Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 210-217 PENGARUH MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS Siti Koyumah1), Rukmono Budi Utomo2) Mahasiswa Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Tangerang Email : [email protected] 2) Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Tangerang Email : [email protected] 1) Abstract The study purpose to find out the differences in mathematical learning with using cooperative Numbered Head TogetherI (NHT) learning model aided by geogebra on the students problem solving ability in mathematical learning in SMPN 3 Pasar Kemis. This is research use experimental method and control, the quantitative research design with nonequivalent control grup design. Population in this research were student of class VII. The collection techniques samples using purposive sampling. The research shows that there any different between the problem solving ability in rectangular and student by learning model NHT aided Geogebra to student who were given conventional learning model. Keywords : Numbered Head Together, Geogebra, Mathematical Problem Solving beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang 1. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, aspek penting dalam kehidupan manusia, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga tanpa pendidikan suatu bangsa tidak akan negara yang demokratis serta bertanggung mengalami jawab.” perubahan, kemajuan, dan perkembangan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. hasil wawancara pendidikan dengan guru bidang studi matematika di tercantum dalam Undang-undang No. 20 SMPN 3 Pasar Kemis bahwa kemampuan Tahun 2003 pemecahan tujuan nasional Pentingnya Berdasarkan pasal 3 tentang fungsi dan pendidikan berfungsi yaitu: “Pendidikan mengembangkan masalah matematis siswa sangat rendah. Penyebab siswa kesulitan dalam memahami konsep-konsep kemampuan dan membentuk watak serta matematika yaitu masih banyak guru peradaban bangsa yang bermartabat dalam menggunakan metode konvensional. Proses rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, belajar seperti ini membuat siswa tidak bertujuan untuk berkembangnya potensi aktif peserta didik agar menjadi manusia yang pembelajaran dalam menjalani karena siswa Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung aktivitas hanya 210 Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 210-217 memindahkan pengetahuan yang dimiliki tepat. Selain untuk meningkatkan kerja guru saja maka pengetahuan, daya pikir, sama dan kemampuan dalam menyelesaikan diterapkan untuk semua mata pelajaran dan masalah matematika yang mereka miliki tingkatan kelas. tidak akan pernah bertambah atau berkembang. antar Didalam Juliyanti, Suatu masalah biasanya memuat siswa, Trianto NHT jurnal (2014) yang juga bisa Wakhyudin mengutip pendapat mengatakan pembelajaran untuk menyelesaikannya, akan tetapi tidak berpikir tahu secara langsung apa yang harus pembelajaran kooperatif yang dirancang dikerjakannya terlebih dahulu. Apabila untuk memepengaruhi pola interaksi siswa suatu tugas matematis diberikan kepada dan sebagai alternatif terhadap struktur individu dan individu tersebut dapat secara kelas tradisional”. NHT pertama kali langsung cara dikembangkan oleh Spenser Kagen untuk menyelesaikannya dengan benar, maka soal melibatkan lebih banyak siswa dalam tersebut tidak dapat dikatakan sebagai menelaah materi yang tercakup dalam suatu masalah. Untuk memperoleh kemampuan pelajaran pemecahan masalah matematis seseorang mereka terhadap isi pelajaran tersebut. harus memiliki banyak pengalaman dalam memecahkan berbagai masalah. bersama dan untuk mengatasi rendahnya kemampuan penomoran merupakan mengecek jenis pemahaman Langkah-langkah pembelajaran Solusi yang akan dilakukan peneliti atau “model suatu situasi yang mendorong seseorang mengetahui NHT & dalam NHT menurut Suprihatiningrum (2013: 209) yaitu : a. Penomoran (Numbering), guru pemecahan masalah adalah menggunakan membagi para siswa menjadi beberapa model Head kelompok yang beranggotakan tiga Together (NHT). Pembelajaran model ini sampai lima orang sehingga tiap siswa siswa dituntut untuk lebih aktif, dan dalam kelompok memiliki nomor yang terbuka dalam berbagai gagasan terhadap berbeda. pembelajaran Numbered siswa lainnya. Menurut Huda (2014: 203) NHT merupakan kelompok. Tujuan varian dari diskusi guru mengajukan sebuah pertanyaan dari NHT adalah kepada para siswa. Pertanyaan dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling b. Pengajuan pertanyaan (Questioning), berbagi gagasan dan mempertimbangkan jawaban yang paling bervariasi. c. Berpikir siswa bersama (Head menyatukan Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung together), pendapatnya 211 Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 210-217 terhadap jawaban pertanyaan tersebut Menurut para ahli mendefinisikan dan meyakinkan tiap anggota dalam pemecahan masalah matematis dengan cara timnya mengetahui jawabannya. pandang yang berbeda-beda antara lain: d. Pemberian jawaban (Answering), guru memanggil satu tertentu, adalah segala usaha untuk mencari jalan kemudian siswa yang nomornya sesuai keluar dari suatu kesulitan guna mencapai mengangkat tangan dan mencoba untuk suatu tujuan yang dicapai (Hamiyah & jawaban Jauhar, 2014: 120). untuk nomor Polya mengartikan pemecahan masalah pertanyaan untuk seluruh kelas. Selain itu Cooney bahwa mampu pemilikan kemampuan pemecahan masalah membantu dalam proses pembelajaran. membantu siswa berpikir analitik dalam Geogebra mengambil keputusan di kehidupan sehari- adalah Geogebra mengemukakan perangkat lunak matematika yang dapat digunakan sebagai hari dan membantu alat bantu dalam pembelajaran matematika. kemampuan perangkat lunak ini dikembangkan untuk menghadapi situasi baru (Hendriana dan proses belajar mengajar matematika di Soemarmo, 2014: 23). sekolah oleh Markus Hohenwarter di Didalam berpikir meningkatkan kritis indikator dalam pemecahan Universitas Florida Atlantic. Kegunaan masalah para ahli memaparkan untuk geogebra,yaitu sebagai media pembelajaran mencapai suatu tujuan pembelajaran perlu matematika, sebagai alat bantu membuat adanya indikator. Menurut pendapat Polya bahan ajar matematika dan meyelesaikan. indikator pemecahan masalah meliputi Berikut tampilan geogebra. (Hamiyah dan Jauhar, 2014,h. 122) : a. Memahami masalah. b. Merencanakan Penyelesaian c. Menyelesaikan Masalah d. Mereview 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Gambar 1. Lembar Kerja Geogebra Menurut Riadi (2014: 14) menyatakan bahwa termasuk penelitian jenis eksperimen Nonequivalent Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung semu Control 212 Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 210-217 Group karena peneliti menggunakan dua Desain yang digunakan dalam kelompok yang terdiri atas kelompok penelitian ini yaitu Nonequivalent Control eksperimental yang diberi perlakuan dan Group. Instrument dalam penelitian ini kelompok perlakuan berupa soal tes yang terdiri dari 10 butir konvensional sebagai pembandingan. Pada soal uraian, analisis uji instrument meliputi penelitian yaitu uji analisis validitas, reliabilitas, taraf ekperiment dengan menggunakan model kesukaran, daya pembeda butir soal. Dari pembelajaran NHT berbantuan Geogebra analisis tersebut diperoleh 6 butir soal yang dan digunakan dalam penelitian. kontrol ini ada kontrol yang dua kelas menggunakan model pembelajaran konvensional. Teknik analisis data pada penelitian Menurut Sugiyono (2013) Populasi ini adalah data kemampuan pemecahan adalah wilayah generalisasi yang terdiri masalah matematis siswa yang dilihat dari atas: hasil tes pemecahan masalah berbentuk obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan soal uraian pretest dan postest oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian eksperimen dan kelas kontrol. Awal dan ditarik kesimpulannya (h.117). Populasi akhir pada penelitian ini adalah seluruh kelas VII menggunakan chi kuadrat, uji homogenitas SMPN 3 Pasar Kemis. dengan menggunakan Menurut Sugiyono (2013) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki (h.118). oleh Sampel populasi pada tersebut penelitian ini digunakan uji di kelas normalitas uji yang F dan uji hipotesis menggunakan uji t. Uji normalitas mengetahui sebaran dilakukan untuk data kelas pada eksperimen dan kelas kontrol dengan berjumlah 78 siswa yang terdiri dari kelas menggunakan VII C berjumlah 40 siswa sebagai kelas homogenitas dilakukan untuk mengetahui eksperimen, dan kelas VII D berjumlah 38 apakah varians kelompok eksperimen dan siswa sebagai kelas kontrol. Pengambilan kelompok kontrol homogen atau sama, sampel pemilihan pengujian dilakukan dengan menggunakan berdasarkan pendapat guru yang mengajar. uji F, sedangkan uji hipotesis dilakukan Teknik pengambilan data dalam penelitian untuk ini disebut Sampling Purposive. Sugiyono alternatif yang telah diajukan diterima atau mengatakan bahwa Sampling Purposive ditolak dengan menggunakan rumus The adalah teknik penentuan sampel dengan Pooled Variance Model t-Test dilakukan dengan analisis mengetahui Chi-Square, apakah uji hipotesis pertimbangan tertentu. Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 213 Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 210-217 tidak. Uji normalitas data dalam penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dalam ini menggunakan Chi-Kuadrat dengan penelitian ini berupa nilai kemampuan α=5% dan dk= k-1 pemecahan Hipotesis : masalah siswa sebelum diberikan perlakuan (pretes) dan setelah Ho= Data berdistribusi normal diberikan (posttest). Yang terdapat pada H = Data tidak berdistribusi normal kelas kontrol dan eksperimen. Pengujian hipotesis : Hasil penelitian untuk kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada tabel berikut: =∑ ( ) Kriteria yang digunakan : Tabel 1. Statistik Deskriptif Skor Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen Jika hitung < tabel maka H0 diterima tabel maka H1 diterima dan H1 ditolak Jika hitung > H0 ditolak Berdasarkan perhitungan pretes uji normalitas kelas kontrol diperoleh =2,807 dan tabel = = 6 , α=5% jadi hitung 12,592 dengan dk= 7-1 tabel berarti hitung < data yang diperoleh berdistribusi normal. Sedangkan pretes kelas eksperimen diperoleh berdasarkan normalitas ialah hitung perhitungan =11,52 dan uji tabel = 12.592 dengan dk= 7-1 = 6 , α=5% jadi Tabel 1, memperlihatkan perolehan hitung < nilai rata-rata antara kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak jauh berbeda. Setelah perhitungan tabel berarti data yang diperoleh berdistribusi normal. Selanjutnya hasil perhitungan tersebut, peneliti lanjutkan dengan menghitung uji uji homogenitas pada pretes. Berikut tabel homogenitas: normalitas menggunakan chi kuadrat. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah skor pretes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal atau Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 214 Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 210-217 Tabel 2. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas pada Pretes α=5% jadi 2 hitung < 2 tabel berarti data yang diperoleh berdistribusi normal. Hasil dengan uji perhitungan normalitas eksperimen diperoleh 2 tabel postest pada 2 hitung = kelas 8.6545 dan = 12.592 dengan dk = 7-1 = 6, α=5% 2 jadi data hitung 2 tabel < berarti data yang diperoleh berdistribusi normal. Selanjutnya Dari tabel tersebut menunjukan bahwa hasil pretes kedua kelas adalah homogen. peneliti hasil perhitungan uji homogenitas pada postes Berikut tabel hasil uji homogenitas: Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Tabel 3. Statistik Deskriptif Skor Postest Kelas Kontrol dan Eksperimen Dari tabel tersebut menunjukan bahwa hasil postest kedua kelas adalah homogen. Setelah dilakukan uji persyaratan, pengujian selanjutnya dilakukan dengan pengujian hipotesis. Dengan hipotesis statistik sebagai berikut: H0 Pada tabel 3, menunjukkan hasil : Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah pada materi segiempat deskriptif perolehan skor posttest, dengan antara perolehan pembelajaran NHT dengan siswa yang nilai rata-rata antara kelas siswa yang diberi model control dan eksperimen sudah cukup diberi model pembelajaran konvensional. memiliki perbedaan yang cukup signifikan. H1 : Terdapat perbedaan kemampuan Selanjutnya pada data postest dilakukan uji pemecahan masalah pada materi segiempat normalitas untuk kelas kontrol diperoleh antara perhitungan uji normalitas dan 2 tabel 2 hitung = 6.859 = 12.592 dengan dk= 7-1 = 6 , siswa yang diberi model pembelajaran NHT dengan siswa yang diberi model pembelajaran konvensional. Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 215 Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 210-217 Berdasarkan hasil > perhitungan 4. KESIMPULAN dimana Berdasarkan hasil pengolahan dan =1,99 dengan analisis data yang diperoleh dari penelitian taraf signifikansi 5% sehingga H1 diterima yang dilakukan mengenai “Pengaruh Model dan tolak H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Numbered Head Together setelah (NHT) diperoleh = 3,75 dan diberikan perlakuan, terdapat berbantuan Geogebra perbedaan pada kemampuan pemecahan Kemampuan masalah matematis materi materi bangun Matematis Siswa kelas VII di SMPN 3 datar antara siswa yang diberi model NHT Pasar berbantuan geogebra dengan siswa yang kemampuan pemecahan masalah matematis diberi model pembelajaran konvensional. siswa menunjukkan model pembelajaran Kemis. Pemecahan terhadap Dari analisis Masalah tersebut, Selain itu untuk melihat kelas NHT berbantuan geogebra mempengaruhi eksperimen lebih baik dibandingkan kelas pada kelas dengan model pembelajaran control dengan menggunakan uji t sebagai konvensional. uji hipotesis, diperoleh hasil = 1,64 dimana > 5. DAFTAR PUSTAKA dan =1,99 dengan taraf signifikansi 5% sehingga H1 diterima dan tolak H0. Jadi dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan perlakuan, kemampuan pemecahan masalah matematis pada materi bangun datar antara Hamiyah, N., dan Jauhar, M. (2014). Strategi Belajar-Mengajar Di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka. Hendrian, H., dan Soemarmo, U. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: Refika Aditama. siswa yang diberi model NHT berbantuan kemampuan pemecahan masalah matematis Huda, M. (2014). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. siswa yang diberi model pembelajaran Riadi, geogebra lebih baik dibandingkan konvensional. Hasil penelitian ini relevan dengan pemaparan Husni Wahyudin yaitu model Numbered Head Together terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII. E. (2014). Metode Statistik Parametrik Dan Nonparametrik. Tangerang: Pustaka Mandiri. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pedidikan. Bandung: Alfabeta. Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran.. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 216 Jurnal e-DuMath Volume 2 No. 2, Agustus 2016 Hlm. 210-217 Undang- Undang 20 Tahun (2003). Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas. Wakhyudin, H., Juliyanti, R. (2014). Model Numbered Heads Together Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas IV. Jurnal Universitas Negeri Semarang, Vol 4, No 2, 2 Desember 2014. Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/edumath Program Studi Pendidikan Matematika STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 217