| 245 | 二零 BAHAN SAAT TEDUH | EDISI NO. 245 | SEPTEMBER 2016 “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” [Matius 6:33] Saran-saran Praktis Bersaat Teduh PERSPEKTIF ditulis tidak untuk menggantikan Alkitab, tetapi sebagai alat penunjang yang membantu kita untuk mengerti firman Tuhan lebih dalam dan sistematis untuk memenuhi kebutuhan rohani Anda. Prinsipnya adalah kembali kepada sumber pertumbuhan itu sendiri, yaitu Alkitab. Back to the Bible! PERSPEKTIF disusun berdasarkan kurikulum yang dalam jangka waktu tertentu, bila Anda setia mengikutinya, maka Anda diharapkan akan memperoleh gambaran yang cukup jelas secara keseluruhan Alkitab. Untuk dapat memanfaatkan bahan ini secara maksimal, Anda dapat mengikuti saran-saran praktis sebagai berikut: Sediakan waktu teratur setiap hari sedikitnya 20 menit. Carilah tempat yang tenang, hindari suara-suara yang dapat mengganggu konsentrasi Anda. Tenangkan hati dan berdoalah terlebih dahulu memohon pimpinan Tuhan. Bacalah bacaan Alkitab yang telah ditentukan pada hari itu 2-3 kali hingga paham benar, kemudian renungkanlah. Bacalah artikel yang tersedia, dan berusahalah menjawab pertanyaan refleksi yang ada dengan jujur. Setiap jawaban dapat pula Anda tuliskan pada sebuah agenda pribadi untuk dapat dibaca lagi sewaktu-waktu. Doakanlah apa yang telah Anda renungkan, serahkan diri Anda hari itu kepada Tuhan, mohon kekuatan dari-Nya untuk hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan tekad yang Anda buat hari itu maupun hari sebelumnya. (Doakan pula pokok doa syafaat yang telah disediakan) PERSPEKTIF www.gkagloria.or.id Penerbit: BPH Majelis Umum GKA Gloria Surabaya Alamat: Jl. Pacar 9-17, Surabaya 60272 Tel. (031) 534 5898 Fax. (031) 545 2907 SMS. 087 8511 67282 Email: [email protected] Rekening Bank: BCA a/c 256 532 5777 a.n. Gereja Kristen Abdiel Gloria Penulis edisi 245: Alfred Jobeanto, Andree Kho, Bambang Tedjokusumo, Elok Chrisinar Hendry Heryanto, Inge Adriana, Ivan Kwananda, Liem Sien Liong Liona Margareth, Otniol H. Seba, Rohani, Sahala Marpaung Penerjemah: Tertiusanto EDITORIAL Henokh: Berjalan Bersama Tuhan J ika berjalan bersama Tuhan itu sangat penting bagi kita; apa artinya “berjalan bersama Tuhan” itu? Mari kita belajar dari Henokh. Nama “Henokh” berarti “membaktikan” atau “mengabdikan” (Ing. “Dedication”). Namanya cocok dengan apa yang dilakukannya. Selama 65 tahun, Henokh hidup tidak bergaul dengan Allah. Namun, Alkitab mencatat, bahwa setelah usia 65 tahun itu, Henokh membaktikan dirinya kepada Tuhan. “Membaktikan diri” kepada Tuhan berarti: (1) Menyerahkan hidupnya kepada Tuhan. Ia mengakui bahwa hidupnya bukan miliknya sendiri, tetapi milik Tuhan (bdk. Gal. 2:19-20). Henokh telah menggunakan 65 tahun hidupnya untuk dirinya sendiri. 65 tahun hidupnya berlalu tanpa arti. Namun kemudian, Henokh menyadari, bahwa hidupnya adalah milik Tuhan, dan sejak saat itu, ia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan sampai usianya yang ke-365 tahun. Bagaimana dengan Anda? Maukah engkau mengakui, bahwa hidup Anda adalah milik Tuhan dan bukan milik sendiri? (2) Membangun hubungan intim dengan Tuhan. Tidak ada waktu hidup yang tidak bersama dengan Tuhan. Berdoa senantiasa, merenungkan firman-Nya siang dan malam, serta melibatkan dan memuji Dia selalu. Setelah usianya yang ke-65 tahun, Alkitab mencatat, bahwa Henokh hidup bergaul dengan Allah secara kontinyu. Tidak ada waktu dalam hidupnya yang “tanpa Allah.” Ia memulai hidupnya bersama Allah. Ia menempatkan Allah di awal maupun di akhir aktivitas hidupnya. Merenungkan tentang Tuhan adalah kesukaannya. (3) Melakukan perintah Tuhan dengan setia dan sukacita. Membaktikan diri tanpa ketaatan, bukanlah sebuah pembaktian diri. Demikian pula ketaatan yang terpaksa, tanpa kasih, bukanlah sebuah ketaatan. Alkitab mencatat Henokh hidup bergaul dengan Allah. Istilah “bergaul” berarti “berjalan bersama Tuhan,” yaitu melakukan perintah dan kehendak Tuhan dengan setia. Terjemahan Inggris (NIV) mengatakan: “Enoch walked faithfully with God” (Henokh berjalan dalam kesetiaan dengan Tuhan). Artinya, Henokh tidak menuruti nasihat orang-orang yang tidak takut akan Allah, yaitu orang-orang berdosa, tetapi sebaliknya ia hidup sesuai dengan firman Tuhan. Itulah sebabnya Henokh memiliki kehidupan yang berbeda dengan orang-orang sezamannya. Ia tidak bersungut-sungut di hadapan Tuhan; ia tidak mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh di hadapan Tuhan; ia tidak mengeluh tentang nasibnya, seperti yang dilakukan orangorang sezamannya. Sebaliknya, ia bersyukur dalam segala hal, sebab orang yang berjalan bersama Tuhan, hidupnya tidak kekurangan sukacita yang berasal dari Tuhan (bdk. Yudas 1:14-16). Bagaimana dengan Anda? Maukah Anda mengalaminya? Berjalanlah bersama Tuhan! Amin. KAMIS 01 SEPTEMBER 2016 “Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh …” (1 Korintus 12:12, 27) Bacaan hari ini: 1 Korintus 12:12-13 Bacaan setahun: 1 Korintus 12 GEREJA ADALAH TUBUH KRISTUS G ereja adalah tubuh Kristus (1Kor. 12:12; Rm. 12:5; Ef. 1:22-23; Kol. 1:24). Sebutan gereja sebagai tubuh Kristus mengindikasikan bahwa dalam gereja ada banyak anggota, yaitu orang percaya dan Kristus sebagai kepalanya; dimana setiap anggota yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan dan keunikannya masing-masing. Mereka berbeda dalam hal latar belakang kehidupan, sosial, ekonomi, budaya; sama halnya seperti tubuh kita yang memiliki banyak anggota; dimana tangan berbeda fungsi dengan mata, hidung berbeda bentuk dan fungsi dengan telinga dan seterusnya. Karena itu, gereja sebagai tubuh Kristus harus selalu mengingat dan memperhatikan hal-hal berikut ini; (1) semua anggota yang berbeda-beda itu harus diperhatikan dan dibina secara merata berdasarkan ke-khas-an masing-masing. (2) Setiap anggota harus sadar akan keunikannya dan bersedia menghargai dan menerima keunikan anggota lain tanpa rasa iri. (3) Setiap anggota terus menjalankan tugas panggilannya/berfungsi sesuai dengan kemampuannya tanpa menuntut orang lain untuk melakukan hal yang sama dengan dirinya. (4) Setiap anggota harus tunduk pada satu koordinasi, yaitu tunduk pada sang Kepala tubuh, Tuhan Yesus Kristus. Tunduk pada firman-Nya. (5) Gereja adalah tubuh Kristus dan Kristus adalah Kepalanya; artinya bahwa, Gereja adalah kesatuan anggota yang beraneka ragam latar belakang kehidupan dan fungsinya, tapi yang tunduk pada perintah yang satu, yaitu Kristus Yesus sebagai Kepalanya. Kristus sebagai Kepala tubuh menyatakan bahwa Tuhan lah yang mengarahkan dan membimbing tubuh, dan kesatuan datang dari Kepala tubuh, yang mengoordinasi dan mengarahkan setiap bagian. Bila semua anggota menjalankan peran dan fungsinya sesuai dengan kemampuannya dan mau menerima sertai menghargai peran, fungsi dan kemampuan orang lain yang berbeda, maka di dalam gereja tidak akan terjadi yang namanya perpecahan, sebaliknya yang ada adalah kesatuan, keharmonisan dan sinergi di dalamnya. Bagaimana dengan gereja Anda? STUDI PRIBADI: (1) Masalah-masalah apa yang terjadi dalam satu tubuh yang banyak anggotanya tersebut? (2) Bagaimana seharusnya agar anggota tubuh itu harmonis? Doakan agar anak Tuhan menyadari bahwa mereka adalah anggota Tubuh Kristus dan sebagai anggota Tubuh Kristus mereka dapat bersatu, berfungsi sesuai dengan karunia & tunduk kepada Kristus yang adalah Kepala gereja. JUMAT 02 “Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang SEPTEMBER 2016 dan canang yang gemerincing.” (1 Korintus 13:1) Bacaan hari ini: 1 Korintus 13:1-13 Bacaan setahun: 1 Korintus 13 DEWASA ROHANI PASTI MEMILIKI KASIH J emaat di Korintus adalah jemaat yang kaya dengan karunia-karunia rohani. Namun ironis, banyaknya karunia yang mereka miliki tidak menunjukkan kedewasaan mereka secara rohani. Hal tersebut jelas terlihat dengan adanya permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupan mereka sebagai jemaat, seperti perselihan/perpecahan yang terjadi di antara mereka (1Kor. 1:10-13), perbuatan-perbuatan yang tidak senonoh seperti percabulan dan perzinahan yang ada di tengah-tengah mereka, dan bahkan ada di antara mereka yang menuntut sesama Kristen di pengadilan (1Kor. 5-6). Jelaslah bahwa semuanya itu tidak menunjukkan kedewasaan mereka secara rohani. Mengapa bisa terjadi demikian? Jawabannya sederhana saja. Karena mereka tidak mempuyai kasih. Itulah sebabnya rasul Paulus mengingatkan mereka akan pentingnya kasih di dalam kehidupan mereka sebagai orang percaya. Paulus menasihatkan mereka bahwa: “sekalipun mereka mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan semua bahasa manusia dan bahkan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, mereka sama saja dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun mereka mempunyai karunia untuk bernubuat dan mereka mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun mereka memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika mereka tidak mempunyai kasih, semuanya itu sama sekali tidak berguna.” Apakah kasih itu? Paulus mengatakan, kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Itulah kasih yang seharusnya tumbuh sebagai karakter dalam diri kita orang percaya (4-7). Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Mengapa kasih begitu penting dalam kehidupan jemaat Korintus? (2) Sudahkah Anda memiliki kasih itu? Doakanlah agar anak-anak Tuhan dapat mengalami kedewasaan rohani dengan menerapkan kasih Tuhan di dalam hidupnya, sehingga umat Tuhan bisa menjadi teladan dan hidupnya memuliakan nama Tuhan. SABTU 03 “.. Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun jemaat”. (1 Korintus 14:12) SEPTEMBER 2016 Bacaan hari ini: 1 Korintus 14:1-25 Bacaan setahun: 1 Korintus 14:1-25 BUKAN BUAT SOMBONG-SOMBONGAN J emaat Korintus adalah jemaat yang sangat diberkati Tuhan, misalnya dalam hal banyaknya karunia Roh yang dianugerahkan Tuhan bagi mereka. Karunia Roh adalah pemberian Tuhan, dan bukannya usaha manusia. Sayangnya, mereka mempergunakan karunia Roh itu untuk saling menyombongkan diri satu sama lain. Mereka yang memiliki karunia Roh menjadi sombong dan merendahkan mereka yang karunianya terlihat biasa saja. Contohnya pada bagian firman Tuhan yang kita baca, dimana mereka yang memiliki karunia berbahasa roh menjadi tinggi hati dan menggunakan karunianya itu untuk pamer. Padahal tujuan Tuhan memberikan karunia Roh agar jemaat dapat melayani satu sama lain untuk saling membangun. Paulus mengingatkan mereka akan hal ini. Ia memperingatkan mereka untuk tidak menjadi sama seperti anak-anak dalam pemikiran mereka, melainkan hendaknya mereka dewasa dalam pemikiran (ay. 20). Seorang anak hanya memikirkan apa yang menyenangkan dan menguntungkan bagi dirinya. Tidak heran seorang yang menggunakan karunia Roh dengan cara berpikir anak-anak hanya ingin mendapatkan keuntungan dari karunia tersebut. Mereka hanya memikirkan dirinya sendiri, sehingga tidak heran muncul kesombongan dan tindakan hanya ingin pamer karunia saja. Sebaliknya, seorang yang dewasa lebih mengontrol diri dan menggunakan karunia sesuai fungsinya, yaitu untuk saling melayani dan membangun jemaat Tuhan. Seorang dewasa juga mengerti dari mana karunia tersebut berasal, yaitu dari Tuhan dan bukan karena kehebatan dirinya, sehingga dia akan menjaga diri agar tidak menjadi sombong sehingga ingin pamer atau mencari keuntungan. Bagaimana dengan kita? Bersyukur kepada Tuhan jika kita dikaruniai Tuhan berbagai karunia Roh untuk saling melayani. Hendaknya kita juga memakainya dalam kedewasaan kita. Kita tidak menjadi sombong dan mau pamer atau mencari keuntungan. Karunia Roh adalah pemberian Tuhan semata, diberikan agar kita saling melengkapi dan melayani. STUDI PRIBADI: (1) Untuk tujuan apa Tuhan memberikan karunia Roh bagi gereja-Nya? (2) Bagaimana respons kita ketika Tuhan memberikannya kepada kita? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar menyadari akan karunia Roh yang Tuhan berikan kepada tiap mereka dan memakainya untuk saling melayani dalam kerendahan hati. MINGGU 04 SEPTEMBER 2016 “Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.” (1 Korintus 14:33) Bacaan hari ini: 1 Korintus 14:26-40 Bacaan setahun: 1 Korintus 14:26-40 ATURAN DALAM PERSEKUTUAN M embaca judul renungan hari ini mungkin membuat kita bingung. Bersekutu kok harus diatur-atur; kok pakai aturan segala? Pada kenyataannya, Tuhan memang mengingatkan hal ini dalam bagian firman Tuhan hari ini. Dalam arti bukan peraturan seperti tata tertib, tetapi keteraturan untuk persekutuan yang saling melayani dan membangun. Pertama, Tuhan mengingatkan agar ketika jemaat Tuhan berkumpul, hendaknya masing-masing mempersembahkan sesuatu untuk saling membangun. Ada jemaat yang hadir tetapi pasif dan hanya menuntut keinginannya dipenuhi Gereja. Atau ada yang hadir dengan sikap sebagai penonton untuk mencari kesenangan dirinya. Sebaliknya, ada yang hadir tetapi untuk memamerkan kemampuannya, yang jika tidak mendapatkan kesempatan untuk itu maka dia menjadi marah dan “ngambek.” Hendaknya kita tidaklah demikian, melainkan masing-masing saling melayani dengan karunia yang telah dianugerahkan Tuhan untuk saling membangun. Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya di dalam tubuh Kristus, yang dipersekutukan untuk saling melayani dan membangun satu sama lain. Kedua adalah, hendaknya masing-masing menjaga dan mengontrol diri agar persekutuan berlangsung dengan sopan dan teratur. Caranya? Menjaga diri agar jangan sampai kita hanya mementingkan diri dan memamerkan kemampuan diri, tanpa memikirkan kepentingan orang lain. Ketika kita mengabaikan hal ini maka persekutuan hanya akan jadi ajang untuk melampiaskan keinginan masing-masing, sehingga kehilangan esensinya. Persekutuan hanya menjadi tempat berkumpul untuk mengaktualisasikan diri, bukan saling melayani dalam Tuhan. Jika demikian maka persekutuan orang-orang percaya tidak berbeda dengan perkumpulan orang-orang dunia. Malahan mungkin membawa malu bagi nama Tuhan. Tuhan menghendaki damai sejahtera, bukan kekacauan. Tuhan juga menghendaki jemaat hadir untuk saling berbagi dan melayani, bukan saling menuntut dan mementingkan diri sendiri. Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana menciptakan persekutuan yang saling membangun dan melayani? (2) Mengapa ibadah/persekutuan diatur sedemikian rupa dengan tujuan untuk kemajuan bersama? Berdoa bagi jemaat Tuhan agar diberikan hati yang rindu untuk bersekutu dan melayani ketika hadir dalam persekutuan jemaat Tuhan, sehingga setiap orang di dalamnya bertumbuh dan saling memberkati. SENIN 05 SEPTEMBER 2016 “Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.” (1 Korintus 15:10) Bacaan hari ini: 1 Korintus 15:1-28 Bacaan setahun: 1 Korintus 15:1-28 KASIH KARUNIA A pa itu kasih karunia? Kasih karunia adalah pemberian Allah kepada manusia, padahal manusia tidak pantas menerimanya. Paulus menyadari bahwa ia telah mendapatkan kasih karunia dari Tuhan sehingga akhirnya ia sekarang boleh menemukan tujuan hidupnya yang sesungguhnya. Semua gelar, pendidikan, status dan materi yang dimiliki pada masa lalu, yang bagi sebagian besar orang, merupakan sesuatu yang dikejar sebagai tujuan utama dalam hidupnya, namun sekarang, bagi Paulus, semuanya itu bagaikan sampah oleh karena pengenalannya akan diri Kristus. Pengenalan akan Kristus mengubah seluruh pemahaman Paulus akan hal yang terpenting dalam dunia ini. Kesempatan boleh mengerti akan rahasia kerajaan Allah inilah yang membuat Paulus sangat bersyukur atas kasih karunia yang Tuhan berikan kepadanya. Kasih karunia itu membuat Paulus merasa berhutang sehingga ia tidak mau kalau kasih karunia yang telah ia terima, ternyata disia-siakan. Untuk itulah ia hidup sedemikian rupa, sebagai respons ucapan syukur terhadap kasih karunia yang ia terima. Ia tidak mau menyia-nyiakan hidupnya. Bagaimana dengan kita? Kita semua telah menerima kasih karunia Tuhan. Apakah kita telah hidup berarti? Janganlah kita menyia-nyiakan kasih karunia yang telah kita terima dari Tuhan dengan hidup sembarangan, melainkan hiduplah untuk melayani Tuhan. Dengan demikian, hidup kita boleh menjadi berkat bagi sesama kita. Kasih karunia memampukan Paulus untuk bekerja lebih keras lagi sehingga ia bisa melakukan pelayanan yang luar biasa bagi Tuhan. Paulus menyadari bahwa semua pelayanan yang ia lakukan bukan karena kehebatannya, melainkan karena kasih karunia Tuhan. Itulah sebabnya, Paulus tidak menjadi sombong. Bagaimana dengan kita? Mungkin di antara kita ada yang sudah sekian tahun melayani, bahkan memegang pelayanan penting dalam gereja. Apakah hal itu membuat kita menjadi sombong? Jangan lupa, jika kita boleh melayani hari ini, itu bukan karena kita yang hebat, melainkan karena kasih karunia Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa Paulus mengatakan bahwa ia bekerja lebih keras daripada mereka semua? (2) Siapakah yang dimaksudkan Paulus dengan “mereka semua”? Berdoalah agar jemaat menghargai kasih karunia yang telah diberikan oleh Tuhan dalam hidup mereka sehingga mereka mau melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh untuk kemuliaan Tuhan. SELASA 06 “Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah lalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab … jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Korintus 15:58) SEPTEMBER 2016 Bacaan hari ini: 1 Korintus 15:29-58 Bacaan setahun: 1 Korintus 15:29-58 BERGIAT DALAM PEKERJAAN TUHAN H arapan merupakan satu hal yang sangat penting dalam hidup seseorang. Harapanlah yang membuat seseorang terus berjuang dan tidak menyerah, sekalipun gagal. Harapanlah yang membuat seseorang tetap kuat ketika ada dalam terpaan tekanan dan penderitaan. Dalam bagian surat Korintus ini, Paulus menasihatkan kepada jemaat agar mereka tetap berdiri dengan teguh dan tidak goyah, serta bergiat dalam pekerjaan Tuhan, dengan selalu berpegang pada pengharapan bahwa jerih payah yang mereka lakukan dalam persekutuan dengan Tuhan itu, tidak sia-sia. Dalam ayat 56 dikatakan bahwa sengat maut adalah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat, yang menunjukkan betapa mengerikan dosa itu karena berujung pada maut, dan hukum Taurat tidak membuat orang lepas dari dosa tapi justru membuat kita semakin menyadari betapa berdosanya kita dan tidak bisa lepas dari dosa. Tetapi ayat 57 memberitahukan kepada kita, sebuah pengharapan yang luar biasa indahnya, karena Kristus telah memberikan kepada kita kemenangan atas dosa. Karena itu, Paulus menasihatkan kita untuk tetap teguh dan tidak goyah, sekalipun kita masih hidup dalam dunia ini, bergumul dengan dosa setiap hari, bahkan berhadapan dengan orang-orang yang seringkali berusaha menghancurkan pengharapan kita kepada Kristus. Karena apa? Karena jerih payah kita untuk tetap hidup dalam persekutuan dengan Tuhan, sekalipun sekeliling kita meninggalkan Tuhan, tidak akan sia-sia, Tuhan tahu apa yang kita lakukan dan ada mahkota yang disediakan bagi kita, yang kelak akan dibangkitkan bersama-sama dengan Dia. Hidup dalam dunia ini hanya sementara, kesulitan yang kita hadapi saat ini, janganlah membuat kita menjadi mundur dalam pelayanan, atau bahkan berkompromi dengan dosa. Tetaplah giat dalam pekerjaan Tuhan. Banyak orang yang gagal hidup benar, karena tidak memiliki keteguhan hati. Ada orang berkata, “Kekalahan seseorang itu terjadi bukan ketika dia berusaha lalu gagal, melainkan ketika ia berhenti berusaha.” STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kemenangan Kristus menolong kita tetap berdiri dengan teguh & bergiat dalam pekerjaanNya? (2) Bagaimana seharusnya kita melihat tantangan? Doakanlah agar jemaat mempunyai keteguhan hati untuk hidup menjauhi dosa dan selalu bergiat dalam pekerjaan Tuhan. Doakan agar jemaat mau mengambil bagian dalam pelayanan. RABU 07 “Jika Timotius datang kepadamu, usahakanlah supaya ia berada di tengah-tengah kamu tanpa takut, sebab ia mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti aku.” (1 Korintus 16:10) SEPTEMBER 2016 Bacaan hari ini: 1 Korintus 16:10-18 Bacaan setahun: 1 Korintus 16 MENGHARGAI DENGAN TEPAT S ebagai makhluk sosial, kita tidak mungkin hidup tanpa orang lain. Kita bersyukur karena Tuhan memberikan orang-orang di sekitar kita, sehingga kita bisa berelasi, saling membutuhkan dan saling memberi. Agar relasi dengan orang-orang di sekeliling kita terjalin dengan baik, kita harus menghargai orang lain dengan tepat. Namun sayang, saat ini ada kecenderungan, orang tidak menghargai orang lain dengan tepat. Di satu sisi, ada yang tidak mau menghargai orang lain, dan di sisi lainnya, ada yang menghargai orang lain secara berlebihan dengan motivasi tertentu. Bagaimana menghargai orang lain dengan tepat? Pertama, menerima orang lain dengan segala kekurangan dan juga kelebihannya. Paulus mengingatkan jemaat di Korintus untuk menerima kehadiran Timotius dengan baik. Memang Timotius masih muda, belum terlalu banyak pengalaman. Tetapi Paulus mengingatkan mereka untuk tidak memandang rendah Timotius, dan jangan membuat Timotius menjadi takut, justru bantulah Timotius di dalam kekurangannya. Bagaimanapun juga, Timotius adalah anak muda yang dipakai Tuhan untuk melayani dan mengerjakan pekerjaan Tuhan. Dari sini, marilah kita juga belajar untuk bisa menghargai orang lain, meskipun ia punya kekurangan, karena kita pun juga punya kekurangan dan kelemahan. Janganlah kita hanya fokus mengkritik dan menyalahkan kekurangan orang lain, sebaliknya kita dapat membantunya dalam kekurangan dan kelemahannya. Kedua, hargailah apa yang sudah dikerjakan orang lain. Di ayat 15-18, Paulus mengingatkan jemaat Korintus untuk menghargai apa yang sudah Stefanus, Fortunatus dan Akhaikus lakukan. Mereka telah bekerja berjerih lelah mengabdikan dirinya untuk melayani jemaat di Korintus. Hargailah mereka dengan menaati mereka. Paulus tidak melupakan apa yang sudah dikerjakan oleh rekan-rekan sepelayanannya. Bagaimana tanggapan kita terhadap apa yang sudah orang lain kerjakan? Hargailah dan pujilah usaha orang yang sudah melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh. Namun pujian yang diberikan hendaklah yang sesuai dan tidak berlebihan. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa ada orang yang sulit menghargai orang lain dengan tepat? (2) Apa saja yang bisa dilakukan untuk memberikan penghargaan dengan tepat? Berdoa agar jemaat dapat menghargai orang lain dengan tepat dan dengan motivasi yang benar, sehingga terjalin hubungan yang saling membangun antara yang satu dengan lainnya. KAMIS 08 SEPTEMBER 2016 “Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan.” (2 Korintus 1:3) Bacaan hari ini: 2 Korintus 1:3-11 Bacaan setahun: 2 Korintus 1 PENGHIBURAN H idup dalam dunia ini tidaklah luput dari berbagai kesulitan bahkan penderitaan. Banyak orang mencari hiburan untuk menghadapi masalahnya dengan jalan-jalan, nonton film, berbelanja, nongkrong di kafe, menghabiskan waktu dengan hobbynya, kumpul dengan temanteman, bahkan dengan minuman keras dan obat-obat terlarang. Namun kenyataannya, “penghiburan itu” hanya bersifat sementara dan tidak menyelesaikan masalah, tidak membuat kita dapat menghadapi ataupun menyelesaikan masalah dengan tepat. Dalam hidup dan pelayanan Paulus juga mengalami banyak sekali penderitaan dan beban yang sangat berat. Bahkan Paulus juga mengalami keputusasaan (ay. 8-9). Bagaimanakah Paulus mendapatkan penghiburan yang memampukannya menghadapi penderitaannya? Paulus mengakui bahwa dirinya memperoleh penghiburan dari Tuhan Yesus yang adalah sumber segala penghiburan (ay. 3), dan penghiburan yang Tuhan berikan begitu berlimpah (ay. 5). Tidak ada yang lainnya, yang dapat memberikan penghiburan yang sejati, selain Tuhan Yesus sendiri. Penghiburan yang Tuhan berikan bisa dalam berbagai bentuk. Tuhan bisa memakai orangorang terdekat, bahkan orang yang tidak kenal sekalipun, untuk menghibur dan menguatkan. Tuhan juga bisa berbicara secara pribadi melalui doa dan firman-Nya, bahkan melalui peristiwa yang kita alami untuk meneguhkan, mengibur dan menguatkan kita. Pengalaman mendapatkan penghiburan dan pertolongan dari Tuhan itu akhirnya Paulus bagikan juga kepada jemaat di Korintus, yang juga mengalami kesengsaraan, dan hal itulah yang memberikan kekuatan bagi jemaat Korintus untuk dapat sabar menghadapi penderitaannya (ay. 6). Marilah kita belajar dari Paulus. Apabila kita mengalami penderitaan, carilah penghiburan yang tepat, yaitu di dalam Yesus Kristus. Datang dan berdoalah dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus, sumber segala penghiburan. Pengalaman bersama Tuhan, juga boleh kita bagikan kepada orang lain sehingga menjadi berkat. STUDI PRIBADI: (1) Apa yang membuat Paulus dapat menghadapi penderitaan yang begitu berat? (2) Bagaimanakah Anda mencari pertolongan dalam menghadapi masalah? Berdoa agar jemaat dapat mencari penghiburan dan solusi yang tepat dari setiap pemasalahan hidupnya dengan bersandar penuh kepada Tuhan dan mencari pertolongan serta kehendak-Nya. JUMAT “Aku menulis kepada kamu dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua.” SEPTEMBER 2016 (2 Korintus 2:4) 09 Bacaan hari ini: 2 Korintus 2:1-10 Bacaan setahun: 2 Korintus 2 KESALAHAN DAN PENGAMPUNAN A da sebuah merk fashion yang cukup menarik, “Nobody’s Perfect.” Rupanya merk ini digunakan untuk menunjukkan bahwa tidak ada satu orangpun yang sempurna di dunia ini. Pakaian ataupun apapun yang dimiliki dan dikenakan tidak membuat seseorang menjadi orang yang sempurna, tanpa cacat. Ketidaksempurnaan seseorang memiliki dampak dalam relasi dengan sesama. Satu sisi, hal ini menyadarkan seseorang bahwa orang lain bisa berbuat salah; dan di sisi lainnya, juga memberikan kesadaran bahwa kita bisa berbuat salah, satu waktu. Lalu apakah respons kita ketika diperhadapkan dengan orang yang sudah berbuat salah, atau berdosa ini, sebagai satu komunitas orang percaya dan keluarga Allah? Ada beberapa hal yang Paulus minta untuk dilakukan dalam kehidupan berjemaat, khususnya jika mendapati ada saudara yang melakukan dosa, yaitu: (1) Ditegor. Artinya, kesalahannya dinyatakan, sehingga dia tahu akan kesalahannya dan belajar yang benar. Paulus menasihati mereka untuk mempraktikkan kasih dan pengampunan, seperti Tuhan. Pertama-tama, para pemimpin gereja harus mendisiplinkan orang itu dengan menegurnya sebagai saudara (Mat. 18:15), agar ia sadar dan bertobat. Teguran juga berarti ada tindakan disiplin yang diberikan sebagai bentuk konsekuensi atas kesalahan, namun dengan satu tujuan: agar orang tersebut bertobat. (2) Diampuni. Setiap orang pernah melakukan kesalahan, namun itu bukan berarti tidak bisa diperbaiki. Kesalahan memang harus diberikan konsekuensi, tapi orang yang bersalah dan bersedia bertobat selayaknya diterima kembali, tanpa harus dikucilkan. Pengampunan ini diberikan agar orang bertobat dan menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak Tuhan. (3) Dikasihi. Setiap orang yang melakukan kesalahan butuh dikasihi, artinya dibimbing untuk mereka bisa pulih dan berubah menjadi lebih baik lagi. Kiranya Tuhan menolong kita menjadi saudara seiman yang saling menegur, mengampuni, dan mengasihi satu dengan yang lain, agar tidak terjadi perpecahan gereja Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apa harapan Paulus jika dalam gereja Tuhan terjadi perselisihan? (2) Mengapa kita harus mengutamakan pertobatan dan pemulihan jemaat yang bersalah? Berdoalah untuk persatuan umat Tuhan, agar sesama umat Tuhan dapat saling mengampuni, menasihati dan menegur sesuai dengan firman Tuhan sehingga terbangun suatu komunitas persekutuan yang indah. SABTU 10 “Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.” (2 Korintus 3:2) SEPTEMBER 2016 Bacaan hari ini: 2 Korintus 3:1-18 Bacaan setahun: 2 Korintus 3 SURAT PUJIAN TERTULIS B agaimana sebuah pelayanan disebutkan berhasil? Tentunya bukan berdasarkan banyaknya orang yang hadir, bukan pula berdasarkan jumlah dana yang terkumpul. Bukan pula berdasarkan gedung besar yang berhasil dibangun. Memang semua hal tersebut dibutuhkan untuk mempersiapkan sebuah pelayanan agar menjangkau banyak orang dan berhasil. Namun, bagaimana kita bisa melihat bahwa sebuah pelayanan yang dipersiapkan dengan semua fasilitas tersebut telah berhasil? Yaitu ketika kita bisa melihat dampak pelayanan yang dikerjakan terhadap kehidupan orang-orang yang hadir ke dalam pelayanan tersebut. Paulus menyebut jemaat Korintus sebagai surat pujian dari pelayanan yang dikerjakannya. Mengapa demikian? Paulus melihat kehidupan orang Kristen di Korintus berdasarkan surat Korintus yang kedua ini, dikatakan sebagai kehidupan yang taat kepada nasihat yang disampaikan Paulus. Kehidupan jemaat Korintus yang demikian sudah menjadi penghiburan dan penghargaan bagi Paulus. Banyak orang yang tidak tertarik atau bahkan antipati pada kekristenan justru karena hidup orang Kristen itu sendiri. Sebut saja misalnya, Mahatma Gandhi, di depan ribuan mahasiswa Kristen di Colombo, pernah berujar demikian, “Seandainya kekristenan hanyalah Khotbah di Bukit, maka saya telah menjadi orang Kristen. Tetapi karena hidup orang-orang Kristen lah maka saya tidak mau menjadi Kristen.” Pengalaman yang menyakitkan dialami oleh Gandhi adalah ketika ia ditolak masuk ke dalam gereja oleh orang-orang kulit putih dengan alasan kulitnya tidak berwarna sama dengan mereka. Friedrich Nietzche, seorang filsuf atheis, pernah menjawab pertanyaan mengapa ia sangat membenci kekristenan. Dia menjawab, “Saya akan percaya pada jalan keselamatan mereka (orang Kristen), apabila mereka sedikit lebih terlihat seperti orang yang sudah diselamatkan.” Bagaimana dengan kita? Mari kita berdoa bagi perubahan kehidupan orang-orang yang kita layani. Adakah kehidupan mereka menjadi surat pujian bagi nama Tuhan? STUDI PRIBADI: (1) Apa tanda dari pertumbuhan jemaat yang menjadi harapan dan disukai Tuhan? (2) Apa yang seringkali menjadi batu sandungan dalam kehidupan orang Kristen? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka hidup memuliakan Tuhan dan menjadi semakin dewasa dalam iman dan semakin membenci dosa, sehingga hidupnya menceritakan nama Tuhan dan menjadi berkat. MINGGU 11 “Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.” SEPTEMBER 2016 (2 Korintus 4:1) Bacaan hari ini: 2 Korintus 4:1-18 Bacaan setahun: 2 Korintus 4 KEMURAHAN ALLAH DAN PELAYANAN T idak dapat dipungkiri bahwa kadang dalam kondisi tertentu, seorang anak Tuhan (bahkan hamba Tuhan) bisa mengalami degradasi rohani (semangat pelayanan berkurang atau cenderung mengalami patah arang dan mundur dari pelayanan). Pada waktu masalah datang bertubi-tubi, mereka bisa lari dari Tuhan, tidak aktif melayani dan bahkan mundur dari pelayanan. Kondisi seperti ini bisa terjadi pada kita hari ini. Oleh karena itu Paulus mengingatkan kita demikian: “Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.” Bagi diri Paulus, pelayanan itu bukanlah suatu usaha yang kita lakukan semata-mata berdasarkan kekuatan dan pengetahuan kita. Pelayanan itu bukanlah semata-mata hasil rumusan strategis setelah mengetahui kondisi dan tempat kita melayani, meski hal itu diperlukan. Bagi Paulus, pelayanan merupakan suatu panggilan oleh karena kemurahan Allah yang dianugerahkan kepada mereka yang percaya kepada-Nya. Manusia yang sebelumnya berdosa dan harus menerima hukuman kekal, ditebus dan diselamatkan di dalam Kristus. Kita yang telah ditebus dan diselamatkan Allah di dalam Kristus, dipanggil dan dijadikan partner Allah untuk melayani. Sekali lagi karena kemurahan-Nya, ia bisa melayani. Itu sebabnya Paulus tidak tawar hati. Apakah yang dimaksud dengan tidak “tawar hati” ini? “Tidak tawar hati” dapat diartikan sebagai: [a] memiliki semangat dalam melayani; [b] tidak akan mundur di dalam dalam melayani, meski ada berbagai kesulitan yang dihadapi; [c] menjalani panggilan pelayanannya dengan penuh sukacita. Dengan ini Paulus bisa tetap dan terus melayani dalam sepanjang hidupnya. Bagaimanakah dengan setiap kita? Kadang kesulitan, tantangan dan persoalan hidup membuat kita mundur dari pelayanan. Bukan sekadar mundur, tapi yang sering terjadi, kita menjauh dari Tuhan. Mari kita belajar dari Paulus yang begitu memahami “kemurahan Allah dan pelayanan” yang dipercayakan kepadanya, sehingga sampai akhir hidupnya kita boleh terus melayani Tuhan dengan setia, Amin. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah seharusnya sikap anak-anak Tuhan dalam menghadapi situasi dan kondisi yang sulit? (2) Bagaimana dengan pengalaman Anda? Berdoalah bagi setiap orang Kristen yang sedang menghadapi pergumulan dalam hidup agar mereka tetap setia dan teguh dalam pengharapan mereka di dalam Tuhan Yesus Kristus. SENIN 12 SEPTEMBER 2016 “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” (1 Korintus 5:15) Bacaan hari ini: 2 Korintus 5:11-21 Bacaan setahun: 2 Korintus 5 HIDUP BAGI KRISTUS D alam dunia terdapat 2 macam kehidupan. Pertama: Kehidupan di dalam dosa. Manusia yang hidup dengan model kehidupan seperti ini adalah mereka yang hidup dengan ciri-ciri sebagai berikut: [a] Mereka tidak mempercayai Tuhan atau hidup sesuai dengan hukum Tuhan. [b] Tolak ukur dari segala tindakan dan perilaku hidupnya didasarkan kepada kehendak bebasnya yang cenderung berpusat pada diri sendiri dan untuk kepentingan diri sendiri. [c] Dosa bukanlah persoalan yang serius dalam kehidupan orang-orang yang demikian. Dosa dipandang sebagai hal ketidaksengajaan atau kealpaan di dalam hidup. [d] Cenderung melayani diri sendiri. Kedua, kehidupan yang telah ditebus di dalam Kristus. Manusia yang hidup dengan model kehidupan seperti ini adalah mereka yang hidup dengan ciri-ciri demikian: [a] Mereka percaya kepada Tuhan dan berusaha untuk hidup sesuai dengan Firman Tuhan. [b] Tolak ukur dari segala tindakan dan perilakunya didasarkan kepada kehendak Tuhan, meski kadang masih bisa jatuh ke dalam dosa. [c] Dosa menjadi persoalan yang serius, sehingga ketika orang tersebut jatuh ke dalam dosa, akan muncul kesadaran di dalam dirinya untuk segera bertobat dan meminta ampun atas kesalahan yang diperbuatnya. [d] Berusaha untuk hidup bagi Kristus, dan melayani-Nya. Dalam 2 Korintus 5:15, Paulus menyatakan bahwa: “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” Paulus menasihatkan hal ini kepada jemaat di Korintus bahwa mereka yang telah ditebus oleh Kristus, wajib memberikan dirinya untuk melayani Kristus. Hal ini sebagai suatu bentuk ucapan syukur yang penuh kasih dari orang-orang yang telah ditebus dosanya. Bagi kita yang hidup hari ini, yang telah ditebus di dalam Kristus, adakah kita memberikan hidup kita untuk Kristus? Adakah kita memberikan hidup kita untuk terus melayani-Nya? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana pola atau bentuk kehidupan manusia pada umumnya? (2) Untuk siapakah sesungguhnya kita hidup, diri sendiri atau Tuhan? Sebutkan alasannya! Berdoalah bagi setiap orang muda agar sejak muda, mereka belajar hidup berkenan di hadapan Tuhan dan memuliakan Dia melalui segala pekerjaan dan penghidupan mereka. SELASA 13 SEPTEMBER 2016 “Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait Allah yang hidup menurut firman Allah ini …” (2 Korintus 6:16) Bacaan hari ini: 2 Korintus 6:1-18 Bacaan setahun: 2 Korintus 6 HIDUP YANG DIGERAKKAN KASIH KARUNIA K ehidupan baru di dalam Kristus semata-mata adalah kasih karunia Allah. Tidak ada upaya atau kerja keras apapun yang dapat kita lakukan untuk memperolehnya; bahkan kesalehan yang kita lakukan di hadapan-Nya tidak akan dapat memenuhi standar kebenaranNya (Yes. 64:6). Jika kita menyadari bahwa kehidupan kita sebagai orang Kristen adalah kasih karunia-Nya, pertanggungan jawab seperti apakah yang akan kita lakukan di hadapan Allah? Pertama, jangan kompromi terhadap penyimpangan iman. Di tengah budaya yang pluralis dengan beragaman kepercayaannya dan munculnya penghargaan terhadap keberbedaan itu sendiri, tentu sangat mudah bagi kita untuk merelatifkan dan mengkompromikan iman kepercayaan kita. Kita memang harus mengasihi semua orang dan menghargai keberbedaan yang ada, tetapi mencampur-adukkan kepercayaan iman kita kepada Kristus dengan kepercayaan di luar Kristus, sama halnya menyangkali apa yang Kristus telah lakukan bagi kita. Inilah yang terjadi di tengah-tengah jemaat Korintus, yang membuat Paulus harus menegur mereka dan mengingatkan tentang apa yang telah Kristus perbuat bagi mereka. Kita tidak boleh mensejajarkan, bahkan mencampur-adukkan pengabdian kita kepada Kristus dengan ilah lainnya. Kedua, jangan hidup dalam ketidakmurnian. Pencampuradukan iman Kristen dengan kepercayaan lain tentu akan berdampak pada pencampuradukan pola hidup kita. Sebagai ciptaan yang baru, Allah telah memberikan standar bagaimana kita menjalani kehidupan baru yang telah Ia berikan (ay. 15-18). Contoh, Paulus melarang orang Kristen menikah dengan pasangan yang tidak beriman kepada Kristus, itu demi pemurnian hidup iman Kristen; sebab kehidupan yang tidak seimbang ini, hanya akan menyeret dan mengkompromikan kehidupan iman Kristen dengan kehidupan yang bukan Kristen, yang pada akhirnya akan menyangkal keutamaan Kristus dalam hidup kita. Karena itu, setiap orang yang menyadari kasih karunia Allah, akan hidup digerakkan oleh kasih karunia Allah tersebut. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana cara hidup orang yang telah mendapatkan kasih karunia Allah dalam Kristus? (2) Bolehkah kita mengkompromikan iman kita? Mengapa! Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka menghargai kasih karunia yang telah mereka terima dari Allah dengan cara hidup benar dan murni, sesuai dengan kebenaran firman-Nya. RABU 14 “Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.” (2 Korintus 7:10) SEPTEMBER 2016 Bacaan hari ini: 2 Korintus 7:1-16 Bacaan setahun: 2 Korintus 7 MENGENAL JENIS “DUKACITA” D ukacita tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, termasuk orang percaya. Dukacita muncul terutama ketika seseorang mengalami situasi kehidupan yang menekannya atau kehilangan sesuatu/seseorang yang berharga dalam hidupnya. Pada bagian firman Tuhan ini, Paulus membicarakan tentang dukacita yang bukan sekadar dukacita seperti yang dikenal dunia. Dukacita ini disebut sebagai dukacita menurut kehendak Allah atau dukacita rohani. Apa itu “dukacita rohani”? Bagian firman Tuhan ini menunjukkan dua hal yang merupakan ciri-ciri dukacita rohani. Pertama, dukacita rohani adalah dukacita karena dosa yang diperbuat seseorang dalam hidupnya. Dukacita ini muncul karena dia menyadari telah mendukakan Tuhan melalui perbuatannya tersebut. Hal ini berbeda dengan dukacita karena dosa seperti yang ditunjukkan dunia; seseorang berduka karena dosanya, karena dia mendapat konsekuensi yang jelek akibat dosanya. Dia tidak menyesali dosanya di hadapan Tuhan, dia berduka hanya karena mengalami sesuatu yang buruk, sebagai akibat perbuatan dosanya. Atau, dia menjadi malu karena dosanya ketahuan di hadapan banyak orang, sehingga dia berduka. Jadi dukacita rohani tidak bersifat egois, tetapi dalam relasi antara dirinya dan Tuhan. Kedua, dukacita rohani mengakibatkan pertobatan. Hal ini berbeda dengan dukacita duniawi yang bersifat egois. Dukacita yang bersifat egois bisa mengakibatkan seseorang tidak meninggalkan dosanya, tetapi hanya lebih berhati-hati melakukannya agar ia tidak mendapatkan konsekuensi yang jelek, atau agar tidak ketahuan. Contoh yang jelas dari dukacita rohani yang menghasilkan pertobatan adalah kisah Raja Daud yang ditegur Nabi Nathan, karena telah berzinah dengan Batsyeba dan membunuh Uria (2Sam. 11-12). Teguran Nathan mengakibatkan Daud menyadari dosanya di hadapan Tuhan, sehingga ia memohon pengampunan dari Tuhan, dan mau meninggalkan tindakannya yang jahat itu. Bagaimanakah dengan kita? Dukacita rohani yang sejati lahir dari kehidupan seorang percaya yang dekat dengan Tuhan. STUDI PRIBADI: (1) Apa ciri-ciri dukacita yang sesuai kehendak Tuhan? (2) Apa bedanya dengan dukacita yang dirasakan orang pada umumnya? Berdoalah bagi jemaat agar memelihara relasi yang dekat dengan Tuhan sehingga mereka boleh peka akan kehendak dan teguran Tuhan. Berdoalah pula agar mereka belajar hidup berintegritas. KAMIS 15 “Aku mengatakan hal itu bukan sebagai perintah, melainkan dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu.” (2 Korintus 8:8) SEPTEMBER 2016 Bacaan hari ini: 2 Korintus 8:1-24 Bacaan setahun: 2 Korintus 8 BELAJAR BERMURAH HATI A da satu hal yang kurang baik nampak dalam jemaat Korintus, yaitu keengganan mereka terlibat dalam pelayanan membantu jemaat di kota lain yang kekurangan. Jemaat Korintus bukanlah jemaat yang terlalu murah hati. Kalaupun mereka mau melibatkan diri dalam pelayanan ini, hal itu dilakukan dengan enggan dan setengah hati. Apa karena mereka dalam kondisi yang kekurangan? Ternyata tidak, karena Paulus memuji mereka sebagai jemaat yang kaya dalam segala sesuatu (ay. 7). Lalu, apa cara Paulus mengingatkan mereka untuk belajar bermurah hati, melibatkan diri dalam pelayanan membantu jemaat yang kekurangan? Pertama adalah, Paulus memberikan contoh jemaat Makedonia yang sebenarnya dalam kondisi membutuhkan bantuan, justru menunjukkan kemurahan hati dalam memberi (ay. 1-5). Jika kita termasuk orang Kristen yang sulit bermurah hati, maka cara ini bisa dipakai untuk mengingatkan kita. Mari kita mulai memperhatikan saudara seiman yang mestinya harus kita bantu, tetapi justru mereka mau menolong orang lain melalui apa yang dia miliki. Bukankah seharusnya kita menjadi malu karenanya? Kedua adalah, mengingatkan mereka akan apa yang Tuhan Yesus telah lakukan bagi mereka, yaitu Dia telah menjadi miskin demi kita agar kita menjadi kaya (ay. 9). Tuhan Yesus yang adalah Tuhan dan Raja, rela mengosongkan diri-Nya menjadi hamba untuk menyerahkan nyawa-Nya, menebus dosa kita. Apabila Tuhan Yesus sudah memberikan bagian yang terbaik, masakan kita masih hitung-hitungan melakukan kehendak-Nya, yaitu berbagi dengan saudara seiman lainnya? Padahal segala yang kita miliki adalah semata-mata kasih karunia-Nya. Bagaimana dengan diri kita? Hendaknya kasih karunia Tuhan memampukan kita untuk bermurah hati dengan berbagi akan apa yang kita miliki agar mereka yang kekurangan, dapat beroleh kecukupan. Dengan demikian dunia akan tahu bahwa kita adalah murid-murid Tuhan Yesus, yaitu ketika kita saling mengasihi seperti Kristus yang telah lebih dahulu mengasihi kita (Yoh. 13:35). STUDI PRIBADI: (1) Bagaimanakah Paulus mengingatkan jemaat Korintus dan setiap kita untuk belajar bermurah hati? (2) Mengapa kita harus bermurah hati? Berdoalah bagi Gereja-Gereja Tuhan di manapun agar dipenuhi dengan kemurahan Tuhan untuk saling memperhatikan dan mendoakan, sehingga kebutuhannya dicukupkan melalui uluran tangan umat sendiri. JUMAT 16 “Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” (2 Korintus 9:7) SEPTEMBER 2016 Bacaan hari ini: 2 Korintus 9:1-15 Bacaan setahun: 2 Korintus 9 HAL MEMBERI PERSEMBAHAN D alam teks Alkitab ini, Paulus mendorong jemaat Korintus untuk turut serta memberikan persembahan bagi jemaat di kota lain yang membutuhkan. Sebagai satu “Tubuh Kristus” adalah sepatutnyalah untuk saling menolong dan mendukung ketika ada yang membutuhkan, walaupun mereka tidak dari kota yang sama. Dari apa yang dinyatakan Paulus, nampaknya jemaat Korintus bukanlah jemaat yang mudah untuk berbagian dalam pelayanan ini. Kalaupun mereka mau memberi, motivasi hati mereka tidaklah dipenuhi dengan sukacita dan syukur. Karena itu, Paulus mengingatkan mereka untuk memberi dengan sukacita. Pertama, yang diingatkan Paulus tentang memberi dengan sukacita adalah pemeliharaan Allah dalam kehidupan kita. Ketika kita memberi persembahan, sering diartikan kita kehilangan sebagian dari harta kita. Di dunia ini, uang dibutuhkan untuk kehidupan kita sehari-hari. Karena itu, beberapa orang Kristen menjadi begitu enggan atau hitung-hitungan untuk memberikan persembahan. Ada ketakutan dalam hati kecil kita, janganjangan kita akan kekurangan ketika terus-terusan memberi persembahan. Tetapi Paulus mengingatkan jemaat Korintus dan kita saat ini, bahwa Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia agar kita berkecukupan dalam segala sesuatu. Artinya, janganlah berpikir kita akan dimiskinkan dengan memberi persembahan. Janganlah kita melupakan pemeliharaan Tuhan selama ini dalam kehidupan kita. Kedua, melalui persembahan ada banyak hal yang Allah karyakan melalui kehidupan kita. Allah melimpahkan bukan hanya kecukupan, tetapi juga pelbagai kebajikan. Seorang yang memberi dengan sukacita berarti mempersilahkan Allah berkarya dalam dirinya untuk menumbuhkan hidup rohaninya yang memancarkan buah-buah kebajikan. Selain itu, ketika kita memberi dengan sukacita, terutama bagi yang membutuhkan, maka akan timbul ucapan syukur kepada Allah dari mereka yang menerimanya. Itu artinya, kita dipakai Allah dalam rencana-Nya memelihara saudara seiman yang membutuhkan. Maukah Anda melakukannya? STUDI PRIBADI: Bagaimana kita dapat belajar memberi persembahan dengan sukacita? Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar dimampukan untuk ambil bagian dalam pelayanan memberi persembahan dengan sukacita dan ucapan syukur, dan mereka dapat melihat karya Tuhan melaluinya. SABTU 17 “Tetapi hendaklah orang-orang yang berkata demikian menginsafi, bahwa tindakan kami, bila berhadapan muka, sama seperti perkataan kami dalam surat-surat kami, bila tidak berhadapan muka.” (2 Korintus 10:11) SEPTEMBER 2016 Bacaan hari ini: 2 Korintus 10:1-10 Bacaan setahun: 2 Korintus 10 KETEGASAN YANG KONSTRUKTIF K etika membaca ayat 1-2, mungkin kita bingung dengan perkataan Paulus yang mengatakan bahwa ia tidak berani bila berhadapan muka dengan jemaat di Korintus, tapi berani bila berjauhan (lewat surat). Sepertinya, Paulus ini adalah orang yang plin-plan, pengecut, tidak konsisten dan hanya berani berkata keras melalui surat saja. Tapi, apakah benar Paulus punya sikap yang demikian? Untuk mengerti apa yang Paulus maksudkan, kita harus mengaitkan ayat 1-2 dengan ayat 9-11. Rupanya saat itu ada sekelompok orang yang menganggap diri rasul (ps. 11:5), yang menuduh Paulus tidak berani ketika berhadapan muka dengan para pembacanya. Artinya ketika di Korintus, Paulus memperlihatkan hati yang lunak, sikap yang tidak tegas. Tapi, ketika berjauhan dan berbicara melalui surat, Paulus berani berkata keras dan tegas. Jadi apa yang dikatakan Paulus dalam ayat 1 dan 10 ini, sebenarnya adalah tuduhan yang dilontarkan kepadanya, dan hal itu dijawab dengan tegas oleh Paulus di ayat 11, bahwa tindakannya bila berhadapan muka, sama seperti perkataannya dalam surat-suratnya yang berani, tegas dan keras. Paulus tidak pernah takut terhadap manusia ketika ia mengatakan kebenaran dan menegur dosa manusia (Kis. 15:2; 23:1-5). Namun Paulus menghimbau agar ia tidak dipaksa untuk membuktikan keberanian yang sesungguhnya ketika kembali lagi di Korintus (ay. 2). Bukan memamerkan kuasa dan keberanian itu yang sesungguhnya ia ingini. Ia lebih suka datang dalam kelemah-lembutan dan keramahan seperti Kristus yang ia teladani. Rupanya, kelemah-lembutan Paulus dalam menghadapi penghinaan dan penderitaan inilah yang dianggap sebagai ketidak-beranian. Tetapi apabila memang diperlukan, Paulus tidak pernah takut untuk bertindak berani, keras dan tegas dalam melawan dan merubuhkan keangkuhan mereka yang menentang pengenalan manusia akan Allah, menindak dengan tegas orang-orang yang durhaka (ayay 3-6). Keberanian Paulus ini bukan untuk meruntuhkan, tapi justru untuk membangun jemaat. Bagaimana dengan kita? Sudahkah menyuarakan kebenaran Injil? STUDI PRIBADI: (1) Hal-hal apa yang membuat orang sulit/tidak berani bertindak tegas dalam menyatakan kebenaran maupun dalam melawan dosa? (2) Apa artinya tegas? Berdoalah agar anak-anak Tuhan memiliki hidup kudus, serta berani untuk menyatakan kebenaran maupun menegur ketidakbenaran, dan tidak hidup berkompromi dengan dosa. MINGGU 18 SEPTEMBER 2016 “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.” (2 Korintus 11:3) Bacaan hari ini: 2 Korintus 11:1-6 Bacaan setahun: 2 Korintus 11:1-15 JANGAN MAU DISESATKAN! S etelah Paulus menunjukkan otoritasnya sebagai rasul yang telah dikaruniakan Tuhan kepadanya (2Kor. 10:1-18), ia mengingatkan jemaat di Korintus untuk waspada terhadap ajaran-ajaran sesat yang dibawa oleh rasul-rasul palsu. Paulus kuatir jemaat di Korintus terpengaruh dengan ajaran sesat, karena nampaknya selama ini jemaat Korintus bersikap “sabar” terhadap beredarnya ajaran sesat (ay. 4). Mereka tidak sadar bahwa dengan bersikap sabar (membiarkan saja ajaran sesat terus berkembang di antara mereka tanpa berbuat apa-apa), maka secara tidak sadar, ajaran sesat itu akan mudah mempengaruhi pikiran dan iman kepercayaan mereka. Paulus memberikan contoh bagaimana Hawa bisa diperdaya oleh ular yang licik (ay. 3). Hal itu terjadi karena awalnya Hawa membiarkan dirinya terlibat percakapan dengan ular itu, bahkan meresponi apa yang dikatakan ular itu. Dari situlah ular itu memasukkan “ajaran-ajaran sesatnya.” Hawa tidak sadar, dan dia terpengaruh pikirannya, kepercayaannya mulai goyah dan akhirnya ia jatuh ke tangan Iblis ketika ia menuruti apa yang dikatakan ular/Iblis itu. Bagaimana supaya umat Tuhan tidak diperdaya oleh ajaran-ajaran sesat? (1) Pemahaman akan firman Tuhan harus kuat. Ini adalah dasar kita. Apabila kita sendiri belum sungguh-sungguh mengerti firman Tuhan, maka kita akan mudah dibingungkan dan terpengaruh dengan ajaran-ajaran lain. Oleh sebab itu, kita harus terus belajar untuk mengerti kebenaran firman Tuhan, baik dengan bersaat teduh, mengikuti PA, Pembinaan, dsb. (2) Tidak menelan mentah-mentah setiap ajaran yang kita dengar, namun kita harus selalu kembalikan, apakah ajaran itu telah sesuai dengan maksud dan kebenaran firman Tuhan atau tidak. (3) Tegas menolak ajaran yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Jangan lagi berkompromi dengan mempertimbangkan “Sepertinya ajaran itu masuk akal, ajaran ini juga baik,” dsb. Waspadalah, jangan sampai diperdaya dan digoncangkan iman kepercayaan kita kepada Kristus, yang adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat kita. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana kita bisa mengetahui apakah ajaran yang kita dengar itu sesat atau tidak? (2) Apa yang harus kita lakukan agar kita semakin kokoh dalam iman? Berdoalah agar anak-anak Tuhan mau terus belajar firman Tuhan sehingga semakin kuat iman dan pemahamannya terhadap kebenaran firman Tuhan, dan tidak disesatkan oleh ajaran dunia. SENIN 19 SEPTEMBER 2016 “Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila--aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.” (2 Korintus 11:23) Bacaan hari ini: 2 Korintus 11:22-33 Bacaan setahun: 2 Korintus 11:16-33 KESAKSIAN SANG RASUL H ari ini kita sering mendengar orang-orang sharing pengalaman mereka akan pertolongan Tuhan, kuasa dan mujizat-Nya, mulai dari kesembuhan sampai berkat materi yang luar biasa. Si A mensharingkan bagaimana dokter memvonisnya “kanker stadium 4”, tapi dengan iman dia berdoa puasa minta kesembuhan Tuhan dan sekarang dia tetap hidup sehat. Si B mensharingkan kebakaran di kompleks pertokoan dan banyak toko yang habis terbakar, tapi tokonya terluput karena pertolongan Tuhan; api berhenti persis di toko yang bersebelahan dengan tokonya. Si C juga sharing, dia pernah mengalami kesulitan besar dalam usaha; hutang numpuk tidak terbayar, lalu dia mulai tekun ke gereja, baca alkitab, memberi perpuluhan dan mujizat terjadi. Betapa bertolak belakangnya kesaksian seperti itu dengan apa yang dialami Paulus. Sekiranya bagian dari surat Korintus ini sesekali dibacakan di hadapan jemaat supaya kita bisa membandingkan betapa berbedanya pengalaman Paulus—dan juga rasul-rasul lainnya—dengan pengalaman orang Kristen pada hari ini. Memang sangat bisa dimengerti bahwa pada masa awal kekristenan berkembang, tekanan dan aniaya terjadi secara luar biasa, berbeda dengan kondisi hidup sekarang di mana orang memilih agama dengan bebas, bahkan dilindungi hukum. Memang benar bahwa Allah kita adalah sumber segala berkat dan kebaikan, dan kuasa-Nya tidak pernah berubah sejak dahulu sampai selamanya. Tapi bagaimanapun, kita tidak boleh mengabaikan esensi dari Injil yang sejati, yang menuntut setiap orang yang mengalaminya untuk hidup menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Kristus. Orang berdosa diselamatkan oleh anugerah, diampuni dan diterima sebagai anak. Konsekuensi karya penebusan ini adalah; hidupku bukannya aku lagi, tetapi Kristus yang hidup di dalam aku. Bagi Paulus, yang penting bukanlah mengalami berbagai mujizat dan menyaksikannya kepada orang banyak, tetapi mau mengerjakan apa yang Tuhan rencanakan dalam hidupnya dan menjadi berkat. Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana seharusnya sikap orang Kristen yang mengalami anugerah keselamatan dari Tuhan? Hidup untuk diri sendiri atau Tuhan? (2) Mengapa? Jelaskan! Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka tidak hidup bagi diri mereka sendiri melainkan hidup bagi Tuhan dan mau memakai hidup mereka bagi kemuliaan-Nya. SELASA 20 “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2 Korintus 12:9) SEPTEMBER 2016 Bacaan hari ini: 2 Korintus 12:8-10 Bacaan setahun: 2 Korintus 12 DOA RASUL YANG TIDAK TERJAWAB D i balik banyak kesaksian orang Kristen tentang pertolongan dan kuasa Tuhan, seringkali tersirat ajaran bahwa apabila kita meminta dengan iman, maka Tuhan pasti mengabulkannya. Itu sebabnya, apabila yang bersangkutan sampai akhirnya tidak mengalaminya, itu karena dia “kurang/tidak beriman.” Maka muncullah formulasi baru tentang fungsi dan peran iman, yang kedengarannya menggoda tapi berbahaya. Memang benar bahwa ada ayat-ayat Alkitab yang menekankan peran iman; bahwa asal kita tidak ragu tetapi percaya sepenuh hati, maka akan terjadi. Di dalam Alkitab juga ada mencatat tentang seorang lumpuh yang disembuhkan Tuhan, bukan karena dia beriman tetapi karena iman temantemannya. Dan di sini kita membaca dengan jelas bahwa di dalam Alkitab juga ada catatan tentang doa yang tidak dijawab; bukan doa orang biasa yang mungkin egois, tetapi doa seorang Rasul yang setia sampai mati! Paulus menyaksikan bahwa dia pernah punya pengalaman rohani yang sangat luar biasa; ia mendengar tentang pengungkapan rahasia ilahi yang tidak pernah didengar oleh manusia lainnya. Supaya dia tidak menjadi sombong karena pengalaman itu, Tuhan menaruh suatu duri pada dirinya. Penafsiran umum tentang duri yang dimaksud adalah penyakit mata yang dideritanya. Penyakit ini sangat mengganggu pelayanan Paulus sehingga untuk itu, dia telah 3 kali berdoa meminta agar Tuhan mengangkat duri tersebut, menyembuhkan dia supaya dia dapat melayani dengan lebih baik dan efektif. Tuhan menolak permintaannya. Di dalam kelemahan dirinya, kuasa Tuhan akan menyertai dan menopang. Inilah beberapa fakta pengajaran Alkitab yang terangkai menjadi satu dan tidak boleh dipenggal demi kepentingan pribadi dan mengabaikan bagian lainnya. Sebagian atau separuh kebenaran, bisa menyesatkan. Kita boleh meminta dengan iman dan menanti dalam kesabaran, tapi kita juga harus siap dan peka mendengar firman Tuhan yang mengatakan kepada kita: “Tidak. Cukuplah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.” STUDI PRIBADI: (1) Apa iman bisa mengubah keputusan Tuhan atau memastikan bahwa Allah memberikan apa yang kita minta? (2) Bagaimana sikap yang benar dalam berdoa? Berdoalah kepada Tuhan agar kehidupan jemaat bukan digerakkan oleh keinginan daging, tetapi karena ketaatan akan firman Tuhan, sehingga hidup mereka menceitakan keagungan Tuhan. RABU 21 SEPTEMBER 2016 “Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidikilah dirimu! …” (2 Korintus 13:5) Bacaan hari ini: 2 Korintus 13:1-13 Bacaan setahun: 2 Korintus 13 TUGAS SEORANG PELAYAN TUHAN S uatu kerinduan dari seorang Rasul Paulus adalah: “Supaya jemaat Korintus tetap tegak di dalam iman kepada Yesus Kristus, dan bukan terus menyimpan dosa yang lama: perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, fitnah, mengumpat, keangkuhan, dan pertengkaran. Masihkah mereka belum bertobat dari kecemaran, percabulan, dan ketidak-sopanan yang mereka lakukan? Maka dari itu, Paulus menasihati jemaat Korintus untuk yang ketiga kalinya karena Paulus kuatir jika iman mereka yang tidak tahan uji sehingga mereka masih hidup dalam dosa yang lama. Paulus menasihati mereka: “Ujilah imanmu dan selidikilah dirimu bahwa Kristus ada di dalam kamu supaya kamu tahan uji, supaya kamu kuat” (ay. 5). Dan Paulus bukan hanya menasihati jemaat Korintus, terlebih Paulus juga “berdoa” kepada Allah, agar mereka bukan saja tahan uji, melainkan juga dapat “berbuat baik,” menjadi kuat, dan sempurna. Sikap Paulus yang demikian menunjukkan sikapnya terhadap mereka: Paulus sangat mengasihi mereka. Dengan kasih Kristus Yesus, Paulus merendahkan dirinya sampai-sampai dianggap bodoh dan lemah, tetapi semuanya itu tidak menjadi beban bagi dirinya, sebaliknya ia tetap bersukacita, sebab kata Paulus, “Apabila kami lemah dan kamu kuat, itu kemegahan kami, kami hanya bermegah di dalam Kristus” (ay. 4). Itulah hati seorang pelayan Tuhan yang baik dan benar. Hati yang senang melihat jemaat Tuhan bersukacita, dan berusaha supaya menjadi sempurna di dalam iman kepada Kristus. Paulus, seorang pelayan Tuhan yang tidak henti-hentinya mendorong jemaat untuk tetap tegak dalam iman kepada Krisus, di tengah-tengah banyaknya orang yang melakukan pencemaran, percabulan dan ketidaksopanan. Paulus, seorang pelayan Tuhan yang tidak henti-hentinya berdoa kepada Allah, supaya jemaat dapat sehati sepikir dan hidup dalam damai sejahtera, sehingga Allah yang adalah sumber kasih dan damai sejahtera, menyertai mereka semua. Bagaimana dengan Anda? STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana sikap Paulus terhadap jemaat Tuhan di Korintus? Apa yang Paulus nasihatkan kepada mereka? (2) Bagaimana teladan pelayanan Paulus? Berdoalah bagi para hamba Tuhan, baik itu pendeta maupun penginjil agar mereka menjadi pelayan-pelayan Tuhan yang sungguh mengasihi umat-Nya dan bertanggung jawab terhadap pertumbuhan iman jemaat. KAMIS 22 SEPTEMBER 2016 “Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah Injil manusia.” (Galatia 1:11) Bacaan hari ini: Galatia 1:1-24 Bacaan setahun: Galatia 1 INJIL KESELAMATAN DARI ALLAH P aulus ingin menegaskan bahwa kerasulannya bukan karena ia sendiri mengangkat dirinya sebagai seorang rasul atau kelompok atau lembaga tertentu; tetapi diperolehnya karena Yesus Kristus sendiri yang telah memanggilanya untuk menjadi pelayan dan saksi-Nya bagi bangsa Yahudi dan bagi bangsa-bangsa lain, untuk membuka mata mereka supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya oleh iman kepada Kristus, memperoleh pengampunan dosa dan mendapatkan bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan. Hal ini disebabkan karena beberapa orang dalam jemaat Galatia menyangkal bahwa Allah telah memilih Paulus sebagai seorang Pemberita Injil. Sebab Paulus memberitakan bahwa orang-orang bukan Yahudi tidak harus menaati Hukum Taurat (sunat) atau mengambil bagian dalam upacara-upacara Yahudi yang menekankan perbuatan. Hal ini bertentangan dengan Injil Kristus yang menekankan anugerah atau kasih karunia Allah saja untuk memperoleh pengampunan dosa/keselamatan. Penegasan kerasulannnya ini juga membuktikan bahwa Injil yang Paulus beritakan bukanlah berasal dari dirinya sendiri atau dari orang lain, melainkan dari Tuhan Yesus, dan tentang apa yang akan Yesus perlihatkan kepadanya nanti, yaitu bahwa Kristus yang adalah Mesias, harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan bangsa-bangsa lain. Hanya melalui Kristus, satu-satunya jalan untuk memperoleh pengampunan dosa, dan bukan melalui Hukum Taurat. Inilah Janji Keselamatan bagi setiap orang yang menerima dan memahami panggilan-Nya, bahwa: mereka akan disebut sebagai orangorang kudus, milik kepunyaan-Nya sendiri, yang akan dibangkitkan pada kesudahan zaman, karena iman dalam Yesus Kritus saja dan bukan karena Hukum Taurat, agar mereka menjadi anak-anak Allah. Kristus telah membebaskan kita dari Hukum Taurat (ps. 5:1). STUDI PRIBADI: (1) Apa bukti bahwa kerasulan Paulus bukan dari manusia? (2) Siapa yang memperkenalkan Injil pada Paulus dan memanggilnya melayani pemberitaan Injil? Berdoalah bagi setiap jemaat agar mereka mensyukuri karunia Tuhan Yesus yang telah menyelamatkan mereka dan doakan agar mereka tetap setia kepada Injil Tuhan. JUMAT 23 SEPTEMBER 2016 “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali.” (Matius 18:15) Bacaan hari ini: Galatia 2:11-14 Bacaan setahun: Galatia 2 AGAPE VS EGP “EGePe” (Emang Gue Pikirin) adalah istilah yang sempat populer. Istilah ini menunjukkan sikap tidak peduli kepada keadaan dan urusan orang lain yang tidak berkaitan dengan diri kita. Sekalipun istilah ini tidak lagi digunakan hari ini, tetapi budaya cuek dan tidak peduli dengan orang lain, tertinggal di tengah kehidupan kita hari ini. Hari ini, kita hidup semakin individual dan tidak peduli dengan masalah dan urusan orang lain. Hal ini juga tanpa disadari merambah masuk ke tengah kehidupan gereja di antara saudara seiman. Orang Kristen tidak peduli satu dengan yang lain, tidak mau mencampuri urusan orang lain dan cuek terhadap kehidupan rohani orang lain. Tuhan menginginkan umat-Nya dalam kehidupan bergereja saling mengasihi satu dengan lain. Kita harus saling mengasihi dengan kasih “agape” yakni kasih yang memikirkan apa yang terbaik untuk orang lain. Kasih “agape” ini harus terwujud di dalam kepedulian, perhatian dan bahkan teguran untuk membangun saudara seiman kita. Menegur adalah salah satu bentuk kasih. Menegur berarti kita tidak cuek terhadap kehidupan sesama yang menuju kehancuran. Sebaliknya, kita ingin mereka kembali di jalan yang benar. Hal inilah yang dilakukan Paulus kepada Petrus. Ketika melihat Petrus berkelakuan munafik, Paulus tidak hanya berdiam diri, cuek dan berkata: EGePe (Emang Gue Pikirin?), tetapi ia bertindak dan menegor kelakuan Petrus yang bisa menjadi batu sandungan tersebut (2:14). Teguran ini menjadi pengingat bagi Petrus untuk mawas diri terhadap perilakunya yang bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain. Teguran adalah sebuah tindakan kasih yang besifat korektifmembangun. Lawan kata AGAPE adalah EGePe! Ketika kita melihat sesama kita sedang melakukan dosa, kita tidak boleh hanya cuek dan tidak peduli kepada mereka. Sebaliknya, kita seharusnya mewujudkan kasih kita melalui teguran yang korektif untuk perbaikan diri mereka (Ams. 25:12; 27:5). Teguran yang bijak bisa membawa saudara seiman kembali ke jalan yang benar. STUDI PRIBADI: (1) Adakah saudara seiman di sekitar kita yang hidupnya tidak benar? (2) Apa arti dan maksud dari sebuah teguran itu? Bagaimana melakukannya dengan bijak? Berdoalah agar setiap anak Tuhan bisa belajar menegur dengan baik. Peduli dengan sesama dan berani menyampaikan teguran yang membangun untuk kebaikan sesama. SABTU 24 SEPTEMBER 2016 “Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” (Galatia 3:28) Bacaan hari ini: Galatia 3:28 Bacaan setahun: Galatia 3 BHINNEKA TUNGGAL IKA “Bhinneka Tunggal Ika” adalah semboyan bangsa kita yang berasal dari bahasa Jawa kuno yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu.” Semboyan ini menggambarkan sebuah realitas kehidupan bermasyarakat yang terdiri atas orang-orang yang berbeda satu dengan yang lain. Semboyan ini juga menggambarkan bagaimana kita harus bersikap di tengah perbedaan yang ada, yakni mengusahakan semangat persatuan. Kehidupan bergereja juga demikian. Kita terdiri atas berbagai macam suku, kebiasaan dan latar belakang. Perbedaan-perbedaan yang ada dapat menimbulkan konflik di tengah kehidupan gereja. Konflik yang ada dapat menghasilkan perpecahan dan kekecewaan di dalam tubuh Kristus. Karena itu, kita harus memiliki sikap yang tepat dalam menyikapi perbedaan yang ada di dalam tubuh Kristus, yakni kita mengusahakan semangat persatuan. Gereja Galatia mengalami pergumulan yang sama pada masa itu. Mereka terancam terpecah belah karena perbedaan suku dan gender di dalam tubuh Kristus. Perbedaan ini diperuncing oleh beberapa orang yang menyebarkan ajaran sesat yang meninggikan suku Yahudi dan segala aturan taurat yang dipegang teguh oleh mereka. Hal ini menimbulkan pembedaan di antara jemaat Tuhan di Galatia. Jika hal ini dibiarkan maka perpecahan dan pertikaian menjadi hal yang terhindarkan lagi. Oleh karena itu, Paulus menegur jemaat Galatia dengan keras, mengingatkan mereka bahwa “dalam Kristus tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:28). Perbedaan seharusnya tidak memecah belah gereja Tuhan. Perbedaan dapat digunakan untuk pemersatu ketika kita saling melengkapi. Mari memandang perbedaan dengan cara yang positif dan usahakan persatuan di tengah gereja kita. Janganlah mementingkan kepentingan diri melainkan kepentingan kolektif. Jagalah kesatuan tubuh Kristus karena itulah yang dikehendaki Yesus sebagai kepala atas kita, tubuh-Nya yang kudus. STUDI PRIBADI: (1) Adakah gereja kita terpecah belah dan berkonflik? (2) Bagaimana respons kita yang baik dan benar terhadap perbedaan yang ada? Berdoalah agar gereja Tuhan dipersatukan. Secara khusus berdoalah bagi gereja Anda, agar Majelis, hamba Tuhan dan jemaat saling memperhatikan dan menjaga kesatuan di tengah pelbagai perbedaan yang ada di dalamnya. MINGGU 25 SEPTEMBER 2016 “…. Maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.” (Galatia 4:7) Bacaan hari ini: Galatia 4:1-11 Bacaan setahun: Galatia 4 AHLI WARIS M engapa keselamatan di dalam Kristus adalah perkara yang pasti dan bukan “moga-moga”? Jawabannya tentu bukan karena usaha kita, melainkan karena kebaikan hati Allah. Kita tahu, bahwa Dia tidak pernah bermain-main dengan karya-Nya. Ketika Ia memberikan kasih karunia-Nya di dalam Kristus Yesus, Ia memberikannya dengan pengorbanan yang begitu besar. Sekarang ketika Ia telah mengadopsi kita menjadi anak-anak-Nya, maka kita sungguh-sungguh memiliki relasi yang istimewa itu dan kepastian keselamatan. Paulus menjelaskan, bahwa Allah Bapa, melalui Anak-Nya yang Tunggal, dan sesuai waktu-Nya telah menyatakan kebaikan hati-Nya pada kita sehingga kita yang percaya kepada-Nya, tidak lagi hidup tanpa Allah, melainkan menjadi milik Allah; tidak lagi hidup di bawah hukum Taurat, tetapi kasih karunia. Mengapa demikian? Pertama, kita disebut anak, bukan hamba lagi. Rencana Allah adalah membebaskan kita dari perhambaan. Perhatikan Paulus menggunakan istilah anak yang belum akil baligh, namun waktunya akan tiba kita akan mengalami akil baligh atau kedewasaan. Analogi ini merujuk pada Kristus, sebelum Dia datang kita masih diperhamba, tapi setelah genap waktunya, Allah mengutus Anak-Nya, untuk membebaskan kuk perhambaan, sehingga kita bukan lagi hamba melainkan anak. Kedua, jadi ahli waris. Karena kita disebut anak, kita juga adalah ahliahli waris, oleh Allah. Hubungan anak dan ahli waris mendapat kepastian hukum, artinya legal, baik budaya waktu itu maupun sekarang. Berarti kita yang sebenarnya bukan merupakan ahli waris secara alamiah, kini telah memperoleh status ke-anak-an hanya karena anugerah dan kasih karuniaNya. Dengan demikian Roh dari Bapa memeteraikan kita menjadi anak dan wahli waris yang sah di hadapan Allah. Karena itu bersyukurlah pada Allah. Jangan hidup dalam perbudakan dosa, hiduplah sebagai anak-anak Allah. Ingatlah kebaikan hati Allah, yang melalui Yesus Kristus, telah menjadikan kita milik-Nya untuk selamanya. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana seseorang bisa menjadi anak Tuhan dan menjadi ahli waris Kerajaan Sorga? (2) Apakah dengan kebaikan saja, kita bisa mendapatkannya?Jelaskan! Berdoalah bagi jemaat agar mereka senantiasa bersyukur atas anugerah Tuhan dan tetap setia untuk hidup sebagai anak-anak Tuhan yang menjadi terang bagi sekitarnya. SENIN 26 SEPTEMBER 2016 “….hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging.” (Galatia 5:16) Bacaan hari ini: Galatia 5:16-26 Bacaan setahun: Galatia 5 MANAKAH YANG ANDA PILIH? A llah telah memberikan kita kemerdekaan dari kuasa dosa. Kita tahu, bahwa selama hidup di bawah kuasa dosa, kita kehilangan damai sejahtera dan kebahagiaan yang sejati. Hasil yang kita dapatkan dari hidup di dalam dosa adalah kematian; kita tidak memiliki kemampuan untuk mengerjakan hidup yang diperkenan Allah. Hati kita cenderung pada apa yang jahat dan memuaskan hawa nafsu daging kita. Namun Allah yang penuh kasih itu telah menyelamatkan kita dan memberikan Roh Kudus-Nya untuk menyertai kita. Tujuannya adalah agar kita dimampukan untuk hidup menyenangkan hati Allah. Itulah sebabnya, hari ini, sekalipun kita masih mengenakan tubuh yang telah cemar dosa, Allah memberikan kita kemampuan untuk mengalahkannya. Pilihan untuk menaati pimpinan Allah atau menyerah pada tipu daya dosa melalui keinginan daging, diberikan Allah kepada kita untuk melatih ketaatan kita kepada-Nya. Manakah yang Anda pilih? (1) Keinginan daging, yaitu percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya (Gal. 5:10-20). Pilihan ini tentu bukanlah yang terbaik, tapi justru membuat kita mendukakan hati Allah dan tidak mengalami pertumbuhan rohani yang baik. Jauhilah keinginan daging dan ikutilah pimpinan Roh Kudus. Tanggalkan semua sifat manusia lama kita dan belajar hidup menurut keinginan Roh. (2) Keinginan Roh adalah supaya setiap kita hidup menampilkan buah Roh yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri. Kata Paulus, semua ini tidak ada hukum yang menentang hal-hal ini. Ini adalah pilihan yang tepat! Ketika kita hidup menurut Roh, kita akan hidup dalam damai sejahtera, baik di hadapan Allah, sesama, maupun diri sendiri. Ketika kita taat pada pimipinan-Nya, Roh Kudus akan membawa kita kepada pertumbuhan rohani dan karakter hidup yang memuliakan Allah. STUDI PRIBADI: (1) Apakah hasil dari hidup mengikuti keinginan daging dan keinginan Roh? (2) Apa yang Tuhan kehendaki dari kita, setelah kita diselamatkan-Nya? Berdoalah bagi setiap orang Kristen agar mereka memiliki ketulusan dan integritas hidup yang tinggi, baik dalam iman maupun kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. SELASA “...kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.” SEPTEMBER 2016 (Galatia 6:1) 27 Bacaan hari ini: Galatia 6:1-10 Bacaan setahun: Galatia 6 MANUSIA ROHANI G alatia 6:1 adalah pernyataan yang indah mengenai seperti apakah orang Kristen yang rohani. Paulus memberikan dua ciri-ciri orang Kristen yang rohani. Pertama, orang Kristen yang rohani tidak menghakimi, tetapi mengasihi. Paulus mengajak orang-orang Kristen yang rohani, yang menganggap diri mereka rohani untuk tidak menghakimi atau menghukum orang yang berdosa, melainkan memimpin orang itu ke jalan yang benar. Ajakan Paulus ini merubah paradigma dari orang-orang Kristen yang selama ini mendefinisikan manusia rohani sebagai manusia yang legalis. Orang-orang yang legalis adalah orang-orang sangat menaati hukum-hukum agama, dan setiap kali terjadi pelanggaran hukum agama, maka ada hukuman yang harus diterima oleh orang yang melanggarnya. Hukuman yang diberikan kepada orang yang berdosa, bermacam-macam bentuknya, mulai dari dikucilkan, sampai mati dirajam batu. Telah sekian lama pemahaman legalis ini berakar dalam diri orang-orang Israel, bahkan termasuk dalam diri orang-orang Kristen yang berasal dari latar belakang Yahudi. Dan celakanya, orang-orang ini berpikir, jika mereka menghakimi, maka mereka lebih rohani daripada orang-orang Kristen yang jatuh dalam dosa itu. Dalam ayat ini, Paulus mendefinisikan ulang siapa itu orang-orang Kristen yang rohani, yaitu orang-orang Kristen yang punya hati untuk membimbing orang-orang yang berdosa. Kedua, orang Kristen yang rohani, menyadari bahwa dirinya pun dapat jatuh dalam dosa. Di tengah-tengah kejatuhan orang lain, seringkali kita berpikir bahwa kita lebih baik, lebih rohani dari yang lain. Akhirnya membuat diri kita menjadi takabur, lupa bahwa kita pun dapat jatuh dalam dosa. Hari ini mungkin kita belum jatuh, tetapi hari besok, siapa yang tahu? Paulus mengingatkan jemaat Galatia, bahwa manusia rohani tidak saja mengasihi orang-orang Kristen yang jatuh, tetapi juga boleh mawas diri, menyadari bahwa dirinya pun dapat jatuh dalam dosa, sehingga orang Kristen tidak boleh sombong, melainkan dengan kerendah-hatian menjaga diri supaya tidak jatuh dalam dosa. STUDI PRIBADI: (1) Apakah kedewasaan rohani seseorang ditandai dengan karakter atau sikap diri yang semakin mengasihi Tuhan dan sesama? (2) Bagaimana pendapat Anda? Berdoa bagi setiap orang Kristen agar mereka dapat hidup saling mengasihi antara yang satu dengan lainnya, agar mereka menjadi kesaksian yang baik di tengah-tengah masyarakat. RABU 28 SEPTEMBER 2016 “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga.” (Efesus 1:3) Bacaan hari ini: Efesus 1:3-14 Bacaan setahun: Efesus 1 DALAM KRISTUS YESUS T uhan Yesus adalah pusat dari agama Kristen. Tanpa Kristus, agama Kristen tidak bisa disebut sebagai Kristen. Hal yang sama juga berlaku untuk orang-orang Kristen. Tanpa percaya kepada Kristus sebagai Tuhan, maka orang Kristen pun tidak dapat disebut sebagai orang Kristen yang sejati. Mengapa Yesus menjadi pusat dari keagamaan orangorang Kristen? Paulus memberikan dasar pemahamannya, yaitu karena di dalam Kristuslah Allah mengaruniakan kepada orang-orang Kristen segala berkat rohani di dalam sorga. Keselamatan, kehidupan kekal di surga terjadi karena Allah mengaruniakannya di dalam Kristus. Dalam beberapa ayat berikutnya pun, Paulus terus menekankan keutamaan Kristus dalam hidup orang percaya. Karena Kristus adalah yang utama dan yang terutama sebagai jembatan kasih Allah kepada kita orang-orang Kristen, maka selayaknya kita orang-orang Kristen menghargai Kristus pada tempatnya. Seharusnya Kristus menjadi pusat penyembahan kita, dan pusat relasi kita dalam halhal rohani. Sebab pada waktu kita menyembah Kristus, maka pada waktu itu pula kita akan berkenan kepada Allah Bapa dan Allah Roh Kudus. Pertanyaannya, masihkah kita percaya kepada Yesus sebagai sumber keselamatan hidup kita? Masihkah kita berdoa kepada Yesus setiap hari? Masihkah kita memberitakan kabar baik bahwa ada keselamatan di dalam Yesus Kristus? Apabila kita menyadari bahwa Kristus adalah yang terutama dalam hidup ini, marilah kita bangkit menjadi murid Yesus yang mengerjakan perintah-Nya. Kita menjadi semakin mengenal-Nya. Marilah kita memberitakan kabar baik tentang Dia. Berkomitmenlah untuk mengikut Dia senantiasa, sekalipun harga yang dibayar kadang mahal, yaitu menderita bagi Dia. Jangan pernah ragukan Dia dalam hidup kita, melainkan lakukanlah yang terbaik bagi Dia, sebab pada akhirnya, ketika Dia menyatakan diri-Nya kelak, maka kita tidak akan merasa malu di hadapanNya, sebab kita sungguh-sungguh mengasihi-Nya. STUDI PRIBADI: (1) Mengapa di dalam Kristus saja, kita menemukan identitas kekristenan kita? (2) Apa artinya hidup mengutamakan Kristus? Berdoalah bagi setiap orang muda Kristen agar mereka hidup bagi Kristus dan tidak terjebak pada kehidupan duniawi yang membawa mereka semakin jauh dari Tuhan. KAMIS 29 “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah.” (Efesus 2:19) SEPTEMBER 2016 Bacaan hari ini: Efesus 2:11-12 Bacaan setahun: Efesus 2 JEMAAT BERSATU, GEREJA BERSAKSI S emua orang yang percaya terikat menjadi satu “tubuh” di dalam Kristus Yesus. Namun pada kenyataannya, jemaat di Efesus masih sulit menghidupi kebenaran itu, sehingga muncullah situasi rawan perpecahan karena ada 2 kelompok jemaat, yaitu jemaat Yahudi dan non Yahudi. Orang-orang Yahudi merasa bahwa mereka lebih istimewa karena mereka bersunat, keturunan Abraham dan bangsa yang terpilih. Demikian pula dengan orang non Yahudi, ketika percaya kepada Kristus, mereka merasa tertolak dan sulit bergaul dengan orang-orang Yahudi. Karena situasi itulah, Rasul Paulus mengingatkan jemaat Efesus dan kita semua bahwa di dalam Kristus, kita semua telah dipersatukan, meski ada banyak perbedaan. Semua anggota jemaat, orang Yahudi maupun orang non Yahudi telah dipersatukan oleh kasih Kristus dengan darah-Nya yang kudus. Paulus tidak memungkiri perbedaan-perbedaan itu, namun justru menggunakan perbedaan-perbedaan tersebut sebagai dasar pijakan untuk membangun kesatuan sebagai satu Tubuh Kristus. Meskipun berbeda-beda, mereka sewarga di dalam Kristus yaitu warga negara surga (ay. 12, 19). Kondisi jemaat di Efesus dan nasihat Paulus ini mengingatkan kita bahwa sebelum gereja melakukan misi keluar, pertama-tama gereja harus membangun kesatuan dalam diri jemaat. Selama jemaat tidak bersatu, baik dalam gereja lokal maupun antar gereja, maka gereja akan sulit menjalankan misi Allah membagikan kasih Allah bagi dunia ini. Gereja perlu terampil menciptakan keharmonisan, bahkan menemukan kekuatannya di balik keragaman jemaat yang ada. Bukan justru mempertajam, menyuburkan iklim persaingan, pertentangan sangat rentan mengarah pada perpecahan gereja. Kesatuan dalam jemaat, bukan semata untuk kepentingan dalam jemaat itu sendiri, tetapi juga bagi kepentingan pekerjaan Allah dalam konteks yang lebih luas bagi seisi dunia ini. Bagaimana dengan kita hari ini? Maukah kita menjadi jemaat Tuhan yang bersatu di dalam Tubuh Kristus dan bagi kemuliaan-Nya? STUDI PRIBADI: (1) Belajar dari problema jemaat Efesus, menurut Anda, apakah penyebab jemaat sulit bersatu? (2) Apa kunci utama yang harus dimiliki oleh gereja agar tidak pecah? Berdoa agar jemaat mengerjakan pertumbuhannya dalam hal menyatakan kasih, kepedulian dan penerimaan satu sama lain dalam gereja dan bukan justru mempertajam persaingan, perpecahan jemaat. JUMAT 30 SEPTEMBER 2016 “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan …” (Efesus 3:20) Bacaan hari ini: Efesus 3:1-21 Bacaan setahun: Efesus 3 DOXOLOGY A rti “Doxology” adalah suatu pemberian pujian yang singkat, spontan terhadap Allah, sebagai Pribadi yang dapat melakukan yang tidak dapat diukur, melebihi semua yang kita minta atau bayangkan. Tapi, ada konsep yang salah, ketika kita mau mengenal TUHAN, kita mematok TUHAN dengan konsep kita sendiri. Kita mau mengenal TUHAN yang bisa masuk dalam logika dan pengalaman kita secara manusia. Padahal, pikiran, indra, dan pengalaman-pengalaman kita memiliki kelemahan dan keterbatasan untuk mengerti dan mengalami seluruh kebenaran, apalagi yang berkenaan untuk mengerti TUHAN. Dengan demikian, TUHAN lebih kecil dari logika dan pengalaman kita. Sebenarnya, Allah yang kita sembah adalah Allah yang Mahakuasa, yang melebihi/melampaui pikiran dan doa manusia. Allah yang kita sembah adalah Allah yang mampu mengerjakan atau melakukan segala sesuatu melampaui apa yang mampu kita pikirkan dan doakan. Janganlah, kita mengenal Allah dengan kemampuan konsep logika dan pengalaman kita yang terbatas, sehingga kemampuan kuasa Allah yang tidak terbatas tidak bisa kita alami, atau Allah kita tuntut untuk memenuhi permintaan manusia. Sesungguhnya, tidak terbatas apa yang Allah dapat kerjakan bagi kita. Allah adalah Allah yang tidak dapat ditangkap dengan kemampuan otak kita. Tindakan Allah adalah tindakan yang melampaui semua pikiran dan semua pengalaman hidup manusia. Seharusnya, hal ini membuat dan menjadikan kita “hidup dengan kekuatan dari Allah dan rindu untuk hidup mempermuliakan Allah. Perbuatan Allah seharusnya menjadi kekuatan bagi kita untuk hidup mempermuliakan Allah, bukan hanya dengan pujian di bibir saja, tapi suatu respons hati yang sungguh-sungguh, bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang Mahakuasa, berdaulat penuh atas hidup kita, sebab bagi “Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya.” Marilah kita dengan penuh tanggung jawab rela dipakai oleh TUHAN untuk menjadi orang-orang yang boleh menceritakan kemahakuasaan Tuhan yang tanpa batas. AMIN. STUDI PRIBADI: (1) Bagaimana seharusnya sikap kita dalam mengenal Allah dan menghampiri Dia? (2) Apa yang harus kita lakukan untuk memuliakan Dia? Berdoalah bagi jemaat Tuhan agar mereka hidup dalam pengenalan akan Tuhan sesuai dengan ajaran Firman-Nya dan memakai kehidupan mereka sebagai kesaksian bagi Tuhan. “Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” (1 Korintus 5:15) sandgrousetravel