kunci : Bali, demokrasi, facebook, komunikasi politik, simakrama
1. PENDAHULUAN
Indonesia adalah Negara demokrasi. Sejak masa reformasi, Indonesia sudah berusaha
menegakkan demokrasi menjadi lebih nyata. Sebelum tahun 2007, perkembangan demokrasi
di Indonesia diukur secara kualitatif, berdasarkan perkiraan yang bersifat subyektif tanpa
tolak ukur yang jelas. Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) pertama kali dikembangkan untuk
mengukur kinerja demokrasi pada tahun 2007. Penyusunan IDI periode kedua dimulai pada
tahun 2009, yang menghasilkan indikator-indikator komponen IDI yang khas Indonesia.
Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) merupakan sebuah indikator yang menggambarkan proses
perkembangan demokrasi di Indonesia. Proses demokrasi kemudian diukur dengan pedoman
yang memperhitungkan aspek-aspek demokrasi. Dalam indikator
IDI, aspek demokrasi
tersebut adalah Hak-hak Politik, Kebebasan Sipil, dan Lembaga-lembaga Demokrasi. Hal ini
berarti IDI mengukur tingkat demokrasi dari tiga aspek di atas.
1
Provinsi Bali adalah provinsi yang memiliki Indeks Demokrasi Indonesia yang cukup
baik. Angka IDI provinsi Bali selalu berada di atas angka IDI di seluruh Indonesia.
Perkembangan tingkat demokrasi di Provinsi Bali sangatlah dinamis, hal ini ditunjukkan oleh
peningkatan angka IDI selama periode 2009 hingga 2011, yang selanjutnya menurun di tahun
2012. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut banyak terjadi demo dengan kekerasan.
Kenaikan kembali terjaadi pada tahun 2013. Walau terjadi fluktuasi, apabila dibandingkan
dengan provinsi lain di Indonesia, nilai Indeks Demokrasi Bali berada di peringkat 10 besar
(kecuali tahun 2009). Tabel di bawah ini menggambarkan hal tersebut:
Tabel 1. Perkembangan Angka IDI Bali Tahun 2009-2013
Tahun
Bali
Rangking
Indonesia
2009
70,35
13
67,3
2010
72,44
5
63,17
2011
74,2
3
65,48
2012
71,75
7
62,63
2013
72,22
4
63,68
Pada tahun 2013, ketiga aspek penyusun indeks demokrasi di Bali menunjukkan
kesenjangan capaian yang cukup lebar. Aspek kebebasan sipil adalah aspek dengan capaian
tertinggi (92,55) dibandingkan aspek lainnya seperti aspek hak-hak politik dan aspek lembaga
demokrasi. Aspek kebebasan sipil adalah aspek tertinggi dalam penilaian indeks demokrasi di
Bali. Adapun variabel dari aspek kebebasan sipil ini adalah kebebasan berkumpul dan
berserikat,
kebebasan
berkeyakinan,
kebebasan
berpendapat,
dan
kebebasan
dari
diskriminasi.
Terdapat beberapa program dan kegiatan dari Pemerintah Provinsi Bali yang
merupakan mengejawantahan dari variabel kebebasan berpendapat, yakni pertemuan tatap
muka Gubernur Bali dengan masyarakat di seluruh kabupaten/kota secara bergilir atau lebih
dikenal dengan simakrama. Program yang kedua adalah program yang memberikan ruang
berbicara di tempat umum kepada siapa saja untuk mengemukakan pendapatnya. Kedua
bentuk ini adalah bentuk komunikasi politik yang cukup berkontribusi positif dalam
memberikan kebebasan berpendapat bagi masyarakat Provinsi Bali. Kedua bentuk di atas
adalah kegiatan yang baru digagas baik di Bali maupun di Indonesia. Untuk itu maka akan
menarik untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai bentuk-bentuk
komunikasi politik yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Bali ini.
2
Permasalahan
Untuk itu dalam penelitian ini permasalahan yang diangkat adalah:
“Bagaimana bentuk-bentuk komunikasi politik yang dilakukan Pemerintah Provinsi Bali?”
Tujuan
Untuk mengetahui bentuk komunikasi politik yang dilakukan Pemerintah Provinsi Bali
2. TINJAUAN PUSTAKA
Kajian Pustaka
Penelitian mengenai komunikasi politik pemerintahan daerah telah banyak dilakukan.
Hal ini dikarenakan bidang komunikasi politik kini telah menjadi bidang yang banyak dikaji
pascareformasi sejalan dengan berkembangnya otonomi daerah dan sistem pemilihan kepala
daerah langsung.
Wardhani (2014) dalam tulisannya yang berjudul komunikasi pemerintahan daerah
berbasis kearifan lokal, mengungkapkan bahwa walaupun telah terjadi komunikasi antara
pemimpin di daerah dengan masyarakat namun komunikasi yang dilakukan pemimpin daerah
janganlah dianggap sebagai obat mujarab dalam mengatasi persoalan-persoalan di daerah.
Wardhani mengungkapkan bahwa komunikasi tanpa memperdulikan persoalan-persoalan
yang mendasar dalam masyarakat dan tidak dilakukan berdasarkan kearifan lokal dari daerah
tersebut, tidak akan memberikan hasil yang diharapkan. Sebagai contoh, terjadinya konflik di
berbagai daerah memerlukan perhatian oleh kepala daerah, persoalan konflik yang dipicu
oleh kesenjangan ekonomi, kemiskinan hendaknya dapat dicarikan jalan keluarnya.
Komunikasi berbasis kearifan local yang dilakukan oleh pemimpin daerah dapat membantu
atau memberikan kontribusi untuk mempercepat penyelesaian masalah-masalah di daerah.
Wardhani juga menilai banyaknya persoalan yang berujung pada konflik dan kerusuhan di
daerah menandakan belum efektifnya komunikasi yang dilakukan kepala daerah dengan
rakyat dan bawahannya. Dalam hal ini komunikasi yang berbasis kearifan lokal dapat
menjadi solusi.
3
Harlinawati (2014) dalam manajemen komunikasi pemerintah daerah dalam program
pemberdayaan masyarakat (studi manajemen komunikasi program bela dan beli kulon progo
di kulon progo, Yogyakarta) mengungkapkan keberhasilan program pemberdayaan
masyarakat sangat tergantung pada strategi komunikasi pemerintah dalam melakukan
sosialisasi yang efektif dan tepat sasaran. Pemerintah Kulon Progo mengedepankan
transparansi informasi sehingga membuka akses kesempatan pengawasan oleh masyarakat
terhadap program pemerintah. Karena itulah program Bela dan Beli Kulon Progo ini
kemudian muncul menjadi program pemerintah yang sangat populer dibanding program
pemerintah lainnya di kalangan masyarakat, terutama masyarakat Kulon Progo. Tujuan
penelitian ini untuk menjelaskan bagaimana metode manajemen komunikasi di program Bela
dan Beli Kulon Progo yang dilakukan oleh pemerintah Kulon Progo sehingga mampu
mereduksi sikap apatis yang selama ini ada dalam diri masyarakat, terutama masyarakat
Kulon Progo, terhadap program pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah. Penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus.
Objek pada penelitian ini adalah pemerintah Kulon Progo dengan subyek penelitian terbagi
menjadi dua yakni informan primer dan informan sekunder. Metode manajemen komunikasi
dibahas dengan empat langkah metode manajemen Cutlip, Center, and Broom. Hasil
penelitian menemukan bahwa komunikasi pemerintah Kulon Progo menerapkan metode
manajemen komunikasi melalui empat langkah yakni mendefinisikan masalah, perencanaan
komunikasi, aksi dan komunikasi, serta evaluasi komunikasi dalam sosialisasi program Bela
dan Beli Kulon Progo meskipun belum maksimal, sehingga hasil yang didapat hanya
maksimal pada efek kognitif, sedangkan efek afektif dan konatif masih jauh dari maksimal.
Komunikasi Politik
Pengertian dari komunikasi politik itu sendiri beragam. Secara garis besar
Komunikasi Politik adalah komunikasi pesan-pesan politik dari aktor-aktor politik, di mana
berhubungan baik dengan pemerintahan, kebijakan pemerintah dan kekuasaan. Komunikasi
politik juga dapat dikatakan sebagai komunikasi antara “yang memerintah” dan “yang
diperintah”.
Studi mengenai komunikasi politik telah ada sejak riset-riset pertama mengenai
komunikasi, mulai dari studi yang dikemukakan Lasswell (1927) mengenai propaganda
politik, studi opini public dari Walter Lippman (1922). Teori mengenai komunikasi politik
pun telah berkembang dan memiliki peranan yang penting pula, mulai dari “two-step flow”,
4
“framing”, “priming” dan “agenda setting”.(Gazali, 2008:2-4, dalam Ngurah Putra Ed.,
2008).
Salah satu fungsi partai politik adalah komunikasi politik. Komunikasi politik adalah
proses penyebarluasan beragam pendapat dan aspirasi masyarakat kemudian mengaturnya
sedemikian rupa –”penggabungan kepentingan” (interest aggregation” dan “perumusan
kepentingan” (interest articulation) untuk diperjuangkan menjadi public policy (Budiardjo,
1998). McNair (2003) mengungkapkan studi mengenai komunikasi politik mengarah pada
hubungan tiga elemen dalam proses aksi politik yakni organisasi politik, media dan citizens.
Elit politik diketahui sebagai elit yang memegang kekuasaan politik formal dalam
negara. Suryadi (1993) mengatakan, komunikasi politik membuat terjadinya pola hubungan
memberi dan menerima, yang berarti di mana elit politik memakai kekuasaannya untuk
mayarakat dan bagaimana masyarakat kemudian menanggapi serta menerima keinginan
keinginan elit politik.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
bertujuan untuk eksplorasi mengenai sesuatu realitas sosial, dengan cara mendeskripsikan
variabel yang berhubungan dengan masalah atau unit yang diteliti. Jenis penelitian deskriptif
tidak mempertimbangkan hubungan antarvariabel yang ada. Penelitian juga tidak
dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel yang menyebabkan
realitas sosial lainnya. Oleh karena itu, penelitian deskriptif tidak melakukan pengujian
hipotesis; sehingga tidak bertujuan membangun dan mengembangkan pembendaharaan teori.
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian deskriptif ini
bertujuan mengeksplorasi kemudian mengklarifikasi beragam realitas sosial, dengan cara
menggambarkan temuan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, di mana menggunakan pendekatan di mana
berfokus pada metodologi yang meneliti suatu realitas sosial. Dengan pendekatan ini, maka
peneliti membuat suatu gambaran yang cukup mumpuni, di mana meneliti kata-kata, laporan
riil dan akurat dari pandangan responden, dan studi dilakukan pada kondisi alamiah
(Creswell, 1998:15).
Lokasi penelitian
5
Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah daerah administratif dari Provinsi Bali,
dan ibu kota Provinsi Bali, yakni Kota Denpasar. Penelitian ini akan meneliti bagaimana
bentuk dan strategi komunikasi politik pemerintah provinsi Bali kepada seluruh masyarakat
di Provinsi Bali.
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan efektif selama kurang lebih enam bulan dari mulai persiapan
penelitian, proses pengumpulan data dan pengolahan data, kemudian analisa dan persiapan
pembuatan laporan penelitian dan seminar hasil.
Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yakni wawancara, observasi, dan
studi dokumen.
Wawancaran (Bungin, 2007) adalah instrument dalam melakukan
pengecekan kembali atau bentuk pembuktian terhadap data atau informasi yang diperoleh
sebelumnya. Dalam penelitian kualitatif, tehnik wawancara yang digunakan adalah
wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) itu sendiri adalah sebuah
langkah di mana bertujuan untuk memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai.
Wawacara dapat dilakukan dengan pedoman wawancara.
Berikutnya adalah observasi. Melalui sebuah observasi, akan meliputi mengenai
pelaku, perbuatan, objek, kejadian atau peristiwa, perasaan hingga waktu. Observasi
dilakukan agar peneliti mampu menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk
menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia.
Berikutnya adalah studi dokumen. Sejumlah besar informasi yang riil dan data
tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia
adalah berbentuk artikel surat kabar, catatan harian, cenderamata, foto, dan sebagainya. Sifat
terpenting dari data adalah ia tidak hanya terbatas pada ruang dan waktu. Observasi memberi
kesempatan kepada peneliti dalam mengetahui peristiwa yang terjadi di waktu silam.
Penentuan Informan
Penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling, di mana tidak
semua populasi dapat dijadikan sampel hanya individu dengan syarat tertentu yang dapat
dijadikan sampel. Teknik ini mencakup informan yang dipilih berdasarkan prasyarat khusus
yang dibuat peneliti. Sedangkan orang-orang yang tidak sesuai dengan prasyarat tidak akan
6
terpilih sebagai sampel. Teknik purposive sampling dipilih untuk penelitian yang lebih
mengutamakan
kedalaman
data
daripada
untuk
tujuan
representatif
yang
dapat
digeneralisasikan( Kriyantono, 2012:158-159). Untuk itu dalam penelitian ini hanya pihakpihak tertentu saja yang dijadikan narasumber tidak seluruh populasi. Adapun yang akan
menjadi informan atau narasumber adalah pihak-pihak yang berkompeten dan memahami
bagaimana bentuk hingga proses komunikasi politik yang dilakukan Pemerintah Provinsi
Bali. Adapun informan dalam penelitian ini adalah, Kepala Biro Humas Provinsi Bali, Kepala
Badan Kesbangpollinmas Provinsi Bali, dan beberapa pengamat sosial politik dan budaya.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Provinsi Bali merupakan daerah yang memiliki keberagaman kelompok sosial dalam
masyarakatnya. Walau menjadi daerah kunjungan wisata dunia, banyak kelompok
masyarakat di Provinsi Bali masih memegang tinggi tradisi dan budaya masyarakat Bali.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi, terdapat dua kelompok masyarakat di
Bali. Dua kelompok masyarakat tersebut adalah masyarakat yang cukup melek teknologi dan
yang tidak terjamah kemajuan teknologi informasi.
Untuk itu maka bentuk komunikasi politik yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi
Bali diupayakan untuk menjamah kedua kelompok masyarakat ini. Dari hasil penelitian
diketahui terdapat beragam bentuk komunikasi politik yang dilakukan oleh pemerintah
provinsi Bali dengan masyarakatnya. Beberapa bentuk komunikasi politik yang dilakukan
adalah tatap muka langsung (Simakrama), PB3AS, hingga pembukaan akun facebook
Pemerintah Provinsi Bali.
4.1 Simakrama Gubernur Bali
Salah satu bentuk komunikasi politik yang berbasiskan local wisdom, atau kearifan lokal
yang digagas oleh Pemprov Bali adalah Simakrama. Simakrama adalah pertemuan tatap
muka antara Pemerintah provinsi Bali, yakni Gubernur Bali dengan masyarakat umum yang
bertempat pada wantilan atau gedung terbuka. Tatap muka atau simakrama ini adalah salah
satu bentuk komunikasi politik untuk mendengarkan aspirasi masyarakat Bali. Melalui
simakrama, pemerintah provinsi Bali dapat secara langsung merespon aspirasi masyarakat
yang muncul dari dalam forum simakrama. Forum ini melibatkan para elit pemerintahan,
dinas dan juga perwakilan dari DPRD. Simakrama ini bersifat terbuka bagi siapapun
masyarakat di Bali.
7
Simakrama Gubernur ini merupakan realisasi dari janji Gubernur dan Wagub saat dalam
kampanye pilkadasung Bali tahun 2008 dan masih berlangsung sampai tahun 2015 ini.
Menurut Biro Humas Pemprov Bali, makna kata simakrama itu sendiri adalah pertemuan dua
belah pihak atau lebih, di mana berdasarkan pada keinginan berbicara langsung dan
mengeksplorasi satu dengan yang lainnya, sehingga tercipta pengetahuan, pengertian, yang
serupa menuju relasi kemanusiaan serta kehidupan yang lebih baik.
Forum diawali oleh pengumuman dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai jadwal
Simakrama Gubernur Bali. Melalui Humasnya, Pemprov Bali memberitahukan tentang
tempat dan jadwal pelaksanaan simakrama yang biasanya dilakukan setiap hari Sabtu di akhir
bulan. Pemberitahuan itu disampaikan melalui media televisi, radio, dan surat kabar.
Gambar 1. Pengumuman akan Diselenggarakannya Simakrama Gubernur Bali
Simakrama diawali dengan pendaftaran peserta yang ingin menyampaikan pendapat dan
aspirasinya. Setiap peserta yang telah mendaftar hanya diberikan waktu untuk menyampaikan
pendapat dan aspirasinya selama tiga menit yang ditandai dengan pukulan gong. Pada saat
dimulai
Acara
dibuka
dengan
Tri
Sandya
(persembahyangan
menurut
Agama
Hindu).Simakrama biasanya dipandu oleh seorang moderator, menurut Biro Humas Pemprov
Bali, ajang simakrama bukanlah kegiatan dengan tujuan pencitraan belaka, namun menjadi
wadah pemprov untuk menampung aspirasi dalam pembangunan serta rencana pembangunan
Provinsi Bali itu sendiri. Oleh karena tujuan tersebut maka biasanya moderator simakrama
adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali.
8
Simakrama diawali dengan pengantar dari Gubernur Mangku Pastika kemudian
Gubernur memperkenalkan pejabat atau orang yang duduk bersama dirinya dan kemudian
memberikan kesempatan kepada peserta yang hadir untuk menyampaikan aspirasinya.
Gambar 2. Simakrama Gubernur Bali
Simakrama Gubernur Bali ini dilaksanakan secara rutin setiap bulannya sejak September
2008. Simakrama ini dilaksanakan secara bergilir dari satu kabupaten ke kabupaten lainnya.
Hal ini bertujuan untuk lebih mendekatkan para pejabat SKPD Provinsi Bali dengan
masyarakat di masing-masing kabupaten. Selain itu juga untuk menyerap informasi sebesarbesarnya terkait pelaksanaan pembangunan langsung dari masyarakat setempat.
Tatacara simakarama sama seperti pelaksanaan sebelumnya. Bagi masyarakat yang
ingin menyampaikan aspirasinya sebelumnya diharuskan untuk mendaftar terlebih pada jam
08.00 pagi. Kemudian simakrama dimulai pada pukul 09.00 pagi. Dalam simakrama
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika biasanya akan didampingi Wakil Gubernur Sudikerta
dan dilengkapi oleh para Kepala SKPD di Pemprov Bali. Biasanya kegiatan ini berlangsung
hingga pukul 12.00 wita kemudian ditutup dengan Tri Sandhya dan makan siang bersama.
Pemprov juga memberikan kesempatan untuk masyarakat yang tidak dapat hadir langsung di
tempat simakrama dengan mendengarkan secara langsung melalui RRI Denpasar atau melalui
video streaming pada website www.birohumas.baliprov.go.id secara langsung.
4.2. Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS)
Bentuk komunikasi politik yang lain adalah Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja
(PB3AS). PB3AS adalah salah satu terobosan komunikasi politik yang dilakukan pemerintah
9
Provinsi Bali. Menurut Biro Humas Pemprov Bali, PB3AS adalah upaya pemerintah provinsi
Bali memberikan ruang bicara bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi, pemikiran,
unek-unek serta permasalahan yang terjadi di masyarakat. Berbagai saran dan ide yang
dilontarkan masyarakat kemudian menjadi saran bagi Pemerintah Provinsi Bali dalam
memutuskan kebijakan pemerintah.
Program ini digagas oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Pastika
mengharapkan agar berbagai saran/ide yang disampaikan, dapat diterima kemudian
ditindaklanjuti dengan baik oleh pemangku kepentingan. Penyelenggaraan PB3AS ini
diharapkan menjadi bagian dari upaya menciptakan transparasi, demokrasi dan partisipasi
public menuju terbentuknya good governance. Pada forum ini siapa pun dipersilahkan untuk
menyampaikan aspirasinya dengan menggunakan podium. Isu yang akan disampaikan pun
bebas terserah kepada masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi atau pendapatnya.
PB3AS dilaksanakan setiap minggu pagi di Lapangan Niti Mandala Renon, yang
berada tepat di depan Kantor Gubernur Bali dan Kantor DPRD Provinsi Bali. Lapangan Niti
Mandala Renon ini adalah lapangan yang cukup luas dan biasanya dijadikan lokasi
berolahraga atau bersantai oleh masyarakat Kota Denpasar pada umumnya. PB3AS
menambil tempat di salah satu pojok lapangan di mana Pemprov Bali menyediakan sebuah
panggung dan mic pengeras suara. Staf Humas biasanya melakukan piket dalam
penyelenggaraan PB3AS ini.
PB3AS ini dimulai sejak 23 November 2014 hingga tahun 2015 dan masih terus
berlangsung hingga sekarang. PB3AS dilaksanakan sejak pukul 07.00 sampai dengan 10.00
WITA. Setiap pembicara diberikan kesempatan maksimal 15 menit untuk berbicara di
podium. Aspirasi dan pendapat yang disampaikan oleh masyarakat kemudian dicatat oleh
petugas dari Humas Provinsi Bali. Namun pernyataan maupun permasalahan yang
disampaikan oleh masyarakat ini tidak hanya berhenti di humas, namun juga diteruskan dan
disampaikan kepada dinas yang terkait. Biro Humas menyatakan bahwa permasalahan yang
disampaikan jika diperlukan akan ditindaklanjuti oleh pemerintah terkait pada minggu
depannya.
Dalam Forum PB3AS ini, yang menjadi komunikator tidak hanya masyarakat umum
saja, namun jajaran Pemprov Bali juga dapat menyampaikan aspirasi atau informasi yang
dipandang perlu untuk disampaikan ke masyarakat. Hingga tahun 2015, PB3AS ini hanya
dilaksanakan di Lapangan Renon, Denpasar. Namun Biro Humas Pemprov Bali menyatakan
bahwa tidak menutup kemungkinan akan PB3AS dilaksanakan di Kabupaten/Kota dengan
bekerjasama dengan Pemda setempat. Namun hal ini masih terkendala sumber daya dan
10
dukungan dana operasional. Perlu diketahui ternyata PB3AS selama ini berjalan tanpa dana
APBD.
Gambar 3. Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja di Renon, Bali.
Dalam perjalanannya, PB3AS disambut cukup antusias oleh masyarakat. Menurut
Biro Humas Pemprov Bali, PB3AS tidak pernah sepi dari peserta baik masyarakat maupun
aparatur negara. Beberapa masyarakat memberikan apresiasi terhadap PB3AS , karena
melalui program ini permasalahan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik. Bahkan,
Presiden Republik Indonesia ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono sempat berpartisipasi dalam
PB3AS pada tanggal 8 Maret 2015. Susilo Bambang Yudhoyono bahkan menilai bahwa
PB3AS adalah wadah dan ciri pemerintahan yang baik.
11
Gambar 4. Presiden RI ke-6, SBY Berpatisipasi dalam PB3AS
Keseriusan Pemprov Bali dalam mengadakan PB3AS terlihat dari kerap hadirnya Gubernur
Made Mangku Pastika di acara PB3AS. Bahkan tak jarang Pastika langsung menanggapi
permasalahan yang dikeluhkan dari peserta yang berpartisipasi. Salah satu contohnya adalah
pada isu pelecehan budaya Bali dan agama Hindu yang disangkakan dilakukan oleh Tukul
Arwana melalui salah satu program acara di salah satu televisi. Dugaan pelecehan ini
kemudian dikeluhkan dan disampaikan oleh Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Bali,
Anak Agung Rai Sahadewa dalam forum PB3AS. Rai Sahadewa mengatakan tidak
menyangka bahwa keluhan dan isu yang ia sampaikan pada forum PB3AS, langsung
ditanggapi oleh Gubernur Bali. Rai Sahadewa mengaku pada masih dalam minggu yang
sama.
“saya langsung dipanggil oleh Gubernur Bali, untuk menanyakan lebih
lanjut bagaimana kasus itu terjadi dan solusinya ke depan”
Rai Sahadewa, Ketua KPI Bali
Hal ini membuktikan bahwa forum PB3AS bukanlah forum untuk tujuan pencitraan
belaka, namun benar-benar dijadikan saluran atau medium pemerintah dalam mengetahui
kegelisahan
atau
permasalahan
apa
yang
berkembang
di
masyarakat.
Dalam
perkembangannya forum PB3AS ini peminatnya semakin meningkat, Adapun isu yang
paling sering diangkat adalah isu yang hangat hingga perkembangan program pemerintah
12
seperti program Bali Mandara. Dalam forum PB3AS para peserta pun diberikan kesempatan
untuk bebas berbicara apapun, tidak hanya permasalahan sosial yang berkembang di
masyarakat namun juga diperbolehkan berbicara kritis mengenai kinerja pemerintah. Forum
PB3AS membebaskan pesertanya untuk mengkritisi atau melaporkan apabila terjadi dugaan
pelanggaran kewenangan atau kinerja pemerintah yang melenceng.
4.3. Akun Facebook “Pemerintah Provinsi Bali”
Kemajuan teknologi dan perkembangan masyarakat disadari oleh Pemprov Bali
sebagai perubahan yang harus dihadapi dan dijadikan sebagai alat untuk membangun sistem
komunikasi yang lebih efektif dan efisien. Pemerintah Provinsi Bali sangat menyadari bahwa
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membantu perkembangan komunikasi politik.
Oleh karena itu Pemprov Bali menilai komunikasi politik sebaiknya tidak hanya dilakukan
secara konvemsional dengan cara bertemu langsung namun banyak cara digunakan salah
satunya menggunakan media internet seperti membuat akun facebook. Menurut Biro Humas
Pemprov Bali media seperti internet ini memberikan kemudahan berkomunikasi tanpa
terbatas jarak. Selain itu sifat media internet yang lebih cepat dalam menyampaikan informasi
tentu saja menjadi pertimbangan Pemprov Bali itu sendiri.
Gambar 5. Laman Akun Facebook Pemerintah Provinsi Bali
13
Pemprov Bali memilih membuat akun facebook, dikarenakan media sosial yang paling
banyak digunakan oleh masyarakat di Bali adalah facebook. Facebook pun digunakan oleh
masyarakat di Bali dari berbagai kalangan dan kelompok. Oleh karena itu melalui akun
facebook komunikasi politik dan penyebaran informasi dapat menjangkau hampir seluruh
lapisan masyarakat Bali.
Hingga Agustus 2015, teman yang tercatat dalam akun facebook adalah mencapai titik
maksimal yani 5000 teman. Esti Ekarini Rahayu, Bidang Publikasi Humas Pemprov Bali
mengatakan bahwa admin dari akun facebook Pemprov Bali merasa kewalahan untuk
menerima atau menyetujui permintaan pertemanan. Hingga saat ini banyak masyarakat yang
meminta permohonan pertemanan yang tidak dapat diterima karena keterbatasan.
.
“Kadang kami terpaksa melihat kembali siapa teman di akun yang dapat
diperbaharui, karena kami juga kesulitan banyak sekali yang add friend”
Esti Ekarini Rahayu, Bidang Publikasi Humas Pemprov Bali
Esti mengatakan bahwa selama ini berita yang dimasukkan ke dalam akun facebook Pemprov
Bali adalah kegiatan yang dilakukan oleh Gubernur maupun kegiatan Wakil Gubernur Bali.
Tak jarang berita yang ada dalam akun facebook Pemprov Bali terintegritas dengan program
kerja maupun forum komunikasi politik lainnya yang diadakan Pemprov Bali.
Diskusi
Terdapat wacana yang lebih besar di balik keputusan Pemerintah Provinsi Bali untuk
menggelar beberapa forum komunikais politik antara pemerintah dengan masyarakat di Bali.
Salah satu faktor yang mendukung adalah tidak harmonisnya hubungan antara Pemerintah
Provinsi Bali dengan Penguasa Media Massa di Bali yakni Kelompok Media BaliPost
(KMB). Media dalam proses komunikasi politik memegang peranan penting sebagai wadah
dan saluran dalam menyampaikan informasi dan kebijakan yang diambil pemerintah kepada
audiens dalam hal ini masyarakatnya. Fenomena yang terjadi di Bali adalah Media yang
terbesar dan terkuat berada di posisi yang bersebrangan dengan Pemerintah Provinsi Bali
khususnya Gubernur Made Mangku Pastika. Hubungan yang tidak harmonis ini
menyebabkan terjadinya kebuntuan komunikasi politik antara pemerintah dengan rakyatnya.
KMB lebih cenderung tidak ingin memberitakan kebijakan atau kegiatan apapun dari
pemerintah. Adapun pemberitaan pun cenderung pemberitaan yang negative mengenai
pemerintahan. Keadaan ini membuat Pemerintah Provinsi Bali melalukan beberapa terobosan
14
untuk dapat tetap melakukan komunikasi politik dengan rakyatnya. Keinginan dan gerakan
inilah yang patut diapresiasi dari Gubernur Made Mangku Pastika.
Pembelajaran yang dapat diambil adalah pemerintahan harus tetap berusaha untuk
membuka keran-keran komunikasi politik dengan masyarakat apa pun keadaannya. Media
kerap kali memiliki kepentingannya masing-masing, seperti kepentingan politik hingga
kepentingan ekonomi. Pemerintah sebaiknya tidak berada dalam posisi yang dihegemoni oleh
media maupun sebaliknya media pemerintah sebaiknya tidak menghegemoni media demi
kepentingan pemerintah. Peran media massa diharapkan tetap menjadi “watch dog” namun
juga berperan adil dalam melakukan perannya dalam sistem komunikasi politik. Kemudian
terobosan yang dilakukan pemerintah Provinsi Bali cukup dinilai berhasil dalam usahanya
untuk tetap membangun komunikasi politik dengan masyarakatnya.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Bali, Made Mangku
Pastika telah mengembangkan beberapa bentuk komunikasi politik. Selain melalui media
massa yang mainstream, Gubernur Bali juga berusaha membuka keran-keran demokrasi lain
untuk memperlancar proses komunikasi politik antara pemerintah dengan masyarakat di Bali.
Bentuk komunikasi politik yang digunakan memiliki karakteristik yang berbeda. Bentuk
komunikasi politik yang digunakan diantaranya adalah simakrama (tatap muka) rutin setiap
bulannya, Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) serta membuka akun facebook
Pemerintah Provinsi Bali. Setiap forum komunikasi politik memiliki pasar atau audiens yang
berbeda-beda.
Komunikasi politik yang dilakukan oleh Pemprov Bali melalui simakrama adalah
bentuk komunikasi politik yang ditujukan untuk membangun hubungan yang konstruktif
yang saling memberi manfaaat antara Pemprov Bali dan masyarakatnya. Simakrama
berangkat dari kearifan lokal yakni rapat di tingkat banjar di Bali atau Samua. Di mana
semua peserta rapat diperbolehkan berbicara dan memiliki kedudukan yang sama.
Komunikasi politik yang berikutnya adalah Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja
(PB3AS). Forum ini termasuk forum yang baru ada di Indonesia. Podium Bali Bebas Bicara
Apa Saja (PB3AS) pada dasarnya berbeda dengan kebiasaan masyarakat Bali. Di Bali
terdapat budaya Koh Ngomong,atau enggan untuk berkomentar atau berbicara. Forum ini
adalah salah satu terobosan untuk mendobrak kebiasaan yang memiliki sifat antidemokrasi
15
ini. Jadi Pemprov Bali juga berusaha untuk membuka kebiasaan atau budaya yang memiliki
implikasi negative terhadap perkembangan demokrasi di Indonesia.
Komunikasi politik yang berikutnya adalah akun media
facebook Pemerintah
Provinsi Bali. Pemerintah Provinsi Bali menilai dengan perkembangan teknologi informasi
dan masyarakat yang sudah berkembang sebagai masyarakat informasi, maka Pemprov Bali
membuka akun di facebook. Dalam perkembangannya akun ini menjadi salah satu wadah
informatif mengenai kegiatan maupun program Pemerintah Provinsi Bali.
Saran
Terdapat beberapa saran yang dapat lebih membangun sistem komunikasi politik baik
di Provinsi Bali maupun di tingkat nasional. Pertama, di tingkat nasional, terobosan
komunikasi politik yang dilakukan Provinsi Bali dapat dijadikan contoh untuk membuka
kebuntuan komunikasi politik di daerah-daerah yang berada pada kondisi yang sama dengan
Provinsi Bali. Untuk itu diperlukan keberanian pemerintah untuk siap menerima masukan dan
kritikan dari masyarakat langsung.
Kedua, kegiatan komunikasi politik terutama PB3AS diharapkan dapat mendapatkan
dukungan dana sehingga dapat dilakukan di daerah-daerah lain di Bali tidak hanya di Kota
Denpasar, untuk memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Pemerintah Provinsi pun bisa mendesak pemerintah kabupaten untuk melakukan hal yang
sama di daerahnya masing-masing. Ketiga, kegiatan simakrama yang telah berlangsung rutin
dan berigilir sari satu tempat ke tempat lain juga dilengkapi dengan disiarkan tidak hanya di
RRI saja namun juga di media-media lainnya. Semakin luas jaringan maka diharapkan siaran
dapat diterima oleh lebih besar audiens. Keempat, kebijakan dan kegiatan pemerintah ini
diharapkan tetap dipertahankan tidak hanya pada kepemimpinan Gubernur made Mangku
Pastika saja namun menjadi kegiatan yang berkelanjutan.
Daftar Pustaka
Budiarjo, Prof Miriam. (1998). Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group
Creswell, J. W. (1998). Qualitatif Inquiry and Research Design. California : Sage
Publications, Inc
16
Harlinawati, Ria. (2014). Manajemen komunikasi pemerintah daerah dalam program
pemberdayaan masyarakat (studi manajemen komunikasi program bela dan beli
kulon progo di kulon progo, Yogyakarta)
Kriyantono, Rachmat.( 2012). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
McNair, Brian,(2003), An Introduction to Political Communication, 3rd edition. London and
New York : Routledge
Ngurah Putra, I Gusti Ed..(2008). Media, Komunikasi, dan Politik Sebuah Kajian Kritis.
Yogyakarta : Penerbit FISIPOL UGM
Suryadi, Samsu. (1993).”Elit Politik dalam Komunikasi Politik di Indonesia” dalam
Indonesia dan Komunikasi Politik. Jakarta: Gramedia.
Wardhani, Andy Corry. (2010). Komunikasi Pemerintahan Daerah Berbasis Kearifan Lokal
dalam Buku Menggagas Pencitraan Berbasis Kearifan Lokal. Universitas Lampung
17
Download