BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen

advertisement
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian dan Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia mempunyai perencanaan tersendiri dan
perencanaannya sangat penting karena sumber daya manusia adalah penggerak sumber
daya lainnya. Selain itu sumber daya manusia, sumber daya sebagai mahluk hidup yang
mempunyai perasaan, kebutuhan dan tujuan yang berbeda satu sama lainnya.
Manajemen sumber daya manusia merupakan bidang manajemen yang berusaha
untuk mengatasi setiap permasalahan perusahaan yang menyangkut karyawan yang ada
diperusahaan dan berusaha agar semua tenaga kerja yang ada tersebut mengembangkan
prestasi secara maksimal, baik secara individu maupun kelompok.
Tujuan yang paling penting dari manajemen sumber daya ini yaitu memeperoleh
dan menempatkan orang-orang yang berkualitas sesuai dengan keahliannya, sehingga
dicapai the right man in the right place yaitu orang-orang yang memiliki pengetahuan
dan keterampilan yang baik berada pada tingkat atau tempat yang tepat untuk
melaksanakan pekerjaan mereka. Dengan kata lain merupakan salah satu syarat pokok
didalam perusahaan untuk mencapai keberhasilan.
Jadi jelas manajemen sumber daya manusia menitik beratkan pada soal
kepegawaian atau personalia dalam suatu organisasi tertentu dengan kata lain bahwa
manajemen sumber daya manusia membahas masalah personalia yang berkaitan dengan
perusahaan sehingga dapat dicapai efektivitas dan efesiensi pemanfaatan tenaga kerja
sebagai sumber daya yang terbatas.
Pengertian manajemen sumber daya manusia di uraikan sebagai berikut:
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2003;10) bahwa :
Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur
hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu
terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat .
Menurut Mangkunegara (2000:2) menyatakan:
Manajemen sumber daya manusia merupakan suatu perencanan,
pengorganisasian,
terhadap
pengkoordinasian,
pengadaan,
pelaksanaan,
pengembangan,
dan
pemberian
pengawasan
balas
jasa,
pengingtegrasian, pemeliharaan, dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka
mencapai tujuan organisasi
Definisi yang ditulis oleh Edwin B.Flippo (1999:5) mengatakan bahwa:
Manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan, dan pemberhentian karyawan dengan maksud terwujudnya
tujuan perusahaan, individu karyawan dan masyarakat
Dari pernyataan di atas penyusun menyimpulkan tak ada perbedan yang prinsipil
diantara mereka, umumnya mereka berpendapat fokus manajemen sumber daya manusia
adalah manusia sebagai tenaga kerja menurut fungsi-fungsi manajemen (perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengawasan) agar efektif dan efesien dalam mewujudkan
tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.
Manajemen sumber daya manusia akan menunjukan bagaimana seharusnya
perusahaan mengembangkan, mengelola, menggunakan, dan memelihara karyawan
dalam jumlah kualitas yang tepat, oleh karena itulah manajemen sumber daya manusia
sangat penting peranannya dalam organisasi. Dengan demikian menurut: P. Siagian
(2002:48) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan sumber daya manusia
ada dua yaitu faktor yang berasal dari luar organisasi itu sendiri (Eksternal) maupun
faktor yang berasal dari lingkungan organisasi (Internal) :
a. Faktor Eksternal
Yang dimaksud dengan faktor-faktor eksternal adalah berbagai hal yang
pertumbuhan dan perkembangannya berada diluar kemampuan organisasi untuk
mengendalikannya. Adapun yang tergolong kepada faktor eksternal yaitu:
1 Situasi ekonomi
2 Sosial dan budaya
3 Politik
4 Peraturan Undang-undang
5 Teknologi
6 Persaingan
b. Faktor Internal
Yang dimaksud dengan faktor-faktor internal adalah berbagai kendala yang
terdapat didalam organisasi itu sendiri adapun foktor internal itu yaitu :
1 Rencana strategik
2 Anggaran
3 Estimasi produksi dan penjualan
4 Usaha dan kegiatan baru
5 Rencana organisasi dan tugas pekerjaan
2.1.1 Fungsi Manajemen Sumber daya Manusia
Untuk dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai bidang kegiatan
manajemen sumber daya manusia, penulis akan menguraikan fungsi-fungsi manajemen
sumber daya manusia menurut B. Flipo (1999:5-7)
1. Fungsi manajemen terdiri dari :
a) Perencanaan (Planning)
Bagi manajer yang efektif menyadari bahwa bagian terbesar dari waktu mereka
harus disediakan untuk perencanaan. Perencanaan berarti penentuan program
personalia yang akan membantu tercapainya sasaran yang telah disusun untuk
perusahaan
b) Pengorganisasian (Organizing)
Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan. Jika telah ditentukan bahwa fungsifungsi personalia tertentu akan membantu ke arah tercapainya sasaran perusahaan,
maka manajer personalia haruslah membentuk organisasi dengan merancang
susunan dari pada berbagai hubungan antara jabatan, personalia dan faktor-faktor
fisik.
c) Pengarahan (Directing)
Paling tidak dalam teori, kita sekarang mempunyai rencana dan organisasi untuk
melaksanakan fungsi tersebut. Mungkin nampak fungsi logis berikutnya adalah
fungsi operasi yakni melakukan pekerjaan.
d) Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah fungsi manajerial yang berhubungan dengan pengaturan
kegiatan agar sesuai dengan rencana personalia yang sebelumnya telah
dirumuskan berdasarkan analisis terhadap sasaran dasar organisasi.
2. Fungsi operasional rerdiri dari :
a) Pengadaan (Procurement)
Hal-hal yang dilakukan dalam kaitan ini adalah penentuan sumber daya manusaia
yang dibutuhkan dan perekrutannya, seleksi, dan penempatan.
b) Pengembangan (Development)
Pengembangan merupakan peningkatan ketrampilan melalui pelatihan yang perlu
untuk prestasi kerja yang tepat. Ini merupakan kegiatan yang sangat penting dan
akan terus berkembang karena perubahan-perubahan teknologi, reorganisasi
pekerjaan, tugas manajemen yang semakin rumit.
c) Kompensasi (Compensation)
Fungsi ini dirumuskan sebagai balas jasa yang memadai dan layak kepada
personalia untuk sumbangan mereka kepada tujuan organisasi.integrasi
d) Integrasi (Integration)
Integrasi merupakan usaha untuk menghasilkan usaha untuk menghasilkan
rekonsiliasi (kecocokan) yang layak atas kepentingan-kepentingan perorangan
(individu), masyarakat, dan organisasi.
e) Pemeliharaan (Maintenance)
Pemeliharaan adalah kegiatan pemelihara kebutuhan sumber daya manusia yang
dimiliki. Wujud dari hasil pemeliharaan sumber daya ini akan membuat angkatan
kerja memiliki kemauan dan mampu untuk bekerja.
f) Pemutusaan hubungan kerja (Separation)
Jika fungsi pertama manajemen personalia adalah untuk mendapatkan karyawan,
adalah logis bahwa fungsi terakhir adalah untuk memutuskan hubungan kerja dan
mengembalikan orang-orang tersebut kepada masyarakat. Organisasi bertanggung
jawab untuk melaksanakan proses pemutusan kerja sesuai dengan persyaratanpersyaratan yang telah ditentukan dan menjamin bahwa warga masyarakat.
Dari uraian diatas kita dapat mengetahui secara jelas pengertian dan fungsi
manajemen sumber daya manusia (MSDM), dimana seluruh kegiatan melakukan fungsi
manajemen sumber daya manusia tersebut untuk mewujudkan sasaran pokok manajemen
sumber daya manusia, yaitu mendaya gunakan secara optimal sumber daya manusia
didalam organisasi.
Manajemen sumber daya manusia tidak hanya memperhatikan kegiatan
perusahaan tetapi juga memperhatikan kebutuhan para karyawan dan tuntutan masyarakat
luas. Peranan manajemen sumber daya manusia adalah memperhatikan ketiga kekuatan
utama, yaitu perusahaan, karyawan, dan masyarakat menuju tercapainya efektivitas
organisasi.
Dengan kata lain seorang manajer sumber daya manusia dituntut untuk mampu
mengelola sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan, agar terbentuk sumber daya
yang bermutu dan agar mampu untuk mengelola sumber daya manusia yang dimiliki,
seorang manajer sumber daya manusia melaksanakan fungsi-fungsi manajemen sumber
daya
manusia,
merupakan
tugas
utama
yang
harus
dilaksanakan
menyelenggarakan seluruh aktivitas pengelolaan sumber daya manusia.
dalam
2.2 Pengertian Kompensasi
Kompensasi merupakan sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti
kontribusi jasa mereka pada perusahaan. Pemberian kompensasi merupakan salah satu
pelaksanaan fungsi MSDM yang berhubungan dengan semua jenis pemberian
penghargaan individual sebagai pertukaran dalam melakukan tugas keorganisasian
Untuk memperoleh gambaran kompensasi yang lebih jelas berikut ini disampaikan
beberapa definisi dari para ahli:
Menurut Hasibuan (2002 : 118),
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang,
langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas
jasa yang diberikan kepada perusahaan .
Kompensasi berbentuk uang, artinya : kompensasi itu dibayar dengan sejumlah
uang kartal kepada karyawan bersangkutan.
Kompensasi berbentuk barang, artinya kompensasi itu dibayar dengan barang.
Menurut William B. Werther dan Keith Davies yang dikutip oleh Malayu S.P
Hasibuan, dalam bukunya Manajemen Sumberdaya Manusia (2005,119) :
Compensation is what employee receive in exchange of their work,whether
hourly wages or periodic salararies, the personel departement usually designs
and administers employee compensation.
(Kompensasi adalah apa yang seseorang pekerja terima sebagai balasan dari
pekerjaan yang diberikannya, baik berupa upah per jam ataupun gaji periodic di
desain dan dikelola oleh bagian personalia)
Menurut Marwansyah dan Mukaram (2000 : 127),
Kompensasi merupakan penghargaan /imbalan langsung maupun tidak
langsung, finansial maupun non finansial, sebagai balas jasa kontribusi
mereka terhadap pencapaiaan tujuan organisasi
Menurut B.Siswanto Sastrodiwiryo (2003;181), bahwa :
Kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh
perusahaan kepada tenaga kerja tersebut telah memberikan sumbangan
tenaga dan pikiran demi kemajuan perusahaan guna mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Menurut Wahyudi (1990:1), mengemukakan bahwa :
Kompensasi (balas jasa) adalah segala sesuatu yang berbentuk barang, uang,
dan jasa yang diterima oleh karyawan, karena jasa yang telah diberikan
kepada perusahaan atau organisasi.
2.2.1 Fungsi dan Tujuan Pemberian Kompensasi
Suatu cara perusahaan meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan kepuasan kerja
karyawan, masalah kompensasi mungkin merupakan fungsi manajemen yang paling sulit
dan membingungkan. Tidak hanya karena pemberian kompensasi merupakan salah satu
tugas yang paling kompleks tetapi juga salah satu aspek yang paling berarti bagi
karyawan. Balas jasa yang diberikan karyawan pasti memiliki fungsi dan tujuan tertentu.
Menurut Soeprihanto yang dikutip oleh Martoyo (2000 : 128-129), fungsi pemberian
kompensasi antara lain :
1 Pengalokasian sumber daya secara efisien.
Fungsi ini menunjukkan bahwa pemberian kompensasi yang cukup baik pada
karyawan yang berprestasi baik, akan mendorong para karyawan untuk bekerja
dengan lebih baik, kearah pekerjaan-pekerjaan yang lebih produktif. Dengan kata
lain ada kecenderungan para karyawan dapat bergeser atau berpindah dari tempat
kerja yang kompensasinya rendah ketempat kerja yang kompensasinya tinggi
dengan cara menunjukkan prestasi kerja yang lebih baik.
2 Penggunaan sumber daya manusia secara lebih efisien dan efektif.
Dengan memberikan kompensasi yang tinggi kepada seorang karyawan
mengandung implikasi bahwa organisasi akan menggunakan tenaga karyawan
tersebut dengan seefektif dan seefisien mungkin. Sebab dengan cara demikian
organisasi yang bersangkutan akan memperoleh manfaat dan/atau keuntungan
yang semaksimal mungkin. Disinilah produktivitas karyawan sangat menentukan.
3 Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Sebagai akibat alokasi dan penggunaan sumber daya manusia dalam organisasi
yang bersangkutan secara efektif dan efisien tersebut maka diharapkan sistem
pemberian kompensasi tersebut secara langsung dapat membantu stabilisasi
organisasi, dan secara tidak langsung ikut andil dalam mendorong stabilisasi dan
pertumbuhan ekonomi negara secara keseluruhan.
Sedangkan tujuan dari pemberian kompensasi menurut Hasibuan (2002: 138),
antara lain :
1 Ikatan kerja sama
Dengan memberikan kompensasi maka terjalinlah ikatan kerja sama majikan
dengan karyawannya. Dimana karyawan harus menyediakan tugas-tugasnya
dengan baik, pengusaha/majikan wajib membayar kompensasi itu sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati bersama.
2 Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa, karyawan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya seperti
kebutuhan fisik, status, sosial, egoistiknya sehingga ia memperoleh kepuasan dari
hasil jabatannya itu.
3 Pengadaan efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, maka pengadaan karyawan ang
Qualilified untuk perusahaan itu akan lebih mudah.
4 Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, menejer akan lebih mudah memotivasi
bawahannya.
5 Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin
baik. Maka mereka akan menyadari dan menaati peraturan-pereturan yang
berlaku.
6 Stabilitas karyawan
Program kompensasi atas prinsip adil dan layak maka stabilitas karyawan lebih
terjamin karena turn over relatif kecil.
7 Pengaruh serikat buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat dihindarkan
dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaan masing-masing.
8 Pengaruh pemerintah
Jika program ini sesuai dengan undang-undang perburuhan yang berlaku seperti
batas gaji/upah minimum maka intervensi pemerintah dapat terhindar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian balas jasa ini hendaknya
memberikan kepuasan pada semua pihak. Baik pihak karyawan, pengusaha, pemerintah
dan konsumen. Fungsi dan tujuan pemberian kompensasi diatas bukan merupakan aturanaturan, tetapi lebih sebagai pedoman-pedoman. Semakin padu dengan pedoman-pedoman
itu maka pemberian kompensasi itu akan semakin efektif.
2.2.2 Sistem dan kebijaksanaan Kompensasi
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2003;123), sistem dan kebijaksanaan
kompensasi terdiri dari :
1.
Sistem kompensasi
Sistem pembayaran yang umum ditetapkan adalah :
1)
Sistem waktu
Dalam sistem ini, kompensasi (gaji atau upah) itu besarnya
ditetapkan berdasarkan standar waktu seperti jam, hari, bulan. Sistem ini
administrasi pengupahannya relatif mudah serta dapat diterapkan kepada
karyawan tetap maupun kepada pekerja harian.
Sistem kerja ini biasanya diterapkan jika prestasi sulit diukur per
unitnya, melainkan didasarkan kepada lamanya bekerja. Kebaikan sistem
ini adalah administrasi pengupahan mudah dan besarnya kompensasi yang
akan dibayarkan tetap. Sedangkan kelemahannya adalah pekerja yang
malas pun kompensasinya tetap dibayar sebesar perjanjian.
2)
Sistem hasil (output)
Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi ditetapkan atas kesatuan
unit yang dihasilkan pekerja seperti per potong, meter, liter,dan kilogram.
Dalam sistem hasil ini, besarnya kompensasi dibayar selalu didasarkan
kepada banyaknya hasil yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu
mengerjakannya. Sistem hasil ini tidak bisa diterapkan pada karyawan
tetap (sistem waktu).
Kebaikan system hasil adalah memberikan kesempatan kepada
karyawan yang bekerja sungguh-sungguh serta berprestasi baik akan
memperoleh balas jasa yang lebih besar. Sedangkan kelemahannya adalah
kualitas barang yang dihasilkan kurang baik dan karyawan yang kurang
mampu balas jasanya kecil,sehingga kurang manusiawi
3)
Sistem borongan
Suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa didasarkan
atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya. Dalam sistem ini
pekerja bisa mendapat balas jasa besar atau kecil, tergantung atas
kecermatan kalkulasi mereka.
2.
Kebijaksanaan kompensasi
Kebijaksanaan kompensasi, baik besarnya, susunannya, maupun
waktu pembayarannya dapat mendorong gairah kerja dan keinginan
karyawan untuk mencapai prestasi kerja yang optimalsehingga membantu
terwujudnya sasaran perusahaan. Besarnya kompensasi harus ditetapkan
berdasarkan analisis pekerjaan, uraian pekerjaan, spesifikasi pekerjaan,
posisi jabatan, konsistensi eksternal serta berpedoman keadilan dan
undang-undang perburuhan. Dengan kebijaksanaan ini diharapkan akan
terbina kerjasama yang serasi dan memberikan kepuasan kepada semua
pihak.
3.
Waktu pembayaran kompensasi
Kompensasi harus dibayar tepat pada waktunya, jangan sampai
terjadi penundaan, supaya kepercayaan karyawan terhadap perusahaan
semakin besar, ketenangan dan konsentrasi kerja akan lebih baik. Tetapi
jika pembayaran kompensasi tidak tepat pada waktu akibatnya
disiplin,moral,gairah kerja karyawan akan menurun, bahkan turnover
karyawan semakin besar
2.2.3
Bentuk-bentuk Kompensasi
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2002 : 118), mengelompokkan kompensasi
kedalam dua bentuk umum, yaitu :
a) Kompensasi langsung (direct compensation) berupa gaji, upah dan upah insentif.
Gaji
Berikut ini beberapa pendapat yang diungkapkan para ahli mengenai
gaji, yaitu sebagai berikut :
Menurut Moekijat (1997;479) menjelaskan bahwa : Gaji adalah
pembayaran yang diberikan kepada pegawai tiap bulan,sebagai
imbalan atas prestasi kerja yang telah dilakukan.
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2002;118) mengatakan bahwa :
Gaji adalah balas jasa yang dibayar secara periodik kepada
karyawan tetap serta mempunyai jaminan yang pasti.
Menurut Rivai (2003;360) bahwa : Gaji adalah balas jasa dalam
bentuk uang yang diterima karyawan sebagai konsekuensi dari
kedudukannya sebagai karyawan yang memberikan sumbangan
dan pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan.
Menurut A.A.Anwar Prabu Mangkunegara (2000:85) mengatakan
bahwa : Gaji adalah uang yang dibayarkan kepada pegawai atas
jasa pelayanannya yang diberikan secara bulanan
Upah
Berikut ini pengertian upah menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
Menurut A.A.Anwar Prabu Mangkunegara (2000:85) mengatakan
bahwa : Upah adalah pembayaran berupa uang untuk pelayanan
kerja atau uang yang biasanya dibayarkan kepada pegawai secara
perjam, perhari, dan persetengah hari
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2002;118) mengatakan bahwa :
Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada para pekerja
harian dengan pedoman atau perjanjian yang disepakati
membayarnya.
Menurut Flippo (Sirait,2006;184) mengatakan bahwa Upah adalah
harga untuk jasa-jasa yang telah diberikan oleh seseorang kepada
orang lain.
Insentif
Berikut ini pengertian upah insentif menurut para ahli yaitu sebagai
berikut :
Menurut Wahyudi (1990:6) mengemukakan bahwa :
Insentif
adalah balas jasa tambahan diluar gaji dan upah yang diberikan
kepada karyawan sebagai pendorong untuk memotivasi karyawan
sehingga akan meningkatkan prestasi dan produktivitas kerja.
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2001: 117), mengemukakan
bahwa: Insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan
kepada karyawan tertentu yang prestasinya di atas prestasi
standar. Insentif ini merupakan alat yang dipergunakan
pendukung prinsip adil dalam pemberian kompensasi.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2002: 89), mengemukakan
bahwa: Insentif adalah suatu bentuk motivasi yang dinyatakan
dalam bentuk uang atas dasar kinerja yang tinggi dan juga
merupakan rasa pengakuan dari pihak organisasi terhadap
kinerja
karyawan
dan
kontribusi
terhadap
organisasi
(perusahaan).
b) Kompensasi tidak langsung (Inderect compensation atau Employee Welfare atau
kesejahteraan karyawan) berupa program kesejahteraan sosial, program jaminan
sosial dan program pelayanan karyawan, seperti tunjangan kesehatan, asuransi
dan fasilitas kantor (rumah dinas, mobil dinas).
Tunjangan (Benefit)
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2002:118) mengemukakan bahwa
Tunjangan adalah imbalan tidak langsung yang diberikan
kepada seorang karyawan atau sekelompok karyawan sebagai
bagian dari keanggotaannya.di perusahaannya.
Contoh-contoh
tunjangan adalah asuransi kesehatan, asuransi jiwa, liburan yang
ditanggung perusahaan, program pensiun, dan tunjangan yang lainnya
yang berkaitan dengan hubungan kepegawaian.
Menurut
Gary
Dessler
(2005;144)
mengemukakan
bahwa
Tunjangan adalah pembayaran keuangan tidak langsung yang
diterima karyawan karena terus-menerus bekerja di perusahaan
tertentu.
Menurut A.A.Anwar Prabu Mangkunegara (2000:86) mengatakan
bahwa :
Tunjangan adalah nilai keuangan langsung untuk
pegawai yang secara cepat dapat ditentukan. Tujuannya adalah
untuk memperkecil turn over, meningkatkan modal kerja dan
meningkatkan keamanan
Jasa-jasa Pelayanan (services)
Menurut Wahyudi (1990:7) bahwa : Program pelayanan adalah
bantuan bukan berbentuk uang atau barang sebagai alat dalam
suatu program pelayanan kesejahteraan karyawan.
Bentuk-bentuk program pelayanan ini dapat berupa :
Penyediaan kafetaria
Penyediaan fasilitas olah raga
Penyediaan fasilitas keagamaan
Penyediaan fasilitas kesehatan
Perpustakaan
Antar jemput pegawai
Menurut Malayu S.P Hasibuan (2002:118) mengemukakan bahwa
Jasa-jasa pelayanan adalah balas jasa bagi karyawan dalam
bentuk jasa atau pelayanan yang tidak menciptakan nilai finansial
tetapi dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh
karyawan. Contoh-contoh jasa pelayanan adalah tranportasi,fasilitas
ibadah, fasilitas olah raga, keanggotaan klub, dan fasilitas lainnya.
Menurut Mondy dan Noe, yang dikutip oleh Marwansah dan Mukaram (2000 : 130)
membagi kompensasi sebagai berikut :
1)
Kompensasi finansial terbagi lagi menjadi dua macam yaitu :
a) Kompensasi finansial langsung, terdiri atas pembayaran yang diterima
oleh seseorang berbentuk gaji/upah, gaji, bonus, dan komisi.
b) Kompensasi finansial tidak langsung meliputi semua balas jasa finansial
yang tidak termasuk kedalam kompensasi finansial langsung seperti
tunjangan-tunjangan, asuransi, bantuan sosial karyawan, dan sebagainya.
2)
Kompensasi Non finansial
Terdiri atas berbagai bentuk kepuasan yang diterima seseorang dari
pekerjaan yang diterima seseorang dari pekerjaan itu sendiri, atau berupa
lingkungan psikologis dan/atau lingkungan fisik tempat seseorang itu
bekerja. Kepuasan yang berasal dari pekerjaan misalnya tugas-tugas yang
menarik, tantangan, tanggung jawab, peluang untuk mengenbangkan diri.
Kepuasan yang berasal dari lingkungan kerja misalnya rekan-rekan yang
menyenangkan, atasan yang kompeten, dan kondisi kerja yang nyaman.
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi
Menurut Malayu S.P.Hasibuan (2003;127-129) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kompensasi jasa berupa gaji dan upah adalah sebagai berikut :
1.
Penawaran dan permintaan
Jika pencarian kerja (penawaran) lebih banyak dari pada lowongan
pekerjaan (permintaan) maka kompensasi relatif kecil. Sebaliknya jika
pencari kerja lebih sedikit dari pada lowongan pekerjaan maka
kompensasi relatif semakin besar.
2.
Kemampuan dan kesediaan perusahaan
Bila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin
baik, maka tingkat kompensasi akan semakin besar, tetapi sebaliknya jika
kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar kurang maka
tingkat kompensasi relatif kecil.
3.
Serikat buruh / organisasi karyawan
Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh, maka tingkat kompensasi
semakin besar, sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat dan kurang
berpengaruh, maka tingkat kompensasi relatif kecil.
4.
Produktivitas kerja karyawan
Jika produktivitas kerja karyawan baik dan tinggi, maka kompensasi akan
semakin besar, sebaliknya apabila produktivitas kerjanya buruk serta
rendah maka kompensasinya kecil.
5.
Pemerintah dengan undang-undang dan kepres
Pemerintah dengan undang-undang dan kepres besarnya batas upah / balas
jasa minimum. Penetapan pemerintah ini sangat penting supaya pengusaha
jangan sewenang-wenang menetapkan besarnya balas jasa bagi karyawan
karena pemerintah berkewajiban untuk melindungi masyarakat dari
tindakan sewenang-wenang.
6.
Biaya hidup / Cost Of living
Bila biaya hidup di daerah tinggi maka tingkat kompensasi atau upah
semakin tinggi,tetapi sebaliknya karyawan yang biaya hidup didaerah
rendah, maka tingkat kompensasi atau upah relatif kecil.
7.
Posisi jabatan karyawan
Karyawan yang mempunyai jabatan tinggi maka akan menerima gaji atau
kompensasi yang lebih besar. Sebaliknya karyawan yang jabatannya lebih
rendah akan memperoleh gaji atau kompensasi yang lebih kecil. Hal ini
sangatlah wajar karena seseorang yang mendapatkan kewenangan dan
tanggung jawab lebih besar harus mendapatkan gaji atau kompensasi yang
lebih besar pula.
8.
Pendidikan dan pengalaman kerja
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka gaji
atau balas jasanya akan semakin besar, karena kecakapan dan
keterampilannya lebih baik. sebaliknya karyawan yang berpendidikan
rendah
dan
pengalaman
kerja
kurang maka
tingkat
gaji
atau
kompensasinya lebih kecil
9.
Kondisi perekonomian nasional
Bila kondisi perekonomian sedang maju maka tingkat upah atau
kompensasi akan semakin besar, karena akan mendekati full employment.
Sebaliknya jika kondisi perekonomian kurang maju (depresi) maka tingkat
upah,karena terdapat pengangguran (disquieted unemployment)
10.
Jenis dan sifat pekerjaan
Jika jenis dan sifat pekerjaan termasuk sulit atau sukar dan mempunyai
resiko (finansial,keselamatannya) besar, maka tingkat upah atau balas
jasanya semakin besar, karena meminta kecakapan serta keahlian untuk
mengerjakannya. Tetapi jika jenis dan sifat pekerjaan relatif mudah dan
resikonya (finansial, kecelakaannya) kecil, maka tingkat upah atau balas
jasanya relatif rendah.
Banyak faktor yang mempengaruhi besar / kecilnya tingkat upah atau kompensasi
hal ini perlu mendapatkan perhatian supaya prinsip pengupahan adil dan layak lebih baik
dan kepuasan kerja akan tercapai
2.3 Pengertian Motivasi Kerja
2.3.1 Pengertian dan Tujuan Motivasi Kerja
Motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu
untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu.Untuk dapat memotivasi
seseorang diperlukan adanya pemahaman mengenai bagaimana proses terbentuknya
motivasi pada karyawan.
Pada dasarnya manusia bekerja untuk memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun non fisik. Kebutuhan yang tidak terpuaskan
dari seseorang akan mengakibatkan suatu situasi yang tidak menyenangkan. Situasi
tersebut mendorong manusia untuk memenuhinya yang kemudian akan menimbulkan
suatu tujuan, di mana untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tindakan. Selanjutnya,
proses motivasi itu sendiri tidak dapat terlihat secara langsung, yang terlihat adalah
perilakunya terhadap sesuatu sehingga untuk melihat motivasi, dapat dilihat dari tingkat
usaha yang dilakukan seseorang. Semakin tinggi tingkat usaha yang diberikan seseorang
terhadap suatu kegiatan, dapat dikatakan semakin termotivasi orang tersebut.
Selanjutnya, usaha untuk memotivasi berarti memunculkan faktor-faktor (motif)
yang mendorong orang berperilaku tertentu.
Motif dapat diartikan sebagai daya
pendorong (driving force) yang menggerakan manusia untuk bertingkah laku dan
bertindak untuk mencapai tujuan tertentu, di mana daya pendorong tersebut dapat berupa
kebutuhan maupun keinginan.
Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan definisi
mengenai motif tersebut.
Menurut Hasibuan (2003:95), adalah :
Motivasi adalah sesuatu hal yang menyebabkan,menyalurkan, dan mendukung
perilaku manusia supaya mau bekerja dengan giat dan antusias mencapai yang
optimal.
Menurut G.R.Terry (2002;145) adalah :
Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang
merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan .
Menurut Ernest J Mc Cornick yang dikutip oleh A.A.Anwar Prabu Mangkunegara
(2000:94) mengatakan bahwa : Motivasi adalah sebagai kondisi yang berpengaruh
membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan
dengan lingkungan kerja.
Menurut Stanford yang diterjemahkan oleh Mangkunegara (2002:93) adalah :
Motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu
tujuan tertentu .
Menurut Hariandja (2002:321) menyatakan bahwa :
Motivasi diartikan sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong
perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yang
dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras atau lemah .
Menurut Koontz yang dikutip oleh Hasibuan (2003:95), adalah :
Motivation as an energizing condition of the organism that serves to direct that
organism toward the goal of a certain class .
Motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan
tertentu .
Menurut Sondang P.Siagian, MPA (2004;138), bahwa :
Motivasi adalah daya dorong yang mengakibatkan seorang anggota
organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian
atau keterampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai
kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam
rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan
sebelumnya.
Menurut Marihot Tua Efendi (2006:95) didalam buku Perilaku Organisasi
mengemukakan : Motivasi diartikan sebagai faktor-faktor yang mengarahkan dan
mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan
yang dinyatakan dalam bentik usaha yang keras atau lemah.
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kebutuhan dan
keinginan pribadi seseorang dapat melandasi atau berpengaruh kepada perilaku individu
tersebut. Dimana perilaku individu tersebut tercipta karena adanya interaksi dengan
lingkungannya, yang memberikan dampak kebutuhan tersebut semakin bervariasi.
Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa setiap perilaku individu dipengaruhi
faktor-faktor motivasi, yaitu keinginan, tujuan, kebutuhan, atau dorongan-dorongan
tertentu yang diwujudkan melalui tindakan-tindakan individu tersebut.
Tujuan Motivasi Kerja
Menurut Malayu S.P.Hasibuan (2005;146) tujuan motivasi antara lain sebagai
berikut :
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan
3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan
4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan
5. Mengefektifan pengadaan karyawan
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
7. Meningkatkan loyalitas,kreativitas, dan partisipasi karyawan
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya
10. Meningkatkan effisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku
2.3.2 Alat-alat Motivasi Kerja
Menurut Malayu S.P.Hasibuan (2005;149) terdapat beberapa alat motivasi kerja
yaitu sebagai berikut :
1)
Materil Insentif
Motivasi yang bersifat materil sebagai imbalan prestasi yang diberikan
oleh karyawan. Yang termasuk materil insentif adalah yang berbentuk
uang dan barang.
2)
Non Materil Insentif
Motivasi yang tidak berbentuk materi,yang termasuk non materil adalah
penempatan
yang
tetap,pekerjaan
yang
penghargaan,bintang jasa, dan perlakuan yang wajar.
terjamin,
piagam
Dengan alat-alat motivasi kerja diatas diharapkan karyawan mendapatkan
kepuasan dalam bekerja karena hasil mereka dihargai oleh perusahaan sehingga
karyawan akan bekerja lebih baik lagi untuk bersama-sama mencapai tujuan perusahaan.
2.3.3 Metode-metode Motivasi Kerja
Terdapat dua metode motivasi yang biasa digunakan oleh perusahaan atau
manajer menurut Malayu S.P.Hasibuan (2005:149), yaitu :
1. Metode Langsung (Direct Motivation), adalah motivasi baik materil dan
non materil yang diberikan secara langsung kepada setiap individu
karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasannya. Jadi sifatnya
khusus seperti memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam dan lain
sebagainya.
2. Metode Tidak Langsung (Indirect Motivation), adalah motivasi yang
diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta
menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas, sehingga para karyawan
betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.
2.3.4
Jenis-jenis Motivasi Kerja
Jenis-jenis motivasi dibagi menjadi dua bagian, seperti yang dikemukakan oleh
Hasibuan (2003:99) yaitu :
1. Motivasi Positif, manajer memotivasi bawahan dengan memberikan hadiah kepada
mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi positif ini semangat kerja bawahan
akan meningkat karena manusia pada umumnya senang menerima yang baik-baik
saja.
2. Motivasi Negatif, manajer memotivasi bawahannya dengan memberikan hukuman
kepada mereka yang pekerjaannya kurang baik (prestasi rendah). Dalam memotivasi
negatif ini semangat kerja dalam jangka waktu pendek akan meningkat, karena
mereka takut dihukum, tetapi untuk jangka waktu panjang akan berakibat kurang
baik.
Dalam prakteknya kedua jenis motivasi ini sering digunakan oleh manajer suatu
perusahaan.
Penggunaannya harus tepat dan seimbang, supaya dapat meningkatkan
semangat kerja karyawan.
2.3.5 Proses Motivasi Kerja
Menurut Malayu S.P.Hasibuan (2005;151) terdapat beberapa proses motivasi,
yaitu :
a. Tujuan
Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu tujuan
organisasi, kemudian para karyawan di motivasi ke arah tujuannya.
b. Mengenai kepentingan
Dalam proses motivasi perlu mengetahui pentingnya keinginan
karyawan dan tidak hanya melihat dari sudut kepentingan pimpinan
dan perusahaan saja.
c. Komunikatif efektif
Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi yang baik dengan
bawahan. Bawahan harus mengetahui apa yang akan diperoleh dan
syarat apa saja yang harus dipenuhinya supaya insentif tersebut
diperolehnya.
d. Integrasi tujuan
Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan organisasi dan tujuan
kepentingan karyawan. Tujuan organisasi adalah needs complex, yaitu
untuk memperoleh laba, perluasan perusahaan, sedangkan tujuan
individu karyawan adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi
kedua tujuan tersebut harus disatukan.
e. Fasilitas
Manajer penting untuk memberikan bantuan fasilitas kepada
organisasi dan individu karyawan, yang akan mendukung kelancaran
pelaksanaan pekerjaan, seperti memberikan bantuan kendaraan kepada
salesman.
f. Team work
Manajer harus membentuk team work yang terkoordinasi dengan baik
yang bisa mencapai tujuan perusahaan. Team work ini penting, karena
dalam suatu perusahaan biasanya terdapat banyak bagian.
2.3.6 Teori-teori Motivasi Kerja
Motivasi adalah suatu kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu
mencapai tujuannya, dan motivasi bertolak dari kebutuhan-kebutuhan yang belum
terpenuhi. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan beberapa teori motivasi menurut
Malayu S.P. Hasibuan (2003:153-156) adalah :
1.
Maslow Need s Hierarchy Theory
Dalam teori ini Maslow menjelaskan bahwa manusia dimotivasi untuk memuaskan
sejumlah kebutuhannya yang cenderung bersifat bawaan. Kebutuhan ini terdiri dari lima
jenis dan terbentuk dalam suatu hierarki dalam pemenuhannya. Dalam arti manusia pada
dasarnya pertama kali akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat pertama, kemudian
kebutuhan tingkat kedua dan seterusnya, dan pemenuhan semua kebutuhan inilah yang
menimbulkan motivasi seseorang. Suatu kebutuhan yang sudah terpenuhi tidak menjadi
unsur pemotivasi lagi. Adapun kebutuhan-kebutuhan itu adalah :
a.
Kebutuhan-kebutuhan Fisik (Physiological Needs), yaitu kebutuhan yang
diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan,
minum, perumahan dan lain-lain. Kebutuhan fisik ini termasuk kebutuhan utama atau
disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar.
b.
Kebutuhan akan Rasa Aman dan Keselamatan (Safety and Security Needs),
adalah kebutuhan akan keamanan dari ancaman yakni merasa aman dari ancaman
kecelakaan, keamanan harta di tempat pekerjaan, dan keselamatan dalam melakukan
pekerjaan.
c.
Kebutuhan Sosial (Social Needs), kebutuhan ini berkaitan dengan menjadi
bagian dari orang lain, dicintai orang lain, dan mencintai orang lain. Kebutuhankebutuhan sosial ini terdiri dari empat kelompok, yaitu kebutuhan akan perasaan
diterima orang lain (sense of belonging), kebutuhan akan perasaan dihormati (sense of
importance), kebutuhan akan kemajuan (sense of achievement), dan kebutuhan akan
perasaan ikut serta (sense of participation).
d.
Kebutuhan akan Penghargaan (Esteem Needs), adalah kebutuhan akan
penghargaan diri, pengakuan serta penghargaan prestise dari karyawan dan
masyarakat lingkungannya. Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat
atau posisi seseorang dalam organisasi, maka semakin tinggi pula prestisenya.
e.
Kebutuhan Perwujudan Diri (Self Actualization Needs), adalah kebutuhan
akan aktualisasi diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan, keterampilan,
dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat memuaskan atau luar
biasa yang sulit dicapai.
2. McClelland s Achievement Theory
Teori yang dikemukakan oleh McClelland berpendapat bahwa, semua karyawan
mempunyai cadangan energi potensial. Bagaimana energi ini dilepaskan dan digunakan,
tergantung pada kekuatan dorongan motivasi seseorang dan situasi serta peluang yang
tersedia. McClelland mengelompokkan tiga kebutuhan manusia yang dapat memotivasi
gairah bekerja yaitu :
a. Kebutuhan akan Prestasi (Need for Achievement), kebutuhan ini akan mendorong
seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan
serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang optimal.
b. Kebutuhan akan Afiliasi (Need for Affiliation), yaitu kebutuhan untuk disukai,
mengembangkan, atau memelihara persahabatan dengan orang lain.
c. Kebutuhan akan Kekuasaan (Need for Power), yaitu kebutuhan untuk lebih kuat,
lebih berpengaruh terhadap orang lain. Oleh karena itu kebutuhan ini merangsang
dan memotivasi gairah kerja seseorang serta mengerahkan semua kemampuan demi
mencapai kekuasaan atau kedudukan yang terbaik dalam organisasi.
3. Teori X dan Y McGregor
Teori yang dikemukakan oleh Mc Gregor berpendapat bahwa teori ini didasarkan pada
asumsi bahwa manusia secara jelas dan tegas dapat dibedakan atas manusia penganut
teori X (teori tradisional) dan manusia penganut teori Y (teori demokratik).
Teori X
a) Rata-rata karyawan itu malas dan tidak suka bekerja
b) Umumnya karyawan tidak berambisi mencapai prestasi yang optimal dan selalu
menghindarkan tanggung jawabnya dengan cara mengkambinghitamkan orang
lain.
c) Karyawan lebih suka dibimbing, diperintah, dan diawasi dalam melaksanakan
pekerjaan-pekerjaannya.
d) Karyawan lebih mementingkan diri sendiri dan tidak memperdulikan tujuan
organisasi.
Menurut teori X ini untuk memotivasi karyawan harus dilakukan dengan
cara pengawasan yang ketat, dipaksa dan diarahkan supaya mereka mau bekerja
dengan sungguh-sungguh. Jenis motivasi yang diterapkan adalah cenderung
kepada motivasi negatif yakni dengan menerapkan hukuman yang tegas.
Teori Y
a) Rata-rata karyawan rajin dan menganggap sesungguhnya bekerja sama wajarnya
dengan bermain-main dan beristirahat. Pekerjaan tidak perlu dihindari dan
dipaksakan, bahkan banyak karyawan tidak betah dan merasa kesal jika tidak
bekerja.
b) Lazimnya karyawan dapat memikul tanggung jawab dan berambisi untuk maju
dengan mencapai prestasi kerja yang optimal. Mereka kreatif dan inovatif
mengembangkan dirinya untuk memecahkan persoalan dalam menyelesaikan
tugas-tugas yang dibebankan pada pundaknya.
mendapatkan metode kerja yang terbaik.
Jadi, mereka selalu berusaha
c) Manusia akan melakukan pengarahan dan pengawasan diri sendiri untuk
mencapai tujuan yang disepakati bersama.
d) Rata-rata manusia belajar dibawah kondisi yang layak, tidak hanya menerima
tanggung jawab tetapi juga mencari tanggung jawab.
e) Dibawah kondisi kehidupan modern kemampuan intelektual dari rata-rata
manusia hanyalah dimanfaatkan sebagian saja.
Jadi teori ini lebih memihak kepada asumsi-asumsi positive side dari perilaku
sumber daya manusia didalam organisasi. Dalam pengambilan keputusan dan
tanggung jawab sebagai pendekatan untuk memotivasi karyawan dalam kepuasan
kerjanya.
2.3.7 Indikator-indikator Motivasi Kerja
Faktor yang menjadi indikator bagi motivasi kerja menurut Nitisemito (1990:27)
adalah sebagai berikut :
1) Turun atau rendahnya produktivitas kerja
Penilaian turun atau rendahnya produktivitas kerja dapat dilaksanakan dengan
membandingkan produksi tahun ini dengan tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan
karena
kelalaian,
kelemahan,
penundaan
pekerjaan
dan
sebagainya. Semua tadi merupakan suatu indikasi atau pertanda bahwa ada
penurunan motivasi kerja. Jadi jika suatu produksi menurun, karena bisa saja
ditimbulkan oleh motivasi kerja yang menurun atau penyebab lainnya. Jika
benar motivasi menurun maka kembali pimpinan harus meneliti apa yang
akan terjadi atau kesalahan apa yang dihadapi bawahan.
2) Tingkat absensi yang tinggi atau rendah
Tingkat absensi yang tinggi dapat mengakibatkan turunnya produktivitas
kerja, karena dengan adanya absen pekerja maka pekerjaan akan tertunda.
Dengan tingkat absensi yang tinggi menunjukan adanya penurunan motivasi
kerja, untuk mengatasi hal ini pimpinan harus meneliti penyebabnya karena
jika dibiarkan, hal ini berakibat buruk bagi perusahaan
3) Labour turnover
Jika dalam perusahaan banyak terjadi karyawan yang masuk dan keluar maka
perusahaan harus berhati-hati karena hal ini merupakan suatu indikasi dari
penurunan motivasi kerja. Hal ini perlu diperhatikan oleh perusahaan sebab
jika dibiarkan perusahaan akan mengalami kerugian.
4) Tingkat kerusakan yang naik atau tinggi
Tingkat kerusakan yang tinggi biasanya disebabkan oleh kurang perhatian,
kecerobohan, dan sebagainya. Kerusakan tidak hanya factor manusia, tetapi
bisa juga karena penyimpanan yang salah.
5) Kegelisahan dimana-mana
Kegelisahan pada karyawan menunjukkan adanya suatu masalah yang sedang
dihadapi. Kegelisahan ini jika dibiarkan terus maka dapat merugikan
perusahaan.
6) Tuntutan
Tuntutan merupakan suatu reaksi dari ketidakpuasan mengenai kebijakan
yang ditetapkan perusahaan. Jika hal ini dibiarkan terus maka dapat
merugikan perusahaan.
7) Pemogokkan
Pemogokkan merupakan suatu jalan akhir dari reaksi karyawan yang tidak
puas terhadap kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Ini merupakan
indikasi yang paling kuat diturunkannya motivasi kerja
2.4 Pengaruh Kompensasi terhadap Motivasi Kerja
Pemberian kompensasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap motivasi dan merupakan suatu cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam
usaha memenuhi kebutuhan karyawannya dan memberi rangsangan untuk memacu
semangat kerja sehingga karyawan dapat bekerja lebih efektif dan efisien.
Setiap karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan mempunyai maksud
dan tujuan. Tujuan karyawan bekerja pada umumnya akan mengharapkan adanya
imbalan prestasi berupa kompensasi. Sedangkan maksud dari karyawan bekerja pada
suatu perusahaan adalah agar terpenuhinya kebutuhan hidup. Pemenuhan kebutuhan
tersebut akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku karyawan didalam
melaksanakan pekerjaannya yaitu dalam motivasi kerja.
Motivasi kerja dari para karyawan akan berbeda-beda sesuai dengan tingkat
pendidikan dan kondisi perekonomiannya. Orang yang semakin terdidik dan
semakin independen secara ekonominya, maka sumber motivasinya pun akan
berbeda-beda tidak lagi semata-mata ditentukan oleh sarana motivasi tradisional,
seperti financial,incentives, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
kebutuhan akan pertumbuhan (Growth) dan prestasi (achievement).
Menurut Handoko
(2001;155)
Departemen
personalia
memberikan
kompensasi kepada karyawan merupakan cara untuk meningkatkan prestasi kerja
dan motivasi kerja jika kompensasi yang diberikan sesuai hasil kerja yang diperoleh,
kepuasan karyawan akan meningkat. Karena itu kompensasi berhubungan erat
dengan motivasi kerja.
Menurut Saydam (2000;267) mengatakan bahwa kompensasi yang memadai
merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi perusahaan untuk mendorong para
karyawan bekerja lebih baik karena itu, kompensasi merupakan hal yang dapat
menimbulkan minat pada karyawan agar cenderung untuk melakukan kegiatan yang
diharapkan oleh pimpinan atau dengan kata lain. Kompensasi merupakan motif yang
didesain untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan apabila insentif tersebut
dilakukan dengan benar.
Kompensasi merupakan salah satu bentuk pendorong motivasi yang positif
yaitu dengan memberi timbal balik atau penghargaan kepada karyawan yang
berprestasi baik, dimana pemberian kompensasi ini diharapkan akan meningkatkan
motivasi kerja karyawan. Kompensasi penting bagi karyawan sebagi individu karena
besarnya kompensasi mencerminkan ukuran nilai karya mereka diantara para
karyawan memandang kompensasi mereka tidak memadai, motivasi dan kepuasan
kerja mereka dapat turun secara drastic.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan hipotesis bahwa Kompensasi
berpengaruh positif terhadap motivasi kerja karyawan.
Download