二零 - GKA GLORIA

advertisement
|
245
| 二零
BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 245 | SEPTEMBER 2016
“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” [Matius 6:33]
Saran-saran Praktis
Bersaat Teduh
PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat
penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan
sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible!
PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu
tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab.
Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut:
Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit.
Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda.
Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan
Tuhan.
Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga
paham benar, kemudian renungkanlah.
Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan
refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan
pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu.
Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu
kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman
Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari
sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan)
PERSPEKTIF
www.gkagloria.or.id
Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya
Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272
Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282
Email: [email protected]
Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777
a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria
Penulis edisi 245:
Alfred Jobeanto, Andree Kho, Bambang Tedjokusumo, Elok Chrisinar
Hendry Heryanto, Inge Adriana, Ivan Kwananda, Liem Sien Liong
Liona Margareth, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung
Penerjemah: Tertiusanto
EDITORIAL
Henokh: Berjalan Bersama Tuhan
J
ika berjalan bersama Tuhan itu sangat penting bagi kita; apa artinya
“berjalan bersama Tuhan” itu? Mari kita belajar dari Henokh. Nama
“Henokh” berarti “membaktikan” atau “mengabdikan” (Ing.
“Dedication”). Namanya cocok dengan apa yang dilakukannya. Selama 65
tahun, Henokh hidup tidak bergaul dengan Allah. Namun, Alkitab mencatat,
bahwa setelah usia 65 tahun itu, Henokh membaktikan dirinya kepada
Tuhan. “Membaktikan diri” kepada Tuhan berarti:
(1) Menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Ia mengakui bahwa
hidupnya bukan miliknya sendiri, tetapi milik Tuhan (bdk. Gal. 2:19-20).
Henokh telah menggunakan 65 tahun hidupnya untuk dirinya sendiri.
65 tahun hidupnya berlalu tanpa arti. Namun kemudian, Henokh
menyadari, bahwa hidupnya adalah milik Tuhan, dan sejak saat itu, ia
menyerahkan hidupnya kepada Tuhan sampai usianya yang ke-365 tahun.
Bagaimana dengan Anda? Maukah engkau mengakui, bahwa hidup Anda
adalah milik Tuhan dan bukan milik sendiri?
(2) Membangun hubungan intim dengan Tuhan. Tidak ada waktu hidup
yang tidak bersama dengan Tuhan. Berdoa senantiasa, merenungkan
firman-Nya siang dan malam, serta melibatkan dan memuji Dia selalu.
Setelah usianya yang ke-65 tahun, Alkitab mencatat, bahwa Henokh hidup
bergaul dengan Allah secara kontinyu. Tidak ada waktu dalam hidupnya
yang “tanpa Allah.” Ia memulai hidupnya bersama Allah. Ia menempatkan
Allah di awal maupun di akhir aktivitas hidupnya. Merenungkan tentang
Tuhan adalah kesukaannya.
(3) Melakukan perintah Tuhan dengan setia dan sukacita.
Membaktikan diri tanpa ketaatan, bukanlah sebuah pembaktian diri.
Demikian pula ketaatan yang terpaksa, tanpa kasih, bukanlah sebuah
ketaatan.
Alkitab mencatat Henokh hidup bergaul dengan Allah. Istilah “bergaul”
berarti “berjalan bersama Tuhan,” yaitu melakukan perintah dan kehendak
Tuhan dengan setia. Terjemahan Inggris (NIV) mengatakan: “Enoch walked
faithfully with God” (Henokh berjalan dalam kesetiaan dengan Tuhan).
Artinya, Henokh tidak menuruti nasihat orang-orang yang tidak takut akan
Allah, yaitu orang-orang berdosa, tetapi sebaliknya ia hidup sesuai dengan
firman Tuhan. Itulah sebabnya Henokh memiliki kehidupan yang berbeda
dengan orang-orang sezamannya. Ia tidak bersungut-sungut di hadapan
Tuhan; ia tidak mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh di hadapan
Tuhan; ia tidak mengeluh tentang nasibnya, seperti yang dilakukan orangorang sezamannya. Sebaliknya, ia bersyukur dalam segala hal, sebab
orang yang berjalan bersama Tuhan, hidupnya tidak kekurangan sukacita
yang berasal dari Tuhan (bdk. Yudas 1:14-16). Bagaimana dengan Anda?
Maukah Anda mengalaminya? Berjalanlah bersama Tuhan! Amin.
KAMIS
01
SEPTEMBER 2016
“Karena sama seperti tubuh itu satu
dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu,
sekalipun banyak, merupakan satu tubuh …”
(1 Korintus 12:12, 27)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 12:12-13
Bacaan setahun: 1 Korintus 12
GEREJA ADALAH TUBUH KRISTUS
G
ereja adalah tubuh Kristus (1Kor. 12:12; Rm. 12:5; Ef. 1:22-23; Kol.
1:24). Sebutan gereja sebagai tubuh Kristus mengindikasikan
bahwa dalam gereja ada banyak anggota, yaitu orang percaya dan
Kristus sebagai kepalanya; dimana setiap anggota yang satu dengan yang
lain memiliki perbedaan dan keunikannya masing-masing. Mereka berbeda
dalam hal latar belakang kehidupan, sosial, ekonomi, budaya; sama halnya
seperti tubuh kita yang memiliki banyak anggota; dimana tangan berbeda
fungsi dengan mata, hidung berbeda bentuk dan fungsi dengan telinga dan
seterusnya.
Karena itu, gereja sebagai tubuh Kristus harus selalu mengingat dan
memperhatikan hal-hal berikut ini; (1) semua anggota yang berbeda-beda
itu harus diperhatikan dan dibina secara merata berdasarkan ke-khas-an
masing-masing. (2) Setiap anggota harus sadar akan keunikannya dan
bersedia menghargai dan menerima keunikan anggota lain tanpa rasa iri.
(3) Setiap anggota terus menjalankan tugas panggilannya/berfungsi sesuai
dengan kemampuannya tanpa menuntut orang lain untuk melakukan hal
yang sama dengan dirinya. (4) Setiap anggota harus tunduk pada satu
koordinasi, yaitu tunduk pada sang Kepala tubuh, Tuhan Yesus Kristus.
Tunduk pada firman-Nya. (5) Gereja adalah tubuh Kristus dan Kristus
adalah Kepalanya; artinya bahwa, Gereja adalah kesatuan anggota yang
beraneka ragam latar belakang kehidupan dan fungsinya, tapi yang tunduk
pada perintah yang satu, yaitu Kristus Yesus sebagai Kepalanya. Kristus
sebagai Kepala tubuh menyatakan bahwa Tuhan lah yang mengarahkan
dan membimbing tubuh, dan kesatuan datang dari Kepala tubuh, yang
mengoordinasi dan mengarahkan setiap bagian.
Bila semua anggota menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan
kemampuannya dan mau menerima sertai menghargai peran, fungsi dan
kemampuan orang lain yang berbeda, maka di dalam gereja tidak akan
terjadi yang namanya perpecahan, sebaliknya yang ada adalah kesatuan,
keharmonisan dan sinergi di dalamnya. Bagaimana dengan gereja Anda?
STUDI PRIBADI: (1) Masalah-masalah apa yang terjadi dalam satu tubuh yang banyak
anggotanya tersebut? (2) Bagaimana seharusnya agar anggota tubuh itu harmonis?
Doakan agar anak Tuhan menyadari bahwa mereka adalah anggota Tubuh
Kristus dan sebagai anggota Tubuh Kristus mereka dapat bersatu, berfungsi
sesuai dengan karunia & tunduk kepada Kristus yang adalah Kepala gereja.
JUMAT
02
“Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa
manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai
kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang
SEPTEMBER 2016
dan canang yang gemerincing.” (1 Korintus 13:1)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 13:1-13
Bacaan setahun: 1 Korintus 13
DEWASA ROHANI PASTI MEMILIKI KASIH
J
emaat di Korintus adalah jemaat yang kaya dengan karunia-karunia
rohani. Namun ironis, banyaknya karunia yang mereka miliki tidak
menunjukkan kedewasaan mereka secara rohani. Hal tersebut jelas
terlihat dengan adanya permasalahan-permasalahan yang muncul dalam
kehidupan mereka sebagai jemaat, seperti perselihan/perpecahan yang
terjadi di antara mereka (1Kor. 1:10-13), perbuatan-perbuatan yang tidak
senonoh seperti percabulan dan perzinahan yang ada di tengah-tengah
mereka, dan bahkan ada di antara mereka yang menuntut sesama Kristen
di pengadilan (1Kor. 5-6). Jelaslah bahwa semuanya itu tidak menunjukkan
kedewasaan mereka secara rohani.
Mengapa bisa terjadi demikian? Jawabannya sederhana saja. Karena
mereka tidak mempuyai kasih. Itulah sebabnya rasul Paulus mengingatkan
mereka akan pentingnya kasih di dalam kehidupan mereka sebagai orang
percaya. Paulus menasihatkan mereka bahwa: “sekalipun mereka
mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan semua bahasa manusia
dan bahkan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,
mereka sama saja dengan gong yang berkumandang dan canang yang
gemerincing. Sekalipun mereka mempunyai karunia untuk bernubuat dan
mereka mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan;
dan sekalipun mereka memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan
gunung, tetapi jika mereka tidak mempunyai kasih, semuanya itu sama
sekali tidak berguna.”
Apakah kasih itu? Paulus mengatakan, kasih itu sabar; kasih itu murah
hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak
melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia
tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala
sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar
menanggung segala sesuatu. Itulah kasih yang seharusnya tumbuh sebagai karakter dalam diri kita orang percaya (4-7). Bagaimana dengan Anda?
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kasih begitu penting dalam kehidupan jemaat Korintus? (2)
Sudahkah Anda memiliki kasih itu?
Doakanlah agar anak-anak Tuhan dapat mengalami kedewasaan rohani
dengan menerapkan kasih Tuhan di dalam hidupnya, sehingga umat Tuhan
bisa menjadi teladan dan hidupnya memuliakan nama Tuhan.
SABTU
03
“.. Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia
Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha
mempergunakannya untuk membangun jemaat”.
(1 Korintus 14:12)
SEPTEMBER 2016
Bacaan hari ini: 1 Korintus 14:1-25
Bacaan setahun: 1 Korintus 14:1-25
BUKAN BUAT SOMBONG-SOMBONGAN
J
emaat Korintus adalah jemaat yang sangat diberkati Tuhan, misalnya
dalam hal banyaknya karunia Roh yang dianugerahkan Tuhan bagi
mereka. Karunia Roh adalah pemberian Tuhan, dan bukannya usaha
manusia. Sayangnya, mereka mempergunakan karunia Roh itu untuk
saling menyombongkan diri satu sama lain. Mereka yang memiliki karunia
Roh menjadi sombong dan merendahkan mereka yang karunianya terlihat
biasa saja. Contohnya pada bagian firman Tuhan yang kita baca, dimana
mereka yang memiliki karunia berbahasa roh menjadi tinggi hati dan
menggunakan karunianya itu untuk pamer. Padahal tujuan Tuhan
memberikan karunia Roh agar jemaat dapat melayani satu sama lain untuk
saling membangun.
Paulus mengingatkan mereka akan hal ini. Ia memperingatkan mereka
untuk tidak menjadi sama seperti anak-anak dalam pemikiran mereka,
melainkan hendaknya mereka dewasa dalam pemikiran (ay. 20). Seorang
anak hanya memikirkan apa yang menyenangkan dan menguntungkan
bagi dirinya. Tidak heran seorang yang menggunakan karunia Roh dengan
cara berpikir anak-anak hanya ingin mendapatkan keuntungan dari karunia
tersebut. Mereka hanya memikirkan dirinya sendiri, sehingga tidak heran
muncul kesombongan dan tindakan hanya ingin pamer karunia saja.
Sebaliknya, seorang yang dewasa lebih mengontrol diri dan menggunakan
karunia sesuai fungsinya, yaitu untuk saling melayani dan membangun
jemaat Tuhan. Seorang dewasa juga mengerti dari mana karunia tersebut
berasal, yaitu dari Tuhan dan bukan karena kehebatan dirinya, sehingga
dia akan menjaga diri agar tidak menjadi sombong sehingga ingin pamer
atau mencari keuntungan.
Bagaimana dengan kita? Bersyukur kepada Tuhan jika kita dikaruniai
Tuhan berbagai karunia Roh untuk saling melayani. Hendaknya kita juga
memakainya dalam kedewasaan kita. Kita tidak menjadi sombong dan mau
pamer atau mencari keuntungan. Karunia Roh adalah pemberian Tuhan
semata, diberikan agar kita saling melengkapi dan melayani.
STUDI PRIBADI: (1) Untuk tujuan apa Tuhan memberikan karunia Roh bagi gereja-Nya? (2)
Bagaimana respons kita ketika Tuhan memberikannya kepada kita?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar menyadari akan karunia Roh yang Tuhan
berikan kepada tiap mereka dan memakainya untuk saling melayani dalam
kerendahan hati.
MINGGU
04
SEPTEMBER 2016
“Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan,
tetapi damai sejahtera.”
(1 Korintus 14:33)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 14:26-40
Bacaan setahun: 1 Korintus 14:26-40
ATURAN DALAM PERSEKUTUAN
M
embaca judul renungan hari ini mungkin membuat kita bingung.
Bersekutu kok harus diatur-atur; kok pakai aturan segala? Pada
kenyataannya, Tuhan memang mengingatkan hal ini dalam bagian
firman Tuhan hari ini. Dalam arti bukan peraturan seperti tata tertib, tetapi
keteraturan untuk persekutuan yang saling melayani dan membangun.
Pertama, Tuhan mengingatkan agar ketika jemaat Tuhan berkumpul,
hendaknya masing-masing mempersembahkan sesuatu untuk saling
membangun. Ada jemaat yang hadir tetapi pasif dan hanya menuntut
keinginannya dipenuhi Gereja. Atau ada yang hadir dengan sikap sebagai
penonton untuk mencari kesenangan dirinya. Sebaliknya, ada yang hadir
tetapi untuk memamerkan kemampuannya, yang jika tidak mendapatkan
kesempatan untuk itu maka dia menjadi marah dan “ngambek.” Hendaknya
kita tidaklah demikian, melainkan masing-masing saling melayani dengan
karunia yang telah dianugerahkan Tuhan untuk saling membangun. Gereja
adalah persekutuan orang-orang percaya di dalam tubuh Kristus, yang
dipersekutukan untuk saling melayani dan membangun satu sama lain.
Kedua adalah, hendaknya masing-masing menjaga dan mengontrol
diri agar persekutuan berlangsung dengan sopan dan teratur. Caranya?
Menjaga diri agar jangan sampai kita hanya mementingkan diri dan memamerkan kemampuan diri, tanpa memikirkan kepentingan orang lain. Ketika
kita mengabaikan hal ini maka persekutuan hanya akan jadi ajang untuk
melampiaskan keinginan masing-masing, sehingga kehilangan esensinya.
Persekutuan hanya menjadi tempat berkumpul untuk mengaktualisasikan
diri, bukan saling melayani dalam Tuhan. Jika demikian maka persekutuan
orang-orang percaya tidak berbeda dengan perkumpulan orang-orang
dunia. Malahan mungkin membawa malu bagi nama Tuhan.
Tuhan menghendaki damai sejahtera, bukan kekacauan. Tuhan juga
menghendaki jemaat hadir untuk saling berbagi dan melayani, bukan saling
menuntut dan mementingkan diri sendiri. Bagaimana dengan Anda?
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana menciptakan persekutuan yang saling membangun dan
melayani? (2) Mengapa ibadah/persekutuan diatur sedemikian rupa dengan tujuan untuk
kemajuan bersama?
Berdoa bagi jemaat Tuhan agar diberikan hati yang rindu untuk bersekutu
dan melayani ketika hadir dalam persekutuan jemaat Tuhan, sehingga setiap
orang di dalamnya bertumbuh dan saling memberkati.
SENIN
05
SEPTEMBER 2016
“Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah
sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang
dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.”
(1 Korintus 15:10)
Bacaan hari ini: 1 Korintus 15:1-28
Bacaan setahun: 1 Korintus 15:1-28
KASIH KARUNIA
A
pa itu kasih karunia? Kasih karunia adalah pemberian Allah kepada
manusia, padahal manusia tidak pantas menerimanya. Paulus
menyadari bahwa ia telah mendapatkan kasih karunia dari Tuhan
sehingga akhirnya ia sekarang boleh menemukan tujuan hidupnya yang
sesungguhnya. Semua gelar, pendidikan, status dan materi yang dimiliki
pada masa lalu, yang bagi sebagian besar orang, merupakan sesuatu yang
dikejar sebagai tujuan utama dalam hidupnya, namun sekarang, bagi
Paulus, semuanya itu bagaikan sampah oleh karena pengenalannya akan
diri Kristus.
Pengenalan akan Kristus mengubah seluruh pemahaman Paulus
akan hal yang terpenting dalam dunia ini. Kesempatan boleh mengerti akan
rahasia kerajaan Allah inilah yang membuat Paulus sangat bersyukur atas
kasih karunia yang Tuhan berikan kepadanya. Kasih karunia itu membuat
Paulus merasa berhutang sehingga ia tidak mau kalau kasih karunia yang
telah ia terima, ternyata disia-siakan. Untuk itulah ia hidup sedemikian rupa,
sebagai respons ucapan syukur terhadap kasih karunia yang ia terima. Ia
tidak mau menyia-nyiakan hidupnya. Bagaimana dengan kita?
Kita semua telah menerima kasih karunia Tuhan. Apakah kita telah
hidup berarti? Janganlah kita menyia-nyiakan kasih karunia yang telah kita
terima dari Tuhan dengan hidup sembarangan, melainkan hiduplah untuk
melayani Tuhan. Dengan demikian, hidup kita boleh menjadi berkat bagi
sesama kita. Kasih karunia memampukan Paulus untuk bekerja lebih keras
lagi sehingga ia bisa melakukan pelayanan yang luar biasa bagi Tuhan.
Paulus menyadari bahwa semua pelayanan yang ia lakukan bukan karena
kehebatannya, melainkan karena kasih karunia Tuhan. Itulah sebabnya,
Paulus tidak menjadi sombong. Bagaimana dengan kita?
Mungkin di antara kita ada yang sudah sekian tahun melayani, bahkan
memegang pelayanan penting dalam gereja. Apakah hal itu membuat kita
menjadi sombong? Jangan lupa, jika kita boleh melayani hari ini, itu bukan
karena kita yang hebat, melainkan karena kasih karunia Tuhan.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Paulus mengatakan bahwa ia bekerja lebih keras daripada
mereka semua? (2) Siapakah yang dimaksudkan Paulus dengan “mereka semua”?
Berdoalah agar jemaat menghargai kasih karunia yang telah diberikan oleh
Tuhan dalam hidup mereka sehingga mereka mau melayani Tuhan dengan
sungguh-sungguh untuk kemuliaan Tuhan.
SELASA
06
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh,
jangan goyah, dan giatlah lalu dalam pekerjaan Tuhan!
Sebab … jerih payahmu tidak sia-sia.”
(1 Korintus 15:58)
SEPTEMBER 2016
Bacaan hari ini: 1 Korintus 15:29-58
Bacaan setahun: 1 Korintus 15:29-58
BERGIAT DALAM PEKERJAAN TUHAN
H
arapan merupakan satu hal yang sangat penting dalam hidup
seseorang. Harapanlah yang membuat seseorang terus berjuang
dan tidak menyerah, sekalipun gagal. Harapanlah yang membuat
seseorang tetap kuat ketika ada dalam terpaan tekanan dan penderitaan.
Dalam bagian surat Korintus ini, Paulus menasihatkan kepada jemaat
agar mereka tetap berdiri dengan teguh dan tidak goyah, serta bergiat
dalam pekerjaan Tuhan, dengan selalu berpegang pada pengharapan
bahwa jerih payah yang mereka lakukan dalam persekutuan dengan Tuhan
itu, tidak sia-sia.
Dalam ayat 56 dikatakan bahwa sengat maut adalah dosa dan kuasa
dosa ialah hukum Taurat, yang menunjukkan betapa mengerikan dosa itu
karena berujung pada maut, dan hukum Taurat tidak membuat orang lepas
dari dosa tapi justru membuat kita semakin menyadari betapa berdosanya
kita dan tidak bisa lepas dari dosa. Tetapi ayat 57 memberitahukan kepada
kita, sebuah pengharapan yang luar biasa indahnya, karena Kristus telah
memberikan kepada kita kemenangan atas dosa.
Karena itu, Paulus menasihatkan kita untuk tetap teguh dan tidak
goyah, sekalipun kita masih hidup dalam dunia ini, bergumul dengan dosa
setiap hari, bahkan berhadapan dengan orang-orang yang seringkali
berusaha menghancurkan pengharapan kita kepada Kristus. Karena apa?
Karena jerih payah kita untuk tetap hidup dalam persekutuan dengan
Tuhan, sekalipun sekeliling kita meninggalkan Tuhan, tidak akan sia-sia,
Tuhan tahu apa yang kita lakukan dan ada mahkota yang disediakan bagi
kita, yang kelak akan dibangkitkan bersama-sama dengan Dia.
Hidup dalam dunia ini hanya sementara, kesulitan yang kita hadapi
saat ini, janganlah membuat kita menjadi mundur dalam pelayanan, atau
bahkan berkompromi dengan dosa. Tetaplah giat dalam pekerjaan Tuhan.
Banyak orang yang gagal hidup benar, karena tidak memiliki keteguhan
hati. Ada orang berkata, “Kekalahan seseorang itu terjadi bukan ketika dia
berusaha lalu gagal, melainkan ketika ia berhenti berusaha.”
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kemenangan Kristus menolong kita tetap berdiri dengan
teguh & bergiat dalam pekerjaanNya? (2) Bagaimana seharusnya kita melihat tantangan?
Doakanlah agar jemaat mempunyai keteguhan hati untuk hidup menjauhi
dosa dan selalu bergiat dalam pekerjaan Tuhan. Doakan agar jemaat mau
mengambil bagian dalam pelayanan.
RABU
07
“Jika Timotius datang kepadamu, usahakanlah supaya ia
berada di tengah-tengah kamu tanpa takut,
sebab ia mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti aku.”
(1 Korintus 16:10)
SEPTEMBER 2016
Bacaan hari ini: 1 Korintus 16:10-18
Bacaan setahun: 1 Korintus 16
MENGHARGAI DENGAN TEPAT
S
ebagai makhluk sosial, kita tidak mungkin hidup tanpa orang lain.
Kita bersyukur karena Tuhan memberikan orang-orang di sekitar
kita, sehingga kita bisa berelasi, saling membutuhkan dan saling
memberi. Agar relasi dengan orang-orang di sekeliling kita terjalin dengan
baik, kita harus menghargai orang lain dengan tepat. Namun sayang, saat
ini ada kecenderungan, orang tidak menghargai orang lain dengan tepat. Di
satu sisi, ada yang tidak mau menghargai orang lain, dan di sisi lainnya, ada
yang menghargai orang lain secara berlebihan dengan motivasi tertentu.
Bagaimana menghargai orang lain dengan tepat?
Pertama, menerima orang lain dengan segala kekurangan dan juga
kelebihannya. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus untuk menerima
kehadiran Timotius dengan baik. Memang Timotius masih muda, belum
terlalu banyak pengalaman. Tetapi Paulus mengingatkan mereka untuk
tidak memandang rendah Timotius, dan jangan membuat Timotius menjadi
takut, justru bantulah Timotius di dalam kekurangannya. Bagaimanapun
juga, Timotius adalah anak muda yang dipakai Tuhan untuk melayani dan
mengerjakan pekerjaan Tuhan. Dari sini, marilah kita juga belajar untuk
bisa menghargai orang lain, meskipun ia punya kekurangan, karena kita
pun juga punya kekurangan dan kelemahan. Janganlah kita hanya fokus
mengkritik dan menyalahkan kekurangan orang lain, sebaliknya kita dapat
membantunya dalam kekurangan dan kelemahannya.
Kedua, hargailah apa yang sudah dikerjakan orang lain. Di ayat 15-18,
Paulus mengingatkan jemaat Korintus untuk menghargai apa yang sudah
Stefanus, Fortunatus dan Akhaikus lakukan. Mereka telah bekerja berjerih
lelah mengabdikan dirinya untuk melayani jemaat di Korintus. Hargailah
mereka dengan menaati mereka. Paulus tidak melupakan apa yang sudah
dikerjakan oleh rekan-rekan sepelayanannya. Bagaimana tanggapan kita
terhadap apa yang sudah orang lain kerjakan? Hargailah dan pujilah usaha
orang yang sudah melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Namun
pujian yang diberikan hendaklah yang sesuai dan tidak berlebihan.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa ada orang yang sulit menghargai orang lain dengan tepat? (2)
Apa saja yang bisa dilakukan untuk memberikan penghargaan dengan tepat?
Berdoa agar jemaat dapat menghargai orang lain dengan tepat dan dengan
motivasi yang benar, sehingga terjalin hubungan yang saling membangun
antara yang satu dengan lainnya.
KAMIS
08
SEPTEMBER 2016
“Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus,
Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah
sumber segala penghiburan.”
(2 Korintus 1:3)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 1:3-11
Bacaan setahun: 2 Korintus 1
PENGHIBURAN
H
idup dalam dunia ini tidaklah luput dari berbagai kesulitan bahkan
penderitaan. Banyak orang mencari hiburan untuk menghadapi
masalahnya dengan jalan-jalan, nonton film, berbelanja, nongkrong
di kafe, menghabiskan waktu dengan hobbynya, kumpul dengan temanteman, bahkan dengan minuman keras dan obat-obat terlarang. Namun
kenyataannya, “penghiburan itu” hanya bersifat sementara dan tidak
menyelesaikan masalah, tidak membuat kita dapat menghadapi ataupun
menyelesaikan masalah dengan tepat.
Dalam hidup dan pelayanan Paulus juga mengalami banyak sekali
penderitaan dan beban yang sangat berat. Bahkan Paulus juga mengalami
keputusasaan (ay. 8-9). Bagaimanakah Paulus mendapatkan penghiburan
yang memampukannya menghadapi penderitaannya? Paulus mengakui
bahwa dirinya memperoleh penghiburan dari Tuhan Yesus yang adalah
sumber segala penghiburan (ay. 3), dan penghiburan yang Tuhan berikan
begitu berlimpah (ay. 5). Tidak ada yang lainnya, yang dapat memberikan
penghiburan yang sejati, selain Tuhan Yesus sendiri. Penghiburan yang
Tuhan berikan bisa dalam berbagai bentuk. Tuhan bisa memakai orangorang terdekat, bahkan orang yang tidak kenal sekalipun, untuk menghibur
dan menguatkan. Tuhan juga bisa berbicara secara pribadi melalui doa dan
firman-Nya, bahkan melalui peristiwa yang kita alami untuk meneguhkan,
mengibur dan menguatkan kita.
Pengalaman mendapatkan penghiburan dan pertolongan dari Tuhan
itu akhirnya Paulus bagikan juga kepada jemaat di Korintus, yang juga
mengalami kesengsaraan, dan hal itulah yang memberikan kekuatan bagi
jemaat Korintus untuk dapat sabar menghadapi penderitaannya (ay. 6).
Marilah kita belajar dari Paulus. Apabila kita mengalami penderitaan,
carilah penghiburan yang tepat, yaitu di dalam Yesus Kristus. Datang dan
berdoalah dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus, sumber segala
penghiburan. Pengalaman bersama Tuhan, juga boleh kita bagikan kepada
orang lain sehingga menjadi berkat.
STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat Paulus dapat menghadapi penderitaan yang begitu
berat? (2) Bagaimanakah Anda mencari pertolongan dalam menghadapi masalah?
Berdoa agar jemaat dapat mencari penghiburan dan solusi yang tepat dari
setiap pemasalahan hidupnya dengan bersandar penuh kepada Tuhan dan
mencari pertolongan serta kehendak-Nya.
JUMAT
“Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat cemas
dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan
supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa
besarnya kasihku kepada kamu semua.”
SEPTEMBER 2016
(2 Korintus 2:4)
09
Bacaan hari ini: 2 Korintus 2:1-10
Bacaan setahun: 2 Korintus 2
KESALAHAN DAN PENGAMPUNAN
A
da sebuah merk fashion yang cukup menarik, “Nobody’s Perfect.”
Rupanya merk ini digunakan untuk menunjukkan bahwa tidak ada
satu orangpun yang sempurna di dunia ini. Pakaian ataupun apapun
yang dimiliki dan dikenakan tidak membuat seseorang menjadi orang yang
sempurna, tanpa cacat. Ketidaksempurnaan seseorang memiliki dampak
dalam relasi dengan sesama. Satu sisi, hal ini menyadarkan seseorang
bahwa orang lain bisa berbuat salah; dan di sisi lainnya, juga memberikan
kesadaran bahwa kita bisa berbuat salah, satu waktu. Lalu apakah respons
kita ketika diperhadapkan dengan orang yang sudah berbuat salah, atau
berdosa ini, sebagai satu komunitas orang percaya dan keluarga Allah?
Ada beberapa hal yang Paulus minta untuk dilakukan dalam
kehidupan berjemaat, khususnya jika mendapati ada saudara yang
melakukan dosa, yaitu:
(1) Ditegor. Artinya, kesalahannya dinyatakan, sehingga dia tahu akan
kesalahannya dan belajar yang benar. Paulus menasihati mereka untuk
mempraktikkan kasih dan pengampunan, seperti Tuhan. Pertama-tama,
para pemimpin gereja harus mendisiplinkan orang itu dengan menegurnya
sebagai saudara (Mat. 18:15), agar ia sadar dan bertobat. Teguran juga
berarti ada tindakan disiplin yang diberikan sebagai bentuk konsekuensi
atas kesalahan, namun dengan satu tujuan: agar orang tersebut bertobat.
(2) Diampuni. Setiap orang pernah melakukan kesalahan, namun itu
bukan berarti tidak bisa diperbaiki. Kesalahan memang harus diberikan
konsekuensi, tapi orang yang bersalah dan bersedia bertobat selayaknya
diterima kembali, tanpa harus dikucilkan. Pengampunan ini diberikan agar
orang bertobat dan menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak Tuhan.
(3) Dikasihi. Setiap orang yang melakukan kesalahan butuh dikasihi,
artinya dibimbing untuk mereka bisa pulih dan berubah menjadi lebih baik
lagi. Kiranya Tuhan menolong kita menjadi saudara seiman yang saling
menegur, mengampuni, dan mengasihi satu dengan yang lain, agar tidak
terjadi perpecahan gereja Tuhan.
STUDI PRIBADI: (1) Apa harapan Paulus jika dalam gereja Tuhan terjadi perselisihan? (2)
Mengapa kita harus mengutamakan pertobatan dan pemulihan jemaat yang bersalah?
Berdoalah untuk persatuan umat Tuhan, agar sesama umat Tuhan dapat
saling mengampuni, menasihati dan menegur sesuai dengan firman Tuhan
sehingga terbangun suatu komunitas persekutuan yang indah.
SABTU
10
“Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami
dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.”
(2 Korintus 3:2)
SEPTEMBER 2016
Bacaan hari ini: 2 Korintus 3:1-18
Bacaan setahun: 2 Korintus 3
SURAT PUJIAN TERTULIS
B
agaimana sebuah pelayanan disebutkan berhasil? Tentunya bukan
berdasarkan banyaknya orang yang hadir, bukan pula berdasarkan
jumlah dana yang terkumpul. Bukan pula berdasarkan gedung besar
yang berhasil dibangun. Memang semua hal tersebut dibutuhkan untuk
mempersiapkan sebuah pelayanan agar menjangkau banyak orang dan
berhasil. Namun, bagaimana kita bisa melihat bahwa sebuah pelayanan
yang dipersiapkan dengan semua fasilitas tersebut telah berhasil? Yaitu
ketika kita bisa melihat dampak pelayanan yang dikerjakan terhadap
kehidupan orang-orang yang hadir ke dalam pelayanan tersebut.
Paulus menyebut jemaat Korintus sebagai surat pujian dari pelayanan
yang dikerjakannya. Mengapa demikian? Paulus melihat kehidupan orang
Kristen di Korintus berdasarkan surat Korintus yang kedua ini, dikatakan
sebagai kehidupan yang taat kepada nasihat yang disampaikan Paulus.
Kehidupan jemaat Korintus yang demikian sudah menjadi penghiburan dan
penghargaan bagi Paulus.
Banyak orang yang tidak tertarik atau bahkan antipati pada kekristenan
justru karena hidup orang Kristen itu sendiri. Sebut saja misalnya, Mahatma
Gandhi, di depan ribuan mahasiswa Kristen di Colombo, pernah berujar
demikian, “Seandainya kekristenan hanyalah Khotbah di Bukit, maka saya
telah menjadi orang Kristen. Tetapi karena hidup orang-orang Kristen lah
maka saya tidak mau menjadi Kristen.”
Pengalaman yang menyakitkan dialami oleh Gandhi adalah ketika ia
ditolak masuk ke dalam gereja oleh orang-orang kulit putih dengan alasan
kulitnya tidak berwarna sama dengan mereka. Friedrich Nietzche, seorang
filsuf atheis, pernah menjawab pertanyaan mengapa ia sangat membenci
kekristenan. Dia menjawab, “Saya akan percaya pada jalan keselamatan
mereka (orang Kristen), apabila mereka sedikit lebih terlihat seperti orang
yang sudah diselamatkan.” Bagaimana dengan kita? Mari kita berdoa bagi
perubahan kehidupan orang-orang yang kita layani. Adakah kehidupan
mereka menjadi surat pujian bagi nama Tuhan?
STUDI PRIBADI: (1) Apa tanda dari pertumbuhan jemaat yang menjadi harapan dan disukai
Tuhan? (2) Apa yang seringkali menjadi batu sandungan dalam kehidupan orang Kristen?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup memuliakan Tuhan
dan menjadi semakin dewasa dalam iman dan semakin membenci dosa,
sehingga hidupnya menceritakan nama Tuhan dan menjadi berkat.
MINGGU
11
“Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini.
Karena itu kami tidak tawar hati.”
SEPTEMBER 2016
(2 Korintus 4:1)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 4:1-18
Bacaan setahun: 2 Korintus 4
KEMURAHAN ALLAH DAN PELAYANAN
T
idak dapat dipungkiri bahwa kadang dalam kondisi tertentu, seorang
anak Tuhan (bahkan hamba Tuhan) bisa mengalami degradasi
rohani (semangat pelayanan berkurang atau cenderung mengalami
patah arang dan mundur dari pelayanan). Pada waktu masalah datang
bertubi-tubi, mereka bisa lari dari Tuhan, tidak aktif melayani dan bahkan
mundur dari pelayanan. Kondisi seperti ini bisa terjadi pada kita hari ini.
Oleh karena itu Paulus mengingatkan kita demikian: “Oleh kemurahan
Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.”
Bagi diri Paulus, pelayanan itu bukanlah suatu usaha yang kita lakukan
semata-mata berdasarkan kekuatan dan pengetahuan kita. Pelayanan itu
bukanlah semata-mata hasil rumusan strategis setelah mengetahui kondisi
dan tempat kita melayani, meski hal itu diperlukan. Bagi Paulus, pelayanan
merupakan suatu panggilan oleh karena kemurahan Allah yang
dianugerahkan kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Manusia yang
sebelumnya berdosa dan harus menerima hukuman kekal, ditebus dan
diselamatkan di dalam Kristus. Kita yang telah ditebus dan diselamatkan
Allah di dalam Kristus, dipanggil dan dijadikan partner Allah untuk melayani.
Sekali lagi karena kemurahan-Nya, ia bisa melayani.
Itu sebabnya Paulus tidak tawar hati. Apakah yang dimaksud dengan
tidak “tawar hati” ini? “Tidak tawar hati” dapat diartikan sebagai: [a] memiliki
semangat dalam melayani; [b] tidak akan mundur di dalam dalam
melayani, meski ada berbagai kesulitan yang dihadapi; [c] menjalani
panggilan pelayanannya dengan penuh sukacita. Dengan ini Paulus bisa
tetap dan terus melayani dalam sepanjang hidupnya.
Bagaimanakah dengan setiap kita? Kadang kesulitan, tantangan dan
persoalan hidup membuat kita mundur dari pelayanan. Bukan sekadar
mundur, tapi yang sering terjadi, kita menjauh dari Tuhan. Mari kita belajar
dari Paulus yang begitu memahami “kemurahan Allah dan pelayanan” yang
dipercayakan kepadanya, sehingga sampai akhir hidupnya kita boleh terus
melayani Tuhan dengan setia, Amin.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah seharusnya sikap anak-anak Tuhan dalam menghadapi
situasi dan kondisi yang sulit? (2) Bagaimana dengan pengalaman Anda?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen yang sedang menghadapi pergumulan
dalam hidup agar mereka tetap setia dan teguh dalam pengharapan mereka
di dalam Tuhan Yesus Kristus.
SENIN
12
SEPTEMBER 2016
“Dan Kristus telah mati untuk semua orang,
supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk
dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati
dan telah dibangkitkan untuk mereka.” (1 Korintus 5:15)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 5:11-21
Bacaan setahun: 2 Korintus 5
HIDUP BAGI KRISTUS
D
alam dunia terdapat 2 macam kehidupan. Pertama: Kehidupan di
dalam dosa. Manusia yang hidup dengan model kehidupan seperti
ini adalah mereka yang hidup dengan ciri-ciri sebagai berikut: [a]
Mereka tidak mempercayai Tuhan atau hidup sesuai dengan hukum Tuhan.
[b] Tolak ukur dari segala tindakan dan perilaku hidupnya didasarkan
kepada kehendak bebasnya yang cenderung berpusat pada diri sendiri dan
untuk kepentingan diri sendiri. [c] Dosa bukanlah persoalan yang serius
dalam kehidupan orang-orang yang demikian. Dosa dipandang sebagai hal
ketidaksengajaan atau kealpaan di dalam hidup. [d] Cenderung melayani
diri sendiri.
Kedua, kehidupan yang telah ditebus di dalam Kristus. Manusia yang
hidup dengan model kehidupan seperti ini adalah mereka yang hidup
dengan ciri-ciri demikian: [a] Mereka percaya kepada Tuhan dan berusaha
untuk hidup sesuai dengan Firman Tuhan. [b] Tolak ukur dari segala
tindakan dan perilakunya didasarkan kepada kehendak Tuhan, meski
kadang masih bisa jatuh ke dalam dosa. [c] Dosa menjadi persoalan yang
serius, sehingga ketika orang tersebut jatuh ke dalam dosa, akan muncul
kesadaran di dalam dirinya untuk segera bertobat dan meminta ampun atas
kesalahan yang diperbuatnya. [d] Berusaha untuk hidup bagi Kristus, dan
melayani-Nya.
Dalam 2 Korintus 5:15, Paulus menyatakan bahwa: “Dan Kristus telah
mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk
dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan
untuk mereka.” Paulus menasihatkan hal ini kepada jemaat di Korintus
bahwa mereka yang telah ditebus oleh Kristus, wajib memberikan dirinya
untuk melayani Kristus. Hal ini sebagai suatu bentuk ucapan syukur yang
penuh kasih dari orang-orang yang telah ditebus dosanya. Bagi kita yang
hidup hari ini, yang telah ditebus di dalam Kristus, adakah kita memberikan
hidup kita untuk Kristus? Adakah kita memberikan hidup kita untuk terus
melayani-Nya?
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana pola atau bentuk kehidupan manusia pada umumnya? (2)
Untuk siapakah sesungguhnya kita hidup, diri sendiri atau Tuhan? Sebutkan alasannya!
Berdoalah bagi setiap orang muda agar sejak muda, mereka belajar hidup
berkenan di hadapan Tuhan dan memuliakan Dia melalui segala pekerjaan
dan penghidupan mereka.
SELASA
13
SEPTEMBER 2016
“Apakah hubungan bait Allah dengan berhala?
Karena kita adalah bait Allah yang hidup
menurut firman Allah ini …”
(2 Korintus 6:16)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 6:1-18
Bacaan setahun: 2 Korintus 6
HIDUP YANG DIGERAKKAN KASIH KARUNIA
K
ehidupan baru di dalam Kristus semata-mata adalah kasih karunia
Allah. Tidak ada upaya atau kerja keras apapun yang dapat kita
lakukan untuk memperolehnya; bahkan kesalehan yang kita
lakukan di hadapan-Nya tidak akan dapat memenuhi standar kebenaranNya (Yes. 64:6). Jika kita menyadari bahwa kehidupan kita sebagai orang
Kristen adalah kasih karunia-Nya, pertanggungan jawab seperti apakah
yang akan kita lakukan di hadapan Allah?
Pertama, jangan kompromi terhadap penyimpangan iman. Di tengah
budaya yang pluralis dengan beragaman kepercayaannya dan munculnya
penghargaan terhadap keberbedaan itu sendiri, tentu sangat mudah bagi
kita untuk merelatifkan dan mengkompromikan iman kepercayaan kita. Kita
memang harus mengasihi semua orang dan menghargai keberbedaan
yang ada, tetapi mencampur-adukkan kepercayaan iman kita kepada
Kristus dengan kepercayaan di luar Kristus, sama halnya menyangkali apa
yang Kristus telah lakukan bagi kita. Inilah yang terjadi di tengah-tengah
jemaat Korintus, yang membuat Paulus harus menegur mereka dan
mengingatkan tentang apa yang telah Kristus perbuat bagi mereka. Kita
tidak boleh mensejajarkan, bahkan mencampur-adukkan pengabdian kita
kepada Kristus dengan ilah lainnya.
Kedua, jangan hidup dalam ketidakmurnian. Pencampuradukan iman
Kristen dengan kepercayaan lain tentu akan berdampak pada pencampuradukan pola hidup kita. Sebagai ciptaan yang baru, Allah telah memberikan
standar bagaimana kita menjalani kehidupan baru yang telah Ia berikan (ay.
15-18). Contoh, Paulus melarang orang Kristen menikah dengan pasangan
yang tidak beriman kepada Kristus, itu demi pemurnian hidup iman Kristen;
sebab kehidupan yang tidak seimbang ini, hanya akan menyeret dan
mengkompromikan kehidupan iman Kristen dengan kehidupan yang bukan
Kristen, yang pada akhirnya akan menyangkal keutamaan Kristus dalam
hidup kita. Karena itu, setiap orang yang menyadari kasih karunia Allah,
akan hidup digerakkan oleh kasih karunia Allah tersebut.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana cara hidup orang yang telah mendapatkan kasih karunia
Allah dalam Kristus? (2) Bolehkah kita mengkompromikan iman kita? Mengapa!
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka menghargai kasih karunia
yang telah mereka terima dari Allah dengan cara hidup benar dan murni,
sesuai dengan kebenaran firman-Nya.
RABU
14
“Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan
yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan,
tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.”
(2 Korintus 7:10)
SEPTEMBER 2016
Bacaan hari ini: 2 Korintus 7:1-16
Bacaan setahun: 2 Korintus 7
MENGENAL JENIS “DUKACITA”
D
ukacita tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, termasuk
orang percaya. Dukacita muncul terutama ketika seseorang
mengalami situasi kehidupan yang menekannya atau kehilangan
sesuatu/seseorang yang berharga dalam hidupnya. Pada bagian firman
Tuhan ini, Paulus membicarakan tentang dukacita yang bukan sekadar
dukacita seperti yang dikenal dunia. Dukacita ini disebut sebagai dukacita
menurut kehendak Allah atau dukacita rohani. Apa itu “dukacita rohani”?
Bagian firman Tuhan ini menunjukkan dua hal yang merupakan ciri-ciri
dukacita rohani. Pertama, dukacita rohani adalah dukacita karena dosa
yang diperbuat seseorang dalam hidupnya. Dukacita ini muncul karena dia
menyadari telah mendukakan Tuhan melalui perbuatannya tersebut. Hal ini
berbeda dengan dukacita karena dosa seperti yang ditunjukkan dunia;
seseorang berduka karena dosanya, karena dia mendapat konsekuensi
yang jelek akibat dosanya. Dia tidak menyesali dosanya di hadapan Tuhan,
dia berduka hanya karena mengalami sesuatu yang buruk, sebagai akibat
perbuatan dosanya. Atau, dia menjadi malu karena dosanya ketahuan di
hadapan banyak orang, sehingga dia berduka. Jadi dukacita rohani tidak
bersifat egois, tetapi dalam relasi antara dirinya dan Tuhan.
Kedua, dukacita rohani mengakibatkan pertobatan. Hal ini berbeda
dengan dukacita duniawi yang bersifat egois. Dukacita yang bersifat egois
bisa mengakibatkan seseorang tidak meninggalkan dosanya, tetapi hanya
lebih berhati-hati melakukannya agar ia tidak mendapatkan konsekuensi
yang jelek, atau agar tidak ketahuan. Contoh yang jelas dari dukacita rohani
yang menghasilkan pertobatan adalah kisah Raja Daud yang ditegur Nabi
Nathan, karena telah berzinah dengan Batsyeba dan membunuh Uria
(2Sam. 11-12). Teguran Nathan mengakibatkan Daud menyadari dosanya
di hadapan Tuhan, sehingga ia memohon pengampunan dari Tuhan, dan
mau meninggalkan tindakannya yang jahat itu.
Bagaimanakah dengan kita? Dukacita rohani yang sejati lahir dari
kehidupan seorang percaya yang dekat dengan Tuhan.
STUDI PRIBADI: (1) Apa ciri-ciri dukacita yang sesuai kehendak Tuhan? (2) Apa bedanya
dengan dukacita yang dirasakan orang pada umumnya?
Berdoalah bagi jemaat agar memelihara relasi yang dekat dengan Tuhan
sehingga mereka boleh peka akan kehendak dan teguran Tuhan. Berdoalah
pula agar mereka belajar hidup berintegritas.
KAMIS
15
“Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah,
melainkan dengan menunjukkan usaha orang-orang lain
untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu.”
(2 Korintus 8:8)
SEPTEMBER 2016
Bacaan hari ini: 2 Korintus 8:1-24
Bacaan setahun: 2 Korintus 8
BELAJAR BERMURAH HATI
A
da satu hal yang kurang baik nampak dalam jemaat Korintus, yaitu
keengganan mereka terlibat dalam pelayanan membantu jemaat di
kota lain yang kekurangan. Jemaat Korintus bukanlah jemaat yang
terlalu murah hati. Kalaupun mereka mau melibatkan diri dalam pelayanan
ini, hal itu dilakukan dengan enggan dan setengah hati. Apa karena mereka
dalam kondisi yang kekurangan? Ternyata tidak, karena Paulus memuji
mereka sebagai jemaat yang kaya dalam segala sesuatu (ay. 7).
Lalu, apa cara Paulus mengingatkan mereka untuk belajar bermurah
hati, melibatkan diri dalam pelayanan membantu jemaat yang kekurangan?
Pertama adalah, Paulus memberikan contoh jemaat Makedonia yang
sebenarnya dalam kondisi membutuhkan bantuan, justru menunjukkan
kemurahan hati dalam memberi (ay. 1-5). Jika kita termasuk orang Kristen
yang sulit bermurah hati, maka cara ini bisa dipakai untuk mengingatkan
kita. Mari kita mulai memperhatikan saudara seiman yang mestinya harus
kita bantu, tetapi justru mereka mau menolong orang lain melalui apa yang
dia miliki. Bukankah seharusnya kita menjadi malu karenanya?
Kedua adalah, mengingatkan mereka akan apa yang Tuhan Yesus
telah lakukan bagi mereka, yaitu Dia telah menjadi miskin demi kita agar
kita menjadi kaya (ay. 9). Tuhan Yesus yang adalah Tuhan dan Raja, rela
mengosongkan diri-Nya menjadi hamba untuk menyerahkan nyawa-Nya,
menebus dosa kita. Apabila Tuhan Yesus sudah memberikan bagian yang
terbaik, masakan kita masih hitung-hitungan melakukan kehendak-Nya,
yaitu berbagi dengan saudara seiman lainnya? Padahal segala yang kita
miliki adalah semata-mata kasih karunia-Nya.
Bagaimana dengan diri kita? Hendaknya kasih karunia Tuhan
memampukan kita untuk bermurah hati dengan berbagi akan apa yang kita
miliki agar mereka yang kekurangan, dapat beroleh kecukupan. Dengan
demikian dunia akan tahu bahwa kita adalah murid-murid Tuhan Yesus,
yaitu ketika kita saling mengasihi seperti Kristus yang telah lebih dahulu
mengasihi kita (Yoh. 13:35).
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah Paulus mengingatkan jemaat Korintus dan setiap kita
untuk belajar bermurah hati? (2) Mengapa kita harus bermurah hati?
Berdoalah bagi Gereja-Gereja Tuhan di manapun agar dipenuhi dengan
kemurahan Tuhan untuk saling memperhatikan dan mendoakan, sehingga
kebutuhannya dicukupkan melalui uluran tangan umat sendiri.
JUMAT
16
“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan
hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan,
sebab Allah mengasihi orang yang memberi
dengan sukacita.” (2 Korintus 9:7)
SEPTEMBER 2016
Bacaan hari ini: 2 Korintus 9:1-15
Bacaan setahun: 2 Korintus 9
HAL MEMBERI PERSEMBAHAN
D
alam teks Alkitab ini, Paulus mendorong jemaat Korintus untuk turut
serta memberikan persembahan bagi jemaat di kota lain yang
membutuhkan. Sebagai satu “Tubuh Kristus” adalah sepatutnyalah
untuk saling menolong dan mendukung ketika ada yang membutuhkan,
walaupun mereka tidak dari kota yang sama. Dari apa yang dinyatakan
Paulus, nampaknya jemaat Korintus bukanlah jemaat yang mudah untuk
berbagian dalam pelayanan ini. Kalaupun mereka mau memberi, motivasi
hati mereka tidaklah dipenuhi dengan sukacita dan syukur. Karena itu,
Paulus mengingatkan mereka untuk memberi dengan sukacita.
Pertama, yang diingatkan Paulus tentang memberi dengan sukacita
adalah pemeliharaan Allah dalam kehidupan kita. Ketika kita memberi
persembahan, sering diartikan kita kehilangan sebagian dari harta kita. Di
dunia ini, uang dibutuhkan untuk kehidupan kita sehari-hari. Karena itu,
beberapa orang Kristen menjadi begitu enggan atau hitung-hitungan untuk
memberikan persembahan. Ada ketakutan dalam hati kecil kita, janganjangan kita akan kekurangan ketika terus-terusan memberi persembahan.
Tetapi Paulus mengingatkan jemaat Korintus dan kita saat ini, bahwa Allah
sanggup melimpahkan segala kasih karunia agar kita berkecukupan dalam
segala sesuatu. Artinya, janganlah berpikir kita akan dimiskinkan dengan
memberi persembahan. Janganlah kita melupakan pemeliharaan Tuhan
selama ini dalam kehidupan kita.
Kedua, melalui persembahan ada banyak hal yang Allah karyakan
melalui kehidupan kita. Allah melimpahkan bukan hanya kecukupan, tetapi
juga pelbagai kebajikan. Seorang yang memberi dengan sukacita berarti
mempersilahkan Allah berkarya dalam dirinya untuk menumbuhkan hidup
rohaninya yang memancarkan buah-buah kebajikan. Selain itu, ketika kita
memberi dengan sukacita, terutama bagi yang membutuhkan, maka akan
timbul ucapan syukur kepada Allah dari mereka yang menerimanya. Itu
artinya, kita dipakai Allah dalam rencana-Nya memelihara saudara seiman
yang membutuhkan. Maukah Anda melakukannya?
STUDI PRIBADI: Bagaimana kita dapat belajar memberi persembahan dengan sukacita?
Jelaskan!
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar dimampukan untuk ambil bagian dalam
pelayanan memberi persembahan dengan sukacita dan ucapan syukur, dan
mereka dapat melihat karya Tuhan melaluinya.
SABTU
17
“Tetapi hendaklah orang-orang yang berkata demikian menginsafi,
bahwa tindakan kami, bila berhadapan muka,
sama seperti perkataan kami dalam surat-surat kami,
bila tidak berhadapan muka.” (2 Korintus 10:11)
SEPTEMBER 2016
Bacaan hari ini: 2 Korintus 10:1-10
Bacaan setahun: 2 Korintus 10
KETEGASAN YANG KONSTRUKTIF
K
etika membaca ayat 1-2, mungkin kita bingung dengan perkataan
Paulus yang mengatakan bahwa ia tidak berani bila berhadapan
muka dengan jemaat di Korintus, tapi berani bila berjauhan (lewat
surat). Sepertinya, Paulus ini adalah orang yang plin-plan, pengecut, tidak
konsisten dan hanya berani berkata keras melalui surat saja. Tapi, apakah
benar Paulus punya sikap yang demikian?
Untuk mengerti apa yang Paulus maksudkan, kita harus mengaitkan
ayat 1-2 dengan ayat 9-11. Rupanya saat itu ada sekelompok orang yang
menganggap diri rasul (ps. 11:5), yang menuduh Paulus tidak berani ketika
berhadapan muka dengan para pembacanya. Artinya ketika di Korintus,
Paulus memperlihatkan hati yang lunak, sikap yang tidak tegas. Tapi, ketika
berjauhan dan berbicara melalui surat, Paulus berani berkata keras dan
tegas. Jadi apa yang dikatakan Paulus dalam ayat 1 dan 10 ini, sebenarnya
adalah tuduhan yang dilontarkan kepadanya, dan hal itu dijawab dengan
tegas oleh Paulus di ayat 11, bahwa tindakannya bila berhadapan muka,
sama seperti perkataannya dalam surat-suratnya yang berani, tegas dan
keras. Paulus tidak pernah takut terhadap manusia ketika ia mengatakan
kebenaran dan menegur dosa manusia (Kis. 15:2; 23:1-5). Namun Paulus
menghimbau agar ia tidak dipaksa untuk membuktikan keberanian yang
sesungguhnya ketika kembali lagi di Korintus (ay. 2). Bukan memamerkan
kuasa dan keberanian itu yang sesungguhnya ia ingini. Ia lebih suka datang
dalam kelemah-lembutan dan keramahan seperti Kristus yang ia teladani.
Rupanya, kelemah-lembutan Paulus dalam menghadapi penghinaan dan
penderitaan inilah yang dianggap sebagai ketidak-beranian. Tetapi apabila
memang diperlukan, Paulus tidak pernah takut untuk bertindak berani,
keras dan tegas dalam melawan dan merubuhkan keangkuhan mereka
yang menentang pengenalan manusia akan Allah, menindak dengan tegas
orang-orang yang durhaka (ayay 3-6). Keberanian Paulus ini bukan untuk
meruntuhkan, tapi justru untuk membangun jemaat.
Bagaimana dengan kita? Sudahkah menyuarakan kebenaran Injil?
STUDI PRIBADI: (1) Hal-hal apa yang membuat orang sulit/tidak berani bertindak tegas
dalam menyatakan kebenaran maupun dalam melawan dosa? (2) Apa artinya tegas?
Berdoalah agar anak-anak Tuhan memiliki hidup kudus, serta berani untuk
menyatakan kebenaran maupun menegur ketidakbenaran, dan tidak hidup
berkompromi dengan dosa.
MINGGU
18
SEPTEMBER 2016
“Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan
dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus,
sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu
dengan kelicikannya.” (2 Korintus 11:3)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 11:1-6
Bacaan setahun: 2 Korintus 11:1-15
JANGAN MAU DISESATKAN!
S
etelah Paulus menunjukkan otoritasnya sebagai rasul yang telah
dikaruniakan Tuhan kepadanya (2Kor. 10:1-18), ia mengingatkan
jemaat di Korintus untuk waspada terhadap ajaran-ajaran sesat yang
dibawa oleh rasul-rasul palsu. Paulus kuatir jemaat di Korintus terpengaruh
dengan ajaran sesat, karena nampaknya selama ini jemaat Korintus
bersikap “sabar” terhadap beredarnya ajaran sesat (ay. 4). Mereka tidak
sadar bahwa dengan bersikap sabar (membiarkan saja ajaran sesat terus
berkembang di antara mereka tanpa berbuat apa-apa), maka secara tidak
sadar, ajaran sesat itu akan mudah mempengaruhi pikiran dan iman
kepercayaan mereka. Paulus memberikan contoh bagaimana Hawa bisa
diperdaya oleh ular yang licik (ay. 3). Hal itu terjadi karena awalnya Hawa
membiarkan dirinya terlibat percakapan dengan ular itu, bahkan meresponi
apa yang dikatakan ular itu. Dari situlah ular itu memasukkan “ajaran-ajaran
sesatnya.” Hawa tidak sadar, dan dia terpengaruh pikirannya,
kepercayaannya mulai goyah dan akhirnya ia jatuh ke tangan Iblis ketika ia
menuruti apa yang dikatakan ular/Iblis itu.
Bagaimana supaya umat Tuhan tidak diperdaya oleh ajaran-ajaran
sesat? (1) Pemahaman akan firman Tuhan harus kuat. Ini adalah dasar kita.
Apabila kita sendiri belum sungguh-sungguh mengerti firman Tuhan, maka
kita akan mudah dibingungkan dan terpengaruh dengan ajaran-ajaran lain.
Oleh sebab itu, kita harus terus belajar untuk mengerti kebenaran firman
Tuhan, baik dengan bersaat teduh, mengikuti PA, Pembinaan, dsb. (2)
Tidak menelan mentah-mentah setiap ajaran yang kita dengar, namun kita
harus selalu kembalikan, apakah ajaran itu telah sesuai dengan maksud
dan kebenaran firman Tuhan atau tidak. (3) Tegas menolak ajaran yang
tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Jangan lagi berkompromi
dengan mempertimbangkan “Sepertinya ajaran itu masuk akal, ajaran ini
juga baik,” dsb. Waspadalah, jangan sampai diperdaya dan digoncangkan
iman kepercayaan kita kepada Kristus, yang adalah satu-satunya Tuhan
dan Juruselamat kita.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kita bisa mengetahui apakah ajaran yang kita dengar itu
sesat atau tidak? (2) Apa yang harus kita lakukan agar kita semakin kokoh dalam iman?
Berdoalah agar anak-anak Tuhan mau terus belajar firman Tuhan sehingga
semakin kuat iman dan pemahamannya terhadap kebenaran firman Tuhan,
dan tidak disesatkan oleh ajaran dunia.
SENIN
19
SEPTEMBER 2016
“Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti
orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah;
lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas;
kerap kali dalam bahaya maut.” (2 Korintus 11:23)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 11:22-33
Bacaan setahun: 2 Korintus 11:16-33
KESAKSIAN SANG RASUL
H
ari ini kita sering mendengar orang-orang sharing pengalaman
mereka akan pertolongan Tuhan, kuasa dan mujizat-Nya, mulai dari
kesembuhan sampai berkat materi yang luar biasa. Si A mensharingkan bagaimana dokter memvonisnya “kanker stadium 4”, tapi
dengan iman dia berdoa puasa minta kesembuhan Tuhan dan sekarang dia
tetap hidup sehat. Si B mensharingkan kebakaran di kompleks pertokoan
dan banyak toko yang habis terbakar, tapi tokonya terluput karena
pertolongan Tuhan; api berhenti persis di toko yang bersebelahan dengan
tokonya. Si C juga sharing, dia pernah mengalami kesulitan besar dalam
usaha; hutang numpuk tidak terbayar, lalu dia mulai tekun ke gereja, baca
alkitab, memberi perpuluhan dan mujizat terjadi.
Betapa bertolak belakangnya kesaksian seperti itu dengan apa yang
dialami Paulus. Sekiranya bagian dari surat Korintus ini sesekali dibacakan
di hadapan jemaat supaya kita bisa membandingkan betapa berbedanya
pengalaman Paulus—dan juga rasul-rasul lainnya—dengan pengalaman
orang Kristen pada hari ini. Memang sangat bisa dimengerti bahwa pada
masa awal kekristenan berkembang, tekanan dan aniaya terjadi secara
luar biasa, berbeda dengan kondisi hidup sekarang di mana orang memilih
agama dengan bebas, bahkan dilindungi hukum. Memang benar bahwa
Allah kita adalah sumber segala berkat dan kebaikan, dan kuasa-Nya tidak
pernah berubah sejak dahulu sampai selamanya.
Tapi bagaimanapun, kita tidak boleh mengabaikan esensi dari Injil
yang sejati, yang menuntut setiap orang yang mengalaminya untuk hidup
menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Kristus. Orang berdosa
diselamatkan oleh anugerah, diampuni dan diterima sebagai anak.
Konsekuensi karya penebusan ini adalah; hidupku bukannya aku lagi,
tetapi Kristus yang hidup di dalam aku. Bagi Paulus, yang penting bukanlah
mengalami berbagai mujizat dan menyaksikannya kepada orang banyak,
tetapi mau mengerjakan apa yang Tuhan rencanakan dalam hidupnya dan
menjadi berkat. Bagaimana dengan Anda?
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana seharusnya sikap orang Kristen yang mengalami anugerah
keselamatan dari Tuhan? Hidup untuk diri sendiri atau Tuhan? (2) Mengapa? Jelaskan!
Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka tidak hidup bagi diri mereka
sendiri melainkan hidup bagi Tuhan dan mau memakai hidup mereka bagi
kemuliaan-Nya.
SELASA
20
“Tetapi jawab Tuhan kepadaku: Cukuplah kasih karunia-Ku
bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah
kuasa-Ku menjadi sempurna.”
(2 Korintus 12:9)
SEPTEMBER 2016
Bacaan hari ini: 2 Korintus 12:8-10
Bacaan setahun: 2 Korintus 12
DOA RASUL YANG TIDAK TERJAWAB
D
i balik banyak kesaksian orang Kristen tentang pertolongan dan
kuasa Tuhan, seringkali tersirat ajaran bahwa apabila kita meminta
dengan iman, maka Tuhan pasti mengabulkannya. Itu sebabnya,
apabila yang bersangkutan sampai akhirnya tidak mengalaminya, itu
karena dia “kurang/tidak beriman.” Maka muncullah formulasi baru tentang
fungsi dan peran iman, yang kedengarannya menggoda tapi berbahaya.
Memang benar bahwa ada ayat-ayat Alkitab yang menekankan peran
iman; bahwa asal kita tidak ragu tetapi percaya sepenuh hati, maka akan
terjadi. Di dalam Alkitab juga ada mencatat tentang seorang lumpuh yang
disembuhkan Tuhan, bukan karena dia beriman tetapi karena iman temantemannya. Dan di sini kita membaca dengan jelas bahwa di dalam Alkitab
juga ada catatan tentang doa yang tidak dijawab; bukan doa orang biasa
yang mungkin egois, tetapi doa seorang Rasul yang setia sampai mati!
Paulus menyaksikan bahwa dia pernah punya pengalaman rohani
yang sangat luar biasa; ia mendengar tentang pengungkapan rahasia ilahi
yang tidak pernah didengar oleh manusia lainnya. Supaya dia tidak menjadi
sombong karena pengalaman itu, Tuhan menaruh suatu duri pada dirinya.
Penafsiran umum tentang duri yang dimaksud adalah penyakit mata yang
dideritanya. Penyakit ini sangat mengganggu pelayanan Paulus sehingga
untuk itu, dia telah 3 kali berdoa meminta agar Tuhan mengangkat duri
tersebut, menyembuhkan dia supaya dia dapat melayani dengan lebih baik
dan efektif. Tuhan menolak permintaannya. Di dalam kelemahan dirinya,
kuasa Tuhan akan menyertai dan menopang.
Inilah beberapa fakta pengajaran Alkitab yang terangkai menjadi satu
dan tidak boleh dipenggal demi kepentingan pribadi dan mengabaikan
bagian lainnya. Sebagian atau separuh kebenaran, bisa menyesatkan. Kita
boleh meminta dengan iman dan menanti dalam kesabaran, tapi kita juga
harus siap dan peka mendengar firman Tuhan yang mengatakan kepada
kita: “Tidak. Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam
kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.”
STUDI PRIBADI: (1) Apa iman bisa mengubah keputusan Tuhan atau memastikan bahwa
Allah memberikan apa yang kita minta? (2) Bagaimana sikap yang benar dalam berdoa?
Berdoalah kepada Tuhan agar kehidupan jemaat bukan digerakkan oleh
keinginan daging, tetapi karena ketaatan akan firman Tuhan, sehingga hidup
mereka menceitakan keagungan Tuhan.
RABU
21
SEPTEMBER 2016
“Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak
di dalam iman. Selidikilah dirimu! …”
(2 Korintus 13:5)
Bacaan hari ini: 2 Korintus 13:1-13
Bacaan setahun: 2 Korintus 13
TUGAS SEORANG PELAYAN TUHAN
S
uatu kerinduan dari seorang Rasul Paulus adalah: “Supaya jemaat
Korintus tetap tegak di dalam iman kepada Yesus Kristus, dan bukan
terus menyimpan dosa yang lama: perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, fitnah, mengumpat, keangkuhan, dan
pertengkaran. Masihkah mereka belum bertobat dari kecemaran,
percabulan, dan ketidak-sopanan yang mereka lakukan?
Maka dari itu, Paulus menasihati jemaat Korintus untuk yang ketiga
kalinya karena Paulus kuatir jika iman mereka yang tidak tahan uji sehingga
mereka masih hidup dalam dosa yang lama. Paulus menasihati mereka:
“Ujilah imanmu dan selidikilah dirimu bahwa Kristus ada di dalam kamu
supaya kamu tahan uji, supaya kamu kuat” (ay. 5). Dan Paulus bukan hanya
menasihati jemaat Korintus, terlebih Paulus juga “berdoa” kepada Allah,
agar mereka bukan saja tahan uji, melainkan juga dapat “berbuat baik,”
menjadi kuat, dan sempurna.
Sikap Paulus yang demikian menunjukkan sikapnya terhadap mereka:
Paulus sangat mengasihi mereka. Dengan kasih Kristus Yesus, Paulus
merendahkan dirinya sampai-sampai dianggap bodoh dan lemah, tetapi
semuanya itu tidak menjadi beban bagi dirinya, sebaliknya ia tetap
bersukacita, sebab kata Paulus, “Apabila kami lemah dan kamu kuat, itu
kemegahan kami, kami hanya bermegah di dalam Kristus” (ay. 4). Itulah
hati seorang pelayan Tuhan yang baik dan benar. Hati yang senang melihat
jemaat Tuhan bersukacita, dan berusaha supaya menjadi sempurna di
dalam iman kepada Kristus. Paulus, seorang pelayan Tuhan yang tidak
henti-hentinya mendorong jemaat untuk tetap tegak dalam iman kepada
Krisus, di tengah-tengah banyaknya orang yang melakukan pencemaran,
percabulan dan ketidaksopanan. Paulus, seorang pelayan Tuhan yang
tidak henti-hentinya berdoa kepada Allah, supaya jemaat dapat sehati
sepikir dan hidup dalam damai sejahtera, sehingga Allah yang adalah
sumber kasih dan damai sejahtera, menyertai mereka semua. Bagaimana
dengan Anda?
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Paulus terhadap jemaat Tuhan di Korintus? Apa yang
Paulus nasihatkan kepada mereka? (2) Bagaimana teladan pelayanan Paulus?
Berdoalah bagi para hamba Tuhan, baik itu pendeta maupun penginjil agar
mereka menjadi pelayan-pelayan Tuhan yang sungguh mengasihi umat-Nya
dan bertanggung jawab terhadap pertumbuhan iman jemaat.
KAMIS
22
SEPTEMBER 2016
“Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku,
bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah Injil manusia.”
(Galatia 1:11)
Bacaan hari ini: Galatia 1:1-24
Bacaan setahun: Galatia 1
INJIL KESELAMATAN DARI ALLAH
P
aulus ingin menegaskan bahwa kerasulannya bukan karena ia
sendiri mengangkat dirinya sebagai seorang rasul atau kelompok
atau lembaga tertentu; tetapi diperolehnya karena Yesus Kristus
sendiri yang telah memanggilanya untuk menjadi pelayan dan saksi-Nya
bagi bangsa Yahudi dan bagi bangsa-bangsa lain, untuk membuka mata
mereka supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari
kuasa Iblis kepada Allah, supaya oleh iman kepada Kristus, memperoleh
pengampunan dosa dan mendapatkan bagian dalam apa yang ditentukan
untuk orang-orang yang dikuduskan. Hal ini disebabkan karena beberapa
orang dalam jemaat Galatia menyangkal bahwa Allah telah memilih Paulus
sebagai seorang Pemberita Injil. Sebab Paulus memberitakan bahwa
orang-orang bukan Yahudi tidak harus menaati Hukum Taurat (sunat) atau
mengambil bagian dalam upacara-upacara Yahudi yang menekankan
perbuatan. Hal ini bertentangan dengan Injil Kristus yang menekankan
anugerah atau kasih karunia Allah saja untuk memperoleh pengampunan
dosa/keselamatan.
Penegasan kerasulannnya ini juga membuktikan bahwa Injil yang
Paulus beritakan bukanlah berasal dari dirinya sendiri atau dari orang lain,
melainkan dari Tuhan Yesus, dan tentang apa yang akan Yesus perlihatkan
kepadanya nanti, yaitu bahwa Kristus yang adalah Mesias, harus
menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan bangkit
dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada
bangsa ini dan bangsa-bangsa lain. Hanya melalui Kristus, satu-satunya
jalan untuk memperoleh pengampunan dosa, dan bukan melalui Hukum
Taurat. Inilah Janji Keselamatan bagi setiap orang yang menerima dan
memahami panggilan-Nya, bahwa: mereka akan disebut sebagai orangorang kudus, milik kepunyaan-Nya sendiri, yang akan dibangkitkan pada
kesudahan zaman, karena iman dalam Yesus Kritus saja dan bukan karena
Hukum Taurat, agar mereka menjadi anak-anak Allah. Kristus telah
membebaskan kita dari Hukum Taurat (ps. 5:1).
STUDI PRIBADI: (1) Apa bukti bahwa kerasulan Paulus bukan dari manusia? (2) Siapa yang
memperkenalkan Injil pada Paulus dan memanggilnya melayani pemberitaan Injil?
Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka mensyukuri karunia Tuhan Yesus
yang telah menyelamatkan mereka dan doakan agar mereka tetap setia
kepada Injil Tuhan.
JUMAT
23
SEPTEMBER 2016
“Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia
di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu
engkau telah mendapatnya kembali.”
(Matius 18:15)
Bacaan hari ini: Galatia 2:11-14
Bacaan setahun: Galatia 2
AGAPE VS EGP
“EGePe” (Emang Gue Pikirin) adalah istilah yang sempat populer.
Istilah ini menunjukkan sikap tidak peduli kepada keadaan dan urusan
orang lain yang tidak berkaitan dengan diri kita. Sekalipun istilah ini tidak
lagi digunakan hari ini, tetapi budaya cuek dan tidak peduli dengan orang
lain, tertinggal di tengah kehidupan kita hari ini. Hari ini, kita hidup semakin
individual dan tidak peduli dengan masalah dan urusan orang lain. Hal ini
juga tanpa disadari merambah masuk ke tengah kehidupan gereja di antara
saudara seiman. Orang Kristen tidak peduli satu dengan yang lain, tidak
mau mencampuri urusan orang lain dan cuek terhadap kehidupan rohani
orang lain. Tuhan menginginkan umat-Nya dalam kehidupan bergereja
saling mengasihi satu dengan lain. Kita harus saling mengasihi dengan
kasih “agape” yakni kasih yang memikirkan apa yang terbaik untuk orang
lain. Kasih “agape” ini harus terwujud di dalam kepedulian, perhatian dan
bahkan teguran untuk membangun saudara seiman kita.
Menegur adalah salah satu bentuk kasih. Menegur berarti kita tidak
cuek terhadap kehidupan sesama yang menuju kehancuran. Sebaliknya,
kita ingin mereka kembali di jalan yang benar. Hal inilah yang dilakukan
Paulus kepada Petrus. Ketika melihat Petrus berkelakuan munafik, Paulus
tidak hanya berdiam diri, cuek dan berkata: EGePe (Emang Gue Pikirin?),
tetapi ia bertindak dan menegor kelakuan Petrus yang bisa menjadi batu
sandungan tersebut (2:14). Teguran ini menjadi pengingat bagi Petrus
untuk mawas diri terhadap perilakunya yang bisa menjadi batu sandungan
bagi orang lain.
Teguran adalah sebuah tindakan kasih yang besifat korektifmembangun. Lawan kata AGAPE adalah EGePe! Ketika kita melihat
sesama kita sedang melakukan dosa, kita tidak boleh hanya cuek dan tidak
peduli kepada mereka. Sebaliknya, kita seharusnya mewujudkan kasih kita
melalui teguran yang korektif untuk perbaikan diri mereka (Ams. 25:12;
27:5). Teguran yang bijak bisa membawa saudara seiman kembali ke jalan
yang benar.
STUDI PRIBADI: (1) Adakah saudara seiman di sekitar kita yang hidupnya tidak benar? (2)
Apa arti dan maksud dari sebuah teguran itu? Bagaimana melakukannya dengan bijak?
Berdoalah agar setiap anak Tuhan bisa belajar menegur dengan baik. Peduli
dengan sesama dan berani menyampaikan teguran yang membangun untuk
kebaikan sesama.
SABTU
24
SEPTEMBER 2016
“Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani,
tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki
atau perempuan, karena kamu semua adalah satu
di dalam Kristus Yesus.” (Galatia 3:28)
Bacaan hari ini: Galatia 3:28
Bacaan setahun: Galatia 3
BHINNEKA TUNGGAL IKA
“Bhinneka Tunggal Ika” adalah semboyan bangsa kita yang berasal
dari bahasa Jawa kuno yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu.”
Semboyan ini menggambarkan sebuah realitas kehidupan bermasyarakat
yang terdiri atas orang-orang yang berbeda satu dengan yang lain.
Semboyan ini juga menggambarkan bagaimana kita harus bersikap di
tengah perbedaan yang ada, yakni mengusahakan semangat persatuan.
Kehidupan bergereja juga demikian. Kita terdiri atas berbagai macam suku,
kebiasaan dan latar belakang. Perbedaan-perbedaan yang ada dapat
menimbulkan konflik di tengah kehidupan gereja. Konflik yang ada dapat
menghasilkan perpecahan dan kekecewaan di dalam tubuh Kristus.
Karena itu, kita harus memiliki sikap yang tepat dalam menyikapi
perbedaan yang ada di dalam tubuh Kristus, yakni kita mengusahakan
semangat persatuan.
Gereja Galatia mengalami pergumulan yang sama pada masa itu.
Mereka terancam terpecah belah karena perbedaan suku dan gender di
dalam tubuh Kristus. Perbedaan ini diperuncing oleh beberapa orang yang
menyebarkan ajaran sesat yang meninggikan suku Yahudi dan segala
aturan taurat yang dipegang teguh oleh mereka. Hal ini menimbulkan
pembedaan di antara jemaat Tuhan di Galatia. Jika hal ini dibiarkan maka
perpecahan dan pertikaian menjadi hal yang terhindarkan lagi. Oleh karena
itu, Paulus menegur jemaat Galatia dengan keras, mengingatkan mereka
bahwa “dalam Kristus tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada
hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena
kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:28).
Perbedaan seharusnya tidak memecah belah gereja Tuhan. Perbedaan dapat digunakan untuk pemersatu ketika kita saling melengkapi. Mari
memandang perbedaan dengan cara yang positif dan usahakan persatuan
di tengah gereja kita. Janganlah mementingkan kepentingan diri melainkan
kepentingan kolektif. Jagalah kesatuan tubuh Kristus karena itulah yang
dikehendaki Yesus sebagai kepala atas kita, tubuh-Nya yang kudus.
STUDI PRIBADI: (1) Adakah gereja kita terpecah belah dan berkonflik? (2) Bagaimana
respons kita yang baik dan benar terhadap perbedaan yang ada?
Berdoalah agar gereja Tuhan dipersatukan. Secara khusus berdoalah bagi
gereja Anda, agar Majelis, hamba Tuhan dan jemaat saling memperhatikan
dan menjaga kesatuan di tengah pelbagai perbedaan yang ada di dalamnya.
MINGGU
25
SEPTEMBER 2016
“…. Maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.”
(Galatia 4:7)
Bacaan hari ini: Galatia 4:1-11
Bacaan setahun: Galatia 4
AHLI WARIS
M
engapa keselamatan di dalam Kristus adalah perkara yang pasti
dan bukan “moga-moga”? Jawabannya tentu bukan karena usaha
kita, melainkan karena kebaikan hati Allah. Kita tahu, bahwa Dia
tidak pernah bermain-main dengan karya-Nya. Ketika Ia memberikan kasih
karunia-Nya di dalam Kristus Yesus, Ia memberikannya dengan
pengorbanan yang begitu besar. Sekarang ketika Ia telah mengadopsi kita
menjadi anak-anak-Nya, maka kita sungguh-sungguh memiliki relasi yang
istimewa itu dan kepastian keselamatan.
Paulus menjelaskan, bahwa Allah Bapa, melalui Anak-Nya yang
Tunggal, dan sesuai waktu-Nya telah menyatakan kebaikan hati-Nya pada
kita sehingga kita yang percaya kepada-Nya, tidak lagi hidup tanpa Allah,
melainkan menjadi milik Allah; tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat,
tetapi kasih karunia. Mengapa demikian?
Pertama, kita disebut anak, bukan hamba lagi. Rencana Allah adalah
membebaskan kita dari perhambaan. Perhatikan Paulus menggunakan
istilah anak yang belum akil baligh, namun waktunya akan tiba kita akan
mengalami akil baligh atau kedewasaan. Analogi ini merujuk pada Kristus,
sebelum Dia datang kita masih diperhamba, tapi setelah genap waktunya,
Allah mengutus Anak-Nya, untuk membebaskan kuk perhambaan,
sehingga kita bukan lagi hamba melainkan anak.
Kedua, jadi ahli waris. Karena kita disebut anak, kita juga adalah ahliahli waris, oleh Allah. Hubungan anak dan ahli waris mendapat kepastian
hukum, artinya legal, baik budaya waktu itu maupun sekarang. Berarti kita
yang sebenarnya bukan merupakan ahli waris secara alamiah, kini telah
memperoleh status ke-anak-an hanya karena anugerah dan kasih karuniaNya. Dengan demikian Roh dari Bapa memeteraikan kita menjadi anak dan
wahli waris yang sah di hadapan Allah.
Karena itu bersyukurlah pada Allah. Jangan hidup dalam perbudakan
dosa, hiduplah sebagai anak-anak Allah. Ingatlah kebaikan hati Allah, yang
melalui Yesus Kristus, telah menjadikan kita milik-Nya untuk selamanya.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana seseorang bisa menjadi anak Tuhan dan menjadi ahli waris
Kerajaan Sorga? (2) Apakah dengan kebaikan saja, kita bisa mendapatkannya?Jelaskan!
Berdoalah bagi jemaat agar mereka senantiasa bersyukur atas anugerah
Tuhan dan tetap setia untuk hidup sebagai anak-anak Tuhan yang menjadi
terang bagi sekitarnya.
SENIN
26
SEPTEMBER 2016
“….hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan
menuruti keinginan daging.”
(Galatia 5:16)
Bacaan hari ini: Galatia 5:16-26
Bacaan setahun: Galatia 5
MANAKAH YANG ANDA PILIH?
A
llah telah memberikan kita kemerdekaan dari kuasa dosa. Kita tahu,
bahwa selama hidup di bawah kuasa dosa, kita kehilangan damai
sejahtera dan kebahagiaan yang sejati. Hasil yang kita dapatkan
dari hidup di dalam dosa adalah kematian; kita tidak memiliki kemampuan
untuk mengerjakan hidup yang diperkenan Allah. Hati kita cenderung pada
apa yang jahat dan memuaskan hawa nafsu daging kita.
Namun Allah yang penuh kasih itu telah menyelamatkan kita dan
memberikan Roh Kudus-Nya untuk menyertai kita. Tujuannya adalah agar
kita dimampukan untuk hidup menyenangkan hati Allah. Itulah sebabnya,
hari ini, sekalipun kita masih mengenakan tubuh yang telah cemar dosa,
Allah memberikan kita kemampuan untuk mengalahkannya. Pilihan untuk
menaati pimpinan Allah atau menyerah pada tipu daya dosa melalui
keinginan daging, diberikan Allah kepada kita untuk melatih ketaatan kita
kepada-Nya. Manakah yang Anda pilih?
(1) Keinginan daging, yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu,
penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah,
kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian,
kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal. 5:10-20). Pilihan ini tentu
bukanlah yang terbaik, tapi justru membuat kita mendukakan hati Allah dan
tidak mengalami pertumbuhan rohani yang baik. Jauhilah keinginan daging
dan ikutilah pimpinan Roh Kudus. Tanggalkan semua sifat manusia lama
kita dan belajar hidup menurut keinginan Roh.
(2) Keinginan Roh adalah supaya setiap kita hidup menampilkan buah
Roh yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Kata Paulus,
semua ini tidak ada hukum yang menentang hal-hal ini. Ini adalah pilihan
yang tepat! Ketika kita hidup menurut Roh, kita akan hidup dalam damai
sejahtera, baik di hadapan Allah, sesama, maupun diri sendiri. Ketika kita
taat pada pimipinan-Nya, Roh Kudus akan membawa kita kepada
pertumbuhan rohani dan karakter hidup yang memuliakan Allah.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah hasil dari hidup mengikuti keinginan daging dan keinginan
Roh? (2) Apa yang Tuhan kehendaki dari kita, setelah kita diselamatkan-Nya?
Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka memiliki ketulusan dan
integritas hidup yang tinggi, baik dalam iman maupun kehidupan sehari-hari
di tengah masyarakat.
SELASA
“...kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran,
maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan
yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu
sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.”
SEPTEMBER 2016
(Galatia 6:1)
27
Bacaan hari ini: Galatia 6:1-10
Bacaan setahun: Galatia 6
MANUSIA ROHANI
G
alatia 6:1 adalah pernyataan yang indah mengenai seperti apakah
orang Kristen yang rohani. Paulus memberikan dua ciri-ciri orang
Kristen yang rohani. Pertama, orang Kristen yang rohani tidak
menghakimi, tetapi mengasihi. Paulus mengajak orang-orang Kristen yang
rohani, yang menganggap diri mereka rohani untuk tidak menghakimi atau
menghukum orang yang berdosa, melainkan memimpin orang itu ke jalan
yang benar. Ajakan Paulus ini merubah paradigma dari orang-orang Kristen
yang selama ini mendefinisikan manusia rohani sebagai manusia yang
legalis. Orang-orang yang legalis adalah orang-orang sangat menaati
hukum-hukum agama, dan setiap kali terjadi pelanggaran hukum agama,
maka ada hukuman yang harus diterima oleh orang yang melanggarnya.
Hukuman yang diberikan kepada orang yang berdosa, bermacam-macam
bentuknya, mulai dari dikucilkan, sampai mati dirajam batu. Telah sekian
lama pemahaman legalis ini berakar dalam diri orang-orang Israel, bahkan
termasuk dalam diri orang-orang Kristen yang berasal dari latar belakang
Yahudi. Dan celakanya, orang-orang ini berpikir, jika mereka menghakimi,
maka mereka lebih rohani daripada orang-orang Kristen yang jatuh dalam
dosa itu. Dalam ayat ini, Paulus mendefinisikan ulang siapa itu orang-orang
Kristen yang rohani, yaitu orang-orang Kristen yang punya hati untuk
membimbing orang-orang yang berdosa.
Kedua, orang Kristen yang rohani, menyadari bahwa dirinya pun dapat
jatuh dalam dosa. Di tengah-tengah kejatuhan orang lain, seringkali kita
berpikir bahwa kita lebih baik, lebih rohani dari yang lain. Akhirnya membuat
diri kita menjadi takabur, lupa bahwa kita pun dapat jatuh dalam dosa. Hari
ini mungkin kita belum jatuh, tetapi hari besok, siapa yang tahu? Paulus
mengingatkan jemaat Galatia, bahwa manusia rohani tidak saja mengasihi
orang-orang Kristen yang jatuh, tetapi juga boleh mawas diri, menyadari
bahwa dirinya pun dapat jatuh dalam dosa, sehingga orang Kristen tidak
boleh sombong, melainkan dengan kerendah-hatian menjaga diri supaya
tidak jatuh dalam dosa.
STUDI PRIBADI: (1) Apakah kedewasaan rohani seseorang ditandai dengan karakter atau
sikap diri yang semakin mengasihi Tuhan dan sesama? (2) Bagaimana pendapat Anda?
Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka dapat hidup saling mengasihi
antara yang satu dengan lainnya, agar mereka menjadi kesaksian yang baik
di tengah-tengah masyarakat.
RABU
28
SEPTEMBER 2016
“Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus
yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita
segala berkat rohani di dalam sorga.”
(Efesus 1:3)
Bacaan hari ini: Efesus 1:3-14
Bacaan setahun: Efesus 1
DALAM KRISTUS YESUS
T
uhan Yesus adalah pusat dari agama Kristen. Tanpa Kristus, agama
Kristen tidak bisa disebut sebagai Kristen. Hal yang sama juga
berlaku untuk orang-orang Kristen. Tanpa percaya kepada Kristus
sebagai Tuhan, maka orang Kristen pun tidak dapat disebut sebagai orang
Kristen yang sejati. Mengapa Yesus menjadi pusat dari keagamaan orangorang Kristen? Paulus memberikan dasar pemahamannya, yaitu karena di
dalam Kristuslah Allah mengaruniakan kepada orang-orang Kristen segala
berkat rohani di dalam sorga. Keselamatan, kehidupan kekal di surga
terjadi karena Allah mengaruniakannya di dalam Kristus. Dalam beberapa
ayat berikutnya pun, Paulus terus menekankan keutamaan Kristus dalam
hidup orang percaya.
Karena Kristus adalah yang utama dan yang terutama sebagai
jembatan kasih Allah kepada kita orang-orang Kristen, maka selayaknya
kita orang-orang Kristen menghargai Kristus pada tempatnya. Seharusnya
Kristus menjadi pusat penyembahan kita, dan pusat relasi kita dalam halhal rohani. Sebab pada waktu kita menyembah Kristus, maka pada waktu
itu pula kita akan berkenan kepada Allah Bapa dan Allah Roh Kudus.
Pertanyaannya, masihkah kita percaya kepada Yesus sebagai sumber
keselamatan hidup kita? Masihkah kita berdoa kepada Yesus setiap hari?
Masihkah kita memberitakan kabar baik bahwa ada keselamatan di dalam
Yesus Kristus?
Apabila kita menyadari bahwa Kristus adalah yang terutama dalam
hidup ini, marilah kita bangkit menjadi murid Yesus yang mengerjakan
perintah-Nya. Kita menjadi semakin mengenal-Nya. Marilah kita
memberitakan kabar baik tentang Dia. Berkomitmenlah untuk mengikut Dia
senantiasa, sekalipun harga yang dibayar kadang mahal, yaitu menderita
bagi Dia. Jangan pernah ragukan Dia dalam hidup kita, melainkan
lakukanlah yang terbaik bagi Dia, sebab pada akhirnya, ketika Dia
menyatakan diri-Nya kelak, maka kita tidak akan merasa malu di hadapanNya, sebab kita sungguh-sungguh mengasihi-Nya.
STUDI PRIBADI: (1) Mengapa di dalam Kristus saja, kita menemukan identitas kekristenan
kita? (2) Apa artinya hidup mengutamakan Kristus?
Berdoalah bagi setiap orang muda Kristen agar mereka hidup bagi Kristus
dan tidak terjebak pada kehidupan duniawi yang membawa mereka semakin
jauh dari Tuhan.
KAMIS
29
“Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang,
melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus
dan anggota-anggota keluarga Allah.”
(Efesus 2:19)
SEPTEMBER 2016
Bacaan hari ini: Efesus 2:11-12
Bacaan setahun: Efesus 2
JEMAAT BERSATU, GEREJA BERSAKSI
S
emua orang yang percaya terikat menjadi satu “tubuh” di dalam
Kristus Yesus. Namun pada kenyataannya, jemaat di Efesus masih
sulit menghidupi kebenaran itu, sehingga muncullah situasi rawan
perpecahan karena ada 2 kelompok jemaat, yaitu jemaat Yahudi dan non
Yahudi. Orang-orang Yahudi merasa bahwa mereka lebih istimewa karena
mereka bersunat, keturunan Abraham dan bangsa yang terpilih. Demikian
pula dengan orang non Yahudi, ketika percaya kepada Kristus, mereka
merasa tertolak dan sulit bergaul dengan orang-orang Yahudi.
Karena situasi itulah, Rasul Paulus mengingatkan jemaat Efesus dan
kita semua bahwa di dalam Kristus, kita semua telah dipersatukan, meski
ada banyak perbedaan. Semua anggota jemaat, orang Yahudi maupun
orang non Yahudi telah dipersatukan oleh kasih Kristus dengan darah-Nya
yang kudus. Paulus tidak memungkiri perbedaan-perbedaan itu, namun
justru menggunakan perbedaan-perbedaan tersebut sebagai dasar pijakan
untuk membangun kesatuan sebagai satu Tubuh Kristus. Meskipun
berbeda-beda, mereka sewarga di dalam Kristus yaitu warga negara surga
(ay. 12, 19).
Kondisi jemaat di Efesus dan nasihat Paulus ini mengingatkan kita
bahwa sebelum gereja melakukan misi keluar, pertama-tama gereja harus
membangun kesatuan dalam diri jemaat. Selama jemaat tidak bersatu, baik
dalam gereja lokal maupun antar gereja, maka gereja akan sulit menjalankan misi Allah membagikan kasih Allah bagi dunia ini. Gereja perlu terampil
menciptakan keharmonisan, bahkan menemukan kekuatannya di balik
keragaman jemaat yang ada. Bukan justru mempertajam, menyuburkan
iklim persaingan, pertentangan sangat rentan mengarah pada perpecahan
gereja. Kesatuan dalam jemaat, bukan semata untuk kepentingan dalam
jemaat itu sendiri, tetapi juga bagi kepentingan pekerjaan Allah dalam
konteks yang lebih luas bagi seisi dunia ini.
Bagaimana dengan kita hari ini? Maukah kita menjadi jemaat Tuhan
yang bersatu di dalam Tubuh Kristus dan bagi kemuliaan-Nya?
STUDI PRIBADI: (1) Belajar dari problema jemaat Efesus, menurut Anda, apakah penyebab
jemaat sulit bersatu? (2) Apa kunci utama yang harus dimiliki oleh gereja agar tidak pecah?
Berdoa agar jemaat mengerjakan pertumbuhannya dalam hal menyatakan
kasih, kepedulian dan penerimaan satu sama lain dalam gereja dan bukan
justru mempertajam persaingan, perpecahan jemaat.
JUMAT
30
SEPTEMBER 2016
“Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak
daripada yang kita doakan atau pikirkan …”
(Efesus 3:20)
Bacaan hari ini: Efesus 3:1-21
Bacaan setahun: Efesus 3
DOXOLOGY
A
rti “Doxology” adalah suatu pemberian pujian yang singkat, spontan
terhadap Allah, sebagai Pribadi yang dapat melakukan yang tidak
dapat diukur, melebihi semua yang kita minta atau bayangkan. Tapi,
ada konsep yang salah, ketika kita mau mengenal TUHAN, kita mematok
TUHAN dengan konsep kita sendiri. Kita mau mengenal TUHAN yang bisa
masuk dalam logika dan pengalaman kita secara manusia. Padahal,
pikiran, indra, dan pengalaman-pengalaman kita memiliki kelemahan dan
keterbatasan untuk mengerti dan mengalami seluruh kebenaran, apalagi
yang berkenaan untuk mengerti TUHAN. Dengan demikian, TUHAN lebih
kecil dari logika dan pengalaman kita.
Sebenarnya, Allah yang kita sembah adalah Allah yang Mahakuasa,
yang melebihi/melampaui pikiran dan doa manusia. Allah yang kita sembah
adalah Allah yang mampu mengerjakan atau melakukan segala sesuatu
melampaui apa yang mampu kita pikirkan dan doakan. Janganlah, kita
mengenal Allah dengan kemampuan konsep logika dan pengalaman kita
yang terbatas, sehingga kemampuan kuasa Allah yang tidak terbatas tidak
bisa kita alami, atau Allah kita tuntut untuk memenuhi permintaan manusia.
Sesungguhnya, tidak terbatas apa yang Allah dapat kerjakan bagi kita.
Allah adalah Allah yang tidak dapat ditangkap dengan kemampuan
otak kita. Tindakan Allah adalah tindakan yang melampaui semua pikiran
dan semua pengalaman hidup manusia. Seharusnya, hal ini membuat dan
menjadikan kita “hidup dengan kekuatan dari Allah dan rindu untuk hidup
mempermuliakan Allah.
Perbuatan Allah seharusnya menjadi kekuatan bagi kita untuk hidup
mempermuliakan Allah, bukan hanya dengan pujian di bibir saja, tapi suatu
respons hati yang sungguh-sungguh, bahwa Allah yang kita sembah
adalah Allah yang Mahakuasa, berdaulat penuh atas hidup kita, sebab bagi
“Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.” Marilah kita dengan penuh
tanggung jawab rela dipakai oleh TUHAN untuk menjadi orang-orang yang
boleh menceritakan kemahakuasaan Tuhan yang tanpa batas. AMIN.
STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana seharusnya sikap kita dalam mengenal Allah dan
menghampiri Dia? (2) Apa yang harus kita lakukan untuk memuliakan Dia?
Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam pengenalan akan
Tuhan sesuai dengan ajaran Firman-Nya dan memakai kehidupan mereka
sebagai kesaksian bagi Tuhan.
“Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi
hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah
dibangkitkan untuk mereka.” (1 Korintus 5:15)
sandgrousetravel
Download