PERUBAHAN PENDEKATAN DALAM HUBUNGAN DAN

advertisement
PERUBAHAN PENDEKATAN DALAM HUBUNGAN DAN POLITIK
INTERNASIONAL SEBAGAI AWAL TERBENTUKNYA BISNIS INTERNASIONAL
[1]
Yoga Perdana Sasmita ([email protected])
[2]
Bagus Nurcahyo ([email protected])
Faculty of Industrial Technology
Gunadarma University, Jakarta, Indonesia
ABSTRAK
Masalah ekonomi telah muncul dalam politik internasional sejak Revolusi Industri di Eropa dan
Amerika Serikat tahun 1880-an. Pada periode ini masalah tersebut menciptakan suatu konflik
antar negara untuk menciptakan kompetisi menaklukkan sumber daya ekonomi yang terletak
baik di dalam maupun di luar daerah negara mereka masing-masing. Setelah Perang Dunia II
berakhir, isu ekonomi menjadi pendekatan utama dalam politik dan bisnis internasional. Pola
hubungan internasional ditentukan oleh masalah ekonomi daripada politik atau ideologi. Selain
itu, globalisasi sebagai dasar tatanan dunia telah menciptakan kesenjangan yang cukup besar
antara negara maju dan berkembang. Ditambah dengan adanya teknologi internet maka
memudahkan masing-masing negara untuk melakukan hubungan dan membangun jaringan
bisnis internasional yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi ekonomi di negara yang
bersangkutan.
Keywords: Pendekatan ekonomi, Politik internasional, Teknologi internet
Pendahuluan
Masalah ekonomi tidak terbatas pada pertukaran barang dan jasa, atau transaksi ekonomi
lainnya antara satu negara dengan negara lainnya. Masalah ekonomi jauh lebih rumit dari
sekedar masalah perdagangan.
Meningkatnya
interaksi
antarnegara
dan
antarbangsa
dalam
bidang
ekonomi
menunjukkan betapa pentingnya ekonomi dalam percaturan politik internasional. Ekonomi
mempunyai sifat yang kompleks dalam pengertian bahwa ekonomi memiliki hubungan yang erat
dan pengaruh yang kuat dalam bidang politik, baik yang berskala nasional, internasional maupun
global. Tulisan berikut menjelaskan terjadinya pergeseran pola interaksi dan perubahan
pendekatan dan perkembangannya dalam politik internasional.
Munculnya Pendekatan Ekonomi
Setidaknya, ada dua peristiwa besar di dunia yang mendorong munculnya isu ekonomi
dalam perpolitikan global. Dua peristiwa tersebut adalah berakhirnya Perang Dunia Kedua dan
Perang Dingin. Sebenarnya, dimensi ekonomi telah muncul dalam politik internasional sejak
terjadinya Revolusi Industri di Benua Eropa dan Amerika tahun 1800-an.
Selama revolusi tersebut berjalan, interaksi ekonomi antar negara Eropa bukan bersifat
kerja sama tetapi lebih mengarah pada persaingan untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku
bagi industri-industri militer mereka. Masalah politik kekuasaan dan kekuatan militer lebih
mendominasi politik internasional saat itu. Berakhirnya Perang Dunia Kedua membawa
perubahan dalam pola interaksi antar negara dalam hubungan internasional. Peningkatan
kekuatan militer selama perang berlangsung baik disadari maupun tidak telah menyerap sumbersumber ekonomi yang sangat besar. Berakhirnya Perang Dunia Kedua ditandai dengan
kehancuran ekonomi yang cukup parah bagi negara-negara yang terlibat perang. Keinginan
untuk bangkit dan membangun kembali keutuhan wilayah ternyata tidak bisa terselesaikan hanya
dengan pendekatan politik. Daratan Eropa yang merupakan pusat politik internasional lumpuh
total akibat perang ini.
Disinilah titik awal semakin mengglobalnya permasalahan ekonomi dalam politik
internasional. Selama periode Perang Dunia Kedua, dibentuk suatu sistem yang merancang
pelaksanaan liberalisasi perdagangan antar negara, yang dikenal dengan Bretton Woods System.
Sistem ini dilengkapi dengan alat tukar internasional yang disebut dengan Special Drawing
Rights (SDR). Di Eropa sendiri, upaya pemulihan ekonomi pasca perang membangkitkan
semangat persatuan untuk menjalin kerjasama ekonomi. Ide kerja sama ekonomi yang digagas
oleh Presiden Perancis de Gaulle dan Menteri Luar Negeri Perancis Robert Schuman diwujudkan
dalam pembentukan Komunitas Besi dan Baja Eropa (European Coal and Steel Community /
ECSC) dalam Traktat Paris tahun 1951. Dalam komunitas ini, Perancis berhasil menyatukan
negaranya bersama dengan Jerman Barat, Italia, Belanda, Belgia dan Luxemburg dalam Pasar
Bebas Besi dan Baja.
Upaya pembangunan ekonomi seusai Perang Dunia Kedua kembali tenggelam ketika Uni
Soviet berhasil membangun kembali negaranya yang hancur dalam Perang Dunia Kedua.
Kebangkitan Uni Soviet dengan ideologi komunisnya berhasil menyaingi kekuatan Amerika
Serikat yang pada saat itu menjadi negara adi kuasa tunggal dengan ideologi liberal kapitalisnya.
Pertentangan dan perebutan wilayah pengaruh Amerika Serikat dan Uni Soviet ini
menimbulkan Perang Dingin dalam politik internasional. Selama Perang Dingin berlangsung,
dunia selalu diwarnai pertentangan ideologi antar dua kutub, yaitu Barat (liberalisme) dan Timur
(komunisme). Persaingan memperluas wilayah pengaruh ideologi ke seluruh penjuru dunia yang
disertai dengan peningkatan kekuatan militer dengan menggunakan senjata nukllir oleh kedua
blok berakhir dengan runtuhnya komunisme Soviet tahun 1992. Berakhirnya Perang Dingin
memperlihatkan kenyataan bahwa konflik ideologi tidak lagi sesuai dalam politik internasional.
Salah satu indikasi yang dapat dijadikan tolak ukur bahwa telah terjadi pergeseran dari
pendekatan ideologi politik sebelum dan dalam periode Perang Dingin ke pendekatan ekonomi
adalah pertumbuhan-pertumbuhan blok-blok regional. Meningkatnya interaksi ekonomi antar
bangsa dalam bentuk perdagangan internasional memunculkan suatu bentuk perusahaan baru
seperti perusahaan multi nasional (Multi National Corporations/MNCs).
Perkembangan Pendekatan Ekonomi dalam Politik Internasional sampai dengan tahun
1990an masih didominasi oleh isu ekonomi. Interaksi antar bangsa baik dalam bentuk kerjasama
maupun konflik lebih banyak didasarkan atas alasan ekonomi daripada politik. Pendekatan
ekonomi sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari pendekatan politik sehingga muncul pendekatan
baru dalam politik internasional yaitu pendekatan ekonomi politik. Pendekatan ekonomi politik
ini menjelaskan hubungan timbal balik antara hubungan ekonomi dan politik, yang tergambar
dalam hubungan pasar dan negara.
Jadi, hubungan internasional jaman modern pada intinya merupakan fungsi interaksi
timbal balik antara ekonomi dan politik (Jones, 1993: 223-224). Misalnya, semakin sering
embargo ekonomi diberlakukan dengan alasan politis dan tidak jarang pula kebijakan politik
dikeluarkan dengan alasan ekonomi. Amerika Serikat yang memberlakukan embargo ekonomi
terhadap Libya, Iran dan Irak lebih didasarkan pada alasan politis daripada alasan ekonomi,
ketika pemimpin di negara-negara ini menentang keberadaan dan dominasi Amerika Serikat di
kawasan Timur Tengah.
Contoh lain adalah bagaimana krisis ekonomi di Asia sangat berimbas pada perpolitikan
domestik negara-negaranya. Di Indonesia, krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan
telah menumbanngkan pemerintah yang berkuasa lebih dari 30 tahun. Meskipun ada hubungan
timbal balik antara politik dan ekonomi, faktor ekonomi memperlihatkan dominasinya atas faktor
politik. Hubungan internasional antara negara-negara maju dan negara-negara, semuanya lebih
didasarkan pada alasan ekonomi. Ekonomi telah menjadi kunci status dan peringkat negarabangsa dalam sistem global. Terdapat tanda-tanda pembagian, ada yang berdasarkan letak
geografis dan ada yang berdasarkan kemampuan ekonomi dalam negeri.
Negara-negara di dunia termasuk ke dalam 3 kategori, yaitu front runners (pelari cepat),
intermediate space (perantara) dan stragglers (ketinggalan). Front runners adalah adalah negaranegara dengan ekonomi yang ditandai oleh taraf tinggi inovasi teknis dalam produk maupun
proses produksi dan dalam metode organisasi yang lebih baik untuk produksi, distribusi maupun
pemasaran. Intermediate space adalah negara-negara yang perekonomiannya tidak pasti dalam
posisi memimpin, akan tetapi dalam beberapa sektor relatif mempunyai keuntungan supaya
sedikit banyak dapat mengikuti front runners dan bahkan memperoleh manfaat dari kegiatan
mereka. Stragglers adalah negara-negara dengan ekonomi yang tidak dapat mengikuti kecepatan
yang lain (Pronk, 1993: 76).
Memasuki tahun 1990-an, ada tiga kutub ekonomi yang paling menonjol yaitu Amerika
Serikat dan Kanada, Jepang dan Uni Eropa. Dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki ketiga
negara ini maka mereka berada pada posisi yang menguntungkan dalam politik internasional.
Mereka mempunyai posisi tawar menawar yang tinggi terhadap lawannya, mempunyai suara dan
pengaruh dominan di forum internasional, dan menjadikan lembaga-lembaga universal seperti
PBB sebagai alat mereka dalam rangka pengejaran kepentingan ekonomi nasional, termasuk
untuk mengeksploitasi negara-negara miskin.
Akan tetapi, yang sangat disayangkan dalam interaksi ekonomi internasional ini adalah
ketidakseimbangan antara negara maju dan negara berkembang. Negara-negara berkembang
mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap negara-negara maju. Banyaknya konflik
dagang yang terjadi antar negara mengharuskan diciptakannya perangkat internasional yang
mampu menjawab dan menyelesaikan permasalahan dalam perdagangan global. Selain itu,
perebutan sumber-sumber ekonomi yang terbatas menyebabkan munculnya persaingan perluasan
wilayah pengaruh antar kekuatan-kekuatan besar dunia, seperti yang terjadi di Timur Tengah dan
Asia Tengah antara Amerika Serikat, Rusia, dan Cina yang terjadi sejak awal tahun 2000-an.
Pada akhirnya, setelah bergantinya pendekatan ideologi ke pendekatan ekonomi, masingmasing negara melalui suatu perusahaan ataupun organisasi, berupaya untuk memperbaiki
kondisi ekonomi negaranya dan memperoleh kesejahteraan negaranya melalui hubungan dan
bisnis internasional.
Penggunaan Teknologi Internet
Setelah berubahnya pendekatan ideologi ke pendekatan ekonomi dalam hubungan dan
politik internasional ditambah dengan kemajuan di bidang teknologi, komputer, dan
telekomunikasi, maka mendukung perkembangan teknologi internet yang diaplikasikan pada
hubungan internasional dalam sebuah jaringan bisnis internasional. Dengan menggunakan
teknologi internet kebutuhan ekonomi dari suatu negara melalui perusahaan atau organisasi,
dengan melakukan hubungan dan bisnis internasional akan jauh lebih mudah. Dengan internet
pelaku bisnis tidak lagi mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi apapun, untuk
menunjang aktivitas bisnisnya, bahkan sekarang cenderung dapat diperoleh berbagai macam
informasi, sehingga informasi harus disaring untuk mendapatkan informasi yang tepat dan
relevan. Hal tersebut mengubah abad informasi menjadi abad internet.
Penggunaan internet dalam bisnis berubah dari fungsi sebagai alat untuk pertukaran
informasi secara elektronik menjadi alat untuk aplikasi strategi bisnis, seperti: pemasaran,
penjualan, dan pelayanan pelanggan. Pemasaran di Internet cederung menembus berbagai
rintangan, batas bangsa, dan tanpa aturan-aturan yang baku. Sedangkan pemasaran konvensional,
barang mengalir dalam partai-partai besar, melalui pelabuhan laut, pakai kontainer, distributor,
lembaga penjamin, importir, dan lembaga bank. Pemasaran konvensional lebih banyak yang
terlibat dibandingkan pemasaran lewat internet. Pemasaran di internet sama dengan direct
marketing, dimana konsumen berhubungan langsung dengan penjual, walaupun penjualnya
berada di luar negeri.
“Pengguna internet di seluruh dunia berkisar 200 juta, 67 juta diantaranya berada di
Amerika Serikat, internet di Indonesia berlipat dua kali setiap 100 hari” (Rhenald, 2000). Dari
referensi tersebut penggunaan internet untuk aplikasi strategi bisnis di Indonesia peluangnya
cukup besar, tapi banyak orang tidak menyadari, karena pemain bisnis di Indonesia masih
banyak kalangan tua. Menurut Rhenald "Pasar internet adalah pasar orang muda, bukan orang
tua." Dugaan Rhenald berdasarkan amatan saja "Pengguna internet di Indonesia sekitar 70%
berusia 20-an, sekitar 25% usia 30-42-an, sisanya usia di atas itu. Sedangkan pemain-pemain
utama bisnis berusia 45-an ke atas.
Penggunaan internet dalam bisnis mengalami perkembangan, dari pertukaran informasi
secara elektronik ke aplikasi strategi bisnis, seperti: pemasaran, penjualan, dan pelayanan
pelanggan. Tabel 1 menunjukkan sepuluh perusahaan rangking tertinggi di Amerika Serikat yang
telah menerapkan internet untuk strategi bisnis. Internet mendukung komunikasi dan kerja sama
global antara pegawai, konsumen, penjual, dan rekan bisnis yang lain. Internet memungkinkan
orang dari organisasi atau lokasi yang berbeda bekerja sama sebagai satu tim virtual untuk
mengembangkan, memproduksi, memasarkan, dan memelihara produk atau pelayanan.
Dengan internet memungkinkan aplikasi Electronic Commerce (EC) dapat digunakan
pada jaringan global, dan biasanya dilengkapi dengan aplikasi pemrosesan pesanan secara Online, Electronic Data Interchange (EDI) untuk mengirim dokumen bisnis, dan keamanan sistem
pembayaran Electronic Funds Transfer (EFT). Akibat internet, pemasaran terhadap perusahaan,
produk, dan pelayanan menjadi proses yang interaktif saat ini. Situs Web perusahaan bukan
hanya sekedar menyajikan katalog produk dan media promosi, melainkan digunakan untuk
berdialog, berdiskusi, dan berkonsultasi dengan konsumen secara On-line, bulletin boards,
kuesioner elektronik, mailing lists, dan pengiriman surat elektronik. Sehingga konsumen dapat
dilibatkan secara langsung dalam perancangan, pengembangan, pemasaran, dan penjualan
produk.
Tujuan perusahaan membangun situs komersial pada World Wide Web adalah:
a. Menarik konsumen baru melalui pemasaran dan periklanan Web.
b. Memperbaiki pelayanan konsumen yang sudah ada melalui fungsi pelayanan dan
dukungan Web konsumen.
c. Mengembangkan saluran pemasaran dan distribusi berdasarkan Web yang baru untuk
produk yang sudah ada.
d. Mengembangkan informasi baru dari produk yang dapat diakses lewat Web.
Aplikasi berdasarkan internet dapat memberi keunggulan strategi bisnis untuk
memenangkan kompetisi dalam:
a. Global Dissemination. Karena sekarang negara-negara sudah tersambung dengan
internet, komunikasi global dalam bisnis menjadi benar-benar hidup. E-mail,
electronic mailing list, situs World Wide Web, dan pelayanan internet lainnya,
mengakibatkan penyebaran informasi sekala internasional menjadi lebih cepat, murah
dan mudah. Hal ini memberi keuntungan strategi bisnis dalam meningkatkan
penghematan dan efisiensi komunikasi global, dan mampu untuk menjangkau,
menjual, serta pengembangan pelayanan pasar konsumen internasional.
b. Interaction. Komunikasi interaktif adalah kemampuan internet yang lain, seperti:
forum diskusi dan chat groups; Formulir interaktif untuk pesanan, feedback, dan
dukungan teknis; E-mail untuk menjawab permintaan dan komentar secara on-line.
Feedback yang cepat dan efisien kepada konsumen dan tanggapan dari konsumen
support specialists memberi beberapa kesempatan untuk menunjukkan perhatian
perusahaan pada konsumennya. Sehingga teknologi internet membantu bisnis
membangun peranan dan loyalitas konsumen.
c. Customization. Kemampuan untuk mengotomatisasi penyediaan informasi dan
pelayanan sesuai kebutuhan masing-masing konsumen, merupakan kemampuan
strategi bisnis internet. Informasi dapat diakses dan disebarkan dari server jaringan,
tergantung pada kebutuhan pemakainya. Sebagai contoh: mengisi formulir
pendaftaran untuk pengaksesan yang cepat dalam memilih tingkat situs Web.
Efisiensi, biaya murah, dan sasaran pemasaran interaktif kepada masing-masing
konsumen adalah kunci keunggulan bisnis dengan teknologi internet.
d. Collaboration. Internet mungkin memudahkan dan mengefisienkan akses data,
hardware dan software yang ada pada jaringan secara bersama. Sebagai contoh:
informasi pada situs Web dapat diperoleh dengan mudah menggunakan Web
browsers. Groupware tools yang lain membantu koordinasi proyek dan mengurus
informasi yang disimpan pada server situs Web cross-link. Hal ini dapat
meningkatkan kerja sama diantara tim, workgroups, dan rekan bisnis, sehingga dapat
melengkapi peran strategi bisnis perusahaan.
e. Electronic
Commerce.
menghubungkan
Internet
perusahaan
menjadi
dengan
platform
konsumen
teknologi
dan
EC.
penjualnya,
Internet
sehingga
memungkinkan perusahaan pengguna internet dapat memasarkan, membeli, menjual,
serta mendukung produk dan pelayanan secara elektronik. Beberapa keuntungan
berbisnis lewat internet terletak pada aplikasi EC. EC memungkinkan untuk
membuka pasar dan/atau membuat produk dan pelayanan baru.
f. Integration. Perusahaan yang bekerja menggunakan internet mengintegrasikan
aktivitas di luar dengan proses bisnis di dalam perusahaan secara online. Sebagai
contoh: situs Web perusahaan tersambung dengan database operasional yang
tersimpan pada Server Web Intranet, sehingga pengunjung situs Web perusahaan.
Pada abad internet, EC bukan hanya sekedar digunakan untuk membeli dan menjual
produk secara Online. EC mengubah proses pengembangan, pemasaran interaktif, penjualan,
pemesanan, pengiriman, pelayanan, dan pembayaran produk dan jasa yang dibeli lewat internet
secara on-line, juga komunikasi global konsumen secara virtual, menunjang jaringan rekan bisnis
sedunia. Sistem EC bertumpu pada resources internet dan jaringan komputer lain untuk
menunjang setiap langkah dalam proses tersebut di atas.
Kesimpulan
Meningkatnya saling ketergantungan global di bidang ekonomi setelah Perang Dunia
Kedua dan regionalisme ekonomi menjelang dan pasca berakhirnya Perang Dingin
memunculkan ekonomi menjadi isu utama yang mewarnai dan mendominasi interaksi antar
negara. Berdasarkan peristiwa-peristiwa yang terjadi menjadi suatu bukti bahwa hanya negaranegara yang mempunyai kemampuan ekonomi yang besar mempunyai akses ke dalam politik
internasional, baik dalam menentukan maupun mengaturnya.
Pendekatan ekonomi telah menentukan pola interaksi dalam politik internasional, baik
kerjasama maupun konflik. Bahkan, konflik yang muncul tidak hanya bermotif persaingan dalam
memperebutkan sumber-sumber ekonomi yang penting tetapi juga konflik akibat kesenjangan
dalam pembangunan ekonomi global antara negara-negara maju dengan negara berkembang
yang menjadi bukti nyata dampak negatif dari globalisasi ekonomi. Dalam perkembangannya,
pendekatan ekonomi dalam banyak hal lebih mampu menjelaskan peristiwa-peristiwa yang
terjadi dalam hubungan internasional dibandingkan pendekatan politik, meskipun keduanya tidak
bisa dipisahkan satu sama lain. Kerjasama di bidang ekonomi lebih dapat bertahan dari pada
kerja sama politik.
Dengan berubahnya pendekatan dari ideologi menjadi pendekatan ekonomi, maka
dimulailah terbentuknya jaringan bisnis internasional, baik antar sesama negara maju, negara
berkembang, ataupun keduanya. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi
negara dan untuk menjaga stabilitas ekonomi dari negara yang bersangkutan.
Setelah munculnya teknologi internet, hubungan internasional pun berangsur-angsur
meluas dan membentuk sebuah jaringan bisnis internasional. Dengan menggunakan teknologi
internet kebutuhan ekonomi dari suatu negara melalui perusahaan atau organisasi, dengan
melakukan hubungan dan bisnis internasional akan jauh lebih mudah. Dengan internet pelaku
bisnis tidak lagi mengalami kesulitan dalam memperoleh informasi apapun, untuk menunjang
aktivitas bisnisnya, bahkan sekarang cenderung dapat diperoleh berbagai macam informasi,
sehingga informasi harus disaring untuk mendapatkan informasi yang tepat dan relevan.
Daftar Pustaka
Cronin, Mary (1995). Doing More Business on the Internet. 2nd ed. New York: Van Nostrand
Reinhold.
Cronin, Mary (1996). Global Advantage on the Internet. New York: Van Nostrand Reinhold.
Djafar Zainuddin. 1996. Teori Hubungan Internasional Memerlukan Paradigma Baru?. Jakarta:
PT. Dunia Pustaka Jaya.
Grow, Kathleen (Pebruari 1997). “Risk vs. Opportunity.” Computerworld. Hal:19. Kalakota,
Ravi, and Andrew (1996). Frontiers of Electronic Commerce. Reading, MA: AddisonWesley.
Jones, Walter S. 1993. Logika Hubungan Internasional 2: Kekuasaan, Ekonomi Politik
Internasional, dan Tatanan Dunia. Jakarta.
Jurnal Hubungan Internasional Vol.1 No.1 Januari – April 2013 ISSN: 2337-859X Program
Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Mulawarman, Samarinda.
Kasali, Rhenald (September 1999). “Peluang Pasar di Internet Sangat Besar.” DotCOM. Hal: 23.
Kasali, Rhenald (Maret 2000). “Peluang Pasar e-Commerce dan Bagaimana Menyiasatinya.”
Makalah Seminar Sukses Berbisnis di era Internet: Kiat Membangun Situs Web yang
Populer. Hyatt Regency, Surabaya.
Kastner, Peter, and Christoper Stevens (Januari 1997). Electronic Commerce: A True Challenge
for IT Manager. In “Enterprise Solutions: Electronic Commerce,” Computerworld.
Kegley, Charles W. and Eugene R. Wittkopf. 1989. World Politics: Trend and Transformation.
The Transformation of the Political Economy: Perspective from the First World. 3rd
edition. New York: MacMillan.
Mansbach, Richard W., and Kristen L. Rafferty. 2008. Introduction to Global Politics. New
York: Routledge.
Pronk, JP. 1993. Sedunia Perbedaan: Sebuah Acuan Baru dalam Kerjasama Pembangunan Tahun
1990-an. Batas-batas yang Memudar. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
O’Brien, James A., (1999), Management Information System: Managing Information
Technology in the Internetworhed Enterprise, Fourth Edition, United States: Irwin
Mc.Braw-Hill.
Oviliani Yenty Yuliana, (2000), Penggunaan Teknologi Internet Dalam Bisnis, Universitas
Kristen Petra.
Download