II. Tinjuan Pustaka A. Kerapatan Populasi Kerapatan (Densitas) populasi adalah hubungan antara jumlah individu dan satuan luas atau volume ruang yang ditempati pada waktu tertentu, umumnya dinyatakan sebagai jumlah individu persatuan luas atau volume. Kerapatan poulasi menyatakan spesies per satuan luas. banyaknya individu suatu Nilai kerapatan ini dapat menggambarkan bahwa jenis dengan nilai kerapatan tinggi memiliki pola penyesuaian yang besar. Kerapatan populasi dapat dihitung, setiap jenis dengan cara menghitung jumlah individu dalam kuadrat yang luasnya ditentukan, kemudian perhitungannya diulang di tempat yang tersebar secara acak (Ferianita 2006 ). Kerapatan populasi dalam suatu ekosistem dapat ditentukan melelui dua cara yaitu : 1. Kerapatan (Densitas) kotor (Crud density): jumlah individu suatu populasi persatuan areal seluruhnya. 2. Kerapatan (Densitas) efektif (Ecology density): jumlah individu suatu populasi persatuan ruang habitat. B. Ekologi Bulu babi 1. Habitat Bulu babi Bulu babi biasa dikenal dengan nama duri babi merupakan salah satu kelompok biota laut yang hidup dipesisir pantai atau estorial di kepulauan Raja Ampat 5 terutama di pulau Saonek. Bulu babi pada umumnya di zona intertidal hingga kedalaman 80-90 kaki. Meskipun demikian bulu babi paling berlimpa ditemukan di perairan dangkal, di zona subtidal di karang, celah, dasar, dimana sumber makanan seperti alga tersedia. Bulu babi juga dapat di jumpai diperairan dangkal mulai dari daerah intertidal sampai kedalaman 10 meter, terutama daerah sekitar terumbu karang dan padang lamun. Bulu babi dapat hidup di dasar laut sebagai bentos, sedangkan juvenile bulu babi umumnya planktonik. Daerah bentik (zona dasar laut) bulu babi meliputi zona pasang surut-litoral sampai sublitoral atau paparan. Bulu babi lebih menyukai perairan yang jernih dan airnya relatif tenang. Pada umumnya masing-masing jenis memiliki habitat yang spesifik sperti bulu babi jenis Tripneusster gratilla banyak ditemukan di daerah berpasir atau pasir berlumpur yang banyak ditumbuhi lamun dengan kedalaman 0,5 meter sampai dengan 20 meter sedangkan jenis Diadema setosum lebih memilih tempat yang berkarang (Radjab 1997). Keberaradaan bulu babi jenis Diadema setosum pada ekosistem terumbuh karang dapat berpengaruh terhadap keseimbangan ekologi. Pada umumnya bulu babi jenis Diadema Setosum selalu hidup di celah-celah karang atau pada terumbuh karang dan juga hidup pada padang lamun (Aziz 1994). 6 2. Kondisi Hidrooseanografi a. Suhu Perairan Raja Ampat berbatasan dengan Samudera Hindia dan samudera Pasifik, sifat dan kondisi fisik-kimia massa air, arus dan pasang surut diperangaruhi oleh kedua samudera tersebut. Penyebaran suhu permukaan perairan juga dipengaruhi oleh samudera pasifik bagian utara dan Laut Banda di bagian selatan. Raja Ampat yang terletak di wilayah tropis memiliki suhu permukaan yang relative hangat dengan variasi tahunan yang kecil. Suhu permukaan perairan Raja Ampat berkisar antara 27,01 – 34,97ºC dengan suhu rata-rata 29,16ºC, sehingga dapat mempengaruhi penyebaran biota laut utamanya bulu babi. (Bappeda-KRA, 2006 dalam BPS-KRA 2006). Suhu perairan di Indonesia berkisar 28º – 31ºC. Kisaran suhu permukaan perairan untuk kelangsungan hidup biota laut Echinodermata misalanya A. Planci berkisar 28 - 31ºC. Suhu yang terlampau tinggi dan terlampau rendah akan mempengaruhi kelangsungan hidup biota laut misalnya bulu babi (Soekarmo dkk,1983 dalam Tawakal2010). b. Salinitas Salinitas berkisar antara 30 – 35%o pada kedalaman 10 meter berkisar antara 32 – 35%o dan di perairan tertutup berkisar 27,5 – 33,8%o. Tingginya salinitas 7 pada perairan dapat mempengaruhi kehidupan ekosistem perairan laut (DKP-KRA.2006). c. Derajat Keasaman (pH) Nilai pH pada kedalaman 0 m (permukaan) berkisar antara 7,2 – 8,4 dan untuk kedalaman 10 meter berkisar 7,6 – 8,4 dengan rata-rata 8,08 dan 8,06. Nilai pH terendah berada di perairan pulau Saonek, diperkirakan karena lokasi ini berada dekat dengan hutan mangrove sehingga zat-zat hara dari mangrove yang bersifat asam dapat mempengaruhipH pada kedalaman 0 meter. Secara umum rata-rata nilai pH sebesar 8,08 untuk permukaan dan 8,06 pada kedalaman 10 meter sehingga dapat berpengaruh terdapat biota lautnya (DKP-KRA 2006). d. Kecerahan Kecerahan berkisar antara 4 – 23 meter dengan ratarata kecerahan 12,91 meter. Kecerahan tergantung dari bahan-bahan tersuspensi yang berasal dari aktivitas daratan, semakin banyak bahan yang tersuspensi tingkat kecerahan semakin rendah (DKP-KRA2006). e. Oksigen terlarut (DO) Kadar oksigen terlarut (DO) dapat dijadikan ukuran untuk menentukan mutu air. Kehidupan di air dapat bertahan jika oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mg oksigen setiap liter air (5 ppm), selebihnya tergantung kepada ketahanan organisme, derajat aktivitasnya, kehadiran pencemar, (Romimohtarto dkk.2009). 8 dan suhu air Kadar oksigen terlarut di perairan Raja Ampat berkisar antara 4,0 – 10,5 mg/l pada lapisan permukaan dan 4,3 – 10,5 mg/l padaoksigen kedalaman 10 meter. Pengukuran nilai rata-rata oksigen terlarut pada kedalaman 10 meter lebih tinggi daripada dipermukaan disebabkan kebiasaan fitoplankton yang berkelompok pada beberapa meter di bawah lapisan permukaan dan juga disebabkan tingginya penguapan pada siang hari (DKP-KRA2006). f. Arus Arus merupakan suatu peristiwa pergerakan massa air yang dipengaruhi oleh tegangan permukaan, salinitas, angin dan beberapa fakator lain atau perpindahan massa air secara horizontal maupun vertical (Hutabarat dkk. 1986). Pola arus di perairan Raja Ampat lebih banyak dipengaruhi oleh massa air dari samudera Pasisif Barat yang bergerak dari arah timur menuju barat laut dan sejajajr dengan daratan Papua bagian utara. Kecepatan rata-rata arus di perairan Raja Ampat adalah 0,11 m/detik. Daerahdaerah yang mempunyai arus pasang surut yang deras adalah selat Mansuar, selat Kabui dan Selat Sagawin (DKPKRA2006). g. Pasang Susut Pasang surut merupakan gejalah laut besar pengaruhnya terhadap kehidupan biota laut, khususnya di wilayah pantai. Permukaan laut setiap hari naik atau turun secara berkala dan dapat dilihat jelas jika berada di pinggir 9 pantai dan mengamatinya setiap hari (Romimohtarto et all.2009). Tipe pasang surut perairan Raja Ampat adalah campuran dengan dominasi pasang surut ganda berkisar antara 0,25 – 1,50 meter. Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan surut, dimana tinggi pasang pertama tidak sama dengan pasang kedua (DKP-KRA,2006). h. Gelombang Gelombang sebahagian ditimbulkan oleh dorongan angin di atas permukaan laut dan sebahagian oleh tekanan pada partikel air. Angin yang bertiup di permukaan laut mula-mula akan menimbulkan riak gelombang (ripples). Ombak yang sederhana dapat dilihat sebagai alun (swell) yang terjadi pada kedalaman laut yang tenang, alun mempunyai puncak-puncak (crests) dan lembah-lembah (troughs) (Romimohtarto et all. 2009) Tinggi gelombang di perairan Raja Ampat antara 0 – 1,7 meter. Tingginya gelombang pada perairan Raja Ampat disebabkan hembusan angin yang datang dari arah utara samudera pasifik dan Laut Banda (DKP-KRA2006). C. Morfologi dan Klasifikasi Bulu babi 1. Morfologi Bulu babi Bulu babi merupakan hewan laut kelas Echinoidea, satu kelas dengan dolar pasir dabn bulu hati. Tubuh bulu babi bulat tanpa lengan, duri-duri menutup tubuh dan panjang, terbungkus cangkang (test) yang terdiri dari lempengan10 lempengan yang menyatu membentuk kotak seperti cangkang keras pada tempat hidupnya. Bulu babi memiliki 10 deret lempeng lipat dua dengan lima pasang lubang untuk kaki tabung yang ramping keluar melalui cangkang ( Romimohtarto. et.all. 2009). Bulu babi berbentuk simetri meruji ketika dewasa mempunyai cangkang yang agak memanjang dengan mulut pada ujung satu dan anus pada ujung lain dan bergerak ke segala arah. Mulut bulu babi terletak di bawah dan di tengah-tengah. Bagian mulut dan gigi merapat jadi satu yang diletakan oleh sederetan bagian terdiri bahan kapur untuk membentuk struktur yang dinamakan lentera Aristotle. Lentera Aristotle merupakan gigi yang terdapat pada semua jenis bulu babi. Sistem pembuluh air pada bulu babi sama dengan bintang laut. Kaki tabung bersama duri digunakannuntuk berjalan.kelamin terpisah, telurnya dapat dimakan dan ada beberapa jenis bulu babi berbisa misalnya Diadema setosum. Bulu babi berwarna hitam dengan duri-durinya yang panjang dan mudah patah jika terinjak kaki telanjang. Ujung duri akan menusuk telapak kaki, karena tersusun dari bahan kapur sehingga duri mudah terlarut dalam darah, sehingga duri bulu babi harus dihancurkan dengan memukul-mukul telapak kaki dengan benda keras. Bulu babi termasuk jenis hewan nokturnal yang aktif pada malam hari, dengan tujuan untuk menghindari predator. 2. Klasifikasi Bulu babi 11 Bulu babi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia Fillum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Ordo : Arbacioida : Diadematoida : Echonoida : Clypeasteroid Familia : Temnopleuridae : Diadematidae : Echinidae : Cicaridae Genus : Diadema : Tripneuster : Tepnopleurus : Echinothrix : Toxopneuster : Mespilia (Yusron 2009) 12