bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan

advertisement
BAB III
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, daerah (kabupaten/kota) menjadi titik
sentral otonomi daerah. Daerah mempunyai kewenangan otonomi yang
didasarkan pada azas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata
dan bertanggung jawab. Ini berarti daerah diberikan keleluasaan
menjalankan pemerintahan dan pembangunannya secara bertanggung
jawab dengan melihat kondisi dan potensi lokalnya.
Sehubungan dengan hal di atas, penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah menjadi tahapan yang sangat krusial dalam memulai
roda pemerintahan dan pembangunan setiap tahunnya dalam mewujudkan
pelayanan dan kesejahteraan kepada masyarakat dengan lebih baik melalui
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi
pembangunan.
Pemerintah Kabupaten Bungo bersama DPRD Kabupaten Bungo
telah menyusun dan menetapkan APBD Tahun Anggaran 2011 dengan
Peraturan Daerah Nomor 01 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011, yang selanjutnya diubah menjadi
Peraturan Daerah Nomor 09 Tahun 2011 tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2011. APBD Tahun 2011
dimaksud selain disusun mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, juga
berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2010
tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2011.
Struktur Perekonomian dan Kerangka Pendanaan
Struktur perekonomian daerah sangat ditentukan oleh besarnya
peran sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun hingga tahun 2010 masih didominasi
sektor pertanian dalam pembentukan PDRB yaitu sebesar 28,33 persen.
Sektor kedua yang cukup berperan adalah sektor pertambangan dan
penggalian yaitu 17,61 persen lalu disusul sektor perdagangan, hotel dan
restauran sebesar 17,27 persen.
LKPJ Bupati Bungo Tahun Anggaran 2011
30
Selanjutnya kerangka pendanaan menjadi bagian penting dalam
penyelenggaraan pemerintah terutama untuk pelaksanaan otonomi
daerah. Pendanaan yang lebih dikenal dengan konsep keuangan menjadi
salah satu alat ukur untuk menentukan penyelenggaraan pemerintahan
yang otonom. Sehingga apabila tersedia sumber pendanaan ataupun
potensi pendanaan yang besar, maka penyelenggaraan tugas-tugas
pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dapat
terlaksana dengan lebih baik.
Secara umum kebijakan keuangan daerah menyangkut
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang,.
termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban daerah dalam kerangka anggaran dan pendapatan dan
belanja daerah (APBD). Oleh karena itu, arah kebijakan keuangan daerah
secara konseptual meliputi dua hal yaitu, Pertama menyangkut upaya
pemerintah daerah menyediakan dana guna penyelenggaraan
pemerintahan dan kegiatan lainnya, dan Kedua menyangkut upaya
efisiensi dan efektifitas segala bentuk pengeluaran pemerintah.
Titik pandang kebijakan keuangan daerah berbeda dengan
kebijakan dalam satu perusahaan ataupun organisasi. Untuk keuangan
pemerintahan diawali penyusunan ragam dan jumlah pengeluaran yang
dibutuhkan atas satu perencanaan yang disusun bersama. Dengan
demikian dikenal istilah dana mengikuti urusan (money follows function),
intinya bahwa danalah yang akan mengikuti berbagai kebutuhan fungsi
penyelenggaraan satu Pemerintah Daerah.
Dalam hal Pemerintah Daerah mengalami kekurangan dana atas
urusan-urusan yang diusulkan, maka pemerintah daerah mempunyai
berbagai alternatif penyediaan dana sesuai kewenangan menurut
peraturan perundang-undangan, termasuk melakukan pinjaman daerah.
Oleh karena itu, prinsip keuangan daerah harus dapat memenuhi tujuan
1). akuntabilitas, 2). kewajiban keuangan, 3). Kejujuran, 4). hasil guna dan
daya guna (efficiency and effectiveness), dan 5). pengendalian.
Dengan demikian untuk dapat memastikan agar seluruh program
dan aktivitas yang diusulkan dalam perencanaan dapat terlaksana di masa
depan, maka dibutuhkan satu kerangka pendanaan. Kerangka pendanaan
ini bagaimanapun juga harus memperhatikan lingkungan makro, sasaran
pembangunan, kinerja penerimaan dan pengeluaran sehingga dapat
dirumuskan kebijakan keuangan daerah.
LKPJ Bupati Bungo Tahun Anggaran 2011
31
A. Lingkungan Makro
Sebagaimana diketahui, lingkungan makro suatu organisasi
yang umum dikenal adalah politik, ekonomi, sosial dan teknologi.
Keempat unsur makro tersebut diyakini bersifat dinamis tergantung
derajat keterbukaan suatu wilayah terhadap lingkungan luarnya.
Kabupaten Bungo sebagai wilayah yang dilalui jalan lintas
Sumatera, bagaimanapun juga mempunyai berbagai keuntungan
karena tingginya aksesibilitas. Hal ini tidak terbatas Kabupaten
Bungo dengan wilayah lain di Sumatera, akan tetapi juga dengan
wilayah di luar Sumatera khususnya Pulau Jawa.
Variabel lingkungan satu wilayah umumnya terdiri dari
politik, ekonomi, sosial dan teknologi dimana keempatnya akan
menentukan pola penerimaan dan besarnya pembiayaan yang akan
dihasilkan oleh satu daerah. Variabel politik menyangkut dinamika
hubungan wewenang antara legislatif dan eksekutif, khususnya
dalam merencanakan dan mengendalikan APBD setiap tahunnya.
Sementara variabel ekonomi menyangkut sumber penerimaan yang
potensial dan efektif di satu daerah.
Sumber penerimaan dari pemerintah yang lebih tinggi
berupa dana perimbangan yang terdiri dari bagi hasil pajak dan
bukan pajak, Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) lebih bersifat tetap dibanding dengan penerimaan asli daerah.
Lagi pula penentuan besarannya ditentukan oleh kebijakan
Pemerintah Pusat terhadap Pemerintah Daerah dalam menerapkan
prinsip bagi hasil yang dianggap adil.
Variabel ekonomi menjadi pertimbangan penting dalam
pertimbangan kebijakan keuangan pemerintah daerah. Kebijakan ini
pada dasarnya dimaksudkan agar pengeluaran dapat menciptakan
dan mempercepat proses efek pengganda (multiplier effect) yang
maksimal. Oleh karena itu, semakin tinggi intesitas pergerakan
masyarakat dan swasta dalam bidang ekonomi maka semakin tinggi
pula kemungkinan pemerintah daerah akan memperoleh
penerimaan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kemungkinan
berbagai retribusi yang akan diterima oleh pemerintah daerah.
Selain empat variabel di atas, sesuai dengan keberadaan dan
situasi politik dan tuntutan khususnya pada masa otonomi daerah,
LKPJ Bupati Bungo Tahun Anggaran 2011
32
terdapat pula aspek lain. Meliputi pelayanan, informasi dan
pemantauan, kapasitas teknis manajerial Pemda, akuntabilitas dan
transparansi.
Sebagaimana sifat daripada pengeluaran pemerintah yang
tidak hanya dimaksudkan sebagai penggerak utama pembangunan,
akan tetapi juga sebagai modal awal yang dapat merangsang
munculnya berbagai bentuk investasi baik yang bersifat domestik
maupun luar. Disamping itu diharapkan keterlibatan unsur
masyarakat dan swasta dapat optimal dalam pelaksanaan
pembangunan.
Kondisi sosial pada hakikatnya akan menjamin
penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Hubungan harmonis,
iklim usaha yang kondusif dan dapat menerima kehadiran para
investor khususnya menjadi modal dalam pembangunan. Modal ini
tidak bersifat pasif karena menjadi komplemen yang membuat
tergerakkannya kekuatan sosial guna mencapai tujuan
pembangunan. Kondisi seperti ini dikenal dengan modal sosial.
Kondisi sosial yang kondusif pada akhirnya mendorong
terlibatnya para investor untuk mengembangkan usahanya di satu
daerah. Modal sosial yang sering diabaikan dalam pengalaman
pembangunan yang lalu pada akhirnya diakui sebagai satu kelalaian
karena terlalu memberi perhatian kepada modal ekonomi berupa
kapital.
Ketersediaan teknologi menjadi
faktor percepatan
pembangunan yang kuat. Dengan adanya teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan akan dapat meningkatkan produktivitas,
sementara sumberdaya yang digunakan tidak mengalami perubahan.
Ketersediaan lahan yang memadai akan tetapi tidak didukung oleh
ketersediaan teknologi yang sesuai pada akhirnya kurang
memberikan manfaat yang maksimal.
Faktor utama yang harus diperhatikan dalam menetapkan
arah kebijakan keuangan daerah adalah sasaran pembangunan yang
telah disusun berdasarkan kesepakatan antara seluruh elemen
masyarakat dan pemerintah daerah.
LKPJ Bupati Bungo Tahun Anggaran 2011
33
B. Kinerja Penerimaan dan pengeluaran
a. Penerimaan
Sebagaimana diketahui, komponen sumber penerimaan
suatu daerah terdiri dari 1). Pendapatan Asli Daerah,
2). Dana
perimbangan, dan 3). Lain-lain pendapatan yang sah, termasuk
penerimaan pembiayaan berupa Pinjaman Daerah. Masingmasing komponen ini mempunyai peran, fungsi dan dan
perkembangannya dalam membiayai pelaksanaan pembangunan
daerah.
Kinerja penerimaan daerah Kabupaten Bungo selama
Tahun Anggaran 2011 secara umum tidak mencapai target.
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran 2011
unaudited (data sebelum audit BPK-RI), tercatat bahwa
pendapatan daerah terealisasi sebesar 99,3% atau Rp711,3
milyar dari anggaran sebesar Rp716,6 milyar. Rincian lebih lanjut
sebagai berikut :
a) PAD terealisasi sebesar 91,6% atau Rp62,07 milyar dari
anggaran sebesar Rp67,8 milyar. Tidak tercapainya target PAD
dimaksud dikarenakan seluruh komponen PAD capaian
targetnya di bawah 100%, meliputi pajak daerah capaian
targetnya 96,4%, retribusi daerah capaian targetnya 91,0%,
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan berupa
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan daerah
capaian targetnya 95,7% dan Lain-lain PAD capaian targetnya
89,9%.
b) Sebaliknya, Dana Perimbangan justru mengalami pelampuan
target dengan realisasi sebesar 102,6% atau Rp529,1, milyar
dari anggaran sebesar Rp515,7 milyar. Komponen Dana
Perimbangan yang memberikan kontribusi pelampauan target
dimaksud berasal dari bagi hasil pajak dengan capaian target
sebesar 106,3% dan bagi hasil bukan pajak dengan capaian
target sebesar 119,7%. Pelampauan target dimaksud
dikarenakan terdapatnya sisa kurang bayar Tahun Anggaran
2010 yang ditransfer ke Kas Daerah pada Tahun Anggaran
2011. Sementara itu DAU dan DAK dapat terealisasi 100%
dari target yang ditetapkan.
c) Selanjutnya, Lain-lain pendapatan daerah yang sah tidak
mencapai target yang ditetapkan dengan realisasi sebesar
90,2% atau Rp120 milyar dari anggaran sebesar Rp133 milyar.
Tidak tercapainya target dimaksud berasal dari pendapatan
LKPJ Bupati Bungo Tahun Anggaran 2011
34
hibah (sektor pertambangan batu bara dan perkebunan)
dengan capaian 46% atau Rp18,9 milyar dari target yang
ditetapkan sebesar Rp 41 milyar.
b. Pengeluaran.
Pengeluaran menjadi salah satu alat kebijakan keuangan
untuk mencapai sasaran pembangunan. Selama Tahun 2011, secara
garis besar perbandingan realisasi Belanja Tidak Langsung dan Belanja
Langsung dari total realisasi belanja masing-masing sebesar 57,94%
dan 42,06%. Tingginya kontribusi realisasi Belanja Tidak Langsung
tersebut di atas dikarenakan di Tahun Anggaran 2011 terdapat
kebijakan baru terkait dengan anggaran yang ditetapkan oleh
Pemerintah berupa dana BOS yang wajib dianggarkan dalam Belanja
Tidak Langsung. Di samping itu, penyelenggaran PILKADA di tahun
2011 juga memberikan kontribusi terhadap realisasi Belanja Tidak
Langsung.
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran
2011 unaudited (data sebelum audit BPK-RI), dapat disampaikan
bahwa belanja daerah terealisasi sebesar 89,8% atau Rp669 milyar
dari anggaran sebesar Rp745 milyar. Rincian lebih lanjut sebagai
berikut :
a) Belanja Tidak Langsung
Dianggarkan sebesar Rp. 426,6 milyar terealisasi sebesar
Rp.387,6 milyar atau sebesar 90,9%. Tidak terserapnya anggaran
Belanja Tidak Langsung sebesar 9,1% terutama berasal dari
Belanja Pegawai yang dianggarkan sebesar Rp 382,5 milyar
terealisasi sebesar Rp. 349,6 milyar atau sebesar 91,4%. Tidak
terserapnya anggaran dimaksud sebesar 9,6% dikarenakan pada
tahun 2011 Pemerintah Pusat memberlakukan Moratorium
Penerimaan CPNS, sehingga penyediaan anggaran belanja untuk
penerimaan CPNS dimaksud tidak terealisasi. Selain itu, Belanja
Bunga yang telah disediakan anggarannya sebesar Rp600 juta
tidak terealisasi dikarenakan tidak adanya tuntutan dari Pihak
Ketiga terhadap keterlambatan pembayaran pekerjaan yang
dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2010.
b) Belanja Langsung
Dianggarkan sebesar Rp318,3 milyar terealisasi sebesar Rp281,4
milyar atau sebesar 88,4%. Tidak terserapnya anggaran Belanja
Langsung tersebut di atas sebesar 11,6% terutama berasal dari
Belanja Modal yang dianggarkan sebesar Rp140,2 milyar
LKPJ Bupati Bungo Tahun Anggaran 2011
35
terealisasi sebesar Rp118,7 milyar atau sebesar 84,7%. Tidak
terserapnya anggaran belanja modal dimaksud antara lain
dikarenakan terdapat beberapa kegiatan fisik berupa
pembangunan jalan yang terkendala kelangkaan aspal, sehingga
tidak dapat direalisasikan di tahun 2011.
C. Sasaran pembangunan
Sasaran pembangunan menyangkut penentuan berbagai
capaian yang terukur yang akan dicapai selama masa waktu
pembangunan, dalam RPJM waktu yang dibutuhkan adalah 5 tahun.
Sasaran bersifat kompleks, sesuai dengan substansi daripada
pembangunan itu sendiri yang memang kompleks. Sasaran utama
menyangkut bidang ekonomi, seperti pertumbuhan, dan
pemerataaan yang diharapkan dapat menarik bidang pembangunan
lainnya. Selanjutnya diakui adanya sasaran pendukung yang
diharapkan terealisir guna mencapai sasaran utama dimana sasaran
pendukung ini menjadi sasaran bidang pembangunan lainnya.
Hal tersebut di atas diharapkan tidak saja terjadi antar pusat
pertumbuhan di Kabupaten Bungo, akan tetapi juga dapat
mengakomodasi pusat pertumbuhan antara Kabupaten di sekitar
Bungo, antara lain Kabupaten Tebo, Merangin, Sarolangun, Kerinci
dan Dhamas Raya. Untuk itu, upaya penyediaan infrastruktur mulai
dari jalan, jembatan, listrik, telefon dan air minum harus dilakukan
secara seimbang dan terfokus. Disamping itu, juga pembangunan
bandar udara yang diharapkan dapat memacu laju pertumbuhan
ekonomi daerah.
Sasaran seperti di atas bagaimanapun harus didukung oleh
sasaran lain seperti upaya untuk meningkatkan efisiensi dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Lebih dari itu efisiensi juga
dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
dan stakeholder pemerintah daerah secara umum. Hal demikian
dilaksanakan agar dapat membuat Kabupaten Bungo menjadi lebih
kompetitif terhadap pilihan investasi.
1.4. Kebijakan
Mengamati sumber penerimaan keuangan pemerintah
daerah maka kebijakan lebih banyak terfokus kepada kapasitas dan
tatakelola pemerintah dalam mengelola seluruh potensi daerah.
LKPJ Bupati Bungo Tahun Anggaran 2011
36
Sebagaimana diketahui wewenang daerah dalam mengelola
penerimaan meliputi berbagai pajak yaitu; Hotel, Restoran, Hiburan,
Reklame, Penerangan Jalan, Pengembailan Bahan Galian Golongan C
dan Parkir. Selanjutnya harus disadari pula bahwa basis sumber
penerimaan yang dapat dikelola oleh pemerintah daerah juga
diperluas yang bersifat retribusi.
Kebijakan keuangan dapat dilihat dari dua sisi yaitu
penerimaan dan pengeluaran. Dari sisi penerimaan, kebijakan secara
umum didasarkan pada prinsip bahwa setiap retribusi yang menjadi
wewenang pemerintah daerah khususnya tidak mengakibatkan
kegiatan perekonomian menjadi terganggu (distortif), yang
menjadikan para pengusaha dan masyarakat terhambat melakukan
investasi. Akibatnya harapan untuk meningkatkan penerimaan dari
retribusi akhirnya menjadikan hambatan kepada pengusaha yang
berakibat kepada tidak berkembangnya perekonomian di daerah itu
sendiri. Kebijakan di bidang penerimaan tahun 2011 adalah sebagai
berikut :
a) Peningkatan jenis dan besaran berbagai pajak dan retribusi
daerah dengan prinsip tidak mengakibatkan distorsi terhadap
pelaksanaan pembangunan secara keseluruhan.
b) Menyusunan perencanaan dan dasar penerimaan jangka
panjang baik yang berasal dari retribusi, pajak daerah, dan
penerimaan lain yang sah.
c) Meningkatkan penyuluhan dan kesadaran terhadap masyarakat
dan pengusaha guna bersedia membayar pajak dan retribusi
daerah yang lebih sesuai.
d) Menyusun program pembiayaan sesuai dengan kebutuhan dan
prioritas pembangunan
khususnya dalam memanfaatkan
pinjaman daerah sebagai salah satu alternatif pembiayaan jangka
menengah dan panjang.
e) Melakukan pendekatan dengan Pemerintah Pusat dalam
memformulasi metode penentuan dan besaran yang akan
diterima oleh pemerintah daerah dari berbagai sumber
penerimaan.
Dari sisi pengeluaran maka arah kebijakan adalah sebagai berikut :
a) Menyusun prioritas pembangunan sesuai dengan kemampuan
pembiayaan. Untuk itu diharapkan seluruh perencanaan SKPD
dapat memberikan gambaran utuh kepentingannya baik pada
jangka pendek maupun jangka panjang.
LKPJ Bupati Bungo Tahun Anggaran 2011
37
b) Mengutamakan pencapaian sasaran dengan prinsip capaian yang
dapat diukur dan berdampak lebih luas terhadap tumbuhnya
kegiatan masyarakat dan swasta. Dengan demikian diharapkan
dapat menggerakkan keterlibatan masyarakat yang lebih luas
dalam pembangunan.
c) Memfasilitasi tumbuhnya investasi swasta melalui kerangka
regulasi yang terencana sehingga setiap regulasi
selain
dimaksudkan untuk memberikan manfaat terhadap pemerintah
daerah juga memberi manfaat untuk swasta dan masyarakat.
Untuk meningkatkan kinerja jajaran Pegawai Negeri Sipil,
maka diperlukan peningkatan kesejahteraan PNS perlu mendapat
perhatian. Ini sejalan dengan Permendagri Nomor 59 tahun 2007
Pasal 39 yang berbunyi : “bahwa dalam rangka peningkatan
kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil, maka perlu diberikan tambahan
penghasilan. Tambahan penghasilan tersebut adalah berdasarkan
beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi dan
atau pertimbangan objektif lainnya. Dan tentang kriteria pemberian
tambahan penghasilan tersebut ditetapkan dengan Peraturan Kepala
Daerah.
D. Target dan Realisasi APBD Tahun Anggaran 2011
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran
2011 unaudited (angka sebelum diaudit oleh BPK), rincian
anggaran dan realisasi APBD Pemerintah Kabupaten Bungo
tahun 2011 adalah sebagai berikut :
Uraian
Anggaran
Realisasi
%
716.559.236.584,90
67.752.612.107,30
9.781.993.500,00
3.865.802.405,00
8.295.917.571,83
45.808.898.630,47
711.249.686.528,26
62.070.006.326,90
9.433.997.050,00
3.519.624.483,00
7.942.863.160,84
41.173.521.633,06
99,3%
91,6%
96,4%
91,0%
95,7%
89,9%
Dana Perimbangan
Dana bagi hasil pajak/bukan pajak
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus
515.736.011.020,60
87.881.585.020,60
379.218.626.000,00
48.635.800.000,00
529.100.111.208,00
101.245.683.208,00
379.218.628.000,00
48.635.800.000,00
102,6%
115,2%
100,0%
100,0%
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Pendapatan hibah
DBH pajak dari provinsi dan pemerintahan daerah lainnya
Dana penyesuaian dan otonomi khusus
133.070.613.457,00
41.000.000.000,00
21.219.598.137,00
70.851.015.320,00
120.079.568.993,36
18.845.554.625,00
29.885.337.428,00
70.886.348.320,00
90,2%
46,0%
140,8%
100,0%
Pendapatan Daerah
Pendapatan Asli Daerah
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
LKPJ Bupati Bungo Tahun Anggaran 2011
38
Bantuan Keuangan Dari Pemerintah Daerah Provinsi
-
462.328.620,36
716.559.236.584,90
711.249.686.528,26
99,3%
Anggaran
Realisasi
%
744.999.647.156,04
426.644.736.007,94
382.541.701.750,94
600.000.000,00
564.158.400,00
21.131.093.650,00
650.000.000,00
1.041.351.000,00
18.519.581.207,00
1.596.850.000,00
669.050.627.021,00
387.641.920.689,00
349.600.538.382,00
488.214.000,00
17.130.971.500,00
563.400.000,00
1.040.135.000,00
18.474.074.307,00
344.587.500,00
89,8%
90,9%
91,4%
0,0%
86,5%
81,1%
86,7%
99,9%
99,8%
21,6%
318.354.911.148,10
48.579.896.750,00
129.545.697.074,00
140.229.317.324,10
281.408.706.332,00
47.276.013.620,00
115.419.777.688,00
118.712.915.024,00
88,4%
97,3%
89,1%
84,7%
Jumlah Belanja
744.999.647.156,04
669.050.627.021,00
89,8%
Surplus(Defisit)
(28.440.410.571,14)
42.199.059.507,26
-148,4%
32.940.410.571,14
32.940.410.571,14
32.940.410.571,14
32.940.410.571,14
32.940.410.571,14
32.940.410.571,14
100,0%
100,0%
100,0%
4.500.000.000,00
4.500.000.000,00
4.500.000.000,00
3.976.594.943,00
3.976.594.943,00
3.976.594.943,00
88,4%
88,4%
88,4%
28.440.410.571,14
28.963.815.628,14
101,8%
-
71.162.875.135,40
Jumlah Pendapatan
Uraian
Belanja Daerah
Belanja Tidak Langsung
Belanja pegawai
Belanja bunga
Belanja subsidi
Belanja hibah
Belanja bantuan sosial
Belanja bagi hasil kepada pemerintahan desa
Belanja bantuan keuangan kpd dan pemerintahan Desa
Belanja tidak terduga
Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal
PEMBIAYAAN (NETO)
Penerimaan Pembiayaan Daerah
SiLPA Tahun Anggaran Sebelumnya
Jumlah Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Jumlah Pengeluaran Pembiayaan
Pembiayaan Netto
Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan
(SILPA)
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran Tahun Anggaran
2011 unaudited (angka sebelum diaudit oleh BPK), rincian SILPA
Tahun Anggaran 2011 adalah sebagai berikut :
a. Kas di kas daerah
Rp 70.232.255.061,35
b. Kas di bendahara pengeluaran SKPD Rp
930.620.074,05
Jumlah ...
Rp 71.162.875.135,40
Selanjutnya untuk saldo kas di kas daerah tersebut di atas,
dapat dijabarkan lebih lanjut ke dalam saldo dana mengikat dan
saldo dana tidak mengikat, sebagai berikut :
a. Saldo dana mengikat yang berasal dari
LKPJ Bupati Bungo Tahun Anggaran 2011
39
penerimaan TA. 2010 dan 2011
Rp 27.391.669.504,00
b. Saldo dana tidak mengikat
Rp 42.840.585.557,35
Jumlah ...
Rp 70.232.255.061,35
Saldo dana mengikat tersebut di atas adalah sumber dana
yang berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi yang
sudah ditetapkan peruntukkannya, seperti DAK, DPDF, DPIPD dan
tunjangan profesi guru. Konsekwensi dari saldo dana mengikat
tersebut adalah penganggaran kembali di tahun berikutnya sesuai
peruntukkan yang ditetapkan oleh Pemerintah atau disetorkan ke
rekening kas negara. Sementara itu saldo dana tidak mengikat dapat
diartikan bahwa saldo dana tersebut tidak terikat peruntukkannya
yakni saldo kas daerah yang berasal dari penerimaan PAD, DAU,
Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dan Lain-lain Pendapatan yang
Sah.
PERMASALAHAN DAN SOLUSI
a. Permasalahan :
1). Belum seluruhnya masyarakat wajib pajak sadar akan kewajibannya
dalam membayar pajak daerah.
2). Belum tergalinya potensi pajak daerah secara optimal
3). Masih banyaknya usulan-usulan program/kegiatan dari masyarakat
yang belum sepenuhnya bisa diakomodir dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah yang disebabkan oleh terbatasnya kemampuan
anggaran
b. Solusi :
1). Melakukan pengkajian dan penyusunan aspek legalitas pemungutan
pendapatan daerah dengan melaksanakan perubahan atau
penyusunan Perda baru serta penerapan sanksi berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2). Melakukan penggalian dan pengembangan sumber-sumber potensi
pendapatan daerah yang sudah ada maupun mencari sumbersumber pendapatan baru untuk menunjang pembiayaan
pemerintahan dan pembangunan
3). Kebijakan yang diambil untuk mengurangi sebagian atau efisiensi
rencana kegiatan yang dirasakan masih dapat ditangguhkan, disisi
lain juga mengambil kebijakan untuk melakukan efisiensi terhadap
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah.
LKPJ Bupati Bungo Tahun Anggaran 2011
40
Download